NPM : 1706048091
Kelas : Hukum Organisasi Perusahaan B - Reguler
Tenaga kerja, baik secara fisik maupun Tenaga kerja, baik secara fisik maupun Tenaga kerja, baik secara fisik
pikiran. pikiran. maupun pikiran.
pengurusan -pembebanan kepengurusan persekutuan Ada yang ditunjuk dalam Anggaran Sekutu bertanggung jawab atas semua
perdata dilakukan dengan cara: Dasar dan ada yang tidak didasarkan kerugian yang didasarkan atas
1.diatur sekaligus bersama dengan akta pada pengangkatan. inbreng.
pendirian persekutuan perdata > sekutu
statuter
2.diatur dengan akta tersendiri sesudah
pendirian persekutuan > sekutu mandater
Menurut Pasal 1618 KUHPerdata, maatschap adalah persekutuan yang didirikan atas dasar perjanjian. Menurut sifatnya, perjanjian
itu ada dua macam golongan, yaitu perjanjian konsensual (concensuelle overeenkomst) dan perjanjian riil (reele overeenkomst). Perjanjian
mendirikan maatschap adalah perjanjian konsensual, yaitu perjanjian yang terjadi karena ada persetujuan kehendak dari para pihak atau
ada kesepakatan sebelum ada tindakan-tindakan (penyerahan barang). Pada maatschap, jika sudah ada kata sepakat dari para sekutu untuk
mendirikannya, meskipun belum ada inbreng, maka maatschap sudah dianggap ada.
Undang-undang tidak menentukan mengenai cara pendirian maatschap, sehingga perjanjian maatschap bentuknya bebas. Tetapi
dalam praktek, hal ini dilakukan dengan akta otentik ataupun akta dibawah tangan. Juga tidak ada ketentuan yang mengharuskan
pendaftaran dan pengumuman bagi maatschap, hal ini sesuai dengan sifat maatschap yang tidak menghendaki adanya publikasi (terang-
terangkan). Perjanjian untuk mendirikan maatschap, disamping harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, juga harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Para mitra bebas untuk menentukan bagaimana keuntungan maatschap akan dibagikan diantara mereka. Menurut Pasal 1633
KUHPerdata cara membagi keuntungan dan kerugian itu sebaiknya diatur dalam perjanjian pendirian maatschap. Bila dalam perjanjian
pendirian tidak diatur maka bagian tiap sekutu dihitung menurut perbandingan besarnya sumbangan modal yang dimasukkan oleh masing-
masing sekutu. Sekutu yang inbreng-nya hanya berupa tenaga, maka bagian keuntungan/rugi yang diperolehnya sama dengan bagian
sekutu yang memasukkan inbreng berupa uang atau barang yang paling sedikit. Menurut pasal 1634 KUHPerdata, para sekutu tidak boleh
berjanji bahwa jumlah bagian mereka masing-masing dalam maatschap ditetapkan oleh salah seorang sekutu dari mereka atau orang lain.
Perjanjian yang demikian harus dianggap tidak ada/tidak tertulis. Disamping itu, menurut Pasal 1635 KUHPerdata, para sekutu dilarang
memperjanjian akan memberikan keuntungan saja kepada salah seorang sekutu, tetapi harus mencakup dua-duanya, yakni keuntungan
(laba) dan kerugian. Bila hal itu diperjanjikan juga maka hal itu dianggap batal. Namun sebaliknya, para sekutu diperbolehkan
memperjanjikan bahwa semua kerugian akan ditanggung oleh salah seorang sekutu saja.
Keanggotaan Maatschap
Keanggotaan suatu maatschap penekanannya diletakkan pada sifat kapasitas kepribadian ( persoonlijke capaciteit) dari orang
(sekutu) yang bersangkutan. Pada asasnya maatschap terikat pada kapasitas kepribadian dari masing-masing anggota, dan cara masuk-
keluarnya ke dalam maatschap ditentukan secara statutair (tidak bebas). Adapun sifat kapasitas kepribadian dimaksud diutamakan, seperti:
sama-sama seprofesi, ada hubungan keluarga, atau teman karib. KUHPerdata (Bab VIII) sendiri juga tidak melarang adanya maatschap
antara suami-istri. Meskipun tidak dilarang, maatschap yang didirikan antara suami-istri, dimana ada kebersamaan harta kekayaan
(huwelijk gemeenschap van goederen), maka maatschap demikian tidak berarti apa-apa, sebab kalau ada kebersamaan harta kekayaan
(harta perkawinan), maka pada saat ada keuntungan untuk suami-istri itu tidak ada bedanya, kecuali pada saat perkawinan diadakan
perjanjian pemisahan kekayaan.
Pengurusan Maatschap
Pengangkatan pengurus Maatschap dapat dilakukan dengan dua cara (Pasal 1636), yaitu:
a. Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian maatschap. Sekutu maatschap ini disebut “sekutu statuter” ( gerant statutaire);
b. Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu pengurus ini dinamakan “sekutu mandater” ( gerant
mandataire).
Perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statuter dan sekutu mandater yakni menurut Pasal 1636 (2) KUHPerdata, selama
berjalannya maatschap, sekutu statuter tidak boleh diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut hukum, misalnya tidak cakap,
kurang seksama (ceroboh), menderita sakit dalam waktu lama, atau keadaan-keadaan atau peristiwa-peristiwa yang tidak memungkinkan
seorang sekutu pengurus itu melaksanakan tugasnya secara baik. Yang memberhentikan sekutu statuter ialah maatschap itu sendiri. Atas
pemberhentian itu sekutu statuter dapat minta putusan hakim tentang soal apakah pemberhentian itu benar-benar sesuai dengan kaidah
hukum. Sekutu statuter bisa minta ganti kerugian bila pemberhentian itu dipandang tidak beralasan. Sekutu mandater kedudukannya sama
dengan pemegang kuasa, jadi kekuasaannya dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas permintaan sendiri. Kalau diantara para sekutu tidak
ada yang dianggap cakap atau mereka tidak merasa cakap untuk menjadi pengurus, maka para sekutu dapat menetapkan orang luar yang
cakap sebagai pengurus. Jadi, ada kemungkinan pengurus maatschap adalah bukan sekutu. Hal ini dapat ditetapkan dalam akta pendirian
maatschap atau dalam perjanjian khusus.
Pembubaran Maatschap
Mengenai pembubaran maatschap, Pasal 1646 KUHPer mengatur bahwa suatu maatschap hanya dapat berakhir apabila:
Pendirian Firma
Bentuk usaha Firma diatur dalam perundangan warisan Belanda yaitu dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (“KUHD”)
Bab Ketiga, Bagian Kedua, Pasal 16 s/d 35. Didalamnya Bagian Kedua tersebut juga diatur mengenai Persekutuan Komanditer/CV yang
merupakan bentuk khusus dari Firma. Pasal 16 KUHD menerangkan pengertian Firma yaitu: tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk
menjalankan sesuatu perusahaan dibawah satu nama bersama. Selanjutnya Pasal 17 KUHD menerangkan bahwa tiap-tiap pesero(sekutu)
yang tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan
(persekutuan), pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak
bersangkutpaut dengan perseroan/persekutuan itu, atau yang para pesero/sekutu tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam
ketentuan (kuasa yang diberikan) diatas. Dalam Firma, tiap-tiap pesero/sekutu secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk
seluruhnya atas segala perikatan dari Firma (Pasal 18 KUHD).
Para pihak yang berkehendak mendirikan Firma menyiapkan akta yang didalamnya minimal memuat (Pasal 26 KUHD):
• Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para pendiri Firma;
• Nama Firma yang akan didirikan (termasuk juga tempat kedudukan Firma);
• Keterangan kegiatan usaha yang akan dilakukan Firma di kemudian hari;
• Nama Sekutu yang tidak berkuasa untuk menandatangani perjanjian atas nama Firma;
• Saat mulai dan berakhirnya Firma;
• Klausula-klausula yang berkaitan dengan hubungan antara pihak ketiga dengan Firma
Akta tersebut dibuat sebagai akta otentik yang dibuat di hadapan notaris (Pasal 22 KUHD), selanjutnya didaftarkan pada register
Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana Firma berkedudukan (Pasal 23 KUHD). Akta yang telah didaftarkan ke Pengadilan Negeri
selanjutnya diumumkan dalam Berita Negara.
Permodalan Firma
Pasal 1619 ayat (2) KUHPerdata menetapkan bahwa tiap-tiap sekutu dari persekutuan perdata diwajibkan memasukan dalam kas
persekutuan perdata yang didirikan itu:
1. uang;
2. benda-benda lain apa saja yang layak bagi pemasukan
3. tenaga kerja, baik fisik maupun tenaga pikiran
Menurut keilmuan dan yurisprudensi, persekutuan perdata itu belum mencapai status badan hukum, akan tetapi menurut Arrest H.G.H
tanggal 7 januari 1926, persekutuan perdata itu dinyatakan memiliki kekayaan sendiri. Putusan itu mendasarkan diri atas pasal 1618,
1640, 1641, dan 1645 KUHPerdata, serta asas- asas yang mendukung pasal-pasal tersebut. Kekayaan itu berdiri sendiri, terpisah dari
kekayaan pribadi sekutu masing-masing. Penyendirian harta kekayaan itu harus ditentukan dalam perjanjian pendirian persekutuan.
Prof. Mr. J van Kan dalam anotasinya dibawah putusan H.G.H tanggal 7 Januari 1926 tersebut diatas, mengatakan bahwa adanya
kekayaan sendiri bagi persekutuan firma sudah lama diakui dalam keilmuan dan dalam yurisprudensi, walaupun pengakuan itu belum
meluas sampai dengan pengakuan bahwa persekutuan firma itu adalah badan hukum. Dengan adanya pengakuan terhadap adanya
kekayaan tersendiri bagi persekutuan fima itu, maka dicapailah sekaligus dua macam tujuan:
1. Persekutuan Firma dilindungi dari penuntutan pembagian kekayaan dari sekutu-sekutunya, sebelum semua utang persekutuan
dilunasi dahulu. (arrest H.R Tanggal 26 November 1897);
2. Dengan demikian persekutuan firma itu dilindungi terhadap penagihan- penagihan prive dari para sekutu, karena kekayaan sendiri
itu merupakan jaminan bagi semua kreditur persekutuan bukan kreditur-kreditur para sekutu
Pembubaran Firma
Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terutama di dalam Pasal 31 hingga Pasal 35, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun pengumumannya, sehingga persekutuan komanditer
dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Dalam praktik di Indonesia
untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan dibuatkan akta pendirian/berdasarkan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Hubungan perusahaan dengan pihak luar
dikerjakan oleh sekutu aktif sesuai pasal 19 KUH Dagang. Dalam pasal 16 KUH Dagang, CV merupakan persekutuan perdata yang masa
berakhirnya ditetapkan dalam pasal 1646 s/d 1652 KUH Perdata.
Pendirian CV
CV dapat didirikan dengan hanya mensyaratkan pendirian oleh 2 orang dengan menggunakan akta notaris yang berbahasa
Indonesia. Walupun dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun dalam Undang-undang Hukum Dagang
dinyatakan bahwa pendirian CV tidak mutlak harus dengan akta Notaris. Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum
datang ke Notaris adalah Calon nama yang akan digunakan oleh CV tersebut, tempat kedudukan dari CV, Siapa yang akan bertindak
selaku Persero aktif, dan persero diam, serta maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun sebenarnya bisa mencantumkan
maksdu dan tujuan yang seluas-luasnya). Untuk menyatakan berdirinya CV sebenarnya sudah cukup dengan akta notaris, tetapi untuk
memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada Pengadilan negeri setempat dengan membawa kelengkapan
berupa Surat keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan. Untuk CV yang ingin mengikuti
tender dari pemerintah semestinya mengurus kelengkapan dibawah ini:
Berakhirnya Persekutuan Komanditer boleh dikatakan sama dengan berakhirnya persekutuan Firma, yaitu dianggap bubar apabila :
Dalam prakteknya, seorang anggota persekutuan komanditer yang mundur digantikan oleh orang lain dengan tetap mempertahankan
persekutuan yang ada. Pasal 31 KUHD mengatur bahwa pembubaran persekutuan (firma ataupun komanditer) sebelum waktu yang
ditentukan (karena pengunduran diri atau pemberhentian) harus dilakukan dengan suatu akte otentik, didaftarkan pada Pengadilan Negeri,
dan diumumkan dalam Berita Negara. Apabila hal ini tidak dilakukan maka persekutuan tetap dianggap ada terhadap pihak ketiga. Pasal
32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu dilakukan atas nama perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus
perseroan, kecuali apabila ditunjuk orang lain dalam akte pendirian atau persetujuan kemudian, atau semua pesero (berdasarkan suara
terbanyak) mengangkat seseorang untuk menyelesaikan pembubaran. KUHD tidak mengatur tugas-tugas mereka, hal itu diserahkan
kepada para pesero. Pasal 1802 KUHPer mengatur bahwa orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan pembubaran harus mempertanggung
jawabkan segala usaha dan hasil-hasilnya kepada para pesero dan berkewajiban mengganti kerugian apabila perseroan menderita kerugian
karena perbuatannya. Setelah urusan dengan orang yang ditugaskan ini selesai, maka pembagian kepada para pesero dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, persekutuan masih berjalan sehingga proses likuidasi benar-benar selesai. Apabila suatu persekutuan
komanditer jatuh pailit, maka seluruh anggotanya jatuh pailit karena hutang-hutang persekutuan juga menjadi hutang-hutang mereka yang
harus ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali untuk pesero komanditer, di mana ia hanya menanggung sebatas modal yang
telah disetornya.
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. 2002. Doktrin-Doktrin Moderen dalam Corporate Law & Eksistensinya dalam Hukum indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
C.S.T. Kansil, dan Christine S.T. Kansil. 2005. Hukum perusahaan Indonesia (Aspek Hukum dalam Ekonomi) Bag I. Jakarta: Pradnya Paramita.
Purwostjipto. 2007. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia I : Pengetahuan Dasar Hukum Dagang. Jakarta: Djambatan.