Anda di halaman 1dari 46

MODUL DASAR TEKNOLOGI OTOMOTIF

KEGIATAN BELAJAR 2.
ALAT UKUR

Penulis
Dr. Zainal Arifin, MT
Drs. Martubi, MPd, MT

PPG DALAM JABATAN


Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2018

Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018


ALAT UKUR MEKANIK

1. Mistar geser
Alat ukur ini sering disebut dengan jangka sorong, mistar ingsut, sketmat,
atau vernier caliper. Berikut gambar dan dengan nama-nama bagiannya.

Gambar 2.1 Mistar Geser

Pada batang mistar geser terdapat skala utama dan pembacaannya seperti
meteran biasa. Pada ujung yang satu dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu
rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak sedang ujung yang lain dilengkapi
dengan ekor. Dengan demikian mistar geser dapat digunakan untuk mengukur
dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman benda ukur. Selain skala utama, alat
ukur ini dilengkapi dengan skala vernier (vernier scale) atau skala nonius.
Skala pengukuran pada mistar geser biasanya menggunakan dua sistem
satuan yaitu sistem metrik dan sistem inci. Skala pengukuran dengan sistem
metrik biasanya ada pada bagian bawah rahang, sedang skala pengukuran dengan
sistem inci ada pada bagian atas rahang. Ketelitian mistar geser dapat mencapai
0,001 inci untuk satuan inci dan 0,02 mm untuk satuan metrik.
a. Tingkat ketelitian mistar geser
Susunan garis-garis yang dibuat secara teratur dengan jarak garis yang tetap
dan tiap garis mempunyai arti tertentu biasanya disebut dengan skala. Pada mistar
geser terdapat skala utama dan skala nonius atau skala vernier. Banyaknya garis
pada skala vernier menentukan tingkat ketelitian, semakin banyak garis pada
skala nonius maka mistar geser semakin teliti tetapi semakin sulit dibaca karena
jarak antar baris semakin rapat. Jarak antar garis pada skala utama untuk satuan

37
metrik pada umumnya 1 mm, sedang pada satuan inci jarak antar garis adalah
1/16 inci untuk ketelitian 1/128 inci dan 0,025 inci untuk ketelitian 0,001 inci.
1) Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,1 mm
2) Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,05 mm
3) Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,02 mm
4) Mistar geser dengan tingkat ketelitian 1/128 inci
5) Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,001 inci
b. Contoh cara membaca skala pengukuran pada mistar geser
Pedoman umum membaca skala pengukuran pada mistar geser yaitu: (a)
Lihat angka nol skala nonius ada dimana, (b) Cari garis yang lurus antara skala
utama dengan skala nonius. Berikut ini diberikan contoh membaca mistar geser
dengan ketelitian 0,1 mm.

Gambar 2.2 Mistar geser dengan ketelitian 0,1 mm

Pembacaan : pada skala utama : = 10 mm


Pada skala vernier : 4 x 0,05 = 0,40 mm
----------------------------- +
10,40 mm
c. Membaca Vernier Metrik
Membaca vernier metrik sampai 0.02 milimeter adalah sebagai berikut:
 Baca skala utamanya disebelah kiri dari bilangan nol dari vernier dalam
milimeter.
 Sekarang lihat pada skala vernier.
 Perhatikan pembagian vernier yang mana yang garisnya berlawanan dengan
skala utama.
Setiap garis pada skala vernier adalah suatu devisi yang lebih pendek 0.02
mm dari pada skala utama. Kalikan jumlah garis pada skala vernier dengan 0.02
dan tambahkan hasilnya dengan yang terdapat pada skala utama.

38
Gambar 2.3 Vernier scale

Karena setiap devisi pada skala vernier adalah 0.02 mm., berarti garis
kelima adalah 5 x 0.02 yang sama dengan 0.1 mm yang ditandai dengan nomor 1.
Garis kesepuluh ditandai dengan nomor 2, garis kelima belas ditandai dengan 3,
dan seterusnya sampai pada akhir skala.
Membaca jenis skala ini sebagai berikut:
 Baca skala utama seperti pada sebelumnya.
 Baca angka devisi sebagai sepersepuluh milimeter.
 Selesaikan pembacaannya dengan menambahkan ekstra 0.02

Gambar 2.4 contoh pengukuran vernier

39
Gambar 2.5 skala vernier

Contohnya memperlihatkan setting vernier.


Skala utamanya membaca 60 mm.
Vernier memperlihatkan garis ke lima yang adalah 0.5 mm, tambah 3 devisi
tambahan yang berarti 3 x 0.02 sama dengan 0.06 mm.
Pembacaan keseluruhan adalah 60
+ 0,5
+ 0,06
= 60,56 mm

Gambar 2.6 skala metrik

Beberapa vernier metrik yang memiliki skala utamanya dibagi kedalam


milimeter dan setengah milimeter, dengan skala vernier dibuat dengan panjang
24.5 mm dan dibagi kedalam 25 bagian yang sama. Panjang dari setiap devisi
vernier adalah satu per dua puluh lima dari 24.5 mm yang sama dengan 0.98
milimeter.

40
Gambar 2.7

Pada sketsa terlihat pembacaan vernier ke 0,02 milimeter dan memiliki skala
vernier dengan panjang 24,5 mm.
Ada juga devisi satu setengah milimeter yang sama dengan 0,5 mm.
37 + 0,5 = 37,5 mm
Garis kedelapan pada skala vernier berlawanan dengan garis pada skala utama.
Kalikan 8 dengan 0,02 yang sama dengan 0,16 dan tambahkan ini dengan
pembacaan pada skala utama.
Skala utama 37,5
Skala vernier 0,16
Pembacaan keseluruhan 37,66 milimeter.

Gambar 2.8

41
d. Menggunakan Vernier Caliper
Vernier caliper dipasang dan diatur seperti yang diperlihatkan dalam
gambar.

Gambar 2.9 penggunaan vernier

Menggunakan kaca pembesar merupakan cara yang baik untuk membantu


mendapatkan pembacaan vernier. Lihatlah dengan teliti. Lihatlah pada posisi
dimana cahaya datang dari belakang skala vernier dan dengan sudut yang sama
dengan garis mata anda. Keuntungan vernier caliper adalah jenis peralatan ini
dapat dibaca dari nol sampai panjangnya skala utama, sekitar 250 mm atau lebih.
Selain itu juga peralatan ini dapat lebih menguntungkan dalam mengambil ukuran
kedalaman.

Gambar 2.10 bagian vernier

e. Vernier Height Gauge (Meteran Vernier Untuk Mengukur Ketinggian)


Meteran ini merupakan pengembangan dari vernier caliper. Frame
terpasang dalam posisi vertical yang dipasang pada dasar yang kokoh. Vernier ini
dibaca dalam cara yang sama dengan vernier caliper, kecuali jika pembacaannya
akan diambil dari jaw yang bisa dipindah-pindahkan dari dasarnya. Meteran ini

42
biasanya dipergunakan di suatu permukaan plat atau meja. Peralatan ini
dirancang untuk menandai atau memeriksa ketinggian. Debt gauge dan scribing
blade adalah dua jenis peralatan yang disematkan pada measuring bar dari height
gauge.

Gambar 2.11 vernier heigh gage

2. Mikrometer
Mikrometer merupakan alat ukur linier langsung dengan tingkat ketelitian
yang lebih tinggi hingga mencapai 0,001 mm. Ada 3 macam mikrometer yaitu:
a. Mikrometer luar (Outside Micrometer)

43
Gambar 2.12 Mikrometer luar
Digunakan untuk mengukur: tinggi nok, diameter batang katup, diameter
jurnal poros, dan sebagainya. Spindle merupakan poros panjang yang dapat
bergerak maju-mundur untuk menyesuaikan dimensi benda yang akan diukur.
Untuk menggerakkan spindle dilakukan dengan cara memutar thimble.
Apabila thimble diputar ke kanan, maka spindle akan mendekati anvil. Pada
saat mengukur benda kerja, jika jarak antara spindle dengan benda kerja masih
jauh, maka untuk mendekatkannya dengan cara memutar thimble ke kanan.
Namun apabila jarak antara ujung spindle dengan benda kerja sudah dekat,
maka untuk mendekatkannya dengan cara memutar rathchet stoper sampai
ujung spindle menyentuh benda kerja. Lock clamp digunakan untuk mengunci
spindle agar tidak dapat berputar sehingga posisi skala pengukuran tidak
berubah. Saat menggunakan micrometer ini diperlukan keterampilan. Tekanan
yang berlebihan dalam pekerjaan akan :
 Memberikan pembacaan yang tidak akurat.
 Mengakibatkan ketegangan pada ulir.
 Merusak frame.
Pada saat anda mengatur anvil micrometer pada pekerjaan, anda harus
merasakan tekanan atau resistansi pada permukaan. Beberapa jenis micrometer
memiliki spring-loaded ratchet yang akan membantu untuk mengatur tekanan
konstan. Pengukuran yang akurat bisa didapatkan dengan bantuan ratchet
tersebut.

44
Gambar 30

Gambar 2.12 penyetelan micrometer

Mengukur dengan outside diameter sebagai berikut:


 Pegang outside micrometer dengan tangan kanan anda dengan pembagian
skala utama menghadap anda.
 Topang frame pada bagian tengah dengan telapak tangan anda. Gunakan
kelingking atau jari manis untuk menahan frame ke telapak tangan.
 Letakkan jari tengah di belakang untuk menopang frame.
 Usahakan ibu jari dan telunjuk bebas untuk mengatur thimble.

45
Gambar 2.13 kalibrasi micrometer

 Tutup anvil sampai anda merasakan telah menyentuh pekerjaan.


 Biarkan jari tergelincir pada thimble untuk mendapatkan tekanan yang
benar.
 Gerakkan pekerjaan anda diantara anvil atau lewatkan micrometer pada
pekerjaan dengan cara menggerakkan pergelangan tangan.
 Lakukan pengaturan pada thimble sampai mendapatkan hasil yang baik.

Gambar 2.14 pengukuran micrometer

Bila anda merasa puas dengan hasilnya, lakukan langkah-langkah berikut:


 Lepaskan jari-jari anda dari thimble.
 Putar micrometer ke arah anda.
 Baca ukurannya.

46
Mintakan supervisor anda untuk mendemonstrasikan posisi ini pada anda.

Gambar 2.15 tube micrometer

Beberapa micrometer memiliki anvil yang dirancang khusus untuk tujuan-


tujuan tertentu, seperti mengukur:
 Ketebalan pipa tubing
 Ketebalan lembaran kertas.
 Diameter pitch ulir sekrup.
Micrometer Digital beroperasi dalam prinsip yang sama dengan micrometer
lain dan jenis ini memberikan pembacaan ukuran langsung dalam angka.
Keuntungannya:
 Micrometer lebih cepat dan mudah untuk dibaca.
 Mendapatkan ukuran yang akurat.
 Membantu menghilangkan kesalahan pembacaan.

47
Gambar 2.16 digital micrometer

b. Mikrometer dalam (inside micrometer)


Menggunakan inside micrometer untuk mengukur diameter lubang sebagai
berikut:
 Pasang extension rod sesuai dengan ukuran lubang yang diukur.
 Pegang micrometer dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan anda.
 Tahan ujung lainnya dengan menggunakan ibu jari dan jari lainnya tangan
kiri anda.
 Sandarkan tangan kiri anda pada permukaan pekerjaan yang akan diukur
dan tahan anvil untuk menyentuh permukaan dalam lubang.
 Dengan anvil yang berupa pivot, gerakkan badan micrometer pada lubang.
 Ujung anvil diberi radius untuk memungkinkan kleren pada lubang.

Gambar 2.17 inside micrometer

48
 Putar thimble micrometer sampai anda merasakan anvil telah menyentuh
permukaan.
 Pasangkan anvil pada lubang beberapa kali untuk memastikan bahwa
ukuran diambil langsung dari bagian tengah.
 Teruskan mengatur thimble sampai anda merasakan tekanan yang sesuai
pada anvil.
 Jika telah memuaskan, angkat micrometer secara perlahan dari lubang.
 Baca ukuran yang diperlihatkan dalam barrel.
 Tambahkan pembacaan micrometer dengan panjang extension rod yang
digunakan untuk mendapatkan ukuran lubang.

Gambar 2.18 Penggunaan inside micrometer

Konstruksi inside micrometer tidak memungkinkannya digunakan untuk


mengukur lubang yang lebih kecil dari panjang keseluruhan micrometer barrel
dan anvil-nya. Untuk mengukur diameter lubang yang lebih kecil dengan
akurat, teleskopic gauge dapat digunakan. Alat tersebut terdiri dari gagang
yang terpasang pada fixed contact dimana terdapat spring-loaded teleskopic
plunger. Ujung plunger dan kontak dipasang pada suatu radius untuk
memungkinkan adanya kleren yang sesuai dalam lubang yang akan diukur.

49
Gambar 2.19 range pengukuran inside micrometer

Ingat tekanan pada micrometer harus juga sama dengan tekanan meteran pada
lubang.

Gambar 2.20 Mikrometer dalam


c. Mikrometer kedalaman (depth micrometer)
Depth micrometer adalah micrometer khusus yang digunakan untuk
mengukur:
 Kedalaman lubang.
 Kedalaman groove dan lekuk (recess)
 Tinggi bahu atau proyeksi
Range pengukuran depth micrometer dapat dinaikkan dengan menggunakan
extension rod yang dapat diganti-ganti. Merubah extension rod dari depth
micrometer sebagai berikut:
 Pegang bagian bawah thimble dengan erat dengan menggunakan ibu jari
dan telunjuk tangan kiri anda.
 Gunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri anda untuk melonggarkan clamp
dengan cara memutarnya berlawanan arah jarum jam.
 Tariklah keluar rod dari thimble dan tempatkan pada kotak pelindung.

50
 Pilih panjang extension rod yang cocok untuk pekerjaan yang akan diukur.
 Periksa dengan baik locating face pada ujung thimble dan bahu extension
rod supaya bersih.
 Masukkan rod kedalam thimble dan tekan kebawah kedalam locating face.
 Ganti clamping cap.
 Kencangkan clamp sebatas kemampuan jari.

Gambar 2.21 Mikrometer kedalaman


Cara membaca skala pengukuran pada Mikrometer
(1) Micrometer luar dengan tingkat ketelitian 0,01 mm
Jarak tiap strip diatas garis horisontal pada outer sleeve adalah 1 mm,
dan jarak tiap strip di bawah garis adalah 0,5 mm. Pada skala thimble tiap
strip nilainya 0,01 mm. Hasil pengukuran pada mikrometer adalah jumlah
pembacaan ketiga skala tersebut.
Contoh :

Gambar 2.22 Mikrometer luar dengan ketelitian 0,01 mm


Pembacaan skala di atas garis 5,00 mm
Pembacaan skala di bawah garis 0,00 mm
Pembacaan pada skala thimble 0,20 mm
Pembacaan akhir 5,20 mm
(2) Micrometer luar dengan tingkat ketelitian 0,001 mm

51
Jarak tiap strip diatas garis horisontal pada outer sleeve adalah 1 mm,
dan jarak tiap strip di bawah garis adalah 0,25 mm. Pada skala thimble tiap
strip nilainya 0,01 mm dan pada skala vernier 0,001 mm. Hasil pengukuran
pada mikrometer adalah jumlah pembacaan ketiga skala tersebut.
Contoh :

Gambar 2.23 Mikrometer luar dengan ketelitian 0,001 mm


Pembacaan : Pada skala utama : 2,50 mm
Pada skala thimble : 0,00 mm
Pada skala sleeve : 0,007 mm
-------------------------------------------- +
Jumlah : 2,507 mm
3. Bore Gauge atau Cylinder Gauge
Bore gauge adalah merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
diameter silinder. Pada bagian atas terdapat dial gauge dan pada bagian bawah
terdapat measuring point yang dapat bergerak bebas. Pada sisi lainnya terdapat
replacement rod yang panjangnya bervariasi tergantung keperluan.

Gambar 2.24. Bore gauge


Pengukuran diameter silinder dengan bore gauge memerlukan alat ukur
lain yaitu mistar geser dan mikrometer. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur diameter silinder.
Cara I :
a) Ukurlah diameter dengan mistar geser, misal hasil: 75,40 mm.

52
b) Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran
tersebut, misal 76 mm.
c) Pasang replacement rod pada bore gauge.
d) Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar dan usahakan jarum
dial gauge tidak bergerak, misal diperoleh = 76,20 mm.
e) Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai
bore gauge ke kanan dan ke kiri sampai diperoleh penyimpangan terbesar
(posisi tegak lurus).
f) Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge, misal diperoleh
0,13 mm.
g) Besarnya diameter silinder adalah selisih antara hasil pengukuran panjang
replacement rod dengan besarnya penyim-pangan jarum bore gauge. Jadi
diameter silinder = 76,20 – 0,13 = 76,07 mm.
Cara II:
a) Ukurlah diameter silinder dengan mistar geser, misal hasil: 75,40 mm.
b) Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran
tersebut, misal 76 mm.
c) Pasang replacement rod pada bore gauge.
d) Set mikrometer luar pada 76 mm, kemudian tempatkan replacement rod
antara anvil dan spindle micrometer
e) Set jarum dial gauge pada posisi nol dengan cara memutar outer ring
f) Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai
bore gauge ke kanan dan ke kiri sampai diperoleh penyimpangan terbesar
(posisi tegak lurus)
g) Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge.
h) Apabila penyimpangan jarum dial gauge :
 Di sebelah kanan nol : Ǿsilinder = 76 – penyimpangan
 Di sebelah kiri nol : Ǿsilinder = 76 + penyimpangan
4. Caliper Gauge
Caliper gauge adalah merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur diameter dengan ukuran kecil, misalnya diameter lubang laluan katup,
diameter dalam rocker arm dan sebagainya.

53
Pada bagian atas caliper gauge terdapat dial gauge dan pada bagian
bawah terdapat kaki (lug) yang dapat bergerak bebas. Fungsi tombol yang
terdapat pada dial gauge untuk menggerakkan kaki-kaki. Apabila tombol ditekan,
maka kaki-kaki tersebut akan saling berhimpitan (menyempit). Untuk menset nol
dapat dilakukan dengan memutar outer ring sehingga jarum penunjuk bertepatan
dengan angka nol pada skala pengukuran.

Gambar 2.25 Caliper gauge


5. Dial Indikator
Dial indikator atau dial gauge digunakan untuk mengukur kebengkokan,
run out, kekocakan, end play, back lash, kerataan, dan sebagainya.

Gambar 2.26 Dial Indikator


Tingkat ketelitian dial indikator menunjukkan skala terkecil, sedangkan
kemampuan pengukuran adalah kemampuan maksimal alat ukur. Sebagai contoh
apabila pada panel depan tertulis 0,01 – 40 mm, berarti tingkat ketelitian dial
indikator tersebut adalah 0,01 mm dan kemampuan untuk mengukur maksimal 40
mm.

54
Pada dial indikator juga terdapat outer ring yang dapat berputar. Apabila
outer ring diputar, maka skala pengukuran yang terdapat pada panel depan juga
akan ikut berputar sehingga angka nol pada skala pengukuran dapat lurus dengan
jarum panjang. Hal tersebut diperlukan pada saat menset nol sebelum melakukan
pengukuran.

Gambar2.27 Dial indikator lengkap dengan penyangga


Dalam penggunaannya, dial indikator tidak dapat berdiri sendiri, sehingga
memerlukan batang penyangga dan blok magnit. Posisi dial indikator dapat
digeser-geser sepanjang batang penyangga dengan cara mengendorkan gauge
beam lock.
6. Telescoping gauge
Telescoping gauge merupakan alat ukur pembanding yang biasa
digunakan untuk mengukur diameter dalam komponen yang agak ke dalam. Hal
tersebut dimungkinkan karena alat ukur ini mempunyai batang ukur yang cukup
panjang. Poros ukur atau sensornya dapat bergerak memanjang sendiri karena
adanya pegas didalamnya. Pada batang pengukur dilengkapi dengan pengunci
yang dihubungkan dengan poros ukur sehingga dengan pengunci tersebut, poros
ukur dapat dimatikan gerakannya.
Alat ukur ini biasanya terdiri atas satu set yang berisi beberapa pengukur
T yang masing-masing mempunyai kapasitas pengukuran yang berbeda. Pada
batang ukurnya biasanya sudah dicantumkan kapasitas pengukurannya, misalnya
10 – 25 mm. hasil akhir diketahui dari mengukur panjang poros ukur dengan
mikrometer luar.

55
Gambar 2.28 Pengukuran tube dengan telescopic gage
Telescopic plunger dapat dikunci pada posisinya dengan cara memutar sekrup
yang berada di ujung gagang. Gunakan meteran bore telescopic sebagai
berikut:
 Tekan plunger dan masukkan meteran kedalam lubang.
 Biarkan plunger untuk berkembang pada ukurannya pada lubang.
 Kencangkan locking screw.
 Goyang meteran pada diameter untuk mendapatkan hasil maksimal.
 Plunger dikunci dengan erat dan keluarkan meteran dari lubang.
 Ukurlah lubang dengan cara mengambil bacaan pada plunger dan kontak
dengan outside micrometer.

56
ALAT UKUR ELEKTRIK

1. Ampermeter
Untuk mengukur arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik
digunakan Ampermeter. Dalam pemasangannya, Ampermeter harus dihubungkan
secara seri dengan rangkaian listriknya. Arah datangnya arus (arah sumber arus)
dipasangkan pada terminal ( + ) dan selanjutnya dihubungkan terminal ( - ) seperti
pada gambar berikut.

Gambar. Pengukuran Arus Listrik

Pengukuran arus listrik dihubungkan secara seri, karena tahanan Ampermeter


(tahanan dalam) dibuat sangat kecil, mendekati O Ω. Jadi kalau Ampermeter dipasang
secara paralel akan terjadi hubung singkat sehingga alat ukur tersebut rusak.

2. Voltmeter
Untuk mengukur tegangan dari suatu rangkaian listrik, Volt meter harus
dihubungkan secara paralel terhadap kedua ujung rangkaiannya. Pada bagian yang
mempunyai tegangan yang lebih tinggi (pada arah sumber) dipasangkan terminal ( + )
Voltmeter dan selanjutnya pada terminal ( - ) seperti pada gambar berikut.

57
Gambar. Pengukuran Tegangan Listrik
Tahanan Voltmeter (tahanan dalam) dibuat besar sekali mendekati ~ sehingga
apabila dihubungkan seri terhadap rangkaiannya maka tegangan tidak dapat diukur,
tetapi Voltmeter tidak akan rusak.

3. Ohmmeter
Pada saat mengukur tahanan, benda yang diukur harus dilepas dari rangkaian
listriknya. Pada kedua ujung benda yang diukur dihubungkan dengan Ohmmeter.
Dengan demikian besar tahanan dapat dibaca seperti pada gambar 3. Terminal ( - )
dari Ohmmeter sudah dihubungkan dengan terminal ( + ) pada baterei yang terdapat
didalamnya.

Gambar. Pengukuran Tahanan Listrik

58
4. Multimeter
Multimeter atau multitester, ada juga yang menyebut avometer merupakan alat
ukur elektrik serbaguna karena dapat digunakan untuk mengukur beberapa besaran
listrik. Adapun besaran listrik yang dapat diukur dengan multimeter antara lain: arus,
tegangan, tahanan, kapasitas kondensor dengan berbagai rentang kapasitas
pengukuran. Di samping itu, multimeter dapat digunakan untuk memeriksa
kontinuitas instalasi listrik, mengukur kebocoran transistor, dan keperluan lain yang
terkait dengan besaran listrik
a. Bagian-bagian Multimeter

Gambar. Bagian-bagian Multimeter

Bagian-bagian multimeter untuk setiap produk hampir sama, perbedaannya


terletak pada skala pengukuran (scale) dan fungsi-fungsi pada range selector knob.
Pada gambar di atas dapat dijelaskan sebagian dari bagian-bagian multimeter. Untuk
menepatkan jarum penunjuk (pointer) digunakan zero position adjuster dengan cara
memutarnya ke kanan atau ke kiri menggunakan obeng minus sampai pointer
menunjuk angka nol. Untuk menset nol sebelum mengukur tahanan dengan cara

59
memutar 0 Ω adjuster knob ke kanan atau ke kiri sampai pointer menunjuk angka nol
ohm (angka nol paling kanan). Multimeter yang baik biasanya dilengkapi dengan
sekering, sehingga apabila terjadi kesalahan pengukuran, maka komponen dalam
multimeter tidak rusak (terbakar).

b. Pembacaan Skala Pengukuran


Pada panel depan multimeter terdapat skala pengukuran (scale) dengan
berbagai variasi pada setiap produk multimeter. Sebagai contoh dapat dilihat salah
satu skala pengukuran yang ada pada multimeter sebagai berikut:

Gambar. Skala Pengukuran

Dari gambar di atas nampak bahwa fungsi skala pengukuran dapat dilihat pada
sisi kanan dan kiri skala tersebut. Sebagai contoh skala paling atas digunakan untuk
pengukuran tahanan, sedang skala di bawahnya untuk pengukuran tegangan DC dan
seterusnya sampai yang paling bawah adalah skala pengukuran arus DC maksimum
20 amper. Nilai tiap divisi atau tiap bagian pada skala tahanan untuk masing-masing
daerah pengukuran berbeda-beda. Misal: pada sisi paling kanan nilai tiap divisi adalah
0,1 Ω, karena dari angka 0 s.d. 1 terdapat 10 divisi. Pada tengah-tengah skala
pengukuran, dari angka 5 s.d. 10, tiap divisi nilainya 0,5 Ω, sedangkan sisi paling kiri
nilai tiap divisi adalah 0,5 k Ω.
Untuk skala tegangan nilai tiap-tiap divisi pada bagian kanan, tengah, dan kiri
sama besarnya. Namun nilai tiap divisi untuk tiap daerah (range) pengukuran
berbeda-beda antara range: 0 – 50, 0 – 25, dan 0 – 10. Dengan cara yang sama dapat

60
dihitung nilai tiap divisi pada skala tegangan. Pada range 0 – 50, nilai tiap divisi 1
Volt, pada range 0 – 25 nilai tiap divisi 0,5 Volt, dan pada range 0 – 10 nilai tiap
divisi 0,2 Volt.
c. Range Selector Knob
Pada range selector knob terdapat beberapa pilihan untuk mengukur besaran
listrik antara lain: tegangan DC (DCV), tegangan AC (ACV), DCV (NULL), arus DC
(DCA), tahanan (OHM), dan kapasitas kondensor (C). Apabila multimeter tidak
digunakan, sebaiknya posisi selector diarahkan ke posisi OFF agar baterey yang ada
di dalam multimeter tidak habis dengan sendirinya apabila tes pin merah dan hitam
berhubungan. Skala mana yang dibaca tergantung posisi range selector knob (lihat
gambar 66).

Gambar. Range Selector Knob

d. Prosedur Pengukuran dengan Multimeter


1) Pengukuran Tegangan DC
a) Menset range selector knob
pada DCV
b) Menghubungkan test pin hitam
ke terminal (-) dan test pin
merah ke terminal (+)
c) Membaca penunjukan pointer
pada skala V-A

61
2) Pengukuran Tegangan AC
a) Menset range selector knob
pada ACV
b) Menghubungkan test pin pada
jaringan listrik
c) Membaca penunjukan pointer
pada skala V-A
Catatan : untuk pengukuran AC
10V, gunakan skala pengukuran 10
V

3) Pengukuran Arus DC
a) Menset range selector knob
pada DCA
b) Menghubungkan test pin hitam
ke terminal (-) dan test pin
merah ke terminal (+)
c) Membaca penunjukan pointer
pada skala V-A

4) Pengukuran Tahanan
a) Menset range selector knob pada Ω
b) Menghubungkan test pin hitam dan
test pin merah. Putar 0 Ω adjuster
sehingga pointer menunjuk angka 0
pada skala Ω
c) Menghubungkan test pin hitam dan
test pin merah pada tahanan
d) Membaca penunjukan pointer pada
skala Ω

62
Catatan:
a) Setiap memindah posisi selektor
pada saat mengukur tahanan, maka
perlu dilakukan set nol ohm
b) Apabila pada saat set nol ohm,
pointer tidak mau menunjuk angka
0 pada skala Ω, ganti baterey
multitester yang ada pada kotak
belakang

5) Pengukuran Kapasitas Kondensor (Capasitor)


a) Menset range selector knob pada C
(µF)
b) Memutar 0 Ω adjuster sehingga
pointer tepat pada angka 0 skala C
(µF)
c) Menghubungkan test pin pada
kondensor.
d) Membaca penunjukan pointer pada
skala C (µF) pada saat pointer
bergerak maksimum

Catatan: Apabila akan dilakukan pengukuran ulang, maka kondensor perlu


dikosongkan muatan arusnya dengan cara menghubungkan kabel
posistif kondensor ke bodi kondensor.

e. Cara Membaca Skala Pengukuran pada Multimeter


Pada saat membaca skala pengukuran pada multimeter, satu hal yang perlu
diperhatikan adalah di samping mencermati pembagian divisi juga perlu diperhatikan
posisi selektor. Apabila posisi selektor di daerah pengukuran tahanan, maka yang
dilihat adalah skala pengukuran paling atas yaitu skala Ω. Namun jika selector di
daerah pengukuran tegangan DC, maka yang dibaca adalah skala tegangan DC.

63
Demikian juga untuk skala yang lain, perlu dicermati pembagian divisinya. Khusus
saat pengukuran tahanan, setiap memindah selector, maka perlu diikuti dengan set nol
ohm.
1) Skala Pengukuran Tahanan

Apabila selector sedang menunjuk:


1) Pada posisi tahanan X 1, maka hasil pengukurannya adalah 22 Ω
2) Pada posisi tahanan X 10, maka hasil pengukurannya adalah: 220 Ω
3) Pada posisi tahanan X 1K, maka hasil pengukurannya adalah: 22 kΩ

2) Skala Pengukuran Tegangan

Apabila selector sedang menunjuk:


1) Pada posisi tegangan 250 DCV, maka hasil pengukurannya adalah 30 volt
2) Pada posisi tegangan 50 DCV, maka hasil pengukurannya adalah 6 volt

64
3) Pada posisi tegangan 10 DCV, maka hasil pengukurannya adalah 1,2 volt
4) Pada posisi tegangan 500 DCV, maka hasil pengukurannya adalah 60 volt
(yang dibaca range: 0 – 50, hasilnya dikalikan 10)
5) Pada posisi tegangan 1000 DCV, maka hasil pengukurannya adalah 120 volt
(yang dibaca range: 0 – 10, hasilnya dikalikan 100)
6) Pada posisi tegangan 2,5 DCV, maka hasil pengukurannya adalah 0,3 volt
(yang dibaca range: 0 – 250, hasilnya dibagi 100)

Perhatian:
Apabila selector menunjuk ke 10 ACV, maka yang dilihat adalah skala tegangan yang
bawah (AC 10V) dengan rentang pengukuran 0 – 10, sehingga hasil pengukurannya
1,4 volt (bukan 1,2 volt)

3) Skala Pengukuran Arus

Apabila selector sedang menunjuk:


1) Pada posisi arus 0.5 DCA, maka hasil pengukurannya adalah 0,16 amper
2) Pada posisi arus 25m DCA, maka hasil pengukurannya adalah 8 mA
3) Pada posisi arus 250μ DCA, maka hasil pengukurannya adalah 80 μA

4) Skala Pengukuran Kapasitas Kondensor


Apabila range selector knob diarahkan ke pengukuran kapasitas kondensor
(μF), maka pada skala pengukuran yang dibaca adalah μF. Pembacaan dilakukan pada
saat jarum penunjuk bergerak ke kanan maksimum.

65
Sebagai contoh pada gambar di atas pointer sedang menunjuk 0,25 Μf

f. Pemeliharaan Multimeter
a. Jangan menempatkan multimeter di dalam medan magnit yang kuat, karena
komponen dalam multimeter terdiri atas komponen elektronika yang sangat
peka terhadap medan magnet.
b. Apabila mengukur besaran listrik yang tidak diketahui, mulailah dengan
jangkauan yang terbesar. Sebagai contoh apabila mengukur tegangan sumber
PLN yang tidak diketahui, maka selector diarahkan ke ACV 750. Apabila
pada posisi tersebut jarum penunjuk tidak bergerak, maka selector diarahkan
ke posisi yang lebih rendah, misal: ACV 250, dan seterusnya.
c. Jangan menempatkan multimeter di tengah terik mata hari
d. Jangan menempatkan multimeter di tempat yang bergetar, misal di atas engine
stand yang sedang dihidupkan.
e. Jangan mencuci multimeter dengan cairan pelarut seperti: bensin, thiner, dan
dan bahan pelarut lainnya.
5. Engine Tuner
Perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan tune up motor bensin
konvensional adalah engine tuner. Terdapat berbagai merk dan type engine tuner, satu
diantaranya adalah engine tuner EA 800 A. Alat tersebut dapat digunakan untuk
mengukur: berbagai besaran antara lain: putaran motor, sudut dwell, tegangan baterey,
kevakuman, tekanan bahan bakar, saat pengapian, dan menentukan kondisi platina.

66
Alat ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran besaran tersebut pada motor
bensin dengan jumlah silinder lebih dari satu (2, 3, 4, 5, 6, dan 8 silinder).

Gambar. Engine Tuner EA 800 A


Pada panel depan terdapat meter untuk pengukuran putaran motor (rpm), sudut
dwell ( ° ), tegangan baterey (volt), dan kondisi platina. Skala paling atas (warna
hijau) adalah skala pengukuran putaran motor (0 – 1600 rpm), sehingga apabila
selector pada posisi low rpm, maka putaran motor tidak boleh dinaikkan karena dapat
merusakkan alat ukur. Di bawah skala low rpm adalah skala high rpm (0 - 8000 rpm).
Apabila posisi selector di high rpm, putaran motor boleh dinaikkan sampai
maksimum 8000 rpm. Pada skala sudut dwell (warna biru) terdapat berbagai skala
untuk berbagai jumlah siilinder (2, 3, 6, 4, 8, dan paling bawah 5 silinder). Di bawah
skala sudut dwell adalah skala tegangan (0-20 volt), sedang skala paling bawah adalah
skala untuk kondisi platina. Pada skala kondisi platina hanya ditunjukkan daerah yang
bagus (putih) atau OK dan tidak bagus (warna coklat) atau bad.

Gambar . Skala Pengukuran pada Engine Tuner

67
Pada panel depan juga terdapat meter tekanan bahan bakar dan kevakuman,
selector switch, dan cylinder switch. Pressure gauge dapat digunakan untuk
mengukur tekanan bahan bakar yang keluar dari pompa bensin pada motor bensin
yang sudah menggunakan sistem injeksi bahan bakar elektronik (EFI), sedang vakum
gauge biasanya untuk mengukur kevakuman dalam intake manifold.

Gambar. Pressure Gauge dan Vakum Gauge

Posisi selector switch disesuaikan dengan keperluan saat melakukan


pengukuran, sebagai contoh jika akan melakukan pengukuran tegangan baterey, maka
selector switch diarahkan ke DCV; untuk pengukuran sudut dwell, selector switch
diarahkan ke <); dan untuk pengukuran putaran motor, selector switch diarahkan ke
1600/min atau 8000/min. Untuk cylinder switch disesuaikan dengan jumlah silinder
motor. Diantara selector switch dan cylinder switch terdapat tombol cal (calibration)
yang fungsinya untuk mengkalibrasi pointer sebelum alat ukur digunakan.

Gambar. Selector Switch dan Cylinder Switch

68
Pada panel belakang engine tuner terdapat socket untuk timing light (1) dan kabel
power (2), serta terdapat sekering (3).

Gambar. Bagian Belakang Engine Tuner

1. Prosedur Kalibrasi Alat Ukur


a. Kalibrasi Meter Cam Angle
1) Menepatkan selector switch pada posisi dwell
2) Menepatkan cylinder switch pada silinder tertentu
3) Menekan tombol CAL ke bawah. Pada saat ini pointer harus menunjuk
pada posisi tengah. Sebagai contoh, pointer harus menunjuk pada angka
90 apabila cylinder switch pada posisi “2”, dan harus menunjuk angka 45
jika cylinder switch pada posisi “4”.
4) Apabila pointer tidak menunjuk sesuai dengan ketentuan di atas, maka
posisi pointer dapat diatur dengan memutar baut penyetel menggunakan
obeng minus dengan cara memutar ke kanan atau ke kiri sampai pointer
pada posisi tengah.

b. Kalibrasi Meter Putaran Motor


1) Menepatkan selector switch pada posisi rpm
2) Menepatkan cylinder switch pada silinder tertentu

69
3) Menekan tombol CAL ke bawah. Pada saat ini pointer harus menunjuk
pada posisi tengah. Sebagai contoh, pointer harus menunjuk pada angka
800 apabila selector switch pada posisi “low rpm”, dan harus menunjuk
angka 4000 jika selector switch pada posisi “high rpm”.
4) Apabila pointer tidak menunjuk sesuai dengan ketentuan di atas, maka
posisi pointer dapat diatur dengan memutar baut penyetel menggunakan
obeng minus dengan cara memutar ke kanan atau ke kiri sampai pointer
pada posisi tengah.

2. Prosedur Pengukuran
a. Prosedur Pengukuran Putaran Motor
1) Menghubungkan clip merah ke terminal positip baterey atau terminal
positip coil dan clip hitam ke terminal negatip coil atau ke body (massa).
2) Menghubungkan clip kuning ke terminal distributor atau terminal negatip
coil.
3) Memposisikan selector switch pada putaran motor (rpm)
4) Memposisikan cylinder switch sesuai dengan jumlah silinder motor
5) Menghidupkan motor
6) Menekan tombol power
7) Membaca penunjukan pointer untuk skala rpm, sebagai contoh dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar. Skala Meter untuk Putaran Motor

70
Dari gambar di atas nampak bahwa pointer sedang menunjuk 1000 rpm jika
selector switch pada posisi “low rpm”, tetapi jika selector switch pada posisi
“high rpm”, maka pointer sedang menunjuk 5000 rpm.

b. Prosedur Pengukuran Sudut Dwell atau Cam Angle


1) Menghubungkan clip merah ke terminal positip baterey atau terminal +
coil dan clip hitam ke terminal negatip coil atau ke body (massa).
2) Menghubungkan clip kuning ke terminal distributor atau terminal negatip
coil.
3) Memposisikan selector switch pada dwell
4) Memposisikan cylinder switch sesuai dengan jumlah silinder motor
5) Menghidupkan motor
6) Menekan tombol power
7) Membaca penunjukan pointer untuk skala sudut dwell, sebagai contoh
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar. Skala Meter untuk Sudut Dwell

Dari gambar tersebut nampak bahwa pointer sedang menunjuk:


100°, jika cylinder swich pada posisi 2
50°, jika cylinder swich pada posisi 4
25°, jika cylinder swich pada posisi 8

71
c. Prosedur Pengukuran Tegangan Baterey
1) Menghubungkan clip kuning ke terminal positip baterey dan clip hitam ke
terminal negatip coil atau ke body (massa).
2) Memposisikan selector switch pada DCV
3) Memposisikan cylinder switch sesuai dengan jumlah silinder motor
4) Menghidupkan motor
5) Menekan tombol power
6) Membaca penunjukan pointer untuk skala tegangan DC, sebagai contoh
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar. Skala Meter untuk Tegangan DC

Dari gambar di atas tersebut nampak bahwa pointer sedang menunjuk: 12 volt.

6. Engine Scanner
Untuk mengakomodir seluruh data pada teknologi mesin modern (misalnya
EFI), maka sekarang ini telah tersedia engine scanner. Dengan alat ini kecepatan
dan akurasi hasil diagnosa bisa lebih optimal.
Alat ini dipergunakan untuk menentukan sumber gangguan atau diagnosa
mesin EFI. Penggunaan alat tersebut sangat penting karena pada saat ini
teknologi sistem EFI berkembang dengan pesat, sehingga kalau dahulu ECU
hanya mengontrol sistem EFI, namun pada saat ini ECU mengontrol semua sistem
secara terintregrasi seperti sistem AC, sistem Anti Lock Brake System (ABS),

72
sistem traksi (Electronic Traction Control), Air Bag dan sebagainya, sehingga
melibatkan sangat banyak sensor dan banyak actuator.
Cara penggunaan ini akan dijelaskan pada modul berikutnya, yaitu
mengenai diagnosa mesin EFI menggunakan scanner.

Gambar. Engine Scanner

73
ALAT UKUR PNEUMATIC

Alat-alat ukur pneumatic yang biasa digunakan di bidang otomotif antara lain:
compression tester, radiator cap tester, oil pressure gauge, dan nozzle tester.
1. Compression Tester
Untuk mengukur tekanan kompresi silinder motor dapat digunakan compression
tester atau biasa disebut compression gauge. Satuan yang biasa untuk mengukur
tekanan kompresi silinder motor pada umumnya: kg/cm2, psi, bar, atau kpa.

Gambar. Compression Tester

Tekanan kompresi merupakan tekanan efektif rata-rata yang terjadi di ruang


bakar tepat di atas piston. Tekanan kompresi tersebut dibagi menjadi 2 yaitu tekanan
kompresi motorik dan tekanan kompresi pembakaran. Tekanan kompresi motorik
adalah tekanan yang sering diukur oleh mekanik dengan alat compression gauge
memiliki satuan kg/cm2, kPa, psi atau bar. Tekanan motorik lebih dikenal dengan
tekanan kompresi. Tekanan tersebut membaca tekanan kompresi di ruang bakar tanpa
adanya penyalaan busi. Prosedur pengukurannya dengan memasang compression
gauge pada lubang busi, katup throttle dibuka penuh (full open throttle) kemudian
memutar kunci kontak pada posisi start hingga jarum bergerak naik dan berhenti pada
angka tertentu. Angka yang ditunjukkan pada compression tester adalah tekanan

74
kompresi motorik. Tekanan kompresi motorik berkisar antara 900 kPa sampai 1400
kPa (9 – 13 psi) untuk motor standar.
Tekanan ruang bakar dihitung saat mesin menyala atau terjadi proses
pembakaran. Pengukurannya tidak menggunakan alat compression gauge, namun
memakai sensor pressure yang dipasang pada kepala silinder. Tekanan kompresi
pembakaran tersebut bisa mencapai 10x lipat dari tekanan motorik.
Prosedur pengukuran tekanan kompresi adalah sebagai berikut:
a. Untuk motor bensin dengan sistem injeksi bahan bakar, putuskan kelistrikan
yang menuju ECU, biasanya dengan mencabut main relay / ECU relay /
sekring ECU, sehingga injector tidak menyemprotkan bensin.
b. Memutuskan kelistrikan yang menuju koil pengapian, biasanya dengan
mencabut socket yang menuju koil, sehingga koil pengapian tidak bekerja.
c. Melepas semua busi
d. Memasang compression
gauge pada lubang busi
seperti terlihat pada
gambar di samping

e. Menstart mesin
f. Membaca hasil pengukuran pada compression gauge.

2. Oil Pressure Gauge


Minyak pelumas atau oli merupakan media untuk mencegah kontak langsung
antara dua komponen motor yang saling bersinggungan. Oleh karena itu minyak
pelumas dalam mesin harus dapat mengalir dengan baik agar semua komponen yang
saling bersinggungan terhindar dari kerusakan. Pada umumnya untuk melihat apakah
oli di dalam mesin mengalir atau tidak, dapat diketahui melalui indikator lampu oli di
panel dashboard. Indikator yang berupa lampu tersebut hanya untuk mengetahui
apakah oli bersirkulasi, tidak untuk mengetahui berapa tekanan pelumasannya. Oleh

75
karena itu jika kita ingin mengetahui berapa besarnya tekanan minyak pelumas yang
bersirkulasi maka diperlukan oil pressure gauge.
Pengukur tekanan oli menentukan berapa banyak oli dipompa melalui bagian
motor, dengan menampilkan tekanan oli melalui sender yang terhubung ke
meter/gauge oil pressure gauge. Saat motor mulai bekerja, pompa oli bekerja untuk
mempompa oli dari bak oli/karter di bagian bawah motor, dan bersirkulasi melalui
saluran di blok motor, melewati bantalan pelumas, poros engkol, torak, dan bagian-
bagian motor yang bergerak. Setelah oli terpompa keluar, akan mengalir kembali ke
bak oli di bagian bawah motor di mana oli tersebut akan dihisap kembali oleh pompa
oli untuk dilakukan resirkulasi. Pembacaan tekanan oli ini adalah tekanan yang
tercapai ketika oli sedang bergerak melalui bagian-bagian yang diukur dan
ditampilkan pada meter oil pressure gauge.
Adapun prosedur pengukuran tekanan minyak pelumas adalah sebagai berikut:

a. Melepas switch oli


b. Memasang oil pressure gauge
pada lubang switch oli seperti
terlihat pada gambar di samping.
c. Menghidupkan mesin

d. Membaca penunjukan jarum pengukur pada oil pressure gauge pada berbagai
putaran mesin (stasioner, menengah, putaran tinggi)
e. Membandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi yang ada dalam buku
manual.
Contoh : Tekanan oli pada mesin 7 K
• Pada putaran idle : 0,3 kg/cm2 atau lebih
• Pada 3000 rpm : 2,5 – 5 kg/cm2

76
3. Radiator Cap Tester
Radiator cap tester atau radiator tester merupakan alat untuk memeriksa
kebocoran dalam system pendingin air pada mobil atau motor dan untuk memeriksa
tutup radiator pada sistem pendingin air. Pemeriksaan tutup radiator memerlukan alat
khusus karena komponen tersebut bukan sekedar tutup agar air di radiator tidak
tumpah, tetapi berfungsi untuk mengatur arus lalu lintas air dari radiator ke tangki
cadangan (reservoir tank) dan sebaliknya dari reservoir tank menuju radiator. Dengan
adanya tutup radiator, tekanan dan volume air pendingin di dalam radiator menjadi
stabil.

a. Pemeriksaan Tutup Radiator Secara Visual:


1) Memeriksa Sil Karet
Memeriksa sil karet bagian luar (Outer Cap Seal) dan dan sil karet bagian
dalam (Inner Cap Seal dari kemungkinan sobek. Kemudian memeriksa
kelenturannya dengan cara menekan kedua sil tersebut menggunakan kuku dan
pastikan bahwa karet kembali rata setelah ditekan menggunakan kuku. Jika pada
karet terbentuk cekungan maka tutup radiator harus diganti karena tutup radiator
sudah tidak mampu menutup sempurna.

2) Memeriksa Pressure Valve (Katup Tekan)


Tekan katup pressure valve menggunakan kedua ibu jari, lepaskan
kemudian pastikan bahwa katup kembali ke posisi semula. Jika katup tidak dapat
kembali berarti pegas pressure valve sudah tidak lentur atau bahkan macet. Ganti
pressure valve jika tidak mampu bekerja dengan baik, hal ini akan mengakibatkan
tekanan di dalam sirkulasi sistem pendinginan meningkat dan akan
membahayakan sambungan-sambungan saluran air pendingin, perpak kepala
silinder, upper hose, lower hose dan radiator. Bahkan pada beberapa kasus
tekanan air yang telalu tinggi di dalam sistem pendinginan mampu memecahkan
radiator, upper hose dan lower hose.

77
3) Memeriksa Vacuum Valve (Katup Vakum)
Tarik katup vakum (Vaccum Valve) kemudian lepas, pastikan bahwa katup
vakum kembali pada posisi semula dengan posisi katup menutup sempurna pada
inner cap seal (sil karet katup tekan). Jika katup vakum tidak kembali ke posisi
semula atau kembali tapi posisinya tidak sempurna maka tutup radiator harus
diganti. Katup vakum yang jelek akan membuat air di dalam radiator selalu
berkurang setelah mesin digunakan. Setiap pagi periksa jumlah air pendingin pada
radiator, jika jumlahnya berkurang setelah digunakan padahal dalam tangki
cadangan (reservoir tank) penuh itu berarti katup vakum tidak bekerja dengan
baik atau bahkan macet.

b. Pemeriksaan Tutup Radiator dengan Radiator Cap Tester


1) Menyiapkan unit radiator cap tester
2) Melepas tutup radiator. Hati-hati jika motor dalam keadaan masih panas,
tunggulah hingga dingin atau kompres dengan kain basah untuk menurunkan
temperatur air pendingin.
3) Memasang tutup radiator pada radiator cap tester, sesuaikan antara adapter
dengan tutup radiator.

Gambar 83. Pemeriksaan Tutup Radiator

4) Memompa radiator cap tester hingga katup pembebas terbuka.


5) Katup terbuka pada: 0,75 – 1,05 kg/cm2
6) Memeriksa bahwa tekanan tidak turun dengan segera di bawah 0,6 kg/cm2.
78
c. Pemeriksaan Kebocoran System Pendingin
1) Mengisi radiator dengan air pendingin.
2) Memasang radiator cap tester pada lubang pengisian air pendingin pada
radiator.

3) Memompa radiator
cap tester hingga 1,2
kg/cm2 seperti gambar
di samping.

4) Memeriksa kebocoran pada sistem pendingin air seperti; selang radiator,


pompa air, radiator, sambungan selang radiator, perapat, dan komponen lain
yang terkait dengan sistem pendingin air.

4. Nozzle Tester
Nozzle atau injector pada sistem bahan bakar motor berfungsi untuk
mengabutkan bahan bakar yang akan disemprotkan ke dalam silinder, artinya bahan
bakar yang semula dalam bentuk cair kemudian dirubah menjadi kabut setetelah
keluar dari pengabut atau injector. Oleh karena itu agar injector dapat berfungsi
dengan baik, maka perlu pemeriksaan baik secara visual maupun dengan peralatan
khusus yang disebut injector tester. Alat ini dapat digunakan untuk mengetahui
tekanan pengabutan, bentuk pengabutan, dan kebocoran pengabut.
a. Prosedur Pemeriksaan Tekanan dan Bentuk Penyemprotan Injector:

1) Memasang injector pada


nozzle tester pada posisi longgar.
Kemudian lakukan
pembuangan udara yang ada
pada saluran nozzle tester,
dengan menggerakkan tuas
sampai solar keluar melalui
sambungan pipa

79
2) Gerakkan tangkai tester ke bawah.
Kecepatan gerakan tangkai tidak
terlalu cepat atau terlalu lambat.
Sebagai panduan: untuk nozzle
lama antara 15 – 60 kali/menit,
sedang untuk nozzle baru 30-60
kali/menit. Sambil menggerakkan
tangkai tester ke bawah, lihat jarum
penunjuk pada manometer.

3) Menutup kran saluran tekan yang


menuju ke manometer. Lakukan
pengetesan bentuk penyemprotan
dengan menggerakkan tuas dalam
langkah seperti pada pengetesan
tekanan pengabut.
4) Sambil menggerakkan tuas ke
bawah, lihat bentuk penyemprotan.

Gambar. Bentuk Pengabutan Injektor

80
b. Prosedur Pemeriksaan Kebocoran Injector:
1) Membuka kran saluran tekan yang menuju manometer. Gerakkan tuas
tester sampai manometer menunjukkan tekanan antara 10 – 20 kg/cm2 tidak
ada tetesan selama 10 detik, lihat dan amati kebocoran pada ujung nosel.
2) Amati dan rasakan ujung bodi nosel dengan jari anda, apakah ada tetesan atau
ujung bodi nosel menjadi basah.

Gambar. Hasil Tes Kebocoran Injektor

81

Anda mungkin juga menyukai