Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksaan Pneumothorax terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Medis
Pada tahap ini dilakukan observasi untuk mengukur tekanan intrapleura, proses ini dilakukan
bila luas pneumothorax < 15%. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto dada
serial tiap 12-24 jam selama 2 hari dengan kondisi dirawat ataupun tidak. Jika pasien dirawat,
harus diberikan oksigen. Bila tidak, dianjurkan segera ke rumah sakit bila kondisi pasien
memburuk.
2. Dekompresi
Cara ini merupakan menghubungkan rongga pleura dengan dunia luar paru. Hal ini dilakukan
bila luas pneumotoraks lebih dari 15%
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk ke rongga pleura, sehongga
tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran kontra ventil, yaitu melalui jarum
abbocath no 14 dan infus set serta botol air
c. WSD, dengan 2/3 botol yang mana ada sebagai koleksi, aliran air, dan penyedot. Pada salah
botol harus ada air sebanyak 2cm untuk mengembalikan tekanan normal h20 pada paru.
Penghisapan udara yang dilakukan secara aktif dan berkelanjutan dengan memberi tekanan
mulai -10 cm hingga 20cm H2O. Pada PSP, WSD dilakukan bila aspirasi selama 24-48 jam
tidak membuat paru mengembang. Sementara pada PSS, pasien pasien pneumotoraks pada
pasien emfisema, karena tindakan bisa berkibat fatal. Pengeluaran udara secara terus
menerus yang akan menyebabkan fistula bronkopleura menghilang. Bila gagal
mengembang bisa dilakukan torakotomi . indikasi BPF dapat diketahui dengan cara cara
berikut :
1. BPF presisten bila PO2>50 torr dan PCO2<40 torr menghilang bila PO2<40torr dan
PCO2>45 torr
2. Tekanan intrapleura pada akhir ekspirasi sama dengan tekanan dalam alveolar yang
berarti sama juga dengan tekanan atmosfir
3. Pembedahan
a. Torakoskopi
Ini merupakan sutau tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks dengan alat
bantu torakoskop. Dengan prosedur ini dapat dilakukan reseksi bulla atau bleb dan juga bisa
dilakukan untuk pleurodesis
Hal ini dilakukan bila :
 Aspirasi dan WSD gagal
 Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube torakostomi
 Terjadinya fistula bronkopleura
 Kambuh kembali pneumotoraks setelah tindakan pleurodesis
4. Pengobatan tambahan :
 Sesuai dengan penyakit dasarnya
 Antibiotik apabila ada infeksi
 Simptomastis: Antitusif, bronkodilator, dan lain lain
 Obat anti tuberkulosis
 Penderita dilarang bekerja keras

DAFTAR PUSTAKA

Kosasih A, Dwi SA, et.al. Diagnosis dan tatalaksana kegawatdaruratan paru. Kosasih A. Jakarta : Sagung
Seto, 2008.

Anda mungkin juga menyukai