Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGI PADA NY.

S DENGAN
HIPERTIROID DI RUANG BERSALIN RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Laporan Kasus

Disusun Oleh:
NITA ARDIANI 32101800010
NURUL FADLILA 32101800011
SITI KHADIJAH ASPAN 32101800014
USWATUN KHASANAH 32101800016

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Alamat: Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054

Telepon. (024) 6583584 Faksimile: (024) 6581278

Tahun 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus Seminar Cased Based Discussion (CBD) dengan judul “Asuhan Kebidanan
Kehamilan Patologi pada Ny. S dengan Hipertiroid di Ruang VK RSUD Dr. Loekmono Hadi
Kudus telah dikonsultasikan, diperbaiki dan mendapat pengesahan oleh Pembimbing Lahan
dan Pembimbing Akademik.

Kudus, 12 Oktober 2019

Clinical Instruktur

(Rini Puji A, Amd.Keb)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertiroid pada kehamilan (morbus basodowi) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid
ditandai dengan naiknyametabolisme basal 15-20%, kadang kala disertai
pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami
gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul
penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan (Wilson, 2005).
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik
hormon tiroid yang berlebihan.Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit
graves,sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisis
yang menimbulkan sekresi TSH meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk
kenker tiroid. (arief mansjoer, 1999).
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit hipertiroid adalah kehamilan dapat
membuat struma tambah besar dan keluhan penderita tambah berat. Pengaruh
penyakit terhadap kehamilan dan persalinan yaitu Kehamilan sering berakhir (abortus
habitualis), partus prematurus. Kala II hendaknya diperpendek dengan
ekstraksivakum/forsial, karena bahaya kemungkinan timbulnya dekompensasi
kordis. Untuk itu kita sebagai calon tenaga kesehatan, kita perlu mengetahui dan
memahami tanda dan gejala berbagai penyakit khususnya di sini sakit kepala.
B. Tujuan Penulisan
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S G3P2A0 umur 37
tahun dengan hipertiroid di Ruang Bersalin RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus sesuai
manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut Varney.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. S Umur 37 tahun G3P2A0
dengan hipertiroid.
2. Bagi Profesi
Menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan kepada ibu bersalin dengan hipertiroid sesuai dengan
manajemen atau prosedur yang sudah ada.
3. Bagi RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil khususnya dengan hipertiroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan dapat didefinisikan secara medis sebagai kontraksi uterus yang
teratur dan semakin kuat menciptakan penipisan dan dilatasi serviks di sepanjang
waktu, yang menimbulkan dorongan kuat untuk melahirkan janin melalui jalan lahir
melawan resistansi jaringan lunak, otot, dan struktur tulang panggul (Kennedy,
2013; h.2).
2. Perubahan fisik dan psikologis
a. Perubahan fisik
Menurut Varney (2007) perubahan fisik pada saat persalinan meliputi:
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata- rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10
mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah kembali normal pada
level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
2) Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat aerobic maupun
metabolism anaerobic akan naik secara berangsur disebabkan karena
kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan
kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan
kehilangan cairan.
3) Suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selam persalinan, terutama selam
persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan suhu di anggap normal
jika tidak melebihi 0.5–1 ˚C.
4) Denyut nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan
selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi
yang lebih rendah daripada frekuensi di antar kontraksi, dan peningkatan
selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantar kontraksi.
Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi. Uterus tidak terjadi
jika wanita berada dalam posisi miring bukan terlentang. Frekuensi denyut
nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi di banding selam periode
menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi selama persalinan.
5) Pernafasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan masih normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat
menyebabkan alkalosis.
6) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan oleh
peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Poliuria tidak begitu kentara dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek
mengurangi aliran urin selama kehamilan. Sedikit proteinuria (trace 1+)
biasanya sepertiga sampai separuh jumlah wanita dalam persalinan
proteinuria 2+ dan diatasnya sudah tidak jelas normal.
7) Perubahan pada saluran cerna
Kemampuan pergerakan gastric serta penyerapan makanan padat
sangat berkurang, ini dikombinasikan dengan pengurangan selanjutnya
dari sekresi gastric selama persalinan akan membuat pencernaan hamper
terhenti dan menghasilkan waktu pengosongan usus menjadi sangat
lambat. Makanan yang masuk ke dalam lambung selama atau segera
sebelum persalinan atau selama fase laten dari persalinan kemungkinan
besar akan berada di dalam lambung seama persalinan. Rasa mual dan
muntah muntah bukanlah hal yang jarang selama fase transisi yang
menandai berakhirnya kala satu persalinan.
8) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata rata 1,2 mg/100 ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
persalinan kecuali ada perdarahan post partum.
b. Perubahan psikologis
Menurut Varney (2007) perubahan psikologis pada saat persalinan,
meliputi :
1) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang menyebabkan wanita
mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian persalinan secara
pesimistik atau negative.
2) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap
sekelilingnya.
3) Memperlihatkan tingkah laku sangat membutuhkan.
4) Memperlihatkan tingkah laku minder, malu atau tidak berharga.
5) Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau terhadap
pemeriksaan.
6) Menunjukkan ketegangan otot dalam derajat tinggi.
7) Tampak menuntut, tidak mempercayai, marah atau menolak terhadap para
staf.
8) Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan pemberi
perawatan.
9) Tampak “lepas control” dalam persalinan (dalam nyeri hebat, menggeliat
kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau pertanyaan yang
membantu).
10) Merasa diawasi.
11) Merasa dilakukan tanpa hormat, merasa diabaikan atau dianggap remeh.
12) Respons “melawan atau menghindar”, yang dipicu oleh adanya bahaya
fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk distres lainnya.
3. Tanda – tanda persalinan:
Menurut Sofian (2012 ;h.15) ada beberapa tanda persalinan diantaranya adalah
rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir
bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada
serviks. Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan
dalam, serviks telah ada pembukaan.
Menurut Manuaba (2010), ada beberapa faktor yang penting harus diperhatikan
dalam proses persalinan, yaitu:
a. Power terdiri dari His (kontraksi otot rahim), kontraksi otot dinding rahim,
kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi
ligamentum lotundum.
b. Passanger, terdiri dari janin dan plasenta .
c. Passage, terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.
4. Kebutuhan:
Menurut Depkes RI (2014) kebutuhan ibu bersalin meliputi:
a. Dukungan emosional.
Dukung dan anjuran anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu
selama persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk
berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang sangat
membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman
atau saudara yang secara khusus diminta untuk menemaninya.
b. Mengatur posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi posisi yang nyaman selama persalinan
dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya membantu
ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring,
miring ke kiri, atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau
jongkok dapat membantu turunya kepala bayi dan sering kali memperpendek
waktu persalinan. Bantu ibu untu sering berganti posisi selama persalinan.
Beritahu ibu untuk tidak tidur terlentang lebih dari 10 menit.
c. Pemberian cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan air minum)
selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan
pada fase laten persalinan, tetapi setelah memasuki fase aktif mereka hanya
ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan keluarga sesering mungkin
menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan.
d. Kamar mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama
persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya 2 jam atau lebih sering jika ibu
merasa ingin berkemih atau jika kandung kemihnya tersa penuh. Periksa
kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin (amati atau lakukan
palpasi tepat diatas simpisis pubis untuk mengetahuai apakah kandung kemih
penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu
tidak dapat berjalan ke kamar mandi berikan wadah urin (Depkes RI, 2014;
h.54-55).
5. Asuhan persalinan
Berdasarkan langkah APN menurut Buku acuan Midwifery Update (2016;
h.175-180).
Table 2.1 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
I. MELIHAT GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan.
a. Ibu merasa ada dorongan ingin meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan vaginanya.
c. Perineum tampak menonjol.
d. Vulva dan sfingter ani membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSLINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan :
a. Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.
b. 3 handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal
bahu bayi).
Alat penghisap lendir.
c. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh.
Untuk ibu :
a. Menggelar kain diatas perut ibu
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit.
c. Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Pakai celmek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Melepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
periksa.
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT atau Steril dan pastikan tidak
terjadi ontiminasi pada alat suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterrior (belakang) menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introtus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
c. Jika terkontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5% langakah # 9.Pakai sarung
DTT/steril untuk melakukan langkah selanjutnya.
8. Lakukan periksa dalam untu memastikan pembukaan lengkap.
Bila selut ketuban masih utuh saat pembukaan lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lepaskan
dalam keadaan terbalik serta dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tanga
dilepas.
10. Perikas Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus
mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas
normal (120 – 160 kali per menit ).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua temuan pemeriksaan asuhan asuhan yang diberikan ke
dalam partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES MENERAN.
11. Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan kepada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memeberi semangat kepada ibu dan meneran
secara benar.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat.Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin
meneran atau timbul kontraksi yang kuat:
a. Bimbing ibu agar dapat meneran dengan benar dan efektif.
b. Dukung dan bberi semangat saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaling terlentang dalam waktu
yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga untuk memberi semangat dan dukungan
untuk ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan peroral (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk bila bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah pembukaan lengkap dan dipimpim meneran ≥120
menit (2 jam) pada primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada
multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam selang 60 menit.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.
15. Letakkan handuk bersih (atau untuk mengeringkan bayi) di perut
bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong
ibu.
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan.
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan dan dilapisi
dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan
belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara
efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran
bayi. Perhatikan!
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilitleher terlalu kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat di antaradua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara dua kaki dan pegang kedua kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk.
VII ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas)
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis dengan kuat dan/atau bernafas tanpa
kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban ada “TIDAK”, lanjut ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfeksia (lihat Penuntun
Belajar Resusitasi Bayi Asfeksia).
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala danbagian tubuh
lain (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/ kain yang kering. Pastikan bayi
dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit (intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi
sebelum menyuntik oksitosin).
30. Selama 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat
pada satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian jari
telunjuk dan jari tengah yang lain menjepit tali pusat dan geser 3
cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tangan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk
dan tengah tangan lainnya untuk mendorong isi tali pusat ke arah
ibu (sekitar 5cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari
klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/ Steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagibenang tersebut dan ikat tali pusat
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting susu atau aerola mamae ibu.
a. Selimuti ibu-bayi dengan kain yang kering dan hangat,
pasangkan topi di kepala bayi.
b. Biarkan bayi kontak kulit dengan kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
c. Sebagian besar bayi berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK
III)
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan yang lain
memengan klem untuk menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas. Jika uterus tidak
segera berkontraksi, minta ibu, suami atau keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu. Mengeluarkan Placenta.
36. Bila pada penekanan dinding bawah dinding uterus ke arah dorso
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka
lanjutkan dorongan kea rah kranial hingga plasenta dapat
dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik terlalu keras terutama ketika uterus tidak berkontraksi)
sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-
atas).
b.Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat.
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika
kangdung kemih penuh.
3) Minta keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
4) Ulangi penekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat
15 menit berikutnya.
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir
atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan
plasenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introtus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai
sarung tanga DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa-
sisa plasenta kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum
DTT/ steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang
diperlukan (Kompresi Bimanual Interna, Kompresi Aorta
Abdominalis, tampon Kondom-Katater) jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase.
IX. PENILAIAN PERDARAHAN
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta
telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina atau perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
X. ASUHAN PASCAPERSALINAN
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan air
sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong.
44. Anjurkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa nadi dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 x/menit).
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi
dan segera merujuk ke rumah sakit.
b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke
RS Rujukan.
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dalam satu selimut.Kebersihan
dan keamanan.
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi di tempat sampah
yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah di ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makan yang
diinginkan.
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0.5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik bayi.
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis
infeksi, vitamun K1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-
60 kali / menit) dan temperatur tubuh (normal 36,50 c – 37,50 c)
setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pertama vitamin K1 suntikkan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan bawah lateral,letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
58. Lepaskan
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan Asuhan Kala IV Persalinan.
6. Partograf
a. Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (Depkes RI, 2008;
h.57).
b. Tujuan
Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk mencacat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama. Data pelengkap yang terkait engan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medika mentosa
yang diberikan pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci
pada status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru kahir (Depkes, 2008).
c. Pencatatan selama fase laten kala 1 persalinan
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat. Hali ini dapat dicatat secara terpisah baik di catatan persalinan maupun
di buku KIA atua KMS (kartu menuju sehat) ibu hamil. Tanggal dan waktu
harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan
(Depkes, 2008).
d. Pencatatan selama fase aktif persalinan: partograf.
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase
aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan yaitu:
1) Informasi tentang ibu:
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan seperti nama, umur, gravida, para, abortus atau
keguguran, nomer catatan medic atau nomer puskesmas, tanggal dan waktu
mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan waktu penolong persalian
mulai merawat ibu), waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi janin:
a) Denyut jantung janin setiap 30 menit. Catat DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ
kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainya dengan garis tegas
dan bersambung.
b) Warna dan adanya air ketuban, niali air ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selput ketuban
pecah. Catat temuan temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ
gunakan lambang berikut: U (selaput ketuban utuh / belum pecah, J
(selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih, M (selaput ketuban
sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium), D (selaput ketuban
sudah pecah dan air ketuban bercampur darah), K (selaput ketuban
sudah pecah dan air ketuban tidak mengalir lagi).
c) penyusupan (molase) kepala janin adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepla bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras
(tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang
tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi
kepala/panggul (CPD). Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai
dibawah lajur air ketuban. Gunakan lambang lambang berikut ini: 0
adalah tulang tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dengan mudah di palpasi. 1 adalah tulang tulang kepala janin hanya
saling bersentuhan.
3) Penilaian kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0 sampai 10 yang tertera di kolom paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Pada lajur dan kotak yang mencatat
penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan
metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu, pemeriksaan, denyut jantung
janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
a) pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering
dilakukan jika ada tanda tanda penyulit). Saat ibu dalam persalinan,
catat pada partograf setiap temuan dari pemeriksaan. Tanda “X” harus
dicantumkan digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks.
b) penurunan bagian bawah atau presentasi janin
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan)
yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul. Tulisan turunya kepala dan garis tidak
putus dari 0-5, tertera disis yang sama dengan angka pembukaan
serviks. Berikan tanda “0” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Hubungakan tanda “0” dari setiap pemeriksaan dari garis tidak
terputus.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimuali pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika
laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1
cm perjam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya:
fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik,
dll).
Garis bertindak tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4
jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan
berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
4) Jam dan waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan. Dibagian bawah partograf
(pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak kotak yang diberi gka
1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalian. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian. Waktu aktual
dibawah lajur mulainya fase aktif, tertera kotak kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1 jam
penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit yang berhubungan
dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks. DJJ dibagian atas dan
lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase
aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada.
Kemudian catatkan waktu actual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai.
5) Kontraksi uterus
Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit dibawah lajur partograf,
terdapat 5 kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar
kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik.
Lama kontraksi (dalam detik). Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
ber titik titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya kurang dari 20 detik, beri garis garis di kotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik, isi penuh kotak yang
sesual untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6) Obat obatan dan cairan yang diberikan
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit. Obat obatan lainnya cairan IV yang
diberikan dicatat semua pemberian obat obatan tambahan atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7) Kondisi ibu
Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh nilai dan catat nadi ibu
setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda titik pada kolom
waktu yang sesuai nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama
fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda
panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi). Setiap 2 jam dan catat
temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
Urin (volume, aseton atau protein). Ukur dan catat jumlah produksi
urin sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan
protein dalam urin.
e. Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan yang
dilakukan sejak kala 1 hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya
bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Catatan persalinan adalah terdiri
dari unsur unsur berikut: data atau informasi umum, kala I, kala II, kala III, bayi
baru lahir dan kala IV (Depkes RI, 2008; h.67-69).
B. Hipertiroid
1. Definisi
Penyakit hipertiroidisme atau hipertiroid adalah penyakit akibat kadar
hormon tiroid terlalu tinggi di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini
dapat menimbulkan gejala jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan
turun drastis. Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher dan berperan sebagai
penghasil hormon tiroid. Hormon ini berfungsi untuk mengendalikan proses
metabolisme, seperti mengubah makanan menjadi energi, mengatur suhu tubuh,
dan mengatur denyut jantung (Leo, 2016).
Kerja dari kelenjar tiroid juga dipengaruhi oleh kelenjar di otak yang
dinamakan kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis akan
menghasilkan hormon yang dinamakan TSH dalam mengatur kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid. Ketika kadar hormon tiroid dalam tubuh
terlalu tinggi, maka proses metabolisme akan berlangsung semakin cepat dan
memicu berbagai gejala. Penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah
memburuknya gejala hyperthyroidism atau hipertiroid yang muncul (Leo, 2016).
Hyperthyroidism atau hipertiroidisme juga dapat terjadi selama masa
kehamilan. Selama masa kehamilan, tubuh menghasilkan hormon alami yang
dikenal dengan HCG (human chorionic gonadotropin). Kadar hormon ini akan
semakin meningkat, terutama pada usia kehamilan 12 minggu (Idrose, 2015).
Tingginya hormon HCG dalam tubuh dapat merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan lebih banyak hormon tiroid, sehingga memicu munculnya
gejala hipertiroidisme. Hipertiroidisme juga rentan terjadi pada kehamilan
kembar dan pada kasus hamil anggur (Idrose, 2015).
2. Etiologi
Gangguan yang dapat menyebabkan hipertiroid bermacam-macam, mulai
dari penyakit autoimun hingga efek samping obat. Berikut ini adalah berbagai
penyebab penyakit dan kondisi yang bisa menyebabkan hipertiroidisme
(American Thypoid Association (2018):
1. Penyakit Graves akibat autoimun atau kekebalan tubuh sendiri yang
menyerang sel normal.
2. Peradangan kelenjar tiroid atau tiroiditis.
3. Benjolan atau tumor jinak di kelenjar tiroid atau kelenjar pituitari (hipofisis).
4. Kanker tiroid.
5. Tumor di testis atau ovarium.
6. Konsumsi obat dengan kandungan iodium tinggi, misalnya amiodarone.
7. Penggunaan cairan kontras dengan kandungan iodium dalam tes pemindaian.
8. Terlalu banyak konsumsi makanan yang mengandung iodium tinggi, seperti
makanan laut, produk susu, dan telur.
Selain beberapa penyebab di atas, ada faktor-faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena hipertiroidisme. Faktor risiko tersebut
meliputi berjenis kelamin wanita, memiliki anggota keluarga yang menderita
penyakit Graves, menderita penyakit kronis (diabetes tipe 1, anemia, atau
gangguan kelenjar adrenal) (Leo, 2016).
3. Manifestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan oleh hipertiroidisme terjadi akibat metabolisme
tubuh berlangsung lebih cepat. Gejala ini dapat dirasakan secara perlahan maupun
mendadak. Gejala yang muncul antara lain (National Health Service UK, 2016):
1. Jantung berdebar
2. Tremor atau gemetar di bagian tangan
3. Mudah merasa gerah dan berkeringat
4. Gelisah
5. Mudah marah
6. Berat badan turun drastis
7. Sulit tidur
8. Konsentrasi menurun
9. Diare
10. Penglihatan kabur
11. Rambut rontok
12. Gangguan menstruasi pada wanita
Selain gejala yang dapat dirasakan oleh penderita, ada beberapa tanda-
tanda fisik yang dapat ditemukan pada penderita hipertiroidisme. Tanda tersebut
meliputi (Leo, 2016):
1. Pembesaran kelenjar tiroid atau penyakit gondok
2. Bola mata terlihat sangat menonjol
3. Muncul ruam kulit atau biduran
4. Telapak tangan kemerahan
5. Tekanan darah meningkat
6. Selain itu, terdapat jenis hipertirodisme yang tidak menimbulkan gejala.
Gangguan ini disebut hipertiroid subklinis. Kondisi ini ditandai dengan
meningkatnya TSH tanpa disertai dengan hormon tiroid. Setengah
penderitanya akan kembali normal tanpa pengobatan khusus.

Kapan harus ke dokter


Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala hipertiroidisme.
Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab dan
mendapatkan pengobatan. Konsultasikan dengan dokter secara rutin jika sedang
atau baru saja menjalani pengobatan hipertiroidisme. Dokter akan memantau
perkembangan penyakit dan respons tubuh terhadap pengobatan (Idrose, 2015).
Hipertiroid dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya untuk
penderitanya, yaitu krisis tiroid atau thyroid storm (American Thyroid
Association, 2018). Segeralah ke IGD jika muncul gejala hipertiroidisme yang
disertai dengan demam, diare, hingga penurunan kesadaran, baik selama maupun
setelah menjalani pengobatan hipertiroidisme (National Health Service UK,
2016).
4. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap
sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-
15 kali lebih besar daripada normal (Harvard Health Publishing, 2017).
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan–bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan–bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama
12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior (Idrose, 2015).
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas
normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar (Cleveland Clinic, 2019).
5. Klasifikasi
Klasifikasi hipertiroid, menurut American Thyroid Association (2018) yaitu:
1. Goiter Toksik Difusa (Graves Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan
tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi
kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus. Graves
disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat
timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20-40 tahun. Faktor keturunan
juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh,
yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
2. Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan
tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi
umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.
3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi,
dan mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam
darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul
lagi pada beberapa orang.
4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5-10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan
dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan
6. Pemeriksaan Diagnostik
Dalam mendiagnosis hipertiroid, dokter akan menanyakan gejala yang
dialami penderita dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda
hipertiroidisme, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Cleveland Clininc,
2019).
Jika dokter telah melihat tanda hipertiroidisme, tes darah akan dilakukan
untuk mengukur kadar hormon pemicu tiroid (TSH) dan hormon tiroid dalam
darah. Tes darah juga dilakukan untuk mengukur tingginya kadar kolesterol dan
gula dalam darah, yang dapat menjadi tanda gangguan metabolisme akibat
hipertiroidisme (Cleveland Clinic, 2017).
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi
penyebab hipertiroidisme. Beberapa jenis pemeriksaan lanjutan yang dilakukan
adalah (Mayo Clinic, 2018):
1. USG tiroid, untuk memeriksa kondisi kelenjar tiroid dan mendeteksi adanya
benjolan atau tumor di kelenjar tersebut.
2. Thyroid scan (nuklir tiroid), untuk memindai kondisi kelenjar tiroid dengan
kamera khusus dengan sebelumnya menyuntikan zat radioaktif ke dalam
pembuluh darah.
3. Tes iodium radioaktif, sama seperti thyroid scan yaitu untuk memindai
kelenjar tiroid dengan sebelumnya pasien diminta menelan zat radioaktif
mengandung iodium dosis rendah.
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini (Berkheiser, 2018):
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan
saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
7. Komplikasi
Hipertiroidisme dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak
segera dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah (Moore, 2017):
1. Krisis tiroid atau thyroid storm
2. Osteoporosis
3. Gangguan irama jantung (atrial fibrilasi)
Penanganan hipertiroidisme selama kehamilan perlu segera dilakukan
untuk mencegah komplikasi yang dapat membahayakan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya. Beberapa komplikasi hipertiroid pada kehamilan yang dapat
terjadi (Shiel, 2018):
1. Preeklamsia
2. Kelahiran prematur
3. Keguguran
4. Bayi dengan berat badan lahir rendah
8. Penatalaksanaan
Menurut Shiel (2018), penatalaksanaan ibu hamil dengan hipertiroid adalah
sebagai berikut:
1. Konservatif
a) Obat Anti-Tiroid
Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien
mengalami gejala hipotiroidisme.
1) Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti PTU atau
methimazol, yang diberikan paling sedikit selama 1 tahun. Obat-obat ini
menyekat sintesis dan pelepasan tiroksin. Penyekat beta seperti
propranolol diberikan bersamaan dengan obat-obat antitiroid. Karena
manifestasi klinis hipertiroidisme adalah akibat dari pengaktifan
simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka manifestasi klinis
tersebut akan berkurang dengan pemberian penyekat beta; penyekat beta
menurunkan takikardia, kegelisahan dan berkeringat yang berlebihan.
Propranolol juga menghambat perubahan tiroksin perifer menjadi
triiodotironin. Indikasinya antara lain:
(1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada
pasien muda dengan struma ringan-sedang dan tiroktosikosis
(2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan
atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
(3) Persiapan tiroidektomi
(4) Pasien hamil, usia lanjut
(5) Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien
menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis
40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8
minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau
gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai
eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil
yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian
pengobatan dihentikan, dan dinilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi
apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam
keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi
kolaps.
Pengobatan hipertiroid bertujuan untuk mengembalikan kadar normal hormon
tiroid, sekaligus mengatasi penyebabnya. Jenis pengobatan yang diberikan
juga berdasarkan tingkat keparahan gejala, serta usia dan kondisi penderita
secara keseluruhan. Pemberian obat bertujuan untuk menghambat atau
menghentikan fungsi kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon berlebih
dalam tubuh. Jenis obat yang digunakan adalah methimazole dan
propylthiouracil. Dokter juga akan memberikan obat yang dapat menurunkan
detak jantung untuk mengurangi gejala jantung berdebar.
Dokter akan menurunkan dosis obat apabila kadar hormon tiroid dalam tubuh
telah kembali normal, biasanya 1-2 bulan setelah mulai kosumsi obat.
Diskusikan dengan dokter endokrin mengenai lamanya penggunaan obat.
Lama terapi dengan obat-obat antitiroid pada penyakit Graves cukup
bervariasi dan dapat berkisar dari 6 bulan sampai 20 tahun. Remisi yang
dipertahankan dapat diramalkan dengan karakteristik sebagai berikut:
(a) Kelenjar tiroid kemabali normal ukurannya
(b) Pasien dikontrol dengan obat antitiroid dosis yang relative kecil
(c) TSH R Ab [stim] tidak lagi dideteksi dalam serum
(d) Jika kelenjar tiroid kembali secara normal bisa disupresi setelah
pemberian liotironin.
2. Surgical
a. Radioaktif iodine
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif,
kontraindikasi untuk anak-anak dan wanita hamil.
Terapi iodium radioaktif bertujuan untuk menyusutkan kelenjar tiroid,
sehingga mengurangi jumlah hormon tiroid yang dihasilkan. Penderita
akan diberikan cairan atau kapsul yang mengandung zat radioaktif dan
iodium dosis rendah, yang kemudian akan diserap oleh kelenjar tiroid.
Terapi iodium radioaktif berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.
Meski dosis yang diberikan rendah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan penderita setelah menjalani pengobatan hipertiroid ini, di
antaranya:
1) Hindari kontak dengan anak-anak dan ibu hamil selama beberapa hari
atau minggu untuk mencegah penyebaran radiasi.
2) Tidak dianjurkan untuk hamil setidaknya selama enam bulan setelah
pengobatan.
b. Tiroidektomi
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang
membesar.
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi dilakukan pada
beberapa kondisi sebagai berikut:
1) Pemberian obat dan terapi iodium radioaktif tidak efektif untuk
mengatasi hipertiroidisme.
2) Pembengkakan yang terjadi pada kelenjar tiroid cukup parah.
3) Kondisi penderita tidak memungkinkan untuk menjalani pengobatan
dengan obat-obatan atau terapi iodium radioaktif, misalnya sedang
hamil atau menyusui.
4) Penderita mengalami gangguan penglihatan yang cukup parah.
Prosedur tiroidektomi dapat bersifat total atau sebagian, tergantung kondisi
penderita. Namun, sebagian besar tiroidektomi dilakukan dengan
mengangkat seluruh kelenjar tiroid untuk mencegah risiko hipertiroidisme
kambuh atau muncul kembali.
Penderita yang menjalani operasi pengangkatan kelenjar tiroid total dan
terapi radioaktif iodium dapat mengalami hipotiroidisme. Kondisi ini dapat
diatasi dengan mengonsumsi obat berisi hormon tiroid. Akan tetapi,
konsumsi obat ini mungkin perlu dilakukan seumur hidup.
BAB III
HASIL
1. PERSALINAN

Pengkajian
Tanggal : 29-SEPTEMBER-2019
Pukul : 07.30 WIB
Tempat : VK RSUD KUDUS
a. Data Subjektif
1) Biodata pasien
a) Identitas pasien.
(1) Nama ibu : Ny. S
(2) Umur : 37 tahun
(3) Agama : Islam
(4) Suku : Jawa/Indonesia
(5) Pendidikan : SMA
(6) Pekerjaan : Buruh
(7) Alamat :Desa kalirejo, RT 02 RW 04 Kecamatan Undaan,
Kabupaten Kudus.
b) Penanggung Jawab
(1) Nama suami : Tn. P
(2) Umur : 38 tahun
(3) Agama : Islam
(4) Suku : Jawa/Indonesia
(5) Pendidikan : SMP
(6) Pekerjaan : Swasta
(7) Alamat : Desa kalirejo, RT 02 RW 04 Kecamatan Undaan,
Kabupaten Kudus
2) Alasan Datang: Ibu mengatakan ingin melahirkan
3) Keluhan utama: Ibu mengatakan kenceng-kenceng mulai pukul 02.30 WIB, kemudian
datang ke IGD pukul 03.25 WIB buka 5 cm.
4) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti diabetes melitus,
hipertensi, dan asma. tetapi menderita penyakit hipertiroid
b) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti Hepatitis B,
tuberculosis, dan penyakit menular seksual (gonorrhea, sifilis, HIV).
c) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti ginjal, jantung, dan
paru-paru.
d) Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun, dan ibu mengatakan tidak
ada riwayat alergi terhadap makanan, obat- obatan ataupun benda.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti diabetes melitus, hipertensi, dan asma.
b) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti Hepatitis B, tuberculosis, dan penyakit menular seksual (gonorrhea,
sifilis, HIV).
c) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit
kronis seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.
d) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada riwayat melahirkan bayi
kembar dan kelainan cacat bawaan.
6) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti diabetes melitus,
hipertensi, dan asma. tetapi sedang menderita penyakit hipertiroid
b) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti Hepatitis,
Tuberculosis (TBC), dan penyakit menular seksual (gonorrhea, sifilis, HIV).
c) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit kronis seperti ginjal, jantung, dan
paru-paru.
7) Riwayat Pernikahan
Ibu mengtakan menikah 1 kali pada usia 21 tahun dengan suami, lama pernikahan 16
tahun dengan status pernikahan sah di KUA.
8) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Haid
(1) Menarche : 15 tahun
(2) Lama : 7 hari
(3) Siklus : ± 28 hari
(4) Jumlah : 2-3 kali ganti pembalut/hari.
(5) Dismenorhoe : kadang-kadang
(6) Fluor Albus : keputihan tidak berbau
(7) HPHT : 26-01-2019
b) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Pada tahun 2004, ibu melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan,
dengan usia kehamilan aterm secara spontan ditolong oleh bidan, dengan berat lahir
3100 usia saat ini 15 tahun, keadaan nifas ibu dengan hipertiroid dan keadaan anak
saat ini sehat. Pada tahun 2011, melahirkan anak kedua berjenis kelamin perempuan
dengan usia kehamilan aterm secara spontan ditolong oleh bidan, dengan berat lahir
3100 gram usia saat ini 9 tahun, keadaan nifas ibu dengan hipertiroid dan keadaan
anak saat ini baik.
c) Riwayat Kehamilan Sekarang
(1) Usia Kehamilan : 39 minggu
(2) HPL : 03-10-2019
(3) ANC : Di Puskesmas dan Rumah Sakit
Tgl TM Keluhan Tindakan Nasihat
23/3/2019 I Tidak ada Asam folat Membaca Buku
KIA hal 1-3
15/6/2019 II Tidak ada Asam folat Konsul dokter
puskesmas
16/7/2019 II Tidak ada Fe, Kalk Konsul dokter
obgyne
17/7/2019 II Tidak ada Kalk, Fe -
27/7/2019 III Tidak ada Evaluasi 1
bulan
28/8/2019 III Tidak ada Evaluasi 2
minggu, partus
di RS dan
MOW
19/9/2019 III Tidak ada PTU 3x 200 -
mg
Propanolol
2x 100 mg
26/9/2016 III Pegel-pegel Fandozen, -
licokalk

(4) Status imunisasi TT : Lengkap


(5) Keluhan hamil muda : tidak ada
(6) Keluhan hamil tua : kadang pegel dan perutnya kenceng.
(7) Mulai merasakan gerakan janin : Usia kehamilan 4 bulan.
(8) BB sebelum Hamil : 47 kg.
(9) Tanda- tanda bahaya : FT4 dan TSHS
(10) Obat-obatan yang dikonsumsi : Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi
obat yang diberikan bidan seperti tambah darah (Fe), vitamin, asam folat, Kalk,
dan tidak pernah minum obat atau jamu dari warung.
(11) Kekhawatiran Khusus : cemas karna persalinanya
(12) Rencana persalinan : di Rumah sakit
9) Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan jenis kontrasepsi suntik, lama pemakaianya 3 bulan,
keluhan menggunakan KB suntik 3 bulan menstrusinya tidak teratur, alasan ibu tidak
menggunakan KB karena berencana ingin mempunyai anak lagi, rencana KB yang
setelah melahirkan nanti dengan MOW.
10) Pola kehidupan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Selama Hamil Menjelang Persalinan
Makan
Frekuensi : 3x sehari 3x sehari
Porsi : 1 piring ½ piring
Jenis :Nasi, sayur, Lauk, Buah Nasi, sayur, lauk, buah
Macam : Nasi putih, kankung, Nasi putih, kankung, bayam,
bayam, sawi, tahu, tempe, sawi, tahu, tempe, ikan, hati
ikan, hati ayam, jeruk, ayam, jeruk, pepaya, semangka,
papaya,semangka,mangga. mangga.
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Minum
Jumlah :4-5 gelas 6-7 gelas
Jenis : Air putih , teh Air putih, teh
Keluhan :Tidak ada Tidak ada

b) Pola Eliminasi
Selama Hamil Menjelang Bersalinan
BAB
Frekuensi : 1 x sehari 1 x sehari
Konsistensi : Lembek Lembek
Warna : Kecoklatan Kecoklatan
Bau : Khas Khas
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6 x sehari 7-8 x sehari
Jumlah : ± 600 cc ± 800 cc
Warna : Kuning Jernih Kuning jernih
Bau : Khas Khas
Keluhan : Tidak ada Sering pipis

c) Pola Personal Hygiene


Selama Hamil Menjelang Bersalinan
Mandi : 2x sehari 2x sehari
Keramas : 2-3 x seminggu 2-3 x seminggu
Gosok gigi : 2x sehari 2x sehari
Ganti celana dalam: 2x sehari 2-3 x sehari
Cara cebok : Dari depan ke Dari depan ke belakang
belakang

d) Pola aktivitas
(1) Selama Hamil: ibu mengatakan bekerja sebagai buruh tani dan melakukan
pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci dan yang lainnya.
(2) Menjelang bersalin: Ibu mengtakan tida melakukan aktivitas apapun.
e) Pola istirahat dan tidur
Selama Hamil Menjelang Bersalin
Tidur malam : 7-8 jam 6-7 jam
Tidur siang : Jarang Jarang
Keluhan :Tidak ada Sering bangun malam karena
sering pipis

f) Pola Hubungan Sexual


Selama Hamil Menjelang bersalin
Frekuensi : 1x seminggu Tidak pernah
Keluhan : Tidak ada Tidak ada

11) Data Sosial, Ekonomi Keluarga.


a) Ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan masyarakat baik.
b) Ibu mengatakan tidak melakukan kegiatan/adat istiadat yang
merugikan/membahayakan kesehatan ibu.
c) Ibu mengatakan penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
12) Data Psikologi
a) Ibu dan keluarga sangat bahagia dengan kehamilan ini karena sangat
direncanakan.
b) Ibu mengetakan keluarga ibu mauapun keluarga suami sangat mendukung dengan
kehamilanya.
c) Ibu mengatakan dalam pengambilan keputusan suami dan ibu bermusyawarah.
13) Data pengetahuan
Ibu sudah mengetahui tentang resiko penyakit yang di derita.

b. DATA OBJEKTIF
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tanda –tanda vital
(1) TD :110/80 mmHg
(2) Nadi : 88x/menit
(3) Respirasi : 24x/menit
(4) Suhu : 36,5 0 c
c) Berat badan : 49 kg
d) Tinggi badan :150 cm
e) Lila : 23,5 cm
2) Status present
a) Kepala : Bentuk dan letak mesocephal, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri tekan.
b) Rambut : Tampak bersih, warna hitam, tidak rontok, dan tidak ada ketombe.
c) Muka : tidak tampak oedem, tidak ada cloasma gravidarum.
d) Mata : Bentuk, letak dan pergerakkan simetris, tidak ada pengeluaran sekret,
simetris, conjungtiva tidak pucat, skelera putih, reflek pupil positif.
e) Hidung : Bentuk dan letak simetris, tampak bersih, tidak ada nyeri tekan pada
sinus frontalis dan nasalis dan tidak tampak polip dan pernafasan
cuping hidung.
f) Mulut :Bibir tidak pucat, tidak kering, tidak pecah-pecah, gigi bersih dan tidak
berlubang, tidak ada caries, lidah bersih dan gusi tidak berdarah.
g) Telinga : Bentuk dan letak simetris, tampak bersih, tidak ada serumen berlebih.
h) Leher : ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran pada vena
jugularis.
i) Dada : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
j) Payudara :Bentuk dan letak simetris, puting susu menonjol, areola mammae
tampak hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tampak
colostrum keluar dari puting susu.
k) Perut :
(1) Inspeksi : Perut membesar, tidak ada luka bekas operasi, terdapat strie
gravidarum.
(2) Palpasi : Tidak ada pembesaran pada hepar, tidak kembung, tidak
ada nyeri tekan epigastrium.
(a) Leopold I : Tinggi fundus uteri tiga jari di bawah prosesus xyphodeus
teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting kemungkinan bokong
janin.
(b) Leopold II : Bagian kanan rahim teraba satu tahanan keras memanjang
seperti papan.
Bagian kiri rahim teraba bagian-bagian terkecil janin.
(c) Leopold III : Teraba satu bagian bulat keras, melenting dan tidak bisa
digoyangkan.
(d)Leopold IV : Divergen.
(e)Penurunan bagian terenda, janin : 3/5 bagian.
(3) TFU Cara Mc. Donald : 31 cm
(4) Auskultasi : DJJ frekuensi: 12, 12, 12, teratur, jumlah 144 x/menit,
punctum maximum kanan bawah pusat, dan reguler.
(5) Tafsiran Berat Janin menurut rumus Johnson Toushack:
= (TFU-11) x 155
= (31-11) x 155 cm
= 3100 gram
(6) His : 4x 10’ 40 “
l) Punggung : tidak ada pembesaran organ.
m)Genetalia :
VT
1) Keadaan Jalan Lahir : tidak odem, tidak adavarises
2) Keadaan Porsio
a) Effacement : 70%
b) Pembukaan : 7 cm
3) Kulit ketuban; utuh
4) Presentasi: kepala
5) POD dan Posisi POD: UUK jam 11
6) Penurunan BBJ: hodge III+
7) Tanda- tanda moulage : Tidak ada
8) Bagian terkemuka/menumbung: tidak ada
n) Anus : tidak ada hemoroid.
o) Ekstremitas
(1) Atas : Kuku bersih, tidak oedema, turgor kulit
baik.
(2) Bawah : Kuku bersih, tidak oedema, tidak varises,
turgor kulit baik.
reflek patella kanan dan kiri positif.

3) Pemeriksaan Penunjang
SAAT HAMIL
Tanggal : 11- september-2019
Hari : Rabu
Tempat : RSUD KUDUS
Pemeriksaan
TSHs 0,34uiu/mL
FT4 8,6 pmol/L

MENJELANG BERSALIN
Tanggal : 21- September - 2019
Hari : Sabtu
Tempat : RSUD KUDUS
Waktu : 09.36 WIB
Pemeriksaan
TSHs 0,42 uiu/mL
FT4 10,32 pmol/L
c. ASSESMENT
1) Diagnosa Kebidanan :
G3P21A0 Usia 37 tahun, hamil 39 minggu , janin tunggal hidup intra uteri, letak
membujur puka, preskep U
2) Masalah :
a) hipertiroid
3) Diagnosa Potensial :
a) Pada ibu : Preeklamsi, Gagal jantung
b) Pada janin : BBLR, IUGR
4) Tindakan segera : kolaborasi dengan dokter
d. PLANNING
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan.
2) Ajarkan ibu teknik meneran
3) Lakukan pemeriksaan 10
4) Anjurkan ibu memperbaiki nutrisi
5) Ajarkan ibu teknik relaksasi
6) Anjurkan ibu untuk miring ke kiri
7) Siapkan partus set

TGL/JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


29/09/2019 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan 07.31 1. Ibu sudah mengetahui
07.30 WIB yang telah dilakukan keadaan ibu
TTV:
TD:110/80 mmHg
N: 88x/menit
Respirasi: 24x/menit
Suhu : 36,5 0 C
07.33 WIB 2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi 07.36 2. Ibu sudah mengerti
yaitu dengan menarik nafas melalui tentang teknik relaksasi
hidung dan membuang melalui dan bersedia untuk
mulut melakukannya.
07.40 3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi 07.50 3. Ibu bersedia untuk makan
kebutuhan nutrisi dengan makan dan minum
dan minum seperti susu, teh
07.55 4. Menganjurkan ibu untuk miring ke 07.57 4. ibu bersedia untuk miring
kiri ke kiri

08.00 5. Melakukan pemeriksaan 10 08.10 5.hasil pemeriksaan meliputi


meliputi: (a) KU : baik
(a) KU (b) TD; 120/80 mmHg
(b) TD (c) Nadi; 88x/menit
(c) Nadi (d) Suhu: 36 C
(d) Suhu (e) RR : 22x/menit
(e) RR (f) Kontraksi : 4/45”/10
(f) Kontraksi (g) DJJ: 144x/menit
(g) DJJ (h) PPV : lendir darah
(h) PPV (i) Bandleringg: tidak
(i) Bandleringg ada
(j) Tanda kala II (j) Tanda kala II:
dorongan meneran,
tekanan anus,
perineum menonjol,
vulva membuka.

08.12 6. lakukan pemeriksaan dalam 08.30 6. hasil pemeriksaan dalam


a) keadaan vulva vagina a) keadaan vulva vagina=
b) keadaan porsio tidak ada varises, tidak ada
c) pembukaan serviks pembengkakan kelenjar
d) keadaan ketuban bartolin, tidak ada
e) presentasi hematom, ada lendir darah
f) penurunan b) keadaan porsio: lunak
g) penumbungan c) pembukaan serviks : 10
h) moulage cm
d) keadaan ketuban: negatif
e) presentasi: kepala
f) penurunan: Hodge III+
g) penumbungan; tidak ada
h) moulage: 0
08.21 7. Menyiapkan alat partus dan APD, 08.22 7. alat telah disiapkan

08.24 8. ajarkan ibu cara meneran yang baik 08.26 8. Ibu meneran dengan baik.
yaitu posisi setengah duduk, dan
kedua tangan memegang mata kaki,
beristirahat di sela-sela kontraksi,
pandangan mata melihat ke perut
ibu.
08.27 9. lakukan pimpinan meneran 08.50 9. Bayi lahir dengan
spontan, jenis kelamin
laki-laki, merintih, warna
kulit kebiruan, belum
bernafas spontan
BB 3200 gram
TB 48 cm
LK 34 cm
LD 34 cm

08.55 10. menyuntikkan oksitosin 08.56 10. Oksitosis sudah


disuntikkan di 1/3 lateral
bagian depan
08.57 11.melihat tanda tanda pelepasann 09.00 11. Plasenta lahir
plasenta yaitu, pemanjangan tali spontan,selaput tali pusat
pusat, semburan darah, TFU mulai lengkap, insersi tali pusat
menurun. centralis, panjangtali
pusat 40 cm, jumlah
kotiledon 18,berat
plasenta 500 gram,
diameter 20 cm.
09.01 12. melakukan masase dan memastikan 09.03 12. Kontraksi uterus keras
janin tunggal dan tidak ada janin kedua
09.04 13. mengecek robekan jalan lahir 09.06 13. Robekan jalan lahir
derajat 2 dan dijahit
dengan jelujur.
09.07 14. Membersihkan ibu dan melengkapi 09.12 14. Ibu sudah bersih dan
partograf partograf sudah lengkap
09.15 15. mengobservasi ibu selama pasca 2 11.00 15. Jam ke I:
jam persalinan 09.15 WIB TD:
120/70 mmHg, Nadi: 80
x/’, Suhu: 36,20C, TFU:
1 jari di bawah pusat,
kontraksi uterus: keras,
kandung kemih: kosong,
perdarahan: 20 cc
09.30 WIB  TD:
110/70 mmHg, N: 82 x/’,
TFU: 1 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus:
keras, kandung kemih:
kosong, perdarahan: 10
cc
09.45 WIB  TD:
110/80 mmHg, N: 80 x/’,
TFU: 1 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus:
keras, kandung kemih:
kosong, perdarahan: 10
cc
10.00 WIB  TD:
120/70 mmHg, N: 80 x/’,
TFU: 1 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus:
keras, kandung kemih:
kosong, perdarahan: 5 cc
Jam ke 2:
10.30 WIB TD:
110/80 mmHg, Nadi: 80
x/’, Suhu: 36,80C, TFU:
2 jari di bawah pusat,
kontraksi uterus: keras,
kandung kemih: kosong,
perdarahan: 5 cc
11.00 WIB  TD:
110/70 mmHg, N: 84 x/’,
TFU: 2 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus:
keras, kandung kemih:
kosong, perdarahan: 5 cc
1. ASUHAN PERSALINAN
Tanggal Pengkajian : 29 September 2019
Waktu : 08.10 WIB
Tempat : RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
Ny. S melahirkan pada tanggal 29 September 2019 pukul 07.30 WIB di RSUD dr.
Loekmono Hadi Kudus. Asuhan persalinan dilakukan pada tanggal 29 September 2019 mulai
jam 07.30 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Data persalinan diperoleh dari tindakan langsung,
observasi, serta wawancara dengan pasien mulai dari hamil saat di Poli Obgyn sampai setelah
persalinan di rumah sakit dengan tujuan untuk mengetahui kronologi persalinan. Adapun hasil
wawancara terhadap pasien dan dokumentasi buku KIA adalah sebagai berikut:
ASUHAN NIFAS
Pengkajian
Tanggal : 29-September-2019
Pukul : 11.05 WIB
Tempat : RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. S

di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Catatan Implementasi
Subjektif Objektif Assessment Planning
Jam Implementasi Jam Evaluasi
1. Ibu mengatakan 1. Keadaan Umum : Baik 1. Diagnosa 1. Beritahu 11.00 1. Memberitahukan hasil 11.02 1. Ibu mengerti
melahirkan 2 jam yang a. Kesadaran: kebidanan : hasil WIB pemeriksaan kepada ibu WIB keadaannya saat
lalu secara normal, dijahit Composmentis P3A0 Umur pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik. ini.
pada jalan lahirnya dan b. TTV 37 tahun kepada ibu.
tidak ada perdarahan serta TD :110/80 mmHg postpartum 2. Anjurkan ibu 2. Menganjurkan ibu untuk
infeksi. N : 83 kali/menit normal 2 jam untuk 11.03 merawat luka jahitan 11.10 2. Ibu mengatakan
0
S : 36 C postpartum. merawat luka WIB perineumnya dengan WIB paham dengan
2. Ibu mengatakan RR : 24 kali/menit jahitannya. benar yaitu : penjelasan yang
keluhannya masih nyeri 2. Status present 2. Masalah: a. Menganjurkan ibu diberikan tentang
di jalan lahirnya. a. Muka : a. nyeri pada untuk mandi setiap perawatan luka
Simetris, tidak pucat, luka hari. jahitan jalan
3. Ibu mengatakan ASI nya tidak oedema. jahitan b. Menganjurkan ibu lahirnya dan ibu
sudah keluar sedikit. b. Mata : perinium. untuk membersihkan bersedia
Simetris, konjungtiva b. susah daerah vulva dari melaksanakan
4. Ibu mengatakan masih merah muda, sklera tidur. depan ke belakang. anjuran yang
bingung dengan makanan putih. c. Mengganti pembalut diberikan.
atau kain pembalut 2x
yang boleh dikonsumsi c. Dada : 3. Diagnosa sehari tanpa
selama nifas. Simetris, tidak ada potensial : menyentuh area luka,
retraksi dinding dada,. Tidak ada ataupun kain dapat
5. Ibu mengatakan susah d. Payudara : tidak ada digunakan ulang bila
tidur karena bayinya di benjolan abnormal pada 4. Tindakan telah dicuci bersih dan
tempatkan di ruang yang payudara, areola mamae segera: dikeringkan dibawah
lain karena tidak menghitam/coklat, Tidak ada sinar matahari dan
langsung menangis saat puting susu mamae disetrika.
lahir. menonjol, ASI keluar d. Mencuci tangan
6. Ibu mengatakan belum e. Perut : dengan sabun dan air
diberi Vit A. Bersih, tidak ada luka sebelum dan sesudah
bekas oprasi, ada linea membersihkan daerah
nigra, tidak kembung, kewanitaan
tidak ada pembesaran
organ, tidak ada nyeri 3. Memberikan ibu penkes
tekan epigastrium, 3. Berikan ibu tentang nutrisi selama
kontraksi baik (keras), pendidikan masa nifas : seperti 3. Ibu sudah
TFU 2 jari dibawah kesehatan 11.11 Menganjurkan kepada 11..16 mengetahui
pusat. tentang WIB ibu untuk makan WIB tentang
f. Genitalia: Mengeluarkan nutrisi makanan dengan gizi kebutuhan nutrisi
lochea rubra, warna selama nifas. seimbang tanpa rasa ibu selama masa
merah, jumlah ±20 cc, takut dan khawatir akan nifas ditandai
bau khas, vulva tidak menghambat dengan
oedema, tidak ada penyembuhan luka, mengatakan “iya”
kondiloma, tidak ada kecuali untuk makanan
varises, luka jahitan. yang menyebabkan ibu
g. Ekstremitas : alergi agar dihindari.
Terutama makan
Atas : simetris, tidak makanan tinggi protein
odema, kuku tidak contoh telur, ikan,
pucat, bersih, turgor daging, tahu, tempe per
kulit baik hari untuk mempercepat
Bawah : simetris, tidak penyembuhan luka
ada oedema, kuku tidak jahitan.
pucat, tidak ada varises.
4.Memberikan ibu penkes
tentang pola istirahat
selama nifas .
Istirahat cukup dengan
4. Ibu sudah
4. berikan ibu tujuan :
mengetahui
pendidikan a. Tidak mengganggu
penjelasan yang
kesehatan proses pemulihan
diberikan dan
tentang 11.17 selama masa nifas 11.25
akan istirahat
istirahat yang WIB berlangsung. WIB
sesuai yang
cukup. b. Tidak mengganggu
dianjurkan.
produksi ASI.
c. Tidur siang selama 2
jam dan tidur malam
8 jam
5. Lakukan 11.30 11.35 5. Ibu bersedia
5. Melakukan kolaborasi
kolaborasi WIB dengan memberikan ibu WIB minum obat
dengan tim obat injeksi ondansentron, yang diberikan
medis, Cefadroxil 2x500 mg, asam
diberikan obat mefenamat 2x 500 mg,
Ferosulfat 1x60 mg,
vitamin B complex 2x1
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Subjektif
Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis (Varney,
2007; h.27-28). Untuk mendapatkan data subjektif penulis melakukan wawancara langsung
dengan klien untuk mengetahui ada atau tidaknya keluhan yang sedang dialami oleh pasien,
sesuai denga teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012; h.63)
Menurut teori Sofian (2011; h.15) bahwa tanda-tanda inpartu yaitu rasa sakit yang
dikarenakan his yang lebih kuat, sering, teratur dan keluar lendir bercampur darah (show)
yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban
pecah dengan sendirinya. Pada kasus Ny.S mengeluh merasa kencang-kencang sejak 29
september 2019 pukul 02.00 WIB namun belum merasakan cairan keluar dari jalan lahir.
b. Objektif
Menurut Varney (2007) perubahan fisik pada saat persalinan meliputi tekanan darah
meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata- rata 10- 20 mmHg dan
kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah pada Ny. S masih dikatakan kategori
normal yaitu 110/70 mmHg.
Menurut Varney (2008; h. 41) Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau
apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada
tanda gejala kala 2) tetapi pada kasus Ny. S tidak dilakukan 4 jam sekali karena sebelum 4
jam ibu sudah ingin meneran.
c. Assesment
1) Diagnosa kebidanan
Menurut Varney (2007; h.27) diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam lingkup
praktik kebidanan meliputi: gravida, para, abortus, umur ibu, usia kehamilan berapa
minggu, keadaan janin. Didapatkan diagnosa kebidanan yaitu G3P2A0 umur 37 tahun
hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri, letak membujur, punggung kanan,
presentasi kepala sudah masuk panggul, inpartu kala I fase aktif dengan ketuban pecah
dini, ditegakkan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien
meliputi
(a) Ibu mengataka merasa kencang-kencang sejak jam 03.30 WIB dan saat dilakukan
pemeriksaan sudah pembukaan 6 cm, ini merupakan kehamilan ketiga, sudah
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran, ibu mengatakan merasakan
mules-mules dari punggung sampai ke perut bagian bawah.
Menurut kemenkes (2013; h.122) diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesa didapatkan ibu merasakan keluar
cairan dari jalan lahirnya secara tiba-tiba. Kemudian dilakukan satu kali pemeriksaan
inspekulo dengan speculum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks.
Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin atau minta ibu untuk
mengedan/batuk. Pada Ny. S mulai merasakan kenceng-kenceng pada pukul 03.30 WIB.
Kemudian tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo dengan menggunakan speculum steril
tetapi dilakukan pemeriksaan dalam.
2) Masalah (+ hipertiroid)
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah masalah dan diagnosa. Kedua istilah
tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak di definisikan sebagai diagnosa, tetapi
perlu pertimbangan untuk membuat rencana secara menyeluruh (Varney, 2007; h.27).
Masalah pada kasus Ny. S saat bersalin adalah hipertiroid.
3) Diagnosa potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Pada langkah ini tidak menemukan kesenjangan
antara teori dengan kasus.
4) Tindakan segera
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan,
yang dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodik, tetapi juga
bidan melaksanakan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut. Beberapa data
mengidentifikasikan keadaan darurat, yang mengharuskan bidan mengambil tindakan
secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya. Pada kasus ibu bersalin Ny.
S tida dilakukan tindakan segera dengan berkolaborasi dengan timmedis untuk mencegah
diagnosa potensial.
d. Planning
Pada langkah ini rencana yang akan diberikan terhadap Ny. S dengan persalinan normal
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pada inpartu kala I sampai dengan kala IV.
Rencana asuhan persalinan normal yang diberikan pada kasus persalinan normal adalah 60
langkah APN sesuai dengan PPIBI tahun 2016. Pada kasus Ny. S perencanaan persalinan
dengan menggunakan 60 langkah asuhan persalinan normal dimana perencanaan yang telah
di susun secara efektif, perencanaan oleh bidan dengan dukungan dari pasien dan keluarga
pasien, adapun kebutuhan yang direncanakan meliputi kebutuhan ibu untuk pemenuhan
nutrisi, eliminasi, istirahat, rasa aman dengan menghadirkan suami beserta keluarga ibu dan
nyaman seperti anjurkan ibu untuk makan dan minum selama proses persalinan, anjurkan
ibu untuk BAB/BAK setiap ibu menginginkannya, anjurkan ibu untuk relaksasi nafas dalam
Lama saat ada kontraksi agar rasa dapat merelaksasi rasa nyeri dan kenceng pada perut ibu,
anjurkan ibu istirahat saat tidak ada kontraksi, anjurkan suami atau keluarga mendampingi
ibu selama proses persalinan, dan memberikan informasi pada ibu tentang keadaannya dan
janinnya.
Menurut Kemenkes (2013; h.35) rujukan yang harus dilakukan pada kondisi di luar
kehamilan normal/kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan segera adalah perdarahan,
preeklampsia, eklampsia, ketuban pecah dini, gawat janin, atau kondisi-kondisi
kegawatdaruratan lain yang mengancam nyawa ibu dan bayi. Ny. S membutuhkan tindakan
segera karena ibu mengalami hipertiroid . Menurut Shiel (2018) penatalaksanaan hipertiroid
dan ditangani secara konservatif maupun surgical. Diberikan pengobatan konservatif dahulu
berupa obat anti tiroid PTU atau methimazol dan propanolol. Pada Ny. S diberikan
pengobatan konservatif terlebih dahulu dan direncanakan penanganan surgical, yakni
tiroidektomi, yaitu pembedahan. Sehingga asuhan yang diberikan pada Ny. S dengan
hipertiroid sudah sesuai.
1) Implementasi
Menurut Shiel (2018) penatalaksanaan penatalaksanaan hipertiroid dan ditangani
secara konservatif maupun surgical. Diberikan pengobatan konservatif dahulu berupa
obat anti tiroid PTU atau methimazol dan propanolol.
Pemeriksaan dalam menurut Varney (2008; h. 41) dilakukan setiap 4 jam sekali
atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi,
dan ada tanda gejala kala 2) sedangkan pada Ny. S pemeriksaan dalam dilakukan tidak
sampai 4 jam sekali, karena ibu merasakan kontraksi yang kuat sehingga sering ingin
meneran.
2) Evaluasi
Langkah terakhir merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan
ibu seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah diagnosis ataupun
kebutuhan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasi semua
tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi. Mungkin saja
sebagian efektif, sementara sebagian lain rencana tersebut tidak efektif (Varney, 2007.
Hal: 27-28). Didapatkan hasil implementasi yang dilakukan sesuai asuhan persalinan
normal 60 langkah APN, hasil yang diperoleh bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-laki,
warna kulit kemerahan, bergerak lemah, meringis pada tanggal 29 September 2019 pukul
08.50 WIB, di Rumah Sakit Umum Daerah Loekmonohadi Kota Kudus tanpa ada
komplikasi yang terjadi baik ibu.
Pada kasus Ny. S pelaksanaan asuhan yang di berikan yaitu tidak sesuai dengan
60 langkah APN karena pada langkah ke 32 yaitu pelaksanaan IMD tidak di lakukan.
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri
dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak
kulit antara bayi dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu,
sampai dia menyusu sendiri (PPIBI, 2016; H.175-180).
Pada kala IV pemeriksaan yang harus diberikan 2 jam post-partum yaitu
memeriksa tekanan darah, nadi, keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selam jam kedua pascapersalinan. Pada Ny.
S dilakukan observasi setiap 15 menit sekali dalam 1 jam pertama dan30 menit sekali
dalam 2 jam pertama post partum.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan kepada pasien Ny. S mulai dara datang di
ruang Persalinan sampai 2 jam postpartum

B. Saran
1. Bagi Penulis
Mampu menerapkan asuhan kebidanan berkelanjutan yang sesuai dengan teori-teori dan
ketrampilan yang penulis peroleh di perkuliahan.
2. Bagi RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
a. Pelayanan kebidanan pada ibu hamil dengan komplikasi penyakit hipertiroid sudah
baik, dan harus dipertahankan dan ditingkatkan.
b. Pelayanan kebidanan pada ibu bersalin dengan komplikasi penyakit hipertiroid sudah
baik, harus dipertahankan dan ditingkatkan.
c. Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan hipertiroid diharapkan untuk kedepannya
akan lebih baik lagi dalam melakukan asuhan kebidanan masa nifas.
3. Bagi Pasien
a. Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin sesuai dengan anjuran tenaga
kesehatan.
b. Mampu mengenali gejala hipertiroid bagi diri sendiri atau keluarga pasien. Sehingga
mendapat penanganan yang tepat.
c. Ibu nifas dengan perawatan luka perineum Diharapakan lebih memperhatikan
kebersihan alat kelaminnya terutama apabila ibu mengalami luka jahitan pada
perineum setelah persalinan. Sehingga ibu nifas dengan luka perineum bisa melakukan
perawatan pada pereniumnya untuk mencegah adanya infeksi pada perineum ibu.
DAFTAR PUSTAKA

American Thyroid Association (2018). Hyperthyroidism (Overactive).

APN. 2008. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi. Departemen


Kesehatan RI.

Berkheiser, K. Healthline (2018). 9 Healthy Foods That Are Rich in Iodine.

Cleveland Clinic (2017). Diseases. Graves Diseases.

Cleveland Clinic (2019). Diseases. Hyperthyroidism.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Asuhan Kebidanan Normal. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Harvard Health Publishing (2017). Harvard Medical School. Hyperthyroidism.

Idrose, A.M. (2015). Acute and Emergency Care for Thyrotoxicosis and Thyroid
Storm.Acute Medicine and Surgery, 2(3), pp. 147-157.

Kennedy, B. B. Ruth, D. J. Martin, E. J. 2013. Modul Manajemen Intrapartum. Jakarta; EGC.

Leo, S.D., Lee, S.Y., & Braverman, L.E. (2016). Hyperthyroidism. Lancet, 388(10047), pp.
906-918.

Light, V., Solan, M., & Fantauzzo, M. Healthline (2016). Hyperthyroidism.

Lights, V., Solan, M., & Fantauzzo, M. Healthline (2016). Hyperthyroidism.

Wallace, R. & Kinman, T. Healthline (2017). 6 Common Thyroid Disorders and Problems.
Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Hyperthyroidis (Overactive Thyroid).

Moore, K. Healthline (2017). Thyroid Storm.

National Health Service UK (2016). Health A-Z. Overactive Thyroid (Hyperthyroidism)

National Institute of Health (2018). MedlinePlus. Hyperthyroidism.

PP IBI. 2016. Buku Acuhan Midwifery Update. Cetakan 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia.

Shiel, W.C. MedicineNet (2018). Hyperthyroidism and Pregnancy.

Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid 2. Jakarta
: EGC.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai