Buku Matematika Dasar by UNES PDF
Buku Matematika Dasar by UNES PDF
PENGANTAR DASAR
MATEMATIKA
(PDM)
Disusun oleh
Sugiarto, Isti Hidayah
Jurusan Matematika
FMIPA UNNES
PDM-Sugiarto-Isti Hidayah
2011 Page 1
PRAKATA
egala puji hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan
karuniaNya, sehingga Alhamdulillah bahan ajar yang berjudul Pengantar Dasar
Matematika telah selesai disusun sesuai dengan rencana.
Kompetensi yang dimiliki mahasiswa setelah menempuh matakuliah Pengantar
Dasar Matematika bermanfaat bagi mahasiswa tidak saja sebagai bekal untuk
menempuh semua matakuliah Keahlian Bidang Studi, akan tetapi bermanfaat pula bagi
mahasiswa sebagai sarana berfikir mengembangkan penalaran dan meningkatkan
kemampuan berpikir logis.
Perkuliahan ini dimaksudkan membekali mahasiswa agar mampu menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
disamping itu juga membekali mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
logis, rasional, analitis, sistematis, objektif, dan kritis serta kreatif.
Kompetensi yang diperoleh mahasiswa setelah menempuh matakuliah ini sangat
bermanfaat sebagai bekal untuk menempuh matakuliah lain. Adapun materi yang
dikembangkan pada matakuliah Pengantar Dasar Matematika meliputi:
1) Himpunan, relasi, fungsi dan kardinalitas
2) Logika : disjungsi, konjungsi, implikasi, biimplikasi, ekivalensi, argument, bukti kesahan
argumen dan kwantifikasi
Sugiarto-Isti Hidayah
B. Prasyarat.
Perkuliahan Pengantar Dasar Matematika (PDM) tidak memerlukan
pengetahuan prasyarat secara khusus. Pengetahuan matematika yang telah didapat di
Pendidikan Dasar dan pendidikan menengah sudah cukup sebagai dasar untuk
mempelajari materi pokok pada perluliahan PDM.
C. Petunjuk Belajar
Strategi yang dikembangkan pada perkuliahan ini adalah startegi hiuristik
dengan metode tanya jawab, demonstrasi dan diskusi dilanjutkan dengan presentasi
hasil diskusi kelompok, serta pemberian tugas terstruktur (TT) baik tugas individual
maupun tugas kelompok. Strategi ini juga mengembangkan kemampuan mahasiswa
untuk bereksplorasi dan berelaborasi dalam kegiatan mengonstruk pengetahuan yang
berupa pemahaman konsep, prisnsip dan penerapannya dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan teori himpunan dan Pengantar logika matematika. Untuk
memantapkan pengetahuan mahasiswa dan untuk menghindari miskonsepsi, maka
perlu dilaksanakan kegiatan konfirmasi oleh dosen dan oleh mahasiswa.
Adapun langkah pembelajaran yang dikembangkan meliputi:
1. Tahap Kegiatan Pendahuluan.
a. Menyiapkan kondisi fisik dan mental mahasiswa untuk belajar
b. Menggali pengetahuan prasyarat dengan cara tanya jawab dan menggunakan
media pembelajaran
2. Tahap Kegiatan Inti
a. Melakukan tanya jawab
D. Standar Kompetensi
Penyelenggaraan mata kuliah PDM bertujuan agar mahasiswa mampu
mengembangkan kecakapan untuk memahami konsep dan prinsip serta penerapannya
dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan teori himpunan dan logika
matematika,
E. Kompetensi Dasar
Perkuliahan ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu mengembangkan
kecakapan untuk memahami konsep dan prinsip serta penerapannya dalam
pemecahan masalah berkaitan dengan teori himpunan dan logika matematika,
yang meliputi: 1) pendahuluan, 2) Konsep dasar himpunan, 3) macam himpunan, 4)
relasi pada himpunan, 5) operasi pada himpunan, 6) himpunan bilangan-bilangan, 7)
ralasi dan fungsi, 8) logika matematika, dan 9) kuantifikasi. 10) bilangan kardinal.
F. Indikator
Mahasiswa mampu:
1) Mendiskripsikan konsep dasar himpunan, meliputi : Pengertian Himpunan,
keanggotaan Himpunan, Cara Menyatakan Himpunan.
2) Menyebutkan macam himpunan, meliputi : Himpunan Kosong, himpunan berhingga dan
tak berhingga , himpunan di dalam himpunan.
3) Menyebutkan pengertian: himpunan Bagian sejati, dua himpunan sama , dua
himpunan yang ekivalen, himpunan kuasa.
4) Menyebutkan pengertian: irisan dua himpunan, gabungan dua himpunan, selisih
dua himpunan, komplemen, perkalian dua himpunan.
relasi antara dua himpunan, banyaknya reIasi antara dua I limpunan, macam relasi,
relasi ekivalen dan partisi.
8) Menyebutkan pengertian fungsi, menentukan cara menyatakan fungsi , banyaknya
Fungsi , jangkauan dari Fungsi , jenis Fungsi.
9) Menyebutkan pengertian himpunan ekivalen, himpunan berhingga dan tak
berhingga, himpunan terbilang dan tak terbilang, dan bilangan kardinal.
10) Menyebutkan pengertian proposisi, dan proposisi komposisi.
11) Menentukan nilai tebenaran proposisi komposit, tabel kebenaran, tautologi,
kontradiksi, dan kontingensi, Implikasi Logis, ekivalensi, dan hukum-hukum Aljabar
Proposisi.
12) Menentukan argumen, kesahan argumen , metode deduksi, aturan bukti bersyarat
(ABB), reductio ad absordum (Bukti Tak Langsung).
13) Menentukan argumen fungsi proposisi dan kuantor, melambangkan proposisi, kukti
kesahan dan aturan kuantifikasi permulaan.
1. Pengertian Himpunan
Dalam matematika konsep himpunan termasuk konsep yang tidak didefinisikan (konsep
dasar). Konsep himpunan mendasari hampir semua cabang matematika. Perkataan
himpunan digunakan di dalam matematika untuk menyatakan kumpulan benda¬benda
atau objek-objek yang didefinisikan dengan jelas. lstilah didefinisikan dengan jelas
dimaksudkan agar orang dapat menentukan apakah suatu benda merupakan anggota
himpunan yang dimaksud tadi atau tidak. Benda-benda atau objek-objek yang termasuk
dalam sebuah himpunan disebut anggota atau elemen himpunan tersebut.
Contoh 1.1
Kumpulan yang bukan merupakan himpunan
a. kumpulan makanan lezat
b. kumpulan batu-batu besar
c. kumpulan lukisan indah
Ketiga contoh kumpulan di atas bukan merupakan himpunan sebab anggota-anggotanya
tidak didefinisikan dengan jelas.
Contoh 1.2
Kumpulan yang merupakan himpunan
a. kumpulan negara-negara Asean
b. kumpulan sungai-sungai di Indonesia
c. kumpulan bilangan asli genap
d. Penduduk Jawa Tengah
2. Keanggotaan Himpunan
Himpunan selalu dinyatakan dengan huruf besar A, B, C, D, dan seterusnya. Jika A adalah
himpunan yang anggotanya a, b, dan c, maka dapat ditulis A = {a, b, c}. Jelas bahwa c
anggota himpunan A, dapat ditulis c A, demikian juga a A dan b A. Tetapi d bukan
anggota himpunan A dan dapat ditulis d A.
LATIHAN 2
AN
1. a. Berilah tiga contoh kumpulan yang bukan merupakan himpunan.
b. Berilah tiga contoh kumpulan yang merupakan himpunan.
2. Diketahui B = {p, q, r}. Katakanlah apakah keempat pernyataan berikut benar,
kemudian berikan alasannya.
a. p B b. {q} B, c. r B, d. s B.
3. Tulislah himpunan berikut dengan tabulasi.
a. A = {x2 = 25}
b. B = {x| x + 3 = 3}
c. A = {x| x > 3, x bilangan asli ganjil}
d. A = {x| 0 < x < 5, x bilangan real}
4. Tulislah dengan menyebutkan syarat-syarat anggotanya.
a. E = {a,i,u,e,o}
b. F = {2,3,5,7,11}
c. G = {3,6,9,12, …}
d. H = {123, 132, 213, 231, 312, 321}.
5. Tulislah dengan notasi pembentuk himpunan untuk himpunan bilangan asli yang:
a. kurang dari 5,
b. Iebih dari atau sama dengan 3,
c. kelipatan 5 kurang dari 50, dan
d. prima.
6. Penulisan himpunan berikut manakah yang benar
a. J= {x| x > 0, x himpunan bilangan bulat}
b. K = {x| x < 20, x bilangan asli genap}
c. L = {x| x > 4, x bilangan cacah}
elah dikemukakan pada bab I bahwa konsep himpunan merupakan konsep yang tidak
didefinisikan. Dari konsep tersebut dapat dikembangkan konsep lain yang didefinisikan
berkaitan dengan konsep himpunan. Berikut ini disajikan beberapa konsep yang
didefinisikan berkaitan dengan konsep himpunan.
1. Himpunan Kosong
Definisi 2.1
Dilihat dari kardinalitasnya suatu himpunan ada yang merupakan himpunan berhingga
dan himpunan tak berhingga. Suatu himpunan disebut himpunan berhingga bila banyak
anggota himpunan menyatakan bilangan tertentu, atau dapat juga dikatakan suatu
himpunan disebut berhingga bila anggota-anggota himpunan tersebut dihitung, maka
proses penghitungannya dapat berakhir. Sebaliknya suatu himpunan disebut himpunan
tak berhingga bila banyaknya anggota himpunan tersebut tidak dapat dinyatakan dengan
bilangan tertentu. Atau dapat juga dikatakan suatu himpunan disebut himpunan tak
berhingga bila anggota-anggota himpunan tersebut dihitung maka proses
penghitungannya tidak dapat diakhiri.
B
A
Gambar 2.1
Definisi 2.2
Dari definisi 2.2 dapat dikatakan bahwa A disebut bukan himpunan bagian dari B jika dan
hanya jika ada x anggota A dan x bukan anggota B. Dapat ditulis A B jhj x A dan x B.
Contoh 2.3
Diketahui himpunan A = {1,2,3,4,5,6}, B = {1,3,5}, C = {2,4,6}, D = {3,4,5,6,1,2}, dan E =
{5,6,7}. Manakah pernyataan di bawah ini yang benar.
a. B A d. E A g. A A
b. A C e. A D h. {} A
Contoh 2.5
Diketahui himpunan A = {1,3,5,7,9), B ={2,4,6,8,10), dan C = {7,3,9,1,5). Banyaknya
anggota himpunan A ditulis dengan n(A), sehingga:
a) A = C dan n(A) = n(C) 5, dan
b) n(A) = n(B) = 5 tetapi A≠B.
Contoh 2.6
Diketahui A = {3,6,9,12,15}, B = {12,9,6,3,15), dan C = {2,3,5,7,11}, maka:
a) A=B dan A B
b) n(A) = n(C) tetapi A≠C.
Contoh 2.7
Diketahui N = {1,2,3,4,5 …}, C = {0,1,2,3,4 …}, N C sebab N dan C berkorespondensi satu-
satu. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:
N : 1, 2, 3, 4, …, n, …
C : 0, 1, 2, 3, …, (n-1), …
7. Himpunan Kuasa
Definisi 2.6
1. Misalkan A = {a,b,c,d}
a. Tulislah semua himpunan bagian dari A
b. Berapakah banyaknya himpunan bagian dari A.
2. Apakah setiap himpunan mempunyai himpunan bagian sejati?
3. Misalkan P adalah himpunan, Jika P , buktikanlah bahwa P= .
4. Misalkan A, B, dan C masing-masing adalah himpunan, jika A B dan B C, buktikan
bahwa A C.
5. Misalkan A ={{3}, {4,5), {1,3}}, pernyataan-pernyataan manakah yang benar?
Mengapa?
a. {1,3} A c. {3} A b. {4,5} A d. {{1,3}} A
6. Yang manakah di antara himpunan-himpunan berikut yang sama?
a. {a,b,c} b. {c,b,a,c} d. {b,c,b,a} d. {c,a,c,b}
7. Manakah dari himpunan-himpunan berikut yang sama?
a. {x|x2 - 3x + 2 = 0, x bilangan real),
b. {1,2,1,2},
c. {x| x dua bilangan asli yang pertama}.
8. Yang manakah di antara himpunan-himpunan berikut yang himpunan kosong?
a. {x I x bilangan, prima genap},
b. {x I x bilangan ganjil yang habis dibagi 2},
c. {x I x2 — 3x + 5 = 0, x bilangan real),
d. {xix+ 8=8},
e. {x x + 4 1; X Miamian nen,
f. {x x segitiga sama kaki tumpul},
g. {x Ix persegi panjang yang belah ketupat},
9. Himpunann manakah yang berhingga dan takberhingga?
a. {1,2,3,...,10.000),
b. {x| x bilangan genap},
c. {penduduk bumi},
d. {1,2,3,...}.
10. Diketahui B = {1,3,5,7}. Pernyataan di bawah ini manakah yang benar.
a. {1,3} 2B c. {} 2B e. {3,7} 2B
b. B 2B d. B 2B f. {{5,7}} 2B
11. Diketahui A = {1,2,3,4,5,...}, B =- {2,4,6,8,...}, dan C = {...,-3,-2,-1,0,1,2,3, ...}.
Tujukkan bahwa:
a. A B b. A C
12. Diketahui M = {x| x bilangan asli genap kurang dari 100}, N = {x| x bilangan cacah
ganjil kurang dari 99}. Apakah MN? Jelaskanlah!
13. Diketahui A = himpunan segi empat; B = himpunan persegi panjang; C = himpunan
persegi; dan D = himpunan belah ketupat. Nyatakan dalam diagram Venn!
Dalam ilmu-ilmu berhitung kita belajar menjumlahkan dan mengalikan yaitu kita
menetapkan untuk setiap pasang bilangan-bilangan x dan y, suatu bilangan x+y yang disebut
jumlah dari x dan y, dan xy yang disebut perkalian x dan v. Penetapan-penetapan ini disebut
operasi-operasi penjumlahan dan perkalian. Operasi penjumlahan dan perkalian termasuk
operasi biner. Di samping operasi biner ada jenis operasi yang lain yaitu operasi uner. Pada
bab ini akan dibahas operasi¬operasi pada himpunan, yaitu:
Contoh 3.1
a. Diketahui K = {a,b,c,d,e},
L = {b,d,f,g}, maka K L = {b,d}.
b. Diketahui A = {x| x bilangan asli
ganjil}, B = {x| x bilangan asli genap}, maka A B =
c. Diketahui C = {2,4,6,8,...},
D = {4,8,12,...}, maka C D = {4,8,12,...} = D.
Contoh 3.2
Diketahui A: himpunan persegi panjang B: himpunan belah ketupat C: himpunan segitiga
Maka:
A A B
B C C
A B = himpunan persegi
A C = dan B C =
A B
A
Gambar 3.6 B
Contoh 3.3
a. Diketahui K = {a,b,c,d,e}, L = {b,d,f,g}, maka K L= {a,b,c,d,e,f,g}
b. Diketahui A = {x| x bilangan asli ganjil}, B = {x| x bilangan asli genap}, maka A B = {x| x
bilangan asli}.
c. Diketahui C = {2,4,6,8,...}, D = {4,8,12,...},maka C D = {4,8,12,...) = C.
Dari contoh 3.3 dapat disimpulkan secara umum:
Penyelesaian: B T
13 8 18
A
B
A- Gambar
B 3.9
Contoh 3.5
a. Diketahui A = {1,2,3,4,5},
B = {4,5,6,7,8,9},
maka: (1). A-B = {1,2,3}, B - A =
{6,7,8,9}. (2). A B = {4,5}
b. Diketahui C = {2,4,6),
B = {2,4,6,8,10)
c. Diketahui E = {1,3,5,7,9,...),
F = {2,4,6,8,...)
maka: (1). E - F = {1,3,5,7,9,...) = E.
(2). F - E = {2,4,6,8,...} = F.
A
B
B
A
A-B A B B-A A (B-A) =
Gambar 3.10
B
Contoh 3.6
a. Diketahui U = {1,2,3,4,...,10},
A = {2,3,4,5}, dan B = {4,5,6,7}, maka
(1). A' = {1,6,7,8,9,10}
(2). B' = {1,2,3,8,9,10}
(3). A B = {4,5}
(4). (A B)’ = {1,2,3,6,7,8,9,10}
(5). A' B' = {1,2,3,6,7,8,9,10}
(6). A B = {2,3,4,5,6,7}
(7). (A B)' = {1,8,9,10}
(8). A’ B’ = {1,8,9,10}.
Ternyata dari (4) dan (5) serta (7)
dan (8)
• (A B)' = A' B'
• (A B)' = A' B'
b. Diketahui U = {1,2,3,4,...,10},
C = {3,4,5,6}, dan D = {2,3,4,5,6,7}, maka
(1). Jelas C D,
(2). C' = {1,2,7,8,9,10},
(3). D' = {1,8,9,10}
Ternyata D’ C’.
c. A-B = {x| x A dan x B}
Suatu perangkat yang diperlukan untuk membangun perkalian silang dua himpunan
adalah pasangan berurutan. Pasangan berurutan yang memuat dua unsur a dan b dengan
a sebagai unsur pertama dan b sebagai unsur kedua, ditulis dengan (a,b), (a,b) dan (c,d)
dikatakan sama jika dan hanya jika a=c dan b=d.
Definisi 3.6
Contoh 3.7
Diketahui A = {a,b} dan B = {1,2,3}, maka
(1). AxB =
{(a,1),(a,2),(a,3),(b,1),(b,2),(b,3)}
(2). BxA =
{(1,a),(1,b),(2,a),(2,b),(3,a),(3,b)}
Ternyata AxB ≠ BxA.
1. Idempoten
a. A A = A
b. A A = A
2. Asosiatif
a. (A B) C = A (B C)
b. (A B) C = A (B C)
3. Komutatif
a. A B = B A
b. A B = B A
4. Distributif
a. A (B C)= (A B) (A C)
PDM-Sugiarto-Isti
b. A (BHidayah
C)= (A B) (A C) Page 21
5. Identitas
a. A =A
b. A U = U
De Morgan
a. (A B)’ = A’ B’
b. (A B)’ = A’ B’
8. Absorpsi
a. A (A B)= A
b. A (A B)= B
Contoh 3.8
Jika A B dan B C maka A C, buktikanlah!
Penyelesaian:
Diketahui A B dan B C.
Akan dibuktikan A C.
A B maka A B = A (1)
B C maka B C = B (2)
Pada (1) A B = A
A (B C) = A' subtitusi (2) pada (1)
(A B) C = A assosiatif
A C=A subtitusi (1)
A C.
Contoh 3.9
Buktikan bahwa (D-E) dan (D E) saling asing.
Contoh 3.10
Buktikan bahwa jika A B maka B’ A’
Penyelesaian:
Diketahui A, B himpunan, A B
Akan dibuktikan B’ A’.
A B maka A B = A
(A B)' = A’
A’ B’ = A’
B' A'.
Terbukti.
1. Letakkanlah lambang " ", atau lambang “=” di antara sebanyak mungkin pasangan
himpunan-himpunan di bawah ini:\
2. Nyatakanlah apakah masing-masing pernyataan berikut ini benar atau salah.
3. Gambarlah diagram-diagram Venn untuk himpunan-himpunan itu dan jelaskan arti dari
I K seperti yang terdapat dalam gambarmu.
4. X adalah himpunan bilangan kelipatan 6 yang kilning dari 35. Y adalah himpunan
kelipatan 8 yang kurang dari 35. Sebutkanlah anggota-anggota X, Y, dan X Y. Dengan
mengabaikan nol dalam X Y, kita peroleh kelipatan persekutuan terkecil dari 6 dan 8.
Sebutkan KPK itu!
5. Dalam suatu kelas yang terdiri atas 20 murid, 15 murid memilih Matematika, 12 murid
memilih Ilmu Pengetahuan Alam, dan 10 murid Matematika dan ilmu Pengetahuan
Alam. Tunjukkanlah keterangan ini dalam diagram Venn. Berapakah murid yang tidak
memilih Matematika maupun Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Diadakan pencatatan tentang yang biasa diminum sehari-hari olen 180 murid. 100 anak
minum teh, 92 anak minum kopi, dan 115 anak minum susu, sedang 25 anak minum
ketiga-tiganya.
S
Gambar 3.11
a. Dengan menggunakan T, K, dan S untuk himpunan peminum teh, kopi, dan susu,
gambarlah keterangan ini dalam diagram Venn. Tunjukkanlah terlebih dahulu
banyaknya anak yang minum baik teh maupun kopi dan susu.
b. Berapakali banyaknya anak yang minum kopi, tetapi tidak minum teh maupun susu?
c. Berapakah banyaknya anak yang hanya minum susu saja?
d. Berapakah banyaknya anak yang hanya minum teh saja?
9. A dan B adalah himpunan sedemikian hingga n(A)= p+q, n(B)= q+r, dan n(A B)= q.
a. Gambarlah himpunan-himpunan ini dalam diagram Venn dan masukkanlah
banyaknya anggota dalam tiap daerah.
Hitunglah: (1). n(A B),
15. Isilah titik-titik di bawah ini sehingga menjadi pernyataan yang benar.
a. jika M N maka:
(1). M N = …
(2). M N = …
(3). M-N = ...
(4). M (N-M) = …
b. jika M≠ , N≠ , M≠N, dan M-N =,
maka M N = …
16. Di dalam diagram venn pada gambar di bawah ini arsirlah:
b. Bilangan Cacah
Bilangan-bilangan 0,1,2,3,4,… disebut bilangan cacah. Himpunan semua bilangan cacah
disebut himpunan bilangan cacah dan ditulis C. Jadi C = {0,1,2,3,4,...}. Jelas N C, C-N =
{0}.
c. Bilangan Bulat
Bilangan-bilangan 0,-1,1,-2,2,-3,3,... disebut bilangan bulat. Himpunan semua bilangan
bulat disebut himpunan bilangan bulat dan ditulis Z . Jadi Z = {...,-1,1,-2,2,-3,3,...}. Jelas
bahwa N C Z.
d. Bilangan Pecah
Bilangan yang dapat dinyatakan dengan dengan a,b Z, b≠0, a dan b koprima disebut
bilangan pecah. merupakan bilangan pecah. Bilangan pecah dapat ditulis dengan:
(1) pecahan ... disebut
pecahan biasa
(2) pecahan 0,5; 0,500...; 0,4999... disebut pecahan desimal
(3) pecahan 50% disebut pecahan
persen
Pada bab ini perkataan pecahan menyatakan lambang bilangan, bilangan pecah, dan
bilangan bulat. bisa dilambangkan dengan pecahan. Pada beberapa buku ada yang
menyatakan pecahan sebagai bilangan dan lambang dari pecahan disebut bentuk
pecahan. Bilangan bulat dua dapat dinyatakan dengan
(1) pecahan biasa: , ,…
(2) pecahan desimal: 2,00...,
1,999...
(3) pecahan persen: 200%.
Bilangan pecah seperempat dapat
dinyatakan dengan
√ √
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3
4Jika I: Himpunanbilangan irasional
Q: Himpunan bilangan rasional
Maka I Q = R, I R, Q R karena
I//Q maka R-Q = I.
h. Bilangan Imajiner
Bilangan-bilangan seperti √ √ √ √ √ √ dan seterusnya
disebut bilangan imajiner. Himpunan semua bilangan imajiner disebut himpunan
(5) 00 = ….
Pertanyaan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
00 = 03-3 = 03 : 03 =
Jadi 00 = merupakan bentuk tak tentu.
0,1666…
1,181818…
2,000 = 1,999…
Dari tabel di atas pengertian baru tentang
bilangan rasional, bahwa bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan
dengan desimal berulang tak terbatas..
e. Menyatakan Pecahan Desimal ke dalam Pecahan Biasa
Contoh 4.1
(1) Nyatakanlah pecahan decimal 0,181818... kedalam pecahan biasa.
Jawab:
Misalkan x = 0,181818... maka:
100x = 18,181818...
x = 0,181818..
99x = 18
x= .
(2) Nyatakanlah pecahan desimal 0,374999... kedalam pecahan biasa.
Jawab:
Misalkan z = 0,374999... maka:
10.000z = 3.749,999...
1.000z = 374,999...
9.000z = 3.375
x= .
Latihan 5
AN
1. Jika R, Q, I, J, P, Z, dan Z., berturta-turut. menyatakan himpunan bilangan real, rasional,
irasional, imajiner, pecah, bulat, dan bulat negatif Nyatakanlah apakah yang masing-
masing berikut ini benar atau salah.
2. Jika N, Z, Q, R, dan K, berturut-turut menyatakan himpunan bilangan asli, bulat, rasional,
real, dan kompleks, dan p=√ , q=3, r= . , s = . , t= -4i, u=√ , v= -5.
a. gambarkanlah himpunan N, Z, Q, R, dan K dalam diagram Venn.
b. Letakkanlah p, q, r, s, t, u, dan v pada gambar a.
3. Hitunglah:
a. 0:6 d. 60 g. 80
b. 9:0 e. 21 h. 10-6+2
0
c. 0:0 f. 0 i. 36:6x2
4. Sebutkan pengertian bilangan rasional dan bilangan irasional.
5. a. Nyatakan ke dalam lambing decimal.
(1) (2) (3) (4)
b. Nyatakan ke dalam lambing
pecahan biasa.
(1). 0,571957195719…
(2). 0,25317171717…
6. Misalkan A=[-4,2), B=[-1,6), C=(-
a. Gambarlah selang-selang tersebut pada garis real
b. Carilah dan tulislah dalam notasi selang.
(1). A B (5). A-B
(2). A B (6). B-A
Gemar
A bermain
B
Fajar
Dian Catur
Toni Voli
Nani Tenis
Gambar
5.1
Contoh 4.1
Diketahui M = {0,2 4,6,8}, N = {0,1,2,3,4,5}.
R = M→N adalah relasi dari M ke N dinyatakan dengan kalimat terbuka x dua kali y
dengan X M, y N. Nyatakanlah relasi tersebut:
a. dengan diagram panah
b. dengan himpunan pasangan
berurutan
c. dengan grafik Cartesius
Penyelesaian:
a. dengan diagram panah
M R
N 0
0
1
2
2
4
3
6
4
8
5
Gambar
5.4
b. dengan himpunan pasangan
berurutan
R = {(0,0),(2,1),(4,2),(6,3),(8,4)}
5
4
3
2
1
0 2 4 6 8
Gambar 5.5
Kita tahu bahwa n(AxB) = 6 jelas bahwa banyaknya anggota himpunan kuasa = 2 6 = 23x2
Karena untuk R= maka R relasi dari A ke B maka banyaknya relasi R dari A ke B ada 2 6 -
1. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa jika R: A→B adalah relasi dari A ke B dan
n(A) = 3, n(B) = 3 maka banyaknya relasi R sebanyak 23x2 - 1.
Secara umum dapat dikatakan bahwa:
Contoh 5.2
Diketahui R: M→N adalah relasi dari M ke N. Jika n(M)=4 dan n(N)=3, hitunglah
banyaknya relasi R tersebut.
Penyelesaian:
n(M)=4 dan n(N)=3.
4. Macam Relasi
(a). Relasi Refleksif
Definisi 5.1
Dari definisi 5.1 dapat disimpulkan suatu relasi R di dalam himpunan A disebut bukan
relasi refleksif jika dan hanya jika a A, dan (a,a) R.
Contoh 5.3
Diketahui R:A→A adalah relasi di dalam himpunan A dengan A = {1,3,5} sedemikian
sehingga:
a. R1 = {(1,1),(1,3),(3,3)1
b. R2 = 1(1,1),(3,3),(5,5))
c.R3= {(1,1),(1",3),(3,3),(5,3),(5,5)}
Apakah R1, R2, dan R3 relasi refleksif atau bukan?
Penyelesaian:
a. R1 bukan relasi refleksif sebab
5 A tetapi (5,5) R1.
b. R2 relasi refleksif sebab ∀ a A
maka (a,a) R1.
c. R3 relasi refleksif sebab ∀ a A
maka (a,a) R1.
Contoh 5.4
Diketahui A = {x|x garis-garis sejajar dalam bidang datar}
B = {x I x bangun-bangun segitiga dalam bidang datar}
Jika R: A→A adalah relasi di dalam himpunan A dengan R menyatakan "x sejajar y"
maka R relasi refleksif.
Jika R: B→B adalah relasi di dalam himpunan B dengan R menyatakan "x sebangun y"
maka R relasi refleksif.
Dari definisi 5.2 dapat disimpulkan suatu realasi R di dalam himpunan A disebut
bukan realsi simetris jika (a,b) R dan (b,a) R.
Contoh 5.5
Diketahui R: A→A adalah relasi di dalam himpunan A dengan A={1,3,5} sedemikian
sehingga:
R1 = {(1,1),(1,3),(3,3),(3,1),(3,5)}
R2 = {(1,1),(3,3),(3,5),(5,5),(5,3)}
R3 = {(1,1),(3,3),(5,5)}
Apakah R1,R2,R3 relasi simetris atau bukan?
Penyelesaian:
R1 bukan realsi simetris sebab (3,5) R1 tetapi (5,3) R1.
R2 relasi simetris.
R3 relasi simetris.
Contoh 5.6
Untuk himpunan A dan B pada contoh 5.4.
Jika R: A→A adalah relasi di dalam himpunan A dengan R menyatakan "x sejajary"
maka R relasi simetris.
Jika R: B→B adalah relasi di dalam himpunan B dengan R menyatakan "x sebangun y"
maka R relasi simetris.
Dari definisi 5.3 dapat disimpulkan suatu relasi R di dalam himpunan A disebut bukan
relasi transitif jika (a,b) R dan (b,c) R tetapi (a,c) R
Contoh 5.12
Diketahui N = himpunan bilangan asli. R:N→N adalah relasi di dalam himpunan N
yang didefinisikan dengan a kongruen b modulo m. Buktikan R relasi ekivalen.
Bukti:
1. ∀ a A maka a ≅ a (mod.m) sebab a-a = 0(m). (sifat refleksif).
2. Jika a ≅ b (mod.m) maka:
a-b = k(m)
-b+a = k(m)
b-a = -k(m)
Jadi, b ≅ a(mod.m) (simetris)
3. Jika a ≅ b (mod.m) dan b c (mod. m) maka:
a-b = k1(m)
b-c = k2(m)
a-c = (k1 + k2)(m)
a-c = k(m)
Jadi a ≅ c (mod. m) (sifat transitif).
Jadi R relasi ekivalen.
Contoh 5.13
Diketahui N = himpunan bilangan asli. R relasi di dalam himpunan N yang
didefinisikan dengan "a ≅ b (mod. 3)" dengan a,b N.
Tunjukkan bahwa N dipecah menjadi partisi.
Contoh 5.14
Diketahui N = himpunan bilangan asli.
N1 = {1,3,5,7,...} dan N2 = {2,4,6,8,...}.
R relasi di dalam himpunan N.
a. Apakah koleksi {N1,N2} partisi dari N?
b. Tentukan relasi R yang memecah N menjadi partisi {N1,N2}
Penyelesaian:
a. N1 N2= N dan N1 N2 = .
Jadi koleksi {N1,N2} partisi
dari N.
b. N1 = {1,3,5,7,…} = {x|x ≅ 1 (mod. 2)} N2 = (2,4,6.8,...) {x|x ≅ 2 (mod. 2)}
Jadi relasi R yang memecah N menjadi partisi {NI,N2} adalah "a ≅ b (mod. 2)" dengan
a,b N.
Latihan 6
AN
1. Andaikan R suatu relasi dari A = {1,2,3,4} ke dalam B = {1,3,5} yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka "x kurang dari y".
a. Carilah himpunan penyelesaian dari R.
b. Nyatakan R di dalam diagram koordinat AxB.
2. Andaikan R suatu relasi dari E = {2,3,4,5} ke dalam F = {3,6,7,10} yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka "x membagi y". Buatlah suatu sketsa dari R di dalam diagram koordinat
ExF.
3. Bilamanakah suatu relasi R pada suatu himpunan A tidak refleksif?
4. Jika S = {1,2,3,4} dan R = {(1,1),(1,3),(2,2),(3,1),(4,4)}. Apakah R refleksif? Mengapa?
5. Bilamanakah suatu relasi R pada suatu himpunan A tidak simetris?
6. Jika V = {1,2,3,4} dan R = {(1,2),(3,4),(2,1), (3,3)}. Apakah R simetris?
7. Apakah suatu himpunan A di mana setiap relasi pada A simetris?
8. Bilamanakah suatu relasi R pada suatu himpunan M disebut relasi ekivalen?
9. Berikan 3 contoh relasi ekivalen?
10. Jika R relasi di dalam himpunan N dengan N = himpunan bilangan asli dan relasi R
didefinisikan dengan "a≅ b (mod. 4)". Tunjukkan bahwa R memecah himpunan N
menjadi partisi.
11. Andaikan W = {1,2,3,4} dan R = {(2,2),(2,3),(1,4), (3,2)}. Apakah R transitif? Mengapa?
12. Andaikan E = {1,2,3}. Perhatikanlah relasi-relasi yang berikut pada E:
R1 = {(1,1),(2,1),(2,2), (3,2),(2,3)}
R2 = {(1,1)}
R3 = {(1,2)}
R4 = {(1,1),(2,3),(3,2)}
R5 = ExE.
PUkuran sepatu
Tono Q
3
Desy
7
Rano
3
Tini
8
Rosi
Gambar 5.2
Setiap anak hanya mempunyai satu ukuran sepatu, sehingga dapat dikatakan setiap
anggota P dipasangkan dengan tepat satu anggota Q. Relasi yang mempunyai sifat seperti
ini disebut pemetaan atau fungsi.
dan (iii) adalah fungsi sebab setiap anggota A dikawankan dengan tepat satu anggota B.
bukan fungsi sebab b A tidak dikawankan dengan satu anggota B.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dengan:
Definisi 6.1
A A
B
a p B
a p
b q b q
r r
c c
s s
(i) (ii)
A A
B
a p B
a p
b q b q
r r
c c
s s
(iii) (iv)
Gambar
Contoh 6.1
Diketahui A = {1,2,3,4} dan B = {3,4,5,6,7}. f: A→B adalah fungsi dari A ke dalam B yang
didefinisikan dengan f: x→(2x+1). Tentukan bayangan dari 1,2, dan 3 oleh fungsi f.
Penyelesaian:
Bayangan dari 1 oleh fungsi f adalah f(1) = 2(1)+1=3
Bayangan dari 2 oleh fungsi f adalah f(2) = 2(2)+1=5
Bayangan dari 3 oleh fungsi f adalah f(3) = 2(3)+1=7
Secara umum bayangan dari a oleh fungsi f adalah f(a) = 2(a)+1.
11
9
7
5
3
0 1 2 3 4
Gambar 5.5
Contoh 6.2
Diketahui f: A→R adalah fungsi dari A ke dalam R yang ditentukan oleh f: x→(x2), jika R =
himpunan bilangan real, A = {x|-2 x 2, x A}. Gambarlah grafik fungsi f.
f(-2)= (-2)2 =4
f(-1)= (-1)2= 1
f(0) = (0)2 = 0
f(1) = (1)2 = 1
f(2) = (2)2 = 4
-2 -1 0 1
2
I
ii
-3 0 -3 0
3 3
iii
iv
-3 0 -3 0
3 3
Gambar 6.7
x -2 -1 0 1 2 3 4
f(x) 5 0 -3 -4 -3 0 5
-2 0
4
Gambar 6.9
(ii), (iv) disebut fungsi satu-satu sebab setiap pasang anggota berbeda pada domain
mempunyai kawan yang berbeda pada co domain. (iii) disebut fungsi kepada sebab
range = co domain. (v) disebut fungsi satuan sebab x A, x→x. (vi) disebut fungsi konstan
sebab f(A) mempunyai satu anggota.
a. Fungsi Satu-satu
Definisi 6.2
Misalkan f: A→B adalah fungsi dari
A ke dalam B maka f disebut fungsi
satu-satu jika dan hanya jika
∀ x1 ,x2 A, x 1 ≠x2 maka f(x 1)≠f(x 2).
Dari definisi 6.2 dapat dikatakan bahwa f bukan fungsi satu-satu jika dan hanya
jika x1,x2 A, x1≠x2 tetapi f(x1)=f(x2). Fungsi satu-satu sering disebut fungsi injection.
Contoh 6.5
b. Fungsi Kepada
Definisi 6.3
Dengan demikian jika f(A) B maka fungsi f bukan fungsi kepada. Fungsi kepada sering
disebut fungsi surjection.
Contoh 6.6
Fungsi pada contoh 6.5(1) bukan fungsi kepada (mengapa?)
Fungsi pada contoh 6.5(2) adalah fungsi kepada (mengapa?)
c. Fungsi Satuan
Definisi 6.4
Contoh 6.7
Diketahui f: R→R adalah fungsi di dalam R, dengan R=himpunan bilangan real dan
f(x)=x.
d. Fungsi Konstan
Definisi 6.5
Contoh 6.8
Diketahui f: R→R didefinsikan oleh f(x) = 3 dengan R = himpunan bilangan real.
1) Apakah f fungsi konstan?
2) Gambarlah grafiknya?
Penyelesaian:
1) f fungsi konstan
0 2
f(x) 3 3
Gambar 6.12
A A
B
a B
a 1
b 1 b 2
3 3
c c
4
(i) (ii)
A
B
a 1
b 2
c 3
(iii) Gambar 6.13
Latihan 7
AN
Pernyataan pada contoh 8.1 sering disebut pernyataan elementer dan selanjutnya
dinyatakan dengan simbol p, q, r, s, dan seterusnya.
2. Proposisi Komposit
Misalkan p, q masing-masing proposisi
4. Tabel Kebenaran
Ada dua cara untuk membuat tabel kebenaran dari proposisi komposit.
Contoh 8.3
Buatlah tabel kebenaran proposisi di bawah ini.
a. p (p q) c. p (̅̅̅̅̅̅̅)
b . ( p q) p d. (p q) r
Penyelesaian:
a. cara I
p q p q p (p q)
T T T T
Tp F F F
F T F T
F F F T
cara II
cara II
p (p q)
T T T T T
T F T F F
F T F F T
F T F F F
1 3 1 2 1 langka
h
b. Cara I
p q p q (p q) p
T T T T
T F F T
F T F T
F F F T
Cara II
(P q) P
T T T T T
T F F T T
F F T T F
F F F T F
1 2 1 3 1 langka
h
c. cara I langka
h̅̅̅̅̅̅̅
p q p q (̅̅̅̅̅̅̅) p ( )
Cara II
p (p q)
T F F T T T
T F F T T F
F F F FF T T
F F T F F F
1 4 3 1 2 1 langka
h
d. Cara I
p q r p q (p q) r
cara II
T T T T T
T T F T F
T F T F T
T F F F T
F T T F T
F T F F T
F F T F T
F F F F T
Cara II
(p q) r
T T T T T
T T T F F
T F F T T
T F F T F
F F T T T
F F T T F
F F F T T
F F F T F
1 2 1 3 1
Catatan:
Hubungan antara banyaknya proposisi elementer dengan banyaknya baris pada tabel
kebenaran proposisi komposit adalah sebagai berikut.
6. Implikasi Logis
Perhatikan implikasi di bawah ini!
p (p q)
T T T T T
T T T T F
F T F T T
F T F F F
1 3 1 2 1 langka
Ternyata proporsi p (p q) tautologi. h
Proporsi b. dan c. adalah implikasi yang merupakan tautologi, dan implikasi tersebut
disebut implikasi logis. Sehingga dapat ditulis dengan
(p q) p
p (p q)
Definisi 8.6
Misalkan P, Q masing-masing
proposisi komposit, maka proposisi
P Q disebut implikasi logis jika
P Q tautologi, dan dapat ditulis
P Q.
Contoh 8.4
Selidiki dengan tabel kebenaran, manakah yang merupakan implikasi logis.
a. [( ̅ ) p] q
b. [( ̅ ) p] p
c. [( ̅ ) p] ̅
Penyelesaian:
a. [( ̅ ) p] q
c. [( ̅ ) p] ̅
[( p q) q] p
F T T T F F T T F T
F T F F F T F T F T
T F T T F F T T T F
T F T F T T F T T F
2 1 3 1 4 2 1 5 2 1
Ternyata:
Proposisi a. tautologi maka implikasi logis
Proposisi b. kontingensi maka bukan implikasi logis
Proposisi c. tautologi maka implikasi logis
7. Ekivalensi
Perhatikanlah proposisi komposit dan ̅ . Selidikilah apakah kedua proposisi
tersebut bernilai sama?
Penyelesaian:
p q -p p q -p v q
T T F T T
T F F F F
F T T T T
F F T T T
Ternyata dan ̅ mempunyai nilai kebenaran yang sama, maka dikatakan bahwa
ekivalen ̅ , ditulis: ek. ̅ .
Definisi 8.7
Contoh 8.5
Selidiki apakah
a. p q ek ̅ ̅
b. p p ek p
c. p ̅ ek F
d. p ̅ ek T
p q -p -q p q ̅ ̅ p ̅ p ̅ p p
T T F F T T F T T
T F F T F F F T T
F T T F T T F T F
F F T T T T F T F
Ternyata :
a. p q ek ̅ ̅
b. p p ek p
c. p ̅ ek F, artinya p ̅ selalu bernilai salah atau kontradiksi.
d. p ̅ ek T, artinya p ̅ selalu bernilai benar atau tautologi.
Contoh 8.6
Buktikanlah bahwa:
a. ̅̅̅̅̅̅̅̅ ek p ̅
b. (p q) p ek T
c. -[p (p q)] adalah kontradiksi
Penyelesaian:
a. ̅̅̅̅̅̅̅̅ ek ̅̅̅̅̅̅̅
̅
ek ̅ ̅
ek ̅
b. (p q) p ek ̅̅̅̅̅̅̅ p
ek ( ̅ ̅) p
ek ( ̅ ) ̅
ek T ̅
ek T
c. -[p (p q)] ek -[ ̅ (p q)]
ek -[( ̅ p) q)]
ek –(T q)
ek –T
ek F
Catatan:
Untuk membuktikan:
a. apakah dua proposisi ekivalen
b. suatu proposisi tautologi/kontradiksi dapat dilakukan dengan dua cara:
1) dengan menggunakan tabel kebenaran
2) dengan menggunakan aturan penggantian (bukti formal).
Contoh 8.6 di atas merupakan contoh pembuktian dengan dua proposisi ekivalen, sebuah
proposisi tautologi/kontradiksi dengan menggunakan aturan penggantian.
Contoh 8.7
Buktikanlah bahwa implikasi
[( ̅ q) ( ̅ r)] ( ̅ r) implikasi logis dengan bukti formal.
Penyelesaian:
[( ̅ q) ( ̅ v r)] ( ̅ r)
ek [̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ ̅ ] ( ̅ r) (Imp)
9. Argumen
Perhatikanlah sekumpulan proposisi pada contoh berikut.
Contoh 8.8
1) (a). Jika seseorang orang Indonesia maka is belum pernah ke bulan
(b). Habibie orang Indonesia
(c). Habibie belum pernah ke bulan
Pada sekumpulan proposisi 1), proposisi (c) ditegaskan dari proposisi (a) dan (b). Oleh
karena itu sekumpulan proposisi 1) disebut argumen. Selanjutnya proposisi (c) disebut
konklusi dari argumen dan proposisi (a) dan (b) disebut premis dari argumen.
Argumen tersebut dapat dinyatakan dengan benta spesifik sebagai berikut.
p q
p premis
q konklusi
Definisi 8.8
Contoh
Penyelesaian:
Argumen tersebut dinyatakan dalam implikasi:
[(p q) p] q . Selanjutnya dibuktikan apakah implikasi tersebut implikasi logis?
Untuk pembuktian tersebut ada dua cara yaitu:
1. Dengan tabel kebenaran
2. Dengan aturan penggantian
Cara I:
[(p q) p] q
T T T T T T T
T F F F T T F
F T T F F T T
F T F F F T F
1 2 I 3 1 4 I
Cara II:
[(p q) p] q
ek [̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ ] q (Imp)
ek [(p ̅) ̅] q (DM)
Contoh 8.10.
Selidiki dengan table kebenaran apakah argument berikut sah.
p q
q
p
Penyelesaian:
[(p q) q] p
T T T T T T T
T F F F F T T
F T T T T F F
F T F F F T F
1 2 1 3 1 4 1
Aturan Penyimpulan
Contoh 8.11
Buktikan kesahan argument berikut.
1. p (q s)
2. ̅ (s t)
3. p r
4. ̅ / q t
Penyelesaian:
1. p (q s)
2. ̅ (s t)
3. p r
4. ̅ / q t
5. s t (2,4 MP)
6. ̅ (3,4 MT)
7. q s (1,6 DS)
8. q t (7,5 Sil)
Jadi argument tersebut sah (terbukti).
Contoh 8.12
Susunlah bukti formal kesahan argument berikut.
1. a b
2. c d
3. ( ̅ ̅ ) (̅ ̅ ) / ̅ ̅
Penyelesaian:
1. a b
2. c d
3. ( ̅ ̅ ) (̅ ̅ ) / ̅ ̅
4. ̅ ̅ (3 Simp)
5. b ̅ (4 Imp)
6. ̅ ̅ (3 Simp)
7. a ̅ (6 Imp)
8. a ̅ (1,5 Sil)
Contoh 8.13
Susunlah bukti formal kesahan argumen berikut dengan memakai lambang-lambang
proposisi yang diberikan. Jika banyak mahasiswa yang memilih matematika maka
geometri diharuskan dan trigonometri diharuskan. Jika geometri diharuskan atau aljabar
diharuskan maka aritmetika diharuskan. Banyak mahasiswa yang memilih matematika.
Oleh karena itu aritmetika diharuskan atau aljabar diharuskan (m,g,t,j,u).
Penyelesaian:
Argumen tersebut dapat dinyatakan dengan simbol sebagai berkut.
1. m (q t)
2. (q j) a
3. m / a j
Bukti kesahannya sebagai berikut.
1. m (q t)
2. (q j) a
3. m / a j
4. (q t) (1,3 Imp)
5. q (4 Simp)
6. (q j) (5 Add)
7. A (2,6 MP)
8. a j (7 Add)
Argumen sah.
Catatan:
Cara pembuktian seperti contoh 8.11, 8.12, dan 8.13 disebut Bukti Langsung (BL).
Contoh 8.14
Buktikan kesahan argumen berikut dengan ABB.
1. (a b) (c d)
Catatan:
1. Baris 9 di dapat bukan didasarkan dari baris 4 s.d. 8 akan tetapi merupakan penjelasan
bahwa asumsi no 3 yaitu a dengan menggunakan proposisi 1,2,4,5,6, dan 7 didapat
no 8 yaitu f. Oleh karena itu nomor 9 yaitu a —> f di luar skup dan proposisi
tersebut merupakan konklusi.
2. Dengan ABB argumen tersebut dapat dibuktikan hanya dengan 9 Iangkah. Bandingkan
dengan cara Bukti Langsung.
Berikut ini disajikan dengan Bukti Langsung.
1. (a b) (c d)
2. (d e) f / a f
3. (̅̅̅̅̅̅̅̅) (c d) 1 Imp
4. [( ̅̅̅̅̅̅̅̅ ) c] [( ̅̅̅̅̅̅̅̅ ) d] 3 Dist
5. (̅̅̅̅̅̅̅̅) d 4 Simp
6. ( ̅ ̅ ) d 5 DM
7. ( ̅ ) ( ̅ d) 6 Dist
8. ̅ 7 Simp
9. a d 8 Imp
10. ( ̅̅̅̅̅̅̅̅ ) f 2 Imp
11. ( ̅ ̅) f 10 DM
12. ( ̅ ) ( ̅ f) 11 Dist
13. ̅ 12 Simp
14. d f 13 Imp
15. a f 9,14 Sil
(Terbukti)
Contoh 8.15
Buktikan dengan ABB kesahan argument berikut.
1. (a b) [(c d) e] /
2. a / asumsi
3. a b (2 Add)
4. (1, 3 MP)
5. / (asumsi)
6. e (4, 5 MP)
7. ) (5 – 6 ABB)
8. a (2 – 7 ABB)
(Terbukti)
Contoh 8.16
Buktikan kesahan argumen berikut dengan BTL.
1. ( )
2. ( )
3. / e
bukti:
1. ( )
2. ( )
3. / e
Catatan:
1) Langakh ke 13 menunjukkan adanya kontradiksi sebab b b ek F.
2) Setelah ditemukan adanya kontradiksi langkah berikutnya Adisi dan terakhir
Distributif Silogisme.
Pada bab sebelumnya kita telah belajar teknik logika yang berlaku bagi argumen-argumen
yang keabsahannya bergantung dari cara mengkombinasikan proposisi-proposisi
elementer menjadi suatu proposisi komposit, yaitu yang benar secara fungsi. Teknik ini
tidak dapat lagi dipakai terhadap suatu argumen, misalnya seperti berikut:
1. Setiap manusia fana
2. Socrates seorang manusia,
3. Oleh karena itu, Socrates fana.
Keabsahan argumen seperti ini bergantung pada struktur logis-dalam dari proposisi-
proposisi elementer yang membentuknya. Untuk menilai argumen-argumen yang
demikian kita harus kembangkan cara-cara untuk menganalisis proposisi-proposisi
komposit dan juga melambangkan struktur dalamnya. Premis ke dua pada argumen di
atas adalah suatu proposisi elementer. la menyatakan bahwa individu Socrates
mempunyai sifat kemanusiaan. "Socrates" kita sebut term subjek, sedangkan manusia
disebut term predikat. Setiap proposisi elementer menyatakan bahwa individu yang
ditunjuk oleh term subjeknya mempunyai sifat yang
dinyatakan oleh term predikatnya. Selaku individu tidak hanya kita anggap pribadi-
pribadi, akan tetapi sembarang objek, seperti hewan,
kota, bangsa, planet, dan lain sebagainya, sedemikian sehingga dapat dilekatkan sifat-
sifat yang bermakna berkaitan dengan objek tersebut. Sifat-sifat tidak hanya dinyatakan
oleh kata-kata sifat, melainkan juga oleh kata benda, juga kata kerja. Misalnya "Siti
seorang pemberani" atau "Achmad sedang tidur".
Dalam melambangkan proposisi-proposisi elementer, dipakai huruf-huruf keell a,b,c,..., x,
y, z. untuk menyatakan individu. Oleh karena itu symbol-simbol ini disebut "konstanta-
konstanta individu". Untuk menyatakan suatu sifat dipakai huruf besar, seperti A, B, C, ...,
X, Y, Z. Sebagai contoh, untuk "Socrates adalah fana" ditul is F(s).
Jika diperhatikan lambang proposisi-proposisi elementer, jelas tampak oleh kita bahwa
semua mempunyai pola yang sama. Misalnya, "Socrates adalah fana", "Descartes pandai"
"Semarang sejuk", "Jakarta ramai", 5 suatu bilangan prima", clan lain sebagainya dapat
dilambangkan sebagai S(a), S(b), S(c), Lambang S(x) dipakai untuk menyatakan proposisi-
proposisi yang mempunyai suatu pola yang sama. Huruf kecil "x" disebut peubah
(1) (3)
∀ x, φ(x) ∀ x,
Contratries ̅̅̅̅̅̅
φ
(1) dan (3) disebut contraries, (2) dan (4) sub-contraries, (1) dan (4) contradictories, dan
demikian juga dengan (2) dan (3).
Negasi dari (1) adalah (4), dan negasi (2) adalah (3). Itulah sebabnya keduanya dikatakan
saling bertentangan. Sedangkan (1) dan (3) serta (2) dan (4) disebut sating berlawanan.
(di dalam bahasa Indonesia kedua istilah ini diartikan sama, namun secara logis berbeda
secara berarti).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa:
a. ∀̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ek x, ̅̅̅̅̅̅
b. ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ek ∀ x, ̅̅̅̅̅̅
Demikian pula:
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
c. ∀ ̅̅̅̅̅̅ ek x,
d. ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅ ek ∀ x,
Aturan Ingkaran: Untuk mengingkari suatu proposisi yang mengandung kuantor,
pertukarkanlah kedua jenis kuantor tersebut sambil mengingkari bentuk proposisi yang
bersangkutan.
dan "ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
( ̅̅̅̅̅̅)
Latihan 9A
AN
Terjemahkan masing-masing proposisi di bawah ini ke dalam notasi logika dengan
menggunakan singkatan yang diberikan. Setiap perlambangan dimulai dengan suatu
kuantor, tidak dengan tanda negasi.
1. Ular adalah reptil
2. Tidak semua reptil berbisa
3. Semua direktur mempunyai sekretaris
4. Hanya direktur yang mempunyai sekretaris
5. Para karyawan hanya boleh memakai elevator dinas
6. Ada madasiswa yang cerdik dan kuat bekerja
7. Ada obat yang berbahaya, hanya jika dipakai dalam dosis berlebihan
8. Semua buah-buahan dan sayuran adalah sehat clan bergizi
9. Seorang profesor adalah pengajar yang balk, jika dan hanya jika ia mempunyai
banyak pengetahuan dan juga mengasyikkan.
10. Setiap kuda adalah jinak, jika clan hanya jika ia tcrlati h bai k.
1. ∀ ( ̅̅̅̅̅̅)
2. ∀ ∀ ( ̅̅̅̅̅̅)
3.
4. ̅̅̅̅̅̅
5. ̅̅̅̅̅̅
6. ∀ ( ̅̅̅̅̅̅)
dimana suatu konstanta individu, lain dari 'y', yang tidak hadir sebelumnya di
dalam konteks.
Jika kita pakai kedua aturan kuantifikasi terakhir dalam menyusun suatu bukti formal
keabsahan suatu argumen:
Semua anjing pemakan daging; ada hewan yang anjing: Oleh karena itu ada hewan
yang pemakan
daging. (A(x), D(x), H(x))
Bukti:
∀
( )
Jika kita adakan pembatasan pada 1K bahwa hal substitusi yang diturunkan olehnya
hanya dapat mengandung suatu konstanta individu yang tidak Nadir sebelumnya di
dalam konteks argumen, maka mungkin saja kita akan memb erikan suatu
pembuktian sebagai berikut
3 Simp
4 Simp
5, 6 Konj
9 KG
1. Himpunan Ekivalen
Untuk dua himpunan berhingga sebarang, kita dapat menentukan apakah dua
himpunan tersebut mempunyai elemen yang sama banyak atau tidak, dengan cara
menghitung banyaknya elemen dalam setiap himpunan. Untuk himpunan tak hingga
perlu didefinisikan dua himpunan dikatakan mempunyai elemen yang sama
banyaknya supaya kedua himpunan disebut ekivalen, yakni seperti yang akan
dibicarakan pada bab ini.
Definisi 7.1
Contoh 7.1
Misalkan A = {1,2,3,4} dan B = {2,4,6,8} dan misalkan f: A→B adalah fungsi yang
didefinisikan oleh f(x)= 2x maka f adalah fungsi satu-satu kepada.
Misalkan P = {0, 1} dan Q={3, 5} dan misalkan f: P→Q adalah fungsi yang
didefinisikan oleh f (x) = 2x +3 maka f adalah fungsi satu-satu kepada.
Catatan
Nk = {1, 2, 3, ...,k}
Menurut definisi 7.2, himpunan N himpunan tak hingga.
Definisi 7.3
Catatan:
Tak hingga menurut definisi 7.2 disebut "tak hingga biasa".
Tak hingga menurut definisi 7.3 disebut "tak hingga Dedekind".
Menurut definisi 7.3, himpunan semua bilangan asli N adalah himpunan tak hingga,
sebab:
N-{1} N (subset murni dari N), dan
N ek N - {1}. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:
N : 1 2 3 4 …
N — {1} : 2 3 4 5 ...
Contoh 7.2
1) Selidikilah apakah himpunan semua bilangan bulat adalah himpunan
terbilang?
Penyelesaian:
N: 1 2 3 4 5 6 …
| | | | | |
Z : 0 -1 1 -2 2 -3 ...
Ternyata Z ekivalen dengan N, jadi Z himpunan terbilang.
N: 1 2 3 4 5 6 7…
| | | | | | |
K : 0 -k k -2k 2k -3k 3k ...
Ternyata K ekivalen dengan N, jadi K himpunan terbilang.
Contoh 7.3
Misalkan Q himpunan semua bilangan rasional, tunjukanlah bahwa Q
himpunan terbilang!
Penyelesaian:
Disefinisikan dahulu bahwa bilangan rasional adalah suatu bilangan yang berbentuk
p/q dengan p dan q bilangan bulat, q>0, serta p dan q koprima (tidak mempunyai
faktor persekutuan). Untuk semua bilangan bulat a/1 ditulis dengan a, dan 0
ditulis dengan 0/1. Bilangan-bilangan rasional tersebut dapat dikelompokkan menurut
indeks yang didefinisikan sebagai berikut:
Indeks dari p/q = |p| + q, dengan demikian didapat:
Indeks 1 memuat: 0, sebab p = 0,
q = 1, |p| + q = 1.
Indeks 2 memuat: -1, 1,
Indeks 3 memuat: -1/2, 1/2, -2, 2,
Contoh 7.4
Misalkan Q adalah himpunan semua bilangan rasional, buktikanlah bahwa Q
adalah himpunan terbilang.
Bukti:
Disefinisikan dahulu bahwa bilangan rasional adalah suatu bilangan yang.
berbentuk p/q dengan p dan q bilangan bulat, q > 0, serta p dan q koprima (tidak
mempunyai faktor persekutuan). Untuk semua bilangan bulat a/1 ditulis
dengan a, dan 0 ditulis dengan 0/1. Bilangan-bilangan rasional tersebut dapat
dikelompokkan menurut indeks yang didefinisikan sebagai berikut:
Teorema 7.1
Bukti:
Misalkan A = {a1, a2, a3, … , an}, B= {b1, b2, b3, ..., bm}
A B = {a1, a2, a3, … , an, b2, b3, …, bm}
Jika b, diganti a n+1, maka didapat:
A B {a1, a2, a3, … , an, an+1, an+2, an+3, …, an+m}.
Ternyata A B ekivalen dengan N n+m jadi A B himpunan berhingga.
Teorema 7.2
Bukti:
Misalkan A = {a1, a2, a3, ..., an, …}, B = { b1, b2, b3, ..., b k}
Jika a1 pada A diganti dengan b k+1, maka didapat:
A B = { b1, b2, b3, … , b k, bk+1, bk+2, …, b k+n, …}
Maka A B ekivalen dengan N, jadi A B himpunan terbilang.
Bukti:
Misalkan A = {a 1, a2, a3, ...}, B = {b1, b2, b3, ...}
Maka A B = { a 1 , b 1 , a 2 , b2, a3, b3, ...}.
Himpunan A B ekivalen dengan N. Jadi A B himpunan terbilang.
Teorema 7.4
Bukti:
Misalkan S himpunan tak hingga, jadi tak kosong.
Maka ada a 1 S demikian juga S - {a1 } tak kosong, sebab sekiranya kosong maka S
= {a 1} dan ekivalen dengan N 1 yang berarti S himpunan berhingga, hal ini tidak
benar. Jadi haruslah ada a 2 S - {a 1} juga S - {a 1 } tidak kosong. Proses ini dapat
diteruskan tanpa akhir. Jika unsur-unsur a1, a2, a3, …, an telah terpilih, maka masih
ada suatu a n+1 S - {a1, a2, a3, …, an} sehingga S - {a1, a2, a3, …, an} tak kosong dan
seterusnya. Misalkan S*= {a1, a2, a3, …, an, …} jelaslah bahwa S* suatu subset dari S
yang terbilang (S - S* mungkin saja kosong). Dengan ini teorema 7.4 terbukti.
Teorema 7.5
Bukti:
Kita nyatakan unsur-unsur A i sebagai a il, a i2, a i3, untuk i = 1, 2, 3, ..., n.
Didefinisikan indeks p untuk unsur sebagai suatu bilangan bulat positif p = i + k.
Dengan demikian p ≥ 2, sehingga didapat:
Indeks 2 memuat a 11.
Indeks 2 memuat a12, a21.
Teorema 7.6
Misalkan 𝒜 suatu koleksi terbilang
dari himpunan-himpunan terbilang,
maka gabungan semua unsur
koleksi tersebut adalah himpunan
terbilang.
Teorema 7.7
Bukti:
Diketahui S adalah himpunan tak hingga, dan S' himpunan terbilang.
Menurut teorema 7.8 S mengandung subset terbilang S. Misalkan M = S-S* maka
S* dan M saling asing dan S = M S*.
S S' = (M S*) S'
= M (S* S')
Contoh 7.5
Misalkan R himpunan semua hilangan real, maka R adalah himpunan tak terbilang,
buktikanlah:
Bukti:
Misalkan R adalah himpunan yang dapat ditulis dengan pecahan desimal tanpa
akhir, sedemikian hingga tidak terdapat digit c ≠ 0 yang diikuti oleh berhingga
banyaknya digit nol.
Jadi 0,5 atau diganti 0,4999..., dan 7 diganti 6,999....
Misalkan r menyatakan bilangan real, maka: r =k 1 k 2 k 3 … k n , a 1 a 2 a 3 … a n …bagian
bulat bagian desimal
Umpamakan R adalah himpunan terbilang, yang berarti ekivalen N. Jadi R dapat
dibariskan sebagai berikut:
r1 = B1, a11 a12 a13 a14 a15 …
r2 = B2, a21 a22 a23 a24 a25 …
r3 = B3, a31 a32 a33 a34 a35 …
r 4 =B 4, a41 a42 a 13 a44 a45 …
r 5 = B5, a 51 a 52 a 53 0554 a 55 …
Perhatikanlah digit-digit yang terletak pada diagonal utama matriks di atas. Dibentuk
suatu bilangan real r* sebagai berikut.
r* = B*, b1 b2 b3 b4 b5 …
dengan bi = 1 jika aii ≠ 1
bi = 2 jika aii = 1
Ini berarti bahwa b i = ai; ∀ i N.
Contoh 7.6
Misalkan I adalah himpunan semua bilangan irasional, maka I adalah
himpunan tak terbilang, buktikanlah!
Bukti:
Misalkan R adalah himpunan semua bilangan real, Q himpunan semua bilangan
rasional, dan I himpunan semua bilangan rrasional, maka R = Q I.
Jelas bahwa Q dan I dua himpunan yang saling lepas. Misalkan I himpunan terbilang.
Menurut contoh 7.3, Q himpunan terbilang, oleh karena itu menurut teorema
7.6, Q I himpunan terbilang. Ini berarti R himpunan terbilang, hal ini suatu
kontradiksi dengan contoh 7.5. Jadi haruslah I himpunan tak terbilang.
4. Bilangan Kardinal
Definisi 7.6
Definisi 7.7
Telah kita ketahui bahwa himpunan semua bilangan real R tak terbilang. Bilangan
kardinal dari R. disebut c. Jadi kard. (R) = c, juga disebut bilangan kardinal transfinit.
Bilangan real yang bukan bilangan aljabar disebut bilangan transeden. Contoh
bilangar transeden antara lain: π, e, log 2, sin 27 0. Jika T adalah himpunan semua
bilangan transeden, maka R = A T. Seperti contoh 7.6 dapat dibuktikan T
himpunan tak terbilang. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa kard. (1) =
kard. (T) = kard. (R) = c.
Contoh 7.7
Di antara pernyataan berikut manakah yang benar:
a. kard. (R) < kard. (N)
b. kard. (R) = kard. (N)
c. kard. (R) > kard. (N)
Penyelesaian:
N himpunan terbilang dan R himpunan tak terbilang, N ekivalen Q padahal Q
subset dari R, tetapi tidak ada subset N 1 dari N sehingga R ekivalen N 1. jadi
menurut definisi 7.18(b) maka dapat disimpulkan kard.(N) < kard.(R) atau 0 < c.
Teorema 7.8
Bukti:
Andaikan S himpunan tak kosong, T = {0, 1}. S' suatu subset dari S.
Didefinisikan suatu fungsi f: S→T, sebagai berikut:
Jika x S' maka f(x) = 1, dan
Jika x S' maka f(x) = 0.
Ini dapat dilakukan dengan subset lain dari S. Dari definisi ini jelaslah bahwa setiap
subset S' dari S menentukan fungsi f dari S ke dalam T. Fungsi ini disebut fungsi
karakteristik. Menurut definisi di atas S sendiri dikaitkan dengan I sebab S S,
sedangkan himpunan {} dikaitkan dengan 0 sebab {} S. Sebaliknya setiap fungsi
karakteristik menentukan subset S' dari S yang unsur-unsurnya dikaitkan dengan 1.
Oleh karena itu ada korespondensi satu-satu antara himpunan kuasa (S) dan E
himpunan semua fungsi karakteristik dari S ke dalam T. Jadi dapat dikatakan (S)
ekivalen .
Teorema 7.9
Bukti:
Misalkan fungsi karakteristik f: S→T = {0, 1}. Himpunan semua fungsi karakteristik
dilambangkan dengan {0,1}S disingkat dengan 2S. S' suatu subset dari S.
Kard. ( ) = kard. (2S), ditulis dengan 2kard.S .
Jika kard. (S) = sedangkan menurut teorema 7.15
kard. (S) < kard. ( (S)), kard. ( (s)) = kard. ( ).
Catatan:
Pecahan 0, a1, a2, a3, ..., an ... mengandung digit-digit yang tak berakhir dan digit-digit
yang berakhir.
Suatu bilangan rasional 0, 1 dan E dapat dinyatakan sebagai 0,01111 ... yang
menyatakan bilangan ½. Oleh karena himpunan bilangan rasional dalam E terbilang,
sedangkan himpunan bilangan real dari E adalah tak terbilang maka pecahan-pecahan
biner yang berakhir ini tidak akan mempengaruhi kard(E). Jadi ada korespondensi 1-1
antara E dan (N). Jadi dapat ditulis: c = , dan juga f = 2kard(R) = 2c = . Jadi
didapat relasi sebagai berikut.
0 < c < f < … atau 0 < < <….
e. Proplema Continum
Masalah yang timbul, apakah ada suatu bilangan
kardinal transfinit antara 0 dan ?
Pertanyaan ini disebut proplema Continum.
Sampai saat ini pertanyaan tersebut belum dapat dijawab. Tetapi keras sekali dugaan
dari para ahli bahwa pertanyaan tersebut harus dijawab secara negatif, yaitu:
Tidak ada bilangan transfinit antara 0 dan .
Hipotesa ini disebut hipotesa Continum.
Ada dua alasan untuk berpendirian demikian:
1. Saat ini belum ada yang memecahkan problema Continum. (alasan lemah)
2. Jika hipotesa Continum ditambah sebagai aksioma tambahan ke dalam sistem
aksioma yang telah ada (sistematika dari ZarmeloFraenkel), maka hal ini tidak akan
menyebabkan kontradiksi.
Latihan 10