Ebook Final PDF
Ebook Final PDF
Aryo Budiwidarto
Rachmat
Editor : Adriansyah
Afif Miftahuddin
ii
PRAKATA
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya, buku
Panduan bagi Satuan Kerja ini dapat diselesaikan. Penulisan Buku Panduan bagi Satuan
Kerja ini dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu layanan KPPN Jakarta IV. Buku
panduan ini diharapkap dapat membantu mitra kerja KPPN dalam meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman terkait berbagai jenis pelayanan yang disediakan oleh KPPN
Jakarta IV.
Tersusunnya buku panduan ini tentu saja merupakan suatu usaha yang diraih dengan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
Buku panduan ini tentunya masih jauh dari sempurna, baik secara konteks maupun
konten, untuk itu kami membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan kedepan.
Jakarta,
KPPN JAKARTA IV
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I
KONTRAK ..............................................................................................................1
BAB II
BAB III
v
BAB IV
BAB V
SP2D ......................................................................................................................55
BAB VI
BAB VII
2. Perubahan Bank.............................................................................................77
BAB VIII
KOREKSI ..............................................................................................................83
BAB IX
vi
2. Jenis-jenis SKPP ...........................................................................................94
BAB X
UP /TUP ...............................................................................................................107
BAB XI
vii
BAB I
KONTRAK
1. Pendaftaran Kontrak
Kontrak merupakan perjanjian tertulis antara PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dengan
penyedia barang/jasa atau pengelola swakelola. Kontrak terdiri dari kontrak tahun tunggal
dan kontrak tahun jamak. Kontrak tahun tunggal adalah kontrak yang pelaksanaan
pekerjaannya mengikat dana anggaran selama satu tahun anggaran, sedangkan kontrak tahun
jamak adalah konrak yang pelaksanaan pekerjaannya lebih dari satu tahun anggaran.
Komitmen tahunan kontrak tahun jamak (release multiyear) merupakan komitmen tahun
Dasar Hukum:
Pelaksanaan APBN
mendaftarkan data kontrak kepada KPPN untuk dicatat dalam database SPAN. Satker yang
mendapat akses ke aplikasi SPAN, dapat melakukan perekaman data kontrak secara langsung
ke dalam aplikasi SPAN, sedangkan satker yang tidak mendapatkan akses ke aplikasi SPAN,
melakukan perekaman data kontrak ke dalam aplikasi SAS kemudian menyampaikan ADK
1
Sesuai PMK-190/PMK.05/2012, data kontrak disampaikan kepada KPPN paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah kontrak ditandatangani untuk dicatatkan ke dalam Kartu Pengawasan
Kontrak KPPN (SPAN). Satker dapat menyampaikan data kontrak secara langsung ke KPPN
Jakarta IV.
a. Untuk satker yang mendapat akses ke Aplikasi SPAN, merekam data kontrak dengan
2. PPK melakukan:
2
a) Review kelengkapan dan kebenaran isian data kontrak yang sudah direkam oleh
Staf PPK
b) Persetujuan dan meneruskan ke KPPN apabila data kontrak telah lengkap dan
benar
a) Melakukan review atas kelengkapan elemen data kontrak yang diteruskan oleh
PPK
b. Untuk satker yang tidak mendapat akses ke Aplikasi SPAN, melakukan perekaman data
3
1. Satker merekam data kontrak pada Aplikasi SAS
3. Berdasarkan ADK data kontrak, KPPN melakukan pencatatan pada database SPAN
dengan tahapan:
Pengujian ketersedian dana dan pencadangan dana sebesar nilai kontrak yang
4
2. Perubahan Kontrak
Perubahan data kontrak yang mengakibatkan perubahan struktur data kontrak meliputi:
Perekaman perubahan data kontak dilakukan secara langsung menggunakan user khusus pada
aplikasi SPAN. Perubahan tersebut hanya dapat dilakukan atas dasar surat permintaan
5
6
b. Perubahan yang tidak merubah struktur data kontrak.
3. Pembatalan Kontrak
Pembatalan data kontrak dilakukan berdasarkan surat permintaan dari PPK atas sisa
kontrak yang belum dibayarkan. Surat permintaan pembatalan data kontrak sesui format
berikut:
7
4. Dispensasi Kontrak
Dasar Hukum:
S-067/MK.05/2018 Tentang Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan
Anggaran K/L Tahun 2018
8
b. Ketentuan Terhadap Penyampaian Data Kontrak yang Terlambat
1) Apabila waktu pendaftaran data kontrak tidak bersamaan dengan waktu pengajuan SPM,
maka data kontrak dapat didaftarkan kembali ke KPPN setelah terlebih dahulu mendapat
Dispensasi Pendaftaran Data Kontrak dari Kepala KPPN.
2) Apabila waktu pendaftaran data kontrak bersamaan dengan waktu pengajuan SPM, maka
data kontrak dapat didaftarkan kembali ke KPPN setelah terlebih dahulu mendapat
Dispensasi Pendaftaran Data Kontrak dari Kepala KPPN, dan SPM baru dapat diajukan
ke KPPN paling cepat 5 (lima) hari setelah data kontrak terdaftar di KPPN.
9
Mekanisme Penyampaian Permohonan Dispensasi Pengajuan Kontrak
o. Kantor a MSKI
10
Format Surat Permohonan Dispensasi Pendaftaran Kontrak
11
Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran
12
BAB II
Dasar Hukum:
PER 58 /PB/2013 tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak Dalam
1. Satker
Transaksi yang dibayarkan kepada bendahara pengeluaran satker
Transaksi terkait pelaksanaan pembayaran dengan mekanisme UP dan pengesahan
Permintaan dan penggantian/pertanggungjawaban UP dan TUP (UP, TUP, GUP, GU
Nihil)
SPM LS ke bendahara
SPM LS rekening pemerintah lainnya
2. Penyedia barang dan jasa
Transaksi atas pekerjaan berdasarkan kontrak atau dokumen perikatan lainnya yang
dibayarkan kepada pihak ketiga
Transaksi belanja non kontraktual yang dibayarkan dengan mekanisme LS
3. Pegawai
Transaksi belanja pegawai yang dibayarkan kepada satu atau beberapa penerima
Pembayaran gaji
13
Honor PNS
Uang makan dan lembur
Tunjangan kinerja
4. BA 999 (BA BUN)
Transaksi terkait pengelolaan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, kecuali
yang dikelompokkan ke dalam tipe 5 dan 6
5. Transfer daerah
Transaksi belanja transfer daerah yang dibayarkan kepada satu atau beberapa
penerima
6. Penerusan pinjaman
Transaksi terkait penerusan pinjaman, pembayaran konsorsium, beasiswa, dan
bantuan sosial
SPMKP yang terdapat kompensasi pajak
Pegawai Pemerintahan Non Pegawai Negeri
7. Lain-lain
Transaksi terkait pengembalian belanja, pengembalian pendapatan dan tipe lainnya
yang tidak termasuk dalam tipe sebelumnya
Pengembalian pajak/PBB/BPHTB/BM-C/PNBP
Selanjutnya, data supplier akan diajukan untuk mendapat pengesahan oleh satker dan
PPK melakukan verifikasi atas hasil inventarisasi data supplier oleh DJPb tersebut. Tahap
verifikasi tersebut terdiri dari dua kegiatan, yaitu: melakukan pengesahan data yang dianggap
benar dan melaporkan kepada KPPN atau melakukan perbaikan data supplier salah lalu
menyampaikan data benar kepada KPPN. Kemudian data hasil laporan tersebut menjadi data
awal database supplier pada SPAN.
Pendaftaran supplier ke SPAN dilakukan secara otomatis pada saat Satker menyampaikan
ADK SPM atau ADK Kontrak ke KPPN. Dalam melakukan pendaftaran data supplier,
PPK melakukan administrasi dokumen pendukung data supplier meliputi referensi bank,
fotokopi NPWP, dan/atau fotokopi pendirian badan usaha, untuk selanjutnya dilakukan
verifikasi atas kebenaran dokumen pendukung data supplier. Berdasarkan pendaftaran data
supplier yang diterima dari PPK, KPPN melakukan validasi pemenuhan isian data supplier.
Dalam hal validasi, KPPN berwenang untuk melakukan persetujuan dan penerbitan atau
penolakan. Sebagai balasan, KPPN melakukan penyampaian perekaman data supplier via e-
mail.
14
2. Perubahan Data Supplier
Data supplier yang sudah terdaftar di SPAN dapat dilakukan perubahan apabila satker
merasa terdapat perekaman data supplier yang tidak sesuai dengan data sebenarnya, misalnya
nomor NIP salah dan/atau data supplier memang mengalami perubahan karena kondisi-
kondisi tertentu, misalnya perubahan data pada bank penerima.
Data supplier yang sudah terdaftar pada SPAN dapat diubah dengan cara mengajukan
Surat Permintaan Perubahan Data Supplier, dengan melampirkan:
CATATAN:
Khusus untuk perubahan data pada bank penerima (nama bank dan nomor rekening) perlu
disertakan SPM Dummy.
SPM Dummy adalah SPM yang digunakan untuk melakukan pendaftaran supplier, biasanya karena
adanya retur SP2D akibat salah nomor rekening. SPM dummy dibuat dengan memilih jenis SPM
yang sederhana non kontraktual non GPP dengan nilai satu rupiah
15
Format surat permohonan perubahan data supplier
16
3. Penonaktifan Rekening Supplier
Dasar Hukum:
PER 58 /PB/2013 tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak Dalam
Penonaktifan data supplier adalah keperluan menonaktifkan rekening pada supplier yang
sebelumnya telah terdaftar di SPAN tetapi tidak lagi digunakan untuk pembayaran karena
beberapa hal, seperti pada tipe supplier pegawai pada umumnya karena adanya pegawai yang
pindah satker, meninggal dunia, maupun pensiun.
17
18
Format Permintaan Penonaktifan Data Supplier Selain Tipe Pegawai
19
BAB III
Dasar Hukum
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2017 Tentang
Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan
Kas
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan/atau Kuasa Bendahara Umum
Negara Pusat bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas
minimal. Saldo kas minimal ini merupakan buffer cash yaitu suatu cadangan kas yang harus
ada di kas negara yang dipergunakan untuk menutup pengeluaran negara dalam pelaksanaan
APBN.
Jika saldo kas minimal telah ditetapkan maka saldo kas pemerintah setiap hari
diupayakan untuk mendekati patokan tersebut dan setiap rupiah di atas saldo kas minimal
tersebut akan ditempatkan atau diinvestasikan dalam instrumen investasi jangka pendek.
Pemerintah dapat melaksanakan investasi atas kelebihan kas tersebut dengan syarat adanya
perencanaan kas berbasis harian. Perencanaan kas ini harus bersumber dari perkiraan
penarikan/penyetoran dana satker dan instansi terkait lainnya.
Rencana Penarikan Dana (RPD) merupakan rencana penarikan kebutuhan dana yang
ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan satuan kerja dalam
periode 1 (satu) tahun yang dituangkan dalam DIPA.
20
RPD
BULANAN
HARIAN
Rencana penarikan
Rencana penarikan
kebutuhan dana
kebutuhan dana harian
bulanan
21
tingkat Satker untuk semua jenis SPM. Langkah-langkah penyusunan RPD Harian oleh PPK
adalah sebagai berikut:
Menjabarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan RPD Bulanan tingkat Satker ke
dalam kalender kegiatan harian yang dirinci menurut a. tanggal pelaksanaan
kegiatan; b. nama kegiatan; c. jumlah dana yang dibutuhkan, dan; d. jenis belanja.
Kalender kegiatan harian dimaksud disusun pertriwulan.
Melakukan penyesuaian kalender kegiatan harian dengan pengajuan SPM.
Menuangkan penyesuaian kalender kegiatan harian dengan pengajuan SPM ke dalam
RPD Harian tingkat Satker.
Melakukan penyesuaian RPD Harian tingkat Satker dalam hal diperlukan.
Dalam hal pada awal tahun anggaran KPA belum menetapkan RPD Bulanan tingkat
Satker, PPK menetapkan RPD Harian tingkat Satker dengan memperhatikan perkiraan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan dalam 1 bulan pada Satker.
PPK melaporkan penyusunan RPD Harian tingkat Satker kepada KPA paling lambat 1
hari kerja sebelum batas akhir penyampaian RPD Harian kepada KPPN.
2. Penyampaian RPD Tingkat Satker
KPA menyampaikan RPD Bulanan tingkat Satker kepada KPPN paling lambat akhir
minggu kedua bulan Januari tahun anggaran berkenaan dan unit eselon I K/L paling lambat
akhir minggu pertama bulan Februari tahun anggaran berkenaan.
PPK menyampaikan RPD Harian tingkat Satker kepada KPPN untuk semua jenis SPM
yang nilainya masuk dalam klasifikasi transaksi besar. Klasifikasi transaksi besar dan batas
waktu penyampaian RPD Harian tingkat Satker yang dimaksud dirinci sebagai berikut:
Klasifikasi Nilai Bruto SPM Batas Waktu Penyampaian
Transaksi
Transaksi > Rp 1 Triliun 15 hari kerja sebelum pengajuan
A SPM
Transaksi > Rp 500 Miliar s.d. Rp 1 10 hari kerja sebelum pengajuan
B Triliun SPM
Transaksi Rp 1 Miliar s.d. Rp 500 5 hari kerja sebelum pengajuan
C Miliar SPM
Dalam hal transaksi valuta asing, maka nilainya ekuivalen dengan nilai tersebut diatas
berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia .
Klasifikasi transaksi besar dikecualikan terhadap penyusunan RPD Harian tingkat Satker
untuk jenis SPM: SPM Nihil (nilai bersih Rp 0,00) dan SPM dengan nilai potongan tertentu
(memiliki potongan namun nilai bersihnya kurang dari Rp 1 Miliar).
22
3. Pemutakhiran atas RPD Tingkat Satker
23
b. Pemutakhiran atas RPD Harian
PPK melakukan pemutakhiran RPD Harian tingkat Satker dalam hal terdapat (a)
Perubahan nilai SPM; dan atau (b) Perubahan waktu penyampaian SPM atas SPM yang
termasuk dalam klasifikasi transaksi A dan transaksi B.
Langkah-langkah pelaksanaan pemutakhiran RPD Harian tingkat Satker oleh PPK adalah
sebagai berikut:
1) Melakukan monitoring terhadap kalender kegiatan dengan memperhatikan antara
kalender kegiatan dan perkiraan penarikan dana untuk hal sebagai berikut:
- Perubahan jumlah kebutuhan dana yang akan menyebabkan perubahan jenis
kategori transaksi besar.
- Perubahan jumlah kebutuhan dana yang tidak menyebabkan perubahan jenis
kategori transaksi besar
- Perubahan jadwal kegiatan
2) Menuangkan perubahan/ penyesuaian ke dalam pemutakhiran RPD Harian tingkat
Satker.
3) PPK melaporkan penyusunan pemutakhiran RPD Harian tingkat Satker kepada KPA
serta menyampaikan pemutakhiran RPD Harian tingkat Satker kepada KPPN dengan
ketentuan batas waktu sebagai berikut:
Klasifikasi Transaksi Batas Waktu Penyampaian
Transaksi A 10 hari kerja sebelum pengajuan SPM
Transaksi B 5 hari kerja sebelum pengajuan SPM
c. Ketentuan Lainnya
Berdasarkan RPD Bulanan tingkat Satker, KPPN melakukan analisis meliputi:
1) Kesesuaian RPD Bulanan tingkat Satker dan pagu DIPA
2) Tren/ pola penarikan dana
3) Perbandingan RPD Bulanan tingkat Satker yang memiliki karakteristik yang sama
4) Ketepatan waktu penyampaian
Berdasarkan pemutakhiran RPD Harian tingkat Satker, KPPN melakukan analisis:
1) RPD Harian tingkat Satker dengan realisasi
2) Kendala dan permasalahan penarikan dana
3) Tren/ pola penyerapan
4) Ketepatan waktu penyampaian
5) Perbandingan RPD Harian tingkat Satker yang memiliki karakteristik yang sama
Dalam hal hasil analisis KPPN terdapat ketidaksesuaian antara RPD Bulanan tingkat Satker
dengan data DIPA, KPPN mengembalikan RPD Bulanan tingkat Satker kepada Satker untuk
24
dimutakhirkan paling lambat akhir minggu keempat bulan Januari tahun anggaran berkenaan
dan disampaikan kembali kepada KPPN paling lambat akhir minggu pertama bulan Februari.
4. Sarana Penyampaian RPD Tingkat Satker
Penyampaian RPD tingkat Satker dan pemutakhirannya (baik bulanan maupun harian)
dilakukan pada hari dan jam kerja layanan KPPN melalui beberapa sarana/ media, antara
lain: (a) Aplikasi elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
(b) Diantar langsung ke KPPN; (c) E-mail.
Kepala KPPN dapat memberikan dispensasi kepada satker atas pengajuan SPM tanpa
RPD Harian tingkat Satker dan/ atau RPD Harian hasil proyeksi yang digunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya penting dan mendesak, yaitu :
a. Penanggulangan Bencana Alam;
b. Penanggulangan Kerusuhan Sosial dan/ atau Terorisme;
c. Operasi Militer dan/ atau Intelijen;
d. Kegiatan Kepresidenan; atau
e. Transaksi mendesak lainnya yang disetujui Kepala KPPN.
Adapun mekanisme pemberian dispensasi tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Mekanisme pemberian dispensasi untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya penting dan
mendesak huruf a,b,c, dan d.
Persetujuan pemberian
Surat Persetujuan
Dispensasi oleh Kepala Kantor
disampaikan ke KPA Satker
dengan menerbitkan Surat
dan ditembuskan kepada
Persetujuan Pemberian
Kepala Kanwil DJPb setempat
Dispensasi
25
Permohonan pemberian Disampaikan ke KPPN dengan DISETUJUI
dispensasi atas SPM tanpa melampirkan Surat Pernyataan KEPALA
RPD (poin e) Kegiatan Penting Mendesak KPPN
26
27
29
30
Format Surat Permohonan Dispensasi Pengajuan SPM Tanpa RPD Harian Tingkat
Satker atau RPD Harian hasil proyeksi
31
32
BAB IV
1. Pengajuan Tagihan
Penerima Hak mengajukan surat tagihan kepada KPA/PPK paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah timbulnya hak tagih kepada Negara. Timbulnya Hak Tagih kepada negara
adalah pada saat dokumen Berita Acara Kemajuan Pekerjaan, dan/atau Berita Acara
Dasar Hukum :
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara.
Apabila dalam 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih Penerima Hak belum
mengajukan Surat Tagihan, maka KPA/PPK harus segera memberitahukan secara tertulis
kepada Penerima Hak untuk mengajukan tagihan, begitupun sebaliknnya Penerima Hak
juga harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada KPA/PPK atas keterlambatan
pengajuan tagihan.
33
Pembayaran tagihan atas belanja negara diutamakan dibayar secara langsung (LS).
Namun untuk kegiatan operasional satker yang sifatnya tidak memungkinkan untuk
dibayarkan secara LS dapat dibayarkan dengan Uang Persediaan (UP) melalui bendahara
Bendahara pengeluaran /pihak lainnya untuk keperluan belanja pegawai non induk,
2. Pengajuan SPM
Dalam pencairan anggaran belanja negara, KPPN melakukan penelitian dan pengujian
atas SPM yang disampaikan oleh PPSPM. SPM yang diajukan ke KPPN digunakan
1. Penyampaian SPM
Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh Petugas Pengantar SPM yang sah
b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS)
a. SPM UP
34
Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK
dan dokumen pendukung kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan.
Syarat pengajuan UP adalah UP tahun lalu sudah dipertanggungjawabkan
seluruhnya (Nihil).
Dokumen : SPP SPM
lampiran
1. Surat Pernyataan UP dari √
KPA √
2. Rencana Kegiatan
Uraian SPM : Penyediaan Uang Persediaan, sesuai SPP No…
Tanggal…
b. SPM TUP
PPK menerbitkan SPP TUP dan menyampaikan kepada PPSPM paling lambat 2
(dua) hari kerja setelah diterimanya surat persetujuan TUP dari Kepala KPPN.
Pengujian sampai dengan penerbitan SPM TUP oleh PPSPM diselesaikan paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPP TUP beserta dokumen pendukung diterima
secara lengkap.
Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK
dan dokumen pendukung kepada KPPN paling lamabat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan.
Dokumen : SPP SPM
lampiran
1. Surat Ijin Kepala KPPN √ √
2. Rincian penggunaan √
dana yang
ditandatangani oleh
KPA/PPK dan
√
Bendahara Pengeluaran
35
3. Surat Pernyataan dari √
KPA sesuai format
4. Surat Permohonan TUP
Uraian SPM : Penyediaan Tambahan Uang Persediaan, sesuai
SPP No.... Tanggal ....
c. SPM GUP
PPK menerbitkan SPP GUP dan menyampaikan kepada PPSPM paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan
benar.
Pengujian sampai dengan penerbitan SPM GUP oleh PPSPM diselesaikan paling
lambat 4 (empat) hari kerja setelah SPP GUP beserta dokumen pendukung
diterima secara lengkap.
Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK
dan dokumen pendukung kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan.
Dokumen : SPP SPM
lampiran
1. Daftar Rincian Permintaan √ -
Pembayaran
2. Bukti Pengeluaran √
√
3. SSP yang telah
Dikonfirmasi KPPN
36
Pengujian sampai dengan penerbitan SPM PTUP oleh PPSPM diselesaikan paling
lambat 3 (tiga) hari kerja setelah SPP PTUP beserta dokumen pendukung
diterima secara lengkap.
Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK
dan dokumen pendukung kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan.
Dokumen : SPP SPM
lampiran
1. Daftar Rincian Penerimaan √
Pembayaran
2. Bukti pengeluaran √
√
3. SSP yang telah
√
Dikonfirmasi KPPN
4. SSBP apabila TUP tidak
digunakan
37
o SPM LS Pembayaran Honor (bendahara/ pegawai terlampir)
Dokumen :
SPP SPM
lampiran
1. SSP (apabila ada √ √
potongan pajak)
2. Daftar Lampiran √ √
√
Rekening
√
3. Surat Keputusan
4. Nominatif honorarium
Uraian SPM : Pembayaran belanja pegawai berupa honor
bulan... sesuai SK no... tgl... , sesuai SPP
no... tgl...
3. Daftar Nominatif ( √ √
√
Daftar lampiran
√
rekening)
4. Daftar Pembayaran
√ √
Tunjangan Kinerja
5. Daftar Rekapitulasi √
Tunjangan Kinerja
4. Kuitansi √
√
5. Bukti penyelesaian
pekerjaan lainnya
sesuai ketentuan
39
1. SSP √ √
2. Daftar Lampiran √ √
Rekening √ √
3. Karwas Kontrak √ √
4. NRK √ √
√ √
5. Fotokopi Hal IV DIPA
√ √
6. SPTJM
√ √
7. Bukti Perjanjian/kontrak
40
8. Berita Acara Penyelesaian √
Pekerjaan
9. Berita Acara Serah Terima √
Pekerjaan/Barang
√
10. Bukti penyelesaian
√
pekerjaan lainnya sesuai
ketentuan
√
11. Berita Acara Pembayaran √
12. Kuitansi yang telah
ditandatangani penyedia
barang/jasa dan PPK
13. Reviu KPA/Reviu
Itjen/Reviu BPKP
41
Menurut:
1. Surat Direktur Sistem Perbendaharaan Nomor S-6040/PB.7/2016 hal
Permohonan Petunjuk Lebih Lanjut tentang Tunggakan Pembayaran
TA 2015 dan Pembayaran Sisa Pekerjaan TA 2015 yang dilanjutkan
TA 2016,dan
2. Surat Kepala Kantor Wilayah Prov. DKI Jakarta Nomor S-
2160/WPB.12/2016 hal Petunjuk Lebih Lanjut tentang Tunggakan
Pembayaran TA 2015 dan Pembayaran Sisa Pekerjaan TA 2015 yang
dilanjutkan TA 2016
42
o SPM LS Kontraktual
Dokumen :
SPM
lampiran SPP
1. SSP √ √
2. Karwas kontrak √ √
3. NRK √ √
4. Bukti √
Perjanjian/kontrak
√
5. Referensi bank yang
menunjukkan nama dan
√
nomor rekening
barang/jasa √
6. Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan
7. Berita Acara Serah √
Terima
Pekerjaan/Barang √
8. Bukti penyelesaian
√
pekerjaan lainnya
sesuai ketentuan
√
9. Berita Acara
Pembayaran
10. Kuitansi yang telah
ditandatangani √ √
penyedia barang/jasa √ √
dan PPK
11. Faktur pajak beserta
SSP
Kontrak multiyears
dilengkapi dengan:
a. Karwas manual
b. Surat Izin Menkeu
43
(kecuali yang
bersumber dari LN)
44
1. SSP √ √
2. Karwas kontrak √ √
3. NRK √ √
4. Asli jaminan √
5. Fotocopy Jaminan
√ √
Uang Muka (yang
dilegalisasi PPK)
√
6. Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK)
3. NRK √ √
√ √
4. Karwas kontrak
√ √
5. SSBP
45
3. Pengajuan Gaji
Penyaluran gaji ke rekening pegawai dilakukan oleh Bank Umum yang ditunjuk Kuasa
BUN. Gaji yang dimaksud meliputi Gaji Induk, gaji ke-13, dan tunjangan hari raya. Dalam
satu tahun sejak berlakunya PMK Nomor 11/PMK.05/2016 tentang Penyaluran Gaji Melalui
Rekening Pegawai Negeri Sipil/Prajurit Tentara Nasional Indonesia/Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia Pada Bank Umum Secara Terpusat, seluruh penyaluran gaji akan
dilakukan secara terpusat melalui bank umum penyalur gaji dari rekening RPK BUN-P Gaji
yang dibuka oleh Ditjen Perbendaharaan pada bank umum berkenaan.
Dasar Hukum:
1) Ditjen Perbendaharaan dalam hal ini Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN)
membuka Rekening Pengeluaran Kuasa BUN Pusat Gaji (RPK BUN-P Gaji) pada bank
operasional penyalur gaji. RPK BUN-P Gaji dimaksud digunakan untuk menampung
dropping dana SP2D pembayaran gaji pegawai.
46
saldo pada RPK BUN-P Gaji pada akhir hari kerja penyaluran gaji, seluruh saldo wajib
dilimpahkan ke Rekening Kas Umum Negara pada hari berkenaan.
3) Dalam rangka pembayaran gaji kepada pegawai, setiap pegawai membuka rekening pada
Bank Umum yang ditunjuk sebagai Bank Penyalur Gaji.
Pembayaran gaji kepada pegawai didasarkan pada SPM yang diajukan oleh Satuan Kerja
pegawai bersangkutan dengan ketentuan lebih lanjut sebagai berikut:
1) SPM gaji dibuat per jenis gaji (gaji induk, kekurangan gaji, gaji susulan, gaji terusan)
2) Dalam hal Satuan Kerja mengajukan SPM Gaji lebih dari satu Bank Umum, SPM Gaji
dikelompokkan berdasarkan Bank Umum tempat pegawai membuka rekening untuk
menerima pembayaran gaji.
3) Pengajuan SPM Gaji lebih dari satu Bank Umum harus terdiri atas Bank Umum
Konvensional dan Bank Umum Syariah.
4) Pengajuan SPM Gaji oleh Satuan Kerja paling banyak pada 3 Bank Umum untuk per jenis
pembayaran gaji.
Surat Direktur Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan Nomor S-1340/PB.3/2016
tentang Sosialisasi dan Penjelasan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
11/PMK.05/2016 menyebutkan hal-hal sebagai berikut:
1) Jumlah bank umum penyalur gaji pada suatu satker paling banyak 3 bank dengan
komposisi 1 bank umum konvensional dan 2 bank umum syariah.
2) Dalam hal rekening para pegawai dibuka pada lebih dari 1 bank penyalur gaji, maka SPM
Gaji dikelompokkan berdasarkan bank umum tempat pegawai satker tersebut membuka
rekening penerima gaji.
d. Penyampaian SPM LS Belanja Pegawai
1) PPK menerbitkan SPP LS Belanja Pegawai kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari
kerja
2) Pengujian sampai penerbitan SPM LS Belanja Pegawai oleh PPSPM diselesaikan paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPP LS Belanja Pegawai beserta dokumen
pendukung/lampiran diterima secara lengkap
47
3) Petugas Pengantar SPM menyapaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK dan
dokumen pendukung kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM
diterbitkan
a. Gaji induk
- SPM 2 (dua) lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK) nya
- Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Pegawai (.prb)
- ADK Gaji (.gpp)
- Surat Setoran Pajak (SSP)
- Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)
Apabila pegawai baru (CPNS)
- ADK kirim pegawai baru (.krm) setelah SK, SPMT, data keluarga, direkam pada
aplikasi GPP dengan lengkap dan benar
Bila pegawai baru pindahan
- ADK kirim pegawai baru (.krm)
b. Non gaji induk
Kekurangan Gaji
- SPM 2 (dua) lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK) nya
- Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Pegawai (.prb)
- ADK Gaji (.gpp)
- Surat Setoran Pajak (SSP)
- Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)
Gaji Susulan
a) Gaji Susulan Pegawai Pindahan/ Baru (jika belum pernah masuk Gaji Induk)
- SPM 2 (dua) lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK) nya
- Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Pegawai
(.prb)
- ADK Gaji (.gpp)
- Surat Setoran Pajak (SSP)
- Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)
- ADK kirim pegawai pindahan (.krm)
48
b) Gaji Susulan Pegawai Pindahan/ Baru (jika sudah masuk Gaji Induk)
- SPM 2 (dua) lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK) nya
- Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Pegawai
(.prb)
- ADK Gaji (.gpp)
- Surat Setoran Pajak (SSP)
- Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)
Gaji Bulan ke 13 (besaran sama dengan gaji bulan Juni tahun berkenaan)
- SPM 2 (dua) lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK) nya
- Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Pegawai (.prb)
- ADK Gaji (.gpp)
- Surat Setoran Pajak (SSP)
- Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)
Gaji Terusan
- SPM 2 (dua) lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK) nya dan uraian dalam SPM
mencantumkan gaji terusan ke berapa dan bulan gaji terusan dimaksud
- Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Pegawai (.prb)
- ADK Gaji (.gpp)
- Surat Setoran Pajak (SSP)
- Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)
e. Tunjangan Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil yang Bertugas
dalam Operasi Pengamanan pada Pulau –Pulau Kecil Terluar dan Wilayah Perbatasan
49
50% (lima puluh persen) dari gaji pokok bagi yang bertugas sesaat di wilayah udara
dan laut perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar
Bagi Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan PNS yang melaksanakan tugas terhitung
mulai tanggal 1 berdasarkan surat perintah operasi pengamanan, Tunjangan Operasi
Pengamanan dibayarkan mulai bulan berkenaan.
Bagi Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan PNS yang melaksanakan tugas terhitung
mulai tanggal 2 dan seterusnya berdasarkan surat perintah operasi pengamanan, dan
tanggal 1 bukan hari libur, Tunjangan Operasi Pengamanan dibayarkan mulai bulan
berikutnya.
Bagi Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan PNS yang melaksanakan tugasterhitung
mulai tanggal 2 dan seterusnya atau hari kerja pertama pada bulan berkenaan
berdasarkan surat perintah operasi pengamanan, dan tanggal 1 bertepatan
4. Tagihan Tertolak
Setiap tagihan berupa SPM yang masuk ke KPPN Jakarta IV akan diperiksa. Pemeriksaan
ini dilakukan baik di bagian Front Office maupun dibagian Middle Office. Terdapat beberapa
pemeriksaan seperti kelengkapan dokumen pendukung, kesesuaian data dan pengujian
spesimen tanda tangan. Apabila SPM tersebut tidak memenuhi syarat tertentu, maka SPM
50
tersebut akan ditolak, baik oleh validator maupun oleh kepala seksi. Selain itu, SPM juga bisa
tertolak otomatis oleh sistem SPAN. Berikut hal-hal yang menyebabkan tertolaknya tagihan:
1. Dana yang tidak mencukupi
Dalam PMK 190/PMK.05/2012 pasal 3 (tiga) dijelaskan bahwa pengeluaran negara tidak
boleh dilaksanakan jika alokasi dananya tidak tersedia atau dana tidak cukup tersedia dalam
DIPA.
Pada situasi tersebut, SPM akan tertolak otomatis oleh sistem SPAN. Validator tagihan
akan mengupload data di Oracle SPAN dan status validasinya berhasil. Akan tetapi data
tersebut tidak muncul di core span melainkan muncul di bagian invoice dengan keterangan
bahwa SPM tersebut tertolak karena dana tidak cukup.
Contoh : Ada dana tidak cukup untuk invoice [Dibatalkan]
2. Nama pemilik Rekening / Nama pemilik berbeda dengan data nama rekening pada SPAN
Contoh : Nama pemilik rekening (PT. PLN (PERSERO) AREA JAKARTA PUSAT)
dan (PT PLN (PERSERO)) harus sama.
3. Nama penerima berbeda dengan data nama penerima pada SPAN
Contoh : Site Type 6: Brs Excel 5 : Nama Pegawai (LAZUAR LANGIT) tidak sama
dengan data supplier (LAZUARDI LANGIT )
4. Rekening tidak ditemukan pada SPAN. Hal ini disebabkan rekening belum terdaftar di
SPAN atau rekening tersebut sudah di nonaktifkan dari data SPAN berdasarkan
permintaan satker.
Contoh : Pemilik rekening Bank (990012435679453) pada pemilik rekening (PT Suka
Maju) tidak ditemukan
5. NIP pegawai/penerima berbeda dengan data NIP pegawai/penerima pada SPAN (type 3
dan type 6)
Contoh : Site Type 3 : Brs Excel 34 : NIP Pegawai (199710202017022001) pada
penerima (AGUSTINA PUTRI, S.PD.I) tidak sama dengan data Supplier
(199505152015022003)
6. NPWP pegawai/penerima berbeda dengan data NPWP pegawai/penerima pada SPAN
(type 3 dan type 6)
Contoh : Site Type 6: Brs Excel 7 : NPWP Pegawai (667890123456789) pada
penerima (NURFAUZIAH) tidak sama dengan data Supplier (669021365475201)
51
Untuk no 2 sampai no 6, satker harus mencantumkan nama rekening, nama penerima, nip
pegawai, no rekening dan NPWP Pegawai dengan benar. Sesuai dengan PER 58/PB/2013
setiap data di SPM harus sesuai dengan data di sistem SPAN. Perbedaan tanda titik, koma,
spasi dan huruf menyebabkan SPM akan tertolak secara otomatis oleh sistem SPAN. Satker
harus memperbaiki kesalahan tersebut sehingga SPM bisa diproses.
7. Purchase Order (PO) kosong untuk SPM kontraktual. Hal ini disebabkan karena:
a. Pendaftaran kontrak tertolak (belum ada NRK)
b. Nama supplier tidak sesuai dengan yang didaftarkan
c. Segmen COA / BAS SPM tidak sama dengan kontrak yang didaftarkan.
Contoh : Nomor baris PO kosong, Nomor Pengiriman PO kosong, Nomor Distribusi
PO Kosong, Jumlah hardcopy SPM dan ADK tidak sama/Dokumen tidak
lengkap/Informasi PO tidak ditemukan. Satker dapat menghubungi KPPN setempat
untuk informasi lebih lanjut.
8. Penolakan SPM dengan alasan “..., ditolak dan atau dibatalkan”
Pada umumnya beberapa SPM ditolak oleh KPPN karena beberapa hal, sehingga Satker
harus melakukan perbaikan dan menyampaikan kembali SPM yang telah diperbaiki. Salah
satu jenis penolakan adalah penolakan substantif. Penolakan ini dilakukan ditingkat Validasi
dan Kepala Seksi. Untuk memperbaiki SPM tersebut satker harus menyampaikan SPM
dengan menggunakan nomer SPM yang baru.
Contoh : Validasi invoice gagal = Nomor resume Tagihan/SPM sudah pernah di
upload (00120T/450012/2017)
9. Berkas yang tidak lengkap
Dalam menyampaikan SPM, satker juga melampirkan beberapa berkas yang mendukung
SPM tersebut. Berkas-berkas yang perlu dilampirkan di atur dalam PMK 190/PMK.05/2012
pasal 35 ayat 2 untuk SPM Kontrak dan pasal 59 ayat 2, 3 dan 4 untuk SPM-
UP/TUP/GUP/GUP NIHIL/PTUP/LS. Selain itu satker juga harus memperhatikan ketentuan
lain yang terkait.
Apabila berkas yang seharusnya dilampirkan bersama dengan SPM, tidak dilampirkan
oleh Satker maka SPM tersebut akan ditolak dan dikembalikan kepada satker untuk
dilengkapi.
Contoh : Karwas kontrak belum dilampirkan
10. Kesalahan Uraian pada SPM
52
Pada SPM LS harus dituliskan, tanggal kontrak dan nomor kontrak atau nomor SPK
(Surat Perintah Kerja). Jika terdapat perubahan atau addendum kontrak, nomor dan tanggal
addendum juga harus disertakan pada Uraian. Jenis Belanja juga harus sesuai dengan kode
belanja.
Contoh : Uraian SPM tidak sesuai PMK 190
11. Berita acara dibuat setelah kontrak ditandatangani sampai dengan serah terima pekerjaan.
Contoh : tanggal kontrak 5 Maret 2017, BAP/BAST tanggal 10 Februari 2017
12. Keterlambatan penyampaian SPM
Pada PMK No 190/PMK.05/2012 Pasal 59 ayat 5 dijelaskan bahwa PPSPM
menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 hari kerja setelah SPM diterbitkan. Lebih
lanjut pada ayat 6 dijelaskan bahwa SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan
kepada KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran. Namun apabila tanggal
15 merupakan hari libur, maka SPM –LS gaji induk disampaikan kepada KPPN paling lambat
1 hari kerja sebelum tanggal 15.
Peraturan tersebut tidak berlaku untuk satker yang kondisi geografis dan transportasinya
sulit, dengan memperhitungkan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Penolakan SPM
KPPN melakukan penolakan atas SPM yang diajukan oleh Satker dalam hal:
Satker tidak menyampaikan RPD Harian tingkat Satker dan/ atau RPD Harian hasil
proyeksi
SPM disampaikan mendahului tanggal jatuh tempo RPD Harian tingkat Satker dan/
atau RPD Harian hasil proyeksi
SPM disampaikan tidak sesuai dengan RPD Harian tingkat Satker dan/ atau RPD
Harian hasil proyeksi.
KPPN dapat tetap melakukan penerimaan SPM dan menerbitkan SP2D atas SPM yang
ditolak disertai dengan surat pernyataan bersedia dilakukan penundaan dari KPA. KPPN
melakukan penundaan pencairan SP2D melalui penerbitan SP2D tanggal jatuh tempo
53
Klasifikasi Transaksi Tanggal Jatuh Tempo
Transaksi A 15 hari kerja setelah tanggal SPM diterima
Transaksi B 10 hari kerja setelah tanggal SPM diterima
Transaksi C 5 hari kerja setelah tanggal SPM diterima
SPM diajukan sebelum tanggal jatuh Sesuai dengan tanggal jatuh tempo RPD
tempo
54
BAB V
SP2D
Data supplier pada SPAN harus sesuai dengan data pada dokumen pendukungnya.
Kesalahan penulisan data supplier pada perekaman data supplier akan berakibat pada
tertolaknya transfer dana ke rekening penerima. Untuk itu, satker harus segera melakukan
perbaikan data supplier dengan menyerahkan surat permohonan perubahan data kepada
KPPN sesuai prosedur yang berlaku, diatur dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan
Nomor PER-58/PB/2013. Dengan demikian, retur dapat terjadi karena disebabkan oleh
55
beberapa hal yang menjadikan transfer pencairan APBN tidak masuk ke rekening
penerima, antara lain:
a. Nama pemilik rekening salah
b. Nomor rekening salah
c. Rekening beku/sudah tidak aktif
d. Rekening tidak ditemukan
e. Nama bank penerima salah
Pada dasarnya, penyelesaian dan penatausahaan dana retur SP2D terbagi dalam
dua kondisi yaitu:
a. Kondisi pertama, retur dapat dilakukan apabila dana yang diterima selama tahun
berjalan (belum disetor ke kas negara) dapat dibayarkan kembali dengan penerbitan
surat ralat rekening SP2D. Dalam hal penyelesaian dan pelaksanaan retur, satker wajib
menyerahkan beberapa dokumen sebagai lampiran dari surat ralat rekening SP2D.
56
2) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)
Adalah pernyataan yang diterbitkan dan dibuat oleh Kuasa PA yang memuat jaminan
atau pernyataan bahwa seluruh pengeluaran telah dihitung dengan benar dan disertai
kesanggupan untuk mengembalikan kepada negara apabila terdapat kelebihan
pembayaran. Berikut format SPTJM
57
3) Daftar ralat/perbaikan rekening
Adalah lampiran yang dibuat oleh satker berisikan daftar perbaikan data rekening
penerima pembayaran dan uraian SP2D retur pada OM SPAN sebelum adanya perbaikan.
Selain itu, juga tertera nilai nominal SP2D dan jumlah total penerimaan pembayaran retur.
Berikut format daftar ralat/perbaikan rekening
58
4) Surat pemberitahuan retur dari KPPN
Adalah surat yang diterbitkan oleh KPPN berisi pemberitahuan kepada satker untuk
segera melakukan perbaikan data supplier pada sistem aplikasi yang digunakan dan
menyampaikan surat ralat/perbaikan rekening berdasarkan perbaikan data yang dilakukan.
Surat pemberitahuan retur ini ditembuskan kepada Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi DKI Jakarta. Berikut contoh surat pemberitahuan dari KPPN
59
Adapun mekanisme penyelesaian retur adalah sebagai berikut:
60
dengan data yang benar dan sesuai rekening koran dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Untuk perubahan terkait data pada rekening seperti nomor rekening dan
bank penerima, maka satker harus menyerahkan SPM dummy. SPM
dummy adalah SPM yang digunakan untuk melakukan pendaftaran
supplier, biasanya karena adanya retur SP2D akibat salah nomor rekening.
SPM dummy dibuat dengan memilih jenis SPM yang sederhana non
kontraktual non GPP dengan nilai satu rupiah. KPPN tidak memroses data
SPM nya tetapi hanya mengambil data BCSR untuk mengupload data
suppliernya. setelah diajukan ke loket KPPN, satker harus menghapus
SPM tersebut Setelah dilakukan perbaikan, Satker/KPA membuat surat
ralat/perbaikan paling lambat 7 hari beserta dokumen kelengkapan lainnya.
Apabila melebihi batas waktu, harus melampirkan surat keterlambatan
yang mencantumkan alasan keterlambatan
b. Untuk nama pemilik rekening yang tidak bisa diubah dengan SPM
dummy, maka satker harus mengajukan surat perubahan data rekening
sebagaimana diatur dalam peraturan dirjen perbendaharaan nomor PER-
58/PB/2013
7) Jika surat ralat dan lampiran lainnya telah lengkap dan sesuai, KPPN
dapat melakukan penyelesaian Retur SP2D dengan mencetak data supplier dan
daftar retur SP2D pada OM SPAN serta mengirimkan permintaan retur satker ke
BO
8) Rekening rr mendebet dana ke rekening tujuan
b. Kondisi kedua, yaitu kesalahan retur yang telah disetorkan ke kas negara dapat
dibayarkan kembali melalui penerbitan SPM-PP/SP2D oleh KPPN setelah ada
pengajuan Surat Permohonan Pembayaran Kembali (SPPK) dari KPA/satuan kerja.
Dasar pembayaran kembali dana retur SP2D yang dimaksud, berpedoman pada PMK
Nomor 96/PMK.05/2017 tentang Tata Cara Pembayaran Atas Transaksi Pengembalian
Penerimaan Negara. Dalam proses pembayaran kembali dana retur SP2D yang telah
disetor ke Kas Negara diperlukan dokumen-dokumen terkait penyetoran dana retur
SP2D ke Kas Negara. Dokumen-dokumen yang dimaksud akan menjadi dasar
61
penerbitan Surat Ketetapan Keterlanjutan Setoran Penerimaan Negara (SKKSPN)
oleh Dit.PKN selaku KPA satker Dit.PKN. Proses pembayaran kembali dana retur
SP2D yang telah disetor ke Kas Negara dapat dilakukan baik per transaksi maupun
secara batch.
Berdasarkan ketentuan kelengkapan dokumen yang harus diserahkan kepada KPPN
tersebut, masih sering ditemukan kesalahan satker yang membuat penyelesaian
retur SP2D menjadi tertunda. Kesalahan yang masih sering dilakukan satker yaitu:
1) Dokumen yang dilampirkan tidak lengkap
2) Tidak melakukan perubahan data supplier sebelum mengajukan retur
3) Adanya perbedaan pencatatan data supplier pada SPAN dan dokumen
pendukungnya
4) Masih terdapat perbedaan data supplier meskipun telah dilakukan perubahan
sehingga kembali dilakukan retur
5) Pengisian nominal retur pada SPTJM tidak sesuai dengan yang tertera pada daftar
ralat/perbaikan rekening
Untuk itu, yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh satker untuk mengurangi
terjadinya retur SP2D antara lain:
1) Satker diharap segera menindaklanjuti surat pemberitahuan retur SP2D dari KPPN
dengan mengumpulkan data penerima yang dananya di retur
2) Pada saat perekaman data atau perubahan data supplier sebaiknya mencocokkan
kembali dengan data yang terdapat pada OM SPAN untuk menghindari penolakan
data supplier karena adanya perbedaan data dengan SPAN
3) Perubahan nama/nomor rekening agar disesuaikan dengan yang tercantum pada
buku tabungan penerima/referensi bank
2. Rekonsiliasi Data Retur SP2D
Dalam menjamin keakuratan dan validitas data retur SP2D, KPPN melakukan
rekonsiliasi data retur SP2D dengan catatan retur SP2D milik satker. Adapun ketentuan
62
Keterangan mekanisme rekonsiliasi data retur SP2D:
1) KPPN menyampaikan data retur SP2D ke seluruh satker mitra kerja dengan batas waktu
yang ditentukan (bersifat kondisional atau berbeda di setiap periode yang didasarkan pada
peraturan terkait dan surat pengaturan khusus penyelesaian retur SP2D direktur jenderal
perbendaharaan)
2) Satker melakukan verifikasi atas data retur SP2D yang disampaikan oleh KPPN dengan
data retur SP2D menurut catatan satker bersangkutan. Berdasarkan verifikasi data retur
SP2D yang dilaukan, satker berhak mengelompokkan data retur SP2D yang terdiri atas:
a. Retur SP2D yang diakui satker dan akan dimintakan pembayarannya kembali
Dalam hal dua bulan sejak penandatanganan BAR, satker belum meyampaikan surat
ralat/perbaikan atas retur SP2D, KPPN menyetor dana retur tersebut ke kas negara
dengan menerbitkan SP2D retur
b. Retur SP2D yang diakui satker dan tidak akan dimintakan pembayarannya kembali
63
Dalam hal satu bulan sejak penandatanganan BAR, satker belum meyampaikan surat
ralat/perbaikan atas retur SP2D, KPPN menyetor dana retur tersebut ke kas negara
dengan menerbitkan SP2D retur
c. Retur SP2D yang tidak diakui satker
- KPPN membuat pengumuman daftar retur SP2D yang tidak diakui pada
pengumuman resmi KPPN selambat-lambatnya sepuluh hari kerja setelah tanggal
penandatanganan BAR
- Dalam hal selama jangka waktu tiga bulan sejak diumumkan tidak ada pihak yang
menyatakan klaim atas retur SP2D dimaksud, KPPN menyetor dana retur tersebut
ke kas negara
- Dalam hal selama masa pengumuman terdapat pihak yang menyatakan berhak atas
retur SP2D dimaksud, KPPN berkoordinasi dengan satker pemilik retur SP2D
untuk penyelesaian lebih lanjut
- Apabila dalam jangka waktu tiga bulan tidak ada satker yang menyatakan klaim
untuk mencairkan dana retur tersebut, KPPN melakukan jurnal koreksi
3) Hasil verifikasi data retur SP2D dituangkan dalam berita acara rekonsiliasi retur SP2D.
Berikut format BAR
64
4) KPPN melakukan verifikasi dan updating data retur SP2D pada aplikasi SPAN
Dasar Hukum :
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor PER-57/PB/2010
Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Dan Surat
Perintah Pencairan Dana
Pengambilan SP2D Nihil dan Valas ke KPPN dilakukan oleh petugas yang ditunjuk
dengan menunjukkan KIPS petugas yang bersangkutan dan tanda terima SPM
KPPN wajib mencocokkan identitas petugas yang ditunjuk dengan data pada aplikasi
di KPPN
65
KPPN menyampaikan SP2D Nihil dan Valas kepada petugas yang ditunjuk apabila
petugas tersebut telah sesuai dengan KIPS dan data pada aplikasi di KPPN
KPPN dilarang menyampaikan SP2D Nihil dan Valas apabila terdapat ketidakcocokan
antara KIPS dan data di KPPN
66
BAB VI
Dasar Hukum :
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan
Negara Secara Elektronik
67
melihat kode KPPN), jika kode KPPN bukan 133 (Kode KPPN Jakarta IV) maka
FO bank mengembalikan Surat Setoran kepada WP/WB/WS
Jika surat setoran tersebut adalah penerimaan negara yang ditatausahakan oleh
KPPN Jakarta IV, maka FO seksi Bank akan memberikan surat setoran tersebut
kepada MO Bank
MO seksi Bank melakukan pengecekan surat setoran Penerimaan Negara pada
Aplikasi database, aplikasi MPN G2, dan aplikasi SPAN
Jika setoran penerimaan Negara tidak ditemukan, maka setoran dikembalikan
kepada WP/WB/WS dengan memberikan pernyataan
Tetapi jika setoran penerimaan Negara ada dalam aplikasi, maka Seksi Bank akan
memberikan Konfirmasi/legalisisasi atas Surat Setoran Penerimaan Negara
Setelah diberikan konfirmasi/legalisasi, maka Surat Setoran Penerimaan Negara
akan dikembalikan kepada WP/WB/WS
68
Mekanisme Konfirmasi dari Pihak Perorangan
69
b. Konfirmasi dari Satuan Kerja
Satker merekam/input data Setoran penerimaan pada Aplikasi SAS Modul PPK
yang meliputi : NTPN, NTB, Akun, Nilai Setoran, dan Tanggal Buku.
Setelah merekam data maka akan terbentuk ADK Penerimaan Negara yang akan
dimintakan konfirmasi kepada KPPN.
Satker menyerahkan ADK Penerimaan Negara kepada KPPN melalui Petugas
Front Office Seksi Bank atau melalui email validasipajak133@gmail.com
Staff Seksi Bank KPPN akan memeriksa ADK penerimaan Negara Satker
Staff Seksi Bank KPPN mengunggah ADK konfirmasi ke Portal MPN G2 Online
Jika setoran tidak ditemukan, maka Seksi Bank akan mengembalikan ADK
Penerimaan negara kepada satker dengan memberikan pernyataan langsung atau
melalui email
Jika setoran ada atau ditemukan, maka staff seksi bank akan mencetak Nota
Konfirmasi Penerimaan Negara
Staff seksi Bank akan menyerahkan nota konfirmasi penerimaan Negara kepada
satker.
Untuk satker yang menyerahkan ADK Penerimaan Negara melalui email, maka
staff seksi Bank memberitahukan kepada satker melalui email bahwa Nota
Konfirmasi Penerimaan Negara dapat diambil di loket seksi Bank (FO Bank).
70
Mekanisme Konfirmasi dari Pihak Satker
71
BAB VII
PENGELOLAAN REKENING PEMERINTAH
Sesuai amanat Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
bahwa Kementerian Negara/Lembaga untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dapat
membuka rekening penerimaan, rekening pengeluaran, dan rekening lainnya pada bank
umum setelah mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara atau Kuasa Bendahara Umum
Negara.
Dasar Hukum :
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.05/2017 tentang Pengelolaan
Rekening Milik Satuan Kerja Lingkup Kementerian Negara/Lembaga
72
Merupakan rekening giro dan/atau deposito pada bank umum yang dipergunakan untuk
menampung uang yang tidak dapat ditampung pada rekening penerimaan dan rekening
pengeluaran berdasarkan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja.
Struktur Rekening Pemerintah
73
a. Mekanisme Pembukaan Rekening
Pembukaan rekening Kementerian Negara/Lembaga/BLU dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
74
Keterangan:
1) KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU dapat mengajukan Permohonan persetujuan
pembukaan Rekening Penerimaan, Rekening Pengeluaran dan Rekening Lainnya
kepada KPPN.
Surat permohonan persetujuan pembukaan rekening harus memuat:
- Tujuan penggunaan rekening;
- Sumber dana;
- Mekanisme penyaluran dana; dan
- Perlakuan terhadap bunga, nisbah dan jasa giro
Surat permohonan persetujuan pembukaan rekening disampaikan ke KPPN dengan
melampirkan Surat kuasa KPA/Kepala Satuan Kerja/Pemimpin BLU.
2) Berdasarkan surat permohonan pembukaan rekening yang disampaikan oleh
KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU, KPPN melakukan:
Memeriksa kelengkapan dokumen permohonan persetujuan pembukaan Rekening;
Menilai kelayakan pemberian persetujuan pembukaan Rekening
3) Jika dokumen kurang lengkap, maka KPPN akan menerbitkan surat penolakan
pembukaan rekening kepada KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU
4) Jika dokumen lengkap dan penilaian menyatakan bahwa layak, maka KPPN akan
menerbitkan Surat Persetujuan Pembukaan Rekening yang berlaku selama 15 (lima
belas) hari kerja sejak tanggal penerbitan.
5) Setelah KPPN menerbitkan surat persetujuan pembukaan rekening, maka KPA/Kepala
Satuan Kerja/Pimpinan BLU dapat membuka rekening pada bank umum dengan
membawa surat persetujuan pembukaan rekening.
6) Pihak perbankan akan memberikan nama sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
nomor rekening
7) KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU wajib melaporkan pembukaan rekening
pada bank umum kepada KPPN paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak
terbitnya surat persetujuan pembukaan rekening.
75
b. Ketentuan penamaan rekening
Nama Rekening Bendahara Penerimaan :
o “BPN (kode KPPN mitra kerja) (nama kantor)”;
o Contoh: BPN 133 Ktr. Kesyahbandaran Tj. Priok
Nama Rekening Bendahara Pengeluaran :
o “BPG (kode KPPN mitra kerja) (nama kantor)”;
o Contoh: BPG 133 Pusintelad
Nama Rekening Bendahara Pengeluaran Pembantu :
o “BPP (kode KPPN mitra kerja) (nama kantor)”;
o Contoh: BPP 133 Setjen Kemenag Roku; atau
BPP 133 Kemenag Jakarta Barat 01
Nama Rekening Milik BLU
“RPL (kode KPPN mitra kerja) BLU (nama satker) untuk (PKD/PKE/OPS/DK)”
- PKD : Rekening Pengelolaan Kas BLU dalam bentuk deposito:
- PKE : Rekening Pengelolaan Kas BLU dalam bentuk giro;
- OPS : Rekening Operasional BLU; dan
- DK : Rekening Dana Kelolaan.
Jika satker memiliki lebih dari 1 BPP, maka penamaannya dapat menggunakan
Contoh: RPL 133 BLU STIP untuk OPS P (untuk penerimaan operasional BLU)
RPL 133 BLU STIP untuk OPS K (untuk pengeluaran operasional BLU)
Nama Rekening Milik Perwakilan RI
o “RPL (kode KPPN) PWK (nama satker) untuk (RTN/KB/PNBP/ANT/DT)”
- RTN : Rekening Rutin;
- KB : Rekening Kas Besi;
- PNBP : Rekening Penerimaan Negara Bukan Pajak;
- ANT : Rekening Antara; dan
- DT : Rekening Dana Titipan.
Nama Rekening Dana Bantuan
o “RPL (kode KPPN mitra kerja) DB (nama satuan kerja) untuk….”
Nama Rekening Penampungan Sementara
o ”RPL (kode KPPN mitra kerja) PS (nama satuan kerja) untuk.…”
Nama Rekening Penampungan Dana Jaminan
76
o “RPL (kode KPPN mitra kerja) PDJ (nama satuan kerja) untuk….”
Nama Rekening Penampungan Dana Titipan
o “RPL (kode KPPN mitra kerja) PDT (nama satuan kerja) untuk….”
Nama Rekening Penampungan Dana Hibah Langsung
o “RPL (kode KPPN mitra kerja) PDHL (nama satker) untuk (nomor register
hibah)”
Nama Rekening Penyaluran Dana Hibah
o “RPL (kode KPPN mitra kerja) PDH (nama satker) untuk (nomor register
hibah)”
Nama Rekening Penampungan Dana Kerjasama/Kemitraan
o “RPL (kode KPPN mitra kerja) KS (nama satuan kerja) untuk….”
o Contoh: RPL 133 KS Puslitbang untuk Pusat Unggulan Iptek
c. Ketentuan Tambahan
KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU dapat membuka lebih dari 1 (satu) Rekening
Penerimaan, Rekening Pengeluaran Pembantu, Rekening Lainnya milik Satuan Kerja lingkup
Kementerian Negara/Lembaga sesuai dengan kebutuhan dengan tetap memperhatikan
efektifitas dan efisiensi penggunaan Rekening.
2. Perubahan Bank
77
6) KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU memindahkan saldo dari rekening lama ke
rekening baru.
7) Setelah memindahkan saldo, maka KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU menutup
rekening lama.
8) KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU melaporkan pembukaan Rekening baru dan
melaporkan penutupan Rekening lama kepada KPPN.
78
Mekanisme Perubahan Bank
79
3. Pelaporan dan Pengendalian Rekening
Pelaporan dan pengendalian rekening Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja dapat
dilihat dalam gambar dibawah ini:
Mekanisme Pelaporan Rekening
Keterangan:
1) KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU berkewajiban melaporkan saldo seluruh
Rekening yang dikelolanya setiap bulan kepada Kepala KPPN paling lambat tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya.
2) Dalam hal tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, penyampaian laporan saldo
Rekening dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya.
3) Berdasarkan laporan saldo Rekening dari KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU,
KPPN menyusun daftar saldo Rekening tingkat KPPN berdasarkan sifat dana yang terdiri
atas:
- Dana yang merupakan hak Negara; dan
- Dana yang belum/tidak menjadi hak Negara.
4) KPPN menyampaikan daftar saldo Rekening kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.
5) Dalam hal tanggal 15 (lima belas) jatuh pada hari libur, penyampaian daftar saldo
Rekening dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya.
80
4. Blokir Rekening
1) KPPN dapat mengenakan sanksi blokir rekening dalam hal KPA/Kepala Satuan
Kerja/Pimpinan BLU tidak menyampaikan laporan saldo rekening bulanan.
2) Sanksi blokir yang dikenakan berupa blokir debit, dimana rekening tidak dapat didebit
namun masih tetap dapat dikredit.
3) Pemblokiran Rekening dilaksanakan setelah KPPN menerbitkan satu kali surat peringatan
kepada KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU yang tidak menyampaikan laporan
saldo Rekening sampai dengan tanggal 10 (sepuluh) bulan periode pelaporan berikutnya.
4) Dalam hal KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU telah menyampaikan laporan saldo
Rekening, KPPN berwenang mencabut blokir Rekening.
Ilustrasi:
Satker ABC telah membuka rekening bendahara pengeluaran bulan januari 2018,
kemudian sampai dengan tanggal 12 Februari 2018 Bendahara Pengeluaran satker ABC
belum melaporkan saldo rekening bulan Januari. Pada tanggal 13 Februari 2018, KPPN c.q
Seksi Bank menerbitkan dan memberikan Surat Peringatan kepada satker ABC. Sampai
tanggal 12 Maret 2018 satker ABC masih belum melaporkan saldo rekening bulan januari
maka KPPN akan memblokir rekening bendahara pengeluaran satker ABC. Kemudian pada
tanggal 16 Maret 2018 satker ABC melaporkan saldo rekening bulan Januari, maka KPPN
akan mencabut blokir rekening bendahara pengeluaran satker ABC.
5. Penutupan Rekening
1. KPPN berwenang menutup Rekening dan memindahbukukan saldonya ke kas negara
dalam hal:
a. KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU membuka Rekening tanpa persetujuan dari
KPPN;
b. KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU tidak menyampaikan laporan pembukaan
Rekening;
c. KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU tidak menyampaikan laporan pembukaan
dan penutupan Rekening sehubungan dengan perubahan bank tempat rekening
dibuka;
d. Rekening yang dibuka dan digunakan tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya;
dan
e. Diperlukan dalam pelaksanaan penertiban dan pengendalian Rekening.
81
2. KPPN berwenang menutup Rekening milik Satuan Kerja lingkup Kementerian
Negara/Lembaga paling lambat 1 (satu) tahun sejak Rekening dikategorikan sebagai
Rekening pasif atau 2 (dua) tahun sejak tanggal transaksi terakhir.
3. Rekening pasif merupakan Rekening yang tidak terdapat transaksi pendebitan ataupun
pengkreditan Rekening selama 1 (satu) tahun sejak tanggal transaksi terakhir.
4. Sebelum melakukan penutupan Rekening, KPPN menyampaikan surat pemberitahuan
Rekening pasif kepada KPA/Kepala Satuan Kerja/Pimpinan BLU setelah 6 (enam) bulan
sejak Rekening dikategorikan sebagai Rekening pasif.
Ilustrasi:
Satker ABC telah memiliki rekening Penampungan Dana Titipan sejak tahun 2015. Tetapi
dalam rekening Koran transaksi terakhir pada tanggal 5 Januari 2016. Sampai tanggal 5
Januari 2017 tidak ada transaksi dalam rekening tersebut, sehingga rekening Penampungan
Dana Titipan satker ABC dikategorikan sebagai rekening pasif. Pada tanggal 5 Januari 2018
masih tidak ada transaksi, maka KPPN c.q Seksi Bank menerbitkan Surat Pemberitahuan
rekening pasif kepada KPA satker ABC. Surat Pemberitahuan rekening pasif berlaku selama 6
bulan. Jika dalam 6 bulan masih tidak terdapat transaksi, maka pada tanggal 5 Juli 2018
KPPN akan menutup rekening Penampungan Dana Titipan satker ABC.
82
BAB VIII
KOREKSI
Dasar Hukum:
Koreksi Data adalah proses memperbaiki data transaksi tanpa mengubah data awal dan
hasil koreksi membentuk history. Data transaksi keuangan dapat dilakukan koreksi oleh
KPPN atau Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Data transaksi keuangan dimaksud merupakan data transaksi keuangan yang diproses
melalui aplikasi SPAN, yang meliputi:
1) Data Transaksi Pengeluaran, antara lain berupa: SP2D, SP2B BLU, SPHL, SP3HL,
Persetujuan MPHL BJS, dan SP3.
Data setoran transaksi penerimaan Negara melalui bank/pos persepsi atau Bank
Indonesia;
Data penerimaan yang berasal dari potongan SPM atau pengesahan pendapatan
dan belanja; dan
83
2. Koreksi Data Transaksi Pengeluaran
1) BAS
Sepanjang tidak mengakibatkan perubahan jumlah uang dan sisa pagu anggaran
pada DIPA menjadi minus;
Semua segmen BAS dapat diubah kecuali segmen 1 (Kode Satker) dan segmen 2
(Kode KPPN);
Dalam hal terdapat koreksi potongan penerimaan, semua segmen BAS sisi
penerimaan dapat diubah sepanjang tidak merubah jumlah uang.
3) Deskripsi/uraian pengeluaran.
Dilakukan terhadap semua uraian keperluan pembayaran sesuai jenis tagihan yang
tercantum dalam SPM.
Koreksi terhadap transaksi pengeluaran ada dua jenis yaitu Badan Layanan Umum (BLU)
dan Non BLU.
Koreksi Transaksi Pengeluaran berupa Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP2B
BLU) dilakukan berdasarkan surat permintaan koreksi sesuai format dengan dilampiri:
- ADK & hard copy SP3B-BLU Penyesuaian yang dihasilkan dari aplikasi yang telah
disediakan oleh DJPb ;
84
- Informasi Data Supplier.
Dalam hal terdapat koreksi yang mengakibatkan perubahan jumlah uang diatur oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
- SPTJM;
PPSPM melakukan:
- SPTJM;
85
- ADK koreksi SP2HL.
- SPTJM;
- SPTJM;
- SPTJM.
86
87
88
89
90
3. Koreksi Setoran Transaksi Penerimaan Negara
tentang Tata Cara Koreksi Data Transaksi Keuangan pada Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara (SPAN) bahwa koreksi data adalah proses memperbaiki data transaksi
tanpa merubah data awal dan hasil koreksi tersebut akan membentuk suatu data baru. Koreksi
data Penerimaan dilakukan oleh KPPN atau Dit. PKN selaku unit instansi yang
Dasar Hukum :
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER
16/PB/2014 tentang Tata Cara Koreksi Data Transaksi Keuangan pada
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)
KPA mengajukan surat permohonan perbaikan transaksi penerimaan Negara kepada KPPN
- SPTJM
- ADK Koreksi
- Nota Konfirmasi
91
1) KPPN c.q. Seksi Bank memeriksa/meneliti kebenaran data atas SSBP/SSPB beserta
2) Jika data pengajuan koreksi Penerimaan negara salah atau kurang lengkap, maka Staff
3) Jika data pengajuan koreksi sudah benar, maka staff Seksi Bank melakukan unggah
ADK Koreksi dan melakukan Perbaikan Data Transaksi Penerimaan Negara melalui
aplikasi SPAN
4) KPPN c.q. Seksi Bank akan melakukan unggah ADK pada aplikasi MPN G2
5) KPPN c.q. Seksi Bank mencetak Nota Konfirmasi Penerimaan Negara dan
92
Mekanisme Koreksi Penerimaan Negara
93
BAB IX
1. Pengertian SKPP
SKPP merupakan surat keterangan tentang terhitung mulai bulan dihentikan pembayaran
gaji yang dibuat/ dikeluarkan oleh PA/KPA berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang dan diketahui oleh KPPN setempat. SKPP diterbitkan dengan
tujuan agar pegawai satker yang pindah dapat dilanjutkan pembayaran gajinya oleh satker di
tempat kerja yang baru dan/ atau dibayarkan haknya oleh PT Taspen (Persero) dan/atau PT
Asabri (Persero).
Dasar Hukum:
bagi pegawai/ TNI yang memasuki masa pensiun dan meninggal dunia.
PER-37/PB/2009 tentang Petunjuk Teknis Pengalihan Pengelolaan Administrasi
Belanja Pegawai Negeri Sipil Kepada Satuan Kerja Kementerian Negara dan
Lembaga.
PER-58/PB/2013 tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak Dalam
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
PER-2/PB/2018 tentang Pelaksanaan Pembayaran Gaji Menggunakan Database
Gaji Terpusat
2. Jenis-jenis SKPP
a. SKPP Pindah, diperuntukkan bagi:
Pegawai yang pindah ke satker lain, baik yang mengakibatkan perubahan KPPN
pembayar maupun tetap dalam wilayah pembayaran KPPN yang sama;
Pegawai yang pindah ke/ dari luar negeri;
Pegawai yang diperbantukan/ pindah ke daerah otonom;
Siswa ikatan dinas yang diangkat menjadi pegawai; atau
Pegawai yang dipindah dari suatu kementerian/ lembaga ke kementerian/ lembaga lain.
94
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat yang mendapat hak pensiun atau menerima
uang tunggu;
Pegawai yang meninggal dunia.
95
3. Pengisian kolom “Utang-utang kepada Negara” dilakukan dengan memasukkan data yang
sebenar-benarnya (jika pegawai bersangkutan memiliki utang kepada Negara/ terdapat
kelebihan pembayaran yang dilakukan oleh Negara kepada pegawai bersangkutan).
4. Anak pegawai yang berhak mendapat tunjangan anak sebesar 2% (maksimal 2 orang)
adalah yang berusia maksimal 21 tahun atau berusia maksimal 25 tahun dengan syarat
berstatus sebagai seorang mahasiswa/I dan melampirkan surat keterangan mahasiswa pada
saat menyampaikan SKPP ke KPPN.
Adapun jangka waktu penyelesaian SKPP Pindah oleh KPPN adalah paling lambat 2 hari
kerja setelah diterima lengkap dan benar
b. Mekanisme Pengesahan SKPP Pensiun
Dalam rangka pengesahan SKPP Pensiun, beberapa persyaratan berupa dokumen yang
harus dilengkapi oleh Satker adalah sebagai berikut:
SKPP sebanyak 5 (lima) rangkap dengan penjelasan:
- Lembar pertama dan kedua untuk PT. Taspen (Persero);
- Lembar ketiga untuk pegawai bersangkutan;
- Lembar keempat untuk KPPN yang mengesahkan sebagai arsip/pertinggal;
- Lembar kelima untuk pertinggal Satker penerbit SKPP.
Melampirkan 1 (satu) lembar copy SK Pensiun atau SK Pemberhentian yang telah
dilegalisasi pejabat berwenang.
Serta beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Satker dalam pengisian form SKPP
adalah sebagai berikut:
1. Pengisian kolom “berdasar Surat Keputusan” pada form SKPP sesuai dengan yang dimuat
pada Surat Keputusan (SK) Pensiun/Pemberhentian pegawai yang bersangkutan.
2. Rincian perhitungan gaji (penghasilan dan potongan) terakhir yang tercantum dalam
SKPP harus sama dengan data pembayaran gaji terakhir yang ada dalam database GPP
KPPN.
3. Pengisian kolom “Utang-utang kepada Negara” dilakukan dengan memasukkan data yang
sebenar-benarnya (jika pegawai bersangkutan memiliki utang kepada Negara/ terdapat
kelebihan pembayaran yang dilakukan oleh Negara kepada pegawai bersangkutan).
4. Anak pegawai yang berhak mendapat tunjangan anak sebesar 2% (maksimal 2 orang)
adalah yang berusia maksimal 21 tahun atau berusia maksimal 25 tahun dengan syarat
96
berstatus sebagai seorang mahasiswa/I dan melampirkan surat keterangan mahasiswa pada
saat menyampaikan SKPP ke KPPN.
Adapun jangka waktu penyelesaian SKPP Pensiun oleh KPPN adalah paling lambat 2 hari
kerja setelah diterima lengkap dan benar.
a. SKPP Pindah
b. SKPP Pensiun
Satker menyampaikan dokumen ke Subbagian Umum melalui loket persuratan berupa:
1 lembar copy SK Pensiun yang dilegalisasi pejabat berwenang
2 lembar surat permintaan penonaktifan tipe supplier pegawai
(1 lembar sebagai tanda terima untuk Satker yang mengajukan, 1 untuk diperiksa
Seksi Pencairan Dana)
5 rangkap SKPP pensiun
(lembar I dan II untuk Taspen, lembar III untuk pegawai/PNS bersangkutan), lembar
IV sebagai arsip KPPN yang mengesahkan, lembar V untuk pertinggal satker
semula/penerbit SKPP)
97
SKPP akan diproses.
Apabila seluruh dokumen telah lengkap, dilakukan pengesahan oleh Seksi Pencairan Dana
Satker yang mengajukan SKPP dapat mengambil SKPP yang telah disahkan dengan
menunjukkan tanda terima pada loket Subbagian Umum.
98
Format SKPP Pindah PNS
99
100
Format SKPP Pensiun PNS
101
102
Format SKPP PIndah TNI
103
104
Format SKPP Pensiun TNI
105
106
BAB X
UP /TUP
1. Uang Persediaan / UP
Dasar Hukum:
a. Definisi
107
Mekanisme pembayaran dengan UP dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran
kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa dengan jumlah paling banyak sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan
perjalanan dinas. Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp.50.000.000 setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalam pengajuan UP
ke KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelola
oleh masing-masing BPP.Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP
yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah).
Besaran UP untuk masing-masing Satker berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP.
Berikut tabelnya :
Besaran Maksimal Uang Persediaan Jumlah Pagu Belanja yang bisa
Dibayarkan melalui UP
50.000.000 ≤ 900.000.000
100.000.000 900.000.000 s.d 2.400.000.000
200.000.000 2.400.000.000 s.d 6.000.000.000
500.000.000 > 6.000.000.000
** besaran UP dapat melampaui besaran tersebut berdasarkan persetujuan
kepala kantor wilayah DJPB
108
Dalam hal setelah 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan
sebagaimana dimaksud,belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN
memotong UP 1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan pengajuan
penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima puluh persen);
Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara memperhitungkan potongan UP dlm
SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara.
Ilustrasi :
S.D 10 April
UP: 100 Juta S.D 10 Maret Kepala KPPN
belum ajukan
belum ajukan menyampaikan
10 Januari GUP UP
GUP Surat
dipotong 25%
Setelah
S.D 10 Mei belum
Pemotongan pada SPM dipotong/disetor UP,
ajukan GUP UP
GUP atau disetor pengajuan GUP
dipotong 50%
berikutnya diawasi
a. Definisi
Tambahan Uang Persediaan, merupakan uang muka kerja yang diberikan oleh
KPPN selaku Kuasa BUN kepada satuan kerja K/L, sebagai tambahan dari UP Normal
yang suda diterima oleh satker tersebut. Tambahan UP bersifat mendesak atau habis dalam
waktu satu bulan (30 hari) kalender, sejak tanggal SP2D TUP sampai dengan SPM-GUP
diterima oleh loket KPPN. Berbeda dengan UP Normal dan Perubahan UP yang keduanya
bersifat revolving, Tambahan UP tidak bersifat revolving, melainkan hanya dipakai untuk
periode/bulan berkenaan sesuai kebutuhan.
b. Dasar Hukum
c. Persyaratan
109
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat mengajukan permintaan Tambahan Uang
Persediaan (TUP) kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada Bendahara Pengeluaran
tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat
ditunda. Syarat penggunaan dana Tambahan UP adalah:
Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
SP2D diterbitkan
Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS
Tambahan UP dapat diajukan oleh satker K/L meskipun penggunaan UP normal atau
PUP belum mencapai 50%. Tambahan ini diajukan dalam rangka satker yang
bersangkutan memerlukan pendanaan melebihi sisa dana UP yang tersedia pada bendahara
pengeluaran untuk keperluan yang mendesak.
KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN
disertai:
Rincian rencana penggunaan TUP
Dokumen lain yang dipersyaratkan oleh Kuasa BUN (KPPN) dalam rangka
penggunaan TUP
d. Penyusunan Rencana Penggunaan Dana (RPD) TUP
110
e. Peran KPPN dalam Monitoring Tambahan Uang Persediaan
Atas dasar permintaan Tambahan UP dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Satuan Kerja, KPPN melakukan penilaian terhadap:
pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP, bahwa pengeluaran tersebut
bukan merupakan pengeluaran yang harus dilakukan dengan pembayaran LS
pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP masih/cukup tersedia dananya
dalam DIPA
TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkan seluruhnya
TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas Negara
Apabila TUP sebelumnya belum dipertanggungjawabkan seluruhnya dan/atau
belum disetor, KPPN dapat menyetujui permintaan TUP berikutnya setelah mendapat
persetujuan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
f. Pertanggungjawaban TUP
111
1. Dalam rangka mengoptimalkan kas pemerintah, Satker diharapkan untuk
menggunakan Kartu Kredit Pemerintah sebagai alat pembayaran dengan
mekanisme UP
2. Untuk keperluan pembayaran dengan Kartu Kredit Pemerintah, Satker mengajukan
permohonan ikut serta dalam penggunaan Kartu Kredit Pemerintah kepada Kanwil
DJPb berkenaan.
3. Melaksanaan pengelolaan UP/TUP sebagai berikut :
a. Mengajukan UP dengan mempertimbangkan kebutuhan operasional Satker
dalam 1 (satu) bulan
b. Melakukan revolving (penggantian) UP jika penggunaannya telah mencapai
minimal 50%
c. Dalam hal terdapat rencana kegiatan satker yang memerlukan dana lebih besar
dari UP yang dimiliki, maka satker agar segera :
1) Mempercepat frekuensi Penggantian Uang Persediaan (GUP)
2) Mengajukan TUP sesuai norma
3) Mempertanggungjawabkan TUP sesuai dengan rencana penggunaan TUP
4. Dalam hal penggunaan TUP tidak sesuai dengan rencana, maka KPA harus
memberikan penjelasan secara tertulis kepada KPPN saat mengajukan SPM-PTUP
sesuai dengan format pada lampiran berikut:
KPA Satker dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada
Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya
mendesak/tidak dapat ditunda.
Syarat penggunaan TUP:
Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D
diterbitkan;
Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
1) Petugas satker menyampaikan Surat Permohonan TUP ke petugas CSO KPPN Jakarta
IV yang terdiri dari:
Rincian rencana penggunaan TUP
Surat yang memuat syarat penggunaan TUP dibuat sesuai format
112
2) Surat persetujuan atas penolakan akan disampaikan dengan terlebih dahulu
mengecek tanda terima surat Permohonan TUP yang diserahkan oleh satker melalui
loket persuratan Subbagian Umum
113
3. Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS)
a. Pengertian
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor Per-57/PB/10
tentang tata cara penerbitan surat perintah membayar dan surat perintah pencairan dana,
dalam pasal 10 ayat 1 disebutkan bahwa kartu identitas petugas satker adalah kartu
yang menunjukkan identitas petugas yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran
untuk menyampaikan SPM dan mengambil SP2D.
b. Pembuatan kartu identitas petugas satker diatur dalam:
- Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor Per-57/PB/10 tentang
tata cara penerbitan surat perintah membayar dan surat perintah pencairan
dana
- Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor Per-40/PB/16 tentang
perubahan ketiga atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor
Per-57/PB/10 tentang tata cara penerbitan surat perintah membayar dan surat
perintah pencairan dana
c. Mekanisme Pembuatan Kartu Identitas Petugas Satker
Kuasa Pengguna Anggaran mununjuk petugas pengantar SPM dan pengambil
SP2D paling banyak tiga orang, petugas yang ditunjuk adalah pejabat
perbendaharaan atau pegawai negeri yang memahami prosedur pencairan dana.
Kuasa pengguna anggaran menyampaikan surat permohonan pembuatan kartu
identitas petugas satker kepada KPPN dengan dilampiri :
- Surat penunjukan petugas pengantar SPM dan pengambil SP2D
- Fotokopi KTP/SIM/indentitas lainnya
- Foto berwarna
Berdasarkan surat permohonan dari kuasa pengguna anggaran KPPN
melakukan perekaman data petugas pengantar SPM dan petugas pengambil
SP2D pada aplikasi konversi.
KPPN mencetak kartu identitas petugas satker dan menyampaikannya kepada
kuasa pengguna anggaran menggunakan berita acara penyampaian kaertu
identitas petugas satker
d. Penggunaan Kartu Identitas Petugas Satker
114
Penyampaian SPM ke KPPN oleh petugas yang telah ditunjuk dengan
menunjukkan kartu identitas petugas satker yang bersangkutan
KPPN wajib mencocokkan identitas petugas satker dengan melakukan scan
pada barcode yang tertera pada kartu identitas petugas satker
Jika kartu identitas petugas satker telah sesuai dengan data pada aplikasi
konversi maka KPPN dapat memroses SPM
KPPN berhak menolak SPM jika terdapat ketidakcocokan antara kartu identitas
petugas satker dan data identitas pada KPPN
115
116
BAB XI
Dasar Hukum :
PMK-162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara
Bendahara
Satuan kerja diharapkan mampu mengantisipasi agar LPJ yang dibuat benar dan
akurat. Satuan kerja diharapkan lebih teliti dalam membuat LPJ dan ketika disampaikan ke
KPPN tidak salah sehingga tidak perlu bolak-balik memperbaiki LPJ.
Mekanisme Pernyampaian LPJ Bendahara ke KPPN Jakarta IV
1. Bendahara harus membuat pembukuan yang terdiri dari Buku Kas Umum (BKU),
Buku Pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran;
a. Alur pencatatan setiap transaksi dicatat mulai dari BKU terlebih dahulu
sebelum dicatat pada buku-buku pembantu.
b. Untuk bendahara yang memiliki BPP, bendahara di haruskan untuk membuat
Pembukuan BPP.
c. Jumlahkan ke bawah semua transaksi kolom penerimaan dan kolom
pengeluaran pada Buku Pembantu.
2. Cetak Rekening Koran.
3. Memindahkan saldo pada buku-buku ke dalam LPJ dan melengkapi lampiran.
4. Petugas satker menyampaikan 2 rangkap LPJ ke KPPN melalui FO Vera,
kemudian FO Vera meneliti kesesuaian dan kelengkapan lampiran LPJ.
5. Apabila masih terdapat kesalahan LPJ atau lampiran tidak lengkap maka LPJ akan
dikembalikan ke Satker.
6. Apabila LPJ sudah sesuai akan di verifikasi oleh Kepala Seksi Vera.
117
7. Setelah di verifikasi 1 rangkap LPJ di Arsip Seksi Vera, 1 rangkap lainnya di
kembalikan ke satker terkait.
118
119
*contoh form Laporan Pertanggung jawaban Bendahara
120
Verifikasi yang dilakukan oleh KPPN, yaitu :
1. Menguji kesesuaian saldo awal;
2. Menguji kesesuaian saldo rekening bank;
3. Menguji kesesuaian jumlah uang di brankas;
4. Menguji kebenaran perhitungan;
5. Menguji kesesuaian saldo UP;
6. Menguji kesesuaian penyetoran ke Kas Negara;
7. Meneliti kepatuhan Bendahara dalam penyetoran pajak;
8. Meneliti ijin rekening Bendahara
Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan
beberapa sistem/ subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama.
Pelaksanaan rekonsiliasi dilakukan dengan menggunakan e-Rekon dan LK, yaitu aplikasi
berbasis web (e-rekon-lk.djpbn.kemenkeu.go.id) untuk mendukung pelaksanaan
rekonsiliasi antara KPPN dan satker sekaligus proses konsolidasi pelaporan keuangan
Kementerian Negara/Lembaga.
Dasar Hukum :
PMK Nomor 222/PMK.05/2016 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan PMK
Nomor 104/PMK.05/2017 Tentang Pedoman Rekonsiliasi Dalam
Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan
Kementerian Negara/Lembaga
121
Tujuan rekonsiliasi adalah untuk memastikan kesesuaian antara saldo kas negara
dengan saldo kas di bendahara pengeluaran maupun di bendahara penerimaan. Ruang
lingkup rekon adalah sebagai berikut :
a) Belanja (akun 5)
Pagu/DIPA
Realisasi Belanja
Pengembalian Belanja
b) Pendapatan (akun 4)
Estimasi Pendapatan
Pendapatan Bukan Pajak
Pengembalian Pendapatan Bukan Pajak
Pengembalian Pajak
c) Kas Di BP (111611 & 111613)
Mutasi Kas BP (UP/TUP)
Saldo Kas di BP (UP/TUP)
d) Kas pada BLU (111911)
e) Kas Lainnya di K/L dari Hibah (111822)
122
Alur proses rekonsiliasi
123
diterbitkan maka akan diterbitkan SP3S bersamaan dengan diterbitkannya BAR yang
berarti sanksi terhadap satker terkait sudah tidak berlaku.
124
Jadwal Penyusunan Dan Pengiriman Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga
Keterangan :
1 ) Laporan Keuangan yang disampaikan ke unit akuntansi dan pelaporan keuangan di
atasnya adalah Laporan Keuangan yang transaksi keuangannya direkonsiliasi/
dikonfirmasi dengan KPPN.
2 ) Tahun 2XXO adalah untuk tahun anggaran berjalan.
3) Tahun 2XX 1 adalah 1 (satu) tahun setelah tahun anggaran berjalan.
4) Dalam kondisi tertentu, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat menetapkan jadwal
penyampaian Laporan Keuangan selain ketentuan di atas berdasarkan kebutuhan
internal Direktorat Jenderal Perbendaharaan maupun kebutuhan tiap Kementerian
5. Sistematika Laporan Keuangan
125
4) Laporan Realisasi Anggaran
5) Neraca
6) Laporan Operasional
Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan naratif atau rincian dari angka
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Selain itu, Catatan atas
Laporan Keuangan juga harus mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan atau dianjurkan
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Struktur
Catatan atas Laporan Keuangan terdiri dari :
Catatan atas Laporan Keuangan Juga harus mengungkapkan informasi yang bila
tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan. Catatan atas Laporan
Keuangan harus mengungkapkan kejadian kejadian penting selama tahun pelaporan,
seperti :
1) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
127
2) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
3) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca;
4) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan; dan
5) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus
ditanggulangi pemerintah.
g. Lampiran dan Daftar
Menyajikan informasi yang berisi rincian atas angka-angka yang disajikan pada
LRA dan Neraca dan pengungkapan lainnya yang diharuskan oleh peraturan yang
berlaku termasuk Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) dan
Ikhtisar Badan Lainnya.
h. Ikhtisar Laporan BLU
i. Ikhtisar Laporan Badan Lainnya
128