Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN VEKTOR DALAM

PENGELOMPOKAN TANAMAN
BERDASARKAN BENTUK TULANG DAUN
Dandu Satyanuraga – 13515601
Program Studi Teknik Informatika
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
13515601@std.stei.itb.ac.id

Abstrak - Vektor merupakan salah satu dasar dari tidak menunjukkan pola venasi jelas) dan juga ekstraksi
ilmu fisika yang memiliki besar dan arah. Vektor sering pola venasi dari gambar daun yang tidak mudah.
kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan Sebuah sistem klasifikasi berbasis tulang daun
vektor sendiri sering kita gunakan sebagai dasar dari diperkenalkan oleh Park et al. (2006) menggunakan citra
pemrosesan citra dalam bidang komputer seperti dari buku "Flora Illustrated Korea". Fu & Chi (2003)
pengenalan wajah ataupun benda lainnya. Dengan mengusulkan pendekatan dalam dua tahap (segmentasi
pengukuran besar sudut-sudut antara tulang daun awal berdasarkan histogram intensitas citra daun dan
utama dengan cabang-cabanya, maka citra daun tersebut menggunakan classifier jaringan saraf buatan) untuk
akan dapat dikelompokkan dalam jenis tanaman sesuai mengekstrak pola venasi dua puluh satu citra daun yang
dengan bentuk tulang daunya. berbeda dan memperoleh hasil yang lebih baik daripada
penggunaan detektor tepi konvensional.
Kata kunci - teori vektor, tulang daun tanaman , besar sudut Penelitian yang telah dilakukan dalam ekstraksi tulang
vektor pada tanaman. daun ini menggunakan fourier dan pemodelan b-spline
oleh Rahmadhani M. and Yeni Herdiyeni dalam papernya
Shape and Vein Extraction on Plant Leaf Images Using
I. PENDAHULUAN Fourier and B-Spline Modeling.
Dengan adanya metode yang dapat membaca citra
Pengelompokan tanaman dapat dilakukan dengan daun yang diambil dan diproses dengan suatu program
berbagai metode missal dengan metode morfologi, maka pengelompokan tanaman akan lebih cepat dan akan
kemotaksonomi dan sekuen DNA. Dalam makalah ini kita tercipta suatu basis data dengan demikian pengelompokan
hanya membahas tentang metode morfologi yaitu dengan tanaman menjadi lebih efisien karena lebih menghemat
menggunakan tulang daun. Dengan metode ini maka waktu dan basis data dapat menampung banyak data.
tanaman akan langsung dapat dikelompokkan juga Maka dari itu makalah ini akan membahas tentang
berdasarkan bentuk akar dan tanaman buah atau tidak. penerapan vektor pada pemroses citra untuk
Pengelompokan berdasarkan daun juga lebih ramah pengelompokan tanaman berdasarkan bentuk tulang daun.
lingkungan dan lebih mudah karena kita tidak perlu untuk
merusak tanaman tersebut. II. TEORI VEKTOR
Daun yang dimiliki oleh tumbuhan merupakan salah
satu biometric dari tumbuhan. Hal ini disebabkan karena Vektor adalah suatu kuantita/besaran yang
daun pada tiap jenis tumbuhan memiliki bentuk dan ruas mempunyai besar dan arah. Secara grafis suatu vektor
daun yang berbeda yang dapat digunakan sebagai fitur ditunjukkan sebagai potongan garis yang mempunyai arah.
yang didapatkan melalui serangkaian proses pengolahan Besar atau kecilnya vektor ditentukan oleh panjang atau
citra untuk dilakukan klasifikasi citra daun. Fitur ruas daun pendeknya potongan garis. Sedangkan arah vektor
(tulang daun) belum sepenuhnya dieksploitasi sebagai ditunjukkan dengan tanda anak panah. Dalam gambar
ukuran kemiripan daun. Yang menarik adalah beberapa vektor di samping, titik A disebut titik awal (initial point)
spesies tumbuhan mempunyai pola kontur yang hampir dan titik P disebut titik terminal (terminal point). Pada
sama. Contoh, Nuphar Japonicum dan Nuphar Pumilum gambar tersebut vektor dapat ditulis dengan berbagai cara
adalah anggota dari family Nymphaeaceae. Struktur tulang seperti, AB a r, atau a.
daun (pola venasi) merupakan fitur unik lain yang Panjang vektor juga dapat ditulis dengan berbagai cara
membedakan jenis tumbuhan dalam proses identifikasi seperti |AB|, |ar|, atau | a |. Contoh vektor misalnya
spesies memainkan peran penting. Meskipun tulang daun lintasan, kecepatan, percepatan, dan gaya. Skalar adalah
yang khas dan permanen selama beberapa waktu suatu kuantita yang mempunyai besaran tetapi tidak
sebelumnya tidak dapat dianggap sebagai biometrik yang mempunyai arah. Suatu skalar adalah bilangan nyata dan
dapat diandalkan karena tidak universal (beberapa spesies

Makalah IF2123 Aljabar Geometri – Sem. I Tahun 2015/2016


secara simbolik dapat ditulis dengan huruf kecil. Operasi arah yang sama dengan u . Sedangkan –k u adalah
skalar mengikuti aturan yang sama dengan aturan operasi vektor yang panjangnya k |u | tetapi arah
aljabar elementer. berlawanan dengan u .

Untuk menggambarkan suatu vektor pada sistem


koordinat kartesean diperlukan vektor satuan. Vektor dari
titik (0,0) sampai titik (1,0) adalah vektor satuan i . Vektor
dari titik (0,0) sampai titik (0,1) adalah vektor satuan j .
Arah vektor i positif sesuai dengan arah sumbu X positif.
Arah vektor j positif sesuai dengan arah sumbu Y positif.
Pada gambar disebelah ini vektor a dengan titik awal P dan
titik akhir Q diuraikan menjadi dua vektor yaitu vektor a i1
dan a j 2 . Vektor a1 dan a2 disebut komponen vektor a .
Besaran a1 dan a2 disebut komponen skalar a . Secara Gambar 3. Perkalian Vektor dengan Skalar
simbolis vektor a dan komponennya ditulis a = a i1 + a j (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.%
20Agus%20Santoso,%20M.Pd./VEKTOR.pdf)
Aljabar vektor adalah operasi pada dua atau lebih dari
vektor yang meliputi penambahan, pengurangan dan
perkalian. Operasi vektor dapat dilakukan melalui 1.2.2 Penjumlahan Vektor
komponen-komponen skalarnya. a. Aturan Segitiga
Jika AB dan BC mewakili a dan b maka AC
1.1 Kesamaan Dua vector dikatakan penjumlahan vektor a + b .
Dua vektor dikatakan sama apabila panjang serta b. Aturan Jajaran Genjang
arahnya sama. a = b → jika | a | = |b | dan arah a = arah AB dan DC mewakili vektor a BC dan AD
b. mewakili vektor b , maka AC = a +b atau AC = b
+a.

c. Aturan Polygon
Penjumlahan tiga vektor atau lebih dapat
dilakukan dengan menggunakan aturan poligon.

1.3 Selisih Dua Vektor


Selisih dua arah vektor a dan b , dinyatakan sebagai a
Gambar 1. Kesamaan 2 buah vektor – b , dapat dipandang sebagai penjumlahan vektor a
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.% dengan invers vektor b yaitu vektor – b . Misalkan a –
20Agus%20Santoso,%20M.Pd./VEKTOR.pdf) b = c maka c = a +(–b ) Secara diagram selisih dua
vektor tersebut seperti gambar berikut.
1.2 Vektor Negatif
Vektor – a mempunyai ukuran sama dengan vektor a 1.4 Vektor Nol
tetapi arahnya berlawanan. Jika vektor a = - b maka | a Jika vektor a = b maka a – b = 0. 0 disebut vektor nol.
| = |-b |. Vektor negatif sering disebut sebagai vektor Vektor nol tidak mempunyai besar dan arahnya tak
invers. tentu.

1.5 Hasil Kali Skalar Dua Vektor


Hasil kali skalar dari vektor a dan b yang masing-
masing bukan vektor nol dinyatakan dengan a∙b
(dibaca a dot b). Perkalian skalar dari vektor a dan b
adalah suatu bilangan real yang didefinisikan oleh: a∙b
= │a ││b │cos ө ө adalah sudut antara a dan b ,
dengan 0 ≤ B ≤ л Jika a = 0 atau b = 0 maka a∙b = 0
dan sudut ө tidak tertentu. Tanda dari a∙b ditentukan
Gambar 2. Vektor negatif oleh besarnya ө. Bentuk Komponen Perkalian Skalar
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.% Misalkan A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3), maka:
20Agus%20Santoso,%20M.Pd./VEKTOR.pdf)

1.2.1 Perkalian Vektor dengan Skalar


Jika k bilangan real yang positif, maka k u adalah
vektor yang panjangnya k |u | dan mempunyai

Makalah IF2123 Aljabar Geometri – Sem. I Tahun 2015/2016


1.6 Besar Sudut Antara Dua Vektor
Jika dua vektor a dan b bertemu pada satu titik, maka
sudut antara dua vektor tersebut adalah sudut yang
dibentuk oleh kaki vektor a dan kaki vektor b . Sudut
yang diambil adalah sudut terkecil. Sudut Dari
rumus:

a ∙b = a1 b1 + a2 b2 + a3 b3
a ∙b = │a ││b │cos ө
Gambar 5. Daun bertulang menjari
III. PENGELOMPOKAN TANAMAN (https://abetsirait.files.wordpress.com/2014/04/d
BERDASARKAN TULANG DAUN aun-pepaya.jpg)

Pengelompokan berdasarkan jenis tulang daun


merupakan jenis klasifikasi buatan, yaitu pengelompokan
3. Bertulang Melengkung
makhluk hidup yang didasarkan atas adanya beberapa
Tipe daun ini mempunyai beberapa tulang yang
persamaan ciri morfologi, alat reproduksi, lingkungan
tempat tumbuh, dan daerah penyebarannya tanpa besar, satu ditengah,yaitu yang paling besar,
memperhatikan kesamaan struktur yang mungkin sedangkan lainnya mengikuti jalannya tepi
memperlihatkan hubungan kekerabatan. Bentuk - bentuk daun.(memencar kemudian kembali menuju ke
tulang daun : satu arah ke ujung daun). Tipe susunan tulang
1. Bertulang Menyirip daun ini umumnya dijumpai pada tumbuhan
Daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berbiji tunggal (monocotyledoneae).
berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan
terusan tangkai daun. dari ibu tulang ini
kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga
susunannya mirip sirip sirip pada ikan. Contohnya
adalah daun mangga, daun jambu, daun nangka,
dan daun rambutan.

Gambar 6. Daun bertulang melengkung


(http://2.bp.blogspot.com/-
RKGtTH8awa4/Tehqx6XmdEI/AAAAAAAAA
Bk/xEoZIY25zeo/s1600/daun+sirih_2.jpg)
Gambar 4. Daun bertulang menyirip
(http://refdt.ru/tw_files2/urls_233/2/d- 4. Bertulang Sejajar
1492/1492_html_416bb9e9.png) Biasanya terdapat pada daun-daun bangun garis
atau bangun pita, yang mempunyai satu tulang di
2. Bertulang Menjari tengah yang besar membujur daun, sedang tulang-
Tipe tulang daun yang memperlihatkan susunan tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya
seperti jari-jari pada tangan (dari ujung tangkai semua mempunyai arah yang sejajar dengan ibu
daun keluar beberapa tulang yang memencar). tulang. Tipe susunan tulang daun yang demikian
daun dengan susunan tulang menjari umumnya lazimnya terdapat pada tumbuhan berbiji tunggal
hanya terdapat pada tumbuhan berbiji belah. (Monocotyledoneae). Contohnya adalah tebu,
Contohnya adalah daun pepaya, daun singkong, padi, dan semua jenis rumput.
kapas dan daun jarak.

Makalah IF2123 Aljabar Geometri – Sem. I Tahun 2015/2016


VI. PENERAPAN VEKTOR DALAM
PENGELOMPOKAN TANAMAN
BERDASARKAN TULANG DAUN

Penerapan vektor dalam pengelompokan tanaman


berdasarkan tulang daun memanfaatkan pengolahan
citra digital. Dengan mengukur besarnya sudut antaran
Gambar 7. Daun bertulang sejajar cabang tulang daun level 0 dengan tulang daun utama.
(http://2.bp.blogspot.com/-5l8JrioIbVE/UY- Jika diperhatikan dari 4 pengolompokan tanaman
gtmwyEjI/AAAAAAAAAKo/hLmKMwqoATU berdasarkan bentuk tulang daun, setiap kelompok
/s1600/sd4ipa+SenangBelajarIPA-373.jpg) memiliki sudut yang unik antara tulang daun utama
dan cabangnya. Perhatikan gambar berikut:

IV. PENGOLAHAN CITRA

A. Pre-processing dan segmentasi


Pre-processing merupakan tahap persiapan untuk
proses berikutnya. Input berupa image daun.
Preprocessing meliputi konversi dari rgb ke gray.
Tahap ini perlu dilakukan untuk memudahkan
proses thresholding. Segmentasi yang dilakukan Gambar 8. Sudut antara tulang daun utama dan
adalah thresholding. Dengan adanya cabang tulang.
thresholding, akan didapatkan citra tulang daun
dalam bentuk biner. Dengan mengukur besar sudut antara tulang daun
B. Morfologi Morfologi dapat disebut sebagai utama dengan cabangnya menggunakan aljabar vektor kita
fungsi untuk merubah bentuk objek pada suatu dapat mengetahui perbedaan antara tanaman dalam
kelompok tulang daun sejajar, tulang daun menyirip,
citra 1. Dilasi Dilasi adalah operasi untuk
tulang daun melengkung ataupun tulang daun menjari.
mengembangkan atau menebalkan objek pada
Didapat hasil jika sudut tersebut memiliki besar
citra biner. 2. Erosi Erosi merupakan proses
sudut hampir semua sama dari pangkal daun sampai ujung
penghapusan titik-titik batas objek menjadi
maka daun tersebut akan dikelompokan ke dalam daun
bagian dari latar, berdasarkan structuring element
sejajar atau daun menyirip. Jika memiliki sudut sekitar 30
yang digunakan Parameter-parameter dalam
sampai 40 derajat maka dapat disimpulkan daun tersebut
morfologi yaitu panjang pixel(length) untuk dilasi adalah daun menyirip, jika rata-rata dibawah 30 derajat
maupun erosi serta derajat kemiringan maka dapat disimpulkan bahwa daun tersebut adalah daun
sudut(deg). sejajar. Sedangkan dengan daun melengkung dan menjari
C. Thinning Untuk metode thinning menggunakan relative lebih mudah, kedua tipe daun ini memiliki sudut
fungsi thinning yang terdapat di matlab. yang besar pada tulang daunya dan jika sudutnya melebihi
90 derajat maka diyakini bahwa daun tersebut adalah tipe
V. POLA CABANG TULANG DAUN daun menjari. Sedangkan dengan rata-rata 40 sampai 60
derajat maka daun tersebut akan dikempokan pada daun
Pola menghitung banyaknya cabang pada tulang melengkung.
daun yang berada pada daerah tertentu dalam citra
daun. Pembagian daerah tersebut berdasarkan height VII. KESIMPULAN
resolution dari citra daun. Pembagian tersebut sebagai
berikut : Dengan mengunakan alat bantu program matlab. Kita
V.I. Level 0 : cabang tulang daun yang berada dapat melihat pengelompokan tipe tanaman berdasarkan
di tulang daun primer sudut vektor tulang daun melalui citra digital, sehingga kita
V.II. Level 1 : cabang tulang daun yang berada dapat lebih mudah dan cepat untuk mengelompokkan
pada di atas daerah level 0 atau berada di morfologi tanaman di dalam kawasan tertentu tanpa harus
bawah level 0 merusak tanaman tersebut.
V.III. Level 2 : cabang tulang daun yang berada
pada di atas daerah level 1 atau berada di
bawah level 1

Makalah IF2123 Aljabar Geometri – Sem. I Tahun 2015/2016


Berikut adalah hasil rata – rata besar sudut daun :

Tipe Daun Sudut anatara tulang


utama dengan cabang
daun
Sejajar 15 – 30 derajat
Menyirip 30 – 60 derajat
Melengkung 20 – 90 derajat
Menjari 40 – 120 derajat

Dapat disimpulkan bahwa tipe sejajar memiliki sudut


terkecil dan tipe menjari memiliki sudut terbesar.

VIII. REFERENSI

[1] http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr
s.%20Agus%20Santoso,%20M.Pd./VEKTOR.pdf

[2] https://navelmangelep.files.wordpress.com/2011/12/
modul-vektor.pdf.

[3] Wahyumianto, Arga et al. Identifikasi Tumbuhan


Berdasarkan Minutiae Tulang Daun Menggunakan
SOM Kohonen

[4] https://prezi.com/nhxdrwfr1yea/klasifikasi-
berdasarkan-tulang-daun/

IX. PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa makalah yang saya
tulis ini adalah tulisan saya sendiri, bukan saduran, atau
terjemahan dari makalah orang lain, dan bukan plagiasi.

Bandung, 16 Desember 2015

Dandu Satyanuraga - 13515601

Makalah IF2123 Aljabar Geometri – Sem. I Tahun 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai