Disusun oleh:
Kelompok Tutorial A4
TUTORIAL A-4
Ruth Tio Napitupulu 1510211024
Novita Mardiyati Zain 1510211046
Rachmah Khoerunisa 1510211072
Ni Putu Wana Suputri Vedanty 1510211085
Salma Rahmadati 1510211089
M. Ilham Fadhlir Rahman S. 1510211102
Indah Emilia Rusdeliani 1510211155
Nabillah Virginia Defanty 1510211162
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
1
OVERVIEW CASE
Halaman 1
Saat anda sedang bertugas di IGD RSPAD datang Tn. A 38 tahun dengan keluhan perdarahan
dari saluran kemih sejak 3 jam SMRS
Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari saluran kemih sejak 3 jam SMRS. Darah keluar
menetes, darah berwarna merah segar, tidak bercampur dengan urin. Pasien mengaku saat
ingin BAK dirasakan nyeri. BAK keluar sedikit dan bercampur darah. Sebelumnya pasien
mengalami KLL. Pasien mengendarai motor bertabrakan dengan mobil dari arah depan karena
ingin mendahului, kemudian pasien terpelanting, pinggang kanan dan kiri terbentur kemudian
jatuh terduduk. Setelah itu pasien merasa tidak dapat bangun, dan dibantu warga untuk di
bawa ke RSPAD. Pasien menggunakan helm, kepala tidak terbentur, pingsan disangkal pasien,
muntah disangkal pasien. Pasien juga mengeluh nyeri saat menggerakan paha. Keluhan
gangguan BAB, dan kelainan sistemik seperti demam disangkal.
Riwayatoperasisebelumnyadisangkalpasien.
2
Halaman 2
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital
Frekueninadi : 84 kali/menit
Frekuensinapas : 20 kali/menit
Suhu : 36 ºC
General Survey
Status Urologi
Sudutcostovertebrae :
Regio suprapubis :
Genitalia eksterna :
Penis hematoma (-), bengkak (-), nyeri (-), sekret (+)darah, OUE letak normal,
3
Rectal Toucher: TSA normal, ampulatdkkolaps, mukosalicin, massa (-), floating prostat (+),
batas atas teraba, sarungtangandarah (-), lendir(-), feses (-)
Pemeriksaanpenunjang
Darah Hb : 10 gr/dL
Leukosit : 9.000/uL
Trombosit : 250.000/mm3
Hepar, lien, ginjal kanan dan kiri serta vesica urinaria tidak tampak kelainan
Foto Pelvis
Pemeriksaan Uretrogram
4
BASIC SCIENCE
ANATOMI
URETRA
Merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari vesika urinaria melalui ostium
uretra externa pada ujung glans penis.
2) Uretra anterior (pars bulbosa, pendularis, fossa navikularis, meatus uretra ekterna)
1. Pars prostatica
2. Pars membranasea
3. Pars spongiosa
5
A. URETRA PARS PROSTATIKA
Panjang ± 3cm berasal dari ostium uretra internum pd puncak trigonum vesicae.
Berjalan dari basis prostat sampai ke apex prostat,lalu berlanjut menjadi pars
membranasea.
Merupakan bagian uretra yang paling lebar dan berdiameter terbesar dari seluruh
uretra.
Pada dinding posterior terdapat peninggian longitudinal yg disebut crista uretralis. Pada
kedua sisi crista terdapat alur yg disebut sinus prostaticus,tempat muara glandula
prostat.
Pada puncak crista terdapat cekungan disebut utrikulus prostaticus,pd utrikulus terdapat
muara duktus ejaculatorius.
6
7
B. URETRA PARS MEMBRANOSA
Bagian uretra yang paling pendek dan paling tidak dapat dilebarkan.
Kebawah dari uretra pars membranacea melanjutkan diri sbg uretra pars spongiosa.
Vaskularisasi
Uretra pars prostatica memperoleh darah dari rami prostatici yg merupakan cabang2 arteri
vesicalis inferior dan arteri rectalis media.
Persarafan
Saraf2 berasal dari nervus pudendus interna dan plexus prostaticus sistem saraf otonom.
o Terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga pd saat vesica urianaria
penuh,sfingter ini akan terbuka.
2. Eksterna
Terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh sistem somatik yg dpt diperintah sesuai keinginan.
8
HISTOLOGI
URETRA
Panjang 15-20 cm
Teriri dari 3 segmen
9
10
FISIOLOGI MIKSI
Merupakan proses pengosongan kandung kemih, melibatkan 2 organ system urinaria
bagian bawah, vesica urinaria(buli-buli) dan uretra. Fisiologi miksi disini termasuk pada
penyimpanan urin( storage ) dan pengeluaran urin( voiding ).
Secara umum :
Masuk ke buli-buli
Volume buli-buli
bertambah
11
Deteksi pada vesica urinaria dan uretra
Otak
Proses pengontrolan agar pada saat pengisian vesica urinaria tidak terjadi kebocoran:
N.Hipogastrikus
Reseptor
Rangsangan : relaksasi
Rangsangan : kontraksi
Relaksasi otot detrusor karna adrenergic beta Kontraksi sfingter uretra interna dan
uretra posterior karna adrenergic alfa
Reflex berkemih : terpicu ketika reseptor regang di dinding vesica urinaria terangsang
Control volunter berkemih : timbulnya keinginan berkemih saat pengisian kandung
kemih
13
CLINICAL SCIENCE
Etiologi trauma
Tanda klinis
Pengelolaan
Prognosis
ETIOLOGI
Terjadi akibat:
GEJALA KLINIS
14
Jika didapatkan perdarahan per uretram, yaitu terdapat darah yang keluar dari meatus
uretra eksternum setelah mengalami trauma. Perdarahan harus dibedakan dengan
hematuria.
Pada trauma uretra yang berat, seringkali pasien mengalami retensi urin
Trias ruptur uretra posterior (http://ilmubedahurologi.wordpress.com/tag/ruptur-
uretra/):
Bloody discharge
Retensio urine
Floating prostate
KLASIFIKASI
Melalui gambaran uretrogram (gb 6-5), Colapinto dan McCollum (1976) membagi derajat cedera
uretra menjadi 3 jenis:
1. Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami streching (peregangan). Foto
uretrogram tidak menunjukkan adanya ekstravasasi, dan uretra hanya tampak
memanjang.
2. Uretra posterior terputus pada perbatasan prostato-membranasea, sedangkan
diafragma urogenitalia masih utuh. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasasi kontras
yang masih terbatas di atas diafragma urogenitalis.
3. Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut
rusak. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasasi kontras meluas hingga di bawah
diafragma urogenitalia sampai ke perineum.
PATOLOGI
15
Robekan uretra pars prostato-membranacea
DIAGNOSIS
Pasien cedera uretra posterior seringkali datang dalam keadaan syok karena terdapat
fraktur pelvis atau cedera organ lain yang menimbulkan banyak perdarahan.
Ruptura uretra posterior seringkali memberikan gejala khas berupa:
Perdarahan per-uretram
Retensi urine
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya floating prostate (prostat
melayang) di dalam suatu hematom
Pada pemeriksaan uretrografi retrograd, mungkin terdapat elongasi uretra atau
ekstravasasi kontras pada pars prostato-membranacea (gb 6-5)
PENATALAKSANAAN
Ruptura uretra posterior biasanya diikuti oleh trauma mayor pada organ lain (abdomen
dan fraktur pelvis) dengan disertai ancaman jiwa berupa perdarahan.
Di bidang urologi tidak perlu melakukan tindakan yang invasif pada uretra.
16
Tindakan berlebihan akan menyebabkan perdarahan yang lebih banyak pada kavum
pelvis dan prostat serta menambah kerusakan pada uretra dan struktur neurovaskuler
sekitarnya
Kerusakan neurovaskuler menambah kemungkinan terjadinya disfungsi ereksi dan
inkontinensia
Pada keadaan akut: sistosomi untuk diversi urine
Setelah keadaan stabil, sebagian ahli urologi melakukan primary endoscopic realigment,
yaitu pemasangan kateter uretra sebagai splint melalui tuntunan uretroskopi. Dilakukan
untuk menyatukan kedua ujung uretra yang terpisah. Tindakan ini dilakukan sebelum 1
minggu pasca ruptura dan kateter uretra dipertahankan selama 14 hari.
Sebagian ahli lain melakukan reparasi uretra (uretroplasti) setelah 3 bulan pascatrauma
dengan asumsi bahwa jaringan parut pada uretra telah stabil dan matang sehingga
tindakan rekonstruksi membuahkan hasil yang lebih baik.
PENYULIT
Striktura uretra
Disfungsi ereksi
Inkontinensia urine
17
DIAGNOSIS BANDING
Epidemiologi
Trauma dari luar jarang terjadi, karena terlindungi oleh kavum pelvis
2% dari seluruh trauma sisterm urogenital
Etiologi
2. Iatrogenik
3. Spontan
Terjadi jika sebelumnya telah terdapat kelainan pada vesica urinaria yang menyebabkan
perubahan structural otot vesica urinaria sehingga dindingnya lemah
Misal pada penyakit : TBC, tumor vesica urinaria, obstruksi intravesikal kronis
Klasifikasi
Diagnosis
1. Riwayat trauma
2. Nyeri daerah suprasimfisis
3. Miksi campur darah / tidak dapat miksi
4. Rigiditas otot ( scribd )
5. Suhu tubuh meningkat ( scribd )
6. Mungkin ada tanda fraktur pelvis, syok, hematom perivesica, tanda sepsis dari peritonitis
/ abses perivesica
7. Pencitraan ( Sistografi ) :
Memasukkan kontras ke vesica urinaria 300 – 400 ml secara gravitasi ( tanpa
tekanan ) melalui kateter per uretra
Lalu dibuat beberapa foto :
- Foto saat vesica urinaria terisi kontras dalam posisi AP
- Posisi obliq
- Wash out film ( foto setelah kontras dikeluarkan dri vesica urinaria )
Jika ada robekan, terlihat ekstravasasi kontras di :
- Dalam rongga perivesical robekan eksraperitoneal
- Dalam sela – sela usus robekan intraperitoneal
Jika diduga terdapat cedera pada seluran kemih bagian atas, disamping cedera
vesica urinaria sistografi dapat diperoleh melalui plv
8. Jika tidak ada fasilitas sistografi, lakukan uji pembilasan vesica urinaria :
Masukkan cairan garam fisiologis steril sekitar 300 ml kedalam vesica urinaria,
lalu cairan dikeluarkan lagi.
Jika cairan tidak keluar / keluar dengan volume kurang dari yang dimasukkan
kemungkinan besar terdapat robekan pada vesica urinaria
Cara ini bisa menimbulkan infeksi dan robekan yang lebih luas sehingga tidak
dianjurkan lagi.
Penatalaksanaan
Komplikasi
TRAUMA URETER
Trauma ureter jarang ditemukan karena ureter merupakan struktur fleksibel di daerah
retroperitoneal dengan ukuran kecil serta terlindungi dengan baik oleh tulang(os.pelvis) dan
otot (m.psoas).
Cedera ureter sangat jarang dijumpai dan merupakan 1% dari seluruh cedera traktus
urogenitalia.Cedera ini dapat terjadi karena trauma dari luar yaitu trauma tumpul maupun
trauma tajam,atau trauma iatrogenic.Operasi endourologi transureter (ureteroskopi atau
ureterorenoskopi,ekstraksi batu dengan Dormia,atau litrotipsi batu ureter) dan operasi di
daerah pelvis (diantaranya adalah operasi ginekologi,bedah digestif,atau bedah vaskuler) dapat
menyebabkan terjadinya cedera ureter iatrogenic.
20
Cedera yang terjadi pada ureter akibat tindakan operasi terbuka dapat berupa:ureter
terikat,crushing karena terjepit oleh klem,putus (robek),atau devaskularisasi karena banyak
jaringan vaskuler yang dibersihkan.
1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam
3. Trauma iatrogenik (operasi endourologi transureter&operasi daerah pelvis)
Gambaran klinis
Tindakan
Tindakan yang dilakukan terhadap cedera ureter tergantung pada saat cedera ureter
terdiagnosis,keadaan umum pasien,dan letak serta derajat lesi ureter.
22
TRAUMA URETRA ANTERIOR
DEFINISI
Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan kebanyakan
disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).
ETIOLOGI
– Ruptur parsial
– Ruptur total
- Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi trauma.
STRADDLE INJURY
23
PATOLOGI
• Korpus spongiosum + korpus kavernosum bersama dibungkus fascia Buck’s dan fascia
Colles.
• Jika ruptur urethra + korpus spongiosum ekstravasasi darah dan urin, masih terbatas
fascia Buck’s – tampak hematoma terbatas pada penis.
• Jika fascia Buck’s robek ektravasasi darah dan urin dibatasi fascia Colles sampai
scrotum / abdomen memberi gambaran seperti kupu-kupu (butterfly hematoma)
24
Hematoma kupu-kupu
DIAGNOSIS
• Hematuria
• Urethrografi retrograd :
PENATALAKSANAAN
• Kontusio :
• Ruptur anterior + ekstravasasi urine dan hematoma luas insisi hematom + cystostomy
- Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan melakukan
drainase bila ada.
- Pada anterior ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan
dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.
KOMPLIKASI
• Striktura uretra
• Fistula ureterikutan
26
TRAUMA PROSTAT
A. ETIOLOGI
3 aspek yang mendasari timbulnya prostatic disorders :
1. Biasanya diawali infeksi, tapi mungkin juga karena :
- traumatik (naik sepeda gunung)
- mekanik (obstruksi duktus ejakulatorius)
- kimia (refluks urine ke duktus prostatikus)
2. Injury Response - Inflammation:
Release mediator kimia (chemokines and cytokines), bisa menimbulkan infiltrat inflamasi yang
bertujuan untuk menyingkirkan sumber injury & membantu proses penyembuhan. Respon
inflamasi ini akan menyebabkan nyeri dan bengkak. Nyeri dirasakan di area prostat (perineum),
penis, punggung bawah atau skrotum.
B. MANIFESTASI KLINIS
a. Groin, Genital or Back Pain
- Sensasi nyeri di testis, penis, atau punggung bawah
- Rasa tidak nyaman pada perineum
b. Urination Problems
- Masalah urinasi paling terlihat pada malam hari dan dapat menyebabkan pasien
terbangun beberapa kali sepanjang malam untuk pergi ke toilet.
- Beberapa pasien merasakan sensasi nyeri atau seperti terbakar saat berkemih.
27
- Jika inflamasi sampai ke uretra, pasien dapat kesulitan dalam berkemih, atau produksi
urin menjadi sedikit.
c. Painful Ejaculation
- Rasa tidak nyaman atau nyeri selama ejakulasi
- Kadang terdapat sedikit darah atau nanah dalam semen, terutama pada infeksi prostat
yang disebabkan oleh bakteri.
- Hal ini dapat menyebabkan penurunan libido
d. Flu-like Symptoms
- Demam tinggi, menggigil, mual, atau muntah
- Bisa juga disertai berkeringat dan sakit kepala
C. DIAGNOSIS
Pemeriksaan prostat secara teratur dan tes darah untuk menemukan masalah pada prostat
secara dini.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 2. Jakarta: EGC
2. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
3. Sadler, T. W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Edisi VII. Jakarta: EGC
4. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC.
5. Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC
6. Purnomo, Basuki B. 2003. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.
7. Atlas Anatomi Sobota
8. Histology Trisakti
29