Anda di halaman 1dari 9

2.

Prinsip Dasar MSCT

Multi Slice Computed Tomography (MSCT) sama juga dengan multi detektor-row CT,

ada pula yang menyebutkan dengan multi detektor CT atau volume CT. Multi Slice

Computed Tomography (MSCT) merupakan salah satu alat pemeriksaan radiologi

diagnostik yang memanfaatkan komputer dalam melakukan rekonstruksi yang diperoleh

dari sejumlah baris detektor yang menerima berkas sinar-X dan mengalami penyerapan

sejumlah energi (atenuasi) dari obyek/organ yang dilewatinya .

Pada akhir 1998, produsen CT mengumumkan bahwa teknologi multislice scanner

baru tersedia yang mampu mencitrakan empat irisan secara bersamaan per rotasi tabung

x-ray. Pada Gambar 2.8 menunjukkan scanner detektor tunggal biasa di sebelah kiri

dengan tipe multi detektor di sebelah kanan (Lampignano & Kendrick, 2018).

Gambar 2.8 Perbandingan konsep scanner single-slice dan multi


slice (Lampignano & Kendrick, 2018)

Multi slice CT (Gambar 2.9) terus mengalami kemajuan dengan cepat, sebagian

besar karena kemajuan teknologi komputer. Saat ini, tersedia multi slice scan yang dapat

menampilkan 320 irisan per rotasi tabung x-ray (Lampignano & Kendrick, 2018).
Gambar 2.9 Ilustrasi dual-focus, tabung X-ray multi slice CT dengan array detektor 8-
elemen, menghasilkan 16 irisan per rotasi
(Lampignano & Kendrick, 2018)
Keuntungan dari multi slice CT dapat meningkatkan kecepatan (speed) dan volume

coverage, bagus dalam visualisasi 2D dan 3D, dan meningkatnya detail gambar.

Kekurangan dari multi slice CT yaitu terjadi artefak tertentu (artefak multi slice, cone-beam

artefak) dan peningkatan kontribusi dosis pasien akibat berkurangnya efisiensi geometrik

dan adanya rotasi tabung tambahan (Lampignano & Kendrick, 2018).

3. Data akuisisi Spiral/ Helical CT Scanners

Data akuisisi adalah data transmisi X-ray yang berasal dari tubuh pasien kemudian

data tersebut ditangkap detektor yang selanjutnya direkonstruksi menjadi gambar, proses

sebagai berikut (Seeram, 2016) :

a. Tabung sinar-X dan detektor berada pada satu garis.

b. Tabung dan detektor akan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari atenuasi

pasien sebagai bahan untuk pengukuran.

c. Berkas dibentuk oleh filter setelah melalui tabung.

d. Berkas dikolimasikan sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membuat irisan.

e. Berkas diatenuasikan oleh pasien dan transmisi foton tersebut akan diukur oleh

detektor.
f. Detektor akan mengkonversikan foton sinar-X ke dalam signal listrik.

g. Signal akan dikonversikan oleh analog ke digital konverter (ADC) ke dalam data digital.

h. Data digital akan mengirim ke komputer untuk direkonstruksi jadi gambar.

Keterangan Gambar :
1. Focal Spot
2. X-ray Tube
3. Beam Shaping Filter
4. Prepatient Collimators
5. X-ray Beam
6. Scan Field of View
7. Patient
8. Detector Collimator
9. Detector
10. To Computer.

Gambar 2.10 Basic Data Akuisisi (Seeram, 2016)

4. Komponen MSCT

Sistem CT terdiri dari tiga komponen utama gantry, komputer, dan konsol operator.

Sistem ini mencakup perangkat komputasi dan pencitraan yang sangat kompleks

(Lampignano & Kendrick, 2018)

a. Gantry

Gantry terdiri dari tabung x-ray, detektor array, dan kolimator. Gantry biasanya dapat

dimiringkan pada sudut 30° di setiap arah, seperti yang diperlukan untuk CT Scan

kepala atau tulang belakang. Bukaan tengah pada gantry adalah aperture. Meja CT
secara berhubungan dengan gantry atau gerakan terkontrol selama scaning. Anatomi

pasien di dalam aperture adalah area yang scan.

Gambar 2.11 Unit CT Scan – meja Pasien dan Gantry


(Lampignano & Kendrick, 2018)

b. Tabung X-Ray

Tabung x-ray mirip dengan tabung radiografi umum dalam konstruksi dan operasi;

namun, modifikasi desain perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tabung mampu

menahan kapasitas panas tambahan karena adanya peningkatan waktu pemaparan.

c. Detektor Array

Detektor solid-sate mengubah energi sinar-x yang ditransmisikan menjadi cahaya,

mengubahnya menjadi energi listrik dan kemudian menjadi sinyal digital. Detektor array

mempengaruhi dosis pasien dan efisiensi unit CT.

d. Rangkaian Kolimator

Kolimasi pada CT bersifat penting karena mengurangi dosis pasien dan

meningkatkan kualitas gambar. CT Scan generasi sekarang umumnya menggunakan

satu preparat kolimator (pada tabung sinar-X), yang membentuk dan membatasi

sinar. Ketebalan irisan pada unit CT multi detektor modern ditentukan oleh ukuran

deretan detektor yang digunakan.


e. Komputer

Komputer CT membutuhkan dua jenis software yang sangat canggih satu untuk

sistem operasi dan satu lagi untuk aplikasi. Sistem operasi mengelola perangkat keras,

sedangkan aplikasi yang menangani mengelola pra-proses, rekonstruksi gambar, dan

beragam operasi pasca-pemrosesan. Komputer CT harus memiliki kecepatan dan

kapasitas memori yang luar biasa. Sebagai contoh, pertimbangkan itu satu potongan

CT dengan matriks 512 × 512, komputer harus secara bersamaan melakukan 262.144

perhitungan matematika per irisan.

f. Konsol Operator

Komponen konsol operator mencakup keyboard, mouse, dan monitor tunggal atau

ganda. Konsol operator memungkinkan teknolog mengontrol parameter pemeriksaan,

yang disebut protokol, dan melihat atau memanipulasi gambar yang dihasilkan.

Protokol termasuk faktor-faktor seperti kV, mA, pitch, lapangan pandang, ketebalan

irisan, pengindeksan tabel, algoritma rekonstruksi, dan tampilan windows.

Gambar 2.12 Konsol Operator (Lampignano & Kendrick, 2018)

g. Jaringan dan Pengarsipan

Workstation CT Scan berupa pengarsipan sebagian besar hasil citra CT Scan.

Dengan penggunaan media digital yang diarsip pada suatu sistem yaitu PACS (Picture

Archiving and comunication System). Hasil citra juga dapat disimpan dengan
menggunakan kombinasi optical disks dan hard disk drive yang digunakan untuk

penyimpanan data dengan kapasitas tinggi. Printer laser digunakan untuk mencetak

citra berupa hard-copy yang akan diberikan pada pasien. Interpretasi hasil

pemeriksaan pada umumnya dilakukan oleh Dokter Radiologi di workstation high

resolusi.

5. Parameter MSCT

a. Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa.

Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambar dengan detail yang rendah sebaliknya

dengan ukuran yang tipis akan menghasilkan detail-detail yang tinggi. Bila ketebalan

meninggi akan timbul gambaran-gambaran yang mengganggu (artefak) dan bila terlalu

tipis noise akan meningkat. Pemilihan slice thickness pada saat pembuatan gambar

CT Scan mempunyai pengaruh langsung terhadap resolusi spasial yang dihasilkan.

Dengan slice thickness yang meningkat (tipis) maka resolusi spasial gambar semakin

baik, demikian sebaliknya. Namun pengaruh yang berbeda terhadap dosis radiasi yang

diterima oleh pasien. Semakain tipis irisan, dosis radiasi semakin tinggi dan berlaku

sebaliknya (Meilinda dkk., 2014).

b. Range

adalah range perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness dengan

ketebalan irisan berbeda pada masing-masing range tetapi masih dalam satu volume

investigasi (Meilinda dkk., 2014).

c. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi antara lain

tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Kualitas gambar
dipengaruhi oleh produksi sinar-X yang berarti dipengaruhi oleh tegangan tabung (kV),

arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s) (Meilinda dkk., 2014).

d. Field Of View

Field Of View (FOV) adalah lebar maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi

(Seeram, 2016).

e. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dan gantry (tabung

sinar-X dan detektor) (Meilinda dkk., 2014).

f. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel)

dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks berfungsi untuk

merekonstruksi gambar (Meilinda dkk., 2014).

g. Rekonstruksi Algoritma

Rekonstruksi Algorithma merupakan rekonstruksi otomatis yang bertujuan agar

gambar dapat ditampilkan pada monitor. Rekonstruksii algorithma digunakan dengan

mengubah hasil konversi dari atenuasii sinar-x menjadi gambaran CT Scan. Teknik

rekonstruksi tersebut meliputi back-projection, metode iterative dan algoritma analitik

rekonstruksi. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka akan semakin tinggi

pula resolusi gambar yang akan dihasilkan (Seeram, 2016).

h. Window Width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi menjadi

gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor dengan satuan Hounsfield Unit (HU)

yang diambil dari nama penemu CT Scan yaitu Godfrey Hounsfield. HU adalah satuan

densitas kuantitatif pada CT Scan untuk mendeteksi adanya cairan, tumor, ataupun

darah abnormal dalam tubuh.

Tabel 2.1 Skala Hounsfield Unit


Tipe Jaringan CT-Number (HU)

Udara -1000

Paru -500

Lemak -100 sampai -50

Air 0

Ginjal +30

Darah +30 sampai +45

Otot +10 sampai +40

Grey matter +37 sampai +45

White matter +20 sampai +30

Liver +40 sampai +60

Tulang +700 sampai +3000

Tabel 2.1 menunjukkan nilai skala Hounsfield. Window width berpengaruh terhadap

kontras, semakin besar window width maka suatu citra kontrasnya akan kurang baik,

sedangkan semakin kecil window width maka suatu citra kontrasnya akan semakin

terang.

CT Number ditetapkan pada basis relatif dengan atenuasi air sebagai sumber. CT

Number untuk air adalah 0, tulang +700 HU sampai +3000 HU dan udara –1000 HU.

Untuk memudahkan dalam pengubahan (konversi), penyesuaian tingkatan brigthness

dengan CT Number harus ditetapkan. Semua nilai yang lainnya menunjukkan variasi

dari bayangan abu-abu (gray). Hubungan antara CT Number dan bayangan keabu-

abuan merupakan variabel dan dapat disebut sebagai windowing (Meilinda dkk., 2014).

i. Window Level

Window Level (WL) adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk

penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan
dari struktur obyek yang diperiksa. Window level ini menentukan densitas gambar yang

dihasilakan (Seeram, 2016).

j. Pitch

Pitch pada MSCT spiral didefinisikan sebagai pergerakan meja per rotasi dibagi

kolimasi sinar. Pitch < 1 menggambarkan tumpang tindih antara akuisisi yang

berdekatan, pitch >1 menggambarkan celah antara akuisisi yang berdekatan, dan pitch

= 1 menggambarkan akuisisi yang berdekatan, tidak tumpang tindih ataupun memiliki

celah. Pitch yang lebih kecil, dengan peningkatan tumpang tindih anatomi dan

peningkatan sampling pada masing-masing lokasi, menyebabkan peningkatan dosis

radiasi. Alternatifnya, pitch yang lebih besar menyebabkan celah anatomi dan lebih

sedikit dosis radiasi. Sebagai akibat, jika semua parameter lain tidak berubah,

peningkatan pitch mengurangi dosis radiasi secara linier. Teknik pitch rendah

berhubungan dengan noise gambar yang lebih rendah, lebih sedikit artefak, dan

peningkatan rasio sinyal:noise dan kontras:noise. Untuk protokol CT scan rutin, pitch >

1 biasanya diterima tanpa ada gangguan kualitas gambar (Raman dkk., 2013).

Anda mungkin juga menyukai