Skripsi
Guna Memenuhi Persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
Eunice Febrina
2003 – 70 – 103
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
April 2010
Proses Penemuan Makna Hidup Orang Tua Tunggal Wanita
Akibat Perceraian
Oleh
Eunice Febrina
2003 – 70 – 103
Dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
pada tanggal 25 Mei 2010
Menyetujui,
Pembimbing Skripsi
_____________________________________
Wieka Dyah Partasari S.Psi. M.Si
___________________________________
Dr. phil Juliana Murniati, M.Si
Fakultas Psikologi
Universitas Katoli Indonesia Atma Jaya
Mei 2010
ABSTRAK
Proses Penemuan Makna Hidup Orang Tua Tunggal Wanita Akibat Perceraian
Sepuluh tahun terakhir dijumpai semakin banyak orang tua tunggal akibat
perceraian beserta masalah-masalah yang dihadapinya paska perceraian. Orang tua
tunggal wanita yang masih mempunyai anak di bawah usia dewasa (18 tahun) dan
layak secara hukum berhak untuk mengasuh anak-anaknya. Dari permasalahan
yang mereka hadapi paska perceraian, para orang tua tunggal wanita ini berniat
untuk menata ulang kehidupannya. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini untuk
mengetahui tahapan yang dijalani orang tua tunggal wanita dalam menemukan
makna hidupnya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam sebagai metode
pengumpulan data. Penelitian dilaksanakan pada dua orang tua tunggal wanita yang
bercerai dan mempunyai anak di bawah usia 18 tahun. Tujuan hidup subjek yang
pertama ialah memiliki kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan anak-anaknya.
Tujuan hidup subjek yang kedua ialah mencukupi kebutuhan hidup anak-anaknya
dengan kualitas yang lebih baik dan menemukan penyebab kekosongan hatinya dan
cara mengatasi kekosongan tersebut. Tahapan orang tua tunggal wanita dalam
menemukan makna hidupnya akan dikaji melalui teori Frankl.
Hasil analisis menunjukkan bahwa subjek pertama dapat mencapai tahapan
akhir dari proses penemuan makna hidup melalui bekerja, fokus kepada anak dan
karier, menjalin hubungan baik dengan lingkungan dan mempunyai hobi. Subjek
kedua baru mencapai tahap kedua yakni tahap penemuan makna dan tujuan hidup
karena belum bekerja lagi, fokus hanya kepada anak, menarik diri dari lingkungan
dan tidak mempunyai hobi. Kesimpulan yang dapat diambil ialah subjek pertama
sudah mencapai tahap akhir yakni kebahagiaan dan subjek kedua baru mencapai
tahap kedua yakni tahap penemuan makna dan tujuan hidup.
Saran metodologis untuk penelitian selanjutnya adalah menggali lebih
dalam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penemuan makna hidup.
Saran untuk para orang tua tunggal wanita ialah agar menikmati pekerjaan dan
hobinya di samping menjalin relasi dengan lingkungan serta mengikuti support
group untuk mereka dan anak-anak mereka. Saran untuk konselor atau terapis ialah
i
agar mereka membantu orang tua tunggal untuk menikmati pekerjaan dan hobinya
di samping menjalin relasi mereka dengan lingkungan dan membentuk support
group.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena telah menyertai peneliti dalam pembuatan
skripsi ini sampai selesai. Untuk selanjutnya, peneliti mau mengucapkan terima
kasih pada lembaga dan orang-orang di bawah ini :
iii
Demikian rasa terima kasih peneliti, semoga Tuhan memberkati
segala usaha yang telah dilakukan oleh peneliti selama ini.
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Abstrak i
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
Daftar Lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN 1
I.A. Latar Belakang Masalah 1
I.B. Rumusan Masalah 13
I.C. Tujuan Penelitian 13
I.D. Manfaat Penelitian 13
I.D.1. Manfaat Teoritis 13
I.D.2. Manfaat Praktis 13
I.E. Sistematika Penulisan 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15
II.A. Perceraian 15
II.A.1. Definisi 15
II.A.2. Penyebab Perceraian 15
II.A.3. Dampak perceraian pada wanita 18
II.B. Orang Tua Tunggal 20
II.B.1. Orang Tua Tunggal Wanita 20
II.B.2. Masalah Orang Tua Tunggal Wanita 20
II.C. Makna Hidup 22
II.C.1. Pengertian Makna Hidup 22
II.C.2. Makna Hidup berdasarkan teori Frankl 23
II.C.3. Proses Pencarian Makna Hidup 26
II.C.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses penemuan
Makna Hidup 31
II.D. Cara menemukan Makna Hidup 33
II.E. Proses Penemuan Makna Hidup pada Orang Tua Tunggal
Wanita 34
BAB III METODE PENELITIAN 38
III.A. Jenis Penelitian 38
III.B. Metode Pengumpulan Data 39
v
III.C. Subjek Penelitian 39
III.C.1. Karakteristik Subjek 39
III.C.2. Metode Pengambilan Sampel 40
III.C.3. Jumlah Subjek 41
III.D. Alat Penelitian 41
III.E. Prosedur Penelitian 42
III.E.1. Persiapan Penelitian 42
III.E.2. Pelaksanaan Penelitian 43
III.E.3. Proses Analisis Data 43
III.F. Kredibiliatas Penelitian Kualitatif 44
BAB IV HASIL DAN ANALISIS BANDING 45
IV.A. Hasil Penelitian 45
IV.A.1. Subjek Pertama 45
IV.A.2. Subjek Kedua 58
IV.B. Analisis Banding 66
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 69
V.A. Kesimpulan 69
V.B. Diskusi 69
V.C. Saran 71
V.C.1. Saran Penelitian 71
V.C.2. Saran Praktis 71
V.C.2.1. Saran untuk Orang Tua Tunggal Wanita 71
V.C.2.2. Saran untuk Konselor/ Terapis 72
Daftar Pustaka 73
Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
0,13%.
karakteristik utama orang tua tunggal ialah orang tua yang mengasuh anak
sendirian tanpa kerjasama dengan pasangan dalam waktu yang lama entah pria
wanita di perkotaan yang mendapatkan hak asuh anak setelah bercerai dengan
suaminya. Selain itu, orang tua tunggal wanita yang mendapatkan hak asuh
anak tersebut ialah wanita yang menurut pengadilan negara layak untuk
berkelakuan baik sebagai orang tua di mata hukum. Karakteristik orang tua
tunggal wanita ialah wanita yang memiliki hak asuh anak. Mereka tinggal
1
Menurut Ortigas(1991), wanita yang menjadi orang tua tunggal khawatir
akan tanggung jawab finansial mereka baik untuk anak dan keperluan rumah
tangga yang lainnya. Ortigas juga mengemukakan bahwa wanita lebih cepat
lelah secara fisik dibandingkan pria yang menjadi orang tua tunggal. Ortigas
tanpa suami, merasa lebih kesulitan dalam hal finansial karena mengalami
perubahan yang tadinya didukung oleh suami sebelum mereka bercerai, mereka
menjadi pejuang tunggal dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yang baru.
Mereka juga mendapat tekanan sosial karena perubahan status dari menikah
menjadi berstatus janda. Para orang tua tunggal wanita ini, merasa lebih
stres orang tua tunggal wanita secara lebih mendalam. Pada penelitian Anita,
stres orang tua tunggal wanita meliputi masalah ekonomi, praktis, psikologis,
konsep diri. Anita mengemukakan coping yang digunakan orang tua tunggal
wanita terdiri dari dua bagian yakni ‘problem focused coping’ meliputi
2
accept responsibility, serta escape / avoidance. Menurutnya, adjustment yang
dapat dicapai orang tua tunggal wanita ialah punya hidup bermakna dan tujuan
hidup, mengalami satu atau lebih transisi penting dalam usia dewasa dan telah
dilakukan oleh Nurhandini, stres orang tua tunggal wanita disebabkan oleh
perasaan kesepian karena berpisah dari orang yang pernah dicintainya, tanggung
dan merasa identitas tidak utuh dari status menikah menjadi berstatus janda,
merasa tidak terpenuhi kebutuhan seksualnya, dan konsep dirinya berubah dari
dirinya.
orang tua tunggal wanita akan mengalami tiga permasalahan utama yakni
masalah emosi, masalah beban fisik, dan masalah ekonomi. Emosi yang muncul
pada orang tua tunggal wanita ialah perasaan bersalah, benci, marah, malu, dan
cemas akan masa depan. Mereka juga mengalami masalah beban fisik saat
mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai seorang ibu sekaligus sebagai
seorang ayah. Mereka harus menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran yang lebih
3
akan dirasakan bila pendapatannya setelah menjadi orang tua tunggal tidak
wanita ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya, karena orang
tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk saling menopang. Selain
berperan sebagai ayah dan ibu, menjadi orang tua tunggal wanita harus
dirinya sendiri. Orang tua yang demikian mengalami masalah karena terkucil
secara sosial dari kelompok orang tua yang masih lengkap (berpasangan).
dan orang tua tunggal wanita karena bercerai dengan pasangan terletak pada
emosi dan pandangan orang lain terhadap status barunya. Dalam hal emosi,
orang tua tunggal wanita karena kematian pasangan tidak dapat melawan
kehendak Tuhan dan mau tidak mau akhirnya harus berpasrah juga kepadaNya.
Hal ini berbeda dengan yang dialami orang tua tunggal wanita karena
perceraian. Ketika bercerai, orang tua tunggal wanita masih mengalami rasa
sakit hati akibat berpisah dengan pasangan hidupnya dan terjadi pergulatan
batin karena mereka berpikir mengapa perceraian harus terjadi pada mereka.
Dalam pandangan orang terhadap status barunya, orang tua tunggal wanita
karena kematian pasangan akan mendapat belas kasihan dari orang lain
walaupun statusnya janda. Namun, tidak demikian yang terjadi pada orang tua
tunggal wanita karena bercerai dengan pasangan. Orang lain akan menganggap
4
mereka berstatus janda karena kehidupan rumah tangga mereka buruk dan tidak
Ortigas (1991) mengemukakan ada enam tahapan yang dilalui orang tua
tunggal wanita untuk menerima situasi pasca perceraian, yakni shock and
understanding, recovery and growth, dan outreach stage. Pada tahapan shock
and denial, orang tua tunggal wanita masih mengalami rasa tidak percaya
bahwa dirinya telah bercerai dan mereka pun bertanya kepada diri mereka
sendiri kenapa perceraian itu harus terjadi pada dirinya. Pada tahapan anger and
depression, orang tua tunggal wanita mengalami rasa marah, kesal, dan depresi
karena mereka belum bisa menerima keadaannya di situasi yang baru. Pada
tahapan grieving and mouning, mereka berduka karena merasa kesepian, dan
takut tidak bisa menghadapi situasi yang baru. Pada tahapan acceptance and
situasi yang baru dan mencoba untuk berpandangan lebih positif terhadap
keadaannya. Pada tahapan recovery and growth, orang tua tunggal wanita mulai
hidup di situasi barunya. Pada tahapan terakhir ini, orang tua tunggal wanita
menghadapi permasalahan di situasi yang baru, orang tua tunggal wanita dapat
merasa bingung terhadap tujuan hidupnya, merasa hidup tak berarti, hampa,
gersang dan merasa bosan di situasi yang baru dan apatis. Hal ini karena
5
masalah dan tahapan yang dilalui orang tua tunggal wanita dalam menghadapi
tragis tersebut ialah peristiwa saat orang tidak menyangka bahwa situasi yang
hal perceraian, para wanita tersebut tidak menyangka bahwa pada akhirnya ia
dialami orang tua tunggal wanita, bagaimana dampak, dan cara mengatasinya.
Peneliti belum menemukan penelitian yang membahas makna hidup orang tua
tunggal wanita akibat perceraian. Oleh sebab itu, penelitian ini akan
bermakna ialah kondisi pada saat manusia seakan-akan tidak mengetahui lagi
apa yang benar-benar mereka inginkan dan apa yang seharusnya mereka
kondisi seperti ini kurang sadar bahwa kehidupan itu sendiri secara potensial
mengandung dan menawarkan makna untuk dipenuhi. Ada faktor lain yang
turut membuka peluang meluasnya frustasi dan perasaan hampa bagi orang tua
tunggal wanita seperti perasaan rendah diri, perasaan bahwa mereka hanya
6
dibentuk oleh lingkungan dan bawaan, serta menganggap bahwa yang paling
nilai bersikap seperti yang dikemukakan oleh Bastaman (1996). Nilai kreatif
ialah nilai yang memberikan sesuatu yang berharga dan berguna pada
kehidupan. Kegiatan berkarya yang paling nyata ialah bekerja. Makna dari
kegiatan berkarya terletak pada sikap dan cara kerja serta hasilnya, dalam arti
makna. Pendalaman nilai ini membantu orang untuk lebih mencintai dan
keimanan, kebijakan, dan cinta kasih. Misalnya dengan menghayati cinta kasih
terhadap kondisi dan peristiwa-peristiwa tragis yang telah terjadi dan tidak
dapat dihindari lagi. Dalam hal ini yang dapat diubah adalah sikap bukan
7
peristiwa tragisnya. Dengan mengambil sikap yang tepat, maka beban
kelompok orang yang menemukan makna hidup yakni sekelompok orang yang
menemukan makna hidup dengan sistem piramidal dan sekelompok orang yang
menemukan makna hidup dengan sistem piramidal ialah mereka yang semata-
atau bahkan diabaikan. Contohnya salah satu orang tua tunggal wanita
menemukan makna hidup dengan sistem paralel ialah mereka yang memiliki
beberapa nilai yang bobotnya sama kuat dan sama-sama bermakna dalam hidup
mereka. Contohnya salah satu orang tua tunggal wanita yang mencintai
keimanan dalam agama yang diyakininya. Dalam ilustrasi ini dapat dirasakan
bahwa nilai-nilai yang dijalankan wanita tersebut bobotnya sama kuat dan
8
sejalan serta pada waktu yang bersamaan mengorientasikannya untuk
dibandingkan, dapat diketahui akibat yang akan terjadi apabila salah satu nilai
mereka tidak terpenuhi. Akibat yang terjadi pada mereka yang menemukan
makna hidup dengan sistem piramidal ialah keputusasaan sebab nilai tertinggi
mereka tak terpenuhi sedangkan pada mereka yang menemukan makna hidup
dengan sistem paralel ialah tetap menjalankan hidupnya yang bermakna sebab
mereka masih mempunyai nilai lain yang sama kuat dengan satu nilai yang tak
perubahan hidup dari kondisi hidup tanpa makna menjadi kondisi hidup
keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup, hidup bermakna,
kebahagiaan.
tua tunggal wanita akan memiliki nilai-nilai dan tujuan hidup yang jelas serta
9
Orang tua tunggal yang berhasil membina anak-anak dan rumah
tangganya baik pria ataupun wanita, baik karena kematian pasangan ataupun
tantangan-tantangan yang ada selaku orang tua tunggal dan berusaha melakukan
diterapkan secara konsisten dan demokratis, orang tua tunggal tidak kaku dan
merayakan ulang tahun bersama dengan doa, percaya diri selaku orang tua
tunggal dan independen, berwawasan luas dan beretika positif, serta mampu
Ciri-ciri yang dimiliki orang tua tunggal yang berhasil ini tampaknya
sejalan dengan ciri orang yang sudah menemukan makna hidup seperti yang
tujuan-tujuan pribadi dan menemukan makna hidup sebagai sesuatu yang sangat
berharga dan tinggi nilainya. Mereka yang menghayati hidup bermakna ialah
menghargai hidup dan kehidupan, punya tujuan hidup yang jelas, dan bahagia.
10
Untuk keluar dari penderitaan dan penghayatan hidup tak bermakna,
para orang tua tunggal wanita harus berjuang untuk diri mereka sendiri terutama
mereka yang memiliki nilai-nilai dan tujuan hidup yang jelas serta menghayati
memiliki nilai dan tujuan hidup yang benar-benar dihayatinya bermakna dan
membahagiakan.
Penelitian yang sudah ada tentang makna hidup ialah seputar pencarian
menemukan makna hidup dengan pendalaman tri nilai yakni pendalaman nilai-
Pendalaman nilai kreatif yang dilakukan subjek ODHA yaitu dengan bekerja di
makna hidup. Pada pendalaman nilai bersikap, yang dilakukan subjek ODHA
yakni memandang hidup dengan lebih positif dengan cara berkeyakinan bahwa
11
dengan menyandang ODHA mereka tetap dapat melakukan aktivitas yang
mereka senangi.
bahwa subjek penelitian menemukan makna hidup dengan pendalaman tri nilai
dirinya dengan lebih baik. Pendalaman nilai penghayatan yang dilakukan subjek
hidup seorang manusia dan mengenal kepribadian manusia dengan baik. Pada
dengan memiliki pandangan bahwa manusia itu berharga dan penting di mata
Tuhan.
Oleh sebab belum adanya penelitian tentang makna hidup pada orang
tua tunggal wanita, maka peneliti ingin meneliti makna hidup pada orang tua
tunggal wanita. Tujuan utamanya ialah memberikan masukan kepada orang tua
tunggal wanita lainnya yang masih dalam proses pencarian makna hidup atau
belum menemukan makna hidupnya agar hidupnya lebih baik dan dapat
12
I.B. Perumusan Masalah
I. C. Tujuan Penelitian
Agar dapat mengetahui tahapan yang dijalani orang tua tunggal wanita
I. D. 1. Manfaat Teoritis
makna hidup orang tua tunggal wanita khususnya di bidang psikologi klinis dan
psikologi perkembangan.
I. D. 2. Manfaat Praktis
Sebagai masukan untuk para orang tua tunggal wanita yang belum
bawah ini akan disajikan sistematika penulisan dari setiap bab, antara lain :
BAB 1 Pendahuluan
13
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
penulisan.
Isi dari bab ini berfokus pada kerangka teoritis yang mendasari
mengenai orang tua tunggal dan orang tua tunggal wanita, dan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.A. Perceraian
II.A.1. Definisi
Cerai hidup berarti perpisahan antara suami istri yang keduanya masih hidup
menyelesaikan masalah antara pria dan wanita karena sosialisasi yang berbeda,
memenuhi emosi, peningkatan materi pada wanita yang bercerai, harapan yang
2007).
ras, mempunyai orang tua yang bercerai, pendidikan yang berbeda, status
15
pekerjaan, perbedaan agama, memiliki anak yang tidak diinginkan, pernah
perdebatan antara suami istri yang tak kunjung selesai dan dapat berakibat
bercerai lebih rentan terhadap perceraian karena melihat orang tuanya sebagai
role model mereka. Pendidikan yang berbeda ialah di mana suami dan istri
sulitnya menjalin komunikasi yang setara. Status pekerjaan yang berbeda juga
yang dihasilkan suami dan yang dihasilkan istri. Perbedaan agama dapat
menyebabkan konflik antara suami dan istri mengenai agama yang dianut
menyebabkan pasangan suami istri dapat saling menyalahkan satu sama lain
sehingga timbul konflik antara mereka. Bila seorang istri pernah diperkosa dan
suaminya tak dapat menerima kondisi istrinya tersebut, maka di antara mereka
Komunikasi yang kurang baik karena pasangan suami istri sulit menjalin
sama lain yang berujung konflik besar. Terjadinya konflik atau tidak tergantung
16
dari pengertian antara suami atau istri itu sendiri. Semakin besar pengertian
mereka terhadap satu sama lain, konflik semakin terhindarkan. Semakin kecil
sendiri, kurang terjalinnya hubungan baik antara orang tua dan anak mereka,
kurang penyesuaian diri orang tua terhadap anak, kekurangmampuan suami istri
suami istri maupun antara orang tua dan anak mereka, kurangnya keuangan,
kurang rasa kekeluargaan dengan sanak saudara yang lain. Semakin tinggi
Semakin baik hubungan antara orang tua dan anak, konflik akan
semakin terhindarkan sebaliknya semakin buruk hubungan antara orang tua dan
anak, semakin terjadi konflik. Semakin tinggi penyesuaian anak dan orang tua,
penyesuaian anak dan orang tua, semakin besar konflik akan terjadi. Semakin
semakin rendah tingkat kebersamaan keluarga inti, semakin besar konflik akan
17
terjadi. Semakin bagus keadaan keuangan rumah tangga, semakin kecil
rumah tangga, semakin besar kemungkinan konflik akan terjadi. Semakin tinggi
disebabkan karena baik istri maupun suami saling mementingkan diri sendiri.
Sikap mementingkan diri sendiri yang ditunjukkan ialah istri menuntut agar
suami mengerti kepentingan istri saja dan sebaliknya suami juga menuntut istri
untuk mengerti kepentingan suami saja. Selain itu, mereka lebih memikirkan
masalah internal dan masalah eksternal. Masalah internal ialah masalah yang
terjadi di dalam keluarga inti(masalah antara suami-istri dan masalah orang tua-
anak). Masalah eksternal ialah masalah yang terjadi di luar keluarga inti seperti
18
terpenuhi, perasaan aman berkurang, perasaan buruk terhadap diri sendiri
karena statusnya menjadi janda bukan menikah lagi, takut akan kekurangan
finansial untuk memenuhi kebutuhan hidup di rumah tangganya yang baru, serta
khawatir anak mereka akan menderita dengan keadaan perceraian orang tuanya.
wanita yakni downward mobility, shifts in social networks, role changes, dan
karena mereka yang bercerai memilih untuk mengasingkan diri mereka sendiri
dari pergaulan karena status perceraian itu. Role changes yang berarti
perubahan peran yang dialami wanita yang telah bercerai. Setelah bercerai,
mereka harus berperan sebagai ayah sekaligus sebagai ibu bagi anak-anak
mereka. Hal ini berbeda dengan mereka yang tidak bercerai hanya menjalankan
satu peran saja yakni sebagai ibu saja. Kondisi seperti ini menyebabkan
kemarahan bagi mereka yang bercerai, perasaan cemas, depresi, dan penyakit
mental lainnya. Stewart menambahkan bahwa orang yang telah bercerai lebih
rentan terhadap penyakit fisik karena berhubungan dengan stres yang dialami
yakni dampak ke dalam dan dampak ke luar. Dampak ke dalam ialah dampak
19
perceraian yang ada di dalam diri wanita itu sendiri seperti rasa aman
berkurang, perasaan buruk terhadap diri sendiri karena statusnya janda, dan
luar diri wanita tersebut seperti downward mobility, shifts in social networks,
Wanita sebagai orang tua tunggal ialah wanita yang mendapat hak
pengasuhan anak dan tanpa pasangan menjalani kehidupan rumah tangga yang
baru.Dalam hal ini penulis memfokuskan pada orang tua tunggal wanita akibat
jawab penuh atas semua tugas rumah tangga yang tadinya dikerjakan bersama-
Masalah emosi mencakup perasaan bersalah, benci, marah, malu, dan cemas
tanpa pasangan dengan bekerja keras sebagai orang tua tunggal dan mencari
cara agar mental anak yang menjadi korban perceraian orang tuanya menjadi
20
lebih baik atau setara dengan anak yang berasal dari keluarga tak bercerai.
Masalah ekonomi ialah masalah yang timbul karena orang tua tunggal harus
Perasaan sepi muncul akibat seseorang yang biasa hidupnya didampingi dan
bercerai. Masalah psikologis meliputi sakit hati akan mantan suaminya dan
merupakan hal buruk dan ini dapat menyebabkan orang tua tunggal stres.
Masalah seksual ialah masalah orang tua tunggal yang butuh didampingi oleh
konsep diri ialah berubahnya pandangan terhadap diri sendiri dari positif
masih bisa menjalani rumah tangga dengan pasangan dan berstatus sebagai istri
permasalahan sosial dan pembagian anak antara orang tua yang bercerai.
Permasalahan sosial timbul karena janda akan dikucilkan dari pergaulan dan
pembagian anak timbul karena orang tua yang bercerai harus bisa membagi
21
anaknya ke mantan pasangannya dan sebagai orang tua tunggal sebaiknya dapat
mengajarkan anaknya agar mau memahami kondisi mereka sebagai orang tua
sebagai orang tua tunggal wanita dapat mempengaruhi kinerja mereka dalam
mereka berlipat ganda yakni menjalani pekerjaan di luar rumah dan menjalani
memiliki pekerjaan di luar rumah). Ini berakibat orang tua tunggal wanita
kurang waktu istirahat dibandingkan saat mereka sebelum bercerai yang lebih
mengalami atau yakin pada keseluruhan meaning. Frankl yakin bahwa setiap
menahan dorongan fisik maupun psikologis untuk masuk ke dalam dimensi baru
dari eksistensi diri. Dimensi baru ini adalah hal-hal mengenai meaning, dan
meliputi dorongan untuk menjadi signifikan dan bernilai dalam kehidupan. Dari
22
aktualisasi diri dalam merespon tuntutan hidup karena memiliki nilai dalam
yaitu nilai kreatif, nilai sikap, dan nilai pengalaman. Nilai kreatif ialah apa yang
pengalaman langsung orang tersebut di dunia, baik yang buruk ataupun yang
baik.
23
dianggap penting dan baik bagi dirinya. Namun, kebebasan berkehendak harus
tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Makna
hidup merupakan hal penting yang memberikan nilai khusus bagi seseorang.
dua kelompok yakni yang masih mencari makna hidup dan mereka yang
menemukan makna hidup. Mereka yang masih mencari makna hidup terbagi
lagi menjadi dua kelompok yakni mereka yang mengalami kebuntuan pada
pencarian mereka yang berakhir pada keraguan dan mereka yang aktif dalam
mencari makna hidup. Untuk penelitian proses pencarian makna hidup pada
orang tua tunggal wanita, peneliti memfokuskan pada orang tua tunggal wanita
24
Semua orang
Sistem Sistem
Orang menga- Orang yang
piramidal paralel
lami kebuntuan aktif dalam
dalam penca- mencari makna
rian makna hidup
Nilai utama Nilai utama
hidup
hilang utuh
bagian yakni mereka yang sudah menemukan makna hidup dan mereka yang
masih mencari makna hidup. Orang yang mencari makna hidup dan dalam
dalam rangka mengisi kehampaan hidup mereka tanpa menemukan tujuan hidup
25
Orang-orang yang berhasil menemukan makna hidup dibagi lagi ke
dalam dua sistem yakni sistem piramidal dan sistem paralel. Dalam sistem
merasa kehilangan arti hidupnya. Orang yang berada dalam sistem piramidal
tidak kehilangan nilai utamanya karena ia mempunyai banyak nilai yang dianut
dalam hidupnya. Dengan demikian ia tidak jatuh akan jatuh dalam keputusasaan
karena satu nilai hilang, nilai lainnya masih ada untuk menggantikannya.
diri, penemuan makna dan tujuan hidup, pengubahan sikap, keikatan diri,
kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup yang disertai dukungan sosial,
26
Pengalaman tragis
Pemahaman diri
Pengubahan sikap
Keikatan diri
Hidup bermakna
Kebahagiaan
27
konteks penelitian ini yang dimaksudkan peristiwa yang menimbulkan
Pada tahap penghayatan tak bermakna, orang tua tunggal wanita dalam
tujuan hidupnya, merasa hidup tak berarti, hampa, gersang dan merasa bosan di
situasi yang baru dan apatis(Bastaman, 1996). Hal ini karena masalah dan
tahapan yang dilalui orang tua tunggal wanita dalam menghadapi perceraian
peristiwa tragis (berpisah dengan suami). Hidup tanpa makna yang dimaksud di
sini ialah hidup dengan penghayatan tak menyenangkan atas situasi dan kondisi
yang dialaminya. Dalam hal ini situasi dan kondisi yang tak menyenangkan
ialah kondisi orang tua tunggal wanita setelah bercerai dengan suaminya.
Penghayatan tanpa makna yang dimaksudkan di sini ialah situasi saat seseorang
keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik.
kondisi diri saat itu dan berkeinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah
Pada tahap penemuan makna dan tujuan hidup, orang tua tunggal wanita
menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-hal yang sangat penting dalam
hidup. Hal-hal berharga dan penting itu mungkin saja berupa nilai-nilai
28
kreatif(nilai yang memberikan sesuatu yang berharga dan berguna pada
tepat terhadap kondisi dan peristiwa-peristiwa tragis yang telah terjadi dan tidak
makna dan tujuan hidup yang dimaksudkan ialah penemuan nilai-nilai penting
yang berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan
Dalam tahap pengubahan sikap, orang tua tunggal wanita menjadi lebih
berani dan realistis menghadapi kondisi perceraian tersebut. Hal ini diiringi
dengan semangat hidup dan gairah kerja yang meningkat. Pengubahan sikap
yang dimaksudkan ialah perubahan sikap dari pelarian diri dan kecenderungan
berontak menjadi lebih realistis dan lebih berupaya untuk menghadapi peristiwa
Dalam tahap keikatan diri, orang tua tunggal wanita mau berpikir untuk
mulai mengikuti kegiatan nyata yang lebih terarah. Dalam hal ini mereka
berpikir untuk tidak mau berlarut dalam kesedihan, rasa bersalah, malu, atau
cemas akan masa depan terus menerus. Keikatan diri yang dimaksud Bastaman
(1996) ialah seseorang terlibat dalam suatu kegiatan nyata sesuai dengan tujuan
Dalam tahap kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup, orang tua
29
pengembangan potensi-potensi pribadi( seperti bekerja sesuai bakat,
membangun relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan
seseorang atau sejumlah orang yang dekat, dapat dipercaya dan selalu bersedia
yang dimaksudkan ialah kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja
relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidupnya.
Hidup bermakna ialah hidup yang telah diisi oleh usaha seseorang dalam
memenuhi makna hidupnya disertai dengan penghayatan tri nilai (nilai kreatif,
nilai penghayatan, dan nilai bersikap), melakukan hal positif yang nyata dan
sengaja serta membangun relasi pribadi disertai dengan dukungan sosial yang
cukup. Mereka yang sudah berada pada tahap hidup bermakna tidak berlarut
dalam kesedihan, rasa malu, rasa bersalah, dan berkurangnya rasa cemas akan
masa depan. Walaupun masih ada masalah lain yang menimpa mereka seperti
tuanya, mereka tetap dapat berpikiran dan melakukan hal-hal yang positif.
Mereka yang berada dalam tahap ini akan mendapatkan kebahagiaan karena
mereka cenderung berpikiran positif dan melakukan hal-hal yang positif pula.
30
Jadi, lima tahap dari hidup tak bermakna jadi bermakna ialah tahap
(pemahaman diri dan pengubahan sikap), tahap penemuan makna hidup dan
tujuan hidup, tahap realisasai makna (keikatan diri, kegiatan terarah, dan
membantu seseorang dalam menemukan self insight(faktor dari luar diri orang
tersebut), faktor yang berperan dalam pengubahan sikap(faktor dari dalam diri
yang dapat membantu seseorang dalam menemukan self insight ialah dengan
berkonsultasi dengan para ahli, belajar dari pengalaman orang lain, perjumpaan
dengan orang lain yang berhasil menerima kondisi tragis, hasil bacaan,
banyak faktor-faktor ini dalam hidup, semakin mudah mereka memahami dan
31
pengubahan sikap lebih mungkin untuk dilakukan. Semakin orang tersebut sulit
menerima diri mereka sendiri, pengubahan sikap pun lebih sulit untuk
pemahaman akan situasi pribadinya, maka pengubahan sikap lebih sulit untuk
dilakukan. Semakin berani dan tegar orang tersebut, maka pengubahan sikap
dan menunjukkan jalan keluar bagi mereka saat menghadapi kendala dalam
diterima, semakin mereka percaya diri dalam melakukan pengubahan sikap dan
dalam mengubah nasib mereka. Semakin yakin akan petunjuk dan bimbingan
kondisi tersebut dan membawa mereka pada kondisi yang lebih berdaya.
Semakin tak yakin akan petunjuk dan bimbingan Tuhan, keimanan mereka akan
32
II.D. Cara menemukan makna hidup
dan sistem paralel. Sekelompok orang yang menemukan makna hidup dengan
ditempatkan pada peringkat yang lebih rendah atau bahkan diabaikan. Ciri-ciri
orang yang menemukan makna hidup dengan sistem piramidal ialah bersikap
fanatik dan mempunyai ambang toleransi yang rendah karena menganggap satu
nilai tunggalnya dianggap paling tinggi dan paling benar serta merendahkan
nilai-nilai lainnya. Contohnya salah satu orang tua tunggal wanita membaktikan
seluruh hidupnya demi satu nilai tertinggi yakni anak-anak mereka. Ketika
anak-anaknya tersebut sudah hidup mandiri dan memisahkan diri dari mereka,
sistem ini ialah mereka yang memiliki beberapa nilai yang bobotnya sama kuat
menemukan makna hidup dengan sistem paralel ialah lebih mudah menghargai
pihak-pihak lain yang ragam nilai dan kondisi hidupnya berbeda-beda, lebih
dan mempunyai keyakinan agama yang mantap dan sehat. Contohnya salah satu
33
orang tua tunggal wanita yang mencintai pekerjaan dan keluarganya,
tidak melupakan hobinya serta mendapatkan rasa keimanan dalam agama yang
dijalankan wanita tersebut bobotnya sama kuat dan sejalan serta pada waktu
sistem di atas dibandingkan, dapat diketahui akibat yang akan terjadi apabila
salah satu nilai mereka tidak terpenuhi. Akibat yang terjadi pada mereka yang
nilai tertinggi mereka tak terpenuhi sedangkan pada mereka yang menemukan
makna hidup dengan sistem paralel ialah tetap menjalankan hidupnya yang
bermakna sebab mereka masih mempunyai nilai lain yang sama kuat dengan
II.E. Proses penemuan makna hidup pada orang tua tunggal wanita
34
Penghayatan tak Tahap kegiatan seseorang dalam
bermakna mengubah penghayatan hidup tak
bermakna menjadi bermakna
1. Pemahaman
Peristiwa
diri
perceraian(tragis)
2. Penemuan makna dan
termasuk
Perceraian tujuan hidup (tri nilai :
permasalahan
nilai kreatif, nilai
yang dialami
penghayatan, nilai
orang tua tunggal
bersikap dan sistem
wanita
piramidal serta
paralel)
3. Pengubahan
sikap
4. Keikatan diri
5. Kegiatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terarah dan
Pencarian makna hidup pemenuhan
makna hidup
1.Faktor dari luar diri 6. Hidup
2.Faktor dari dalam diri bermakna
3. Dukungan sosial 7. Kebahagiaan
4. Keimanan
Gambar 3. Skema proses penemuan makna hidup orang tua tunggal wanita
35
Masalah orang tua tunggal wanita dapat berupa masalah beban fisik, emosi,
ekonomi, kesepian, psikologis, seksual, perubahan konsep diri, dan sosial. Masalah
seperti ini mengakibatkan stres pada mereka. Kondisi seperti ini membawa mereka
pada kondisi hidup tak bermakna yakni situasi saat seseorang tidak berhasil
kondisi tak menyenangkan yang menimpa dirinya setelah perceraian itu. Gejalanya
bermakna, pemahaman diri, penemuan makna hidup dan tujuan hidup, pengubahan
sikap, keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup, hidup
bermakna, dan kebahagiaan. Dalam kondisi tak bermakna atau tahapan ini
tergantung dari komponen personalnya yakni orang tua tunggal wanita itu sendiri
mau memahami dirinya lebih positif atau tidak dan mau mengubah sikap ke arah
yang lebih baik atau tidak. Setelah itu, kondisi tersebut mendapat dukungan sosial
atau tidak (komponen sosial) serta mau mengambil hikmah dari kondisi tersebut
dan mau mengikuti kegiatan yang terarah atau tidak (komponen nilai).
memenuhi makna hidupnya. Gejala yang dapat ditemui ialah mampu menjalani
36
hidup dengan semangat dan gairah hidup, mempunyai tujuan hidup yang jelas baik
mempengaruhi yakni dukungan dari dalam diri, dukungan dari luar diri, faktor
sosial, dan faktor keimanan. Faktor-faktor ini dapat membantu mereka dalam
37
BAB III
METODE PENELITIAN
menggali gambaran tentang proses penemuan makna hidup orang tua tunggal
kualitatif dibandingkan dengan metode kuantitatif ialah data lebih dekat dengan
lebih dekat dengan realitas sehari-hari subjek yang diteliti. Keunggulan lainnya
ialah upaya pengumpulan informasi tidak secara kaku ditentukan sejak awal,
metode yang dipakai lebih terbuka dan mengikuti konteks lapangan. Aspek
komunikasi menjadi aspek penting baik dalam memperoleh data yang valid (dalam
spekulatif.
38
III.B. Metode Pengumpulan Data
Untuk penelitian proses pencarian makna hidup orang tua tunggal wanita,
mencantumkan isu dan aspek-aspek yang harus dibahas tanpa menentukan urutan
pertanyaan dan berfungsi sebagai daftar pengecek (checklist). Dalam hal ini,
1. Orang tua tunggal wanita bercerai hidup secara hukum dan mantan
anak kandungnya
4. Sudah bercerai lebih dari 1 tahun agar dapat mengetahui tahapan makna
39
5. Usia anak maksimal 18 tahun, Santy(2008) mengemukakan dalam Kitab
UU hukum perdata pasal 330 ayat (1) KUHP Perdata dikatakan bahawa
anak/ belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21
ketentuan umum pasal 1 ayat (2) dikatakan bahwa anak adalah seseorang
Oleh sebab penelitian proses pencarian makna hidup orang tua tunggal
wanita adalah topik yang boleh dikatakan sensitif, maka peneliti menggunakan
purposeful sampling. Sampel yang ditujukan hanya kepada orang tua tunggal
wanita akibat perceraian dan memiliki karakteristik seperti yang telah ditetapkan
infomasi akan kasus tertentu, mempunyai tipe spesifik dan kasus yang dipilih
40
III.C.3. Jumlah Subjek
akhirnya, peneliti menggunakan dua subjek dalam penelitian karena salah satu
subjek tidak memenuhi kriteria yang ditentukan. Patton (1990) menyebutkan tidak
ada aturan untuk ukuran sampel dalam penelitian kualitatif. Ia menyebutkan bahwa
fenomena yang diajukan dalam tujuan penelitian tersebut. Namun, Patton juga
menyebutkan bahwa desain sampel harus rasional untuk sampel minimum dan
penelitian ini. Informed consent ini dibuat sendiri oleh peneliti dan
tersebut.
41
III.E. Prosedur Penelitian
pelaksanaan penelitian, dan tahap analisis serta interpretasi data. Pada tahap
mengenai data diri subjek, anak, mantan suami, dan riwayat pernikahan subjek.
subjek.
Pada tahap awal analisis dan interpretasi data, peneliti membuat verbatim
pada tinjauan pustaka pada bab dua, serta melakukan analisis perbandingan antar
kasus.
orang tua tunggal wanita. Durasi satu jam empat puluh lima menit.
42
III.E.2. Pelaksanaan Penelitian
kondisi subjek sebagai orang tua tunggal wanita. Durasi satu jam tiga
puluh menit.
kondisi subjek sebagai orang tua tunggal wanita. Durasi satu jam empat
43
III.F. Kredibilitas Penelitian Kualitatif
dilakukan pada kondisi apa adanya dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks
penting penelitian. Dalam hal ini melakukan wawancara sesuai dengan apa yang
koherensi dan keterbukaan. Koherensi yakni bahwa metode yang dipilih memang
tujuan.
44
BAB IV
Ada dua orang subjek penelitian, yakni Rasti dan Darsi. Berikut ini akan
diuraikan hasil dan analisis untuk Rasti dan Darsi. Masing-masing hasil terdiri dari
tiga bagian isi yakni riwayat perceraian, riwayat sebagai orang tua tunggal wanita,
dan tahap kegiatan orang tua tunggal wanita dalam mengubah penghayatan hidup
Identitas Subjek
Nama : Rasti
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
Communication
45
Alamat : Jl. XX
Identitas anak
Nama A B C
Pendidikan 5 SD 4 SD TK
Riwayat perceraian
Rasti adalah seorang ibu dari tiga orang anak berusia antara lima tahun
sampai sebelas tahun. Ia berusia 39 tahun dan saat ini bekerja sebagai business
associate di perusahaan swasta. Ia sudah menjadi orang tua tunggal sejak empat
tahun yang lalu. Saat ini ketiga anaknya hidup bersama dengan dia. Perceraian
46
dipicu oleh ketidakcocokkan antara Rasti dan suaminya. Hal itu dirasakannya pada
tidak adanya komunikasi lagi antara mereka berdua. Rasti dan suaminya saling
menyalahkan satu sama lain dan masing-masing merasa di pihak paling benar.
sampai sekarang yaitu, pembagian harta gono gini yang belum diurus tuntas. Rasti
merasa pembagian harta gono gini tidak adil sebab mantan suaminya tinggal di
rumah mereka sementara Rasti yang harus mencari kontrakan. Ketidakadilan juga
dirasakan ketika Rasti juga harus ekstra kerja keras ketika harus membayar rumah
kontrakan.
“kondisnya itu hasil perceraian tidak fair. Jadi sampai sekarang sebenarnya
perceraiannya itu sendiri belom tuntas, karena ada harta gono gini yang belum diurus.
Sementara mantan suami tinggal di rumah tersebut dan kakak yang harus cari
kontrakkan.”
“…kerugian secara financial iya karena harus keluar uang untuk bayar kontrakkan bayar
DP lagi untuk rumah.”
47
Efek perceraian menurut Stewart
Efek perceraian yang dialami Rasti ialah downward mobility, role changes,
penghasilan orang yang telah bercerai lebih sedikit dibandingkan dengan mereka
yang tidak bercerai. Dalam hal ini penghasilan Rasti lebih sedikit dibandingkan
“…dampak financial tadi ya jadi harus cari side job kan…,cari peluang usaha apa yang
bisa dicari untuk menuhin kebutuhan keluarga.”
Rasti juga mengalami efek role changes yakni perubahan peran yang
dialami wanita yang telah bercerai. Dalam hal ini Rasti harus bekerja ekstra keras
sebagai ibu dan pencari nafkah utama bagi anak-anaknya dengan mencari
“ada side job lain yang baru dirintis, itu mostly side job yang concern mengenai masalah
kesehatan tapi tidak memakan waktu sampai seharian”
“….nemenin anak-anak bikin pe-er, nungguin mereka les, nemenin mereka tidur”
Selain efek downward mobility dan role changes, Rasti juga mengami efek
psychological problems yakni masalah psikologis yang dihadapi orang yang telah
bercerai dan menjadi orang tua tunggal wanita. Rasti didiagnosa menderita
48
“bagi kakak stresnya ada karena harus kerja leibh keras, nyari side jobnya juga dan yang
paling tidak mengenakkan bagi kakak sampai kakak sakit, didiagnosa lupus yaitu penyakit
autoimmune, triggernya terpicu jadi bikin kacau semua.”
lama karena mereka yang bercerai memilih untuk mengasingkan diri mereka
sendiri dari pergaulan karena status perceraian itu. Dalam hal ini Rasti tidak
suaminya dan keluarga suaminya walaupun hanya sebatas sms saja. Selain itu ia
Ketika awal perceraian, Rasti sering mengalami perasaan pesimis dan lelah
karena masih beradaptasi dengan kondisi kehidupannya sebagai orang tua tunggal.
Saat seperti itu, Rasti menyadari bahwa semua harus dikerjakan sendiri baik
mengurus rumah maupun ketiga anaknya. Hal ini terjadi karena semua harus
dikerjakannya sendiri baik mengurus rumah maupun ketiga anaknya. Rasti merasa
orang tua tunggal wanita yang bekerja mencari nafkah untuk ketiga anaknya. Satu
49
hal yang ia syukuri sebagai orang tua tunggal wanita ialah tidak mengalami
kesulitan dalam mengatur waktu antara mengurus anak-anak dan bekerja. Hal ini
dikarenakan Rasti hanya perlu pergi ke kantor dua atau tiga kali dalam seminggu.
“…dua sampai tiga kali ke kantor atau bisa setiap hari ke kantor tapi setengah hari. Jadi
pasti ada waktu untuk anak-anak bikin pe-er, nungguin mereka les, bahkan waktu mereka
tidur, cerita. Itu yang kita coba quality timenya itu seperti apa.”
Oleh sebab sampai sekarang harta gono gini pasca perceraian belum diurus
dan ketiga anaknya. Hal ini menyebabkan dia harus bekerja lebih keras dan harus
ekonomi ini merupakan masalah terberat yang dirasakan Rasti sampai sekarang.
orang yang beranggapan negatif pada dirinya sebagai perempuan yang bekerja
sampai larut malam. Anggapan ini terutama diterimanya dari lingkungan sekitar
sperti tetangga. Rasti merasa orang lain kurang memaklumi kondisinya ketika ia
harus pulang kerja larut malam untuk mencari uang demi kebutuhan hidup anak-
anaknya.
“Walaupun bekerja the hole day di kantor, tapi perempuan malem itu udah negatif.”
50
Perasaan lain yang dialami Rasti ialah perasaan malu ketika melihat orang
lain mempunyai keluarga utuh sedangkan keluarganya sudah tidak utuh lagi.
wanitanya. Rasti merasa kecil hati ketika istri-istri lain membicarakan suami
mereka.
“ sometimes merasa malu yang lain ngomongin suami itu segala macem. Mereka
membicarakan suatu keluarga yang utuh sementara kakak hanya part of saja.”
gini yang tidak tuntas di satu sisi memunculkan stres pada diri Rasti di sisi lain
menimbulkan perasaan dendam dan marah pada suaminya. Saat ini Rasti berusaha
melakukan ini karena dia menyadari rasa marah dan dendam pada suami dan stres
yang berkepanjangan membawa dampak buruk bagi Rasti. Dampak buruk yang
dialami Rasti ialah penyakit lupus. Rasti perlu merawat dirinya dengan menjaga
agar dirinya tidak terlalu stres agar penyakit lupusnya tidak kambuh.
yang memberikan semangat pada dirinya. Rasti juga bersyukur akan dukungan
Contohnya ada tetangga yang bersedia membantu membayar listrik serta mengurus
rumah dan mengasuh anak-anak saat ia bekerja di kantor. Rasti juga merasa
51
bersyukur karena ibunya juga memberi dukungan kepada dirinya saat ia
kesulitan yang dialaminya sebagai orang tua tunggal dengan berpasrah dan percaya
pada Allah.
“I feel so blessed punya banyak temen-temen yang kasi perhatian dalam bentuk segala
macem baik itu dari materi atau non materi. Bentuk perhatian dari mereka bisa berupa
sms atau telepon atau ngajak ngopi bareng. Pokoknya ada aja yang seperti itu tiap
harinya. Jadi ga ngerasa sendiri. Mungkin ini hadiah dari Yang di Atas ya..”
menjadi bermakna
hidup dari tak bermakna menjadi bermakna. Tahapan ini akan dimulai dari
hidup tak bermakna menjadi bermakna sebagai berikut. Tahapan pertama ialah
pemahaman diri, tahap saat orang tua tunggal wanita meningkatkan kesadaran atas
buruknya kondisi diri setelah perceraian dan mempunyai keinginan kuat untuk
melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Pada tahap ini, Rasti
penyebabnya ialah harta gono gini yang belum diurus tuntas. Hal ini menyebabkan
dendam dan marah pada suaminya yang berakibat munculnya penyakit lupus.
52
Kemunculan penyakit lupus ini menyadarkan dia bahwa dia harus berbuat sesuatu
agar dia dapat menjalani kehidupan lebih baik dan mampu mengurus anak-anaknya
dengan lebih baik. Pemahaman Rasti akan kondisi penyakitnya yang disebabkan
Tahap kedua merupakan tahap penemuan makna dan tujuan hidup. Pada
tahap ini orang tua tunggal wanita menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-
hal yang sangat penting dalam hidup. Tahap penemuan makna dan tujuan hidup
pada Rasti lebih fokus pada anak-anaknya. Hal ini membuat ia berani bersikap
lain dan lebih befokus pada kesejahteraan anak-anaknya. Rasti memiliki tujuan
hidup yaitu mencapai kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan anak-anak. Ini
merupakan nilai bersikap dan nilai penghayatan Rasti dalam menemukan makna
Tahap selanjutnya yaitu tahap pengubahan sikap. Orang tua tunggal wanita
menjadi lebih berani dan realistis menghadapi kondisi perceraian tersebut. Hal ini
juga ditemukan pada Rasti. Kesadaran bahwa suaminya kurang berperan dalam
“ada perubahan konsep dalam mendidik anak, disiplinnya jauh lebih ketat, pola
pengasuhannya lebih ketat karena seminggu di ibunya seminggu di ayahnya. Walaupun
53
kita punya kesepakatan pola pengasuhan yang sam tapi itu tidak mudah diimplementasi.
Kontrol dari ayahnya tidak terjun langsung ke lapangan.”
tua tunggal wanita berkomitmen terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan
hidup yang ditetapkan. Hal ini juga ditemukan pada Rasti. Tujuan Rasti
memberikan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan anak-anaknya. Hal ini
bisa tercapai dengan cara bekerja. Oleh karena itu, Rasti bekerja sebaik mungkin
mengikuti off road, menjadi volunteer WWF yang selain menghasilkan pendapatan
“Itu salah satu bentuk kegiatan sosial yang cukup entertaining juga ya buat kakak”
seseorang terlibat dalam suatu kegiatan nyata sesuai dengan tujuan hidup yang
ditetapkan dan makna hidup yang ditemukan sebelumnya. Rasti bekerja lebih
bersemangat agar dapat menghasilkan uang cukup bagi dirinya dan anak-anaknya.
yang kondisinya kurang baik dibandingkan dirinya. Rasti merasa karena anak-
anaknya dan teman-temannya yang membuatnya semangat bekerja. Hal lain yang
54
membuat dia bersemangat dalam menjalani kehidupannya ialah bersikap pasrah pd
Allah.
Tahap selanjutnya ialah tahap hidup bermakna yaitu tahapan saat seseorang
mengisi hidupnya dengan usaha dalam memenuhi makna hidupnya disertai dengan
penghayatan tri nilai (nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai bersikap),
melakukan hal positif yang nyata dan sengaja, serta membangun relasi pribadi
disertai dengan dukungan sosial yang cukup. Berdasarkan tahapan ini Rasti mengisi
hidupnya dalam usaha memenuhi makna hidupnya melalui nilai kreatif dan nilai
bersikap. Nilai kreatif terlihat dari Rasti mencari pekerjaan sampingan yang
menyenangkan dirinya. Nilai bersikap muncul ketika dia melupakan dendam dan
marah pada suaminya. Dia bersikap untuk mengambil alih tanggung jawab utk
mengurus anak-anaknya dan bersikap pasrah dan percaya kepada Allah. Selain itu,
siap membantu Rasti ketika Rasti mengalami kesulitan dalam mengurus rumah
tangganya. Tahapan hidup bermakna juga diisi Rasti dengan membina hubungan
Tahap terakhir yaitu tahap kebahagiaan, yaitu tahap saat orang tua tunggal
persoalan lagi seperti dulu. Rasti tampaknya sedang bergerak dari tahapan
sebelumnya ke tahap kebahagiaan. Hal ini terlihat karena Rasti merasa bersyukur
karena masih ada uang cukup dan mendapat dukungan dari anak-anak dan teman-
55
temannya dalam menjalani hidup ini. Di samping itu ia tetap ingin mewujudkan
hidupnya ialah faktor dari luar diri, faktor dari dalam diri, faktor keimanan, dan
faktor dukungan sosial. Faktor dari luar diri didapat Rasti dari hasil membaca buku
Faktor dari dalam diri ialah memahami situasi pribadi dan berani
mengambil tindakan untuk menghadapi masalah. Dalam hal ini Rasti paham betul
bahwa anaknya perlu diasuh dengan pola disiplin yang tegas dibandingkan pola
disiplin ayahnya yang kurang. Oleh sebab itu Rasti mengasuh anaknya dengan
“perubahannya ya..dalam konsep mendidik anak ya, disiplinnya jauh lebih ketat, pola
pengasuhannya lebih ketat karena seminggu di ibunya seminggu di ayahnya. Ayahnya tidak terjun
langsung ke lapangan”
56
“kuncinya ya pasrah ma Yang di Atas”
yang lain.
“wujud dukungannnya tuh berupa macem-macem ada tetangga yang dititipin jagain anak-
anakku, satpam yang dimintain tolong bayarin listrik, dan support dari ibuku”
Analisis subjek pertama berdasarkan konsep teori Frankl untuk pencari dan
kesempatan orang tua tunggal wanita untuk mengambil sikap yang tepat terhadap
kondisi dan peristiwa perceraian(tragis) yang telah terjadi dan tidak dapat dihindari
lagi. Nilai bersikap Rasti terwujud dari sikapnya yang dewasa dan tegar dalam
menghadapi masalah tanpa peduli perkataan orang lain. Selain itu Rasti
menemukan makna hidup dengan nilai kreatif yakni memberikan sesuatu yang
berharga dan berguna bagi kehidupan. Nilai kreatif Rasti terwujud dengan mencari
memiliki kehidupan lebih baik untuk dirinya dan anak-anak. Cara Rasti
menemukan makna hidupnya ialah dengan sistem paralel yakni fokus lebih dari
57
IV.A.2. Subjek Kedua (Darsi)
Identitas Subjek
Nama : Darsi
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : D1
Alamat : Jl. BK
Identitas anak
Nama K L M
Pendidikan SMP SD TK
58
Pekerjaan Pelajar Pelajar Pelajar
Riwayat perceraian
Darsi adalah ibu dari tiga orang anak berusia antara lima tahun sampai tiga
belas tahun. Saat ini ia berusia 35 tahun dan bekerja di butik teman di samping
menjadi ibu rumah tangga. Ia sudah menjadi orang tua tunggal sejak satu setengah
tahun yang lalu. Saat ini ketiga anaknya hidup bersama dengan dia dan tinggal di
suaminya. Oleh sebab kurang komunikasi tersebut, Darsi merasa berumah tangga
di Jakarta. Selain itu, Darsi harus menerima kenyataan pahit karena suaminya
mengatakan bahwa ia sudah tidak mencintai Darsi lagi dan meminta cerai darinya
serta menikahi wanita lain. Darsi merasa kecewa dan sedih akan hal tersebut
terlebih karena ia merasa sudah setia sebagai istri dan memberikan anak laki-laki
“aku ma dia tuh kurang komunikasi karena kurang komunikasi, aku berumah tangga tuh
seperti tidak punya suami.”
59
“Akhirnya di Kalimantan ia kenal perempuan ini, lebih muda, lebih perhatian. Pas 2008
awal ini dia bilang dia menemukan perempuan ini tapi dia bilang sudah tiga tahun ini aku
dah ga cinta ma kamu, aku bertahan buat anak-anak.”
changes, dan shifts in social networks. Darsi mengalami downward mobility yakni
penghasilan orang yang telah bercerai lebih sedikit dibandingkan dengan mereka
yang tidak bercerai. Dalam hal ini penghasilan Darsi lebih sedikit dibandingkan
yang dialami wanita yang telah bercerai. Dalam hal ini Darsi harus bekerja ekstra
“Aku tu sepeninggal suami harus ekstra keras mikirin gimana caranya menuhin kebutuhan
hidup anak-anak, terkadang aku punya pos untuk meminjam uang.”
Selain efek downward mobility dan role changes, Darsi juga mengami efek
pasangan dan kehilangan teman lama karena mereka yang bercerai memilih untuk
60
mengasingkan diri mereka sendiri dari pergaulan karena status perceraian itu.
Dalam hal ini Darsi lebih memilih menarik diri dari lingkungan untuk menghindari
“aku ga mau pertanyaan yang lebih berat itu, makanya aku narik diri”
“aku masih komunikasi sama mama mertuaku walaupun anaknya sendiri dah ga dianggep
lagi”
yang telah bercerai dan menjadi orang tua tunggal wanita. Hal ini tidak dialami
oleh Darsi.
Ketika awal perceraian, Darsi sering mengalami perasaan sedih dan kecewa
karena masih terpukul akan kenyataan pahit yang harus ditanggungnya sendiri,
yakni menjanda karena dikhianati suaminya sendiri. Selain itu Darsi kehilangan
mood untuk bekerja full time dan lebih fokus untuk mengurus ketiga anaknya.
Darsi juga merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ketiga anaknya karena
penghasilan dari bekerja di butik belum mencapai hasil yang maksimal. Di sisi lain,
Darsi bersyukur bahwa ia mempuyai teman yang mau membantunya dalam hal
materi dan teman-teman lainnya yang mau membantu dalam hal moriil. Darsi juga
bersyukur karena mendapat dukungan dari orang tuanya sendiri dan mama
61
“nangis sih pasti, kecewa pasti… Waktu ke Kalimantan itu aku pikir dia bisa
mencukupi kebutuhan keluarga lebih baik dan aku berenti kerja. Tapi ternyata jadinya
kayak begitu. Ya sedih aja.”
“untuk saat ini pendapatan dari butik belum maksimal ya, apa ya
istilahnya…belum mencukupi buat anak-anak gitu.”
“aku ga punya duit ni, aku punya pos temenku untuk mencukupi kebutuhan anak-
anak.”
“yang kasih dukungan tuh temen-temen aku, mama dan mama mertua. Karena
ibu mertuaku bilang yang ada hanya aku dan anak-anaknya yang lain selain dari suamiku.
Hubungan antara mertuaku dan mantan suamiku juga kurang baik ya.”
Selain mengalami masalah ekonomi dan emosi, Darsi lebih memilih untuk
menarik diri dari lingkungan terutama dengan orang-orang yang lebih tua darinya.
Hal ini dilakukannya untuk menghindari pertanyaan berat yang menurutnya belum
siap dijawab olehnya. Darsi takut orang lain tahu bahwa ia sudah menjadi orang tua
“aku yaa pasti kesulitan dengan lingkungan karena aku ga mau pertanyaan-pertanyaan
itu… aku ga seneng aja masalah aku jadi bahan omongan. Jadi lingkungan taunya aku
masih berumah tangga karena dia kadang-kadang suka dateng ke rumah. Tapi pas dia ke
rumah, dia seperti bertamu, mungkin tetangga tau, Cuma aku lebih menghindari
pertanyaan yang lebih jauh aja.”
Selain permasalahan ekonomi, emosi dan konsep diri, Darsi juga sering
62
harus mengurus neneknya yang juga tinggal di rumah orang tua Darsi. Oleh sebab
“kalo fisiknya dulu lebih berat, sekarang turun jauh bisa turun sampai delapan kilogram”
sekarang. Untuk mengatasinya Darsi sering memutar berbagai jenis lagu dari lagu
mellow sampai lagu-lagu keras tetapi menurutnya cara tersebut tidak dapat
menutupi kekosongan di hatinya. Darsi mengupayaan cara lain yaitu berdoa akan
“kadang-kadang ngerasa sendirinya tuh koq gini banget ya..kayaknya ga adil banget buat
aku. Aku ma suami tuh kurang komunikasi karena kurang komunikasi…aku berumah
tangga tuh seperti tidak punya suami. Jadi waktu bercerai, aku tidak terlalu kaget. Tapi
ngerasa sepi sih pasti. Apalagi kalo dah sendiri, anak-anak nanti liburan pengen ke mana
ya. walaupun aku ga bisa ajak ke luar kota, buat anak-anak gimana ya. Tetep buat anak-
anak aku harus netral ga boleh liat aku sedih.”
menjadi bermakna
hidup dari tak bermakna menjadi bermakna. Tahapan ini akan dimulai dari
penghayatan diri sampai tahap pengubahan sikap. Pada Darsi gambaran proses
penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna sebagai berikut. Pada tahap
pemahaman diri, tahap saat orang tua tunggal wanita meningkatkan kesadaran atas
63
buruknya kondisi diri setelah perceraian dan mempunyai keinginan kuat untuk
melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Pada tahap ini Darsi fokus
samping perasaan tidak menyenangkan dan masalah lainnya itu. Darsi tidak mau
‘down’ di depan ketiga anaknya agar ketiganya tidak mengikuti perasaaan ibunya
yang sedang ‘down’. Darsi merasa harus bangkit demi ketiga anaknya tersebut.
Pada tahap kedua, yakni tahap penemuan makna dan tujuan hidup ialah
tahap saat orang tua tunggal wanita menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-
hal yang sangat penting dalam hidup. Di tahap ini Darsi mempunyai prinsip bahwa
pengeluaran tidak boleh lebih besar daripada pemasukan. Jadi, bila ia dapat
anak-anak dianjurkan ke tempat les Inggris dengan kualitas sama bagus dengan ILP
tapi harganya lebih terjangkau. Ini merupakan nilai bersikap yang dimiliki Darsi
dalam menemukan makna hidupnya. Pada tahap pengubahan sikap, orang tua
tunggal wanita menjadi lebih berani dan realistis menghadapi kondisi perceraian
tersebut. Pada tahap ini Darsi masih berupaya mengumpulkan niat untuk bekerja
awal.
64
Faktor yang mempengaruhi Darsi dalam menemukan makna hidupnya ialah
dukungan sosial saja. Dalam hal ini Darsi banyak mendapatkan dukungan sosial
Analisis subjek kedua berdasarkan konsep teori Frankl untuk pencari dan
kesempatan orang tua tunggal wanita untuk mengambil sikap yang tepat terhadap
kondisi dan peristiwa perceraian(tragis) yang telah terjadi dan tidak dapat dihindari
lagi. Nilai bersikap Darsi terwujud dari sikapnya dalam mengurus keuangan rumah
tangga yakni dengan berprinsip bahwa pengeluaran tidak boleh lebih besar daripada
dengan kualitas yang lebih baik dan menemukan penyebab kekosongan hatinya dan
cara mengatasi kekosongan tersebut. Cara Darsi menemukan makna hidupnya ialah
dengan sistem piramidal yakni fokus pada satu nilai saja yakni fokus kepada anak-
anaknya saja.
65
Dari pemaparan di atas tampak perbedaan pencapaian tahapan dalam
menemukan makna hidup antara Rasti dan Darsi. Rasti sudah mencapai tahap
terakhir yakni kebahagiaan sedangkan Darsi masih berada pada tahap dua yakni
melewati tahap awal yakni tahap pemahaman diri. Pada Rasti tahap pemahaman
dirinya berfokus ke karier, anak, dan dirinya agar penyakit lupusnya tak kambuh.
Pada Darsi tahap pemahaman dirinya berfokus kepada ketiga anaknya saja.
Tahap kegiatan
seseorang dalam Rasti Darsi
mengubah
penghayatan hidup
tak bermakna
menjadi bermakna
1. Pemahaman diri Menyadari bahwa pasca Menyadari bahwa mantan
perceraian, finansialnya suaminya tak peduli pada
berkurang, ia harus mencari dirinya, ia lebih fokus ke
pekerjaan sampingan untuk ketiga anaknya dan
menutupi biaya hidupnya. mengikuti setiap
perkembangan anaknya
tersebut.
2. Penemuan makna Merasa lebih dewasa dan Merasa bahwa finansial
dan tujuan hidup tegar dalam menghadapi pasca perceraian
masalah yang ada tanpa berkurang, ia menetapkan
mempedulikan perkataan prinsip bahwa
orang lain(nilai bersikap). pengeluaran tidak boleh
lebih besar daripada
pemasukan (nilai
bersikap).
66
3. Pengubahan sikap Menetapkan pola disiplin Masih berupaya
lebih ketat dibandingkan mengumpulkan niat untuk
ayah anak-anak pasca bekerja lagi agar dapat
perceraian. memberikan biaya
maksimal ke anak-
anaknya.
4. Keikatan diri Bekerja sebagai business Belum mengikuti kegiatan
associate dan melakukan yang ia sukai ataupun
kegiatan off road untuk mencari pekerjaan yang
menghibur dirinya dan penghasilannya lebih
berkontribusi bagi menutupi biaya hidup
lingkungan. dibandingkan pekerjaanya
sekarang yang hanya
mengurus butik temannya.
5. Kegiatan terarah Bekerja lebih
dan pemenuhan bersemangat agar -----
makna hidup dapat menghasilkan
uang cukup bagi
dirinya dan anak-
anak
Lebih bersemangat
memberikan
perhatian kepada
teamn-temannya
yang kondisinya
kurang baik
67
7. Kebahagiaan Merasa bersyukur karena
masih ada uang cukup dan ------
mendapat dukungan dari
ketiga anaknya dan
lingkungan dalam menjalani
hidup ini. Akan tetapi masih
mempunyai harapan untuk
membuat dirinya dan ketiga
anaknya mendapatkan
kehidupan yang lebih baik
lagi daripada sekarang.
68
BAB V
V.A. KESIMPULAN
Subjek pertama sudah mencapai tahap akhir dari proses penemuan makna
hidup, yakni kebahagiaan. Subjek kedua baru mencapai tahap kedua dari proses
penemuan makna hidup yakni tahap penemuan makna dan tujuan hidup. Subjek
kedua saat ini sedang berupaya masuk ke tahapan selanjutnya yakni tahap
V.B. DISKUSI
mencapai tahap akhir dan pencapaian subjek kedua baru mencapai tahap kedua
yakni; penyebab perceraian, lama perceraian, kemandirian, faktor dari dalam diri
dan mempunyai hobi atau tidak. Penyebab perceraian subjek pertama karena
karena dikhianati oleh suaminya. Lama perceraian subjek pertama ialah empat
tahun sedangkan subjek kedua satu setengah tahun. Subjek pertama sudah memiliki
mengumpulkan niat untuk bekerja full-time. Faktor dari dalam diri subjek pertama
69
ialah mau menjalin hubungan baik dengan lingkungan sedangkan subjek kedua
lebih memilih menarik diri dari lingkungan. Subjek pertama mempunyai hobi
khusus untuk menghibur dirinya di kala sendiri sedangkan subjek kedua tidak
mempunyai hobi.
Efek perceraian yang dialami subjek pertama ialah downward mobility, role
changes, dan psychological problems. Efek perceraian yang dialami subjek kedua
makna hidupnya ialah faktor dari luar diri(didapat dari buku-buku rohani), faktor
dari dalam diri(memahami situasi pribadi dan berani mengambil tindakan untuk
menghadapi masalah), faktor keimanan, dan faktor dukungan sosial. Faktor yang
sosial saja.
Subjek pertama menemukan makna hidup dengan nilai bersikap dan nilai
kreatif. Subjek kedua menemukan makna hidup dengan nilai bersikap saja. Tujuan
hidup subjek pertama untuk memiliki kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan
anak-anak. Tujuan hidup subjek kedua untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-
anaknya dengan kualitas yang lebih baik dan menemukan penyebab kekosongan
hatinya dan cara mengatasi kekosongan tersebut. Cara subjek pertama menemukan
makna hidup dengan sistem paralel. Cara subjek kedua menemukan makna hidup
70
V.C. SARAN
agar mendapatkan informasi lebih banyak apa yang dirasakan subjek saat
perceraian terjadi. Selain itu, peneliti hendaknya membina rapport dengan subjek
lebih baik sebelum wawancara dengan bertemu beberapa kali terlebih dahulu
mempengaruhi proses penemuan makna hidup digali lebih dalam agar peneliti
dapat mengetahui lebih banyak perbedaan yang menyebabkan satu subjek dapat
mencapai tahap akhir dan subjek lain yang belum mencapai tahap akhir.
samping menjalin relasi dengan lingkungan dan mengikuti support group untuk
71
V.C.2.2. Saran untuk konselor/psikolog/terapis
Selain itu, mereka dapat membentuk support group untuk para orang tua tunggal
ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anita ( 2004 ). Gambaran Stres, Coping, Dan Adjustment orang Tua Tunggal
Wanita akibat Perceraian. Skripsi Sarjana, tidak diterbitkan. Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.
Antoinette, M.(2007). Personal Meaning. Diakses pada tanggal 10 Maret 2008 dari
rumahbelajarpsikologi.com/index.php/makna-hidup.html
Heins, M.M. D dan Seiden A.M. Single parents. New York : Doubleday &
Company, Inc
Kissman, K. dan Allen, J.A. (1993). Single Parent Families. Newsbury Park : Sage
Publication.
Nurhandini, A. (2006). Stres pada ibu sebagai orang tua tunggal. Skripsi Sarjana,
tidak diterbitkan. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.
73
ed
Patton, M.Q. (1990). Qualitative Research & Evaluation Methods. 3 . Newsbury
Park : Sage Publications.
Perlmutter, M. & Hall, E (1992). Adult Development and Aging. 2nd. Toronto : John
Willey & Sons, Inc.
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi.
Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi Universitas Indonesia.
Pusat Bahasa Depdiknas Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
: Cerai. Diakses pada 4 Mei 2009 dari
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
Shuhmy. (2007, April). Institusi Keluarga. Diakses pada 10 Maret 2008 dari
www.scribd.com/doc/2525368/institusi-keluarga
Susenas. (2004). Karakteristik Kepala Rumah Tangga Menurut Status Kawin, 2000
& 2004. [versi elektronik]. Data statistik-Indonesia.
74
Wiseman, R. S. (1975). Crisis theory and the process of divorce. Social Casework,
56,205-212. Newsbury Park : Sage Publications.
75
LAMPIRAN 3
INFORMED CONSENT
Jakarta, 23/12/2009
Yang terhormat
Ibu responden
di tempat
Assalamualaikum,
Katolik Indonesia Atma Jaya, sedang mengerjakan tugas akhir dalam bentuk
proses kaum wanita dalam menemukan makna hidup pasca perceraian, perlu
sebenarnya dihadapi oleh para wanita. Untuk itulah saya memohon kesediaan Ibu
untuk sudi kiranya menjadi narasumber/responden dalam penelitian ini. Saya
memilih Ibu sebagai responden dalam penelitian ini karena saya menganggap Ibu
pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan Ibu. Saya
pribadi ingin belajar dari pengalaman bagaimana proses yang dijalani Ibu sebagai
orang tua tunggal dalam menemukan makna hidup dan bagaimana Ibu dapat
bangkit dari masalah-masalah yang ibu hadapi sebagai orang tua tunggal.
Sesuai dengan kode etik psikologi, data / informasi yang saya dapatkan dari
penelitian saja. Maka dari itu, Ibu tidak perlu khawatir akan kerahasiaan dari
Saya meminta kesediaan ibu meluangkan waktu untuk bertemu dengan saya dalam
2 atau 3 kali pertemuan di mana setiap pertemuan memakan waktu kurang lebih 1-2
jam. Mengenai tempat dan waktu bertemu, saya mempersilahkan Ibu untuk
bila Ibu ingin bertanya atau menginginkan informasi lebih lanjut mengenai
penelitian ini. Seandainya Ibu keberatan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
maka Ibu berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini dan tidak ada
Kiranya partisipasi Ibu dalam penelitian ini akan sangat membantu saya
dalam menyelesaikan skripsi saya dan manfaat bagi Ibu adalah Ibu dapat
Tanpa bantuan Ibu, penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar dan berhasil.
menghargai niat baik dan kerjasama Ibu untuk turut berpartisipasi dalam penelitian
Salam,
( EUNICE ) ( )
2003 70 103
BIODATA
-Inisial ibu?
RIWAYAT PERCERAIAN
BEBAN FISIK
- Tugas- tugas rumah tangga apa yang dulu ditangani suami tapi sekarang
PENGASUHAN ANAK
- Apakah ibu mengalami kesulitan dalam membesarkan anak seorang
keinginan ibu?
2. EKONOMI
- Apakah ada perubahan kondisi ekonomi keluarga dari saat bersuami dan
Apa dampaknya?
keluarga?
sampingan)?
3. KESEPIAN
- Saat ini, bila menghadapi situasi tersebut, dengan siapa biasanya ibu
bicarakan?
EMOSI
PSIKOLOGIS
ibu? Apakah ada perbedaan pada identitas diri yang ibu rasakan?
- Apakah situasi ini memiliki dampak bagi ibu? Apakah ibu mampu
5. SEKSUAL
- Apakah situasi ini memiliki dampak bagi ibu? Apakah ibu mampu
lain tersebut?
* Bagaimana mengatasinya?
tersebut?
- Apakah ibu merasa ingin menarik diri dari lingkungan karena sebagai
janda?
sosial)
kesulitan?
- Apakah situasi ini memiliki dampak bagi ibu? Apakah ibu mampu
- Apa masalah terberat bagi ibu dari sekian banyak masalah yang masih
1. PEMAHAMAN DIRI
- Jika ya, apa yang ibu lakukan saat perasaan bersemangat itu muncul?
- Apa yang ibu lakukan agar perasaan bersemangat ibu tidak hilang
- Jika tidak, bagaimana upaya ibu agar dapat menemukan motivasi dalam
3. PENGUBAHAN SIKAP
- Apakah ada suatu hal yang berbeda yang ibu lakukan dari sebelumnya
- Apa yang ibu rasakan saat melakukan hobby/ kegiatan tertentu di hari
libur?
6. HIDUP BERMAKNA
- Kira-kira hikmah apa yang ibu dapatkan dari pasca perceraian itu?
lama ibu bekerja dalam seminggu dan apakah bekerja setiap hari ?
pertanyaan apakah ada perbedaan dalam menghayati peran ibu sebagai istri
dan peran ibu sebagai orang tua tunggal agar lebih dapat dimengerti subjek
lainnya.
subjek bila diubah menjadi pertanyaan; dari perasaan lelah/ pesimis tadi apa
yang menguatkan ibu untuk tetap menjalani kehidupan sebagai orang tua
tunggal?
- Setelah bertanya adakah hal berbeda yang membuat ibu bersemangat dalam