Anda di halaman 1dari 54

Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rangka Kuda-kuda

Direncanakan :
Panjang bentang kuda-kuda = 12 m
Sudut kemiringan atap = 35o
Penutup atap = Genteng Beton (40 kg/m2 - PPBBI 1987)
Jarak antar kuda-kuda =3m
Plafond + penggantung = 18 kg/m2 (PPI – 1987)
Kelas / Jenis Kayu = Kelas kuat II / Senokeling
Alat sambung = Paku

1.2 Peraturan yang digunakan


Perhitungan muatan didasarkan pada Peraturan Konstuksi Kayu Indonesia
(PKKI) dan Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI – 1987).

1.3 Penempatan Beban


1.3.1 Beban Mati
1. Berat sendiri konstruksi kuda-kuda
Muatan ini dianggap bekerja pada tiap-tiap titik buhul (bagian atas dan
bawah)

1
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

2. Berat akibat penutup atap dan gording


Dianggap bekerja pada titik buhul bagian atas
3. Berat plafond + penggantung
Dianggap bekerja pada titik buhul bagian bawah

1.3.2 Beban hidup


1. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja dengan peralatannya sebesar
minimum 100 kg.
2. Beban air hujan sebesar (40 – 0,8α) kg/m

1.3.3 Beban angin


Angin tekan dan angin hisap yang terjadi dianggap bekerja tegak lurus
bidang atap pada tiap titik buhul bagian atas, sehingga komponen angin hanya
bekerja pada arah sumbu x saja dan komponen angin dalam arah sumbu y = 0.
Untuk konstruksi gedung tertutup, dimana α < 65o, maka :
Koef angin tekan : 0,02 α – 0,4
Koef angin hisap : - 0,4

1.4 Ketentuan alat sambung


Alat sambung yang digunakan adalah paku, dimana penentuan dimensi paku
disesuaikan dengan ukuran kayu dan syarat-syarat pada PKKI.

1.5 Perhitungan panjang batang


1. Batang bawah
Panjang batang = 10,5 m
12
B1 = B 2 = B 3 = B 4 = B 5 = B 6 = 2m
6
2. Batang atas
1  12 (12) 7
Panjang batang =2 = 2 cos 35 = 17,0731 m
cos 

2
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

B1 2
A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6 =   2,4390 m
cos  cos 35

3. Batang vertikal
V1 = V5 = B1 tg α = 2 tg 35 = 1,4004 m
V2 = V4 = (B1 + B2) tg α = 4 tg 35 = 2,8008 m
V3 = (B1 + B2 + B3) tg α = 6 tg 35 = 4,2012 m
Panjang batang = 4,2012 + 2 (1,4004 + 2,8008)
= 12,6036 m

4. Batang diagonal
2 2
D1 = D4 = B2  V1  (2) 2  (1,4004) 2  2,4415 m
2 2
D2 = D3 = B3  V2  (2) 2  (2,8008) 2  3,4416 m

Panjang batang = 2 (2,4415 + 3,4416 ) = 11,7662 m

Tabel 1.1 Panjang Batang Kuda-kuda :

Nama Batang Panjang Batang (m)


B1 – B6 2,0000
V1
1,4004
V2
2,8008
V3
4,2012
V4
2,8008
V5
1,4004
D1
2,4415
D2
3,4416
D3
3,4416
D4
2,4415
A1 – A6 2,4390
Tritisan 1x2=2

3
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

BAB II
PERENCANAAN GORDING

Direncanakan gording berukuran 10/14 dari jenis kayu Sonokeling:


- Berat jenis (Bj) kayu : 830 kg/m3(SNI 7973:2013 Tabel 11.3.3.A)
- Jarak antar gording : 1/3 x 2,4390 m = 0,813 m
- Jarak antar kuda-kuda :3m
- Modulus elastisitas (E) : 20.000 Mpa (SNI 7973:2013 Tabel 4.2.1)
- Berat atap genteng beton + kasau : 40 kg/m2 (PPI – 1987)

Rumus yang digunakan :


 Beban terpusat
Bidang momen : M = ¼ PL
PL3
Lendutan :f=
48 EI
 Beban terbagi rata
Bidang momen : M = 1/8 qL2
5qL4
Lendutan :f=
384 EI
 Momen inersia :
Momen inersia gording ukuran 10/14 adalah :
1 1
Ix = bh3 = (10) (14)3 = 2287 cm4
12 12
1 3 1
Iy = bh = (10)3 (14) = 1167 cm4
12 12

2.1 Perhitungan Momen Akibat Beban


2.1. 1 Beban Mati
Berat sendiri gording = 0,1 x 0,14 x 830 = 11,62 kg/m1
Berat atap = berat genteng beton x jarak gording
= 40 x 0,813 = 32,52 kg/m1
q = 44,14 kg/

4
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

qx
q qy
30°

qx = q cos α = 44,14 cos 35 = 36,157 kg/m1


qy = q sin α = 44,14 sin 35 = 25,318 kg/m1
Mx = 1/8 qx L2 = 1/8 (36,167) (3,0)2 = 40,688 kgm
My = 1/8 qy L2 = 1/8 (25,318) (3,0)2 = 28,483 kgm

2.1.2 Beban Hidup

a. Beban Terpusat ( P = 100 kg)


Px = P cos α = 100 cos 35 = 81,92 kg
Py = P sin α = 100 sin 35 = 57,36 kg
Mx = ¼ Px L = ¼ (81,92) (3) = 61,44 kgm
My = ¼ PyL = ¼ (57,36) (3) = 43,02 kgm

b. Beban terbagi rata


q = (40 – 0,8α) = (40 – 0,8 (35)) = 12 kg/m
Beban akibat air hujan yang diterima gording :
q = Beban air hujan x jarak gording
= 12 x 0.813 = 9,756 kg/m
qx = q cos α = 9,756 cos 35 = 7,991 kg/m1
qy = q sin α = 9,756 sin 35 = 5,596 kg/m1
Mx = 1/8 qx L2 = 1/8 (7,991) (3)2 = 8,990 kgm
My = 1/8 qy L2 = 1/8 (5,596) (3)2 = 6,295 kgm

5
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

2.1.3 Beban angin


Beban angin =110 mph =110 Kg/m2
Tabel 276 – 2 SPBAU – bagian 2 = beban angin atap
Angin tekan
Koefisien angin tekan (C1) =

= 0,02 (35⁰) – 0,4


= 0,3
Koefisien angin isap (C2) =

(PMI Pasal 4.3 Ayat 1.b, Hal 20)


 Wtekan =
Wtekan =
=
 Wisap =
Wisap =
=

Perhitungan momen untuk beban angin

 Mx tekan =

Mx tekan =
= 30,18 Kgm
 My tekan =

My tekan =

= 0 Kgm

 Mx isap =

Mx isap =
= -40,24 Kgm

6
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 My isap =

My isap =
=
0 Kgm
Momen terfaktor:
Kombinasi pembebanan sementara 1
 Kombinasi pembebanan sementara 1 (1,4D)
 Mux = 1,4D
Mux = 1,4(40,688)
Mux = 56,963 Kgm [SNI 1727:2013]
 Muy = 1,4D
Muy = 1,4(28,483)
Muy = 39,876 Kgm [SNI 1727:2013]

Kombinasi pembebanan sementara 2


 Kombinasi pembebanan sementara 2 (1,2D +1,6 L + 0,5R)

Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

Kombinasi pembebanan sementara 3


 Kombinasi pembebanan sementara 3 (1,2D + 1,6R + 0,5L)

Nm [SNI 1727 tahun
2013 butir 2.3.2]

Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

Kombinasi pembebanan sementara 4

7
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 Kombinasi pembebanan sementara 4 (1,2D + 1,6Wtekan + L +0,5R)


 Mux = 1,2D + 1,6Wtekan + L + 0,5R
Mux = 1,2(40,688) + 1,6(30,18) + 61,44 + 0,5(8,990)
Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

 Muy = 1,2D + 1,6Wtekan + L + 0,5R


Muy = 1,2(28,483) + 1,6(0) + 43,02 + 0,5(6,925)

Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

 Mux = 1,2D + 1,6Wisap + L + 0,5R


Mux = 1,2(40,688) + 1,6(-40,688) +61,44 + 0,5(8,990)
Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

 Muy = 1,2D + 1,6Wisap + L + 0,5R


Muy = 1,2(28,483) + 1,6(0) + 43,02 + 0,5(6,925)

Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

Kombinasi pembebanan sementara 5


 Kombinasi pembebanan sementara 5 (0,9D + Wtekan)
 Mux = 0,9D + Wtekan
Mux = 0,9(40,688) + (30,18)
Nm [SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

 Muy = 0,9D + Wtekan


Muy = 0,9(28,483) + (0)
Nm[SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

 Mux = 0,9D + Wisap


Mux = 0,9(40,688) + (-40,688)
Nm[SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

 Muy = 0,9D + Wisap

8
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Muy = 0,9(28,483) + (0)


Nm[SNI 1727 tahun 2013 butir 2.3.2]

Tegangan acuan kayu:


Ew = 20000 MPa dan Fb = 19,7 MPa

 Momen inersia :
Momen inersia gording ukuran 10/14 adalah :
1 1
Ix = bh3 = (10) (14)3 = 2287 cm4
12 12
1 3 1
Iy = bh = (10)3 (14) = 1167 cm4
12 12

Momen statis penampang:

cm3

cm3
Karena nilai banding penampang d/b (14/10) = 1,4. Maka pada balok tidak
diperlukan pengekang lateral [SNI 7973-2013 butir 8.2.2], C l = 1,00Nilai Ct
diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka nilai C t =
1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F = 1,00
[SNI 7973-2013 butir 4.3.6], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =
1,00 [SNI 7973-2013 tabel G1]. Faktor koreksi layan basah C M = 0,85 [SNI
7973-2013 butir 4.2.2]. Faktor reduksi tegangan untuk batang lentur, φ b =
0,85 dan faktor waktu (λ) pada kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L + 0,5W,

maka λ = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.2, hal III-12].

Fbx '  C m  C t  C pt  C F  Fbx  16,75 MPa

9
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

M x '  S x  Fbx  326670  16,75  5471722,5 MPa

Fby '  C m  C t  C pt  C F  Fby  16,75 MPa


M y '  S y  Fby  233330  16,75  3908277,5 Mpa

4. Kontrol tegangan:
 Kontrol tegangan lentur (1,2D + 1,6L +0,5 Wtekan)
M ux M uy
  1,00
 b M x  b M y

171,27 103,01
  1,00
0,8  0,85  5471722,5 0,8  0,85  3908277,5

0,4603  0,3876  1,00

0,8479  1,00 OK!


 Kontrol tegangan lentur (DL + LL + Wisap)
M ux M uy
  1,00
 b M x  b M y
118,51 103,01
  1,00
0,8  0,85  5471722,5 0,8  0,85  3908277,5
0,3185  0,3876  1,00

0,7061  1,00 OK!

5. Kontrol lendutan balok:


 Lendutkan ijin:
L 3000
∆maks = ; ∆maks = = 10 mm
300 300
 Lendutkan akibat beban tetap:
E '  E w  C m  C r  C pt

E '  20000  0,85  1  1  17000 Mpa

 Lendutkan sumbu kuat:


5 w  L4
 x ;
384 E ' I x

10
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

5 40,688  3 4
 =0,0939 mm
384 20000  2287

 Lendutkan sumbu lemah:

5 w y  L4
 ;
384 E ' I y

5 361,94  3 4
 = 1,636 mm
384 20000  1167

Lendutkan total:
∆total = ((∆x)2 + (∆y)2)0,5
= ((0,0939)2 + (1,636)2)0,5
= 1,639 mm < ∆maks OK!
Jadi, dimensi balok dapat digunakan.

BAB III
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
3.1 Beban Mati
3.1.1 Berat Sendiri
Direncanakan :
Batang Bint : 2 x 4/14
Batang Kuda-kuda : 8/14
Batang Vertikal : 8/12

11
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Batang Diagonal : 8/12


Balok Gapit : 2 x 4/12
Ikatan Angin : 4/14
Tritisan : 8/14
 Berat Batang Bint
B1 = B 2 = B 3 = B 4 = B 5 = B 6 = 0,04 x 0,14 x 2 x 830
= 9,296 kg

 Berat Balok Kaki Kuda-kuda


A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6 = 0,08 x 0,14 x 2,4390 x 830
= 22,673 kg
 Berat Balok Vertikal
V1 = V5 = 0,08 x 0,12 x 1,4004 x 830 = 11,158 kg
V2 = V4 = 0,08 x 0,12 x 2,8008 x 830 = 22,317 kg
V3 = 0,08 x 0,12 x 4,2012 x 830 = 33,475 kg

 Berat Balok Diagnonal


D1 = D4 = 0,08 x 0,12 x 2,4415 x 830 = 19,454 kg
D2 = D3 = 0,08 x 0,12 x 3,4416 x 830 = 27,423 kg

 Tritisan = 0,08 x 0,14 x 1 x 830 = 9,296 kg


 Balok Gapit = 0,04 x 0,12 x 2 x 830 = 7,968 Kg
 Ikatan Angin = 0,04 x 0,14 x 4,265 x 830= 19,824 Kg
3.1.2 Pelimpahan Beban Pada Titik Buhul

12
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Pelimpahan Muatan :
o Titik A = G = ½ (A1 + B1) + Tritisan
= ½ (22,673 + 9,296) + 9,296
= 25,2805 kg
o Titik B=F = ½ (B1 + B2 + V1 )
= ½ (9,296 + 9,296 + 11,158 )
= 14,875 kg
o Titik C=E = ½ (B2 + B3 + V2 + D1)
= ½ (9,296 + 9,296 + 22,317 + 19,454)
= 30,1815 kg
o Titik D = ½ (B3 + B4 + V3 +D2+ D3) + Ikatan angin
= ½ (9,296 + 9,296 + 33,475 + 27,423 + 27,423) + 19,824
= 53,4565 kg
o Titik H=L = ½ (A1+A2 + V1 + D1) + Balok gapit
= ½ (22,673 + 22,673 + 11,158 + 19,454) + 7,968
= 45,947 kg
o Titik I=K = ½ (A2 + A3 + V2 + D2) + Balok gapit
= ½ (22,673+22,673+ 22,317+ 27,423) + 7,968
= 55,511 kg
o Titik J = ½ (A3 + A4 + V3)+Ikatan angin
=½ (22,673 + 22,673 + 28,516) + 19,824
= 56,755 Kg

3.1.3 Berat Penutup Atap


Penutup atap (genteng beton) = 40 Kg/m2
Jarak kuda-kuda =3m

*Titik A = G = ½ A1 x 3 x 40
= ½ .2,4390 x 3 x 40
= 146,34kg

13
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

*Titik H=L = ½ (A1+A2) x 3 x 40


= ½ .( 2,4390 + 2,4390) x 3 x 40
= 292,68 kg
*Titik I=K = ½ (A2+A3) x 3 x
40
= ½ .( 2,4390 +
2,4390) x 3 x 40
= 292,68 kg
*Titik J = ½ (A3+A4) x 3 x
40
= ½ .( 2,4390 + 2,4390) x 3 x 40
= 292,68kg

3.1.4 Berat Plafond


Berat plafond dan penggantung = (11+7) = 18 Kg/m2
*Titik A = G = ½ B1 x 3 x 18 = ½ 2 x 3 x 18 = 54 Kg
*Titik B = F =½ (B1+B2) x 3 x 18 = ½ (2 + 2) x 3 x 18 = 108 Kg
*Titik C=E =½ (B2+B3) x 3 x 18 = ½ (2 + 2) x 3 x 18 = 108 Kg
*Titik D =½ (B3+B4) x 3 x 18 = ½ (2 + 2) x 3 x 18 = 108 Kg

3.1.5 Berat Gording


Direncanakan gording dari kayu seumantok (BJ = 830 Kg/m3)
Ukuran gording yang direncanakan = 10/14
Jarak antar gording = 0,871 m
Jarak kuda-kuda =3m
Berat sendiri gording = 0,1 x 0,14 x 3 x 830 = 34,86 Kg

 Batang A1 (2,4390 m)

14
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

o
o ΣMH = 0
RAH x 2,4390-(34,86 x 3,4390)-( 34,86 x 2, 8745 )-( 34,86 x 2,0035 )-(34,86 x
1,1325)
RAH = 135,0593 kg
o ΣV = ΣH
RAH + RAH = 4 x 24,696=139,44 → RHA = 4,3807 kg

 Batang A2 (2,4390)

o ΣMI = 0
RHI x 2,4390 -(34,86 x 2,4390)-( 34,86 x 1,568)-(34,86 x 0,697)
RHI = 67,2331
o ΣV = ΣH
RHI + RIH = 3 x 34,86 = 104,58→ RIH = 37,3469kg

 Batang A3 (2,4390)

15
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

o ΣMJ = 0
RIJ x 2,4390 -(34,86 x 1,742)-( 34,86 x 0,871)
RIJ = 37,3469 kg
o ΣV = ΣH
RIJ + RJI = 3 x 34,86 = 104,58 → RJI = 67,2331 kg

Jadi, beban gording pada tiap titik buhul :


Titik A = G = 135,0593 kg
Titik H = L = 135,0593 +4,3807 = 139,44 kg
Titik I = K = 37,3469 + 37,3469 = 74,694 kg
Titik J = 67,2331 kg

3.2 Beban Hidup


3.2.1 Beban Orang / Pekerja
Beban terpusat berasal dari seorang pekerja dengan peralatannya adalah
sebesar minimum 100 kg (PPI – 1983 hal 13).

3.2.2 Beban Air Hujan


Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan adalah
sebesar (40 – 0,8α) kg/m2 (PPI – 1983 hal 13).
q = 40 – 0,8 α = 40 – 0,8 (35) = 12 kg/m2
 Titik A = G = ½ (A1+Tritisan) x 3 x 12
= ½ .(2,4390+1) x 3 x 12
= 61,902 kg
 Titik H = L = ½ (A1+A2) x 3 x 12

16
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

= ½ .(2,4390+2,4390) x 3 x 12
= 87,804 kg

 Titik I = K =J = ½ (A2+A3) x 3 x 12
= ½ .(2,4390+2,4390) x 3 x 12
= 87,804 kg
3.3 Beban Angin
Tekanan angin (w) = 40 kg/m2 , α = 35o
3.3.1 Angin Tekan
Koef. Angin tekan = 0,02 α – 0,4
= 0,02 (35) – 0,4
= 0,3
Titik A = G = ½ (A1+Tritisan) x 3 x (0,3) x40
= ½ .(2,4390 + 1) x 3 x (0,3) x 40
= 61,902 kg

Titik H = L = ½ (A1+A2) x 3 x (0,3) x 40


= ½ (2,4390 + 2,4390) x 3 x (0,3) x 40
= 87,804 kg
Titik I = K = ½ (A2+A3) x 3 x (0,3) x 40
= ½ (2,4390 + 2,4390) x 3 x (0,3) x 40
= 87,804 kg
Titik J = ½ A3 x 3 x (0,3) x 40
= ½ .2,4390 x 3 x (0,3) x 40
= 43,902 kg

3.2 Angin Hisap


Koef. Angin hisap = - 0,4
Titik A = G = ½ (A1+Tritisan)x 3 x (-0,4) x40
= ½ .(2,4390+1) x 3 x (-0,4) x 40
= - 82,536 kg

17
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Titik H = L = ½ (A1+A2) x 3 x (-0,4) x 40


= ½ .(2,4390+2,4390) x 3 x (-0,4) x 40
= -117,072 kg

Titik I = K = ½ (A2+A3) x 3 x (-0,4) x 40


= ½ .(2,4390+2,4390) x 3 x (-0,4) x 40
= -117,072 kg

Titik J = ½ A3 x 3 x (-0,4) x 40
= ½ .2,4390 x 3 x (-0,4) x 40
=-58,536kg

18
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Tabel 3.1 Pembebanan


Beban Mati (kg) Beban Hidup
Pembulatan
Titik buhul Berat atap + Berat plafond + Berat Hujan Orang/Pekerja Jumlah (kg)
Berat sendiri (kg)
Gording Penggantung gording (kg/m) (kg)

A 25,281 146,340 54 135,059 61,902 100 522.582 523


B 14.875 0 108 0 0 100 222,875 223
C 30,182 0 108 0 0 100 238,182 238
D 53,457 0 108 0 0 100 261,475 261
E 30,182 0 108 0 0 100 238,182 238
F 14.875 0 108 0 0 100 222,875 223
G 25,281 146,340 54 135,059 61,902 100 522,582 523
H 45,947 292,680 0 139,440 87,804 100 665,871 666
I 55,511 292,680 0 74,694 87,804 100 610,689 611
J 56,755 292,680 0 67,233 87,804 100 264.811 265
K 55,511 292,680 0 74,694 87,804 100 610,689 611
L 45,947 292,680 0 139,440 87,804 100 665,871 666
Jumlah (kg) 5048
RA = RB 2524

19
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Tabel Rekapitulasi Gaya – Gaya Batang (Tarik dan Tekan)


Nomor Besar Gaya - Gaya Yang Bekerja Pada Truss (N)
Batang Tarik (+) Tekan (-)
A1 - 1210,27
A2 - 1028,04
A3 - 768,58
A4 - 768,58
A5 - 1028,04
A6 - 1210,27
B1 979,53 -
B2 993,19 -
B3 835,93 -
B4 835,93 -
B5 993,19 -
B6 979,53 -
D1 - 176,49
D2 - 305,34
D3 - 305,34
D4 - 176,49
V1 - 64,53
V2 109,98 -
V3 521,1 -
V4 109,98 -
V5 - 64,53

Sumber : Perhitungan Berdasarkan SAP 2000 versi 20.10

BAB IV

1
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

KONTROL DIMENSI BATANG TEKAN

 Batang Atas
Dimensi batang tekan dari struktur truss seperti Gambar tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 dan panjang 3,00 m dengan

kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tekan maksimum

1210,27Kg = 12102,7 N
 Sifat penampang balok
b = 0,1 m ; h = 0,14 m

Jari – jari girasi (r)

mm4

mm4

ry< rx, maka rmin = 28,87 mm4


Ke = 1,0 (sendi – sendi) [SNI 7973 2013 (Tabel G1)]

Angka kelangsingan (KeL)/r =

 Menghitung kuat tekan


Kayu dengan kode mutu E-20 memiliki kuat tekan sejajar serat Fc = 17,4
MPa dan modulus elastisitas lentur Ew = 20000 MPa [SNI 7973 2013
Tabel 4.2.1,] faktor reduksi φ = 0,90 [SNI 7973 2013 (Tabel N2)] Nilai Ct

2
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka nilai C t =
1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, CF = 1,00
[SNI 7973 2013 (Tabel 4.3.6.1)], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai
Cpt = 1,00 [SNI 7973 (Tabel G1)]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu
besar 100 mm x 140 mm, F b = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 =
1,00) < 8 Mpa maka CM = 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.2.2)], faktor
tahan stabilitas φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φc = 0,90 [Bahan Ajar
Modul Struktur Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi

pembebanan , c = 0,80 untuk batang massif

[Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.2, hal III-12].


 Kuat sejajar serat:
MPa
MPa

 Menghitung faktor beban


Mpa

MPa

MPa

3
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 Menghitung tahanan tekan terkoreksi


 Kontrol tekanan tekan berfaktor


N OK!

 Batang Tegak
Dimensi batang tekan dari struktur truss seperti Gambar tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 dan panjang 3,00 m dengan

kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tekan maksimum

64,53 Kg = 645,3 N
 Sifat penampang balok
b = 0,1 m ; h = 0,14 m

4
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 Jari – jari girasi (r)

mm4

mm4

ry< rx, maka rmin = 28,87 mm4


Ke = 1,0 (sendi – sendi) [SNI 7973 2013 (Tabel G1)]

Angka kelangsingan (KeL)/r =

 Menghitung kuat tekan


Kayu dengan kode mutu E-20 memiliki kuat tekan sejajar serat Fc = 17,4
MPa dan modulus elastisitas lentur Ew = 20000 MPa [SNI 7973 2013
Tabel 4.2.1,] faktor reduksi φ = 0,90 [SNI 7973 2013 (Tabel N2)] Nilai Ct
diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka nilai C t =
1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, CF = 1,00
[SNI 7973 2013 (Tabel 4.3.6.1)], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai
Cpt = 1,00 [SNI 7973 (Tabel G1)]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu
besar 100 mm x 140 mm, F b = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 =
1,00) < 8 Mpa maka CM = 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.2.2)], faktor

5
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

tahan stabilitas φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φc = 0,90 [Bahan Ajar
Modul Struktur Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi

pembebanan , c = 0,80 untuk batang massif

[Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.2, hal III-12].

 Kuat sejajar serat:


MPa
MPa

 Menghitung faktor beban


Mpa

MPa

MPa

6
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 Menghitung tahanan tekan terkoreksi


 Kontrol tekanan tekan berfaktor


N OK!

 Batang Diagonal
Dimensi batang tekan dari struktur truss seperti Gambar tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 dan panjang 3,00 m dengan

kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tekan maksimum

305,34 Kg = 3053,4 N
 Sifat penampang balok
b = 0,1 m ; h = 0,14 m

Jari – jari girasi (r)

mm4

mm4

ry< rx, maka rmin = 28,87 mm4


Ke = 1,0 (sendi – sendi) [SNI 7973 2013 (Tabel G1)]

7
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Angka kelangsingan (KeL)/r =

 Menghitung kuat tekan


Kayu dengan kode mutu E-20 memiliki kuat tekan sejajar serat Fc = 17,4
MPa dan modulus elastisitas lentur Ew = 20000 MPa [SNI 7973 2013
Tabel 4.2.1,] faktor reduksi φ = 0,90 [SNI 7973 2013 (Tabel N2)] Nilai C t
diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka nilai C t =
1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F = 1,00
[SNI 7973 2013 (Tabel 4.3.6.1)], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt
= 1,00 [SNI 7973 (Tabel G1)]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar
100 mm x 140 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8
Mpa maka CM = 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.2.2)], faktor tahan stabilitas
φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φc = 0,90 [Bahan Ajar Modul Struktur
Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan

, c = 0,80 untuk batang massif [Bahan Ajar

Modul Struktur Kayu, Tabel 3.2, hal III-12].

 Kuat sejajar serat:


MPa
MPa

 Menghitung faktor beban


Mpa

MPa

MPa

8
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 Menghitung tahanan tekan terkoreksi


N
 Kontrol tekanan tekan berfaktor

N OK!
KONTROL DIMENSI BATANG TARIK

 Batang Bawah
Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar Tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 mm dan panjang 3,00 m
dengan kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tarik

maksimum 993,19 Kg = 9931,9 N.

 Menghitung kuat tarik sejajar


Faktor tahanan kayu kelas mutu A = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur
Kayu, Tabel 2.4, hal II-7], faktor kuat tarik sejajar serat Ft = 17,4 MPa.
tabel

 Ft tabel

9
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

MPa

 Menghitung tahanan tarik terkoreksi


Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal,
CF = 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.3.6.1)], faktor koreksi pengawetan
kayu, nilai Cpt = 1,0. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan
kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 125 mm x 125
mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8 Mpa maka CM
= 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.2.2)], faktor koreksi tahan api C rt = 1,00,
faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L + 0,5W

, faktor tahanan serat φt = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal

VI-3].

 Menghitung kebutuhan luas


mm2

Penampang pada daerah sambungan menentukan tegangan yang


timbul karena terjadi pengurangan luas tampang akibat terdapat
lubang alat sambung. Untuk itu kegiatan perencanaan diperkirakan
terjadi pengurangan luas penampang sebesar 25% sehingga luas
penampang bruto yang diperlukan adalah

mm2

Pilih dimensi batang 100/140 mm yang memiliki luas 14000 mm 2


(boros pemakaian sehingga dianjurkan pakai dimensi batang 60/80)

10
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 Kontrol tahanan tarik


Luas penampang yang ditetapkan kemudian dikontrol untuk melihat
besar tahanan bahan

OK!

 Batang Tegak
Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar Tipe A, elemen
batang terbuat dari kayu ukuran balok 100/140 mm dan panjang 3,00 m
dengan kayu kelas II kode mutu E-20 dan balok di beri beban tarik

maksimum = 109,98 Kg = 1099,8 N


 Menghitung kuat tarik sejajar
Faktor tahanan kayu kelas mutu A = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur
Kayu, Tabel 2.4, hal II-7], faktor kuat tarik sejajar serat Ft = 17,4 MPa.
tabel

 Ft tabel

MPa

Menghitung tahanan tarik terkoreksi

Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal,
CF = 1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.3.6.1)], faktor koreksi pengawetan
kayu, nilai Cpt = 1,0. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan
kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 125 mm x 125
mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8 Mpa maka CM =
1,00 [SNI 7973 2013 (Tabel 4.2.2)], faktor koreksi tahan api C rt = 1,00,
faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L + 0,5W ,

faktor tahanan serat φt = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal VI-
3].

11
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Menghitung kebutuhan luas


mm2

Penampang pada daerah sambungan menentukan tegangan yang


timbul karena terjadi pengurangan luas tampang akibat terdapat
lubang alat sambung. Untuk itu kegiatan perencanaan diperkirakan
terjadi pengurangan luas penampang sebesar 25% sehingga luas
penampang bruto yang diperlukan adalah

mm2

Pilih dimensi batang 100/140 mm yang memiliki luas 14000 mm2


(boros pemakaian sehingga dianjurkan pakai dimensi batang 60/80

Kontrol tahanan tarik


Luas penampang yang ditetapkan kemudian dikontrol untuk melihat
besar tahanan bahan

OK!

12
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

BAB V
SAMBUNGAN MEKANIS MENGGUNAKAN PAKU
4.1 Sambungan Perpanjangan

Panjang maksimum kayu yang ada di pasaran adalah 4-5m, sehingga


untuk batang - batang yang lebih dari 4-5 m harus disambung. Sambungan
batang untuk konstruksi kayu kelas II, alat sambung yang direncanakan adalah
paku.

Besar Gaya - Gaya Yang Bekerja Pada Truss


Nomor Batang (N)
Tarik (+) Tekan (-)
A1 - 1210,27
A2 - 1028,04
A3 - 768,58
A4 - 768,58
A5 - 1028,04
A6 - 1210,27
B1 979,53 -
B2 993,19 -
B3 835,93 -
B4 835,93 -
B5 993,19 -
B6 979,53 -
D1 - 176,49
D2 - 305,34
D3 - 305,34
D4 - 176,49
V1 - 64,53
V2 109,98 -
V3 521,1 -
V4 109,98 -

13
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

V5 - 64,53

4.1.1 Sambungan Perpanjangan Batang Horizontal (Balok Bint)

Dilakukan 2 kali penyambungan yaitu pada B3 dan B5:

Ukuran kayu = 2 x 4/14 cm


Ukuran plat penyambung = 4/14 cm
3
Digunakan kayu Rasamala (kelas kuat II) Bj = 0,83 gr/cm
Konstruksi terlindung (β) =1
5
Muatan tidak tetap δ = /4 (PKKI – 1961 pasal 6).

 BATANG B3, P = 835,93 kg (tarik)

Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10% , σkd untuk


3 2
kayu dengan BJ 0,83 gr/cm adalah 150 kg/cm . Digunakan paku 4” BWG 8
dengan diameter 4,19 mm

(PKKI – 1961 kayu Sonokeling termasuk kayu kelas II)

tk //
2
 =  tr // = 85 kg/cm

tk // = tr // = 1 x 5/4 x 85 = 106,25 (PKKI-1961)

𝜎𝑡𝑟 = < tr // =106,25 (𝑜𝑘)

Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2 = b2 maka,

� ≥ 2,5�1 = 2,5�4 = 10 𝑐� < 10,2 𝑐� (memenuhi)

Untuk b > 7d,

S = 3,5d2σkd = 3,5 x (0,4192) x 150 = 92,17 kg

Jumlah paku:

n= 9,6 = 14 Paku (masing-masing sisi 7 paku)

14
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Pengaturan penempatan paku

a. Arah tegak lurus gaya


5d = 5 x 0,419 = 2,095 cm
3 x 5d = 6,285 cm diambil tinggi kayu 7 cm Ok
Digunakan 2 baris @ 3 paku
Posisi paku pada arah tegak lurus gaya: 3+6+3=12 cm

b. Arah sejajar gaya


2 x 12d = 2x 12 x 0,419 = 10,056 cm 6 x 10d = 6 x 10 x 0,419 = 25,14 cm
Panjang satu sisi = 10,056 + 25,14 = 35,196 cm
Panjang pelat penyambung yang dibutuhkan = 2 x 35,196 = 70,392 cm ≈
71 cm

Gambar sambungan :

 BATANG B5, P = 993,19 kg (tarik)


Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10%. σkd untuk
kayu dengan BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2. Digunakan paku 4” BWG
8 dengan diameter 4,19 mm

n= < σ tr // =106,25 (𝑜𝑘)

Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2=b1 maka,

� ≥ 2,5�1 = 2,5�4 = 10 𝑐� < 10,2 𝑐� (memenuhi)

Untuk b < 7d

15
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

2 2
S = 3,5d σkd = 3,5 x (0,419 ) x 150 = 92,17

jumlah paku:
n= = 14 Paku (masing-masing sisi 7 paku)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,095 cm
3 x 5d = 6,285 cm diambil tinggi kayu 7 cm Ok
Digunakan 2 baris @ 4 paku
Posisi paku pada arah tegak lurus gaya: 3+6+3=12 cm
b. Arah sejajar gaya
2 x 12d = 12 x 0,419 =
10,056 cm 7 x 10d =
29,33 cm
Panjang satu sisi = 10,056 + 29,33 = 39,386 cm
Panjang pelat penyambung yang dibutuhkan = 2 x 39,386 = 78,772
cm ≈ 80 cm
Gambar sambungan :

4.1.2 Sambungan Perpanjangan Balok Kaki Kuda-Kuda

Dilakukan satu kali penyambungan yaitu pada A2 atau A5


Ukuran kayu = 10/14 cm
3
Digunakan kayu Sonokeling (kelas kuat II) Bj = 0,83 gr/cm
Menggunakan sambungan bibir miring.
 Batang A2 = 1028,4 Kg

16
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

𝜎𝑡𝑟 = < tr // =106,25 (𝑜𝑘)

Untuk b < 7d,


S = 3,5d2σkd = 3,5 x (0,4192) x 150 = 92,17 kg

Jumlah paku:

n= = 16 Paku (masing-masing sisi 8 paku)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
6 x 5d = 12,6 cm Digunakan 2 baris @ 4 paku
b. Arah sejajar gaya
2 x 5d = 2 x 5 x 0,419 = 4,2 cm
10d = 4,2 cm
Panjang satu sisi = 4,2 + 4,2 = 8,4 cm digunakan kayu ukuran 12 cm (OK)

Gambar sambungan:

17
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

4.2 Sambungan Titik Buhul

4.2.1 Titik Buhul A dan B

A1

B1

A1 = 1210,27 kg (tekan)
B1 = 979,53 kg (tarik)
Perhitungan berdasarkan gaya A1 = 1210,27 kg (tekan)
Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10% σkd untuk kayu dengan
3 2
BJ 0,83 gr/cm adalah 150 kg/cm
Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter 4,19 mm Kayu muka tebal 4 cm =
40 mm. Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2>1,5b1 maka,

18
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

� ≥ 2,5�1 = 2,5�4 = 10 𝑐� < 10,2 𝑐� (�𝑒�𝑒𝑛𝑢ℎ�)


� = 77�5/4 = 96,25

Jumlah paku:

n= = 14 Paku (masing-masing sisi 7 paku)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
3 x 5d = 6,285 cm diambil tinggi kayu 12 cm Ok
Digunakan 2 baris @ 4 paku
b. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 = 5,03 cm ≈10 cm jarak miring
10d = 4,2 cm ≈ 8cm jarak miring
5d = 5x0,419 = 2,095 cm ≈ 3,4 jarak miring

Gambar sambungan :

4.2.2 Titik Buhul B dan F

19
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

KAYU 10/14
V1= 64,53 kg (tekan)
B1 = 979,53 kg (tarik)
V1 B2 = 993,19kg (tarik)

KAYU 2 x 4/12 B1 C B2 KAYU 2 x 4/12

Perhitungan berdasarkan gaya V1 = 64,53 (tekan)

Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10%, σkd untuk kayu
dengan BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2. Digunakan paku 4” BWG 8 dengan
diameter 4,19 mm. Kayu muka tebal 4 cm = 40 mm.
Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2>1,5b1 maka:

� ≥ 2,5�1 = 2,5 � 4 = 10 𝑐� < 10,2 𝑐� (�𝑒�𝑒𝑛𝑢ℎ�)

Jumlah paku,
� = 77 � 5/4 = 96,25
Jumlah paku

→𝑑�𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 2 𝑝𝑎𝑘𝑢 (�𝑎𝑠�𝑛𝑔−�𝑎𝑠�𝑛𝑔 𝑠�𝑠� 1 𝑝𝑎𝑘𝑢)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 4 cm
b. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 = 5,03 cm
10d = 4,2cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm

Gambar sambungan:

20
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

4.2.3 Titik Buhul C dan E

V2 = 109,98 kg (tarik)
B2 = 993,19 kg (tarik)
B3 = 835,93 kg (tarik)
D1 = 176,49 kg (tekan)

Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10%, σkd untuk kayu
dengan BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2. Digunakan paku 4” BWG 8 dengan
diameter 4,19 mm. Kayu muka tebal 4 cm = 40 mm.

Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2 > 1,5b1 maka:

� ≥ 2,5�1 = 2,5�4 = 10 𝑐� < 10,2 𝑐� (�𝑒�𝑒𝑛𝑢ℎ�)

21
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

� = 77�5/4 = 96,25

Jumlah paku:

→ 𝑑�𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 4 𝑝𝑎𝑘𝑢 (�𝑎𝑠�𝑛𝑔 − �𝑎𝑠�𝑛𝑔 𝑠�𝑠� 2 𝑝𝑎𝑘𝑢)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
b. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 = 5,03 cm ≈ 7 cm
10d = 4,2cm ≈ 5 cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm

Gambar sambungan:

4.2.4 Titik Buhul D

22
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

B3 = 835,93 kg (tarik)
B4 = 835,93 kg (tarik)
D2 = 305,34 kg (tekan)
D3 = 305,34 kg (tekan)
V3 = 521,1 kg (tarik)

Perhitungan berdasarkan gaya V3 = 521,1 kg (tarik)

Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10% , σkd untuk kayu dengan
BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2 . Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter
4,19 mm. Kayu muka tebal 4 cm = 40 mm.

Digunakan sambungan tampang satu, dimana b2>1,5b1 maka:

� ≥ 2,5�1 = 2,5�4 = 10 𝑐� < 10,2 𝑐� (�𝑒�𝑒𝑛𝑢ℎ�)

� = 77�5/4 = 96,25

Jumlah paku:

→ 𝑑�𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 6 𝑝𝑎𝑘𝑢 (�𝑎𝑠�𝑛𝑔 − �𝑎𝑠�𝑛𝑔 𝑠�𝑠� 3 𝑝𝑎𝑘𝑢)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
a. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 = 5,03 cm ≈ 6 cm
10d = 4,2cm ≈ 5 cm

23
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm

Perhitungan berdasarkan gaya D2 = 305,34 kg (tekan)


Digunakan sambungan gigi tunggal, α = 35o
Kedalaman gigi (t V ) :

tV= S  305,34  0,27 cm


112 x b 112 x 10

α ≥ 70o → t V ≤ 1/6 h
1
t V ≤ /6 (14)
t V ≤ 2,33

Di pakai t V = 2 cm

Kayu muka (L V )
2
- //12kg/cm (PKKI-1961)
L V = S cos  305,4 x cos(35)  2,08
b. // 10 (12)
L V ≥ 4.5 cm

Di pakai L V = 5 cm
Sambungan gigi tunggal dapat dipakai.
Perhitungan berdasarkan gaya D3 = 305,34 kg (tekan) Digunakan sambungan gigi
o
tunggal, α = 35
- Kedalaman gigi (t V ) :

S 305,4
tV =   0,27 cm
112 x b 112 x 10

α ≥ 70o → t V ≤ 1/6 h
1
t V ≤ /6 (14)

t V ≤ 2,33

Di pakai t V = 2 cm

- Kayu muka (L V )

24
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

L = S cos  305,4 x cos (35)  5,987


V
b. // 10(12)
L
≥ 15 cm
V

Di pakai lv = 25 cm
Sambungan gigi tunggal dapat dipakai.

Gambar sambungan:

4.2.5 Titik Buhul H dan L

V1 = 64,53 kg (tekan)
D1 = 176,49 kg (tekan)
A2 = 1028,04 kg (tekan)
A1 = 1210,27 kg (tekan)

o
Perhitungan berdasarkan gaya V1 = 64,53 kg (tekan) , α = 70

25
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10% . Dipakai pelat


penyambung 4/12. σkd untuk kayu dengan BJ 0,83 gr/cm3 adalah 150 kg/cm2
Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter 4,19 mm. Digunakan sambungan
tampang satu,

P = 77x 5/4 = 96,25


Jumlah paku:

n= →𝑑�𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 2 𝑝𝑎𝑘𝑢 (�𝑎𝑠�𝑛𝑔−�𝑎𝑠�𝑛𝑔 𝑠�𝑠� 1 𝑝𝑎𝑘𝑢)

a. Arah tegak lurus gaya


5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
b. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 = 5,03 cm ≈ 6 cm
10d= 4,2cm ≈ 5 cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm

Perhitungan berdasarkan gaya D1 = 176,49 kg (tekan). Digunakan sambungan


o
gigi tunggal, α = 35

- Kedalaman gigi (t V ) :
S 176,49
tV =   0,16 cm
112 x b 112 x10

≤ 1/6 h
t
α ≥ 60o → t V V ≤ 1/6 (14)
tV ≤ 2,33
Di pakai t V = 2 cm

Sambungan gigi tunggal dapat dipakai.


Pengaturan penempatan paku
a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
b. Arah sejajar gaya

26
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

12d = 12 x 0,419 =
5,03 cm ≈ 6 cm 10d =
4,2cm ≈ 5 cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm

Gambar Sambungan Pada Titik Buhul H :

4.2.6 Titik Buhul I dan K

A3
I

A2 D2
V2

V2 = 176,49 kg (tarik)
D2 = 305,34 kg (tekan)
A2 = 1028,04 kg (tekan)
A3 = 768,58 kg (tekan)

27
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Perhitungan berdasarkan gaya V2 = 176,49 kg (tarik)


Digunakan alat sambung paku, dengan perlemahan 10%, σkd untuk kayu dengan
3 2
BJ 0,83 gr/cm adalah 150 kg/cm . Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter
4,19 mm. Digunakan sambungan tampang satu,
= 77 x 5/4 = 96,25
Jumlah paku,

n= →𝑑�𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 2 𝑝𝑎𝑘𝑢 (�𝑎𝑠�𝑛𝑔−�𝑎𝑠�𝑛𝑔 𝑠�𝑠� 1 𝑝𝑎𝑘𝑢)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
b. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 = 5,03 cm ≈ 6 cm
10d =4,2cm ≈ 5 cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm

Perhitungan berdasarkan gaya D2 = 305,34 kg (tekan)


Digunakan sambungan gigi tunggal. Digunakan alat sambung paku, dengan
3 2
perlemahan 10% σkd , untuk kayu dengan BJ 0,83 gr/cm adalah 150 kg/cm .
Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter 4,19 mm. Digunakan sambungan
tampang satu,
= 77 X 5/4 = 96,25

Jumlah paku:

n= 𝑑�𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 8 𝑝𝑎𝑘𝑢 (�𝑎𝑠�𝑛𝑔−�𝑎𝑠�𝑛𝑔 𝑠�𝑠� 4 𝑝𝑎𝑘𝑢)

Pengaturan penempatan paku


a. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
b. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 = 5,03 cm ≈ 6 cm
10d = 4,2cm ≈ 5 cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm

28
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Gambar Sambungan Pada Titik Buhul I :

4.2.7 Titik Buhul J

A3 = 768,58 kg (tekan)
A4 = 768,58 kg (tekan)
V3 = 305,34 kg (tarik)

29
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

 Perhitungan berdasarkan gaya A4 = 768,58 kg (tekan)

dicoba dengan menggunakan sambungan gigi rangkap. Digunakan alat sambung


3
paku, dengan perlemahan 10% σkd untuk kayu dengan BJ 0,83 gr/cm adalah 150
2
kg/cm .

Digunakan paku 4” BWG 8 dengan diameter 4,19 mm


Digunakan sambungan tampang satu,

= 77 x 5/4 = 96,25
Jumlah paku,

n= → 𝑑�𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 8 𝑝𝑎𝑘𝑢 (�𝑎𝑠�𝑛𝑔 − �𝑎𝑠�𝑛𝑔 𝑠�𝑠� 4 𝑝𝑎𝑘𝑢)

Pengaturan penempatan paku


c. Arah tegak lurus gaya
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm
d. Arah sejajar gaya
12d = 12 x 0,419 =
5,03 cm ≈ 6 cm 10d =
4,2cm ≈ 5 cm
5d = 5 x 0,419 = 2,1 cm ≈ 3 cm
Digunakan sambungan gigi tunggal, α = 35o
- Kedalaman gigi (t V ) :

S 768,58
tV =   0,69 cm
112 x b 112 x10
o 1
α ≥ 70 → t V ≤ /6 h

t V ≤ 1/6 (14)
t ≥
2,33V

Sambungan gigi tunggal tidak dapat dipakai, maka dicoba dengan menggunakan

sambungan gigi rangkap;

30
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Gigi kedua dibuat tegak lurus batang diagonal (keadaan 2)

tk // = tr // = 85 kg/cm2


tk= 25 kg/cm2
(Berdasarkan PKKI – 1961 kayu Sonokeling termasuk kayu kelas II)

 // α =  tk // - ( tk // -  tk  ) sin α
- // α = 85- (85 – 25) sin
35 = 14,34
S2=½.S ½ 768,58
=384,29

Tv2 =

= 2,20
Gigi kedua mendukung gaya sebesar :

S2  ts2 .b. = 3 x 10 x 14,34 = 430,2 Kg

Sehingga S1 = S - S 2 = 768,58 - 430,2 = 338,38 Kg

- Kayu muka (Lv)

Lv ≥ l5cm

Dipakai Lv 1 = 15 cm

Lv ≥ l5cm

31
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

Dipakai Lv = 25 cm

Gambar Sambungan :

BAB VI
ZETTING

6.1 Tinjauan Zetting


Zetting (penurunan) yang terjadi pada konstruksi kuda-kuda akibat
pembebanan dapat dihitung dengan rumus :
S .L.U
FS 
F .E

32
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

dimana :
Fs = Penurunan yang terjadi (cm)
S = Gaya batang akibat beban luar (kg)
L = Panjang masing-masing batang (cm)
U = Gaya akibat beban 1 satuan
F = Luas penampang profil (cm2)
E = Modulus elastisitas kayu (kelas kuat I : (20.000 Mpa / 203.943,24
kg/cm2)

Penurunan maksimum yang diizinkan dihitung dengan rumus :

1
Fmax  L (PPIUG, 1987)
300

dimana :
L = panjang bentang kuda-kuda

Dalam perhitungan zetting, digunakan metode cremona untuk mendapatkan gaya


batang akibat beban 1 satuan yang berada di tengah-tengah konstruksi.

1
Fmax  x 1200 = 4 cm
300
Tabel. 6.1 Perhitungan Zetting

Panjng Gaya Gaya Luas Modulus S.L.U


Batang
Batang Batang Satuan Batang Elastisitas F.E
L S U F E fsytb
B1 2,000 979,53 0,87 112 200000 0
B2 993,19 0,87 0
B3 835,93 0,87 0,0073
B4 835,93 0,87 0,0073
B5 993,19 0,87 0

33
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

B6 979,53 0,87 0

V1 1,4004 -64,53 0 0
V2 2,8008 109,98 0 0
V3 4,2012 521,1 1 96 200000 0,00011
V4 2,8008 109,98 0 0
V5 1,4004 -64,53 0 0

D1 2,4415 -176,49 0 0
D2 3,4416 -305,34 0 0
96 200000
D3 3,4416 -305,34 0 0
D4 2,4415 -176,49 0 0

A1 -1210,27 -1 0,00013
A2 -1028,04 -1 0,00011
A3 -768,58 -1 0,00008
2,4390 112 200000
A4 -768,58 -1 0,00008
A5 -1028,04 -1 0,00011
A6 -1210,27 -1 0,00013
0,01535

Jadi lendutan yang timbul akibat zetting adalah:


Fs = 0,01535 cm < Fmax = 4 cm

BAB VII
KUBIKASI KAYU

Tabel 7.1 Kubikasi Kayu


Panjang
Ukuran Kayu Kubikasi
Batang Batang
(m2) (m) (m3)
1 2 3 (2) x (3)
B1 2 x 0,04 x 0,14 2,0000 0.0224
B2 0.0224
B3 0.0224
B4 0.0224

34
Perencanaan Bangunan Gedung I (Kayu)

B5 0.0224
B6 0.0224

V1 1,4004 0.0134
V2 2,8008 0.0269
V3 0,08 x 0,12 4,2012 0.0403
V4 2,8008 0.0269
V5 1,4004 0.0134

D1 2,4415 0.0234
D2 3,4416 0.0330
0,08 x 0,12
D3 3,4416 0.0330
D4 2,4415 0.0234

A1 0.0273
A2 0.0273
A3 0.0273
0,08 x 0,14 2,4390
A4 0.0273
A5 0.0273
A6 0.0273
Jumlah 0.5319
Volume kayu = 0,5319 m3
Volume kayu untuk penyambungan dan pemotongan = 0,5319 x 10 %
= 0,053 m3
Volume total kayu = 0,5319 + 0,053
= 0,585 m3

35

Anda mungkin juga menyukai