Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mega Riahta Siti Aisyah

NPM : 2006533704
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Mata Kuliah : MPKT
Dosen Pengampu : Dra. Vinita Susanti, M.Si.
Tanggal : 4 Maret 2021

Laporan Tugas Mandiri


Ringkasan Bagian I: Jati Diriku sebagai Cendekia

Karakter
Kata ‘karakter’ diambil dari bahasa Yunani charassein yang memiliki arti to
engrave (melukis, menggambar), serupa dengan orang yang melukis kertas, memahat
batu atau metal (Sudrajat, 2011). Karakter berhubungan dengan kehidupan seseorang
sehingga karakter yang dimiliki oleh setiap orang berbeda. Terdapat perbedaan pada
watak, sifat, tabiat, atau akhlak pada setiap individu.
Karakter berperan besar sehingga diperlukan adanya pendidikan karakter, yaitu
kegiatan pengajaran agar mahasiswa mengenali nilai-nilai universal sehingga mereka
dapat berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip kebaikan yang dianut oleh
lingkungannya. Pendidikan karakter harus mencakup keseluruhan perilaku mahasiswa,
yaitu kognisi, afeksi, serta perilaku.
Pentingnya karakter dapat terlihat sejak Indonesia merdeka hingga sekarang,
karakter menjadi dasar dalam membentuk kepribadian bangsa. Hal tersebut dibuktikan
dengan diciptakannya Pancasila sebagai pembentukan karakter bangsa oleh para
pejuang kemerdekaan (Afandi, 2011).
Di kehidupan perkuliahan, karakter yang kuat sangat diperlukan. Karakter dapat
disebut sebagai internalisasi nilai-nilai yang bersumber dari lingkungan, lalu diserap
menjadi bagian kepribadian individu. Proses pembentukan karakter dapat melalui
pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan. Dengan
demikian, karakter harus dibentuk, dibangun, serta ditumbuhkembangkan.
Kemendiknas RI (2011) mengidentifikasi 18 nilai karakter yang harus
ditanamkan, berasal dari agama, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai
tersebut di antaranya adalah sikap relijius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, serta tanggung jawab.
Dalam usaha pembentukan karakter, perlu ada pemahaman terkait keutamaan
karakter. Secara universal, terdapat enam kategori keutamaan yang mencakup 24
kekuatan karakter, di antaranya adalah kebijaksanaan dan pengetahuan, kemanusiaan
dan cinta, kesatriaan, keadilan, pengelolaan diri, dan transendensi.
Adapun nilai yang dianut oleh Universitas Indonesia meliputi:
1. Kejujuran
2. Keadilan
3. Keterpercayaan
4. Kemartabatan dan/atau Penghormatan
5. Tanggung jawab dan akuntabilitas
6. Kebersamaan
7. Keterbukaan
8. Kebebasan Akademik dan Otonomi Keilmuan
9. Kepatuhan pada Aturan, Prosedur, dan Panduan UI serta Panduan lainnya

Filsafat
Filsafat diturunkan dari philosophia yang artinya cinta kebijaksanaan, sedangkan
filsuf berarti pecinta kebijaksanaan. Socrates berpendapat bahwa konteks kebijaksanaan
adalah memahami hakikat alam semesta serta eksistensi manusia. Hal-hal yang terjadi
memiliki alasan atau filosofinya tersendiri, berbentuk fisik ataupun nonfisik. Misalnya,
benar atau tidaknya opini yang dianggap subjektif, tetapi juga ada yang berpendapat
lain. Oleh karena itu, ilmu filsafat penting bagi kehidupann manusia karena paradigma
menjadi landasan Tindakan manusia.
Filsafat merupakan art of questioning, filsuf berkecenderungan untuk
mengasumsikan hubungan justifikasi dengan kebenaran. Terdapat banyak sumbangsih
dari pemikiran filosofis, tetapi berpikir filosofis dapat berimplikasi baik ataupun buruk.
Kontradiksi dalam filsafat, yakni religi dan ilmu pengetahuan, keduanya
terkadang bertentangan. Religi mengedepankan wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa,
sedangkan pengetahuan bersifat eksakta, filsafat menuntut untuk berargumen secara
kritis. Meskipun demikian, filsafat adalah fundamental dari segala ilmu pengetahuan.
Pengklasifikasian ilmu filsafat berdasarkan makna dan konsep yang terletak di setiap
objek kajian di antaranya adalah ontologi, epistemology, filsafat ilmu pengetahuan,
metodologi, logika, aksiologi, etika, dan estetika.
Salah satu pengimplementasian pemikiran filosofis yang sedang sering
terdengar adalah stoisisme yang sudah berkembang pada abad 4 hingga 2 SM,
berorientasi pada kebahagiaan manusiawi dan kesenangan dalam hidup sehingga tujuan
akhir mereka adalah kedamaian (Tumanggor, 2018).

Logika
Logika diturunkan dari Bahasa Yunani, ‘logos’ yang digunakan dalam beberapa
arti seperti ucapan, kata, pengertian, pikiran, dan ilmu pengetahuan (Luce, 1958). Tokoh
filsuf yang berkontribusi dalam prinsip berpikir di antaranya ada Parmenides, Zeno, dan
Pythagoras. Sedangkan, tokoh yang menjelaskan logika secara komprehensif adalah
Aristoteles (Hadinata, Putri, & Takwin, 2015). Aristoteles menggunakan istilah
analitika dan dialektika (Luce, 1958). Namun, logika yang dikenal sekarang lebih
mengacu pada Alexander Aphrodisias.
Logika mengkaji cara berlangsungnya proses penarikan kesimpulan, terkait
unsur, langkah, serta prinsipnya. Logika merupakan studi tentang pengetahuan dan
keterampilan yang membuat individu dapat menguji ketepatan dari penalaran secara
kritis serta menghindari kekeliruan penalaran.
Proses penalaran terbagi dua, yaitu deduksi dan induksi (Hayon, 2000). Dalam
logika deduktif yang umumnya berbentuk silogisme, tepat atau tidaknya hubungan
merupakan hal sentral. Logika deduktif yang bersifat memiliki tiga ciri, yakni analitis,
tautologis, serta a priori. Sedangkan, logika induktif yang berdasarkan observasi
empiris memiliki tiga ciri, yakni sintetis, general, serta a posteriori.
Logika membedakan bentuk argumentasi yang merujuk pada logika formal dan
konten argumentasi yang merujuk pada logika material. Logika formal berkaitan dengan
proses penalaran, sedangkan logika marerial berfokus pada konten argumentasi (Hayon,
2000). Setiap argumentasi akademis harus memerhatikan kedua hal tersebut.
Konsep merupakan gambaran abstrak, perwujudannya berbentuk kata. Kata
yang berfungsi sebagai ungkapan lahiriah pada konsep dalam logika disebut dengan
term. Terdapat dua alasan yang membedakan term dan kata, pertama setiap term adalah
kata, tetapi tidak sebaliknya, Kedua, pentingnya pemahaman terkait term sebagai unsur
terkecil dalam bidang logika. Dari aspek luas, term terbagi menjadi universal,
partikular, dan singular. Selain itu, berdasarkan sifat, term terbagi menjadi distributif
serta kolektif. Terdapat juga klasifikasi, dalam prinsipnya harus lengkap, tidak tumpang
tindih, berkriteria sama, teratur dan rapi, serta sesuai tujuan.
Definisi berarti definiere yang berarti ‘membatasi atau mengurung dalam batas-
batas tertentu’ (Hayon, 2000). Pendefinisian sangat penting agar meminimalisasi
terjadinya kesalahpahaman. Ada dua unsur dalam definisi, yakni definiendum (istilah
yang dijelaskan) dan definiens (penjelasan).
Proposisi adalah kalimat deklaratif yang memiliki nilai benar atau salah. Unsur
proposisi terdiri dari term sebagai subjek dan predika, kopula, serta penanda. Klasifikasi
dalam proposisi yaitu pada kuantitas, kualitas, serta kuantitas dan kualitas. Selain itu,
oposisi yang membandingkan antarproposisi ada empat jenis, yaitu kontraris,
subkontraris, subalterna, serta kontradiktoris. Sedangkan, Eduksi adalah cara mengubah
proposisi ke proposisi lainnya dengan makna yang sama. Ada empat jenis eduksi, yaitu
konversi, obversi, kontraposisi, serta inversi.
Silogisme berasal dari kata syllogismos yang memiliki arti kesimpulan atau
konklusi (Hadinata, Putri & Takwin, 2015). Dalam silogisme, kesimpulan dihasilkan
dari dua proposisi dikaitkan dengan cara tertentu. Terdapat silogisme kategoris serta
hipotesis dan disjungtif.
Dalam logika, terdapat dua kategori kekeliruan berpikir yaitu formal dan
nonformal. Formal terkait kesimpulan yang tidak sahih, sedangkan nonformal terkait
kesimpulan yang dihasilkan tidak tepat. Ada beberapa jenis kekeliruan berpikir formal
yakni empat yakni four terms, undistributed middle term, illicit process, premis
afirmatif dan kesimpulan negative, salah satu premis negatif dan kesimpulan afirmatif,
dua premis negatif, afirmasi konsekuen, negasi anteseden, serta kekeliruan disjungsi.
Sedangkan, kekeliruan berpikir nonformal terbagi menjadi nonformal relevansi serta
nonformal bahasa. Dengan demikian, pembelajaran logika dilakukan sehingga
kesimpulan yang tepat didapatkan.

Etika
Banyak istilah yang sering disamakan dengan etika, seperti etiket, moral, norma,
dan kode etik. Padahal, etika sebenarnya berarti seperangkat aturan terkait perilaku yang
disepakati masyarakat, contohnya adalah table manner. Etika dianggap juga sebagai
ilmu mengenai moralitas. Pembahasan terkait etika dapat dibagi menjadi empat bagian ,
yaitu deskriptif, normative, metaetika, dan etika terapan.
Dalam bertindak, manusia harus memiliki hati Nurani, kebebasan dan tanggung
jawab, hak dan kewajiban, serta nilai dan norma, hal tersebut adalah kaidah dalam etika.
Adapun dalam bentuk teorinya, etika dikelompokkan menjadi empat, yakni hedonism,
eudonisme, teori utilitarisme, dan deontologi, ini bertujuan agar teori tersebut bersifat
aplikatif di kehidupan nyata. Etika bersifat krusial karena perlunya pandangan kritis dan
bijaksana dalam menghadapi persoalan kehidupan. Selain itu, etika dapat menjadi alat
jika dihadapkan dengan perilaku moralitas manusia yang kompleks.

There are no sources in the current document


Afandi, R. (2011). INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan,
1(1), 86. Diakses dari http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/32/36

Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1),


48. Diakses dari https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1316/1094

Tumanggor, R. O. (2018). Pemahaman Well-Being dari Perspektif Filsafat. Jurnal


Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2(1), 352. Diakses dari
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/download/1628/1184

Anda mungkin juga menyukai