Anda di halaman 1dari 2

Membentuk Jati Diri Sebagai Seorang Cendekia

Oleh Wudjuliani Mukhta, 1706039130

Sumber : Buku Ajar MPKTA

Penulis : Ade Solihat dkk

Data publikasi : penerbit PPKPT Universitas Indonesia

Di era sekarang ini, pembentukan jati diri adalah salah hal yang penting
untuk dikaji. Jati diri merupakan wujud dari kepribadian setiap individu. Dalam
konteks ini jati diri yang dimaksud adalah jati diri sebagai seorang cendekia. Hal
tersebut diperlukan dalam berinteraksi dan menjalani proses pembelajaran semasa
kuliah dan juga untuk ke depannya. Dalam pembentukan jati diri sebagai seorang
cendekia berdasarkan Buku Ajar MPKTA terdapat empat bagian yang perlu dikaji
yaitu, pembangunan karakter, filsafat, logika, dan etika.

Pertama, pembangunan karakter. Karakter adalah salah satu aspek penting


yang diperlukan dalam membentuk jati diri sebagai seorang cendekia. Perbedaan
akhlak, sifat, sikap, atau pun budi pekerti dilihat dari karakter setiap individu.
Dalam membentuk karakter, diperlukan pengetahuan bagaimana keutamaan dan
kekuatan dari karakter tersebut. Keutamaan dan kekuatan karakter tersebut sebagai
bentuk pengaplikasian dalam membentuk sebuah karakter yang baik.

Karakter erat kaitannya dengan nilai. Nilai merupakan tuntunan atau


panduan dalam bertindak atau melakukan sesuatu (Solihat,2017). Sebagai civitas
akademika Universitas Indonesia, setiap mahasiswa harus menerapkan nilai-nilai
dasar dari Universitas Indonesia. Terdapat sembilan nilai dasar Universitas
Indonesia yaitu, kejujuran, keadilan, keterpercayaan, kemartabatan dan/atau
penghormatan, tanggungjawab dan akuntabilitas, kebersamaan, keterbukaan,
kebebasan akademik dan otonomi keilmuan, kepatuhan pada aturan, prosedur dan
panduan UI serta panduan lainnya.

Kedua, filsafat. Filsafat merupakan sebuah ilmu yang digunakan untuk


menyelesaikan suatu masalah dengan berpikir sedalam-dalamnya. Menurut Solihat,
dkk (2017) dalam Buku Ajar MPKTA filsafat dapat dikatakan sebagai seni untuk
bertanya (the art of questioning). Secara garis besar filsafat dibagi atas tiga bagian
yaitu, ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ketiga, logika. Logika adalah suatu studi tentang metode-metode dan


prinsip-prinsip yang digunakan untuk membedakan antara penalaran yang tepat dan
penalaran yang keliru (Copi: 1990 dalam Solihat,dkk: 2017). Penalaran merupakan
sebuah proses berpikir untuk memperoleh sebuah kesimpulan yang tepat dan tidak
keliru. Logika menuntun mahasiswa untuk dapat berpikir dengan benar,
memberikan pendapat atau pernyataan dengan logis, dan sesuai dengan teori dari
logika itu sendiri. Oleh karena itu, dalam mempelajari logika diperlukan sistematika
yang runtut agar mudah dipahami. Di dalam logika mengkaji tentang jenis-jenis
logika, term, proposisi, jenis penalaran, dan kekeliruan dalam berpikir.

Keempat, etika. Etika merupakan salah satu cabang filsafat yang


memfokuskan pada nilai dan moral yang berkaitan dengan tindakan manusia
(Solihat dkk, 2017). Terdapat berbagai istilah yang erat kaitannya dengan etika
yaitu, etiket, moral, kode etik, dan norma. Dalam etika perlu diperhatikan kaidah-
kaidah yang menuntun setiap individu untuk mempertimbangakan segala tindakan,
sikap, atau pun perbuatan agar dianggap baik. Segala sesuatu Selain kaidah, di
dalam buku Ajar MPKTA juga mengkaji teori dari etika yaitu, teori hedonisme,
teori eudemonisme, teori utilitarisme, dan teori deontologi.

Karakter, filsafat, logika, dan etika merupakan komponen penting dalam


pembentukan jati diri sebagai seorang cendekia. Keempat aspek tersebut haruslah
diterapkan dalam lingkungan perkuliahan sebagai seorang mahasiswa. Bagaimana
cara bersikap, berpikir yang logis dan mendalam, dan bertindak sesuai dengan nilai-
nilai dan aturan yang ada. Setiap mahasiswa haruslah sadar bahwa komponen
tersebut merupakan faktor pendukung dalam menjalani dunia perkuliahan yang
membentuk jati diri mahasiswa sebagai seorang cendekia.

Daftar Pustaka

Solihat,A., dkk. (2017). Buku Ajar MPKTA. Depok : PPKPT Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai