Anda di halaman 1dari 5

RESUME BUKU “MEMBANGUN MASYARAKAT MAMBERDAYAKAN

MASYARAKAT”

PERENCANAAN PROGRAM

Mata Kuliah :Pemberdayaan Masyarakat

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Suhirmanto M.Si

Oleh :

1. Andini Putri Aryani 07.1.2.17.2358


2. Ayu Yunika 07.1.2.17.2364
3. Dimas Karisma F ebrianto 07.1.2.17.2365
4. Ikrar Bakti Islamiyah 07.1.2.17.2371
5. Miranda Putri Ramadhani 07.1.2.17.2374
6. Nurul Alifia 07.1.2.17.2380
7. Pravasta Wahyu Satriawan 07.1.2.17.2381
8. Semuel Jahatang 07.1.2.17.2385
9. Yunita Dwi Amilayanti 07.1.2.17.2390

Pertanian V D

BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

KEMENTERIAN PERTANIAN

2019
BAB V
PERENCANAAN PROGRAM
 Hakekat Perencanaan
Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seringkali melibatkan
perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai aktivitas pembuatan
program atau proyek kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
atau kesejahteraan sosial (social well-being) masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
melibatkan beberapa aktor, seperti pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga
donor serta instansi terkait, yang paling bekerjasama mulai dari perancangan,
pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut.
Perencanaan adalah sebuah proses yang penting dan menentukan keberhasilan
suatu tindakan. Perencanaan pada hakekatnya merupakan usaha secara
sadar,terorganisisr, dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik
dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan juga
dapat diartikan sebagai kegiatan ilmiah yang melibatkan pengolahan fakta dan situasi
sebagaimana adanya yang ditujukan untuk mencari jalan keluar dan memcahkan
masalah. Menurut pengertian yang diberikan oleh PBB, pengertian perencanaan
sosial meliputo (Suharto, 1997) :
1. Perencanaan sosial sebagai perencanaan pada sektor-sektor sosial, seperti
sektor kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan, kependudukan
dan keluarga berencana.
2. Perencanaan sosial sebagai perencanaan lintas sektoral. Pengertian ini sifatnya
lebih menyeluruh dalam arti perencanaan yang lebih dari sekedar perencanaan
ekonomi saja
3. Perencanaan sosial sebagai perencanaan pada aspek-aspek sosial dari
perencanaan ekonomi. Dalam pengertian ini, perencanaan sosial memiliki dua
dimensi. Pertama, perencanaan sosial dipandang sebagai perencanaan input
sosial bagi perencanaan ekonomi. Kedua, perencanaan sosial dipandang
sebagai perencanaan yang ditunjukkan untuk menghindari atau mencegah
berbagai akibat sosial yang tidak diharapkan dari adanya pembangunan ekonomi,
seperti keterakan keluarga, kenakalan remaja, polusi, pelacuran dan sebagainya.
Perencanaan sosial memiliki kaitan yang erat dengan perencanaan pelayanan
kesejahteraan sosial, bidang kesejahteraan sosial dalam konteks ini merujuk pada
suatu rangkaian kegiatan yang terorganisir yang ditunjukkan untuk memungkinkan
individu, kelompok serta masyarakat dapat memperbaiki keadaan mereka sendiri,
menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, serta dapat berpartisipasi dalam
tugas-tugas pembangunan.
 Model Perencanaan
Asumsi dan tujuan perencanaan sosial tidak ada yang seragam, melainkan
tergantungpada model perencanaan yang dipilih. Oleh karena itu untuk memahami
prinsip-prinsip dalam perencanaan sosial dapat dilakukan melalui penelaahan
terhadap model-model perencanaan sosial.
1. Model Rasional Komprehensif
Model perencanaa ini merupakan model paling terkenal dan luas diterima oleh
para pembuat keputusan. Prinsip utama dalam model ini adalah bahwa perencanaan
merupakan suatu proses yang teratur dan logis sejak dari diagnosis masalah sampai
pada pelaksanaan kegiatan atau penerapan program yang menekankan pada aspek
tekniks metodologis yang didasrakan atas fakta-fakta, teori-teori dan nilai-nilai tertentu
yang relevan. Masalah yang ditemukan harus didiagnosis, ditentukan pemecahannya
melalui perancangan program yang komprehensif, kemudia diuji efektivitasnya
sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan pencapaian tujuan yang paling
baik.
Beberapa ahli menunjukkan beberapa kelemahan yang melekat pada model ini
(winarno, 2002) :
1. Karena masalah dan alternatif yang diusulkan oleh model ini bersifat komprehensif,
luas dan mencakup berbagai sektor pembangunan, program yang diusulkan oleh pera
pembuat keputusan seringkali tidak mampu merespon masalah yang spesifik dan
kongkrit.
2. Teori rasional komprehensif seringkali tidak realistis kerana informasi mengenai
masalah-masalah yang dikaji dan alternatif-alternatif yang diajukan seringkali
menghadapi hambatan, misalnya dalam hal waktu dan biaya.
3. Para pembuat keputusan biasanya berhadapan dengan situasi konflik antar
berbagai kelompok kepentingan
2. Model Inkremental
Prinsip model ini mensyaratkan bahwa perubahan-perubahan yang diharapkan
dari perencanaan tidak bersifat radikal, melainkan hanya perubahan-perubahan kecil
atau penambahan-penambahan pada aspek prgram yang sudah ada. Perencanaan
tidak perlu menentukan tujuan-tujuan dan menetapkan kebijakan-kebijakan untuk
mencapainya. Yang diperlukan adalah menentukan pilihan terhadap kebijakan yang
berbeda secara marginal. Misalnya ada dua kebijakan A dan B yang sama-sama
menghasilkan a,b,c dalam ukuran yang sama. Namun kemudian A dapat
menghasilkan d yang lebih besar daripada B. sedangkan B menghasilkan e yang lebih
besar daripada A. Makan untuk memilih kebijakannya yang dilihat hanya
membandigkan antara d dan e saja.
3. Model Pengamatan Terpadu
Model pengamatan terpadu atau penyelidikan campuran (mixedscanning model )
dikembangkan oleh Amitai Etzioni melalui karyanya Mixed Scanning : A Thord
Approach to Decisian making yang dimuat dalam jurnal Administration Review, XXVII
pada Desember 1967. model ini merupakan jalan tengah dari model pertama dan
kedua.
4. Model Transaksi
Model ini menekankan bahwa perencanaan melibatkan proses interkasi dan
komunikasi antara perencana dan para penerima pelayanan. Perencanaan harus
dapat menutup jurang komunikasi antara perencana dan penerima yang
membutuhkan rencana program, dapat dilakukan dengan cara transaksi bersifat
pribadi, lisan maupun tulisan.
 Proses Perencanaan Program
1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang akan direspon oleh suatu
program. Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan asesmen kebutuhan
(need assessment). kebutuhan dapat didefinisikan segabai kekurangan yang
mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Asesmen kebutuhan dapat diartikan
sebagai besarnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki.
Dalam kaitannya ada lima jenis kebutuhan, meliputi :
1. Kebutuhan absolut (absolute need) adalah kebutuhan minimal atau kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat mempertahankan
kehidupannya (survive).
2. Kebutuhan normatif (normative need) adalah kebutuhan yang didefinisikan oleh
ahli atau tenaga profesional. Kebutuhan ini biasanya didasarkan standar tertentu.
3. Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dianggap atau
dirasakan orang sebagai kebutuhannya. Kebutuhan yang menunjuk pada
kebutuhan yang nyata (real need).
4. Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang dirasakan yang
diubah menjadi kebutuhan berdasarkan banyaknya permintaan.
5. Kebutuhan kompratif (Comparative need) adalah kesenjangan antara tingkat
pelayanan yang ada diwilayah-wilayah yang berbeda untuk kelompok orang yang
memiliki karakteristik sama.
2. Penentuan Tujuan
Tujuan dapat didefinisikan sebagai kondisi dimasa depan yang ingin dicapai..
tujuan juga dapat menjadi terget yang menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan
program. Ada dua jenis tujuan, tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objective).
tujuan umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur.
Sedangkan tujuan khusus lebih spesifik dan terukur. Rumusan tujuan khusus yang
baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan (input)
2. Dinuatakan dalam istilah yang terukur
3. Tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya meningkatkan), tetapi
juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya 10 persen)
4. Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas
5. Menunjukkan pembatasan waktu
6. Realitis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk mencapainya
7. Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum
Kemudian dapat dirumuskan dalam akronim SMART yang merupakan singkatan dari
Spesific (spesifik/khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai),
Realistic (Realistik/Masuk akal), Time-Bound (terikat waktu).
3. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program
Perencana dan pihak-pihak terkait atau pemangku kepentingan (stakeholder)
selayaknya bersama-sama menyusun pola rencana intervensi yang komprehesif. Pola
itu menyangkut tujuan-tjuan khusus, strategi-strategi, tuags-tugas, dan prosedur yang
ditujukan untuk membantu pemenuhan kenbutuhan dan pemecahab masalah. Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses perumusan program :
1. Identifikasi program alternatif.
2. Penentuan hasil program menunjukkan pada keluaran/outputs yang terukur
3. Penetuan biaya yang mencakup keseluruhan biaya program maupun biaya per
hasil. Ada beberapa macam biaya, antara lain : biaya tetap (fixed cost), biaya
variabel, biaya marginal, biaya rata-rata dan sunk cost.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan hanya satu kali dalam satu
program, tetapi bisa berurang kali digunakan pada program yang dilanjutkan.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan setiap kurun waktu tertentu
esuai dengan tingkat kebutuhan atau produksi pada tahapan program.
Biaya marginal adalah biaya yang dikeluarkan untuk tambahan
Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan seluruhnya untuk satu program
Sunk cost adalah biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya.
4. Pelaksanaan Program
Tahap implementasi program intinya menujukkan pada perubahan proses
perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Ada dua prosedur dalam
melaksanakan prgram, yaitu :
a. Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program
b. Merinci program agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana
5. Evauasi Program
Evaluasi menjadikan perencanaan sebagai suatu prose yang berkesinambungan.
Evaluasi dapat dilaksanakan kalau rencana sudah dilaksanakan. Ada beberapa
pertanyaan pokok yang biasanya diajukan pada tahap evaluasi :
a. Apakah rencana sudah dilaksanakan?
b. Apakah tujuan sudah tercapai?
c. Apakah kebijakan atau program sudah berjalan dengan efektif?
d. Apakah kebijakan atau program sudah berjalan dengan efektif?

Anda mungkin juga menyukai