Anda di halaman 1dari 17

1.

MODEL ABC
1) Kapan Metode Tersebut Digunakan ?
 Digunakan pada saat mengkontrol manejerial yang ketat seperti barang-barang yang
mahal yang penting dan masuk dalam kategori 1
 Pada saat dana terbatas
 Pada saat terjadi krisis ekonomi
 Pada kategori obat yang mahal
 Saat diinginkan stok obat menjadi efisien

2) Apa Kelebihan Metode Tersebut ?


 Efektif, efisien, fungsi kontrol selektif yang pada akhirnya akan berkontribusi pada
perawatan pasien yang lebih baik
 dapat menghemat dana pengadaan dan menjaga stok obat agar tetap ada selama
pelayanan, dapat memeperkirakan stok minimal dan maksimal untuk pengadaan
 Memebantu merasionalisasi jumlah order dan menurunkan inventory
 Secara efektif dapat membantu RS dalam membuat perencanaan obat dengan
mempertimbangkan aspek pemakaian obat, nilai investasi, kekritisan obat dalam
penggolongan obat vital.
 Dapat mengevaluasi tarif.
 Dapat melakukan standarisasi pelayanan sebagai alat monitoring RS dalam pelayanan
sehingga berdampakpada efisiensi aktivitas dan biaya yang dikeluarkan.
 Membantu mempermudah dalam menyeleksi obat, dan sebagai bahan pertimbangan
dalam perencanaan pengadaan obat
 Memberikan perhatian pada item obat yang dapat memberikan investasi yang besar
untuk apotek
 Dapat memanfaatkan anggaran dana apotek, sehingga dapat mengembangkan apotek

3) Apa Kekurangan Metode Tersebut ?


 Dalam penerapannya memerlukan lebih banyak waktu tenaga dan peralatan sehingga
menghasilkan informasi dengan biaya yang selektif lebih mahal
 Karena ada penekanan jumlah stok terutama pada kategori A dan B sehingga frekuensi
pembelian menjadi lebih sering dan menambah biaya pemesanan.
 Tergantung pihak supplier, jadi harus diperhatikan kerjasama yang baik dengan
supplier agar pemesanan tepat waktu sehingga tidak terjadi kekosongan.
 Waktu yang dibutuhkan lebih lama karena obat-obatan sebelum diadakan
dikonsultasikan terlebih dahulu ke pihak manajemen, apoteker, dokter melalui KFT.
 Tidak dapat mengetahui obat yang termasuk kedalam golongan obat esensial atau non
esensial
 Tidak bisa menjelaskan kapan saatnya memesan obat kembali.
 Harus dikombinasikan dengan metode lain.
 Analisa ABC tidak bisa menyaring atau menyeleksi semua obat karena penyeleksian
berdasarkan pemakaian saja, jika obat tidak pernah keluar maka obat tidak muncul
dalam hasil akhir.
 Tidak bisa menganalisa perencanaan obat-obat yang jarang keluar atau jarang dipakai
meskipun obat tersebut bersifat life saving atau emergency.

2. MODEL ABC INDEKS KRITIS


(ABC-VEN)
1) Definisi analisis ABC Indeks Kritis
ABC Indeks Kritis merupakan analisis lanjutan dari metode ABC, yang mencakup
karakteristik persediaan, yaitu volume banyaknya barang, biaya investasi dan kritisnya
pelayanan pasien.

2) Kapan metode tersebut digunakan ?


a. Ketika RS membutuhkan analisis tambahan untuk memaksimalkan pengadaan obat-
obatan golongan C yang memiliki nilai investasi rendah tetapi sangat vital dalam
pelayanan kepada pasien
b. Saat anggaran pengadaan terbatas
c. Efesiensi ketersediaan jenis dan jumlah obat dengan kebutuhan terapi belum tercapai

3) Apa kelebihan metode tersebut ?


 Dapat menekan nilai investasi RS terkait obat golongan A, B, dan C
 Dapat mengetahui obat yang perputarannya cepat
 Metode ABC Indeks Kritis dapat digunakan untuk menentukan tingkat kekritisan
obat di rumah sakit.

 Dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan adanya kontrol pelayanan dari
persediaan obat-obatan kritis
 Mengoptimalkan hubungan (Efesiensi dan efektifitas) antara anggaran dan
kebutuhan terapi
 Efisiensi dan mengefektifkan teknik kontrol pemanfaatan anggaran tepat dengan
berkonsentrasi pada obat-obatan vital atau esensial
 Menemukan dan mengontrol obat-obatan yang membutuhkan pemantauan ketat agar
efektif
 Metode pengendalian inventaris terbaik di fasilitas kesehatan tingkat menengah

4) Apa kekurangan metode tersebut ?


 Membutuhkan waktu yang lama dalam penentuan pengelompokan barang dan nilai
kritis, karena jumlah dan jenis barang yang cukup banyak.
 Dapat terjadi bias dalam pengelompokkan barang yang kritis oleh para pemakai
 Terbaginya fokus kontrol obat (cenderung fokus lebih pada obat kategori A) karena
kekurangan yang tidak terduga dapat menyebabkan pembelian darurat yang mahal
 Metode ABC tidak optimal apabila diterapkan berdiri sendiri, dikarenakan tidak
hanya masalah uang menjadi prioritas tapi juga kebutuhan terapi obat-obatan (vital,
esensial, dan non esensial) yang berdampak penting bagi kesehatan juga menjadi
prioritas, Sedangkan metode VEN jika tidak dikombinasikan dengan metode ABC
akan memakan lebih banyak biaya.

5) Tahap-tahap analisis ABC Indeks Kritis


 Tahap 1
Membuat rekapitulasi mengenai daftar obat-obatan yang dipakai selmaa 1 tahun di
suatu instalasi, yang memuat jumlah pemakaian dan harga satuan tiap jenis obat

Contoh :
No Nama Obat Satuan Jumlah Harga Satuan

1 Ampisilin 500 mg Kaplet 20532 1125

2 OBH Botol 596 9405

3 Parasetamol 500 mg Tablet 54900 80

4 Vitamin C 250 mg Tablet 9353 55


 Tahap 2
Membuat nilai pemakaian
a. Nilai pemakaian dibuat berdasarkan data dasar pada tahap 1, kemudian
diurutkan mulai dari urutan jumlah terbesar sampai terkecil
b. Hitung persentase pemakaian setiap jenis obat
c. Hitung persentase kumulatif
d. Berdasarkan persen kumulatif, berikan bobot nilai untuk setiap jenis obat
tersebut dengan kriteria sebagai berikut :
 Nilai 3 : untuk % kumulatif <70%
 Nilai 2 : untuk % kumulatif 70% - 90%
 Nilai 1 : untuk % kumulatif >90 - 100%

Contoh : Nilai Pakai


% Nilai
No Nama Obat Satuan Jumlah % Pakai
Kum
1 Parasetamol 500 mg Tab 54900 64 % 64 % 3

2 Ampisilin 500 mg Kapl 20532 24 % 88 % 2

3 Vitamin C 250 mg Tab 9353 11 % 99 % 1

4 OBH Botol 596 1% 100 % 1

Total 85381 100 %

 Tahap 3
Menghitung nilai investasi
a. Menghitung total investasi setiap jenis obat
b. Berdasarkan total setiap jenis obat diurutkan dari yang terbesar sampai yang
terkecil
c. Hitung persentase biaya untuk setiap jenis obat terhadap nilai total obat
d. Hitung persentase kumulatif
e. Berdasarkan % kumulatif, berikan bobot nilai untuk setiap jenis obat seperti
kriteria bobot pada tahap 2

Contoh : Nilai Investasi


Harga Total % Nilai
No Nama Obat Satuan Jml %
Satuan Harga kum Inv
1 Ampisilin 500 Kapl 20532 1125 23.098.500 69% 69% 3
mg
2 OBH Botol 596 9405 5.605.380 16% 85% 2

3 Parasetamol Tab 54900 80 4.392.000 13% 98% 1


500 mg
4 Vitamin C Tab 9353 55 514.415 2% 100% 1
250 mg
Total 85381 10665 33.610.295 100%

 Tahap 4
Menghitung nilai kritis untuk setiap jenis obat. Informasi ini diperoleh dari pemakai
obat dalam hal ini dokter, komite medik, farmasi, dsb. Kriteria klasifikasinya
sebagai berikut :
a. Kelompok X : obat yang tidak boleh diganti dan harus selalu tersedia dalam
rangka proses perawatan pasien. Kekosongan obat tidak dapat ditoleransi.
b. Kelompok Y : obat yang dapat diganti dengan obat lain yang tersedia walaupun
tidak memuaskan karena tidak sesuai dengan keinginan, dan kekosongan kurang
dari 48 jam masih dapat ditoleransi.
c. Kelompok Z : obat yang dapat diganti, kekosongan lebih dari 48 jam dapat
ditoleransi.
Setiap kelompok diberikan bobot X = 3, Y = 2, dan Z = 1.

Contoh : Nilai Kritis


Nilai
No Nama Obat Satuan DR. K DR. L DR. M DR. N Kritis
(rerata)
1 Ampisilin 500 Kapl 3 3 2 3 2,75
mg
2 OBH Botol 2 3 2 3 2,5

3 Parasetamol Tab 1 2 3 1 1,75


500 mg
4 Vitamin C 250 Tab 2 1 1 2 1,5
mg

 Tahap 5
Menghitung nilai indeks kritis (NIK) setiap jenis obat dengan rumus :
NIK = Nilai Pakai + Nilai Investasi + (2 x Nilai Kritis )

 Tahap 6
Mengelompokkan tiap jenis obat ke dalam kelompok A, B, dan C dengan kriteria
sebagai berikut :
- Kelompok A : NIK 9,5 – 12
- Kelompok B : NIK 6,5 – 9,4
- Kelompok C : NIK 4 – 6,4
Nilai indeks kritis tertinggi (12) menunjukan bahwa sediaan obat tersebut adalah
obat yang kritis bagi sebagian besar pemakainya atau kritis bagi satu atau dua
pemakainya, tetapi juga mempunyai nilai investasi dan turn over yang tinggi.

Contoh : Hasil Analisis ABC Indeks Kritis


No Nama Obat Satuan NP NI IK NIK ABC IK
1 Ampisilin 500 mg Kapl 2 3 2,75 10,5 A

2 OBH Botol 1 2 2,5 8 A

3 Parasetamol 500 mg Tab 3 1 1,75 7,5 B

4 Vitamin C 250 mg Tab 1 1 1,5 5 C

3. MODEL EOQ
1) Kapan metode tersebut digunakan ?
Ketika :
- Jumlah kebutuhannya pasti dan konstan dari waktu ke waktu/ Saat jumlah pembelian
tetap
- Saat melakukan pesanan terus menerus
- Saat barang yang dipesan selalu tersedia
- Lead time bersifat konstan.
- Jumlah pesanan yang diterima sekaligus (satu waktu).
- Biaya penyimpanan dibebankan untuk setiap item yang disimpan.
- Saat tidak ada diskon
- Biaya melakukan pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan merupakan biaya
variable dalam waktu tertentu
- Pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari stock out

2) Apa kelebihan metode tersebut ?


- Mencapai tingkat persediaan seminimum mungkin
- Biaya rendah
- Mampu meminimalisasi out of stock
- Menghindari penumpukan obat yang tidak terpakai
- Menghindari obat yang kadaluarsa
- Dapat digunakan untuk rumah sakit yang masih berkembang
- Efisiensi total biaya pembelian obat sehingga keuntungan rumah sakit dapat meningkat
- Mampu menghemat biaya persediaan, penyimpanan, penghematan ruang. Dimana
menyeimbangkan biaya pemeliharaan dengan biaya pemesanan dan biaya penyimpanannya
dapat dikurangi
- Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off ) antara biaya penyimpanan dengan biaya
persiapan atau biaya pemesanan (setup cost ).
- Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar tertentu
dan diproduksi secara massal.
- Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien yang sakit
mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan cepat.
- Dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan pemesanan obat
- Perhitungan safety stok dapat digunakan untuk mengantisipasi permintaan obat yang tidak
pasti
- Dapat melakukan penghematan pada pembelian
- Dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak persediaan yang harus dipesan dan kapan
seharusnya pemesanan dilakukan
- Untuk pengendalian persediaan obat agar lebih efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan serta obat kadarluarsa.
-

3) Apa kekurangan metode tersebut ?


- Karena tingkat pemesanan lebih tinggi, sehingga total costnya lebih besar dari yang lain
- Ketidaksesuaian dalam pemesanan sediaan obat, sehingga akan mempengaruhi
penyimpanan
- Mengabaikan kebutuhan untuk memiliki buffer stock, yang dikelola untuk memenuhi
variasi pada lead time dan permintaan, sehingga membuatnya sulit untuk diamati dalam
praktik
- Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis
sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaan
model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi
- Hanya bisa untuk pemesanan yang konstan
- Biaya yang dikeluarkan bersifat konstan padahal seringkali ada biaya tak terduga
- Biaya persiapan diasumsikan tetap meskipun kenyataannya biaya ini sering dapat dikurangi.
- Hanya memperhitungkan satu jenis klasifikasi obat
- Kenaikan harga tidak diperhitungkan
- Tidak ada pesanan ulang (Back Order)
- Sistem pemesanan obat hanya melihat data sebelumnya

4. MODEL EOQ-ROP
1) Kapan metode tersebut digunakan ?
Metode EOQ (Economic Order Quantity) digunakan pada saat Rumah Sakit ingin
meningkatkan efisiensi pendanaan dan persediaan obat dengan cara pemesanan obat dalam
jumlah banyak untuk jangka waktu satu periode. Namun ketika penggunaan obat berlebihan
sebelum satu periode selesai maka digunakan metode ROP (Reorder Point) untuk
menentukan pada titik jumlah berapa pemesanan harus dilakukan kembali.

2) Apa kelebihan metode tersebut ?


 Memudahkan frekuensi pengadaan obat, sehingga laporan di instalasi farmasi tepat
waktu dan mengurangi beban adminstrasi stok
 Upaya meningkat pelayanan agar obat yang diberikan ke pasien tepat waktu
 Meningkatkan efisiensi biaya anggaran dalam pemesanan obat
 Dapat meningkat nilai ITOR (Inventory Turn Over Ratio)
 Dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya persediaan pengaman
(safety stock)
 Lebih baik dari metode ABC-Ven karena belum cukup untuk meningkatkan efisiensi
persediaan obat, masih sering terjadi kekosongan stok dan stok yang berlebih sehingga
banyak obat yang kadaluwarsa di mana dapat menyebabkan kerugian bagi Rumah
Sakit.
 Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat.

3) Apa kekurangan metode tersebut ?


 Membutuhkan biaya tambahan untuk pemeliharaan dan penyimpan
 Membutuhkan fasilitas penyimpanan yang cukup besar.

5. MODEL ROP
1) Kapan metode tersebut digunakan?
- ketika jumlah yang biasanya dipesan ternyata berkurang lebih cepat dari interval waktu
yang biasa dipakai untuk melakukan pemesanan.
- Metode ini digunakan pada saat akan memesan obat sehingga kedatangan atau
penerimaan obat yang dipesan dapat tepat pada waktu dan tidak mengalami
kekosongan

2) Apa kelebihan dari metode tersebut?


- Untuk mencegah terjadinya stockout (tidak kelebihan permintaan dan tidak kekurangan
stok).
- Ketersediaan obat terjamin dikarenakan jumlah stok persediaan selalu terisi kembali
sebelum stock persediaan itu habis
- Frekuensi pemesanan obat bisa terjadwal karena pemesanan tidak sampai stock kosong
melainkan ketika mencapai titik ROP
- Jadwal persiapan, penyerahan obat ke konsumen dapat tercapai sesuai dengan target
yang telah ditentukan karena ketersediaan obat yang mencukupi
- Biaya pengiriman obat lebih murah untuk pemesanan obat dalam jumlah yang banyak
dari pada per item obat

3) Apa kekurangan dari metode tersebut?


- Tidak dapat berdiri sendiri
- tidak dapat menentukan jumlah permintaan yang ingin dibeli
- memerlukan metode tambahan untuk menentukan jumlah permintaan yang ingin dibeli
tersebut.
- Penentuan ROP untuk persediaan obat-obatan dilingkungan rumah sakit agak sulit
karena laju pemakaian obat-obatan yang berbeda beda
- Penentuan ROP hanya bisa dihitung ketika pola pada periode pemesanan dianggap
sama
- Perlu diterapkan metode ABC untuk memberikan prioritas yang berbeda terhadap
setiap kelompok obat karena dengan nilai investasi tinggi memerlukan sistem
pengendalian yang lebih ketat dibandingkan obat dengan nilai investasi rendah
-

6. MODEL VEN
1) Kapan metode tersebut digunakan ?
 Metode analisis VEN digunakan pada awal pengadaan obat di Rumah Sakit karena
merupakan tolak ukur untuk berjalannya pelayanan di rumah sakit. Metode VEN
biasanya dikombinasi dengan metode analisis lain untuk memaksimalkan pengadaan
obat dirumah sakit seperti kombinasi metode ABC/VEN
 Saat menetapkan/ menentukan obat prioritas terutama obat yang tergolong vital
 Ketika anggaran minim.

2) Apa kelebihan metode tersebut ?


- Obat – obat yang bersifat vital/penting akan selalu ada
- Pelayanan akan selalu berjalan
- Dapat digunakan untuk mengevaluasi isi formularium
- Efesiensi penggunaan obat dengan dana yang terbatas
- Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan lokasi dana yang tersedia.
- Dengan menggunakan metode VEN dalam pemantauan obat vital lebih terkendali dan
terpantau

3) Apa kekurangan metode tersebut ?


- Tidak dapat digunakan untuk mengontrol obat-obat berdasarkan nilai/harga obat
- Tidak bisa digunakan untuk mengetahui batas stok minimum dan stok maksimum
- Tidak dapat mengontrol obat-obat yang bersifat Fast Moving secara optimal
- Pemantauan metode VEN adalah pada obat vital dan essensial yang berarti mencakup
85% obat-obatan dirumah sakit sehingga pengawasan hampir pada semua obat.
- Tidak efektif untuk beberapa obat yang dilihat dari penentuan obat dan pengadaan yang
berbeda , penentuan harga pada saat perencanaan dan pengadaan yang berbeda, adanya
kekosongan obat, terjadi keterlambatan pengiriman obat, keterlambatan pembayaran,
distributor tidak menyanggupi penyediaan obat karna tidak tersedianya bahan baku.
- Pemantauan obatnya dilakukan secara rutin.
- Perencanaan dan pengadaan obat masih kurang efektif karena dapt terjadi kelebihan
serta kekurangan obat.
- Analisis VEN tidak bisa digunakan secara tunggal karena tidak dapat menentukan jenis
obat-obatan yang menjadi prioritas untuk diadakan atau diprioritaskan berdasarkan nilai,
harga obat.

7. MODEL JIT
1) Kapan metode tersebut (JIT) digunakan?
Saat permintaan obat tertentu jarang dilakukan dan obat tergolong mahal serta
membutuhkan kondisi penyimpanan khusus

2) Apa kelebihan metode tersebut (JIT)?


a. Meminimalkan pemborosan
b. Persediaan sedikit, mungkin kosong (tidak tersedia)
c. Menjalin hubungan dengan pemasok dalam jangka waktu yang panjang.
d. Pengurangan waktu tunggu. Ini upaya untuk pengurangan lead time dimulai dengan
pesanan masuk dan pengaturan tanggal jatuh tempo.
e. Persediaan dalam jumlah kecil bahkan nol sehingga menekan biaya penyimpanan
dan pengelolaan (gudang)
f. Metode lebih fleksibel karena barang hanya dipesan jika ada permintaan
g. Mengurangi resiko penyimpanan obat terlalu lama

3) Apa kelemahan metode tersebut (JIT)?


a. Memerlukan banyak waktu untuk membangun relasi dengan supplier
b. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengimplementasikan JIT dengan baik
c. Resiko kekurangan barang dan kehilangan penjualan karena tidak ada persediaan
yang banyak
d. Tidak untuk obat maupun distributor yang memiliki lead time Panjang
e. Beresiko kekosongan stok di gudang instalasi farmasi sehingga mempengaruhi
pelayanan di Rumah Sakit
f. Biaya transaksi saat pemesanan tinggi
g. Rumah Sakit tidak dapat langsung memenuhi kebutuhan obat yang kosong

8. MODEL FIC
(FUZZY INVENTORY CONTROL)
1) Apa definisi dari metode tersebut?
 Teori FIC (Fuzzy Inventory Control) diperkenalkan oleh Zadeh yang memberikan suatu
kerangka pemikiran untuk menganggap parameter-parameter yang tidak atau kurang
jelas di definisikan yang ditentukan secara subjektif.
2) Kapan metode tersebut dapat digunakan ?
 Metode ini digunakan ketika tidak adanya atau kurang jelasnya suatu nilai yang
berkaitan dengan variabel-variabel tertentu yang akan digunakan bersama aturan Fuzzy
(Jika-Maka / If-Then). Artinya, metode ini digunakan sebagai perencanaan untuk
pengadaan barang jika tidak diketahui atau berubahnya variabel konstan (waktu dan
tingkat permintaan).
3) Apa kelebihan metode tersebut digunakan ?
 Metode FIC dapat digunakan langsung tanpa menimbulkan stockout dan menurunkan
biaya persediaan, nilai persediaan dan menaikkan TOR sehingga sistem persediaan
menjadi lebih efisien.
 Dapat mengantisipasi perubahan yang dinamis.
4) Apa kekurangan metode tersebut digunakan ?
 Metode FIC tidak bekerja optimal jika ada perbedaan dari data permintaan dan data
pemakaian yang digunakan sebagai dasar penyusunan model FIC.
 Tidak adanya kepastian nilai karena bersifat deskripstif.

9. MODEL CONTINUOUS REVIEW

1) Apakah metode continuous review ?


- Continous Review Adalah metode inventory control yang cocok untuk
mengendalikan persediaan yang masuk kategori slow moving dengan
mempertimbangkan waktu kadaluarsa dan proses return ke supplier. Metode ini
adalah metode lanjutan dari kombinasi metode ABC-VEN.
- Continuous Review System mengendalikan tingkat persediaan secara terus-menerus.
Sistem ini melakukan pemesanan persediaan ketika tingkat persediaan mencapai titik
reorder point atau di bawahnya. Continuous Review System merupakan sistem
persediaan ketika persediaan telah sampai pada titik reorder point atau di bawahnya
maka akan dilakukan pemesanan sampai pada tingkat persediaan maksimum.
- Metode continuous review adalah sistem persediaan dengan jumlah pemesanan tetap,
sedang jarak waktu pemesanan berubah –ubah. Pada Metode Continuous Review
dilakukan monitoring secara terus-menerus pada tingkat persediaan dan akan
dilakukan pemesanan kembali dengan kuantitas yang tetap setelah mencapai titik
reorder point. Metode ini digunakan untuk mengantisipasi laju perubahan permintaan
yang bersifat acak atau probabilistik.
-

2) Kapan metode tersebut digunakan?


- Metode ini digunakan ketika rumah sakit tidak memiliki tempat penyimpanan yang besar dan
biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat terbatas, untuk itu persediaan dipesan bila telah
sampai pada titik reorder point atau di bawahnya maka pemesanan akan dilakukan terus-
menerus sampai pada tingkat persediaan maksimum.
- Ketika rumah sakit ingin memangkas biaya pemeliharaan dan menghindari death stock
yang kerap terjadi pada barang-barang slow moving.

3) Apa kelebihan metode tersebut?


- Kelebihan dari Continuous Review System ini adalah selalu tersedianya persediaan sehingga
permintaan akan selalu terpenuhi, pemakaian ruang penyimpanan dapat diminimalisir.
- Jumlah pesanan akan selalu sama
- Barang yang diisimpan relative lebih sedikit
- Mampu mengatasi masalah penentuan ukuran pemesanan optimal agar disesuaikan
dengan permintaan
- Mampu mengendalikan persediaan death stock item dengan mempertimbangkan faktor
kadaluwarsa dan pengembalian produk
- Metode ini juga akan menangani lost sales yang biasa terjadi akibat return obat
kadaluwarsa ke supplier
- Dapat menentukan ukuran pesemesanan yang sesuai untuk obat kategori slow moving item.

4) Apa kekurangan metode tersebut?


- Kuantitas pesanan setiap pemesanan tidak tetap, pemeriksaan persediaan harus dilakukan
secara terus menerus sehingga kurang efisien dan akan menambah biaya tenaga kerja di
bagian gudang serta menambah biaya pengiriman karena di lakukan pemesanan yang berulang
dan dibutuhkan distributor yang dekat karena leading time sangat berpengaruh.
- Periode pemesanan tidak selalu tetap
- Memerlukan administrasi yang berat untuk selalu dapat memantau tingkat persediaan
agar tidak terlambat memesan
- Biaya pengiriman barang akan meningkat karena pemesanan akan sering terjadi
- Pemeriksaan persediaan yang harus dilakukan secara terus-menerus sehingga kurang efisien
dan akan menambah biaya tenaga kerja dibagian gudang.

10. MODEL HYBRID


1) Definisi :
Metode Hybrid POQ – MA (Periodic Order Quantity – Moving Average) adalah metode
perencanaan kombinasi dimana POQ untuk menentukan periode pemesanan kembali dilakukan
dan MA untuk menentukan jumlah obat yang akan dipesan. Metode HPOQ – MA menggunakan
history penjualan, 1 periode sebelumnya untuk 1 periode mendatang.
2) Kapan metode tersebut digunakan ?
Ketika ingin menentukan jumlah barang yang akan dipesan dalam 1 periode serta waktu kapan
dilakukannya pemesanan kembali.
3) Apa kelebihan metode tersebut ?
a. Mendapatkan harga pembelian obat yang efisien
b. Tidak mudah stokout jika ada KLB (kejadian luar biasa) karena stok tersedia untuk 3 bulan ke
depan
c. Meringankan beban apoteker dalam merencanakan pembelian obat
d. Pengendalian dana lebih terukur
e. Menghasilkan periode pemesanan selanjutnya dan jumlah pemesanan yang optimal
4) Apa kekurangan metode tersebut ?
a. Biaya penyiapan besar jika frekuensinya jarang (3 bulan sekali)
b. Resiko kerusakan besar karena jumlah persediaannya besar
c. Biaya penyimpanan / perawatannya besar
d. Rentan rugi jika dalam 3 bulan stok tidak keluar, karena tidak ada perputaran dana
e. Rentan stokout jika lead time terlalu lama dan barang tidak dapat didatangkan secara
mendadak

11. MODEL MMSL


(MINIMUM MAXIMUM STOCK LEVEL)
1) Definisi

Metode MMSL atau (minimum maximum stock level) adalah metode yang digunakan
untuk mengetahui jumlah persediaan barang dalam jumlah sedikit maupun sampai terbanyak.
Metode ini digunakan untuk mengontrol jumlah persediaan yang ada agar tidak berlebih atau
kurang sehingga tidak terjadi pemborosan modal.
Rumus perhitungan:
1.perhitungan jumlah rata-rata penjualan/pemakaian barang dalam
setahun ditambah dengan berapa jumlah aman barang yang tersedia di gudang.
Max Qty = (jumlah pemakaian barang dalam setahun + safety stock ) /12
2.perhitungan jumlah rata-rata penjualan/pemakaian barang dalam periode tertentu.
Max Qty = (jumlah pemakaian barang dalam setahun )/12
Sedangkan jumlah minimal barang ditentukan dengan cara menghitung berapa
jumlah aman/minimal barang tersebut di gudang di dalam setahun.
Periode dalam setahun ini dapat disesuaikan. Misalnya per minggu, per 3 bulan atau per 6
bulan.

2) Kapan metode tersebut digunakan ?

Sistem MMSL digunakan ketika perencaan obat di suatu Rumah sakit mengalami pemborosan
anggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan, meningkatnya resiko obat
rusak dan kadaluwarsa.

3) Apa kelebihan metode tersebut ?


- Kejadian stock out dapat diminimalisir dengan melakukan pengendalian persediaan.
- Angka TOR yang semakin tinggi dan ratio perbandingan stock persediaan dengan
persediaan terpakai yang semakin kecil.

4) Apa kekurangan metode tersebut ?


- Tidak dapat memperoleh harga pembelian obat yang efesien, sehingga harus
melanjutkan pengendalian dengan metode lainnya.

12. MODEL TRIPLE EXPONENTIAL


SMOOTHING
1) Definisi metode exponential smoothing
Metode exponential smoothing terkategori menjadi tiga, yakni tunggal (single) yang
digunakan untuk peramalan jangka pendek, ganda (double) meramalkan adanya dua
komponen yang harus diperbarui setiap periode, yakni level dan trend, Serta lipat tiga (triple)
digunakan ketika pola data menunjukkan adanya tren dan musiman

2) Kapan metode triple exponential smoothing digunakan?

Metode ini merupakan metode forecasting dengan menggunakan persamaan kuadrat. Metode
triple exponential smoothing lebih cocok untuk membuat forecast hal yang berfluktuasi atau
mengalami pasang surut.

3) Kelebihan metode triple exponential smoothing

Forecasting atau peramalan dengan menggunakan metode triple exponential smoothing satu
parameter dari brown berhasil dilakukan dengan keakuratan maksimal mencapai 98,15%.

4) Kelemahan metode triple exponential smoothing

Karena metode ini merupakan metode peramalan atau menerka, maka ada beberapa prediksi
yang meleset atau kurang akurat,

Anda mungkin juga menyukai