Anda di halaman 1dari 164

1 MENGENAL PIPA & KARAKTERISTIKNYA

PENGERTIAN PIPELINE
Jalur pemipaan adalah sebuah proses untuk menghantarkan fluida (dalam hal ini bisa
minyak mentah atau gas) dari sumur pengeboran hingga ke konsumen, yang diperlengkapi
dengan fasilitas pendukung. Pipa biasanya berbentuk silinder dan digunakan untuk
menghantarkan fluida cair atau gas dan dalam penggunaannya sudah dispesifikasi dan
distandarisasi. Yang termasuk dari sistem pemipaan ini adalah pipa, sambungan, katup,
pompa dan peralatan lain yang terkait.

Gbr 1. Skema jalur pemipaan

1.1.1 Bagian-bagian Utama dalam pemipaan


• Fasilitas tangki penyimpanan: ada dua tipe yaitu tagki diatas permukaan tanah
dan di bawah permukaan tanah, keduanya berfungsi untuk menyimpan minyak
mentah atau gas dari sumur pengeboran atau yang sudah diolah. Biasanya
berbentuk silinder dan dapat menampung dalam jumlah yang besar. Termasuk
fasilitas tangki untuk distribusi.
o Stasiun pusat penyimpan untuk kapal laut. Secara fungsi sama dengan
stasiun penyimpanan namun areanya lebih luas. Biasanya stasiun ini
memiliki lebih dari 20 tangki penyimpan berdiameter besar dan lebih dari
20 stasiun pompa dengan daya lebih dari 3000 HP. Stasiun ini biasanya
untuk menyimpan minyak mentah dan jarak antar stasiun besar yang lain
lebih dari 1000 mill.
o Terminals. Biasanya terminal ini berada pada pusat pengolahan minyak
mentah atau pabrik kimia yang digunakan untuk tempat penyimpanan
produk yang belum dan yang sudah diolah. Stasiun terminal ini juga dapat
digunakan untuk sistem distribusi yang menggunakan truk atau kereta
sebagai media penghantar produk.

• Stasiun untuk pompa dan kompresor: stasiun pompa dan kompresor diperlukan
untuk mengalirkan fluida melalui pipa ( agar fluida dapat terus bergerak maka
tekanan di dalam jalur pemipaan harus ditingkatkan ) untuk meningkatkan tekanan
digunakan pompa dan kompresor. Biasanya minyak mentah sudah distabilkan (
kandungan gas sudah dihilangkan ) sebelum diterima oleh stasiun ini. Stasiun
pompa yang kecil memiliki satu sampai tiga tangki pengumpul dan lebih dari satu
pompa yang memiliki daya 200 – 500 HP, untuk stasiun pompa yang lebih besar
memiliki 20 buah tangki pengumpul dan memiliki lebih dari satu pompa yang
masing-masing memiliki daya 1000 HP. Untuk pipa gas tekanan yang dihasilkan
lebih dari 50 Psi.

o Stasiun pompa pendorong ( Booster pump stations ). Stasiun ini


memiliki lebih dari satu pompa, inlet and outlet headers, dan mungkin
memiliki alat penerima dan peluncur pigs. Stasiun ini digunakan untuk
meningkatkan tekanan di dalam pipa ketika jalur pipanya lebih tinggi dari
sebelumnya atau ketika tekanan di dalam pipa turun akibat friksi dari fluida
yang bergerak. Stasiun ini tidak memiliki fasilitas tangki penyimpanan dan
biasanya antar stasiun pompa pendorong berjarak 50 – 100 mill.

o Stasiun pompa pembuka ( Break-out pumps stations ). Fungsinya sama


seperti stasiun pompa pendorong tetapi perbedaannya stasiun pompa
pembuka memiliki tangki penyimpan berjumlah 2 s/d 10 buah dan memiliki
pompa berjumlah 2 s/d 6 buah.
• Jalur pengumpul: jalur pipa untuk menyalurkan fluida atau gas dari sumur-sumur
pengeboran ke stasiun pengumpul, ukuran pipa biasanya lebih dari 16 inchi serta
tekanan operasinya sama dengan tekanan operasi jalur transmisi yaitu berkisar 500
– 1400 Psi..
• Jalur transmisi: jalur untuk menyalurkan fluida atau gas dari stasiun pengumpul
ke fasilitas pemrosesan atau tangki pengumpul. Untuk pipa gas tekanan operasi
antara 500 – 1400 Psi dan memiliki diameter luar lebih dari 16 inchi.
• Jalur distribusi: jalur untuk menerima fluida atau gas dari jalur transmisi dan
mendistribusikannya ke konsumen. Untuk pipa gas tekanan operasinya berkisar
antara 30 mBar – 16 Bar dan memiliki diameter antara 0,5 – 16 inchi.
• Jenis-jenis katup dalam pemipaan:
o Gate Valve, fluida tidak mengalir apabila plat penghambat gate valve
dalam posisi di bawah dan aliran fluida akan mengalir jika plat
penghambatnya dinaikan keatas. Katup ini lebih sulit dioperasikan secara
manual jika dibandingkan dengan ball atau plug namun secara otomatis
lebih mudah dengan menggunakan bantuan piston. Katup ini sangat baik
jika digunakan untuk aliran fluida bertekanan tinggi dan berdiameter besar,
namun kurang bagus jika digunakan untuk pipa yang berdiameter kurang
dari 12 inchi.

Gbr 2. Gate valve

o Lubricated and non-lubricated plug valves, harus memiliki penghalang


berbentuk silinder yang berotasi searah dengan aliran fluida, katup ini tidak
bisa terbuka penuh dan dibatasi untuk temperature tertentu karena memiliki
dudukan daribahan elastomer. Katup ini memiliki dua jenis yaitu yang harus
memakai minyak pelumas dan tidak memakai minyak pelumas, dan hanya
bisa digunakan untuk fungsi penghambat. Harganya lebih mahal dari pada
Ball valve.

o Ball valves, harus memiliki penghambat berbentuk bola yang berrotasi


searah dengan aliran fluida. Memiliki diameter luar yang lebih lecil dari
diameter luar pipa tetapidiameter dalamnya Sama dengan diameter dalam
pipa. Katup ini digunakan dalam temperature tertentu karena dudukannya
menggunakan bahan elastomer yang tidak tahan suhu tinggi. Digunakan
untuk katup strat-up dan shut-down.

Gbr 3. Ball valve


o Check valves, digunakan untuk membatasi aliran fluida yang bergerak di
dalam pipa dan memiliki rspon yang akurat untuk memblokir fluida yang
bergerak.

Gbr 4. Check valve

• Pipa: Pipa biasanya berbentuk silinder dan digunakan untuk menghantarkan fluida
cair atau gas dan dalam penggunaannya sudah dispesifikasi dan distandarisasi
• Ruang control: Ruangan ini diperlukan untuk mengefisienkan pengoperasian fluda
dan mengatur system pemipaan dalam satu lokasi.
• Meter / Regulatng stations ( MRS ), disebut juga dengan stasiun penerima,
fasilitas ini merupakan titik penjualan gas bumi atau minyak mentah dari jaringan
transmisi ke jaringan distribusi. Disinilah debit aliran dan tekanan fluida dari jalur
transmisi disesuaikan agar bisa dialirkan ke jalur distribusi

1.1.2 Bagian-bagian pendukung dalam pemipaan.


• Flens.
• Siku 90 o, 45 o, 22.5 o: Sambungan antar pipa yang memiliki sudut tertentu.
• Sambungan “T“: Sambungan antar pipa yang berbentuk seperti huruf T
• Reducer:
• Jembatan pipa: Jembatan khusus untuk pipa
• Penyangga: Biasanya digunakan untuk pipa yang diletakan di atas tanah.
• Bahan insulator untuk pipa: Bahan isolasi yang memiliki kriteria anti korosif, bias
menahan panas serta materialnya tergantung kebutuhan dari pipa itu. Ada dua jenis
isolasi yang biasa dipakai:
o Metal jackets, biasanya tipe ini digunakan untuk pipa, alat penukar panas,
dan bentuk silider yang lain.
o Balnket, biasanya digunakan untuk bagian sambungan dan bagian lain yang
sulit untuk diisolasi oleh metal jackets.
• Tanda / rambu jalur pipa: Suatu bagian dari system keamanan jalur pipa.
Gbr 5. Jalur pipa gas

Gbr 6. Proses di kilang minyak


MENGAPA BUTUH SISTEM PEMIPAAN
Karena volume fluida yang akan dihantarkan dalam jumlah yang besar maka hanya metode
pemipaanlah yang paling efisien untuk menghantarkannya jika dibandingkan dengan kapal
tangker atau truck.
Data perbandingan antara jalur pipa dengan fasilitas lain:
• Memindahkan 150.000 barrel/hari akan membutuhkan 750 tanker truk / hari untuk
menghantarkannya.
• Untuk memindahkan jumlah yang sama dengan menggunkan kereta tangki
berkapasitas 2000 barrel membutuhkan 75 kereta per hari untuk menghantarnya.

Gbr 7. Diagram perbandingan pipeline dengan alat transportasi lainnya

• Keuntungan lain pipeline:


o dari segi lingkungan dan keuntungan finansial jika dibandingkan dengan
alat transportasi yang lainnya maka pipeline lebih aman dan
menguntungkan.
o dalam pipeline tidak didapatkan kemacetan lalulintas baik di jalan raya
maupun di perairan.
o pipeline memproduksi jumlah polutan yang paling kecil jika dibandingkan
dengan yang lain.
o pipeline juga menghasilkan tumpahan minyak yang paling sedikit jika
dibandingkan dengan yang lain.
JENIS-JENIS PIPELINE

1.1.3 Jenis Pipa Berdarsarkan Fabrikasinya (berdarsarkan API 5L)

(a) Seamless pipe: sebuah proses dari membentuk pipa dari plat panas dan tidak
menggunakan proses las.
(b) Continuous welding: adalah sebuah proses pembentukan plat lembaran dengan
proses pemanasan dan penekanan ujung masing-masing plat kemudian kedua ujung
plat itu dilas memanjang.
(c) Electric welding: adalah sebuah proses pembentukan pipa dengan induksi
elektromagnetik dari las. Dimana kedua ujung plat yang akan dilas terlebih dahulu
dilakukan proses penekan.
(d) Laser welding : adalah sebuah proses pengelasan yang menggunakan sinar laser
untuk menyambung ujung-ujung plat yang akan dibuat menjadi pipa.
(e) Submerged-arc welding : adalah sebuah proses pengabungan plat menggunakan
pengelasan bunga api listrik.
(f) Gas metal-arc welding : adalah sebuah proses pengabungan plat dengan
memanaskan plat tersebut dengan busur api listrik diantara konsumsi elektroda
yang terus berlangsung.

1.1.4 Berdarsarkan Jalur Pemipaannya


(a) Jalur pengumpul: jalur pipa untuk menyalurkan fluida atau gas dari sumur-sumur
pengeboran ke stasiun pengumpul, biasanya beroperasi dengan tekanan rendah.
(b) Jalur Transmisi: jalur untuk menyalurkan fluida atau gas dari stasiun pengumpul ke
fasilitas pemrosesan atau tangki pengumpul dan mempunyai tekanan antara 16 bar
s/d 75 bar.
• Jalur transmisi ini juga meliputi fasilitas pipa, valve, pompa, kompresor,
tangki, kilang minyak.
• Material pipa dari jalur ini adalah dari baja dan ukurannya mulai dari
beberapa inch sampai beberapa feet tergantung dari produk yang akan
ditransmisikan.
• Jalur transmisi ini juga dapat didesain mulai dari tekanan rendah sampai
dengan tekanan 1000 psi.
• Panjang jalur ini juga dapat diklasifikasikan mulai dari ratusan feet sampai
ratusan miles.
(c) Jalur distribusi: jalur untuk menerima fluida atau gas dari jalur transmisi dan
mendistribusikannya ke konsumen dan mempunyai tekanan antara 0,3 s/d 16 bar.
Ukuran pipa jalur distribusi secara umum lebih kecil dari pada jalur pengumpul dan
transmisi, serta dioperasikan pada tekanan yang lebih rendah. Untuk fluida dalam
bentuk gas biasanya pipa terbuat dari material polimer dan ditanam di dalam tanah.
• terbagi menjadi :
1. distribusi tegangan tinggi : 4 – 16 bar
2. distribusi tegangan menengah : 0,3 – 4 bar
3. distribusi tegangan rendah : < 0,3 bar
Pipa instalasi, merupakan bagian dari jalur distribusi yang mengalirkan fluida dari
jalur distribusi langsung kekonsumen. kriteria pipa instalasi seperti di bawah ini:
ƒ mempunyai tekanan antara 0,3 bar s/d 16 bar
ƒ menyambung antara mr/s atau m/s ke peralatan pelanggan
ƒ sumber gas dari offtake station

MATERIAL PIPA
Kondisi-kondisi yang harus diwaspadai oleh desainer:
(a) Desainer harus memberi perhatian lebih pada temperatur lokasi / lingkungan sekitar
jalur pipa karena perubahan temperatur yang drastis sangat mempengaruhi
performa dari material pipa jika pipa berada di atas permukaan tanah.
(b) Pemilihan material harus sesuai dengan code & standard yang berlaku dan hal ini
menjadi tanggung jawab desainer untuk memilih material yang tepat untuk pipa.

Berikut ini contoh code & standard untuk material:


(a) ASME SA-106 : Specification for seamless carbon steel pipe for high-
temperature service
(b) ASME SA-333 : Specification for seamless and welded steel pipe for low-
temperature service
(c) ASME SA-312 : Specification for seamless and welded austenitic stainless
steel pipes
(d) API 5L : Specification For Line Pipe

2 CODE & STANDARD

API ( AMERICAN PETROLEUM INSTITUTE )

Desain:
(a) API RP 1111 : Design, construction, operation, & maintenance of offshore
hydrocarbon pipeline (limit state design).
o design.
o materials and dimensions
o safety systems.
o construction and welding
o inspection and testing
o operation and maintenance

(b) API RP 1129 : Assurance of hazardous liquid pipeline system energy.


o design and construction consideration for integrity assurance
o system monitoring and control
o corrosion control
o inspection and review
o damage prevention
(c) API RP 2N : Recommended practice for planning, design & constructing
structures & pipeline for Artic condition.
o general design
o environmental considerations
o load considerations
o design loads and resistances
o structural design
o foundations
o offshore pipelines
o construction
o operations

(d) API RP 1123 : Development of public awareness programs by hazardous liquid


pipeline operator.
o program development
o audience selection
o audience coverage
o message content
o communications media and distribution methods
o distribution frequency
o program documentation & evaluation

(e) API spec 6D : Pipeline valves.


o valve types and configurations
o desain
o valve ends
o pressure relief
o locking devices
o fire safety.
o materials
o welding
o quality control
o measuring and test equipment
o pressure testing

(f) API STD 2510 : Design and construction of LPG installation.

o Design of lpg vessels


o Sitting requirements and spill containment.
o Foundations and supports for lpg storage vessels and related piping
o Tank accessories, including pressure and vacuum-relieving devices
o Piping requirements
o Loading, product transfer, and unloading facilities
o Fire protection
o Refrigerated storage
(g) API 602 : Compact steel gate valves-flanged, threaded, welding &
extended body ends.
o design.
o inspection, examination, and test
o shipment

(h) API 5L : Specification For Line Pipe


o information to be supplied by the purchaser
o process of manufacture and material
o material requirements
o dimensions, weights, lengths, defects, and end finishes.
o couplings (psl 1 only).
o inspection and testing
o marking
o coating and protection.
o pipe loading

2.1.1 Konstruksi pipeline :


(a) API RP 1102 : Steel pipelines crossing rail roads & highwayKonstruksi tangki
o symbols, equations, and definitions
o provisions for safety
o uncased crossings
o cased crossings
o installation
o railroads and highways crossing existing pipelines

(b) API STD 2610 : Design, construction, operation, maintanance & inspection
of terminal tank facilities.
o site selection and spacing requirements
o pollution prevention and waste management
o safe operations of terminals & tanks
o fire prevention and protection
o t ank
o dikes and berms
o pipe, valves. pumps. & piping systems
o loading, unloading. and product transfer facilities
o corrosion control
o structures, utilities, and yard
o removals and decommissioning of facility

2.1.2 Pengelasan
(a) API RP 582 : Welding guidelines for chemical, oil & gas.
o general welding requirements
o welding processes
o welding consumables (filler metal and flux)
o shielding and purging gases
o preheating and interpass temperature.
o postweld heat treatment (pwht)
o cleaning and surface preparation
o special procedure qualification requirements/testing

(b) API 1104 : Welding of pipelines.


o equipment
o materials
o qualification of welding procedures for welds containing filler-
metaladditives
o qualification of welders
o design and preparation of a joint for production welding .
o inspection and testing of production welds
o acceptance standards for nondestructive testing.
o repair and removal of defects
o procedures for nondestructive testing
o automatic welding.
o automatic welding without filler-metal additions
o alternative acceptance standards for girth welds
o in-service welding

(c) API RP 1107 : Pipeline maintenance welding practice.


o qualification of welding procedures
o procedure qualification tests
o welder qualification
o performance qualification tests-destructive testing
o suggested maintenance welding practices
o inspection and testing of maintenance welds
o standards of acceptability: nondestructive testing (including visual)
o repair or removal of defects

(d) API STD 600 : Steel gate valves-flanged & but welding ens.
o design
o wall thickness
o flanged ends
o butt-welding ends
o gate
o bolting
o materials
o testing, inspection and examination
o marking

2.1.3 Pengujian dan servis


(a) API 570 : Piping inspection code (inspection, repair, alternation &
rerating)
o owner/user inspection organization
o inspection and testing practices.
o frequency and extent of inspection
o inspection data evaluation, analysis, and recording
o repairs, alterations, and rerating of piping systems
o inspection of buried piping

(b) API PUBL 1157 : Hydrostatic test water treatment & disposal options for
liquid pipeline system.
o characterization of water
™ data evaluation
o pipeline pre-cleaning
o performance of existing technologies
™ pigging
™ pigging and pre-washing
™ hay baies/high rate of treatment
™ activated carbon adsorption
™ air stripping
o other treatment technologies
™ filtration
™ dissolved air flotation (daf)
™ ultra-violet light oxidation
o technology evaluation process
o estimated costs
™ pigging
™ pigging and pre-washing
™ hay baies/high rate of treatment
™ activated carbon adsorption
™ air stripping
™ dissolved air flotation (daf)
™ ultra-violet light oxidation
o test water management options
™ pretreating inlet water to the pipeline system
™ utilizing refinery, terminal, or plant waste water treatment systems
™ pre-piggingipre-washing

(c) API RP 1109 : Marking liquid petroleum pipeline facilities.


o aboveground pipeline facility marking practice.
™ pipelines
™ pipeline facilities signs.
™ sign placement.

o inspection and maintenance

(d) API RP 1110 : Pressure testing of liquid petroleum pipeline.


o pressure testing of liquid petroleum pipelines
™ equipment and materials for a pressure test
™ test plan
™ test procedure
™ line fill and cleaning
™ pressurization
™ the test period
™ pressure test records

(e) API RP 1117 : Movement of in-service pipeline.


o procedure considerations
™ excavation safety
™ pipeline location
™ internal operating pressure
™ other underground facilities
™ trenching requirements
™ pipeline-supporting methods
o inspection
™ inspection for external corrosion
™ inspection for mechanical damage
™ externalcoating
™ inspection
™ repair method
o cleanup
o documentation and records

(f) API STD 1160: Managing system integrity for hazardous liquid pipeline.
o data gathering, review, and integration
o risk assessment implementation
o initial baseline assessment plan development and implementation
o mitigation options
o integrity management of pipeline pump stations and terminals

(g) API PUBL 346: Result of range finding testing of leak detection.
o protocols and test methods
o observations and results
o field inspection results

(h) API RP 576 : Inspection of pressure-relieving device.


o definitions.
™ dimensional characteristics of pressure relief valves
™ operational characteristics—system pressures
™ operational characteristics—device pressures
o pressure-relieving devices
o causes of improper performance .
o inspection and testing
o records and reports
ASME ( AMERICAN SOCIETY OF MECHANICAL ENGINEER )

2.1.4 Desain:
(a) ASME SA-106 :Specification for seamless carbon steel pipe for high-
temperature service
o ordering information
o bending requirements
o hydrostatic test
o nondestructive electric test
o drilled hole
o dimensions, weight, and permissible variations
o lengths
o workmanship, finish and appearance
o end finish
o number of tests
o table
™ chemical requirements
™ tensile requirements
™ elongation values
™ variations in outside diameter
™ marking

(b) ASME SA-312 : Specification for seamless and welded austenitic stainless
steel pipes
o ordering information
o permitted variations in wall thickness
o hydrostatic or nondestructive electric test
o lengths
o repair by welding
o table
™ chemical requirements
™ tensile requirements
™ annealing requirements
™ permitted variations in wall thickness
™ pipe and filler metal specification

(c) ASME SA-333 :Specification for seamless and welded steel pipe for low-
temperature service
o ordering information
o permitted variations in wall thickness
o hydrostatic or nondestructive electric test
o lengths
o repair by welding
o table
™ chemical requirements
™ stress relieving of test pieces
™ tensile requirements
™ impact requirements for grades 1, 3, 4, 6, 7, 9, and 10
™ impact temperature
™ impact temperature reduction

2.1.5 Konstruksi tangki


(a) ASME D1 B PT UW: REQUIREMENTS FOR PRESSURE VESSELS
FABRICATED BY WELDING
o welded joint category
o materials
o design
™ design of welded joints
™ postweld heat treatment
™ radiographic and ultrasonic examination
™ joint efficiencies
™ attachment details
™ openings in or adjacent to welds
™ welded connections
™ minimum requirements for attachment welds at openings
™ plug welds
™ fillet welds
™ welded stayed construction
™ flange to nozzle neck welds
o fabrication
™ welding processes
™ qualification of welding procedure
™ tests of welders andwelding operators
™ lowest permissibletemperatures for welding
™ cutting, fitting, and alignment
™ cleaning of surfaces to be welded
™ alignment tolerance
™ spin-holes
™ finished longitudinal and circumferential joints
™ fillet welds
™ miscellaneous welding requirements
™ repair of weld defects
™ peening
™ procedures for postweld heat treatment
o inspection and tests
™ check of welder and welding operator qualifications
™ check of postweld heat treatment practice
™ nondestructive examination of welds on pneumatically tested vessels
™ radiographic and radioscopic examination of welded joints
™ spot examination of welded joints
™ technique for ultrasonic examination of welded joints
o pressure relief devices
2.1.6 Pengelasan
(a) ASME IX QW V - standard wps
o standard welding procedure specifications (swpss)
o production use of swpss
(b) ASME IX QW II - Welding Procedure Requirements
o general
™ welding procedure specification (wps).
™ contents of the wps.
™ changes to the wps.
™ format of the wps.
™ availability of the wps.
o procedure qualification record
™ procedure qualification record (pqr).
™ contents of the pqr.
™ changes to the pqr.
™ format of the pqr.
™ availability of the pqr.
™ multiple wpss with one pqr/multiple pqrs with one wps.
o manufacturer’s or contractor’s responsibility
o groove and fillet welds
™ qualification for groove full penetration welds.
™ qualification for partial penetration groove welds.
™ qualification for fillet welds.
o weld repair and buildup.
o dissimilar base metal thicknesses.
o stud welding.
o preparation of test coupon
™ base metal
™ type and dimensions of groove welds
™ corrosion-resistant weld metal overlay
™ electron beam welding and laser beam welding
™ hard-facing weld metal overlay
™ joining of composite (clad metals)
™ applied linings
o welding variables
™ essential variables.
™ nonessential variables.
™ special processes
o tables welding variables procedure specifications (wps)
™ oxyfuel gas welding (ofwshielded metal-arc (smaw)
™ submerged-arc welding (saw)
™ gas metal-arc welding (gmaw and fcaw)
™ gas tungsten-arc welding (gtaw)
™ plasma-arc welding (paw)
™ electroslag welding (esw)
™ electron beam welding (ebw)
™ stud welding
™ inertia and continuous drive friction welding
™ resistance welding
™ laser beam welding (lbw)

(c) ASME IX QW III - Welding Performance Qualifications


o tests
™ qualification tests.
™ identification of welders and welding operators.
™ record of tests.
o type of test required
™ mechanical tests.
™ radiographic examination.
™ test coupons in pipe.
™ visual examination.
o limits of qualified positions and diameters
™ groove welds
™ fillet welds
™ special positions.
™ stud-weld positions.
o welders
™ failure to meet radiographic standards.
o qualification test coupons
™ test coupons.
™ welding groove with backing.
™ welding groove without backing.
o retests and renewal of qualification
™ immediate retest using visual examination.
™ immediate retest using mechanical testing.
™ immediate retest using radiography.
o expiration and renewal of qualification
™ expiration of qualification.
™ renewal of qualification

(d) ASME IX QW I - Welding General Requirements


o test positions for groove welds
o plate positions
o pipe positions
o test positions for fillet welds
™ Plate Positions
™ Pipe Positions
o types and purposes of tests and examinations
™ Mechanical Tests
™ Tension Tests
¾ Tension Test Procedure
¾ Acceptance Criteria — Tension Tests
™ Guided-Bend Tests
¾ Guided-Bend Test Procedure
¾ Acceptance Criteria — Bend Tests
™ Notch-Toughness Tests
¾ Acceptance.
™ Notch-Toughness Tests — Drop Weight
¾ Acceptance.
™ Fillet-Weld Tests
¾ Procedure and Performance Qualification Specimens
™ Fracture Tests
™ Macro-Examination — Procedure Specimens
™ Macro-Examination — PerformanceSpecimens
o Other Tests And Examinations
™ Radiographic Examination
¾ Method.
¾ Radiographic Acceptance Criteria
¾ Record of Tests.
™ Stud-Weld Tests — Procedure Qualification Specimens
¾ Required Tests.
¾ Acceptance Criteria — Bend and Hammer Tests.
¾ Acceptance Criteria — Torque Tests.
¾ Acceptance Criteria — Macro-Examination.
™ Stud-Weld Tests — Performance Qualification Specimens
¾ Required Tests.
¾ Acceptance Criteria — Bend and Hammer Tests.
¾ Visual Examination — Performance
™ Liquid Penetrant Examination
¾ Acceptance Criteria
™ Resistance Weld Testing
™ Metallographic Examination
¾ Mechanical Testing
™ Laser Beam Welding (LBW) Lap Joint Tests — Procedure Qualification
Specimens
¾ Required Tests.
¾ Acceptance Criteria
™ Laser Beam Welding (LBW) Lap Joint Tests — Performance
Qualification Specimens
¾ Required Tests.
¾ Acceptance Criteria

(d) ASME IX QW IV - Welding Data


o Joints
o Base Metals
o Filler Metals
o Preheat
o Postweld Heat Treatment
o Gas
o Electrical Characteristics
o Technique
o Material Groupings
JIS ( JAPANESE INDUSTRIAL STANDARD )

2.1.7 Desain:
(a) JIS G 3452 ( 1988 ): Carbon steel pipes for ordinary piping
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
™ Kimia
™ Tensile
™ Bending
™ Tes hidrostatik
o Laporan

(b) JIS G 3454 ( 1988 ): Carbon steel pipes for pressure service
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
™ Kimia
™ Tensile
™ Bending
™ Tes hidrostatik
o Laporan

(c) JIS G 3455 ( 1988 ): Carbon steel pipes for high pressure service
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
™ Kimia
™ Tensile
™ Bending
™ Tes hidrostatik
o Laporan

(d) JIS G 3456 ( 1988 ): carbon steel pipes for high temperatur service
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
™ Kimia
™ Tensile
™ Bending
™ Tes hidrostatik
o Laporan

(e) JIS G 3457 ( 1988 ): Arc welded carbon steel pipe


o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
™ Kimia
™ Tensile
™ Bending
™ Tes hidrostatik
o Laporan

(f) JIS G 3460 (1988 ): steel pipe for low temperature service
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
™ Kimia
™ Tensile
™ Bending
™ Tes hidrostatik
o Laporan
2.1.8 Pengelasan
(a) JIS Z 3601 ( 1980 ) : Latihan manual Arc welding untuk plat lembaran
o Mesin las
o Peralatan pengelasan
o Elektroda / kawat las
o Pengelasan
™ Persyaratan umum
™ Persiapan pengelasan
™ Prosedur pengelasan
1) Butt join
2) “T” join
3) Lap join
ƒ Fillet
ƒ Plug
4) Joggled join
5) Corner join
6) Edge join

2.1.9 Pengujian
(a) JIS Z 3050 (1978) : Jenis-jenis metode non-destruktif tes untuk pemipaan
o Inspeksi visual
o Radiografi tes
™ Peralatan
™ Metode
™ Kondisi standar
o Tes cairan penetran
™ Peralatan
™ Metode
™ Standar kondisi
o Ultrasonik tes
™ Peralatan
™ Metode
™ Kondisi standar
o Partikel magnetik tes
™ Peralatan
™ Metode
™ Kondisi standar
o Kriteria diterima inspeksi visual, radiografi, cairan penetran, ultrasonik,
partikel magnetik.
(b) JIS Z 2343: (1982) : metode kerja tes cairan penetrasi dan klasifikasi indikator.
o Tujuan
o Metode
™ Klasifikasi metode
o Urutan kerja
™ Pembersihan awal
™ Cara melakukan penetrasi
™ Emulsifikasi
™ Pembersihan dan pemindahan
™ Pengeringan
™ Tes penetrasi
™ Pengamatan
™ Pengulangan tes jika diperlukan
™ Pembersihan setelah pengamatan
o Peralatan dan jenis cairan tes
o Pengecekan dan pemeliharaan cairan tes
o Pengklasifikasian indicator
o Penilaian dan pencatatan hasil tes
o Pengarsipan

(c) JIS Z 3104 (1968) : Metode Radiografi tes dan penglasifikasian untuk pengelasan
baja.
o Metode radoigrafi tes
™ Mengalibrasi peralatan tes
™ Penyetelan arah radiasi
™ Pengecekan ketebalan benda yang akan diuji
™ Mempersiapkan Image Quality Indicator ( IQI ) dan kontrasmeter
™ Mengatur alat uji pada benda uji
™ Melakukan tes dan pencatatan hasil
o Pengklasifikasian radiografi
o Pencatatan hasil tes
3 KONSTRUKSI

KONSTRUKSI PIPELINE
(a) Fixtures : elemen yang digunakan untuk mendukung stuktur pipa termasuk termasuk
didalamnya adalah: hanger rods, spring hangers, sway braces, counterweights,
turnbuckles, struts, chains, guides and anchors, and bearing type fixtures such as
saddles, bases, rollers, brackets, and sliding supports.
(b) Structural attachments: elemen yang termasuk untuk mendukung struktur pipa
termasuk didalamnya mesin las & alat-alat clamping untuk las.

MACAM-MACAM KONSTRUKSI PIPELINE


Ada dua macam konstruksi pipeline yaitu di dalam tanah atau di atas tanah, namun masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangannya, namun yang harus disadarai oleh para
desainer dan kontraktor adalah:
(a) Peraturan daerah setempat, lebih baik menggunakan bantuan konsultan.
(b) Pipa yang di atas permukaan tanah memiliki keuntungan dari segi maintanance,
inspeksi, perbaikan.
(c) Untuk pipa di atas tanah menjadi penghambat untuk akses keadaan darurat.
(d) Modifikasi lebih mudah dilakukan untuk pipa di atas tanah.
(e) Hal yang harus diperhatikan untuk pipa di atas tanah adalah akan lebih banyak terkena
radiasi panas dari matahari, jadi harus dibuat pelindungnya agar panas dari luar tidak
masuk ke dalam dan sebaliknya.
(f) Pipa diatas permukaan tanah lebih fleksibel dari segi pengadaan peralatan pendukung,
pembuatan pondasi, pergeseran tanah, gempa bumi, perubahan temperatur yang bisa
menyebabkan korosif.
(g) Pipa yang berada di bawah permukaan tanah perlu dilengkapi dengan fasilitas anti
korosif.
(h) Pipa yang berada di bawah permukaan tanah lebih sedikit terkena kerusakan yang
disengaja akibat ulah manusia, lalu lintas kendaraan, kebakaran. Tetapi tetap harus
diberi tanda agar menghindari kerusakan ketika ada pekerjaan galian.

3.1.1 Macam-macam konstruksi pipa dan modifikasinya.


(a) Diatas permukaan tanah — di desian dengan vertical support yang ditempatkan di
lobang dalam tanah untuk menopang pipa diatasnya. Khusus pada daerah yang panas
ada didesain khusus dengan memasang aluminium radiator yang di dalamnya dialirkan
anhydrous ammonia dan diletakkan diatas pipa agar panas tidak masuk ke dalam pipa.
Termasuk jika melewati sungai / jurang.
Gbr 8. Pipa diatas permukaan tanah

(b) Di dalam permukaan tanah — pipa ada di bawah permukaan tanah dan dilindungi
dengan gravel padding yang kedalaman normalnya berkisar antara 8 ft sampai 16 ft.
serta dilengkapi dengan peraltan anti karan yang dipasang pada pipa.

Gbr 9. Pipa di dalam tanah

3.2.2 TAHAP KONSTRUKSI ONSHORE

Gbr 10. Tahap pelaksanaan proyek


Gbr 11. Proses konstruksi jalur pipa onshore

Kegiatan Survey
Yaitu pekerjaan yang pertama kali dilakukan sebelum kegiatan konstruksi dimulai agar
diperoleh data-data pendukung bagi basic design dsb.
Hasil yang diperoleh :
- Koordinat jalur pipa
- Pematokan kilo meter point
- Data basic design

Rambu ukur Aktifitas survey dengan teodolit


Gbr 12 Kegiatan survey

2. Kegiatan Cut & Filled


Yaitu pekerjaan pemotongan pohon sepanjang Right Of Way (ROW) adalah suatu lahan
yang digunakan bagi pengerjaan konstruksi dan pemasangan pipa bawah tanah atau
fasilitas lainnya.
Hasil yang diperoleh : Pembukaan lahan untuk masuk peralatan berat.
ROW setelah dilakukan pemotongan pepohonan
Gbr 13. Kegiatan cut & field
3. Kegiatan Clearing & Grading
Yaitu pekerjaan Pembersihan lahan ROW dari pepohonan sisa cut and filled dan perataan
jalur ROW dimana pipa akan ditanam.

Hasil yang diperoleh :


• ROW bersih dari potongan pohon
• ROW sudah rata sehingga memudahkan akses alat berat masuk

Aktivitas clearing Aktifitas grading

Gbr 14. Kegiatan clearing & grinding


4. Kegiatan Stringing
Yaitu pekerjaan penjajaran pipa disepanjang ROW (Right Of Way). Selama kegiatan
pembongkaran untuk mencegah kerusakan coating pipa diletakkan diatas balok & sand
bag.
Kegiatan stringing Hasil pengerjaan stringing
Gbr 15. Kegiatan Stringging
5. Kegiatan Welding
Yaitu pekerjaan pengelasan atau penyambungan antara pipa meggunakan manual welding
(SMAW) dan harus memenuhi kriteria-kriteria seperti di bawah ini:
• Sebelum pengelasan terlebih dahulu dibuat WPS (Welding Procedur Specification)
sebagai bahan acuan pengelasan dilapangan.
• Setiap tukang las (Welder) harus lulus pada ujian las yang dilakukan oleh Dirjen
MIGAS.
• Sertifikat yang dimiliki harus valid sebelum mulai pekerjaan.
• Setiap pengelasan perbaikan atau repair harus mendapat ijin tertulis dari seorang
Welding Inspector.

Kegiatan Fit-up & Alignment Penggunaan tenda untuk melindungi welder


Pengelasan dua sisi Pengelasan overhead
Gbr 16. Kegiatan welding
6. Kegiatan Tes Radiography
Yaitu suatu metode pengujian kualitas/mutu sambungan las tanpa merusak material pipa.
Hasil yang diperoleh : Film negatif hasil pengelasan

Gbr 17. Kegiatan tes radiography


7. Kegiatan Field Joint Coating
Yaitu pekerjaan pengcoatingan yang dilakukan di setiap sambungan pipa biasanya
dilakukan di lapangan sebelumnya dilakukan preheating.

Kegiatan awal field joint coating kegiatan finishing field joint coating
Gbr 18. Kegiatan field joint coating
8. Kegiatan Tes Holiday
Yaitu proses pengujian hasil pelapisan/joint coating dengan menggunakan tegangan 12 KV
dimana jika terjadi kebocoran coating, alat ini akan mengeluarkan bunyi alarm atau terjadi
“Spark” pada daerah yang bocor. Sebelum pengujian Holiday Detector terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi terhadap besaran arus listriknya, sehingga sesuai dengan kalibrator.

Kegiatan holiday tes Alat holiday detector


Gbr 19. kegiatan holiday test
9. Kegiatan Trenching
Yaitu penggalian parit untuk tempat masuknya pipa setelah pekerjaan pengelasan selesai.
Lebar minimum parit selebar diameter luar pipa ditambah 300mm dasar parit harus rata
dan bebas dari meterial atau bebatuan yang keras agar tidak merusak coating pipa.
Kegiatan penggalian Hasil penggalian
Gbr 20. Kegiatan treching
10. Kegiatan Lowering
Yaitu pekerjaan penurunan pipa setelah disambung antara yang satu dengan lainnya
kedalam lubang galian yang telah disediakan dengan menggunakan alat bantu Side Bom.
Penurunan pipa menggunakan side bom untuk memastikan tidak terjadi kerusakan pipa
karena adanya lendutan. Ujung pipa yang terbuka didalam parit harus ditutup. Dasar parit
harus bersih dari benda-benda keras yang dapat merusak lapisan luar pipa jika perlu
dilapisi dengan pasir proses pemasangan pipa disesuaikan kontur tanah.

Side boom Kegiatan penurunan pipa

Gbr 21 Kegiatan lowering


11. Aktifitas Backfilling
Yaitu pekerjaan penutupan lubang galian setelah pipa selesai diturunkan ke dasar galian.
Penimbunan dilaksanakan dengan menggunakan material yang halus sehingga tidak
merusak permukaan coating.
Kegiatan penimbunan galian kegiatan urukan
Gbr 22. Kegiatan backfilling
12. Kegiatan Reinstatement
Yaitu pekerjaan menanam kembali ROW guna mencegah terjadinya erosi di sepanjang
ROW dan perbaikan dilakukan secara permanen semua sisi jalan umum yang pernah
digunakan, drainase jika ada bangunan lain yang terkena imbas pekerjaan serta
penggenangan air harus dikurangi seminimal mungkin, permukaan tanah bekas galian
harus diratakan disepanjang jalur pipa.

Gbr 23. Kegiatan Reinstatement


13. kegiatan Pre commisioning
• hidro tes, adalah pengujian sistem perpipaan untuk mengetahui kekuatan pipa
dengan cara pengisian air sepanjang jalur pipa.

Temporary Pig Launcher/Test Head B-Directional Pig

Chart Recorder Temporary Pig Receiver

Gbr 24. Kegiatan holiday tes


3.2.3 TAHAP KONSTRUKSI OFFSHORE

Gbr 25. Tahap konstruksi offshore

1. Kegiatan Survey
- Untuk menentukan posisi jalur sesuai dengan gambar rencana.
- Menentukan kondisi aktual dari lingkungan sekitar jalur misal : kedalaman seabed,
profile, utilitas lain dan aktivitas nelayan
- Koridor yang disurvey untuk laut dalam dan sedang adalah ± 200 m dengan interval
50 m dan 25 m untuk cross section
Peralatan yang digunakan :
- DGPS, Echo Sounder, Survey Barge
Hasil yang dicapai :
- Drawing, data arus laut, keadaan seabed.

Gbr 26. Aktivitas survey di area mangrove


Survey pada jalur pipa gas di laut meliputi :
- Oceanographic survey: untuk mengetahui kondisi pasang naik dan pasang turun,
arus laut dan gelombang.
- Geophisical survey: untuk mengetahui kedalaman dasar laut, kondisi permukaan
dasar laut.
- Geotechnical survey: untuk kepentingan pemasangan pipa (pipe laying).

2. Kegiatan Pre-trenching
Yaitu pekerjaan penggalian jalur didaerah dangkal atau pantai untuk kedalaman ≤ 13 m
sebelum peletakan pipa secara keseluruhan di dasar laut.
- Lokasi Mangrove: yaitu membersihkan jalur dari pohon bakau.
- Lokasi Near Shore: yaitu untuk akses Barge.

Peralatan yang digunakan :


- Swamp Backhoe, Dregger, Spud Barge

Hasil yang diperoleh yaitu :


Jalur / akses masuk bagi kapal konstruksi/barge ukuran kecil

Spud Barge Swamp Backhoe

Gbr 27. Kegiatan pre-trenching


3. Kegiatan Receive Pipe
Menerima pipa dari pabrik coating di kapal konstruksi/Lay Barge, sebelum dilakukan
pembuatan Bevel dengan Bevel Machine.

Peralatan yang digunakan :


- Supply Barge, crane utility

Hasil yang diperoleh :


- Jumlah pipa (Pipe dan heat number)
- Kondisi pipa (internal, eksternal)
Pengecekan pipa dilakukan oleh petugas QA/QC dari kontraktor disaksikan oleh QA/QC
klien dan Third Party.

Gbr 28. Inspeksi pipa

4. Kegiatan Beveling
Yaitu pekerjaan pembuatan bevel ( J Bevel ) pada kedua ujung pipa di daerah incoming
rack sebelum dapat dilakukan pengelasan.

Gbr 29. Bentuk double “J” atau “U” bevel

Peralatan yang digunakan :


Bevel Machine Automatic.

Hasil yang diperoleh :


Kedua ujung pipa berbentuk “J” Bevel

Gbr 30. Kegiatan pembevelan


5. Kegiatan Welding
Yaitu proses penyambungan pipa dengan mengelas single pipe (12 mtr). yang di dalamnya
termasuk:
™ Preheat, adalah pemanasan dengan menggunakan “Torch” yang bertujuan untuk
memanaskan permukaan pipa agar menghasilkan pengelasan yang sempurna.
™ Cleaning, adalah pembersihan pipa dari kotoran yang tidak diinginkan dengan
menggunakan blow machine/air compressor.

tahapan pengelasan yaitu


- Root Pass (layer 1)
- Hot Pass (layer 2)
- Filler 1 (layer 3)
- Filler 2 (layer 4)
- Capping (layer 5)

Pengelasan otomatis Pengelasan bevel


Gbr 31. Kegiatan Welding

6. Kegiatan Radiography Test, aktifitas radiography test sama dengan kegiatan onshore.

7. Kegiatan Joint Coating


Yaitu proses pelapisan disetiap sambungan pipa dengan menggunakan wrapping, sebelum
pelapisan pipa terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran/splatter yaitu kotoran hasil
pengelasan.
Kegiatan joint coating hasil akhir joint coating
Gbr 32. Kegiatan joint coating
8. Kegiatan Holiday Test
Aktifitas holiday tes pada offshore sama dengan aktifitas holiday tes pada onshore

9. Kegiatan Grouting
Yaitu proses pengisian foam kedalam celah diantara concrete coating hal ini bertujuan agar
permukaan sambungan kedua pipa sama dengan permukaan concrete coating.
Peralatan yang digunakan :
- Foam pengisi
- Karet pembungkus foam coating
- Tabung foam.
- Kompresor untuk menginjeksikan foam

Hasil yang diperoleh : Permukaan pipa yang satu dengan yang lain akan sama datar

kegiatan grouting hasil akhir grouting


Gbr 33. Kegiatan grouting
10. Kegiatan Pipe Laying
Yaitu proses penggelaran pipa ke dalam laut melalui stinger dengan menggunkan metode S
Lay. Setiap kegiatan pada satu station selesai barge akan bergerak sejauh satu batang pipa,
pergerakan barge sesuai dengan panduan jangkarnya sehingga satu batang pipa yang baru
dapat dilakukan pengelasan.

Gbr 34. kegiatan pipe laying

11. Kegiatan Post Treching


Yaitu aktifitas penggalian yang dilakukan setelah pipa diletakan didasar laut. dengan
kedalaman air laut di bawah 13 m berdasarkan aturan MIGAS haruslah ditanam sedalam 2
m. Untuk menanam pipa tersebut perlu sebuah mekanisme pengerjaan yang baik tanpa
merusak pipa.

Peralatan yang digunakan yaitu Jet Sled, air Kompressor dsb.

Hasil yang diperoleh: pipa tertanam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Gbr 35. Kegiatan post treching


12. Kegiatan Re-Survey
Yaitu pekerjaan pengamatan pada jalur pipa tertanam tentang kondisi gelombang air laut,
kondisi pasang surut dan pasang naik air laut serta untuk mengetahui kedalaman pipa yang
telah digelar/ditanam di dasar laut.

Peralatan yang digunakan :


- Kapal Survey
- GPS
- Echo Sounder

Hasil yang diperoleh :


- Data gelombang dan arus air laut
- Data pasang naik dan pasang surut
- Data posisi dan kedalaman pipa

Gbr 36. Kegiatan re-survey

13. Kegiatan Free Span & Rock Dumping


Free span yaitu: Pipa ditopang oleh support (cement sag atau grouting bag), agar tidak
terjadi defleksi pada pipa di dasar laut. Panjang ‘span’ yang diperbolehkan berdasarkan
perhitungan tegangan maksimum yang boleh berlaku pada pipa.
Peralatan yang digunakan ROV atau Remote Operation Vehicle

Gbr 37. kegiatan free span conection


Rock dumping yaitu: Penimbunan pipa dengan batu belah yang mempunyai besaran
tertentu untuk melindungi pipa dari faktor eksternal seperti jangkar kapal atau daerah
dangkal dan lalu lintas laut yang padat.
Peralatan yang digunakan Vessel Rock Dumping

Gbr 38. Kegiatan rock dumping

14. Kegiatan As Built Survey


Yaitu pekerjaan survey akhir yang bertujuan untuk mengetahui bahwa pekerjaan instalasi
pemasangan pipa di laut sudah sesuai menurut rancangan dan spesifikasi yang telah dibuat.

Peralatan yang digunakan : - GPS


- Echo Sounder

Hasil yang diperoleh : - Koordinat letak pipa


- Gambar As Built
- Gambar hasil free span & rock dumping

15. Kegiatan Hydrotes


Yaitu pengujian tekanan dengan menggunakan air untuk mengetahui kebocoran, kekuatan
jaringan.

Tahapan – tahapan hydrotest adalah :


1. Pembersihan bagian dalam pipa: Cleaning, Gauging Dewatering
2. Pengisian air : Filling water
3. Pemberian tekanan : Pressurizing
4. Stabilisasi selama 24 jam: Stabilization
5. Pengeluaran kotoran dengan menggunakan foam: Swabbing
Gbr 39. Kegiatan hydrotes

16. Kegiatan Reinstatement


Yaitu pekerjaan mengembalikan lingkungan seperti semula sebelum pekerjaan konstruksi
dimulai. Perbaikan dilakukan secara permanen semua sisi jalan umum yang pernah
digunakan, drainase jika ada bangunan lain yang terkena imbas pekerjaan. Penanaman
pohon bakau di daerah mangrove dilakukan bekerja sama dengan masyarakat dan Lembaga
Swadaya Masyarakat setempat

Gbr 40. Kegiatan reinstatement

3.1.2 Kerusakan Yang Sering Terjadi Pada Pipeline

(a) Kerusakan Peralatan


• Apa yang dimaksud dengan kerusakan peralatan dan mengapa bisa terjadi?
o Kerusakan peralatan termasuk di dalamnya komponen pipa atau peralatan
pendukung. terkadang peralatan mengalami kerusakan atau tidak bisa
beroperasi sebagaimana mestinya. Biasanya disebabkan karena salah satu
kompenennya tidak beroperasi atau rusak.
• Resiko dari kerusakan peralatan.
o kerusakan karena peralatan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan
karena fluida yang ada di dalamnya tumpah keluar pipa.
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan peralatan?
o Melakukan inspeksi pada bagian-bagian yang kritis seperti: jalur utama,
katup, relieve valve, dll secara teratur.
(b) Kerusakan Karena Penggalian
• Apa yang dimaksud dengan kerusakan penggalian dan mengpa bisa terjadi?
o kerusakan karena penggalian dapat juga dikatagorikan kerusakan coating
dari pipa, pipa tertekuk, tergores, terpotong, bocor yang terjadi karena alat
penggalian yang bersinggungan dengan pipa. Biasanya kerusakan ini terjadi
pada jalur pipa di bawah permukaan tanah.
• Resiko dari kerusakan karena penggalian.
o Kerusakan karena penggalian bisa menyababkan bahaya pada lingkungan
dan manusia karena pipa yang terpotong / bocor / tergores akibat
bersinggungan dengan alat-alat penggalian menyebabkan minyak mentah
atau gas keluar dari pipa ke lingkungan.
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan peralatan?
o Cara yang dilakukan di Amerika Serikat adalah membuat managemen untuk
menggali di bawah suatu departemen khusus agar kesalahan menggali dapat
diminimalkan dan izin untuk menggali hanya dikeluarkan oleh Departemen
ini.
o Membuat tanda yang ditanam diatas tanah agar pihak lain mengetahui
bahwa di bawah tanda itu ada pipa gas atau minyak .
o secara rutin melakukan inspeksi.

(c) Korosi dari lingkungan


• Apa yang dimaksud dengan korosi dari lingkungan dan apa penyebabya?
o korosi dari lingkungan terjadi karena lingkungan di luar pipa, berasal dari
proses oksidasi antara permukaan pipa dengan udara ( jika pipa diatas tanah
) atau dengan tanah ( bila pipa berada di dalam tanah ). korosi ini terjadi jika
pelindung bagian permukaan pipa rusak.

• Resiko korosi dari lingkungan?


o Korosi ini dapat mereduksi ketebalan pipa dan menurunkan nilai kekuatan
pipa, dapat terjadi pada semua permukaan luar pipa atau hanya sebagian
area karena pelindung permukaan pipa mengalami cacat. nilai kekuatan pipa
yang menurun bisa menyebabkan terjadinya kebocoran karena pengaruh
tekanan fluida yang mengalir pada bagian yang terkena korosi itu.
Gbr 41. Korosi dari lingkungan
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan karena korosi dari lingkungan?
o Pipa harus dilindungi dengan menambahkan lapisan anti korosi pada bagian
luar pipa.
o Fabrikasi pembuat pipa harus menerapkan standar yang baik pada bagian
QC agar meminimalkan kerusakan lapisan pelindung pipa.
o Operator menggunakan metode katodik proteksi untuk melindungi pipa dari
korosi eksternal. Salah satu tipenya adalah menentukan voltase yang sangat
rendah, dengan arus searah ( DC ) untuk melawan korosi dari luar. Tipe
yang lain adalah menghubungkan anoda yang ditanam di dalam tanah
dengan pipa, di mana anode tadi yang akan menarik korosi sehingga pipa
tidak terkena korosi.

Gbr 42. Catodic protection

o Mengikuti peraturan dan standar yang berlaku untuk jalur pemipaan,


diharuskan setiap operator melakukan pemeliharaan secara berkala untuk
meminimalkan korosi.
(d) KERUSAKAN KARENA PENGOPERASIAN YANG SALAH
• Apa yang dimaksud dengan kerusakan karena pengoperasian yang salah dan apa
penyebabya?
o Banyak sekali aspek yang berhubungan dengan operator jalur pipa untuk
melakukan aktifitas sehari-hari, terkadang situasi kerja bisa menyebabkan
kesalahan manusia.
o Contoh dari pengoperasian yang salah adalah kesalahan pengoperasian
ketika menentukan laju aliran fluida, mengeringkan atau mengisi tangki,
melaukan pemeliharaan rutin.
• Resiko kerusakan karena pengoperasian yang salah?
o Kerusakan karena pengoperasian yang salah bukan menjadi penyebab
utama, tetapi meskipun demikian kerusakan ini dapat menimbulkan
tumpahnya fluida ke lingkungan ( meskipun penyebab utamanya bukan
kaerna salah operasi, kesalahan ini bukan pemicu utama melainkan
pendukung ).
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan karena pengoperasian yang
salah?
o Membuat standar prosedur pengoperasian dan melakukan training kepada
operator.
o Membuat program pengembangan sumber daya manusia untuk operator
yang hasil akhirnya adlah menurunnya angka kerusakan karena salah
operasi.

(e) KOROSI DARI DALAM PIPA.


• Apa yang dimaksud dengan korosi dari dalam pipa dan apa penyebabya?
o Korosi di dalam pipa terjadi secara kimia karena pengaruh komposisi fluida
yang mengalir di dalam pipa yang menyerang dinding bagian dalam dari
pipa. Dalam beberapa kasus di dalam fluida juga mengandung air, atau
bahan kimia lain yang ikut terbawa, di mana air atau bahan kimia lain itu
menjadi penyebab dari korosi.

Gbr 43. Korosi di dalam katup tie-in


• Resiko kerusakan karena korosi dalam pipa?
o Korosi dalam pipa dapat menyebabkan ketebalan pipa menjadi berkurang
sehingga nilai kekuatan pipa juga menurun. Korosi jenis ini dapat terjadi
pada seluruh permukaan bagian dalam ( biasanya disebut korosi umum )
atau hanya beberapa titik saja. Penurunan nilai kekuatan pipa dapat
menyebabkan keretakan atau pipa pecah ketika terjadi tekanan dalam karena
fluida yang dihantarkan.
• Yang harus dilakukan untuk mencegah korosi dalam pipa?
o Mengontrol kualitas material fluida yang akan dihantarkan, menambahkan
pelapis anti korosi pada bagian dalam pipa.
o Fabrikasi pembuat pipa harus menerapkan standar yang baik pada bagian
QC agar meminimalkan kerusakan lapisan pelindung pipa bagian dalam.
o Operator pipa harus mengontrol dan mengurangi kandungan uap air dan
bahan kimia lain yang terikut di dalam fluida dimana uap air atau bahan
kimia itu dapat menyebabkan korosi.
o Operator secara rutin melakukan pembersihan bagian dalam pipa untuk
membersihkan maerial yang menempel pada dinding pipa yang dapat
menyebabkan korosi. Alat pembersihnya disebut “cleaning pigs”.
o Operator menambahkan penghambat korosi ke dalam jalur pipa untuk
mengontrol korosi.
o Mengikuti peraturan dan standar yang berlaku untuk jalur pemipaan,
diharuskan setiap operator melakukan pemeliharaan secara berkala untuk
meminimalkan korosi.

(f) KERUSAKAN MATERIAL


• Apa yang dimaksud dengan kerusakan material dan apa penyebabya?
o Selama proses pembuatan pipa, kotoran sering sekali ikut kedalam material
baja cair. Di mana kotoran itu dapat menyebabkan ketidaksempurnaan
ikatan antar molekul pipa baja atau plat baja. Ketidaksempurnaan ikatan
antar molekul dapat menyebabkan terjadinya kerusakan material.
o Jenis-jenis cacat material dan penyebabnya:
ƒ Oksigen atau meterial lain yang terperangkap di dalam material baja.
Ketika proses pendinginan dilakukan maka oksigem atau matrial itu
membentuk gumpalan kecil, gumpalan ini nantinya dapat menuntun
kepada cacat
ƒ Gas yang terperangkap pada permukaan material, hal ini dapat
menyebabkan menurunnya nilai ketebalan pipa atau komponen pipa
dan jika areeanya besar maka dapat menurunkan tekanan pipa untuk
mengalirkan fluida.
ƒ Cacat ukuran juga dapat terjadi ketika proses pembuatan pipa,
seperti ketika me-roll plat baja untuk dibentuk menjadi silinder.
ƒ Ketika proses quenching dilakukan mungkin terjadi “hard spots”
pada material plat baja, ketika plat itu harus dibentuk maka “hard
spots” ini dapat menyebabkan keretakan.
o Jika pipa untuk mengalirkan jaraknya jauh dan tidak diberikan penahan
beban yang kuat maka dapat terjadi fenomena yang disebut ‘transit fatique”
. fenomena ini terjadi ketika pipa mengalami lendutan yang berulang-ulang
dalam jangka waktu yang lama ketika fluida mengalir, hal ini dapat
menyebabkan keretakan pada dinding pipa.
• Resiko kerusakan material?
o kerusakan karena material dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan
karena fluida yang ada di dalamnya tumpah keluar pipa.
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan material?
o Perbaikan terus-menerus pada proses pembuatan pipa dan dalam pengelasan
pipa.
o Pihak kontraktor harus benar-benar hati-hati ketika melakukan inspeksi
terhadap material seperti pipa, material pendukung, dll.

(g) KERUSAKAN KARENA PENGELASAN


• Kerusakan yang terjadi karena cacat pada pengelasan pipa, jenis-jenis cacat
pengelasan antara lain:
1. Porosity adalah terjadi karena udara yang terperangkap ke dalam hasil las, terjadi
ketika pipa mengalami penyusutan karena temperatur yang tinggi pada saat proses
pengelasan.
Penyebab:
o benda kerja kotor
o elektroda kotor
o lingkungan pengelasan memiliki kadar oksigen, nitrogen, hidrogen yang
tinggi.

Gbr 44. Single Porosity


Gbr 45. Cluster Porosity
2. Incomplete Fusion adalah peleburan elektroda yang tidak sempurna pada benda kerja
Penyebab:
o Teknik mengelas yang kurang benar
o Arus listrik yang lebih rendah dari WPS
o Benda kerja yang kotor
o Proses fit-up yang tidak sesuai WPS
o Type elektroda yang tidak sesuai WPS

Gbr 46. Incomplete Fusion

3. Slag Inclusion adalah material non-metal yang terjebak dalam pengelasan


Penyebab:
o Hasil pengelasan tidak dibersihkan dengan gerinda atau wire brush
o Sudut alur lebih kecil dari standar di WPS (1,6 mm)
o Kualitas elektroda tidak sesuai WPS

Gbr 47. Slag inclution


4. Undercut adalah pengurangan ketebalan pipa karena proses pengelasan & biasanya
terletak pada ujung alur.
Penyebab:
o Arus yang lebih tinggi dari WPS
o Teknik mengelas (weaving) yang kurang baik.

Gbr 48. Undercut


5. Internal Concavity adalah penyusutan lapisan pengelasan ke dalam root face
Penyebab:
o Lelehan elektroda memiliki temperatur yang tinggi karena arus lebih tinggi
dari WPS

Gbr 49. Internal Concavity

6. Offset atau mismatch adalah kondisi di mana dua benda yang akan dilas tidak sempurna
kesejajarannya.
Penyebab:
o Ketidaksejajaran pada saat melakukan proses Fit-up & aligment
Gbr 50. Offset
7. Inadequate weld reinforcement adalah ketebalan capping lebih rendah dari benda kerja.
Penyebab:
o Arus lebih tinggi dari WPS
o Kecepatan pengelasan lebih rendah dari WPS

Gbr 51. Inadequate weld reinforcement

8. Crack adalah penyusutan tegangan yang terjadi ketika masa pendinginan setelah
pengelasan.
Penyebab:
o Pendinginan hasil pengelasan yang lebih cepat dari WPS
o Pemilihan kawat las yang tidak sesuai dengan WPS
o Teknik mengelas yang kurang baik
o Sudut bevel yang lebih kecil dari WPS

Gbr 52. Cacat crack


• Resiko kerusakan karena pengelasan?
o kerusakan karena material dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan
karena fluida yang ada di dalamnya tumpah keluar pipa.
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan material?
o Pekerja las harus memenuhi standar kualifikasi yang ketat dan harus
memiliki sertifikat, jalur pipa yang baru harus memenuhi hidro tes ( tes
tekanan di dalam pipa, maksimum tekanan yang diijinkan adalah 1,25 kali
tekanan maksimum operasi yang diijinkan ).
o Operator harus terus memelihara dan melakukan inspeksi rutin.

(h) KERUSAKAN KARENA BENCANA ALAM


• Apa yang dimaksud dengan kerusakan karena bencana alam dan apa penyebabya?
o Kerusakan karena bencana alam terjadi akibat kejadian alam, meliputi:
ƒ Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus.
ƒ Hujan badai, banjir, sungai meluap, tsunami
ƒ Topan, tornado, angin kencang
ƒ Temperatur yang ekstrim seperti temperatur di bawah 0oC.
ƒ Kilat / petir
• Resiko kerusakan karena bencana alam?
o Kerusakan karena bencana alam sangat potensial untuk merugikan
perusahaan dari segi finansial dan dapat menimbulkan jatuhnya korban
jiwa, namun kerusakan ini tidak dapat diprediksi.
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan karena bencana alam?
o Kita hanya bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi dengan mendesain
jalur pipa baik untuk pipa di atas permukaan tanah atau pipa di dalam
permukaan tanah untuk menghindari sumber bencana pada kondisi
geografis daerah tertentu, dan mendesain struktur bangunan pipa agar tahan
gempa, topan, tsunami, tornado, dll. Membuat analisa resiko terhadap jalur
pipa terhadap resiko yang potensial terjadi sepanjang jalur pipa.

(i) Kerusakan karena pihak luar


• Apa yang dimaksud dengan kerusakan karena pihsk luar dan apa penyebabya
o Kerusakan karena pihak luar meliputi:
ƒ Jalur pipa ditabrak oleh kendaraan, atau kendaraan yang
mengangkut pipa mengalami kecelakaan.
ƒ Kebakaran pada fasilitas jalur pipa yang disebabkan oleh karena
bangunan sekitar jalur pipa mengalami kebakaran.
ƒ Perusakan yang disengaja oleh pihak ketiga.
ƒ Terjadi sabotase oleh pihak ketiga atau terorisme.
ƒ Kerusakan ini jarang terjadi
• Resiko kerusakan karena bencana alam?
o Meskipun kerusakan jenis ini jarang terjadin namun ketika terjadi akan
merugikan sekali dari segi biaya maupun korban jiwa yang bisa
ditimbulkannya, apalagi jika jalur pipa tersebut sekat dengan populasi.
• Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan karena pihak luar?
o Konstruksi jalur pipa dan desain harus juga mencakup keamanan karena
pihak luar. Peraturan yang dibuat harus melindungi fasilitas pemipaan dari
kerusakan karena pihak ketiga, penambahan fasilitas keamanan seperti
kamera, patroli pihak keamanan, dll.

3.1.3 Alat-alat yang digunakan untuk konstruksi pipeline


Referensi: proyek lawe-lawe.
Metode kerja survey : patok, alat tulis, APD
Metode kerja handling material : Craine, lifting belt, kayu penyangga, truk
Metode kerja inspeksi pipa : meteran, gauge , penggaris siku
Metode kerja pengeceran pipa : side boom, truk craine, lifting belt, material penopang
pipa agar tidak lecet.

side boom craine & lifting belt

Metode kerja pengelasan : mesin las dan peralatannya, sikat pembersih pipa,
chaine blok, balok penahan, external clamp

Mesin Las SMAW Eksternal klamp


Metode kerja inspeksi pengelasan : cek visual

Gbr 53. fit-up gauge

Metode kerja road crossing (boring): Boring, cangkul, side boom, rambu-rambu keamanan.

Gbr 54. Rambu-rambu keamanan


Metode kerja road crossing (open-cut): cangkul, craine, peralatan las

Metode kerja river crossing : eskavator, concrete wall, lifting belt, peralatan las,
side boom

Metode kerja galian tanah : cangkul atau eskavator.

Gbr 55. Eskavator


Metode kerja katodik proteksi : peralatan katodik proteksi (Rangkaikan anode, PVC
Cable, Kabel, PVC ventilasi, anode Chintraliser,
Transformer Rectifier, zink reference cell), cangkul

rangkaian anode rangkaian anode yang telah merekat pada pipa

Gbr 56. Ktodik proteksi

Metode kerja tes Hidrostatik : pompa air, pompa tekan, indikator, recorder, Pressure
and temperature gauge, Pressure and temperature
recorder, Dead weight tester, Flow-meter, filling
Pump minimal 25 m3/ jam (1 unit), water supply
pump, high pressure pump (>1000 Psi), water
treatment system, air compressor, water storage : 0,2
m3 , pressure gauge : 0 – 1000 Psi (2 unit),
temperature gauge : 0 – 1000 C (1 unit).

Gbr 57. Tes hidrostatik


Metode kerja flushing dan PIG : scrapper launcher, scrapper receiver, Pigging.

PIG launching PIG receiving


Gbr 58. Pigging
Metode kerja joint coating : wire brush & kain majun, burner

Gbr 59. Alat joint coating

Metode kerja Inspeksi join coating dengan Holiday Detector 10 kV

Gbr 60. Holiday detector

Metode kerja lowering : side boom, lifting belt


Metode kerja dewatering : kompresor, scrapper launcher, pig dan scrapper
receiver
Metode kerja tie-in : gas detector.
KONSTRUKSI TANGKI

Minyak mentah, Liquid Natural Gas (LNG), Liquid Petroleum Gas (LPG) dan produk-
produk industri perminyakan lainnya disimpan di dalam tangki penyimpanan.
Berdasarkan lokasi, tangki penyimpanan terbagi menjadi dua:
™ Tangki penyimpanan di atas tanah
™ Tangki penyimpanan di dalam tanah
Berdasarkan tekanan terbagi menjadi dua:
™ Non pressure
™ Pressure storage tanks

Tangki penyimpanan berada pada akhir jalur pengumpul (gathering lines yang
mengalirkan minyak mentah dari berbagai sumber sumur pengeboran), pada kilang
minyak.
Gbr 61. Contoh oil storage tank

2. One 20” Shell manhole


3. One 20” roof manhole
4. One 6” gauge hatch
5. Roof nozzle for vent (12 or 13)
6. Ladder (Small Tanks only)
7. Spiral Stairway
8. Two shell nozzle
9. Range for water draw-off
10. Sump
11. Swing line unit complete
12. Water draw-off
13. Conservations vent (volatile product)
14. Free vent (non-volatile product)
15. (a) Target-type float gauge
(b) Ground reading type float gouge
16. Connection for room chamber
17. Drain
18. Flame arrester
19. Antifreeze valve
1-8 Extra units
5(a) Inside ladder

3.1.4 Alat-alat yang digunakan untuk konstruksi tangki


Referensi proyek: CPO strage tank 5000 T

PEMERIKSAAN MATERIAL
Roll Meter, Thickness Gage, White Marker.

Gbr 62. Alat pemeriksaan material


PENEMPATAN MATERIAL
Forklift 5 Ton, Balok kayu dan marker.

Gbr 63. Forklift


PEMOTONGAN MATERIAL
Oxy-fuel gas cutting, Plasma cutting untuk Stainless steel, Mesin gerinda potong

Gbr 64. Mesin las dan gerinda potong

PENGEROLAN/ BENDING MATERIAL


Mesin roll, mal radius dari triplek 6 mm

Gbr 65. Mesin rol


PEKERJAAN PENGELASAN
Genset 195 Kva, kompresor, baking & holding oven, mesin las 400 a, kabel & stang las,
kedok dan sarung tangan las, kawat las E 6013 dan E 7016 untuk Carbon Steel., kawat las
ER 308 dan ER 309 untuk Stainless Steel, kawat gouging dia. 6 mm, tang ampere (Clamp
Meter), welding gage, mesin dan Batu Gerinda 4”, wire Brush, dye Penetrant

Gbr 66. Pekerjaan pengelasan


ERECTION, FIT UP – WELDING SHELL PLATE
winch 5 t atau mesin roll : 1 unit, gondola : 6 unit, tiang stelling : 1 unit, lifting beam : 1
unit, mal bulan, strong back, kanal u, baji, lena, scafolding, guide roller, chain block, roller
block, sling dia. 10 mm, tambang kapal dia. 10 mm, papan

Gbr 67. Peralatan Erection

INSTALASI STEAM KOIL DAN ACCESSORIES


Peralatan las, peralatan hidrostatik tes
LEAKAGE TEST
Engine Pump, Peralatan Oiling:
• 2 buah Rakit yang terbuat dari batang pisang 6 buah.
• Ban mobil truk, 8 buah yang digunakan sebagai:
• Pelampung orang : 6 buah
• Pelampung CPO didalam kaleng : 2 buah
• Papan untuk diletakan diatas rakit sebagai pijakan orang dan diatas ban untuk
meletakan kaleng CPO

PEKERJAAN PENGECATAN
Roll, cat.
3.4 STASIUN

3.4.1 Stasiun Pompa Dan Compresor


stasiun pompa atau kompresor digunakan untuk mentransportasikan minyak mentah,
produk minyak bumi, LNG melalui jalar pemipaan.minyak mentah, produk-produk minyak
bumi, dan gas alam ditransportasikan melalui jalur pipa ke pengguna, karena jalur pipa ini
biasanya membutuhkan jarak yang panjang maka untuk memenuhi tujuan ini diperlukan
suatu system agar dapat membuat fluida di dalam pipa dapat terus berggerak.

suatu fluida di dalam pipa dapat bergerak dikarenakan adanya perbedaan tekanan, ketika fluida
bergerak maka tekanan turun jadi untuk mempertahankan agar fluida dapat terus mengalir maka
tekanannya harus dinaikan dan dijaga. Untuk meningkatkan tekanan sepanjang jalur pipa
digunakan pompa dan compresor, prinsip kerja pompa dan kompresor pada dasarnya adalah sama
yaitu untuk meningkatkan tekanan di dalam pipa, Namur perbedaannya pompa digunakan untuk
fluida cair dan compresor digunakan untuk fluida gas.

gas atau fluida cair bergerak melalui impeller di dalam kompresor atau pompa, keluar melaui nosel
sehingga tekanannya meningkat. Biasanya stasiun pompa berjarak setiap 20 s/d 100 mil, tergantung
kepada karakteristik fluida yang dihantarkan serta kondisi lahan dan stasiun kompresor berjarak
setiap 40 s/d 100 mil.

Gbr 68. Stasiun pompa dan kompresor


3.4.2 Meter / Regulatng stations ( MRS )
Disebut juga dengan stasiun penerima, fasilitas ini merupakan titik penjualan gas bumi atau
minyak mentah dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi. Disinilah debit aliran dan
tekanan fluida dari jalur transmisi disesuaikan agar bisa dialirkan ke jalur distribusi. Pada
meter dan regulating station, gas bumi yang disalurkan ke jaringan pipa distribusi diukur besarnya
aliran dan diturunkan tekanannya sesuai dengan tekanan jaringan pipa distribusi, yaitu maksimum
sekitar 16 bar.

Gbr 69. Stasiun metering


3.5 KONSEP DESAIN PIPELINE
Desain dari sistem pemipaan harus memperhatikan dan meminimalkan faktor sambungan (
baik dengan sambungan las ataupun baut, dan yang lain) sebaiknya sambungan, katup,
fixture, salah operasi, biaya maintanance, pengaruh lingkungan luar seperti suhu,
kelembapan, kondisi tanah, udara yang dapat menyebabkan pipa korosi atau berubah
bentuk akibat tekanan luar diperhatikan dengan serius. Para desainer juga harus
memperhatikan integrasi dari semua komponen agar sistem pemipaan sesuai dengan
standar baik dari spesifikasi maupun lingkungan.

Ketebalan nominal pipa: ketebalan nominal pipa harus sesuai code & standar yang berlaku
sesuai referensi. Elemen pendukung dari pipeline: terdiri dari fixtures dan alat-alat
pendukung struktur.
Langkah-langka dasar dalam memilih ukuran pipa adalah:
1. menetapkan kondisi operasi seperti: kecepatan aliran, temperatur, tekanan,
komposisi dari fluida selama dalam sistem pemipaan.
2. menggunakan kecepatan sebagai limit standar untuk menghitung diameter dalam
dari pipa.
3. setelah mendapatkan diameter dalam pipa jika menemukan lebih dari satu standar
pipa maka untuk tiap standar tersebut dihitung ketebalan pipa berdarsarkan tekanan
maksimal yang diizinkan saat beroperasi, kemudian tentukan ketebalan pipa
masing-masing standar tersebut.
4. hitung nilai maksimum dan minimum kapasitas dari masing-masing standar ukuran
pipa dengan menggunkan kecepatan sebagai acuan.
5. hitung pressure drop dari masing-masing ukuran pipa dan bandingkan hasilnya
dengan tabel pressure drop.
6. Kumpulkan semua informasi dari nomor 1 sampai 5 lalu tentukan ukuran pipa yang
tepat untuk semua kondisi operasi.
7. menghitung desain dari peralatan pendukung pipa dan analisa tengangannya.

3.6 KONSEP DESAIN TANGKI

Desain Tangki
Yang termasuk dalam desain tangki adalah: atap tangki ( fixed roof tanks ), internal
floating roofs, vapor recovery systems, external floating roof tanks with weather covers
(aluminum domes) . Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe pemilihan tangki meliputi:
o Tekanan uap air, tekanan operasi, temperatur minimal untuk terbakar dari fluida
yang akan disimpan, temperatur dari rpoduk yang akan disimpan.
o Kapasitas tangki, frekuensi penambahan produk, jumlah produk yang menguap ke
udara ketika proses pengisian dilakukan.
o Regulasi, batas minimal produk yang menguap..
o Resiko kebakaran yang dapat ditimbulkan, baik oleh kecelakaan tangki atau
fasilitas pendukung.
o Sifat korosi dari material baja, material produk yang disimpan, kandungan kimia
fluida, material yang terkandung dalam fluida..
o Lapisan gas pelindung.
o Temperatur dan standar level fluida.
o Desain sambungan las.
tegangan yang terjadi pada tangki:
• longitudinal stress, terjadi karena tekanan di dalam tangki
• circumferential stress, terjadi karena tekanan di dalam tangki
• Residual Weld stress, terjadi karena pemanasan setempat akinbat pengelasan
• tegangan yang terjadi karena pengaruh angin, salju, alat bantu dan beban impact
• tegangan yang terjadi karena perubahan temperatur

Dalam mendesain tangki harus mengacu kepada standar internasional yang berlaku, yaitu
standar API 650 (welded steel tank for oil storage).

Desain tangki berukuran kecil dan menengah (Tangki Produksi)


Tangki ukuran menengah dan kecil dengan fondasi rata yang biasa disebut tangki
produksibiasanya difabrikasi dari plat baja dengan ketebalan yang sama, desain untuk
bentuk ini telah distandarkan oleh industri minyak dan gas bumi (100, 101) dengan
kriteria:

Ketebalan: 3/16 inchi atau ¼ inchi


lebar plat baja: maksimal 60 inchi
Material plat baja: ASTM A-7, ASTM A-283 Grade C or Grade D
Desain sambungan las: double butt joints, single butt joint dengan backing

Tabel 1. Typical dimension for productions tanks


Gbr 70. Standar desain untuk tangki ukuran kecil dan menengah (rekomendasi API standar 12 D)
Desain tangki berukuran besar
Sebelum melakukan analisa dan perhitungan desain maka hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengumpulkan data-data spesifikasi tangki agar perhitungan desain
akurat dan sesuai dengan standar API 650. di bawah ini contoh data spesifikasi

Menentukan kapasitas tangki


π π
Gc = ( x D 2 x H ) − ( x D 2 x Hb) .........{m 3 }
4 12
Menentukan maksimum desain liquid level
π
Nc = ( x D 2 x Hs) di mana H = Hs + Ho + 0,741
4

Gbr 71. Desain tangki

Menentukan ketebalan shell menurut metoda satu kaki dalam unit amerika
2,6 x D x ( H − 1) x G
td = + CA
Sd
2,6 x D x ( H − 1) x G
tt =
St
Di mana:
td = ketebalan desain dinding, dalam inci
tt = ketebalan dinding dalam uji hidrostatis, dalam inci
D = diameter nominal tangki, dalam feet
H = tinggi permukaan desain cairan, dalam feet
(ketinggian dari dasar tangki hingga di puncak shell / badan tangki termasuk siku
atas / top angle, atau dari dasar ke dasar saluran luberan / overflow yang
membatasi ketinggian pengisian tangki atau dari dasar ke level yang ditetapkan
oleh pihak pembeli yang terhalang oleh tutup terapung internal atau dikendalikan
untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gerakan cairan / sesmic wave akibat
gempa.)
G = berat jenis desain cairan yang ditimbun, yang ditentukan oleh pihak pemesan
CA = kelonggaran karat yang ditentukan oleh pihak pemasok
Sd = stress yang diijinkan untuk kondisi desain, dalam lbf / sq. in.
St = stress yang diijinkan untuk kondisi dalam tekanan uji hidrostatis

ketebalan total dari plat dinding harus lebih tebal dari daftara di bawah ini:

Tabel xx. Diameter nominal tangki dan tebal plat.

Menentukan Longitudinal stress

Gbr 72. Gambar longitudinal force


Dimana:
l = panjang (inchi)
d = diameter dalam (inchi)
t = ketebalan selubung (inchi)
p = tekanan dalam (pound per square inch gauge)

P = longitudial force
pπd 2
P =
4
a = area
= tπ d

f = stress
pπd 2
P 4 = pd = induced stress
f= =
a tπd 4t
pd
atau t =
4f

Circumferential stress
Circumferential stress hanya disebabkan oleh tekanan dalam (internal pressure)

Gbr 73. Circumferential force

P = Force
= pdl
a = area
= 2tl
P pdl pd
f = stress = = =
a 2tl 2t
pd
t=
2f
Efisiensi sambungan las dan toleransi korosi
untuk longitudinal force
pd
t= +c
4 fE

untuk circumferential stress


pd
t= +c
2 fE

dengan :
t = ketebalan plat (inchi)
p = tekanan dalam (Psi)
d = diameter dalam (inchi)
f = gaya yang diijinkan (Psi)
E = efisiensi sambungan (dalam tabel)
c = toleransi krosi yang diijinkan

Tabel 2. Efisiensi sambungan


untuk konstruksi double welded butt-joint
t = 0.0001456 (H − 1) D + c
Untuk konstruksi double full-fillet lap joint
t = 0,0001650 ( H − 1) D + c
dengan:
t = ketebalan plat (inch)
H = tinggi tangki dari bagian bawah pondasi sampai dengan atap (feet)
D = Diameter dalam (feet)
c = toleransi korosi yang diijinkan (inch)

Stabilitas badan tangki terhadap kemungkinan terjadinya tekukan (bukling) akibat


kecepatan desain angin yang diminta pihak pemesan, harus dicek menggunakan rumus:
H 1 = 9,47 t (t / D) 3
di mana:
H1 = jarak vertikal antara penopang angin (intermediate wind girder) dengan top angle
dari dinding tangki, atau antara penopang angin dengan penopang angin puncak
(top wind girder) dari tangki tanpa tutup (open roof tank), dalam (m)
t = tebal ring dinding teratas yang diminta, kecuali apabila ditentukan lain, dalam (m)
D = diameter nominal tangki, dalam (m)

Desain pondasi tangki


Desain pondasi tangki untuk tangki penyimpanan biasanya dibuat dari plat baja yang
memiliki ketebalan yang lebih kecil dari plat baja yang digunakan untuk lapisan selubung
dan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang maksimal maka ketebalan plat baja yang
digunakan minimal ¼ inchi, hal ini dimungkinkan karena pada bagian pondasi disangga
oleh lapisan pasir atau batu kerikil yang diletakkan di atas permukaan tanah.

Berdasarkan API Spec 12 B, desain pondasi tangki ada tiga jenis, yaitu:
• desain pondasi konus: untuk tangki yang memiliki ukuran diameter dalam lebih
kecil dari 29 ft 8 5/8 inch, mengikuti ukuran di bawah ini.

Gbr 74. Desain pondasi konus


• desain pondasi rata (flat), untuk desain pondasi yang rata harus mengikuti standar
di bawah ini.

Tabel 3. Desain pondasi rata (flat)

• Desain berdasarkan kesepakatan: diatur berdasarkan kesepakatan antara pembeli


dengan pembuat (manufacture).

Berat dari plat pondasi:


Wb = 0,7854 x OD 2 x (Tb / 2) x 62,4 x 7,85 dalam (Kg)
di mana:
OD = diameter luar dari pondasi, (mm)
Tb = ketebalan plat pondasi, di mana menurut referensi API 650 harus memiliki
ketebalan minimum 6 mm (70 kPa (10.2 lbf/in2), dalam (mm)
Berat dari annular plate:
Wa = 0,7854 x (OD 2 − ID 2 ) x (Ta / 12) x 64,2 x 7,85 dalam (Kg)
Di mana:
OD = diameter luar anular, dalam (mm)
ID = diameter dalam annular, dalam (mm)
Ta = ketebalan plat annular, dalam (mm) harus mengikuti table API 650 seperti di
bawah ini.

Tabel 4. Annular Bottom-Plate Thicknesses

Berat total
Wt = Wb + Wa
Desain atap
Bentuk atap yang paling umum dari sebuah tangki penyimpanan adalah konus, kubah,
seperti payung.
desain sudut atap harus mengikuti tabel sesuai standar API 650

Diameter Top angles


(mm) (Ft) (mm) (Inch)
≤ 11 ≤ 35 51 x 51 x 4,8 2 x 2 x 3/16
≥ 11 s/d ≤ 18 ≥ 35 s/d ≤ 60 51 x 51 x 6,4 2 x 2 x 1/4
≥ 18 ≥ 60 76 x 76 x 9,5 3 x 3 x 3/8
Tabel 5. Desain Atap
Perhitungan desain atap berbentuk konus
fs = maximum stress
pd
fs =
2t sin θ
p = internal or eksternal pressure (Psi gauge)
d = diameter (inchi)
t = ketebalan konus (inchi)
θ = sudut antara elemen konus dengan bidang horizontal

critical compressive stress


t
f critical = 0,6 E
r
dengan:
E = modulus elastis dari material (Psi)
t = ketebalan (inchi)
r = radius kurva (inchi)

allowable compressive stress

f allowable = 1,5(10 6 ) ≤ yield po int


t 1
r 3
Gbr 75. Desain atap

Berat roof plate


Wrp = 0,7854 x ( D / cos θ ) 2 x (t / 12) x 62,4 x 7,85
Di mana:
D = diameter nominal tangki, dalam (mm)
t = ketebalan roof plate, dalam (inci)
θ = sudut dari roof plate
Desain pengelasan tangki
Standar yang mengatur desain pengelasan untuk membuat konstruksi tangki adalah API
650 (Welded Steel Tanks for Oil Storage)

Gbr 76. Desain vertikal joint

Gbr 77. Horizontal joint

Gbr 78. Desain pengelasan untuk pondasi tangki.


3.7 KONSEP DESAIN JEMBATAN PIPA

Proses Perencanaan Jembatan.

Desain jembatan untuk pipa :


o Ringan tapi kuat dan memenuhi peraturan / stándar yang berlaku.
o Mudah dalam pengadaan.
o Mudah dalam fabrikasi.
o waste (sisa material) yang sedikit.
o Mudah dalam pengangkutan.
o mudah dalam pemasangan.
Peraturan yang digunakan dalam mendesain jembatan:
1. American Petroleum Institute (API)
2. Bridge management system, BMS-1992
3. Pedoman perencanaan bangunan baja untuk gedung, SKBI-1.3.55.1987
4. Pedoman perencanaan bangunan baja untuk gedung, SNI 03-1729-2002
5. Tata cara perhitungan struktur betonuntuk gedung, SNI 03-2847-1987
6. peraturan beton bertulang indonesia, PBI 1971
7. peraturan pembebanan indonesia untuk gedung 1981

sebelum melakukan perhitungan analisa pembebanan jembatan maka harus dilakukan


survey terlebih dahulu untuk mengetahui:
1. survey lapangan terhadap kondisi sungai
2. survey lapangan terhadap struktur jembatan (jika sudah ada)
3. data sondir pada lokasi jembatan

Pembebanan yang harus diperhatikan dalam melakukan desain pondasi jembatan antara
lain:
™ beban mati jembatan
™ beban hidup
™ beban angin
™ beban pile cap
™ beban mini pile
keterangan: dari antara beban mati jembatan, beban hidup, beban angin dicari kombinasi
yang memberikan reaksi yang paling besar, kemudian ditambah dengan beban pile cap dan
beban mini pile

beban mati jembatan = beban mati oil + beban mati pipa.


dengan:
berat oil = A pipa x ρ oil x l segmen ..........(kg )
di mana:
A : luasan pipa = (π / 4) D 2 dalam (inci2)
D : diametr pipa (inci)
ρ : berat jenis fluida, dalam (kg/m3)
l : panjang Pias / segmen, dalam (m)

berat pipa = beban/m x lsegmen

Beban hidup, dari standar pembebanan


Gbr 79. Contoh pembebanan hidup

Beban Angin

luas bidang angin = L / pias x H


Luas bidang angin terpakai = 0,3 x luas bidang angin
beban angin = v 2 / 16
beban angin x l pias
beban = dalam (kg)
nbuhul

= titik buhul
yaitu beban angin yang bekerja di titik buhul dan arahnya tegtak lurus titik buhul /
sejajar arah melintang jembatan

Kombinasi pembebanan untuk jembatan


kombinasi pembebanan yang dipakai dalam standar perhitungan struktur adalah:
1,4 DL ....................................................... Kombinasi 1
1,2 DL + 1,6 LL ........................................ Kombinasi 2
1,2 DL + 1,0 LL + 1,3 WL ........................ Kombinasi 3
di mana:
DL = beban mati
LL = beban hidup
WL = beban angin

Yang perlu diperhatikan juga dalam mendesain jembatan adalah melakukan analisa
terhadap ukuran profil baja apakah aman untuk dipakai dan dk apakah lendutan yang
terjadi masih aman, untuk mengecek lendutan yang terjadi memakai persamaan di bawah
ini:
lendutan yang terjadi < L/25 ..... (berdasarkan Pedoman Perancangan Bangunan Baja)
di mana L adalah panjang bentang

hal lain yang perlu diperhatkan adalah perhitungan tiang pancang, Perhitungan kapasitas
tiang pancang mini pile menggunakan data uji sondir dan rumus yang dipakai sebagai
berikut:
JHP x O q c x Ab
Qa = +
5 3
di mana:
JHP = kumulative dari sleeve friction sampai pada kedalaman yang diinginkan
O = keliling tiang
qc = tahanan konus pada kedalaman yang diinginkan
Ab = penampang tiang pancang
contoh pondasi jembatan
Gbr 80. Pembuatan pondasi jembatan

Macam-macam jembatan yang digunakan untuk jalur pipa:

Tipe cremona Tipe girder

Tipe suspension Truss bridge


Gbr 81. Jenis-jenis jembatan
3.7.1 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN JEMBATAN

o mesin las dan peralatan las


Mesin las SMAW, kabel las, stang, kedok las, kawat las

mesin Las SMAW Elektroda dan holder


Gbr 82. Perlengkapan pengelasan

Gbr 83. Sikat kawat

Gbr 84. Pekerjaan pengelasan


o Alat erection jembatan
Alat erection jembatan dapat berupa chain block, mobile craine

Gbr 85. Mobile craine 20 ton


Gbr 86. Chain block

o bekisting untuk pondasi jembatan

Gbr 87. Contoh bekisting pondasi jembatan


o Cutting torce & tabung oksigen

Gbr 88. Cutting torce & tabung oksigen


o Teodolit untuk mengukur chamber.

Gbr 89. Teodolit

4 METODE KERJA

4.1 METODE KERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI PIPELINE


Untuk membangun jalur pipa dibutuhkan komponen lain yaitu struktur penahan dan
struktur penyambung serta pengendali, untuk para desainer harus mengikuti ASME B31.3
dan ASME 31.4 untuk aspek teknisnya serta mengikuti NFPA 30 untuk desain dari
perlindungan terhadap bahaya kebakaran. Desain utama dari peralatan penopang adalah
menghindari dari keausan, jika dari alat-alat sambungan yang harus diperhatikan adalah
apakah penuh tersambung dan ketahanannya terhadap korosi.
1. Inspeksi: operasi yang dilakukan kontraktor untuk mendapatkan data tentang lokasi
jalur pipa, kondisi cuaca, iklim, sosial budaya, keadaaan geologis. Dilakukan untuk
menjamin bahwa jalur pipa sesuai dengan spesifikasi konstrusi.
2. Jalur pipa:
a. Lokasi yang tepat harus dipilih dengan baik agar meminimalkan lokasi jalur
pipa digunakan akibat berkembangnya manusia dan industri.
b. Keamanan dan kenyamanan public harus diutamakan dalam mengerjakan
konstruksi jalur pipa.
o Pembangunan jalur pipa harus sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku dan dikerjakan oleh orang-orang yang berkompeten
dibidang pipa.
o Dalam melakukan konstruksi jalur pipa harus diusahakan untuk
meminimalkan kerusakan apabila melewati pemukiman penduduk,
jalan raya, kawasan industri.
o Dalam melakukan konstruksi jalurpipa melewati point ke 2 harus
membuat alat Bantu keselamatan seperti: rambu-rambu, cahaya
penerangan, dll agar keamanan & kenyamanan penduduk sekitar
tetap terjaga.
c. Rute jalur pipa yang akan dilewati harus disurvey terlebih dahulu dan
diberitanda dan tanda ini harus terus diperhatikan selama mengerjakan
konstruksi pipa agar tidak berubah.
d. Sikap waspada dan hati-hati harus dikembangkan dalam penanganan pipa
mulai dari kedatangan material sampai proses konstruksi selesai untuk
meminimalkan kerusakan akibat proses pengerjaan. Dan pergunakan
peralatan dengan aman.

Metode pelaksanaan ada dua macam yaitu untuk metode pipa yang ada diatas permukaan
tanah dan pipa yang ada di bawah permukaan tanah. Dibawah ini contoh metode kerja
yang ada di DME PT WIKA

Metode pelaksanaan pekerjaan pipa yang ada di wika.


Contoh referensi metode pelaksanaan pipa gas PGN
1. Survey
a. Pengukuran dilakukan pertama kali sebelum dimulainya kontruksi.
b. Urutan pengukuran dilakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
c. Patok harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah rusak atau hilang.
d. Pengukuran meliputi :
¾ Pemasangan patok-patok di sepanjang jalur pipa setiap 50 m.
¾ Pengambilan data memanjang dan melintang untuk kebutuhan gambar PFD
(Piping Flow Diagram).
¾ Pengukuran disetiap Scraper Louncher dan Receiver.
e. Setiap pekerjaan harus menggunakan APD, yaitu :
¾ Safety shoes.
¾ Payung.
¾ Sarung tangan kain

Hasil yang diperoleh :


- Koordinat jalur pipa
- Pematokan kilo meter point
- Data basic design
Catatan:
Jika material pipa lewat jalur laut:
1. Metode kerja handling material di pelabuhan internasional
a. Kapal Merapat di Pelabuhan nasional
b. Pipa diturunkan dari kapal menggunakan crane kapal dan di tumpuk di
dermaga
c. Pengurusan bea & clerence
d. Pipa diangkat keatas trailer dengan crane kemudian dibawa ke tempat
penyimpanan sementara di dermaga / pabrik.
2. Metode kerja handling material di pelabuhan domestik
a. Pipa dari Pabrik / pelabuhan nasional di bawa dengan trailer ke pelabuhan
domestik.
b. Material dari atas trailer di muat ke Barge / Tongkang dengan menggunakan
crane.
c. Setelah selesai muat, tongkang / barge berlayar ke pelabuhan tujuan
3. Metode kerja handling material di pelabuhan tujuan pipa
a. Tongkang/barge merapat dipelabuhan tujuan.
b. Pipa di bongkar dengan menggunakan crane, dan ditumpuk sementara di
dermaga.
c. Pipa diangkut dengan menggunakan truck crane ke stock yard.
d. Material di tumpuk di stock yard.

Jika material pipa langsung dari pabrik:


1. metode kerja handling dari pabrik ke tempat pengumpul
a. Setiap material datang harus dilengkapi dengan Surat jalan atau nota
pembelian.
b. Untuk menjaga material dari kemungkinan kerusakan maka penataan
material di stock yard menggunakan alat Bantu.
c. Setiap tempat penyimpanan mempunyai identifikasi posisi (kode lokasi).
d. Material titipan milik owner akan diberlakukan sesuai dengan penanganan
material milik sendiri, disimpan terpisah dan diberi identifikasi Barang
Titipan/Nama Pemilik.
e. Kartu stock digunakan untuk material yang ditempatkan di gudang tertutup,
untuk material di gudang terbuka identifikasi material dan jumlah dituliskan
pada materialnya atau label yang ditempatkan didekat material tersebut
f. Material di gudang terbuka (stock yard) ditempatkan sesuai dengan lay out
material dan diberi kode lokasi untuk penempatannya
g. Semua jenis material yang datang harus diperiksa oleh QC dan disahkan
dengan membubuhkan tanda tangan pada Berita Acara Penerimaan Barang
(BAPB).
h. Hanya material yang telah lulus QC yang dapat diterima oleh gudang dan
disimpan pada tempat yang telah direncanakan.
i. Material yang ditolak/rejected dikembalikan ke supplier atau disimpan
terpisah dengan diberi identifikasi “Ditolak”.
j. Penyimpanan material harus dilakukan pada tempat yang aman dan tidak
merusak material tersebut selama dalam penyimpanan.
k. Penyimpanan Material Langsung.
¾ Material Pipa
Material pipa ditempatkan di atas dudukan
¾ Kawat las dan bahan las lainnya.
Penanganan dan perlakuan bahan diatur tersendiri dalam WIKA-I5-15-
IK-05
¾ Tinggi tumpukan untuk material langsung maksimal 2 m.

l. Penyimpanan material tidak langsung


¾ Oksigen dan bahan bakar lain
a. Oksigen dan bahan bakar lain harus diletakkan di tempat yang
terlindungi dari percikan api dan terik matahari.
b. Tempat penyimpanan harus diberi tanda dilarang merokok / tanda
bahaya kebakaran di lokasi penyimpanan material.

Instruksi kerja inspeksi material


a. Urutan kerja pemeriksa material plate.
• Pemeriksaan kelengkapan dokumen yang diperlukan.
• Pemeriksaan secara tampak (visual) terhadap kelurusan, kerataan,
laminasi, retak, dan keropos.
• Ukur panjang material.
• Ukur lebar material.
• Ukur tebal material (ukur 8 titik, masing-masing aiai 2 titik),
Acceptance Criteria mengacu ke ASTM.
• Beri identifikasi sesuai dengan statusnya (diterima,ditunda,ditolak) pada
material tersebut sesuai dengan hasil inspeksi.
• Catat semua data-data tersebut di atas ke dalam format inspeksi.
• Melaporkan hasil inspeksi ke Kasi Enjinering.
b. Urutan kerja pemeriksaan/inspeksi material besi siku
• Periksa kelengkapan dokumen yang diperlukan.
• Inspeksi pemeriksaan secara tampak (visual) terhadap kelurusan,
keretakan, laminasi, dan keropos.
• Ukur panjang material.
• Ukur lebar kedua kaki siku.
• Ukur kesikuan material.
• Ukur ketebalan material (ambil 6 titik masing-masing
ujung,tengah,ujung = 2 titik). Acceptance Criteria mengacu ke ASTM.
• Beri identifikasi sesuai dengan statusnya (diterima, ditolak, ditunda)
• Catat semua data-data tersebut dan masukkan ke format inspeksi adalah
rata-rata 6 titik.
c. Urutan kerja pemeriksaan/inspeksi material pipa
• Periksa kelengkapan dokumen yang diperlukan
• Periksa Mill Certificate.
• Periksa secara tampak (visual) terhadap kelurusan, retak, laminasi, dan
keropos.
• Ukur panjang pipa.
• Ukur diameter luar pipa.
• Ukur diameter dalam pipa.
• Ukur ketebalan (ambil 8 titik, masing-masing sisi 4 titik), Acceptance
Criteria mengaju ke ASTM A 120.
• Beri identifikasi sesuai dengan statusnya (diterima, ditolak, ditunda).
• Catat semua data-data tersebut dan masukkan ke format inspeksi. Untuk
ketebalan yang dimasukkan ke dalam format inspeksi adalah rata-rata
dari 8 titik.
d. Urutan kerja pemeriksaan material mur-baut.
• Periksa kelengkapan dokumen yang diperlukan.
• Periksa secara visual ulir.
• Periksa tipe ulir / jarak ulir (P) sesuai dengan spesifikasi yang diminta
dengan memakai Pitch Gage atau dengan jalan dipasangkan antara mur
dan baut yang berpasangan.
• Periksa diameter (D).
• Periksa panjang ulir (S) dan panjang keseluruhan (L).
• Periksa panjang mur (C dan N) dan tebal mur (H).
• Periksa toleransi tread / kelonggaran ulir antara baut dan mur.
• Beri identifikasi sesuai dengan statusnya (diterima,ditolak,ditunda) per
kelompok sesuai dengan jenisnya.
e. Urutan kerja material tidak langsung (zat cair/gas/kimia/consumeable) per
kelompok sesuai dengan jenisnya.
• Periksa kebenaran material tersebut sesuai dengan spek yang diminta.
• Periksa kemasan material, kemasan harus dalam keadaan baik.
• Periksa segel, segel harus dalam keadaan benar dan utuh.
• Periksa identifikasi.Identifikasi harus jelas.
• Beri identifikasi sesuai dengan statusnya (diterima,ditolak,ditunda).
Catatan:
Pengeceran pipa
Loading pipa ke atas Truck Crane:
a. Pasang lifting belt
b. Angkat pipa ke atas Truck Crane
c. Setelah penuh ikat pipa menggunakan sabuk agar pipa tidak lecet, dan beri
tanda pada ujung belakang truck.
Loading Material ke Side Boom
a. Pasang lifting belt
b. Kaitkan hock ke lifting belt
c. Angkat perlahan lahan.
Mobilisasi
a. Pastikan driver / operator tahu persis lokasi yang akan di ecer
b. Selama perjalanan driver / operator harus mentaati peraturan yang berlaku
Penurunan / pengeceran
a. Siapkan balok landasan
b. Turunkan pipa perlahan lahan ke atas balok landasan.
c. Perhatikan jarak antar pipa, usahakan sedekat mungkin.

pengelasan
a. Setiap ujung pipa di-swab sebelum dilas untuk membersihkan dari kotoran,
cat, minyak, hewan atau lainnya. Daerah yang dibersihkan minimal 1 inch
dari ujung pada kedua sisi (dalam dan luar)
b. Pengelasan pada flange dilakukan NDT (Radiography) 100 %
c. Setiap ujung pipa yang akan dilas harus di bevel dengan sudut sesuai
dengan ANSI B.16.25 “But Welding Ends”
d. Gap antar material harus diset sesuai dengan WPS
e. Penyetelan dan Pengelasan fitting meliputi :
¾ Penyambungan pipa ke Fitting
¾ Penyambungan Fitting ke Fitting
f. Alat pelindung diri yang digunakan :
¾ Safety shoes
¾ Kedok las
¾ Appron / jaket kulit
¾ Sarung tangan kulit
¾ Sarung tangan kain

inspeksi pengelasan
a Inspeksi Penyetelan.
a.1 Pemerikasaan hasil penyetelan sesuai gambar dan WPS.
a.2 Periksa/check dimensinya (Gap)
a.3 Untuk komponen / produk yang akan dilas periksa persiapan pengelasan.
a.1.1 Bevelnya.
a.1.2 Pembersihan permukaan yang akan dilas.
a.1.3 Periksa kebenaran tack weld.
a.1.4 Buat laporan hasil hasil pemeriksaan.
b. Inspeksi Pengelasan / Welding.
b.1 Periksa penggunaan pemanas kawat.
b.2 Periksa kawat yang digunakan (contoh kawat las E7010, E6010).
b.3 Periksa penggunaan amperenya pada waktu pengelasan sedang
berlangsung.
b.4 Amati perlakuan pembersihan layer demi layer / tahap per tahap pada
waktu melakukan pengelasan.
b.5 Periksa hasil pengelasan secara tampak/visual terhadap :
b.1.1 Cacat retak permukaan (bila terjadi retak permukaan maka hasil
las harus diperbaiki/repair).
b.1.2 Alur permukaan/reinforcement las harus rapi.
b.6 Periksa hasil pekerjaan penyelesaian akhir (Finishing) hasil las harus
bersih dan tidak ada spatter (percikan las).
b.7 Beri identifikasi sesuai statusnya (diterima, ditolak, atau diperbaiki) agar
komponen dapat diproses lebih lanjut.
b.8 Masukkan semua data inspeksi kedalam format inspeksi).
Catatan:
Metode kerja joint coating.
a. Bersihkan semua permukaan joint pipa dari karat dan minyak menggunakan
wire brush & kain majun.
b. Lakukan pemasan pada joint pipa dengan burner hingga suhu dikisaran 60o
c
c. Panaskan joint coating (heat srinkable) lalu tempelkan hingga seluruh joint
pipa tertutup
d. Panaskan joint coating (heat srinkable) yang telah menempel hingga
menyatu dengan pipa
e. Pastikan joint coating telah menyatu dengan pipa.
f. Setiap sambungan pipa harus dilakukan joint coating, pekerjaan ini harus
dilakukan dengan segera sebelum pipa diturunkan kedalam galian.
g. Joint coating dilakukan sampai material pipa lolos QC.
h. Setiap penyimpangan pada pelaksanaan joint coating harus mendapatkan
persetujuan dari Pelaksana Utama.
i. Joint coating meliputi :
¾ Surface cleaning (pembersihan permukaan).
¾ Aplikasi Heat Shrink Sleeves.

Metode kerja Inspeksi join coating


a. Setiap pipa harus dilakukan Inspeksi Joint Coating, pekerjaan ini harus
dilakukan dengan segera sebelum pipa diturunkan ke dalam galian.
b. Inspeksi Joint Coating dilakukan sampai material pipa lolos QC.
c. Periksa secara visual kondisi joint coating.
d. Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan Holiday Detector 10 kV.
e. Berikan status pada joint coating sesuai dengan hasil inspeksi.
Catatan:
Metode kerja katodik proteksi
a. Lakukan pengeboran sumur, secara bertahap dimulai dari dia 2” sampai
dengan 10”
b. Masukan pipa casing 10” kedalam sumur
c. Lakukan pengecoran terhadap pipa casing yang menonjol diatas permukaan
tanah
d. Rangkaikan anode, PVC Cable, Kabel, PVC ventilasi dan anode
Chintraliser
e. Setelah pengecoran kering masukan rangkaian diatas kedalam sumur
f. Pastikan ujung kabel anode berada di luar sumur
g. Letakanan Transformer Rectifier diatas permukaan tanah yang telah di Cor.
h. Letakan anode detector diatas pipa Galvanis yang sudah di cor.
i. Hubungkan kabel anode dari sumur dengan anode detector dan transformer
rectifier
j. Letakan zink reference cell didalam galian tanah , kemudian timbun
k. Hubungkan kabel anode dari zink reference cell melalui bagian dalam pipa
Galvanis yang sudah di cor dengan kepala tes box.
l. Las ujung kabel anode dari kepala test box ke rangkaian pipa
1. Besarnya arus untuk area permukaan efektif pipa menurut NACE
Corrosion Engineers Reference Book :
a. Fresh water : 30 mA / sq.m
b. buried (onshore) : 20 mA / sq.m
c. Faktor kerusakan coating untuk system pipa dan coating adalah :
i. Hot coal tar enamel system : mean
condition 5% bare, final condition 7% bare.
ii. Two or three layer polyethylene: mean
condition 0,5% bare, final condition 2% bare.
d. Tegangan maksimum pipa untuk system coating ini
¾ Hot tar enamel system -2.0 V vs Cu/CuSO4
¾ Two layer or three layer polyethylene -1,5 V vs
Cu/CuSO4
¾ Lembar Corrosion Monitoring System harus dipasang untuk memantau
korosi, erosi atau kekurangan material lainnya dalam jaringan pipa.
Metode kerja Holiday Tes
a. Setiap pipa dan joint pipa harus dilakukan Inspeksi Holiday Test.
b. Holliday Test dilaksanakan untuk memastikan kondisi coating pipa dan coating
joint pipa dalam keadaan baik
b.1 Lakukan inspeksi pelaksanaan Holliday Test.
b.2 Lakukan inspeksi pelaksanaan pemeriksaan menggunakan Holiday
Detector 10 kV.
b.3 Berikan status pada Holliday Test sesuai dengan hasil inspeksi.
b.4 Buat Laporan hasil Inspeksi Holliday Test.
Catatan:
Metode kerja road crossing (boring)
a. Pelaksanaan pekerjaan Road Crossing dilaksanakan dengan metode Auger
Boring dan terlebih dahulu telah mendapat izin dari instansi yang berwenang.
b. Sebelum melakukan penggalian terlebih dahulu harus disiapkan rambu – rambu
lalu lintas.
c. Setiap pipa yang melintas jalan harus dilindungi dengan pipa selubung (pipe
sleeve).
d. Sebelum ditimbun pipa harus sudah lulus tes radiograpi dan holiday test.
e. Pipa ditimbun dengan kedalaman 1,5 m dari Top of Pipe Pipa selubung.
f. Setiap pekerja harus menggunakan APD yaitu :
¾ Safety shoes.
¾ Sarung tangan kain
¾ Helm
g. Setiap pekerja harus menerapkan 5R
h. Traffic Management: Metode kerja Road Crossing Auger Boring tidak
menggangu lalu lintas sehingga tidak diperlukan Traffic Management dan
rambu-rambu Lalu-lintas yang digunakan adalah :
¾ Hati Hati Ada Pekerjaan Road Crossing = 2 buah
¾ Rambu ada orang kerja =2 buah
¾ otary Lamp = 2 buah
¾ Barikade = 2 buah
¾ Bendera merah / flash light = 2 buah
Catatan:
Metode kerja road crossing (open-cut)
a. Pelaksanaan pekerjaan Road Crossing dilaksanakan dengan metode open
cut dan terlebih dahulu telah mendapat izin dari instansi yang berwenang.
b. Sebelum melakukan penggalian terlebih dahulu harus disiapkan rambu –
rambu lalu lintas.
c. Setiap pipa yang melintas jalan provinsi harus dilindungi dengan pipa
selubung (pipe sleeve).
d. Sebelum ditimbun pipa harus sudah lulus tes radiography dan holiday test.
e. Penggalian sisi pertama
f. Memasang jembatan sementara
g. Penggalian sisi ke-dua
h. Memasukan pipa
i. Menyambung dengan pipa yang lain
j. Menutup galian lubang
k. Pipa ditimbun dengan kedalaman 1,5 m dari Top of Pipe Pipa selubung.
l. Alat pelindung diri yang digunakan :
¾ Safety shoes
¾ Safety helmet
¾ Sarung tangan
m. Setiap pekerja wajib melaksanakan 5 R.
n. Traffic Management.
¾ Pengaturan lalu lintas pada saat pekerjaan Road Crossing dilakukan
dengan menggunakan system penutupan satu lajur jalan dan
mengalihkan lalu lintas ke lajur lainnya dengan cara bergantian (kecuali
pada saat penurunan pipa semua lajur jalan ditutup sementara).
¾ Pada saat pekerjaan Road Crossing berada pada lajur 1, lajur jalan
tersebut ditutup dan lalu lintas menggunakan lajur 2 dengan cara
bergantian antara kendaraan yang akan ke lajur 1 dan yang akan ke lajur
2, begitu juga sebaliknya.
¾ Petugas :
• Traffic Supervisor
• Flag man
o. Rambu-rambu lalu lintas yang digunakan adalah :
¾ Hati-hati ada pekerjaan Road Crossing = 2 buah
¾ Kurangi kecepatan = 2 buah
¾ Rambu kecepatan 40 km/jam = 2 buah
¾ Rambu kecepatan 30 km/jam = 2 buah
¾ Rambu kecepatan 20 km/jam = 2 buah
¾ Rambu kecepatan 10 km/jam = 2 buah
¾ Rambu ada orang kerja = 2 buah
¾ Rambu jalan mmenyempit = 2 buah
¾ Rambu dilarang masuk = 2 buah
¾ Rambu penunjuk arah = 2 buah
¾ Rotary Lamp = 2 buah
¾ Barikade = 2 buah
¾ Mendera merah / flash linght = 2 buah

Metode kerja river crossing


2. Pelaksanaan pekerjaan River Crossing dilaksanakan dengan metode open
cut dan terlebih dahulu telah mendapat izin dari instansi yang berwenang.
3. Sebelum ditimbun pipa harus sudah lulus Radiography Test dan Holliday
test
4. Setiap pekerja harus menggunakan APD yaitu :
¾ Safety shoes.
¾ Sarung tangan kain
¾ Helm
5. Setiap pekerja harus menerapkan 5R
6. Metode kerja river-crossing
¾ Tentukan As lintasan pipa yang crossing dengan sungai.
¾ Bendung salah satu sisi sungai
¾ Lakukan penggalian.
¾ Bongkar bendungan
¾ Bendung sisi sungai lainnya
¾ Lakukan penggalian.
¾ Bongkar bendungan.
¾ Turunkan rangkaian pipa yang telah lulus radiography test dan holliday
test ke dalam lubang galian dengan panjang menyesuaikan dengan
bentang sungai.
¾ Lakukan pengelasan pada ujung-ujung rangkaian pipa yang telah
ditanam dengan rangkaian pipa yang lainnya.
Catatan:
Metode kerja flushing dan PIG
a. Rangkaiakan pompa dengan scrapper launcher
b. Pasang selang pembuangan di scrapper receiver
c. Masukan pig kedalam scrapper launcher
d. Lakukan pigging dengan menggunakan filling pump
e. Keluarkan pig dari scrapper receiver.
f. Flushing dan pigging dilakukan sebelum/sesudah dilakukannya hydrostatic
test dengan tujuan untuk membersihkan bagian dalam pipa dari semua
kotoran.
g. Flushing dan pigging dilakukan dengan mengunakan media air yang
ditekan.
h. Sebelum memasukkan pig kedalam pipa lakukan filling water dan tunggu
minimal 2 (dua) jam setelah air keluar dari ujung pipa
i. Masukan rubber pig dan langsung diikuti oleh pekerja untuk memastikan
pig tersebut berjalan dan dimana posisi pig.
j. Setiap penyimpangan pada pelaksanaan flushing dan pigging harus
mendapatkan persetujuan dari Pelaksana Utama.
k. Flushing dan pigging meliputi :
¾ Filling water (15 m H2O).
¾ Pigging.

Metode kerja intelligent pigging


a. Rangkaikan pompa dengan scrapper launcher
b. Pasang selang pembuangan di scrapper receiver
c. Masukan Cleaning pig kedalam scrapper launcher
d. Lakukan pigging dengan menggunakan filling pump
e. Keluarkan pig dari scrapper receiver.
f. Lakukan langkah C sampai dengan E dengan mengganti jenis pig: cleaning
pig, Geometri pig, MFL pig.
Catatan:
Metode kerja tes Hidrostatik
a. Lepaskan rangkaian pipa utama dari pipa bypass & scrapper L/R
b. Pasang blind flange, gasket & studbold pada ujung pipa yang terbuka.
c. Lepaskan valve yang menghubungkan pipa utama dengan pipa bypass
d. Pasang temporary connection diantara pipa utama & Pipa bypass
e. Hubungkan pipa utama dengan pipa bypass
f. Pasang pompa isi dan pompa tekan pada temporary connection
g. Pasang indikator & recorder
h. Lakukan pengisisan air dengan pompa isi
h.1 Proses pengisian (Filling water).
k.1 Pasang temporary connection dan peralatan filling pump
kecuali peralatan ukur dan instrumentasinya.
k.1 Pastikan semua koneksi pada temporary connection dan
koneksi pada jalur pipa sudah dilengkapi gasket untuk joint
flange ke flange dan seal tape untuk fitting ke nipple dan
nipple ke instrument dan terpasang erat.
k.1 Pasang filling pump ke temporary connection dan pastikan
terpasang erat.
k.1 Letakkan filling pump sedekat mungkin dengan sumber air
seperti sungai /kali atau disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Air akan dites untuk mengetahui kadar keasaman
dan kandungan organik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
k.1 Lakukan pengisian air dalam kondisi air vent terbuka.
k.1 Tutup air vent setelah air keluar selama ½ jam.
k.1 Isolasi hubungan filling pump dengan temporary
connection dengan menutup gate valve.
k.1 Ganti filling pump dengan pressure pump.
i. Setelah air penuh lakukan penekanan dengan pompa tekan
j. Penekanan.
Proses penekanan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
j.1 Besarnya penekanan maksimum 14,5 psi/menit sampai 95% dari test
pressure, 5% terakhir dari test pressure tekanan pengisian diturunkan secara
linier 1,5 psi/menit. Selama penekanan sambungan pipa diperiksa untuk
kebocorannya. Ketika mencapai test pressure yang ditentukan, katup
pengisi akan ditutup dan jaringan pengisian dilepas dari katup.
j.2 Lakukan penekanan dengan pompa tekan secara perlahan-lahan dan terus
menerus sampai 30% dari testing pressure dan ditahan selama 1 jam.
j.3 Periksa seluruh valve dan koneksi dengan jalur pipa, jika tidak ada
kebocoran teruskan penekanan sampai 50% dari testing pressure dan
ditahan selama 1 jam.
j.4 Periksa seluruh valve dan koneksi dengan jalur pipa, jika tidak ada
kebocoran teruskan penekanan sampai 100% dari testing pressure dan
ditahan selama 24 jam.
j.5 Tekanan harus dijaga selama satu periode waktu untuk kestabilan tekanan
(kondisi stabil). Lamanya periode waktu tergantung beberapa factor
misalnya ; besarnya tekanan stabil, waktu dari pengisian sampai penekanan,
perbedaan temperatur air pengisi dengan sekitarnya, jenis dan ketebalan
coating, kedalaman air di tiap bagian akhir pengujian.
j.6 Jika terjadi penurunan tekanan dari kestabilan temperatur dan tekanan, maka
harus ditekan ulang sampai tekanan tertentu sebelum shut down dan
penghentian untuk pengujian. Penambahan air harus harus diukur dan
dicatat secara tepat.
j.7 Setelah penekanan stabil, tekanan pengujian (test pressure) harus ditahan
minimal selama 24 jam. Batas minimum tekanan pengujian harus minimal
1,4 kali dari MOP (Maximum Operating Pressure / tekanan maksimum
operasi) dan maksimum 95% dari SMYS (Specified Minimum Yield
Strength) material terlemah.
j.8 Setelah kondisi stabil, isolasi pompa tekan dari temporary connection dan
tahap holding time pada Hydrostatic Test selama 24 jam dimulai.
k. hidrostatik test
k.1 Selama waktu pengujian, pencatatan seluruh pembacaan pada instrument
dilakukan setiap 30 menit.
k.2 Variasi tekanan selama hydrostatic test dapat diterima jika (sama atau lebih
kecil) ≤ 0.2 % test pressure.
k.3 Catat pembacaan pada pressure measurement (tekanan) dari dead weight
tester, ambient temperature (temperature ambient) dan barometric pressure
(tekanan barometer).
k.4 Jika terjadi penurunan tekanan lebih besar, pengujian tidak dapat diterima
dan jaringan pipa akan dites ulang atau waktu pengujian ulang diperpanjang
selama 24 jam.
k.5 Setelah selesai dan hydrotest diterima, jaringan pipa akan ditekan pada
tekanan maksimum 43,5 psi/menit.
k.6 Grafik tekanan dan daftar pengujian dari dead weight tester harus
ditandatangani semua pihak dan dibuat 2 salinan untuk kelengkapan
laporan, juga termasuk :
- Pressure and temperature recorder charts.
- Log of pressure and temperatures
- Calibration certificates for instruments and test equipment.
- Calculation of pressure and temperature relationship and justification for
acceptance.
- Endorsed test acceptance certificate.
- Detailed description of test equipment with diagram of test hook-up.
l. Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan baik dan dikalibrasi oleh
instansi yang berwenang :
a.1.1 Pressure and temperature gauge
a.1.2 Pressure and temperature recorder
a.1.3 Dead weight tester
a.1.4 Flow-meter
m. Medium Hydrostatic Test yang digunakan adalah air.
n. Peralatan yang digunakan antara lain :
n.1 Filling Pump minimal 25 m3/ jam (1 unit).
n.2 Water supply pump.
n.3 High pressure pump (>1000 Psi).
n.4 Water treatment system.
n.5 Air compressor.
n.6 Water storage : 0,2 m3 .
n.7 Pressure gauge : 0 – 1000 Psi (2 unit).
n.8 Temperature gauge : 0 – 1000 C (1 unit).
o. Instrumen dipasang di tempat yang menjamin keamanan personel dan
kerusakan alat saat pengetesan.
Catatan:
Metode kerja dewatering
a. Rangkaiakan kompresor dengan scrapper launcher
b. Pasang selang pembuangan di scrapper receiver
c. Masukan foam pig kedalam scrapper launcher
d. Lakukan pigging dengan menggunakan kompresor
e. Keluarkan pig dari scrapper receiver.
f. Alat yang digunakan pada proses dewatering ini adalah Kompresor dengan
tekanan minimal 10 Bar dan foam pig.
g. Deretan pig minimum harus 4 pig. Setiap pig harus dipisah dengan sejumlah
air bersih. Contoh air akan diambil dari antara deretan pig untuk uji kadar
garam. Sahnya de-watering dilihat dari air pada bagian dereten terakhir.
Kandungan garam pada air deretan terakhir harus kurang dari 200 ppm. Jika
kandungan garam mencapai 200 ppm maka harus di flush ulang dengan
penambahan sejumlah air bersih/segar
h. Peletakan kompresor diupayakan pada daerah yang jauh dari pemukiman
penduduk.
i. Pada ujung pipa dimana tempat keluarnya foam pig harus diberikan
pengaman sedemikian rupa untuk meminimalisasi kecelakaan dan
kerusakan akibat ledakan dari tekanan kompresor yang tinggi
Catatan:
Metode kerja tie-in
a. Siapkan temporary pit pada ujung pipa eksisting yang akan di tie in.
b. Shut down instalasi pipa
c. Tutup aliran minyak dengan cara menutup valve
d. Lepaskan stud bold pada flange dengan hati-hati untuk melepas tekanan sisi
dalam pipa, lepaskan flange.
e. Alirkan sisa minyak yang tersedia kedalam pit.
f. Pasang rangkaian pipa dengan memasang flange dan gasket ke valve pada
ujung pipa eksisting.
g. Pastikan tidak ada bahaya combustible gas dengan gas detector.
h. Tie-in yang dimaksud adalah flange to flange
i. Pipa exsisting tidak dalam keadaan beroperasi.
j. Pipa exsisting sudah tidak ada tekanan
k. Pastikan sambungan pipa baru dengan pipa eksisting sudah terangkai
dengan baik.

4.2 METODE KERJA TANGKI

PERSIAPAN PERLENGKAPAN K3 & 5R


PERSIAPAN PERALATAN KERJA, ALAT BANTU & PERSONIL
PENDATANGAN MATERIAL
Menempatkan dan mengelompokkan material yang datang sesuai dengan jenis,
spesifikasi teknis dan urutan pekerjaan, baik fabrikasi maupun pemasangan.
PEMERIKSAAN MATERIAL
Memeriksa material yang akan digunakan berdasarkan spesifikasi teknis yang
disyaratkan dan jumlah yang dibutuhkan.
PENEMPATAN MATERIAL
Menempatkan dan mengelompokkan material yang datang sesuai dengan jenis,
spesifikasi teknis dan urutan pekerjaan, baik fabrikasi maupun pemasangan.
o Handling material pipa dan plat ditumpuk di atas balok kayu melintang/ tidak
langsung diletakkan di atas tanah.
o Valve, pressure/ temperature gauge, flange, flexible joint dan accessories lain
ditempatkan di dalam gudang tertutup.
o LPG, Oxygen, cat dan material lain yang mudah terbakar di tempatkan di dalam
secara terpisah.
o Material consumable seperti kawat las, batu gerinda, kawat gouging ditempatkan di
dalam kotak besi dan terkunci.
PEMOTONGAN MATERIAL
Mengukur dan memotong material sesuai dengan Cutting Plan dan atau gambar kerja:
o Oxy-fuel gas cutting untuk baja karbon.
o Mesin gerinda potong untuk pemotongan pipa-pipa nipple.
Pemotongan dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan mesin potong.
Edge Preparation/ beveling untuk pengelasan juga dilakukan di tahap ini.

PENGEROLAN/ BENDING MATERIAL


Pengerolan / bending didasarkan pada gambar kerja yang telah disetujui untuk
difabrikasi.
PLAT: Material pelat untuk dinding tangki yang diroll harus sesuai dengan diameter
dalam tangki dan hasil pengerolan diperiksa menggunakan mal radius/ bulan.
Material Pelat untuk Manhole diroll sesuai dengan diameter yang dibutuhkan.
PROFIL: Profil UNP dan Siku untuk sabuk atas (Top Ring) tangki diroll mengikuti
diameter luar (OD) tangki dimana profil tersebut akan dipasang.
PIPA: Pipa untuk steam coil diroll dengan menggunakan mesin roll khusus untuk pipa.

Gbr 90. Pekerjaan pengerolan

PEKERJAAN PENGELASAN
PERSIAPAN
o Melakukan penyambungan material dengan menggunakan proses las sesuai dengan
Prosedur Pengelasan (WPS) yang telah diuji (dapat dibuktikan dengan adanya
Procedure Qualification Record atau PQR).
o Bagian material yang akan dilas harus dibevel dulu sesuai dengan persyaratan
dalam gambar kerja, dengan menggunakan potong api dan mesin gerinda.
o Lakukan fit – up terhadap material yang akan dilas.
o Permukaan yang akan dilas harus bersih dari minyak, grease, karat dan kotoran lain
serta harus dalam keadaan kering.
o Hindari melakukan pengelasan dalam keadaan hujan dan angin kencang.
o Elektroda/ kawat las harus dalam keadaan kering.
o Untuk menjaga kawat las tetap kering, kawat las harus dimasukkan kedalam
Thermos Las selama pengelasan
o Pindahkan kawat las E7016 dari Baking Oven kedalam Holding Oven, suhu 100oC,
jika tidak akan langsung dipakai.
o Kawat las jenis Low Hydrogen (E7016) hanya boleh diekspos diudara terbuka
selama maksimum 4 jam. Melewati batas waktu tersebut harus dimasukkan ke
dalam Baking Oven kembali.
o Kawat las yang sudah pernah terkena/ terendam air tidak boleh digunakan.
o Selama proses pengelasan dilakukan, secara random, pengecekan terhadap arus dan
voltage yang digunakan dengan menggunakan Tang Ampere (Clamp Meter).
o Lakukan pengukuran Root gap, Root face, sudut bevel, panjang kaki las (Leg Size)
dan tinggi reinforcement dengan menggunakan Welding Gage.
Gunakan batu gerinda dan wire brush dari jenis stainless steel untuk material stainless
steel.

Gbr 91. Bentuk bevel pengelasan shell

FIT UP WELDING ACCESSORIES TANGKI


‘ Kegiatan Fit Up – Welding ini adalah pekerjaan pengelasan accessories CPO
Storage Tank.
‘ Komponen-komponen accessories seperti flange, pipa niple dan atau pelat yang
telah dipotong atau diroll dirangkai dengan cara Tack Welding (Fit Up).
‘ Setelah diperiksa dimensi dan surface/ edge preparation-nya, accessories tersebut
dilas mengikuti prosedur pengelasan yang berlaku.
‘ Hasil pengelasan diperiksa secara visual dan pengukuran dimensi.
‘ Accessories CPO Storage Tank meliputi :
– Manhole Atas dan Bawah
– Nozzle-nozzle
– Steam Coil
– Lader
– Air Vent
– Centre Drum
– Rafter
– Sounding Pipe
– Level Indicator Float

FIT UP WELDING BOTTOM PLATE


‘ pekerjaan pengelasan Bottom Plate CPO Storage Tank yang dilakukan setelah
seluruh material pelat untuk bottom digelar diatas pondasi.
‘ Penggelaran material pelat meliputi:
– Penempatan seluruh pelat bottom di atas pondasi sesuai dengan layout pada
gambar kerja.
– Setting Lap Joint.
– Pemotongan Pelat sesuai dengan dimensi yang dipersyaratkan.
‘ Pengelasan Bottom Plate :
– Pengelasan Vertikal/ Annular Plate, dilakukan sebelum shell plate mulai
diinstall..
– Pengelasan Horizontal Plate, dapat dilakukan di antara waktu instalasi shell
plate.
‘ inspeksi pengelasan adalah dengan Dye Penetrant Test.

Annular plate bottom plate


Gbr 92. Pengelasan bottom plate

FIT UP WELDING SHELL PLATE


‘ Langkah-langkah yang ada di tahap ini :
1. Persiapan
™ Alat-alat yang dipersiapkan:
– Winch 5 T atau Mesin Roll : 1 unit
– Gondola : 6 unit
– Tiang Stelling : 1 unit
– Lifting Beam : 1 unit
– Mal Bulan
– Strong Back
– Kanal U
– Baji
– Lena
– Scafolding
– Guide Roller
– Chain Block
– Roller Block
– Sling dia. 10 mm
– Tambang kapal dia. 10 mm
– Papan
Persiapan fit-up shell
2. Errection Shell Plate
™ Proses menaikkan shell plate keatas bottom plate dan selanjutnya keatas
shell plate yang lainnya adalah dengan menggunakan Winch atau Mesin
Roll yang dirangkai sedemikian rupa dengan Tiang Steling, Sling, dan
Roller Block sehingga berfungsi seperti sebuah crane namun dengan
jangkauan area yang terbatas. Sehingga penempatan shell plate yang
telah diroll diatur sedekat mungkin dengan pondasi Tangki dan
disesuiakan dengan urutan naiknya plate.
™ Shell 1 diletakkan diatas Bottom Plate yang telah ditandai (marking)
tempat untuk meletakkannya sesuai dengan diameter yang telah
ditentukan.
™ Antara Plate Shell 1 dengan Bottom Plate belum dilakukan pengelasan.
Demikian juga join antara plate dalam satu shell, belum dilakukan
dengan pengelasan, namun dengan menggunakan Strong Back, Mal
Bulan, dan Baji.

persiapan erection shell plate erection shell plate


Gbr 93. Erection plate
3. Fit Up Vertikal & Horizontal Shell Plate
4. Pemeriksaan Diameter Tangki
™ Shell 1 merupakan shell yang sangat menentukan kebenaran diameter
dan ketegaklurusan Tangki, sehingga pengukurannya harus dilakukan
dengan teliti.
™ Pengukuran dilakukan pada 16 titik lingkaran Tangki.
™ Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan roll meter dan
ketegaklurusan dengan menggunakan Teodholite.
™ Untuk pengukuran ketegaklurusan diperlukan 8 titik lokasi Theodolite
(T1 s/d T8), masing-masing dapat mengukur 2 titik.
™ Pengukuran ketegaklurusan dilakukan sampai ke shell yang terakhir
(shell 10).
5. Pemeriksaan Ketegaklurusan Tangki sesuai dengan gambar kerja dan
pastikan alat ukur sudah dikalibrasi.
6. Pengelasan Horizontal & Vertikal Shell Plate :
– Sisi Luar
Urutan kerja:
‘ Shell 2 dan seterusnya dapat diinstal setelah shell 1 memenuhi
dimensi yang dipersyaratkan.
‘ Urutan pengelasan adalah sebagai berikut :
1. Pengelasan Vertikal shell 1 dilakukan setelah shell 2 diinstal.
2. Pengelasan Vertikal shell 2 dilakukan setelah shell 3 diinstal.
3. Pengelasan Horizontal antara shell 1 dan shell 2.
4. Pengelasan Vertikal 3 dilakukan setelah shell 4 diinstal.
5. Pengelasan Horizontal antara shell 2 dan shell 3.
6. Pengelasan Vertikal 4 dilakukan setelah shell 5 diinstal.
7. Pengelasan antara shell plate dengan bottom dilakukan
setelah shell 5 diinstal.
8. Demikian seterusnya sampai shell 10.
– Sisi dalam ( back welding ) dilakukan setelah selesai pengelasan sisi
luar dan proses back gouging.
9. Pemeriksaan Hasil Pengelasan menggunakan non destruktif test
erection shell plate proses alignment

hasil pengelasan vertikal hasil pengelasan horizontal


Gbr 94. Proses fit-up & pengelasan.

FIT UP WELDING TOP RING


‘ Top Ring pada tangki ini berupa profil UNP.
‘ Instalasi Top Ring dilakukan setelah seluruh pekerjaan pengelasan shell plate
selesai dilakukan.
‘ Sebelum instalasi Top ring permukaan shell yang akan tertutup oleh Top ring
tersebut di primer coating terlebih dahulu.

ERECTION RAFTER
‘ Rafter dan centre drum yang telah difabrikasi diinstal dengan memanfaatkan
peralatan yang sama dengan yang digunakan pada saat instalasi shell plate, dengan
tambahan lengan ayun.
FIT UP WELDING ROOF PLATE
‘ Roof Plate diinstal setelah instal rafter selesai dilakukan, dengan menggunakan
peralatan yang sama seperti pada saat instal rafter.
‘ Permukaan roof plate bagian bawah di cat primer terlebih dahulu sebelum diinstal.
‘ Pemotongan plate sesuai dengan lay out dan dimensi yang dipersyaratkan pada
gambar kerja dilakukan diatas rafter untuk menjamin ketepatan pemasangan roof
plate. Dilanjutkan dengan pekerjaan pengelasan antar pelat.
‘ Untuk memudahkan mobilisasi personil dan peralatan keatas roof maka ladder
spiral stairway dapat mulai diinstal setelah instal shell terakhir selesai dilakukan.
FIT UP WELDING STEAM COIL DAN ACCESSORIES
‘ Steam coil dan accessories tangki dapat mulai diinstal setelah pekerjaan instal rafter
selesai dilakukan.
‘ Pekerjaan instal steam coil meliputi :
– Pemasangan Pad Plate untuk Support Pipe.
– Pemasangan Support Pipe.
– Fit Up Steam Coil.
– Pengelasan Steam Coil.
– Pemasangan U-Bolt untuk mengikat Steam Coil pada Pipe Support.
– Hydrostatic Test.

LEAKAGE TEST
‘ Tujuan Leakage Test :
– Test kebocoran tangki
– Test penurunan pondasi, sehingga selama holding time level pondasi harus
diamati setiap hari.
‘ Leakage test dilakukan setelah seluruh pekerjaan pengelasan yang langsung
mengenai body tangki selesai dilakukan.
‘ Lekage Test meliputi :
– Pengisian Air (Filling).
– Holding Time, selama 2 hari.
– Flushing & Oiling.
‘ Air yang digunakan berasal dari sungai terdekat dengan tangki.
‘ Air dipompakan ke dalam tangki dengan menggunakan 4 buah Engine Pump,
kapasitas maksimum 450 USGPM, head maksimum 82 ft.
‘ Flushing (pengosongan air) dilakukan dengan memanfaatkan gaya grafitasi melalui
Nozzle yang ada. Sisa air yang ada dipompa keluar melalui lubang drain.
‘ Oiling, mengoleskan minyak CPO ke dinding tangki sebelah dalam, dilakukan
bersamaan dengan proses flushing.
‘ Peralatan Oiling:
– 2 buah Rakit yang terbuat dari batang pisang 6 buah.
– Ban mobil truk, 8 buah yang digunakan sebagai:
‘ Pelampung orang : 6 buah
‘ Pelampung CPO didalam kaleng : 2 buah
– Papan untuk diletakan diatas rakit sebagai pijakan orang dan diatas ban
untuk meletakan kaleng CPO.

PENGECATAN
‘ Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan yang lain selesai.
‘ Pekerjaan Pengecatan meliputi :
– Surface Preparation
– Primer Coating
– Intermediate Coating
– Finish Coating.

METODE KERJA JEMBATAN


o Buat cutting plan setiap pekerjaan steel structure jembatan termasuk kolom.
o Pengadaan material baja sesuai cutting plan yg telah dibuat.
o Fabrikasi material baja sesuai cutting plan di Pabrik meliputi pemotongan
profil,pengelasan sambungan, dan pengeboran.
o Pengecatan baja dengan zinchromate berlaku untuk semua profil.
o Transportasi seluruh material baja terfabrikasi ke lapangan dengan menggunakan
truck trailer maupun tronton ataupun truck yang lebih kecil.
o Site assembly dilapangan termasuk pengelasan dan penyambungan profil rangka
jembatan. Erection jembatan dengan menggunakan Crane ataupun alat manual.
o Final leveling.
o metode kerja tiang pancang
o Survey Pengukuran
o Pembuatan patok titik yang akan dipancang
o Pelaksanaan Pekerjaan Pancang sesuai dengan no urut
o Kalendering
5 PENGUJIAN

5.1 JENIS-JENIS PENGUJIAN PADA PIPELINE


Contoh-contoh tes yang dilakukan WIKA

Pengujian materil pipa: untuk menjamin


material yang datang sesuai dengan
permintaan baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Alat uji harus dipastikan dalam kondisi
sudah dikalibrasi.

Pengujian Material
Pengujian cathodic protection: untuk
memastikan pelaksanaan inspeksi pada
pekerjaan Katodik Proteksi sesuai dengan
spesifikasi yang digunakan.
Katodik Proteksi : alat yang dipasang
untuk memperlambat proses oksidasi pada
pipa dengan cara mengalihkan
(mengorbankan) material yang disiapkan
sebagai material korban, yang mutunya
lebih rendah dari mutu material pipa yang
terpasang.
Alat uji harus dipastikan dalam kondisi
sudah dikalibrasi. Katodic Proteksi

hydrostatic test: adalah tes tekan dengan


menggunakan media air.
Sebelum pipa diisi dengan minyak
mentah atau gas alam, maka seluruh jalur
pipa harus dites tekan dengan
menggunakan media air. Hidro tes
dilkukan dalam periode waktu tertentu
untuk membuktikan kekuatan pipa apakah
ada bagian pipa yang mengalami
keretakan, baik pada pipa maupun pada
sambungan las. Setelah tes ini selesai
maka air yang digunakan sebagai media Hydrostatic Test
tes harus dikeringkan.
Inspeksi joint coating: adalah inspeksi
visual pembalutan pada sambungan pipa.

Alat uji harus dipastikan dalam kondisi


sudah dikalibrasi.

Inspeksi Joint Coating


Holliday Test adalah inspeksi visual
pembalutan pada sambungan pipa.

Alat uji harus dipastikan dalam kondisi


sudah dikalibrasi.

Holiday Test
Inspeksi pengelasan pipa: untuk
memeriksa hasil penyetelan dan
pengelasan

NDT (Non Destructive Test) adalah Tes


tanpa merusak.

Alat uji harus dipastikan dalam kondisi


sudah dikalibrasi.

Radiography test
5.2 JENIS-JENIS PENGUJIAN PADA TANGKI

Hydrostatic test: adalah tes tekan


dengan menggunakan media air.

Alat uji harus dipastikan dalam


kondisi sudah dikalibrasi.

a. leakage test, Tujuan Leakage


Test:
o Test kebocoran tangki
o Test kekuatan pondasi.
Selama holding time level
pondasi diamati setiap hari.

Alat uji harus dipastikan dalam


kondisi sudah dikalibrasi.

6 PENGELASAN DALAM PIPELINE

PENDAHULUAN

Pengertian pengelasan: penyambungan logam dimana ikatan antar atomnya kembali seperti
keadaan semula. Dalam pekerjaan struktur bermacam-macam sambungan las digununakan
, tetapi semua variasi sambungan las itu memiliki empat sambungan dasar yaitu:

• butt joints.
• tee joints.
• lap joints.
• corner joints
Gbr 95. Contoh bentuk sambungan las

Sambungan las terbentuk karena penyatuan benda kerja dengan kawa las dalam keadaan
mencair sepanjang jalur pengelasan.

Seperti pada gambar dibawah ini, panas yang dialirkan dari kawat las menyebar ke material
benda kerja sehingga temperaturnya meningkat sampai pada titik cairnya, kemudian
mengalami pendinginan dan proses penyatuan antar molekul atom terjadi.

Gbr 96. Proses awal pengelasan


Gbr 97. Proses penyatuan sambungan las

METODE DALAM MEMBUAT SAMBUNGAN DALAM PENGELASAN

Untuk menghasilkan pengelasan yang sempurna diperlukan waktu yang cukup bagi
material untuk mencair dan memerlukan waktu juga untuk proses penyatuan. Pada
praktiknya untuk mencapai titik cair suatu logam atau kawat las maka digunakan bantuan
panas dari luar. Panas yang digunakan biasanya bersumber dari voltase yang rendah (15 –
35 volt) dengan arus yang tinggi (50 – 1000 ampere), atau biasa disebut panas busur (arc).
Seperti pada gambar dibawah ini.
Gbr 98. Contoh sumber panas

Gbr 99. Contoh sumber panas

hasil pengelasan seperti gambar diatas dapat dimasuki oleh oksigen atau nitrogen dari
udara bebas, dimana oksigen tersebut dapat mengakibatkan porositas sehingga mengurangi
nilai kekuatan hasil pengelasan. Untuk mengatasinya digunakan beberapa metode antara
lain dengan menyelubingi material kawat las dengan flux seperti pada pengelasan
ShieldedMetal Arc Welding (SMAW) dan Submerged Arc Welding (SAW),
Gbr 100. Shielded Metal Arc Welding

Untuk Metal Active Gas (MAG) welding, menghindari porositas dengan cara
menggantikan oksigen yang masuk dengan gas yang tidak reaktif sebagai pelindung.

Gbr 101. Pelindung oksigen dengan gas


STRUKTUR PENGELASAN

Hasil pengelasan memiliki struktur karakteristik seperti baja yang dilas, namun memiliki
perbandingan yield dan ultimate strength yang lebih tinggi dari struktur baja. Material dari
hasil las adalah campuran dari logam (benda kerja) yang mencair dengan kawat las yang
mencair juga karena panas yang dialirkan ketika dilakukan proses pengelasan. Dalam
pekerjaan struktur komposisi dari kawat las biasanya telah ditentukan, biasanya mengacu
pada standarisasi dari American Welding Society (AWS) A5.01 Filler Metal Procurement
Guidelines. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi khusus baik pada material
benda kerja maupun pada pemilihan kawat las yang tepat, contoh ketika ingin mengelas
material stainless steel dengan carbon-manganese steel, dibutuhkan kawat las campuran
yang tinggi untuk menghindari retak yang terjadi pada hasil pengelasan.

Hasil pengelasan yang telah menyatu dan sedang dalam proses pendinginan, biasanya
mengalirkan panasnya ke luar dari area pengelasan menuju ke benda kerja, kemudian
disekitar benda kerja yang dilas mengalami kenaikan temperature sehingga bagian benda
kerja itu butuh perlakuan pendinginan juga, biasanya struktur dari benda kerja yang terkena
efek panas ini akan berubah. Fenomena ini disebut heat affected zone.

Gbr 102. Heat affected zone


Struktur dari heat affected zone dapat dikendalikan dengan:

• Memperhatikan komposisi dari material benda kerja ( terutama untuk kandungan


karbonnya)
• Mengatur kecepatan pendinginan setelah proses pengelasan.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan dari pendinginan adalah:

• Panas yang diterima benda kerja dari sumber panas (energi dari busur).
• Tipe dari joint.
• Ketebalan dari benda kerja.
• Pemanasan awal sebelum pengelasan.

Sebuah metode yang digunakan untuk menetukan interaksi antara factor-faktor diatas agar
menghindarkan retak yang terjadi pada daerah heat affected zone adalah seperti gambar
dibawah ini:

Gbr 103. Grafik heat affective zone


Sebagai tambahan, proses pemanasan awal memiliki tujuan:

• Untuk menghilangkan kadar hidrogen dari hasil pengelasan dan area yang terkena
ekspansi panas, karena kadar hydrogen dapat meningkatkan resiko dari keretakan
ketika proses pendinginan berjalan. Secara teori hidrogen berasal dari flux kawat
las, oleh sebab itu pemilihan kawat las yang bener dan penyimpanan elektroda yang
baik dapat mengurangi resiko keretakan karena pengaruh hydrogen.
• Untuk menghilangkan kandungan uap air pada permukaan benda kerja.
• Menaikan temperatur benda kerja sampai temperatur normal pengelasan (20oC).

6.1 PEMBUATAN BEVEL UNTUK BUTT WELD

Dalam pengelasan kedalaman dari cairan kawat las yang masuk ke dalam benda kerja biasa
disebut kedalaman penembusan ( lihat gambar xx). Kedalaman penembusan biasanya
memiliki ukuran 1 mm per 100 ampere. Untuk SMAW arus yang digunakan biasanya
tidak lebih dari 350 ampere, yang biasa digunakan 150 – 200 ampere, hal ini berarti bagian
ujung dari benda kerja yang akan dilas harus dibuat alur yang tidak terputus sepanjang
jalur pengelasan (lihat gambar xx ). Alur yang sudah dibuat itulah yang akan menampung
lelehan dari elektroda (lihat gambar xx). Terdapat beberapa variasi dari bentuk alur,
masing-masing memiliki kegunaannya masing-masing dan untuk membentuk alur ini dapat
menggunakan flame cut.

Gbr 104. Kedalaman penembusan

Gbr 105. Contoh bentuk alur


Gbr 106. lelehan elektroda

Gbr 107. Bentuk-bentuk alur


Gbr 108. Pengelasan alur

pemilihan dari bentuk alur bergantung kepada:

• proses pengelasan
• Posisi pengelasan
• Akses untuk sumber panas
• Volume dari hasil pengelasan yang dibutuhkan.
• Harga untuk pembuatan alur
• Factor penyusutan dan penyimpangan.
Gbr 109. Perhitungan shrinkage

6.2 PROSEDUR PENGELASAN

Prosedur pengelasan (welding procedure) biasa digunakan untuk mengambarkan proses


yang lengkap dari pengelasan, di mana prosedur ini meliputi: pemilihan elektroda,
pembuatan bevel, pemenasan awal, pemilihan arus, voltase, kecepatan pengelasan, posisi
pengelasan, jumlah pengelasan untuk memenuhi bevel, perlakuan panas setelah
pengelasan, kondisi lingkungan, dan lain-lain. Prosedur pengelasan juga berhubungan
dengan hal yang lain, antara lain: biaya yang minimal, pengawasan distorsi, menghindari
cacat, mendapatkan hasil pengelasan yang sesuai standar.

Secara umum pada prosedur pengelasan terdapat empat bagian, yaitu:

•Variable esensial (prosedur): Perubahan dari factor-faktor pengelasan yang dapat


mempengaruhi nilai kekuatan mekaniknya, factor-faktor tersebut antara lain:
perubahan dalam pemilihan P-number, proses pengelasan, pemilihan elektroda,
pemilihan material filler, pemanasan sebelum pengelasan, perlakuan panas setelah
pengelasan.
• Variabel esensial (performa): perubahan terhadap kondisi dalam pengelasan yang
dapat mempengaruhi kemampuan welder untuk menghasilkan hasil pengelasan
yang baik, antara lain: perubahan dalam proses pengelasan, penghilangan backling,
pemilihan elektroda, F-number, teknik pengelasan, dan lain-lain).
• Variabel tambahan tetapi esensial (prosedur): perubahan dalam kondisi
pengelasan yang mempengaruhi nilai kekuatan takiknya ( cth: posisi pengelasan :
dari atas ke bawah atau sebaliknya, pemanasan awal atau perlakuan panas setelah
pengelasan, perhitungan panas yang dibutuhkan).
• Variable yang tidak esensial (Prosedur). Perubahan kondisi pengelasan yang
tidak mempengaruhi nilai kekuatan mekaniknya ( cth: desain sambungan,
kebersihan, metode dari back gouging, dan lain-lain).
Untuk lebih jelas dapat melihat tabel dari ASME IX QW II Welding Procedure
Reguirements.
6.2.1 Sumber Panas Dan Metode Dari Gas Pelindung

Terdapat tiga prinsip dasar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan untuk pengelasan,
yaitu:

• Oxygen – acetylene.
• Perubahan arus listrik.
• Busur listrik.

Setiap hasil pengelasan dengan menggunakan sumber-sumber diatas harus dilindungi dari
masuknya oksigen atau nitrogen dari udara luar ke area pengelasan. Metode yang
digunakan untuk melindungi area pengelasan dari oksigen atau nitrogen disebut teknik
prelindungan (shielding technique), teknik ini sangat memberikan dampak pengaruh yang
besar terhadap karakteristik dari proses pengelasan, untuk pekerjaan konstruksi proses
pengelasan yang digunakan biasanya menggunakan sumber panas dari busur listrik.

Gbr 110. Sumber panas busur

6.3 HAL TEKNIS YANG PERLU DIPERHATIKAN

A. Proses pengelasan
Pemilihan Proses pengelasan harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap hasil
pengelasan, ada tiga proses pengelasan yang biasa digunakan untuk pengelasan pipa:

1. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW): biasa dikenal dengan nama TIG, kecepatan
pengelasan rendah, panas yang keluar dari sumber biasanya tinggi & membutuhkan
operator yang terampil, biasanya hanya root pass untuk material X70, X80 atau
stainless steel.

2. Gas Metal Arc Welding (GMAW): biasa dikenal dengan nama MIG, kecepatan
pengelasan lebih cepat dari TIG, sumber panas sulit untuk dikontrol, peleburan tidak
selalu 100%, membutuhkan operator yang terampil.
3. Shielded Metal Arc Welding (SMAW): biasa dikenal dengan stick welding, biaya
pengadaan mesin las paling murah, membutuhkan welder yang terampil, memiliki
masalah tersendiri yaitu pekerjaan sering terhenti karena menukar elektroda.

Hal yang diperhatikan adalah material benda kerja, area kerja dan bentuk sambungan.
Sebaiknya untuk pengelasan pipa gas menggunakan proses pengelasan SMAW untuk butt
joint, fillet, valve, flanges & fittings karena: mobilisasi peralatan las mudah, terlebih lagi
untuk mengelas pipa di bawah permukaan tanah, arus listrik yang konstan dari mesin las,
mudah dioperasikan, mesin las lebih murah dari TIG & MIG, jika rusak mesin las mudah
diperbaiki, elektroda dari SMAW lebih cepat mengalami pendinginan, SMAW
menyediakan elektroda yang sesuai dengan jenis material benda kerja.

B. Material pipa
Pemilihan material pipa sebaiknya sesuai dengan standar API 5L / ASTM serta spesifik.
Yang harus diperhatikan adalah identifikasi dari material pipa, kondisinya serta ketebalan
pipa harus sesuai standar. Pemilihan material pipa termasuk hal yang esensial

C. Diameter dan Ketebalan Pipa


memperhatikan pembagian grup, seperti di bawah ini:
1. grup I : diameter pipa < 2-3/8” dengan ketebalan kurang dari 0,188”
2. grup II : diameter antara ( 2-3/8”) s/d (12-3/4”) dengan ketebalan kurang dari
0,188”
3. grup III : diameter antara (2-3/8”) s/d (12-3/4”) dengan ketebalan antara 0,188” s/d
0,75”
4. grup IV : diameter > 12-3/4” dengan ketebalan antara 0,188” s/d 0,75”

menurut API 1104, berdasarkan nilai Yield strength dapat dibagi menjadi tiga grup yaitu:
a. nilai spesifik yield strength minimumnya kurang atau sama dengan 42.000 Psi (290
MPa)
b. nilai spesifik yield strength minimumnya antara 42.000 Psi ( 290 MPa) s/d 65.000
psi ( 448 Mpa)
c. nilai spesifik yield strength minimumnya lebih besar atau sama dengan 65.000 Psi
(448 MPa)
D. Desain Sambungan

Gbr 111. Butt joint

Toleransi desain sambungan las yang diijinkan harus ditampilkan dan toleransi harus
ditampilkan untuk semua ukuran. Bentuk ukuran bevel harus mengikuti gambar di atas.
Untuk membuat bevel di lapangan harus menggunakan mesin atau atau gas cutting dan
grinda.

Fillet joint

Pengelasan fillet dapat berbentuk cembung sampai cekung, ukuran dari fillet didefinisikan
sebagai panjang dari bagian yang paling pendek dari dua sisi yang saling tegak lurus dan
ukuran dari fillet tidak boleh lebih kecil dari ketebalan pipa dua material yang akan
disambung.

Gbr 112. Fillet joint

E. Kawat Las Dan Jumlah Lapisan Las

Pengelasan yang lengkap minimal terdiri dari tiga lapis dan setiap lapisan harus sempurna
menutupi lingkaran sebelum memulai mengelas lapisan diatasnya. Dua lapisan tidak boleh
dimulai pada lokasi yang sama serta lapisan terakhir dari sambungan harus memenuhi
ukuran dari desai WPS baik untuk fillet maupun butt joint.
Pemilihan kawat las berdasarkan bentuk joint (contoh untuk butt joint):
- untuk jenis kawat E 60XX / E70XX (berbeda untuk root / hot pass / filler /
caping )
- diameter kawat (berbeda untuk root / hot pass / filler / caping )

Gbr 113. Proses pengelasan


Menurut API 1104:

Tabel 6. Jenis filer metal


Menurut AWS A5.1 untuk proses SMAW

Tabel 7. Arus pengelasan


Tabel 8. Klasifikasi elektroda
Masukan untuk proses SMAW

Tabel 9. Ukuran elektroda


Jarak pegelasan adalah: jarak antara ujung kawat las dengan benda kerja yang akan dilas,
jarak yang dianjurkan untuk melakukan pengelasan adalah:
- untuk diameter kawat (1/16”) – (3/32”) jarak pengelasan yang dianjurkan
adalah 1/16” ( 1,6 mm ).
- Untuk diameter kawat (1/8”) – (5/32”) jarak pengelasan yang dianjurkan adalah
1/8” ( 3 mm ).

Gbr 114. Jarak pengelasan


Gbr 115. Perbandingan jarak pengelasan

F. Penyimpanan Kawat Las

Kawat las harus disimpan pada tempat yang tertutup untuk melindungi dari masuknya uap
air dan melindungi permukaan kawat las dari kerusakan, untuk di lapangan sebaiknya
menggunakan termos khusus penyimpan kawat las. Kawat las yang secara visual rusak
atau basah dianjurkan untuk tidak digunakan.

G. Arus dan Tegangan

Jika pengelasan menggunakan arus dan tegangan dari suatu sumber listrik, maka besarnya
nilai arus dan tegangan harus didefinisikan secara spesifik pada WPS, termasuk
polaritasnya.

Untuk proses SMAW arusnya DC dengan polaritas pipa negatif dan elektroda positif,
voltase dan arus untuk setiap elektroda seperti di bawah ini.

Tabel 10. Arus dan voltase


Data dari Miller Corperations
H. Posisi Pengelasan

Pengelasan harus dilakukan searah sumbu pipa dengan deviasi maksimum 30o dari posisi
horizontal untuk meminimalkan terjadinya distorsi, serta pipa harus dalam posisi tidak
bergerak sampai pengelasan selesai. Posisi pengelasan pada PQR harus tertulis secara
spesifik. Setiap welder bisa mengelas pada posisi 6G untuk pengelasan sambungan pipa.

Ruangan untuk mengelas diatas tanah:


1. Seleluasa mungkin bagi welder, membuat tenda untuk melindungi welder dari terik
matahari pada musim kemarau dan hujan pada musim hujan, serta melindungi dari
angin kencang yang dapat mengganggu konsentrasi welder.
2. Tempat pengelasan harus kering, jika dalam kondisi berawa maka harus diusahakan
mengelas diatas balok+sand bag, dengan jarak minimum 45 cm diatas permukaan
rawa.

I. Arah Pengelasan
Arah pengelasan sebaiknya Turun dari atas ke bawah (downward), dimulai dari atas pipa (
untuk root pass, hot pass, filler, caping )

J. Waktu Jeda
Waktu jeda minimum harus ada setelah pengelasan satu lapisan selesai untuk
membersihkan slag dan pendinginan udara untuk hasil pengelasan sebelum melakukan
pengelasan lapisan selanjutnya. Pengelasan harus selesai pada hari yang sama untuk
memulai pengelasan untuk meminimalkan kerusakan pengelasan

K. Proses Fit-Up

ƒ Eksternal klem harus digunakan untuk mengelas semua butt joint untuk
meminimalkan kesalahan akibat salah seting seperti, penyimpangan kemiringan
yang melebihi toleransi, timbul posisi high – low antar dua pipa.
ƒ Eksternal klem dapat dilepas setelah pengelasan root selesai.
ƒ Untuk pipa yang memiliki ketebalan yang sama maka toleransi kemiringannya
tidak boleh lebih dari 1/16”.
ƒ Dianjurkan untuk seminimal mungkin menggunakan palu untuk membantu proses
fit-up untuk menjaga lapisan pipa agar tidak rusak serta menjaga kesilindrisan pipa.
ƒ Metode kerja fit-up:
1. membersihkan karat pada permukaan bevel dengan gerinda tangan.
2. membersihkan bagian dalam pipa dengan sablon.
3. menaikan pipa dengan tripod minimal 45 cm dari permukaan tanah dan
diganjal dengan balok & sandbag untuk melindungi pelapis pipa (coating)
4. gunakan eksternal klem untuk mengatur kesejajaran antar dua pipa agar
sesuai WPS.
5. cek gap, kesejajaran pipa dengan welding gauge dan kebersihan permukaan
dan bagian dalam pipa dengan pemeriksaan visual.
Butt joint:

6. melakukan las titik oleh welder yang memiliki sertifikat.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh kontraktor adalah:

Faktor teknis Faktor non-teknis


1. Membuat kriteria untuk subkon konstruksi 1. Sebaiknya dalam satu grup pengelasan
pemipaan ada welder & fitter yang sudah saling
kenal agar komunikasi pada saat fit-up
2. Melakukan tes pada welder sesuai standar tidak bermasalah

3. Melakukan kontroling terhadap proses fit-up 2. Sebaiknya satu welder untuk satu mesin
& alignment las yang tetap

4. Mengatur jarak antara permukaan tanah 3. Membuat lokasi pengelasan yang cukup
dengan pipa minimal 50 cm agar leluasa luas, aman dan nyaman untuk pengelasan
mengelas posisi overhead di dalam tanah

5. Melakukan kontroling terhadap kondisi 4. Mengingatkan welder agar jangan tidur


mesin las. terlalu malam agar kondisi badan fit
keesokan harinya
6. Mengingatkan welder untuk menggunakan
wire brush untuk membersihkan slag 5. Pemilihan Welder untuk pengelasan pipa
di bawah tanah harus memperhatikan
faktor psikologis welder selain faktor
7. Menggunakan kawat las yang kondisinya
keahlian, contoh: sebaiknya dipilih
kering & tidak rusak.
welder yang memiliki karakter sabar &
teliti
8. Menggunakan eksternal klem pada fit-up &
alignment
L. Pemilihan Welder
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan welder adalah:
1. memiliki sertifikat mengelas.
2. dalam jangka waktu 6 bulan masih aktif mengelas dengan proses yang sesuai sertifikat.
3. lulus tes (berdasarkan WPS yang telah diuji oleh badan yang berwenang).
Pihak kontraktor melakukan pengawasan dengan ketat ketika tes dilakukan.

M. Pembuatan WPS
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat WPS adalah:
1. Orang yang membuat WPS adalah mereka yang telah memiliki sertifikat Welding
Engineer.
2. Dalam membuat WPS harus mengacu kepada standar:
a) ASME sec IX QW V: standard WPS atau
b) AWS D 1.1 : Structural Welding Code Steel.
c) API 1104 : Welding of pipelines.
3. WPS di sertifikasi oleh badan yang berwenang.

N. Pemilihan mesin las


Pemilihan mesin las didasarkan kepada:
1. Aplikasi pekerjaan pengelasan, dengan mengajukan pertanyaan:
a) Ingin menggunakan proses apa?
b) Besar atau kecilnya proyek?
c) Jenis material apa yang ingin dilas?
2. Memilih tipe mesin las berdasarkan bahan bakarnya ( diesel / bensin / LPG ),
berpengaruh kepada kemudahan mencari suplai bahan bakar di lokasi proyek,
kemurahan biaya bahan bakar.
3. Kemudahan membawa mesin ke lokasi proyek, berhubungan dengan efisiensi waktu
pendatangan mesin las.
4. sumber listrik, generator AC, normalnya 3000 Watt (selain untuk proses pengelasan,
digunakan juga sebagai sumber tenaga untuk gerinda, wire brush, penerangan jika
pengerjaan pada malam hari).
Untuk pekerjaan pengelasan pipa biasanya dipilih proses SMAW dengan bahan bakar
diesel dan generator AC 3000 Watt, dengan memperhatikan kebutuhan arus dan ukuran
diameter elektroda. Contoh mesin las dari produk: Lincoln, Miller.
Gbr 116. Contoh welding procedure specification
O. Syarat-syarat Subkontraktor
Untuk memenuhi standar mutu yang sesuai spesifikasi dari owner, maka salah satu cara
untuk memenuhinya adalah dengan mencari subkontraktor yang mampu mengerjakan
proyek pipanisasi, untuk itu subkontraktor harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
kontraktor, standar-standar untuk subkon adalah:
1. dari segi finansial memiliki surat jaminan penawaran, minimal sebesar penawaran yang
diajukan.
2. dari segi teknis:
a) Memiliki metode kerja yang sesuai dengan pekerjaan.
b) Memiliki urutan kerja yang sesuai dengan pekerjaan.
c) Memiliki PIC yang berpengalaman dibidang konstruksi pipeline.
d) Perusahaan memiliki pengalaman dalam mengerjakan proyek konstruksi pipanisasi.
e) Memiliki sertifikasi yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan.

P. Langkah – langkah untuk menghasilkan kualitas hasil pengelasan yang sesuai


standar:
™ Hanya menggunakan mesin las, elektroda, alat bantu pengelasan dalam keadaan baik
™ Welder memiliki pengetahuan tentang jenis material benda kerja yang akan dilas
™ Memilih proses pengelasan yang sesuai dengan pekerjaan dan menghasilkan hasil
pengelasan yang maksimal.
™ Menentukan prosedur pengelasan (WPS) yang sesuai dengan pekerjaan.
™ Memilih jenis elektroda dari vendor sesuai WPS yang telah diuji coba.
™ Membersihkan material benda kerja sebelum mengelas dari: karat, oli, debu, kotoran
lainnya.
™ Membersihkan slag sebelum melakukan pengelasan pada lapisan berikutnya.
™ Jangan melakukan pengelasan pada daerah las titik yang retak, jadi las titik yang retak
harus dibersihkan dulu baru pengelasan dilakukan.
™ Mengatur mesin las sesuai WPS untuk arus & voltase, serta melakukan cek pada
kestabilan arus yang keluar.
™ Mengecek hasil fit up & alignment sesuai WPS dengan welding gauge.
™ Sabar dan hati-hati ketika mengelas root pass, hot pass, filler, caping.
™ Melakukan inspeksi visual setelah selesai melakukan pengelasan, jika ada cacat
sesegera mungkin menghilangkan & melakukan pengelasan ulang.
™ Melakukan cek akhir secara visual dan dengan welding gauge, apakah hasil pengelasan
sesuai WPS.
Lampiran I

Product Uses, Properties & Hazards


Aviation Gasoline Uses – Aviation gas is a gasoline fuel prepared especially for use in
(Avgas) reciprocating piston aircraft engines.
Properties/ Hazards – Exposure may occur via inhalation, ingestion,
skin absorption and skin or eye contact.
Aviation gasoline is volatile and extremely flammable. It may contain
benzene and may cause cancer (excessive exposure to benzene may
cause leukemia in humans). Vapors are moderately irritating to the
eyes and to the respiratory passages. Ingestion may result in
vomiting. Avoid aspiration of vomitus into lungs as small quantities
may result in aspiration pneumonitis. Prolonged immersion of skin in
the liquid may lead to chemical burns. If liquid is accidentally
aspirated into the lungs it can cause a severe inflammation of the
lung.
Anhydrous Uses – Anhydrous ammonia is used as a fertilizer for agriculture and
Ammonia farming. It is also used as an industrial refrigerant in cold-storage and
ice-making plants. The bulk of anhydrous ammonia transported by
pipelines can be found in the Midwest.
Properties/ Hazards – Anhydrous ammonia is the liquefied form of
pure ammonia gas. It is a colorless gas or liquid with an extremely
pungent odor. Anhydrous ammonia has a very high ignition
temperature (1,204°F). Thus, it is extremely unlikely to ignite if
released in open air. There are, however, documented cases of
anhydrous ammonia explosions in structures and confined locations.
Ammonia is a respiratory irritant and persons with impaired
pulmonary function may be at increased risk from exposure.
Exposure to anhydrous ammonia can result in burning of the eyes,
conjunctivitis, skin irritation, swelling of the eyelids and lips, dry red
mouth and tongue, burning of the throat, and coughing. More severe
cases of exposure could result in difficulty in breathing, signs and
symptoms of lung congestion, and, ultimately, death from respiratory
failure due to edema.
Bitumen Uses –Bitumen is blended with condensates for pipeline injection.
The bitumen blend stream is used by refiners with heavy oil refining
capabilities and is a preferred feedstock for producing asphalt.
Properties/ Hazards – Bitumen is a n extra heavy crude oil. As with
all petroleum substances, crude oil may emit vapors that are heavier
than air and will collect in low or enclosed areas. These vapors are
simple asphyxiants in that they will displace oxygen and create an
oxygen-deficient atmosphere in those areas. Hydrocarbon vapors are
flammable or combustible.
Butane See Liquefied Petroleum Gas
Carbon Dioxide Uses – Carbon dioxide is a naturally occurring gas that is transported
and used in the petroleum industry.
Properties/Hazards – Carbon dioxide is a heavy gas that is
transported by pipeline as a compressed fluid consisting of more than
90% carbon dioxide molecules. It is a colorless, odorless and tasteless
gas. Under normal conditions carbon dioxide is stable, inert and
nontoxic. However, it is about 15 times heavier than air. When
released it will sink to and collect in low points and can act as a
simple asphyxiant when released in confined or enclosed areas. As
such, it can displace breathing air and is considered hazardous.
Carbon dioxide is also corrosive in the presence of water vapor.
Compressed Uses – See Natural Gas. Compressed natural gas is often used as an
Natural Gas alternative fuel for automobiles and industrial motors.
Properties/Hazards - Natural gas is odorless, colorless and tasteless
in its natural state. It is nontoxic, but if released within an enclosed
area it can displace oxygen and act as a simple asphyxiant. When
mixed with the proper amount of air, it is flammable/explosive.
Incomplete combustion resulting from an inadequate airflow can
generate harmful byproducts such as carbon monoxide. At ambient
temperatures it remains in gaseous form; however, it can be
compressed (CNG) under high pressure t o make it convenient for use
in other applications or liquefied (LNG) under extremely cold
temperatures (-260°F) to facilitate efficient transportation of the gas.
As with any compressed gas, CNG is under high pressure and must
be contained in safe, approved containers and must be handled
accordingly.
Condensates Uses – Condensates include a variety of hydrocarbon extracts from
natural gas and petroleum extraction operations. They are typically
used to dilute and blend heavy oils. They are also used for refinery
and petrochemical feedstocks.
Properties/Hazards – Condensates can be extremely flammable and
toxic. Combustion can give off carbon monoxide, carbon dioxide and
unidentified organic compounds. Hydrogen sulfide vapors may be
present. Hydrogen sulfide is a toxic gas and exposure to relatively
low concentrations of it can result in death.
As with all petroleum substances, condensates may emit vapors that
are heavier than air and will collect in low or enclosed areas. These
vapors are simple asphyxiants in that they will displace oxygen and
create an oxygen-deficient atmosphere in those areas. Hydrocarbon
vapors are flammable or combustible. Ingestion may result in
vomiting. Aspiration of vomitus into lungs as small quantities may
result in aspiration pneumonitis.
Crude Oil Uses – Crude oil is unrefined petroleum that is extracted from
(Low Sulfur) beneath the earth’s surface through oil wells. As it comes from the
(High-Sulfur) well, crude oil contains a mixture of oil, gas, water and other
impurities, such as metallic compounds and sulfur. Crude oil
containing little or no sulfur is often referred to as “sweet crude.”
Crude oil containing high concentrations of sulfur and hydrogen
sulfide is commonly referred to as “sour crude.” Refinement of crude
oil produces petroleum products that we use every day, such as motor
oils and gasoline, as well as petrochemical feed stocks used in the
production of other common, everyday products, such as plastics and
pharmaceutical drugs.
Properties/Hazards – Hydrogen sulfide found in sour crude is a toxic
gas and exposure to relatively low concentrations of it can result in
death. Exposure may occur via inhalation, ingestion, skin absorption
and skin or eye contact.
As with all petroleum substances, crude oil may emit vapors that are
heavier than air and will collect in low or enclosed areas. These
vapors are simple asphyxiants in that they will displace oxygen and
create an oxygen-deficient atmosphere in those areas. Hydrocarbon
vapors are flammable or combustible.
Distillate Fuel Oils Uses – Distillate fuel oils include diesel fuel and fuel oils. Diesel fuel
is a light hydrocarbon mixture for use in diesel engines. Diesel
engines are used to power the hundreds of thousands of tractor &
trailer trucks that cross our nation’s highways daily. Diesel engines
are also used in passenger cars and light trucks and in marine
applications. Refined fuel oil comes in two grades: Number 1
distillate (kerosene) which is used in many home heating
applications, and a heavier Number 2 fuel oil used in many industrial
heating and burner applications.
Properties/Hazards - Exposure to kerosene and other distillate fuel
oils may occur via inhalation, ingestion, skin absorption and skin or
eye contact.
Distillate fuel oil vapors are moderately irritating to the eyes and to
the respiratory passages. Ingestion may result in vomiting. Aspiration
of vomitus into lungs as small quantities may result in aspiration
pneumonitis. These fuel oils may be absorbed by skin contact.
Prolonged immersion of skin in the liquid may lead to chemical
burns. If distillate fuel oil liquid is accidentally aspirated into the
lungs it can cause a severe inflammation of the lung.
Ethane Uses – Ethane is primarily used as a petrochemical feedstock.
Properties/ Hazards – Ethane is normally transported as a gas. It is a
simple hydrocarbon that is a colorless, odorless and flammable gas. It
is nontoxic but can act as a simple asphyxiant. Ethane may be
transported as liquefied petroleum gas as part of a mixture with p
ropane (commonly called ethane/propane mix).
Ethylene Uses – Ethylene is primarily used as a petrochemical feedstock for
various chemicals and petrochemical materials used in the
manufacture of plastic products.
Properties/ Hazards – Ethylene is a simple hydrocarbon that is a
colorless flammable gas with a faint odor that is slightly sweet. It is
nontoxic but can act as a simple asphyxiant. Ethylene may be
transported as a gas or a liquid.
Gasoline Uses – Refined gasoline is the most commonly recognized refined
petroleum product. It is universally used as a motor fuel for internal
combustion, spark-ignited engines. Gasoline is refined in several
grades and oxygenated compounds may be added to gasoline at the
refinery to reduce emissions during combustion. A typical additive
used today is methyl tertiary butyl ether (MTBE).
Properties/ Hazards - Exposure to gasoline may occur via inhalation,
ingestion, skin absorption and skin or eye contact.
Gasoline is a flammable liquid. It often contains benzene and may
cause cancer (excessive exposure to benzene may cause leukemia in
humans). Gasoline vapors are moderately irritating to the eyes and to
the respiratory passages. Ingestion may result in vomiting. Aspiration
of vomitus into lungs as small quantities may result in aspiration
pneumonitis. Gasoline may be absorbed by skin contact. Prolonged
immersion of skin in gasoline liquid may lead to chemical burns. If
gasoline liquid is accidentally aspirated into the lungs it can cause a
severe inflammation of the lung.
If leaked, MTBE is readily soluble in water and may contaminate
fresh drinking water sources. The Environmental Protection Agency (
EPA) has concluded that available data are not adequate to estimate
potential health risks of MTBE at low exposure levels in drinking
water but that the data support the conclusion that MTBE is a
potential human carcinogen at high doses.
Gas Oil Uses – Gas oil (like naphtha) is an intermediate refinery product that
is not completely refined. It may be shipped via pipeline between
refineries for final processing.
Properties/Hazards – As with other petroleum substances,
hydrocarbon vapors are heavier than air and will collect in low or
enclosed areas. These vapors are simple asphyxiants in that they will
displace oxygen and create an oxygen-deficient atmosphere in those
areas. Hydrocarbon vapors are flammable or combustible. Exposure
to aromatic naphtha can cause skin irritation, eye irritation,
headaches, dizziness, nausea and central nervous system
disturbances.
Hydrogen Uses – Hydrogen is primarily used as a petrochemical feedstock.
Properties/ Hazards – Hydrogen is normally transported as a gas. It is
a simple gas that is a colorless, lighter than air, odorless and
flammable gas. It is nontoxic but can act as a simple asphyxiant in
confined spaces.
Hydrogen Sulfide Uses – When extracted from crude oil and natural gas, hydrogen
sulfide yields elemental sulfur, which is then sold to chemical plants
and often used in the production of sulfuric acid.
Properties/Hazards - Hydrogen sulfide is a toxic, corrosive
contaminant found in natural gas and crude oil. Exposures to
relatively low levels of hydrogen sulfide can cause death.
Jet Fuels Uses – Jet fuels are highly refined kerosene petroleum distillates. Jet
fuels are refined in several grades for use in both commercial and
military aviation. Millions of gallons of jet fuel are used daily in
thousands of commercial airline flights and in support of our armed
forces as they carry out their mission to serve and protect our country.
Properties/Hazards – Exposure to jet fuels and other distillate fuel
oils may occur via inhalation, ingestion, skin absorption and skin or
eye contact.
Distillate fuel oil vapors are moderately irritating to the eyes and to
the respiratory passages. Ingestion may result in vomiting. Aspiration
of vomitus into lungs as small quantities may result in aspiration
pneumonitis. These fuel oils may be absorbed by skin contact.
Prolonged immersion of skin in the liquid may lead to chemical
burns. If distillate fuel oil liquid is accidentally aspirated into the
lungs it can cause a severe inflammation of the lung.
Kerosene See Distillate Fuel Oils.
Liquefied Natural Uses – When chilled to very cold temperatures (-260°F) natural gas
Gas changes into a liquid. In this form, liquefied natural gas (LNG) takes
up only 1/600th of the space that natural gas would in its gaseous
state and thus can be stored and transported more efficiently. LNG
can be loaded onto specially built tankers (large ships with several
domed and thermally insulated tanks) and moved across the oceans to
deliver gas to other countries. When LNG is received, it is warmed
and changed back to its gaseous state. It can then be injected into
natural gas transmission pipelines for further transportation. LNG can
also be shipped by truck or stored until it is needed for regasification
and use.
Properties/ Hazards – As noted, LNG takes up only 1/600th of the
space that natural gas would in its gaseous state. If released from its
containment LNG will begin vaporizing and expanding to its gaseous
state. Initially, the cold and dense vapors will be heavier than air until
the vapors approach ambient temperatures. In many cases, a visible
vapor cloud will be seen, caused by the cold LNG condensing water
vapor present in the surrounding air. Flammable concentrations of
natural gas may extend well beyond the visible vapor cloud.
Natural gas is odorless, colorless and tasteless in its natural state. It is
nontoxic, but if released within an enclosed area it can displace
oxygen and act as a simple asphyxiant. When mixed with the proper
amount of air, it is flammable/explosive. Incomplete combustion
resulting from an inadequate airflow can generate harmful byproducts
such as carbon monoxide.
Liquefied Uses – Liquefied petroleum gas (LPG) is a mixture of gaseous
Petroleum Gas hydrocarbons, primarily propane and butane and their isomers, such
as ethane, which are easily liquefied under pressure and are used for
residential and commercial heating, auto-propane, industrial fuel
applications and petrochemical cracking. Propane and butane are
often stored and transported under pressure as liquid in portable
containers for use as fuel for heating and cooking applications.
LPG is usually transported through hazardous liquid transmission
pipelines; however, vaporized propane and butane pipelines may also
be found, especially in small distribution systems. Propane and
butane may be transported individually and as a mixture of the two
(commonly called butane/propane mix).
Properties/ Hazards – LPG is a tasteless, colorless and odorless gas
and when transported via transmission pipelines typically will not
have odorant added. An odorant (usually ethyl mercaptan) is added
when LPG is offloaded to a distribution system or transport tanks
truck to permit detection of vapor leakage. An LPG leak may be
noticeable other than by smell. When the liquid evaporates, the
cooling effect on the surrounding air causes condensation and even
freezing of water vapor in the air. This effect may show itself as frost
at the point of escape and thus make it easier to detect an escape of
LPG. Also, because the refractive index of LPG differs from air,
leaks can sometimes be seen as a 'shimmering'.
Escaping and gasifying LPG can cause severe frost burns if brought
into contact with the skin. When released from pressure, LPG forms a
vapor that is denser than air. Released vapor may flow along the
ground and into drains, sinking to the lowest level of the
surroundings. Thus, it may be ignited at a considerable distance from
the source of the leakage. In calm air LPG vapor will disperse slowly.
At very high concentrations in air, LPG vapor is anesthetic and
subsequently an asphyxiant by diluting or decreasing the available
oxygen.
LPG vapor can form a flammable (explosive) mixture when mixed
with air. Escape of even small quantities of the liquefied gas can give
rise to large volumes of vapor / air mixture and thus cause
considerable hazard. Combustion of LPG with sufficient air produces
carbon dioxide (CO2) and water vapor. However, inadequate
combustion can result in the production of toxic carbon monoxide.
Methane Gas Uses – Methane gas is often transported from landfills or sewage
treatment plants to large natural gas users in the immediate region for
use as a heat producing fuel. (Natural gas is composed of 94%
methane.)
Properties/Hazards - Methane gas is a flammable gas often generated
by the anaerobic bacterial decomposition of organic material in
landfills and swamp areas. It is also generated in large amounts
through the sewage treatment and disposal process. It is usually
transported via pipelines in an unodorized state.
Natural Gas Uses – Natural gas is the predominant product found in gas pipelines
and, with few exceptions, is transported via pipelines in its gaseous
form. Like crude oil, it is a naturally occurring resource formed
millions of years ago as a result of heat and pressure acting on
decayed organic material. It is extracted from wells sunk into the
earth. The main ingredient in natural gas is methane (94%). Natural
gas is widely used as a fuel for residential, commercial and industrial
purposes. Approximately 23% of the energy consumption of the U.S.
comes from natural gas. Over one-half of the homes in the U.S. use
natural gas as their main heating fuel. (U. S. Dept. of Energy) Our
economy and industries depend on natural gas in the production of
virtually all products, such as steel, glass, paper, clothing, brick, and
electricity. Natural gas is also an essential raw material for many
common products, such as paints, fertilizer, plastics, antifreeze, dyes,
photographic film, medicines, and explosives.
Properties/ Hazards – Natural gas is odorless, colorless and tasteless
in its natural state. It is nontoxic, but if released within an enclosed
area it can displace oxygen and act as a simple asphyxiant. When
mixed with the proper amount of air, it is flammable/explosive.
Incomplete combustion resulting from an inadequate airflow can
generate harmful byproducts such as carbon monoxide. At ambient
temperatures it remains in gaseous form; however, it can be
compressed (CNG) under high pressure t o make it convenient for use
in other applications or liquefied (LNG) under extremely cold
temperatures (-260°F) to facilitate efficient transportation of the gas.
Natural Gas Liquid Uses – Natural gas liquids (NGLs) have a variety of different uses,
including enhancing oil recovery in oil wells, providing raw materials
for oil refineries or petrochemical plants, and as sources of energy.
Properties/ Hazards – Natural gas liquids are associated hydrocarbons
found in natural gas, including ethane, propane, butane, iso-butane,
and natural gasoline. Before natural gas can be transported it must be
processed and purified. NGLs are valuable by-products of natural gas
processing. They are extracted or isolated, processed and sold
separately.
Naphtha Uses – Naphtha is used as an ingredient in paint thinners and
solvents.
Properties/Hazards – Naphtha (like gas oil) is an intermediate
refinery product that is not completely refined. It may be shipped via
pipeline between refineries for final processing. As with other
petroleum substances, hydrocarbon vapors are heavier than air and
will collect in low or enclosed areas. These vapors are simple
asphyxiants in that they will displace oxygen and create an oxygen-
deficient atmosphere in those areas. Hydrocarbon vapors are
flammable or combustible. Exposure to aromatic naphtha can cause
skin irritation, eye irritation, headaches, dizziness, nausea and central
nervous system disturbances.
Nitrogen Uses – Nitrogen gas makes up 78.1% of the Earth’s air, by volume.
Nitrogen is found in all living systems as part of the makeup of
biological compounds. Nitrogen is crucial to life, as it is a component
of all proteins. From an exhaustible source in our atmosphere,
nitrogen gas can be obtained by liquefaction and fractional
distillation. Ammonia is the most important commercial compound
of nitrogen. Natural gas is reacted with steam to produce carbon
dioxide and hydrogen gas. Hydrogen gas and nitrogen gas are then
reacted to produce ammonia. Ammonia is easily liquefied and is used
as a nitrogen fertilizer. Ammonia is also used in the production of
urea, which is used as a fertilizer, used in the plastic industry, and
used in the livestock industry as a feed supplement. Ammonia is
often the starting compound for many other nitrogen compounds.
Nitrogen gas is also used as an agent to produce inert environments.
Properties/ Hazards – Nitrogen is normally transported as a gas. It is
a simple gas that is a colorless and odorless. It is nontoxic but can act
as a simple asphyxiant. It has about the same density as air.
Oxygen Uses – Oxygen is an elemental substance. It is very reactive and is a
component of hundreds of thousands of organic compounds and
combines with most elements. Plants and animals rely on oxygen for
respiration. Hospitals frequently prescribe oxygen for patients with
respiratory ailments. Oxygen is used as a petrochemical feedstock.
Properties/ Hazards – Oxygen is normally transported as a gas. It is a
simple gas that is a colorless, odorless and aids in combustion. It is
denser than air.
Paraxylene Uses - Paraxylene is a refinery product primarily used as a feedstock
material for producing other products such as purified terephthalic
acid (PTA). PTA is used as the main raw material for most polyester
fiber. Polyester fiber is used in the textile and tire industries and used
in the manufacture of other polyester products.
Properties/Hazards – Paraxylene is a hydrocarbon aromatic
compound which is produced from further refining of naphtha. It is a
colorless, flammable liquid that has a sweet odor. Exposure to this
product is extremely hazardous and it may cause both immediate and
delayed health effects. It is highly toxic to aquatic organisms.
If released, paraxylene liquid quickly evaporates and forms a
flammable vapor which can burn with explosive violence. The
invisible vapor spreads easily and can be set on fire by many sources
such as pilot lights, welding equipment, and electrical motors and
switches. The fire hazard is greater as liquid temperature rises.
Although it is highly dependent on combustion conditions, a complex
mixture of airborne solids, liquids, and gases including carbon
monoxide, carbon dioxide, and unidentified organic compounds will
be evolved when this material undergoes combustion.
Immediate Health Effects:
Eye: Contact with the eyes causes irritation. Symptoms may include
pain, tearing, reddening, swelling and impaired vision.
Skin: Prolonged or repeated skin contact may cause drying or
defatting of the skin. Contact with the skin causes irritation. Contact
with the skin may cause an allergic skin reaction. Symptoms may
include pain, itching, discoloration, swelling, and blistering.
Paraxylene is not expected to be harmful to internal organs if
absorbed through the skin.
Ingestion: Because of its low viscosity, this material can directly
enter the lungs, if swallowed, or if subsequently vomited. Once in the
lungs it is very difficult to remove and can cause severe injury or
death.
Inhalation: The vapor or fumes from this material may cause
respiratory irritation. Symptoms of respiratory irritation may include
coughing and difficulty breathing. Breathing this material at
concentrations above the recommended exposure limits may cause
central nervous system effects. Central nervous system effects may
include headache, dizziness, nausea, vomiting, weakness, loss of
coordination, blurred vision, drowsiness, confusion, or disorientation.
At extreme exposures, central nervous system effects may include
respiratory depression, tremors or convulsions, loss of consciousness,
coma or death.
Delayed Or Other Health Effects:
Reproduction and Birth Defects: Breathing this material may cause
birth defects.
Cancer: Paraxylene can cause cancer in laboratory animals, but the
available information is inadequate to determine if this material can
cause cancer in humans.
Target Organs: Repeated inhalation of this material at concentrations
above the recommended exposure limit may cause damage to the
auditory system
Petroleum See Distillate Fuel Oils
Distillates
Produced Water Uses – Produced water is injected back into the ground to help
maintain pressure in the oil field so that more oil can be produced.

Properties/Hazards – Produced water is water that's been separated


from the mixture of crude oil and liquid natural gas that comes out of
production wells. The water may contain traces of crude oil and other
contaminants.
Propane See Liquefied Petroleum Gas
Propylene Uses – Propylene is a feedstock material used in the manufacture of a
variety of products such as antifreeze and de-icing solutions for cars,
airplanes, and boats; polyester compounds; and solvents in the paint
and plastics industries. It is also used in the production of medicines,
cosmetics, and food products.
Properties/Hazards – Propylene may exist as refinery grade or as a
refined, polymer grade. Refinery grade propylene is a colorless gas
with rotten egg odor. The odor is due to the fact that it contains
hydrogen sulfide. The polymer grade is not odorized. It is a
flammable gas and may cause flash fire. It can cause eye and skin
injury. It is an asphyxiant in that it reduces oxygen available for
breathing. If liquefied under pressure, the released product evaporates
quickly and can have a severe chilling effect on eyes and skin and can
cause local freezing of tissues (frostbite). Propylene is a gas and
cannot usually be swallowed.
Hydrogen sulfide has a strong rotten-egg odor. However, with
continued exposure and at high levels, H2S may deaden a person's
sense of smell. If the rotten egg odor is no longer noticeable, it may
not necessarily mean that exposure has stopped. At low levels,
hydrogen sulfide causes irritation of the eyes, nose and throat.
Moderate levels can cause headache, dizziness, nausea and vomiting,
as well as coughing and difficulty breathing. Higher levels can cause
shock, convulsions, coma and death. After a serious exposure,
symptoms usually begin immediately.
Synthetic Crude Uses – Synthetic crude oils are suitable feedstocks for refineries,
Oils which will process them into refined products like gasoline and diesel
fuel.
Properties/ Hazards – Synthetic crude oils are lighter crude oils
produced by upgrading. Upgrading is the process of breaking large
hydrocarbon molecules (such as bitumen) into smaller ones by
increasing the hydrogen to carbon ratio.
Tertiary Butyl Uses –Tertiary butyl alcohol (TBA) is used as a denaturant for
Alcohol ethanol, in the manufacturing of floatation agents, flavors, and
perfumes (especially in the preparation of artificial musks); as a
solvent, in paint removers; and, as an octane booster in gasoline.
TBA is also used as a solvent for pharmaceuticals and as a
dehydrating agent. TBA is a raw material used in the production of
isobutylene, which may be used to produce Methyl-Butyl Ether
(MTBE), a common gasoline additive, or to produce butyl elastomers
used in the production of automobile tires. TBA may be formed in
the environment through oxidation of MTBE in the atmosphere
followed by hydrolysis or through microbial oxidation of MTBE in
impacted aquifer materials.
Properties/ Hazards – TBA is a fuel oxygenate and is also an impurity
in, and a breakdown problem of (MTBE). TBA is a significant
potential groundwater contaminant due to its mobility, recalcitrant
nature, and potential toxicity. Exposure to TBA can lead to irritation
of mucous membranes, nausea, defatting of the skin, and intoxication.
There is currently no federal drinking water standard for TBA,
although some states have drinking water action levels for TBA.
Xylene Uses – Xylene is a petrochemical that occurs naturally in petroleum
and coal tar and is formed during forest fires. It is used as a solvent
and in the printing, rubber, and leather industries. Xylene is used as a
feedstock in the production of terephthalic acid (TPA), which is used
as the main raw material for most polyester fiber. It is also used as a
cleaning agent, a thinner for paint, and in paints and varnishes. It is
found in small amounts in airplane fuel and gasoline.
Properties/ Hazards – Xylene is a colorless, flammable, sweet-
smelling liquid. It is one of the top 30 chemicals produced in the
United States in terms of volume.
Exposure to xylene affects the brain. High levels from exposure for
short periods (14 days or less) or long periods (more than 1 year) can
cause headaches, lack of muscle coordination, dizziness, confusion,
and changes in one's sense of balance. Exposure of people to high
levels of xylene for short periods can also cause irritation of the skin,
eyes, nose, and throat; difficulty in breathing; problems with the
lungs; delayed reaction time; memory difficulties; stomach
discomfort; and possibly changes in the liver and kidneys. It can
cause unconsciousness and even death at very high levels. Studies are
inconclusive regarding harmful effects to unborn children resulting
from exposure of the mother during pregnancy.

Anda mungkin juga menyukai