Anda di halaman 1dari 11

LIMNOTEK

Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Perairan


Ikan Cardinal TetraDarat Tropis di
Paracheirodon Indonesia
axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Vol. 24, No. 1, Juni 2017 : 15-25 Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25
Url : https://www.limnotek.or.id
Nomor Akreditasi : 659/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN


IKAN CARDINAL TETRA Paracheirodon axelrodi PADA WARNA WADAH
PEMELIHARAAN YANG BERBEDA

Nurhidayata, Ragil Koswawatib dan Idil Ardi c


a
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor
b
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Barawijaya
c
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya, Depok
E-mail : nhmasdayat@gmail.com
Diterima : 17 Juni 2016, Disetujui : 11 September 2017

ABSTRAK
Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar
yang banyak dipelihara untuk menambah keindahan aquascape. Ikan cardinal tetra telah banyak
dibudidayakan di Indonesia. Beberapa masalah timbul selama budidaya antara lain adaptasi
lingkungan dan ukuran benih yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan warna wadah media
pemeliharaan terhadap performa pertumbuhan dan kelangsungan hidup P. axelrodi. Hewan uji
adalah benih dengan panjang 1,0±0,2 cm, di tebar dengan kepadatan lima ekor/L. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Penelitian menggunakan lima perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan warna wadah yang
digunakan adalah: A. Hitam (kontrol), B. Putih, C. Merah, D. Biru, dan E. Kuning. Parameter
yang diamati adalah kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan pertumbuhan panjang
ikan. Beberapa parameter kualitas air yang meliputi suhu, pH, DO (Dissolved oksigen), intensitas
cahaya, dan amonia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan warna wadah terhadap
kelangsungan hidup tidak berbeda nyata (P>0.05), sedangkan terhadap laju pertumbuhan harian
dan pertumbuhan panjang memberikan perbedaan sangat nyata (P<0.01). Kelulus-hidupan
tertinggi diperoleh pada perlakuan warna kuning dan biru (100±0,00%). Laju pertumbuhan harian
tertinggi diperoleh pada perlakuan warna kuning (4,12±0,182%), dan pertumbuhan panjang
tertinggi diperoleh pada perlakuan warna kuning (0,66±0,016 cm). Wadah yang berwarna kuning
memberikan hasil terbaik. Kualitas air selama pengamatan pada kisaran: suhu: 25,5-270C, pH:
6,0-6,5, DO: 5,14-6,93 mg/L, amonia: 0,0042-0,0059mg/L, dan intensitas cahaya 55-75 lux.
Kata Kunci : Ikan hias, cardinal tetra, Paracheirodon axelrodi, warna wadah, kelangsungan hidup,
pertumbuhan

ABSTRACT
Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) is one of the freshwater ornamental fishes which
is commonly reared for improving a beauty of aquascape. Cardinal tetra has already been widely
cultivated in Indonesia. Some culturing problems arose are environment adaptation and seed size
that affect the survival and growth. This study aimed to investigate the effect of culture container
color on the growth performance and survival rate of P. axelrodi. The experiment used fries of 1.0
± 0.2 cm length, with stocking density of 5 individuals/L. The method used was an experimental
method of completely randomized design (CRD). Five treatments with three replicates were used in
the study. The treatments used were color container, including: A. Black (control), B. White, C.
Red. D. Blue, and E. Yellow . Parameters measured were survival rate, daily growth rate, the
growth of body length and quality of water (temperature, pH, DO and ammonia). The results
showed that the container color did not give any significant effect on the fish survival rate (P>
0.05), while on the contrary, it gave highly significant effect (P<0.01) on the daily growth rate and
the body lengh growth. The highest survival rate was obtained in the treatment of yellow and blue
(100 ± 0.00%) containers. The highest daily growth rate was obtained in the yellow color treatment
(4.12 ± 0.182%), and the highest body length growth was obtained in yellow color treatment (0.66
± 0.016 cm). The best performance of cardinal tetra culture was obtained the yellow container
treatment. The water quality during the observation was in the range: 25,5-270C temperature, pH
6.0 to 6.5, DO from 5.14 to 6.93 mg/L, ammonia 0.0042-0.0059 mg/L, and the light intensity of 55-
75 lux.
Keywords: Ornamental fish, Paracheirodon axelrodi, color container, survival, growth

15
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

PENDAHULUAN produksi benih yang paling umum dilakukan


(Val, et al. 2006). Salah satu contoh
Cardinal tetra (P. axelrodi) merupakan manipulasi lingkungan budidaya adalah
jenis tetra yang indah yang biasa ditemukan di penyesuaian warna wadah pemeliharaan
perairan yang berwarna coklat pekat terhadap kondisi induk ikan. Selanjutnya
(Blackwater). Ikan ini seringkali ditemukan warna wadah pemeliharaan dapat
berenang berkelompok sampai ratusan ribu mempengaruhi kualitas hidup dan kematangan
ekor, dan merupakan ikan musiman di sungai gonad induk ikan (Volpato et al. 2004).
Amazon (Johannes, 2012). Ikan ini ditemukan Manipulasi pematangan gonad ikan Rainbow
pertama kali di sungai Peruvian Amazon oleh Trout menggunakan warna wadah
Herbert R. Axelrod tahun 1955. Daerah pemeliharaan telah dilakukan, antara lain,
penyebaran adalah Amerika Selatan, yaitu oleh Luchiari & Pirhonen (2008), serta
dari Orinoco (Venezuela), Rio Negro dan Ustundag & Rad (2014). Akan tetapi,
anak-anak sungainya (Brazil), sampai ke penelitian mengenai pengaruh warna wadah
bagian barat Kolombia (Zairin, 2013). pemeliharaan terhadap pertumbuhan dan
Cardinal tetra selalu menarik perhatian orang- kelangsungan hidup ikan cardinal tetra belum
orang yang melihatnya, warna merah tua pernah dilakukan sebelumnya.
seperti pita berada di sepanjang setengah Pengertian warna berasal dari persepsi
tubuhnya dibagian bawah dan warna biru visual manusia terhadap spektrum cahaya
elektrik berbentuk seperti pita menutupi tampak (visible lights) yang ditangkap oleh
bagian atas tubuh ikan cardinal tetra. Ikan retina pada gelombang dan puncak sensitivitas
betina cardinal tetra memiliki warna yang tertentu (Waldman 2002). Spektrum warna
sedikit lebih tua. Ikan Ini bisa ditangkap pada tersebut adalah ; merah (635-700 nm), jingga
musim kemarau dimana permukaan air sedang (590-635 nm), kuning (560-590 nm), hijau
surut, walaupun singkat, ikan yang berhasil (520-560 nm), biru muda (cyan) (490-520
ditangkap mencapai jutaan ekor jumlahnya. nm), biru (450-490 nm), dan ungu (390-450
Belakangan ini di Indonesia popularitas nm) (Waldman 2002). Mc Lean et al. (2008),
cardinal tetra telah mengalahkan ikan neon menyebutkan warna wadah pemeliharaan
tetra karena warnanya yang lebih mencolok dapat memberikan stimulus yang memicu
(Zairin, 2013). Hal ini yang membuat harga timbulnya motivasi dan kondisi tertentu pada
jual ikan cardinal tetra jauh lebih tinggi ikan, sehingga warna wadah pemeliharaan
dibandingkan dengan ikan neon tetra. Nilai mempengaruhi kualitas ikan yang dibudidaya
ekonomis yang tinggi menyebabkan ikan ini (Volpato & Barreto, 2001). Beberapa aspek
sangat diminati untuk dibudidayakan hidup ikan yang dipengaruhi oleh warna
khususnya untuk penggemar ikan hias. wadah pemeliharaan meliputi laju
Habitat asal ikan cardinal tetra berupa pertumbuhan (Imanpoor & Abdollahi, 2011;
sungai dengan air coklat tua (blackwater) McLean et al. 2008), perilaku (Höglund et al.,
dengan perairan gelap, mempunyai tingkat 2002), tingkat stress dan reproduksi (Volpato
keasaman 5,5-6,5, kandungan mineral rendah & Barreto 2001). Tujuan dari penelitian ini
dan adanya asam humat. Saat ini di adalah mengetahui pengaruh warna wadah
pembudidaya pola adaptasi yang terjadi terhadap Kelangsungan hidup dan
menyebabkan ikan ini harus beradaptasi pertumbuhan benih ikan cardinal tetra
dengan keasaman air yang lebih rendah di (P.axelrodi).
banding habitat aslinya yang berakibat
terhadap rendahnya fekunditas, fertilitas, BAHAN DAN METODE
sintasan dan pertumbuhan benih. Waktu dan Tempat Penelitian
Penyediaan kualitas air yang optimal Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
selama pemeliharaan harus tersedia dalam April sampai Mei 2015 di Balai Penelitian dan
meningkatkan produksi. Manipulasi Pengembangan Budidaya Ikan Hias
lingkungan dapat meningkatkan kematangan (BPPBIH), Jalan Perikanan No. 13 Kampung
gonad sebagai salah satu teknik optimalisasi Baru (Pancoran Mas), Depok, Jawa Barat.

16
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

Alat dan Bahan 543 nm. Pengukuran nilai kesadahan dan


Wadah yang digunakan berupa wadah alkalinitas menggunakan teskit Dgh Test dan
plastik berukuran 5 L dengan warna yang KH Test, tetesan yang dilarutkan merupakan
berbeda. Wadah terlebih dahulu dibersihkan nilai dari derajat alkalinitas. Prosedur
dari kotoran dan dikeringkan sampai yang pengecekan Alkalinitas menggunakan model
menempel di wadah hilang. Pemasangan tetrasi. Untuk pencahayaan dilakukan
aerasi dilakukan untuk menyuplai oksigen, pengukuran menggunakan Lux Meter.
selanjutnya dilakukan pengisian air ke dalam Masing-masing parameter dilakukan
wadah sebanyak 3 L dengan menggunakan pengukuran setiap 13 hari selama penelitian.
gelas ukur.
Persiapan media air untuk pemeliharaan, Analisis Data
air dari tandon dimasukkan ke dalam Data yang diperoleh selanjutnya
kontainer plastik (penampungan) sebanyak 25 dianalisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui
L, tambahkan daun ketapang sebanyak 5 pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap
lembar atau 1 gram/L sampai air menjadi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan.
kecoklatan. Daun ketapang yang sudah Apabila terdapat perbedaan akan diuji lanjut
kering disiapkan dengan cara dicuci terlebih (BNT) untuk melihat perlakuan terbaik.
dahulu hingga bersih, dan diikatkan setiap 5
lembar dengan karet gelang. Benih ikan Rancangan Percobaan
cardinal tetra yang digunakan dalam Metode penelitian menggunakan
penelitian ini diperoleh dari pembudidaya di metode eksperimen dengan Rancangan Acak
daerah Bojong Sari, Depok, Jawa Barat. Lengkap (RAL). Perlakuan pada penelitian ini
adalah ; A. Warna Hitam (kontrol), B. Warna
Pengamatan Kualitas Air Putih, C. Warna Merah, D. Warna Biru dan E.
Pengukuran suhu dilakukan pagi dan Warna Kuning yang diulang sebanyak tiga
sore hari menggunakan thermometer elektrik. kali, volume wadah yang digunakan adalah 5
Sedangkan untuk mengetahui kandungan L. Penelitian dilakukan selama 39 hari dengan
oksigen yang terdapat dalam media kepadatan 5 ekor/L dengan ukuran benih yang
pemeliharaan selama penelitian dilakukan ditebar 1,0±0,2 cm. Pengamatan
pengukuran menggunakan DO Meter. Nilai kelangsungan hidup dilakukan di awal dan di
pH diukur menggunakan pH meter sedangkan akhir penelitian dengan cara mengurangi
untuk TDS dilakukan pengukuran jumlah di akhir dengan jumlah awal tebar
menggunakan TDS meter. Pengukuran kadar setiap satuan percobaan. Pengamatan
amonia dan nitrit dilakukan dengan pertumbuhan panjang dan berat benih cardinal
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. tetra dilakukan dengan pengukuran sebanyak
Pengukuran kadar amonia hasil adsorpsi lima ekor dari masing-masing perlakuan yang
diawali dengan menyiapkan 10 mL sampel dilakukan setiap 13 hari. Penempatan wadah
pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan percobaan dilakukan secara acak disajikan
0,25 mL reagen nessler lalu dikocok. Larutan dalam (Gambar 1)
didiamkan selama 30 menit, agar warna yang
terbentuk stabil. Selanjutnya membuat blanko
dengan mengganti 10 mL sampel dengan 10 K1 A1 B1 C1 D1
mL akuades dan ditambahkan 0,25 mL reagen
nessler. Larutan diuji pada panjang A2 B2 C2 D2 K2
gelombang 640 nm. Pengukuran nitrit
dilakukan dengan menambahkan sebanyak
0,25 mL asam sulfanilat dan 0,25 mL alpha- B3 C3 D3 K3 A3
naphtylamin ke dalam 10 mL sampel. Lalu
dikocok dan didiamkan selama 10 menit. Gambar 1. Posisi pengacakan wadah uji.
Kemudian menyiapkan 10 mL akuades
sebagai larutan blanko dengan perlakuan yang Air yang digunakan merupakan air
sama. Larutan diuji pada panjang gelombang yang berasal dari sumur dalam yang dialirkan

17
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

dan didiamkan dalam tandon minimal selama Nilai kelangsungan hidup ikan terbaik
tiga hari. Selanjutnya air dipindahkan ke diperoleh pada wadah berwarna biru dan
dalam container dengan kapasitas 25 L dan kuning masing-masing sebesar 100%. Ikan
ditambahkan garam sebanyak 19,7 gram. Air pada wadah berwarna hitam (kontrol)
tandon diberi daun ketapang kering sebanyak memberikan nilai kelangsungan hidup
5 lembar sampai nilai pH pada kisaran 5-6,5. sebesar 97,8%, pada warna putih sebesar
Benih ikan cardinal tetra yang digunakan 95,6%, dan pada warna merah sebesar 95,6%.
dalam kondisi baik, sehat dan tidak cacat. Hasil analisis sidik ragam kelangsungan
Grading dilakukan untuk mendapatkan hidup benih tidak berbeda nyata (P>0,05)
ukuran yang homogen berdasar panjang dan terhadap warna wadah. Ikan cardinal tetra
bobot tubuhnya sebagai data awal sebelum mampu hidup pada kondisi perairan gelap
benih ikan ditebar di dalam wadah sampai terang, di habitat aslinya ikan ini
pemeliharaan. hidup dalam perairan yang cukup gelap
Pakan yang diberikan berupa pakan (Johanes, 2012). Dalam memperoleh makanan
alami yang sesuai dengan bukaan mulutnya, ikan dibantu dengan sentuhan cahaya yang
benih ikan untuk umur tujuh hari sudah terdapat dibagian tubuhnya dengan cara
mulai makan Moina sp., selanjutnya setelah meraba sehingga masih dapat memperoleh
berumur 10 hari benih diberi makan cacing makanannya (Zairin, 2013). Bydzovsky
Tubificidae. Pakan diberikan sebanyak tiga (2000) menyatakan ikan dalam beradaptasi
kali sehari pada pagi (08:00), siang (13:00) dengan lingkungan menggunakan cara
dan sore (18:00) secara teratur. Pemberian penglihatan, isyarat sentuhan dan mampu
pakan cacing sebanyak 10% dari bobot merasakan suara melalui air. Menurut
biomassa/hari, sebelum diberikan cacing Bydzovsky (2000), gelombang warna yang
terlebih dahulu dibersihkan dengan air terdapat di wadah pemeliharaan akan
mengalir, kemudian cacing tersebut dicacah memantulkan cahaya ke perairan dan akan
hingga halus dan dibilas sampai bersih. memberikan kondisi terang pada perairan
Parameter utama yang diamati yaitu; sehingga pakan mudah terlihat sehingga dapat
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian ditemukan ikan .
dan pertumbuhan panjang, pengukuran ini Nilai kelangsungan hidup yang
dilakukan karena ikan hias cenderung diperoleh selama penelitian lebih besar
menggunakan ukuran panjang bukan berat. daripada 90% membuktikan benih ikan
Parameter penunjang yaitu kualitas air yang cardinal tetra masih dalam kondisi optimal.
meliputi suhu, derajat keasaman (pH), kadar Berbeda dengan hasil penelitian Budiardi et
oksigen terlarut (DO), amonia, alkalinitas, dan al. (2008), bahwa kelangsungan hidup
kesadahan. menggunakan perlakuan padat tebar 25-100
ekor/L diperoleh nilai 68,4-81,8%. Hasil yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh didukung tersedianya media air
Kelangsungan Hidup (KH) pemeliharaan semua perlakuan masih pada
Kelangsungan hidup benih ikan kisasaran dan menunjang kehidupan benih
cardinal tetra bervariasi pada perlakuan warna ikan cardinal tetra. Menurut Akbar (2012),
wadah berbeda (Gambar 2). usaha budidaya ikan akan optimal jika
didukung kualitas air yang terkendali dengan
102 100 100 baik, sehingga kelangsungan hidup ikan dan
Kelangsungan Hidup

100 97.8 produksi yang diperoleh akan tinggi.


98 95.6 95.6 Kematian yang terjadi selama pemeliharaan
96
pada benih sedikit dari setiap perlakuan, yaitu
(%)

94
92 dengan jumlah ± 2 ekor/perlakuan. Kematian
90 benih terjadi diduga karena kondisi fisiologis
benih itu sendiri terutama selama proses
adaptasi, tansportasi dan penanganan. Ikan
Gambar 2. Kelangsungan hidup benih ikan cardinal tetra sangat rentan terhadap
cardinal tetra. perubahan lingkungan, juga sangat sulit untuk

18
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

beradaptasi dengan air yang baru, sehingga Pertumbuhan Panjang


ikan lebih cepat stress, kondisi tubuh ikan Berdasarkan hasil penelitian yang
menurun dan mudah terserang penyakit. Hal dilakukan terhadap benih ikan cardinal tetra
ini sesuai dengan pendapat Johannes (2012), diperoleh hasil nilai rata-rata pertumbuhan
bahwa ikan cardinal tetra kurang cepat panjang. Jumlah rata-rata nilai pertumbuhan
beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga panjang benih ikan cardinal tetra selama
seringkali cepat mati bila kondisi wadah tidak penelitian disajikan pada Gambar 3.
optimum atau kondisi air tidak sesuai dengan Selama percobaan panjang ikan
kebutuhannya. Menurut Papoutsoglau et al. cardinal tetra selalu menunjukkan
(2005) dalam Strand et al. (2007) warna peningkatan. Gambar 3 menunjukkan nilai
tangki dan intensitas cahaya dapat pertumbuhan panjang terbaik diperoleh dari
berkontribusi pada tingkat stres ikan, yaitu wadah warna kuning dengan pertumbuhan
dapat mempengaruhi perilaku mereka, sebesar 0,66 cm, selanjutnya diikuti warna
misalnya, dengan mengubah aktivitas renang. wadah hitam/kontrol (0,61 cm), wadah warna
Tingginya pergerakan ikan di area yang luas biru (0,56 cm), wadah warna merah (0,54
dengan ketinggian air yang ada berpengaruh cm) sedangkan terendah dihasilkan wadah
terhadap energi yang diperlukan. Hal ini warna putih (0,53 cm).
terkait dengan proses metabolisme dalam Hasil perhitungan sidik ragam
tubuh yang memerlukan energi. terhadap pertumbuhan panjang benih ikan
Pada wadah warna biru dan kuning ikan cardinal tetra terdapat perbedaan yang sangat
dapat beradaptasi lebih cepat. Kondisi nyata (P>0,01). Penggunaan warna wadah
berbeda terjadi sebaliknya pada penggunaan sangat berpengaruh nyata terhadap
wadah warna putih, ikan mengalami proses pertumbuhan benih baik bobot maupun
adaptasi yang lebih lambat. Proses ini dilihat pertambahan panjang. Husni (2002),
dari tingkah laku ikan yang selalu diam dan menyatakan warna cahaya dapat
bersembunyi, dan berkumpul di dekat batu mempengaruhi mekanisme fisiologis
aerasi. Menurut Anonim (2014), pemeliharaan crustacea maupun ikan melalui rangsangan
ikan cardinal tetra sebaiknya dilakukan oleh panjang gelombang yang diterima oleh
ahlinya karena termasuk ikan yang lemah dan reseptor cahaya pada mata. Rangsangan
sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut dapat diteruskan ke sistem saraf
yang baru. Kemampuan berdaptasi terhadap pusat, kemudian perintah untuk
lingkungan baru suatu organisme yang akan mempolarisasikan cahaya menurut perbedaan
dibudidayakan sangat dipengaruhi oleh rangsangannya, perbedaan dari tingkat
perubahan lingkungan. Proses ini sangat erat rangsangan ini memberi pengaruh atau respon
kaitannya dengan keberhasilan usaha yang berbeda secara biologis antara lain
budidaya (Widaningroem & Isnansetyo,1996). terhadap aktivitas pergerakan dan reproduksi.

Gambar 3. Pertumbuhan panjang (cm) benih ikan cardinal tetra.

19
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

Salah satu dari aktivitas adalah pergerakan warna wadah terang membuat pakan yang
dalam mencari makan untuk menunjang diberikan lebih terlihat sehingga daya
pertumbuhannya. Hasil penelitian Strand et al. konsumsi ikan akan lebih tinggi dibanding
(2007), bahwa warna wadah dan intensitas wadah gelap. Hal ini sesuai dengan
cahaya merupakan faktor penting untuk pernyataan dari Lundie (2004), bahwa salah
dipertimbangkan dalam rangka satu sifat ikan cardinal tetra yaitu berenang di
memaksimalkan asupan pakan dan laju kolom perairan dan bersifat diurnal (aktif di
pertumbuhan ikan. siang hari), karena dalam mencari makanpun
Hasil uji penggunaan warna wadah ikan ini membutuhkan banyak cahaya agar
menghasilkan perbedaan yang sangat nyata dapat melihat jelas mangsanya atau
(P<0.01) terhadap pertumbuhan harian, uji makanananya. Menurut Kodrato (2010), retina
lanjut menggunakan BNT, warna wadah mata ikan dapat membedakan warna, karena
kuning memberikan hasil yang terbaik retina mata ikan memiliki fotoreseptor (peka
pertumbuhan panjang benih ikan cardinal terhadap cahaya) yaitu sel kerucut. Sel
tetra, dengan rata-rata pertumbuhan panjang tersebut berfungsi pada cahaya terang dan
0,66 cm. Menurut Imanpoor & Abdollahi peka terhadap warna cahaya, serta struktur
(2011), warna kuning dapat meningkatkan retina mata ikan juga sangat bervariasi dan
nafsu makan dan laju pertumbuhan ikan dapat digunakan untuk mengetahui pola hidup
Capspian Kutum (Rutilus frisii) tetapi tidak ikan khususnya yang berhubungan dengan
berpengaruh untuk ikan Nila (Oreochromis pola makan.
nilaticus) (Volpato & Barereto 2001). Pertumbuhan terendah diperoleh wadah
Menurut Effendie (2002), hubungan berat warna putih dengan pertumbuhan 0,53 cm.
dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari Hasil ini dudukung oleh pengamatan tingkah
panjang. Selama penelitian pertumbuhan laku ikan dimana ikan terlihat kurang aktif
panjang dan berat menggunakan warna wadah bergerak, cenderung diam di dekat batu aerasi.
kuning mempunyai perbandingan yang linear Prihatin (2014), menyatakan bahwa warna
sampai akhir penelitian. Warna kuning putih termasuk warna dingin yang mempunyai
menghasilkan pencahayaan yang terang dan sifat membuat benda yang terlihat akan
cerah sehingga benih dapat melihat warna tampak lebih jauh dan lebih kecil dan
makanan lebih jelas dan memberikan memberi kesan tentram. Teori Land
pertumbuhan yang tinggi. Menurut Fitri menyatakan bahwa warna yang terlihat tidak
(2005) dan Fitri & Asriyanto (2009) hanya ditentukan oleh mata dan kemampuan
ketajaman penglihatan ikan tergantung dari otak yang memilih rangkuman panjang
dua faktor yaitu diameter lensa dan kapadatan gelombang cahaya tertentu, tetapi lebih
sel kon pada retina. Diameter lensa mata ikan ditentukan oleh interaksi antar panjang
berbanding lurus dengan ukuran panjang gelombang dan pandangan keseluruhan
tubuh ikan yang artinya semakin panjang (Halsey et al., 1974). Menurut Kimball
tubuh ikan maka diameter lensa mata ikan (1988), sel kerucut pada retina mata ikan
akan bertambah. Hal ini terjadi karena hanya bekerja dalam cahaya terang dan sel
diameter lensa mata ikan yang ikut bertambah kerucut pula dapat membuat mata melihat
mengakibatkan gambar suatu objek yang warna-warna. Burton (1997) menyatakan
melalui lensa mata menuju retina akan belum ada pengukuran pertumbuhan yang
semakin cepat, karena nilai sudut pembeda berkelanjutan untuk cardinal tetra di alam liar.
terkecil semakin kecil. Oleh sebab itu Namun, dengan memetakan distribusi cardinal
perlakuan pada warna kuning memiliki tetra yang lamanya enam bulan dan satu tahun
pencahayaan yang sangat bagus untuk mata setelah musim pemijahan dalam penelitian
benih ikan cardinal tetra dalam mencari dan Geisler & Annibal (1987), kurva pertumbuhan
menangkap makanannya. cardinal di alam liar tumbuh jauh lebih lambat
Menurut Strand et al. (2007) dan mencapai ukuran yang lebih kecil dari
pemanfaatan pakan yang tinggi sesuai dengan pada yang dipijahkan dan dibesarkan di
kebutuhan ikan yang dipelihara akan penangkaran. Hal ini berhubungan dengan
meningkatkan pertumbuhan. Penggunaan adanya kekurangan sumber makanan di alam

20
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

liar. Di habitat aslinya, cardinal tetra Selama pemeliharaan, benih diberikan


mencapai matang gonad yaitu hanya dalam pakan berupa cacing sutera yang berwarna
satu tahun dan jumlahnya sedikit, jika ada merah, dimana saat dipadukan dengan wadah
bertahannya hanya 18 bulan. yang berwana kuning memberikan kondisi
terang dan kontras sehingga pakan yang
Laju Pertumbuhan Panjang Harian (SGR) diberikan dapat dilihat dan dikonsumsi
Dari penelitian selama 39 hari benih ikan dengan baik. Hasil penelitian Sulistyaningrum
cardinal tetra diperoleh rata-rata laju (2006), menunjukkan bahwa mangsa dengan
pertumbuhan harian seperti ditampilan dalam kekontrasan yang tinggi memiliki peluang
Gambar 4. untuk diserang delapan kali lebih besar

Gambar 4 Laju Pertumbuhan panjang harian (%) benih ikan cardinal tetra.

Laju pertumbuhan harian (SGR) daripada mangsa dengan kekontrasan rendah.


panjang tertinggi dihasilkan pada ikan yang Warna kuning merupakan warna yang terang
dipelihara dalam wadah berwarna kuning bercahaya dan menarik menyerupai sinar
dengan persentase 4,12%, kemudian diikuti matahari, dengan panjang gelombang yang
dari wadah berwarna hitam (kontrol) dengan cukup tinggi mampu memantulkan objek
SGR (3,86%), dari wadah warna biru (3,76%), dengan baik untuk masuk ke mata ikan.
wadah warna merah (3,73%), dan terendah Menurut Prihatin (2014), warna kuning masuk
menggunakan wadah warna putih (3,49%) kategori warna panas yang mampu
(Gambar 4). Hasil analisis ragam terhadap memberikan rasa gembira sehingga obyek
laju pertumbuhan harian benih ikan cardinal kelihatan lebih besar, lebih dekat, dan
tetra selama pemeliharaan, terbukti memberikan respon terhadap nafsu makan.
berpengaruh sangat nyata terhadap laju Ikan cardinal tetra yang dipelihara pada
pertumbuhan harian benih ikan cardinal tetra wadah warna putih memberikan hasil
(P<0.01). Pengaruh warna secara fisiologis pertumbuhan terendah dengan SGR sebesar
membantu benih dalam mencari makan. 3,49 %. Salah satu faktor yang tampak yaitu
Sesuai dengan pendapat Kodrato (2010), kemampuan ikan dalam memangsa yang
secara umum warna lingkungan berpengaruh rendah. Warna putih memberikan
terhadap mortalitas, pertumbuhan ikan. Selain pencahayaan netral dengan kecerahan sangat
itu rangsangan warna memberikan peranan tinggi, mampu memancarkan semua spektrum
penting dalam pendugaan pola makan ikan warna ke dalam mata, sehingga warna yang
(Hoar et al.,1979). Menurut Saputra (2007) ditimbulkan berubah-ubah. Perubahan warna
dan Hoar et al. (1976) warna lingkungan yang terjadi, mengakibatkan penglihatan ikan
berpengaruh terhadap kemampuan ikan dalam bias yang berakibat kekontrasan pakan lemah
mendeteksi makanan selama pertumbuhannya. sehingga kurang menarik bagi ikan. Menurut
Apabila pola makan yang stabil maka Chandra (2009), benda warna putih
pertumbuhan ikanpun akan ikut stabil. mempunyai sifat pigmen benda yang akan

21
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

memantulkan semua warna, sehingga cahaya ikan cardinal tetra yang dipelihara pada
yang dipantulkan merupakan gabungan dari penambahan daun ketapang kering dengan
cahaya dalam spektrum. Kondisi ini dosis 0.5 gram/L. Demikian juga Johannes
berpengaruh terhadap penglihatan ikan (2012), menyatakan untuk memelihara ikan
menjadi tidak fokus pada satu titik warna dan cardinal tetra, sebaiknya akuarium sudah
akan menimbulkan stress karena warna yang dipersiapkan sejak lama, dengan air cukup
diterima mata terlalu banyak. Stres yang ‘tua’, dengan kadar pH air rendah. Menurut
terjadi pada ikan akan meningkatkannya Zairin (2013), ikan cardinal tetra harus
tingkat metabolisme ikan dan memerlukan dipelihara pada air yang agak asam pada pH
energi lebih tinggi. 5,5-6,5.
Hasil pengukuran oksigen terlarut
Kualitas Air (DO) yang diperoleh pada kisaran 5,14-6,93
Nilai beberapa parameter kualitas air mg/L (Tabel 1), kondisi ini menunjukkan
selama penelitian untuk lima wadah kandungan oksigen yang optimal bagi benih
pemeliharaan yang berbeda disajikan pada ikan cardinal tetra. Oliveira et al. (2008),
Tabel 1. menyatakan oksigen terlarut untuk ikan

Tabel 1. Nilai beberapa parameter kualitas air pemeliharaan benih selama penelitian.
Perlakuan
Parameter
Hitam Putih Merah Biru Kuning
26.30
Suhu 26.31 26.27 26.30 26.28
(25,8-
(oC) (25,7-27,0) (25,5-27,0) (25,7-27,0) (25,5-27,0)
27,0)
pH (6,0-6,5) (6,5) (6,0-6,5) (6,0-6,5) (6,5)
5.22
6.4 6.15 5.65 5.56
DO (mg/L) (5,14-
(5,29-6,93) (5,69-6,60) (5,51-5,79) (5,28-5,84)
5,73)
Amonia (0,0045- (0,0045- (0,0042- (0,0052-
(0,0043-0,0052)
mg/L) 0,0058) 0,0059) 0,0049) 0,0059)
Intensitas 57.5 65.0 68.0 70.5 74.0
cahaya (lux) (55-60) (63-67) (65-71) (70-71) (73-75)
* Nilai yang ditampilkan pada semua parameter merupakan hasil analisa Laboratorium Kualitas Air BPPBIH Depok, (2014).

Pada tabel 1 terlihat hasil pengukuran cardinal tetra pada kisaran 6,3-7,9 mg/L.
rata-rata suhu setiap wadah pada kisaran 25,5- Kekurangan kadar oksigen di dalam air dapat
27oC, hasil tersebut masih pada kisaran mengganggu kehidupan ikan terutama
optimum sesuai dengan pernyataan Zairin terhadap pertumbuhannya. Ketersediaan
(2013), suhu untuk pemeliharaan ikan cardinal oksigen sangat penting bagi biota akuatik
tetra yang baik sekitar 24-27oC. Sedangkan selama aktivitasnya.
menurut Kordi (2009), suhu sangat Amonia merupakan salah satu parameter
berpengaruh terhadap kehidupan dan penentu dalam budidaya ikan, kandungan
pertumbuhan biota air. Secara umum laju yang tidak melewati ambang batas akan
pertumbuhan meningkat sejalan dengan menunjang pertumbuhan ikan. Hasil
kenaikan suhu, dan pada kondisi tertentu pengukuran amonia selama pemeliharaan
dapat menekan kehidupan hewan budidaya. pada kisaran 0,00422-0,00593 mg/L,
Kondisi keasaman media selama memberikan kondisi yang aman bagi ikan,
pemeliharaan pada kisaran 6,0-6,5, nilai pH terbukti kelangsungan hidup dan
tersebut baik bagi benih cardinal tetra, di pertumbuhannya optimal. Selanjutnya Effendi
habitat aslinya kondisi keasaman media pada (2003), menyatakan konsentrasi amonia total
kisaran 5,5-6,5 (Zairin, 2013). Menurut di perairan yang dapat diterima oleh ikan
Nurhidayat (2016), nilai keasamaan media berada kurang dari 0,2 mg/L. Tingginya
pemeliharan pada kisaran pH 6-6,5 konsentrasi amonia diakibatkan sisa pakan
memberikan pertumbuhan terbaik untuk benih dan sisa metabolisme yang berpengaruh

22
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

terhadap pH dan suhu di perairan yang dapat DAFTAR PUSTAKA


menyebabkan berkurangnya nafsu makan ikan
dan pertumbuhan tidak berjalan dengan Akbar, J. 2012. Pertumbuhan dan Kelulus
optimal. Hal ini sesuai dengan Said et al. hidupan hidup ikan betok (Anabas
(2005), jumlah fraksi amonia semakin testudineus) yang dipelihara pada
meningkat apapila pH di perairan meningkat salinitas berbeda. Jurnal Bioscientiae.
dan juga sebaliknya. Pengaruh langsung dari 2(9): 1-8.
kadar amonia tinggi yang belum mematikan Anonim. 2014. Jelembar Aquatic Life
adalah rusaknya jaringan insang, dimana (Knowledgge Learing and
lempeng insang membengkak sehingga Understanding Freshwater Fish and
fungsinya sebagai alat pernapasan akan Aquatic Plant).
terganggu. Sebagai akibat lanjut dalam www.jelembaraquaticlife.com/index.ht
keadaan kronis ikan tidak bisa lagi hidup m. [Diakses tanggal 19 April 2014].
normal (Kordi, 2012). Budiardi, T., M. A. Solehudin, dan D.
Cahaya dalam penggunaan wadah Wahjuningrum. 2008. Produksi ikan
pemeliharaan juga berperan penting terutama neon tetra (Paracheirodon innesi)
terhadap kecerahan media pemeliharaan yang ukuran m dengan padat tebar 25, 50,
dikaitkan dengan penglihatan ikan terhadap 75 dan 100 ekor/liter dalam sistem
pakan. Berdasarkan pengukuran intensitas resirkulasi. Jurnal Akuakultur
cahaya diperoleh nilai 55-75 lux, kondisi ini Indonesia. 7(1): 19-24.
menunjukkan intensitas cahaya optimal bagi Burton, S. M. 1997. The effect of
benih ikan cardinal tetra dalam beraktivitas, environmental factors and hormone
seperti dalam mencari makan. Fauziyah et al. treatments on ovulation rate and
(2013), menyatakan intensitas cahaya 330 lux spawning success in cardinal tetra
akan memiliki daya tembus cahaya di lapisan tetras, (Paracheirodon axelrodi)
perairan paling tinggi dan berpeluang untuk (Pisces: Characidae). Thesis. Rhodes
menarik perhatian ikan lebih tinggi. University. Grahamstwon. 150 pp.
Bydzovsky, V. 2000. Roter Neon Superstar
KESIMPULAN (On-line).
http://www.aquaristik.de/neu_su.htm.
Warna wadah pemeliharaan tidak [Diakses tanggal 30 April 2014].
memberikan pengaruh terhadap kelangsungan Chandra, V. 2009. Alat pemisah benda
hidup benih ikan cardinal tetra. Tetapi berdasarkan warna menggunakan
memberikan pengaruh yang sangat nyata sensor TCS230 berbasis
untuk laju pertumbuhan harian dan mikrokontroler AT89S51. Skripsi.
pertumbuhan panjang (P<0,01). Perlakuan Fakultas Matematika dan Ilmu
terbaik diperoleh menggunakan wadah Pengetahuan Alam. Universitas
pemeliharaan warna kuning. Sumatera. Medan. 27 hlm.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan.
UCAPAN TERIMA KASIH Yayasan Pustaka Nusatama.
Gramedia. Jakarta. 161 hlm.
Penelitian ini dibiayai oleh DIPA Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Anggaran Balai Litbang Budidaya Ikan Hias. Pengelolaan Sumber Daya
Tahun Anngaran 2015. Ucapan terima kasih Lingkungan Perairan. Kanisius.
di sampaikan kepada Pak Sanusi dan Bu Yogyakarta. 258 hlm.
Yusni selaku teknisi yang membantu selama Fauziyah., K. Shaleh., Hadi, dan F. Supriyadi.
penelitian 2013. Optimasi light fishing pada
bagan tancap untuk menjaga
keberlanjutan sumberdaya teri di
perairan sungsang sumatera selatan.
Jurnal Maspari. 5(2): 277-283.

23
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

Fitri, A. D. P. 2005. Hubungan ketajaman Kordi, M. G. H. 2009. Budidaya Perairan. PT


penglihatan dan jarak pandang Citra Aditya Bakti. Bandung. 964 hlm.
maksimum penglihatan pada ikan Lundie, A. 2004. Paracheirodon axelrodi.
kerapu lumpur (Ephinephelus taivina). (On-line). Fish Profiles.http://www.
Jurnal Ilmu Kelautan. 10(1):11-16. fishprofiles.com/files/profiles/cardinal
Fitri, A. D. P, dan Asriyanto. 2009. Fisiologis tetra.xml. [diakses tanggal 30
organ penglihatan ikan karang Desember 2014].
berdasarkan jumlah dan susunan sel Luchiari, A.C., & J. Pirhonen. 2008. Effects
reseptor. Jurnal Sains MIPA. 15(3): of ambient colour on colour preference
159-166. and growth of juvenile rainbow trout
Geisler,R., and Annibal, S. R. 1987. Ecology Oncorhynchus mykiss (Walbaum).
of the cardinal tetra, Paracheirodon Journal of Fish Biology 72(6): 1504--
axelrodi (Pisces, Characoidea), in the 1514.
river basin of the Rio Negro, Brazil, as Mc Lean, E., P. Cotter, C. Thain, N. King.
well as breeding related factors. Trap. 2008. Tank color impacts
Fish Hohhyisf. 35(2): 66-87. performance of cultured fish.
Halsey, W. D., L. Shores., R. H. Blacburn, Ribartsvo 66 (2): 43--54.
and F. Francis. 1974. Collier’s Nikolsky, G. V. 1983. The Ecology of Fishes.
Encyclopedia. Mac Millan Educational Akademic Press. New York. 352 pp.
Corporation. USA. 738 pp. Nurhidayat, Wardin L, Sitorus E. 2016. The
Hoglund, E., P.H.M. Balm, S. Winberg. survival and growth performance of
2002. Behavioural and juvenile cardinal tetra (Paracheirodon
neuroendocrine effects of axelrodi) with application of tropical
environmental background colour and almond (Terminalia catappa) leaves.
social interaction in Arctic charr Jurnal Nusantara Biosince Vol. 8, No.
(Salvelinus alpinus). The Journal of 1, pp. 1-4
Experimental Biology (205): 2535-- Oliveira, S. R., R. Souza, É.S. Nunes, C. S.M.
2543. Carvakho, G. Cruz de Menezez, J.L.
Hoar, W.S., D.J. Randall, and J.R. Brett. Marcon, R. Roubach, E. A. Ono, E. G.
1979. Fish Phisiology: Bioenergetic Affonso. 2008. Tolerance to
and Growth. Academic Press, Inc. San temperature, pH, ammonia and nitrite
Diego. 82 pp. in cardinal tetra, Paracheirodon
Imanpoor, M.R., & M. Abdollahi. 2011. axelrodi, an amazonian ornamental
Effects of tank color on growth, stress fish. Acta Amazonica. 8 pp.
response and skin color of juvenile Prihatin, P. T. 2014. Desain Hiasan. Fakultas
caspian kutum Rtillus frisii Kutum. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
Global veterinaria 6 (2): 118--125. Universitas Pendidikan Indonesia.
Johannes, S. 2012. Cardinal tetra Tetra, Bandung. 10 hlm.
Pelangi dari Amazon. http://o- Said, D. S., W. D. Supyawati, dan
fish.com/Spesies/Cardinal noortiningsih. 2005. Pengaruh jenis
tetra_tetra.php. [Diakses tanggal 01 pakan dan kondisi cahaya terhadap
September 2014]. penampilan warna ikan pelangi merah
Kimbal, J. W. 1988. Biologi Jilid 2. Erlangga. Glossolepis incises jantan. Jurnal
Jakarta. Buku. 755 hlm. Iktiologi Indonesia. 5(2): 61-67.
Kodrato, F.. 2010. Pengaruh penggunaan Saputra, S. W. 2007. Buku Ajar Mata Kuliah
warna lampu yang berbeda terhadap Dinamika Populasi. Fakultas
laju pertumbuhan dan kelulushidupan Perikanan dan Ilmu Kelautan.
benih ikan botia (Chromobotia Universitas Diponegoro. Semarang. 79
macracantus) umur 31 hari dengan hlm.
sistem resirkulasi. Skripsi. FPIK. Strand, A., A. Alanara., F. Staffan, and C.
Universitas Brawijaya. Malang. 60 Magnhagen. 2007. Effects of tank
hlm. colour and light intensity on feed

24
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi pada Warna Wadah Pemeliharaan yang berbeda
Nurhidayat, et al. / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 15-25

Intake, growth rate and energy Nile tilapia reproduction. Brazilian


expenditure of juvenile Eurasian Journal of Medical and Biological
perch, Perca fluviatilis L. The Journal Research (37): 479--483.
of Aquaculture, 272: 312–318. Volpato, G.L., & R.E. Barreto. 2001.
Sulistyaningrum, W. 2006. Pengarum warna Environmental blue light prevents
wadah percobaan terhadap sintasan stress in the fish Nile tilapia. Brazilian
dan pertumbuhan kuda laut. Skripsi. Journal of Medical and Biological
Fakultas Perikanan Dan Ilmu kelautan. Research (34): 1041--1045.
IPB. Bogor. 64 hlm. Waldman, G. 2002. Introduction to light: the
Ustundag, M., & F. Rad. 2014. Effect of physics of light, vision, and color.
Different Tank Colors on Growth Dover Publication, Boston: xii + 193
Performance of Rainbow Trout hlm.
Juvenile (Oncorhynchus mykiss Widaningroem, R dan A. Isnansetyo. 1996.
Walbaum, 1792). Journal of Kemampuan adaptasi kepiting bakau
Agricultural Sciences (21): 144--151. (Scylla serrata) terhadap perubahan
Val, L.A., V.M.F. de Almaida-Val, D.J. salinitas air. Jurnal Perikanan UGM
Randall. 2006. The physiology of (GMU J. Fish. Sci). I(1): 22-26.
tropical fishes. Academic Press, Zairin. Jr, M. 2013. Kiat Memijahkan Ikan
Boston: xiii + 633 hlm. Hias Secara Teratur. CV Digreat :
Volpato, G.L., C.R.A. Duarte, A.C. Luchiari. Bogor. 135 hlm.
2004. Environmental color affects

25

Anda mungkin juga menyukai