BAB I
PENDAHULUAN
Direncanakan :
Panjang bentang kuda-kuda = 12 m
Sudut kemiringan atap = 35o
Penutup atap = Genteng Beton (40 kg/m2 - PPBBI 1987)
Jarak antar kuda-kuda =3m
Plafond + penggantung = 18 kg/m2 (PPI – 1987)
Kelas / Jenis Kayu = Kelas kuat II / Senokeling
Alat sambung = Paku
1
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
2
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
B1 2
A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6 = 2,4390 m
cos cos 35
3. Batang vertikal
V1 = V5 = B1 tg α = 2 tg 35 = 1,4004 m
V2 = V4 = (B1 + B2) tg α = 4 tg 35 = 2,8008 m
V3 = (B1 + B2 + B3) tg α = 6 tg 35 = 4,2012 m
Panjang batang = 4,2012 + 2 (1,4004 + 2,8008)
= 12,6036 m
4. Batang diagonal
2 2
D1 = D4 = B2 V1 (2) 2 (1,4004) 2 2,4415 m
2 2
D2 = D3 = B3 V2 (2) 2 (2,8008) 2 3,4416 m
3
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
BAB II
PERENCANAAN GORDING
4
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
qx
q qy
30°
5
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Mx tekan =
Mx tekan =
= 30,18 Kgm
My tekan =
My tekan =
= 0 Kgm
Mx isap =
Mx isap =
= -40,24 Kgm
6
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
My isap =
My isap =
=
0 Kgm
Momen terfaktor:
Kombinasi pembebanan sementara 1
Kombinasi pembebanan sementara 1 (1,4D)
Mux = 1,4D
Mux = 1,4(40,688)
Mux = 56,963 Kgm [SNI 1727:2013]
Muy = 1,4D
Muy = 1,4(28,483)
Muy = 39,876 Kgm [SNI 1727:2013]
7
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
8
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Momen inersia :
Momen inersia gording ukuran 10/14 adalah :
1 1
Ix = bh3 = (10) (14)3 = 2287 cm4
12 12
1 3 1
Iy = bh = (10)3 (14) = 1167 cm4
12 12
cm3
cm3
Karena nilai banding penampang d/b (14/10) = 1,4. Maka pada balok tidak
diperlukan pengekang lateral [SNI 7973-2013 butir 8.2.2], C l = 1,00Nilai Ct
diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka nilai C t =
1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F = 1,00
[SNI 7973-2013 butir 4.3.6], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =
1,00 [SNI 7973-2013 tabel G1]. Faktor koreksi layan basah C M = 0,85 [SNI
7973-2013 butir 4.2.2]. Faktor reduksi tegangan untuk batang lentur, φ b =
0,85 dan faktor waktu (λ) pada kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L + 0,5W,
maka λ = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.2, hal III-12].
9
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
4. Kontrol tegangan:
Kontrol tegangan lentur (1,2D + 1,6L +0,5 Wtekan)
M ux M uy
1,00
b M x b M y
171,27 103,01
1,00
0,8 0,85 5471722,5 0,8 0,85 3908277,5
10
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
5 40,688 3 4
=0,0939 mm
384 20000 2287
5 w y L4
;
384 E ' I y
5 361,94 3 4
= 1,636 mm
384 20000 1167
Lendutkan total:
∆total = ((∆x)2 + (∆y)2)0,5
= ((0,0939)2 + (1,636)2)0,5
= 1,639 mm < ∆maks OK!
Jadi, dimensi balok dapat digunakan.
BAB III
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
3.1 Beban Mati
3.1.1 Berat Sendiri
Direncanakan :
Batang Bint : 2 x 4/14
Batang Kuda-kuda : 8/14
Batang Vertikal : 8/12
11
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
12
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Pelimpahan Muatan :
o Titik A = G = ½ (A1 + B1) + Tritisan
= ½ (22,673 + 9,296) + 9,296
= 25,2805 kg
o Titik B=F = ½ (B1 + B2 + V1 )
= ½ (9,296 + 9,296 + 11,158 )
= 14,875 kg
o Titik C=E = ½ (B2 + B3 + V2 + D1)
= ½ (9,296 + 9,296 + 22,317 + 19,454)
= 30,1815 kg
o Titik D = ½ (B3 + B4 + V3 +D2+ D3) + Ikatan angin
= ½ (9,296 + 9,296 + 33,475 + 27,423 + 27,423) + 19,824
= 53,4565 kg
o Titik H=L = ½ (A1+A2 + V1 + D1) + Balok gapit
= ½ (22,673 + 22,673 + 11,158 + 19,454) + 7,968
= 45,947 kg
o Titik I=K = ½ (A2 + A3 + V2 + D2) + Balok gapit
= ½ (22,673+22,673+ 22,317+ 27,423) + 7,968
= 55,511 kg
o Titik J = ½ (A3 + A4 + V3)+Ikatan angin
=½ (22,673 + 22,673 + 28,516) + 19,824
= 56,755 Kg
*Titik A = G = ½ A1 x 3 x 40
= ½ .2,4390 x 3 x 40
= 146,34kg
13
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Batang A1 (2,4390 m)
14
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
o
o ΣMH = 0
RAH x 2,4390-(34,86 x 3,4390)-( 34,86 x 2, 8745 )-( 34,86 x 2,0035 )-(34,86 x
1,1325)
RAH = 135,0593 kg
o ΣV = ΣH
RAH + RAH = 4 x 24,696=139,44 → RHA = 4,3807 kg
Batang A2 (2,4390)
o ΣMI = 0
RHI x 2,4390 -(34,86 x 2,4390)-( 34,86 x 1,568)-(34,86 x 0,697)
RHI = 67,2331
o ΣV = ΣH
RHI + RIH = 3 x 34,86 = 104,58→ RIH = 37,3469kg
Batang A3 (2,4390)
15
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
o ΣMJ = 0
RIJ x 2,4390 -(34,86 x 1,742)-( 34,86 x 0,871)
RIJ = 37,3469 kg
o ΣV = ΣH
RIJ + RJI = 3 x 34,86 = 104,58 → RJI = 67,2331 kg
16
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
= ½ .(2,4390+2,4390) x 3 x 12
= 87,804 kg
Titik I = K =J = ½ (A2+A3) x 3 x 12
= ½ .(2,4390+2,4390) x 3 x 12
= 87,804 kg
3.3 Beban Angin
Tekanan angin (w) = 40 kg/m2 , α = 35o
3.3.1 Angin Tekan
Koef. Angin tekan = 0,02 α – 0,4
= 0,02 (35) – 0,4
= 0,3
Titik A = G = ½ (A1+Tritisan) x 3 x (0,3) x40
= ½ .(2,4390 + 1) x 3 x (0,3) x 40
= 61,902 kg
17
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Titik J = ½ A3 x 3 x (-0,4) x 40
= ½ .2,4390 x 3 x (-0,4) x 40
=-58,536kg
18
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
19
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
BAB IV
1
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Batang Atas
Dimensi batang tekan dari struktur truss seperti Gambar tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 dan panjang 3,00 m dengan
kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tekan maksimum
1210,27Kg = 12102,7 N
Sifat penampang balok
b = 0,1 m ; h = 0,14 m
mm4
mm4
2
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka nilai C t =
1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, CF = 1,00
[SNI 7973 2013 (Tabel 4.3.6.1)], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai
Cpt = 1,00 [SNI 7973 (Tabel G1)]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu
besar 100 mm x 140 mm, F b = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 =
1,00) < 8 Mpa maka CM = 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.2.2)], faktor
tahan stabilitas φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φc = 0,90 [Bahan Ajar
Modul Struktur Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
Mpa
MPa
MPa
3
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
N OK!
Batang Tegak
Dimensi batang tekan dari struktur truss seperti Gambar tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 dan panjang 3,00 m dengan
kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tekan maksimum
64,53 Kg = 645,3 N
Sifat penampang balok
b = 0,1 m ; h = 0,14 m
4
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
mm4
mm4
5
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
tahan stabilitas φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φc = 0,90 [Bahan Ajar
Modul Struktur Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
Mpa
MPa
MPa
6
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
N OK!
Batang Diagonal
Dimensi batang tekan dari struktur truss seperti Gambar tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 dan panjang 3,00 m dengan
kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tekan maksimum
305,34 Kg = 3053,4 N
Sifat penampang balok
b = 0,1 m ; h = 0,14 m
mm4
mm4
7
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Mpa
MPa
MPa
8
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
N
Kontrol tekanan tekan berfaktor
N OK!
KONTROL DIMENSI BATANG TARIK
Batang Bawah
Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar Tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 mm dan panjang 3,00 m
dengan kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tarik
Ft tabel
9
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
MPa
, faktor tahanan serat φt = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal
VI-3].
mm2
mm2
10
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
OK!
Batang Tegak
Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar Tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 mm dan panjang 3,00 m
dengan kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tarik
Ft tabel
MPa
Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal,
CF = 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.3.6.1)], faktor koreksi pengawetan
kayu, nilai Cpt = 1,0. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan
kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 125 mm x 125
mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8 Mpa maka CM =
1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.2.2)], faktor koreksi tahan api C rt = 1,00,
faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L + 0,5W ,
faktor tahanan serat φt = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal VI-
3].
11
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
mm2
mm2
OK!
12
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
BAB V
SAMBUNGAN MEKANIS MENGGUNAKAN PAKU
4.1 Sambungan Perpanjangan
13
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
V5 - 64,53
tk //
2
= tr // = 85 kg/cm
Jumlah paku:
14
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Gambar sambungan :
Untuk b < 7d
15
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
2 2
S = 3,5d σkd = 3,5 x (0,419 ) x 150 = 92,17
jumlah paku:
n= = 14 Paku (masing-masing sisi 7 paku)
16
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Jumlah paku:
Gambar sambungan:
17
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
A1
B1
A1 = 1210,27 kg (tekan)
B1 = 979,53 kg (tarik)
Perhitungan berdasarkan gaya A1 = 1210,27 kg (tekan)
Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10% σkd untuk kayu dengan
3 2
BJ 0,83 gr/cm adalah 150 kg/cm
Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter 4,19 mm Kayu muka tebal 4 cm =
40 mm. Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2>1,5b1 maka,
18
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Jumlah paku:
Gambar sambungan :
19
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
KAYU 10/14
V1= 64,53 kg (tekan)
B1 = 979,53 kg (tarik)
V1 B2 = 993,19kg (tarik)
Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10%, σkd untuk kayu
dengan BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2. Digunakan paku 4” BWG 8 dengan
diameter 4,19 mm. Kayu muka tebal 4 cm = 40 mm.
Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2>1,5b1 maka:
Jumlah paku,
� = 77 � 5/4 = 96,25
Jumlah paku
Gambar sambungan:
20
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
V2 = 109,98 kg (tarik)
B2 = 993,19 kg (tarik)
B3 = 835,93 kg (tarik)
D1 = 176,49 kg (tekan)
Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10%, σkd untuk kayu
dengan BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2. Digunakan paku 4” BWG 8 dengan
diameter 4,19 mm. Kayu muka tebal 4 cm = 40 mm.
21
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
� = 77�5/4 = 96,25
Jumlah paku:
Gambar sambungan:
22
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
B3 = 835,93 kg (tarik)
B4 = 835,93 kg (tarik)
D2 = 305,34 kg (tekan)
D3 = 305,34 kg (tekan)
V3 = 521,1 kg (tarik)
Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10% , σkd untuk kayu dengan
BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2 . Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter
4,19 mm. Kayu muka tebal 4 cm = 40 mm.
� = 77�5/4 = 96,25
Jumlah paku:
23
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm
α ≥ 70o → t V ≤ 1/6 h
1
t V ≤ /6 (14)
t V ≤ 2,33
Di pakai t V = 2 cm
Kayu muka (L V )
2
- //12kg/cm (PKKI-1961)
L V = S cos 305,4 x cos(35) 2,08
b. // 10 (12)
L V ≥ 4.5 cm
Di pakai L V = 5 cm
Sambungan gigi tunggal dapat dipakai.
Perhitungan berdasarkan gaya D3 = 305,34 kg (tekan) Digunakan sambungan gigi
o
tunggal, α = 35
- Kedalaman gigi (t V ) :
S 305,4
tV = 0,27 cm
112 x b 112 x 10
α ≥ 70o → t V ≤ 1/6 h
1
t V ≤ /6 (14)
t V ≤ 2,33
Di pakai t V = 2 cm
- Kayu muka (L V )
24
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Di pakai lv = 25 cm
Sambungan gigi tunggal dapat dipakai.
Gambar sambungan:
V1 = 64,53 kg (tekan)
D1 = 176,49 kg (tekan)
A2 = 1028,04 kg (tekan)
A1 = 1210,27 kg (tekan)
o
Perhitungan berdasarkan gaya V1 = 64,53 kg (tekan) , α = 70
25
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
- Kedalaman gigi (t V ) :
S 176,49
tV = 0,16 cm
112 x b 112 x10
≤ 1/6 h
t
α ≥ 60o → t V V ≤ 1/6 (14)
tV ≤ 2,33
Di pakai t V = 2 cm
26
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
12d = 12 x 0,419 =
5,03 cm ≈ 6 cm 10d =
4,2cm ≈ 5 cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm
A3
I
A2 D2
V2
V2 = 176,49 kg (tarik)
D2 = 305,34 kg (tekan)
A2 = 1028,04 kg (tekan)
A3 = 768,58 kg (tekan)
27
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Jumlah paku:
28
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
A3 = 768,58 kg (tekan)
A4 = 768,58 kg (tekan)
V3 = 305,34 kg (tarik)
29
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
= 77 x 5/4 = 96,25
Jumlah paku,
S 768,58
tV = 0,69 cm
112 x b 112 x10
o 1
α ≥ 70 → t V ≤ /6 h
t V ≤ 1/6 (14)
t ≥
2,33V
Sambungan gigi tunggal tidak dapat dipakai, maka dicoba dengan menggunakan
30
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
// α = tk // - ( tk // - tk ) sin α
- // α = 85- (85 – 25) sin
35 = 14,34
S2=½.S ½ 768,58
=384,29
Tv2 =
= 2,20
Gigi kedua mendukung gaya sebesar :
Lv ≥ l5cm
Dipakai Lv 1 = 15 cm
Lv ≥ l5cm
31
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
Dipakai Lv = 25 cm
Gambar Sambungan :
BAB VI
ZETTING
32
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
dimana :
Fs = Penurunan yang terjadi (cm)
S = Gaya batang akibat beban luar (kg)
L = Panjang masing-masing batang (cm)
U = Gaya akibat beban 1 satuan
F = Luas penampang profil (cm2)
E = Modulus elastisitas kayu (kelas kuat I : (20.000 Mpa / 203.943,24
kg/cm2)
1
Fmax L (PPIUG, 1987)
300
dimana :
L = panjang bentang kuda-kuda
1
Fmax x 1200 = 4 cm
300
Tabel. 6.1 Perhitungan Zetting
33
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
B6 979,53 0,87 0
V1 1,4004 -64,53 0 0
V2 2,8008 109,98 0 0
V3 4,2012 521,1 1 96 200000 0,00011
V4 2,8008 109,98 0 0
V5 1,4004 -64,53 0 0
D1 2,4415 -176,49 0 0
D2 3,4416 -305,34 0 0
96 200000
D3 3,4416 -305,34 0 0
D4 2,4415 -176,49 0 0
A1 -1210,27 -1 0,00013
A2 -1028,04 -1 0,00011
A3 -768,58 -1 0,00008
2,4390 112 200000
A4 -768,58 -1 0,00008
A5 -1028,04 -1 0,00011
A6 -1210,27 -1 0,00013
0,01535
BAB VII
KUBIKASI KAYU
34
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)
B5 0.0224
B6 0.0224
V1 1,4004 0.0134
V2 2,8008 0.0269
V3 0,08 x 0,12 4,2012 0.0403
V4 2,8008 0.0269
V5 1,4004 0.0134
D1 2,4415 0.0234
D2 3,4416 0.0330
0,08 x 0,12
D3 3,4416 0.0330
D4 2,4415 0.0234
A1 0.0273
A2 0.0273
A3 0.0273
0,08 x 0,14 2,4390
A4 0.0273
A5 0.0273
A6 0.0273
Jumlah 0.5319
Volume kayu = 0,5319 m3
Volume kayu untuk penyambungan dan pemotongan = 0,5319 x 10 %
= 0,053 m3
Volume total kayu = 0,5319 + 0,053
= 0,585 m3
35