Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Perawatan bayi baru lahir normal


Sasaran : Pasien Poli KIA
Tempat : Ruang Poli KIA
Pelaksana : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang
Topik Penkes : Perawatan Baru Lahir Normal
Hari/Tanggal : kamis, 28 November 2019
Alokasi Waktu : 30 menit
Media/Sarana : Power Point dan Leaflet
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

A. Tujuan instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu
mengetahui dan memahami tentang perawatan bayi baru lahir normal.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian bayi baru lahir normal
2. Mengetahui tujuan perawatan bayi baru lahir
3. Mengetahui cara perawatan bayi baru lahir normal
a. Perawatan tali pusar
b. Menjaga bayi tetap hangat
c. ASI
d. Memandikan bayi
e. Pencegahan infeksi

B. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian bayi baru lahir normal
2. Tujuan perawatan bayi baru lahir
3. Cara perawatan bayi baru lahir normal
a. Perawatan tali pusar
b. Menjaga bayi tetap hangat
c. ASI

1
d. Memandikan bayi
e. Pencegahan infeksi
1. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah -
menit 2. Memperkenalkan diri salam dan
3. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan Tanya
penyuluhan dan pokok dan Jawab
materi yang akan memperhatikan
disampaikan 3. Menjawab
4. Menggali pengetahuan pertanyaan
keluarga pasien tentang
perawatan bayi baru lahir
Penyajian 15 Menjelaskan materi: 1. Mendengarkan Ceramah PPT
menit 4. Pengertian bayi baru dan dan
lahir normal memperhatikan Tanya
5. Tujuan perawatan bayi Jawab
baru lahir
6. Cara perawatan bayi
baru lahir normal
a. Perawatan tali pusar
b. Menjaga bayi tetap
hangat
c. ASI
d. Memandikan bayi
e. Pencegahan infeksi
Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Mengajukan Tanya
menit 2. Memberikan kesempatan pertanyaan Jawab
kepada peserta untuk 2. Menjawab
bertanya pertanyaan
3. Meminta peserta untuk yang diberikan
menjelaskan kembali oleh penyuluh
materi yang telah 3. Membalas
disampaikan dengan salam
singkat menggunakan

2
bahasa peserta sendiri
4. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
5. Menutup acara dan
mengucapkan salam

2. Evaluasi
1. Proses, diharapkan:
 Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
 Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
2. Hasil, diharapkan:
Kriteria penilaian yang digunakan adalah, jumlah peserta yang
aktif berpendapat atau yang mampu menjawab pertanyaan dengan
tepat, dibagi dengan jumlah seluruh peserta yang hadir dalam
penyuluhan, kemudian hasilnya dikalikan 100%. Sehingga kriteria hasil
yang diharapkan:
Pre : 80% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu
memberikan pendapat mengenai perawatan bayi baru lahir sesuai
dengan kemampuan masing-masing peserta
Post : 90% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu
memberikan jawaban yang tepat saat diberikan pertanyaan oleh
perawat

3. Media
Power Point dan leaflet
4. Materi
(terlampir)

3
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000
gram.
B. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian
menurun sampai 120-140 kali/menit
6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup
terbentuk dan di liputi verniks caseosa
8. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9. Kuku telah agak panjang dan lemas
10. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan ), testis sudah turun (pada anak laki-laki)
11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Refleks moro sudah baik, bayi bila di kagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
13. Graff refleks sudah baik, apabila di letakkan sesuatu benda di atas
telapak tangan, bayi akan menggenggam / adanya gerakan reflex
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.

7. Perubahan-Perubahan Yang terjadi Pada Bayi Baru Lahir


1. Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar
gula darah, untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir
di ambil dari hasil metabolisme asam lemak, bila oleh karena sesuatu hal

4
perubahan glukosa menjadi glikogen misalnya bayi mengalami hipothermi,
metabolisme asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan pada
neonatus maka kemungkinan bayi akan menderita hipoglikemia, misalnya
pada bayi BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM dan lain-lainnya
(Saifuddin, 2002 ).
2. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari
suhu didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar dua
puluh lima derajat celcius maka bayi akan kehilagan panas melalui
konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kal / kg berat badan /
menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10
nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20C
dalam waktu 5 menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan
meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat (Saifuddin,2002).
3. Perubahan pernafasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas
normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor carotid yang sangat peka
terhadap kekurangan oksigen, rangsangan hipoksemia, sentuhan dan
perubahan suhu didalam uterus dan diluar uterus (Saifuddin, 2002).
Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam
otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan
diafragma serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi
pada waktu melalui jalan lahir pervaginanam mengakibatkan bahwa paru-
paru, yang pada janin normal cukup-bulan mengandung 80-100 ml cairan,
kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang
diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada
kembali pada bentuk semula (Saifuddin, 2002).

4. Perubahan sirkulasi
Seiring dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen
didalam alveoli meningkat. Sebaiknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-
hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh
darah paru, sehingga aliran darah kealat tersebut meningkat. Ini

5
menyebabkan darah arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus
arteriosus menutup. Setelah tali pusat dipotong, maka aliran darah dari
plasenta melalui vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri
terhenti. Serta diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru- paru, tekanan
diatrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada tekanan diatrium kanan, ini
menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi bayi yang hidup diluar
badan ibu. (Saifuddin, 2002).
5. Perubahan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi
(Saifuddin, 2002).

8. Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir


Adapun tujuan perawatan bayi baru lahir yang dimaksud dibagi menjadi
dua yakni tujuan utama dan tujuan khusus seperti yang diuraikan berikut ini :
1. Tujuan Utama
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir yaitu diharapkan agar ibu
mampu merawat bayi baru lahir normal
2. Tujuan Khusus
a. Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung
pernafasan.
b. Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia.
c. Memastikan keamanan dan mencegah cedera atau infeksi
d. Mengidentifikasi masalah-masalah aktual atau potensial yang
memerlukan perhatian segera.

9. Hal-Hal Yang Dilakukan dalam Perawatan Bayi Baru Lahir Normal


(BBLN)
1. Perawatan tali pusat
Sewaktu masih berada dalam rahim, bayi mendapatkan makanan
dan oksigen melalui plasenta atau tali pusat. Setelah bayi dilahirkan, tali
pusat dipotong karena sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat pengantar
makanan. Pangkal tali pusar yang berwarna putih, bening, dan megkilat
baru putus setelah bayi berusia sekitar 1-3 minggu. Biasanya tali pusar
yang belum putus akan membuat bayi rewel karena tidak nyaman. Bayi
merasa sakit bila tali pusarnya yang masih lembab itu tersentuh. Karena

6
itu, tali pusar perlu mendapat perawatan atau dibersihkan setiap hari
untuk mencegah terjadinya infeksi, minimal 3 kali sehari (Jensen, 2004).
Merawat tali pusar juga penting untuk mencegah tetanus
neonatorum, yang dapat menyebabkan kematian. Tubuh bayi yang baru
lahir belum cukup kuat menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusar
harus dalam keadaan bersih dan tetap kering sampai tali pusar
mengering, menyusut, dan lepas dari pusar bayi.Tali pusat akan cepat
puput apabila dilakukan perawatan yang baik. Apabila tali pusat terkena
tinja atau air kencing bayi maka harus segera dibersihkan dengan
menggunakan sabun dan air bersih. Apabila terdapat tanda seperti
bengkak, merah, panas, nyeri, gangguan fungsi laesa maka terjadi infeksi
pada tali pusat bayi (Jensen, 2002).
Setelah memandikan bayi, tutuplah pusar bayi dengan kapas
kering atau kasa. Biasanya 5-7 hari tali pusar ini akan lepas sendiri
bahkan tanpa ibu ketahui dimana dan kapan sisa jaringan tali pusar ini
terlepas. Tali pusar ini sebaiknya dijaga tetap kering setiap hari untuk
menghindari terjadinya infeksi pada tali pusat.
Tali pusat bayi bukan hiasan semata. Perawatan perlu dilakukan
agar tidak terjadi infeksi sebelum talipusat lepas dengan sendirinya
(istilahnya disebut dengan puput). Prinsipnya adalah menjaga puntung
talipusat supaya tetap bersih dan kering hingga dapat lepas dengan
sendirinya. Tidak perlu mengoleskan apapun pada puntung. Bila
keadaannya tetap kering, Sebaiknya tidak menggunakan antiseptik
karena kandungan yodium di dalamnya dapat mengganggu pertumbuhan
kelenjar gondoknya. Bila menggunakan popok, lipat popok dibawah pusat,
tidak membalut talipusat. Hal ini dimaksudkan agar ketika si kecil buang
air kecil, talipusat tidak basah terkena air kencing. Talipusat umumnya
lepas dalam waktu 5 hari hingga 7 hari meski kadang ada yang sampai
dua minggu.
2. Menjaga kehangatan bayi
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir, belum
berfungsi sempurna. Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban.
Aliran udara melalui jendela / pintu yang terbuka akan mempercepat
penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat
timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal

7
hypothermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala
menggigil oleh karena kontrol suhu belum sempurna. Hal ini
menyebabkan gejala awal hipotermia sering kali tidak terdeteksi oleh ibu /
keluarga bayi atau penolong persalinan (Saifuddin, 2002).
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-
cara berikut :
a. Evaporasi adalah kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak
langsung oleh tubuh bayi dengan dengan permukaan yang
dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas
benda-benda tersebut.
c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat
bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Seperti melalui
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu
lebih rendah dari suhu tubuh bayi ( Affandi, 2007).
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin setiap bayi lahir
harus dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya
handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi
harus dilakukan dengan cepat mulai kepala kemudian seluruh tubuh.
Handuk yang basah harus diganti dengan handuk yang lain yang kering
dan hangat. Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,
diberi topi / tutup kepala, kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi
diletakkan dengan telungkup diatas dada untuk mendapat kehangatan
dari dekapan ibu (Saifuddin, 2002).
Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5OC – 37,5OC yang diukur
dengan menggunakan termometer. apabila suhu < 36OC atau kedua
tangan atau kaki teraba dingin maka ini merupakan gejala awal dari

8
hipotermi. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermia. Tanda-tanda bayi hipotermia adalah sebagai
berikut :
a. Bayi tidak mau minum atau menetek
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit
tubuh bayi mengeras (Saifuddin, 2002).
3. Pemenuhan nutrisi
Bayi normal sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lamanya
disusui hanya untuk satu dua menit pada setiap payudara ibu dengan
mengisapnya bayi dapat terjadi perangsangan terhadap pembentukan air
susu ibu. Walaupun air susu ibu yang berupa kolostrum itu dapat diisap
hanya beberapa tetes, ini sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari-
hari pertama. Kolostrum banyak mengandung antibody (ketahanan tubuh).
Kadang-kadang bayi keberatan menyusui bayinya dengan alasan ASI
belum keluar. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusui selama 10
menit pada mamma ibu dengan jarak waktu tiap 3-4 jam. Akan tetapi
diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, bayi sudah boleh disusui
pada satu mamma secara bergantian. Sehingga kebutuhan on demand
dapat terpenuhi (Saifuddin, 2002).
Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikan
berat badan yang optimal berbeda-beda. Oleh sebab itu, pemberian
cairan kepada bayi yang daya isap dan menelannya baik hendaknya on
demand. Pada umumnya cairan yang diberikan pada hari pertama
sebanyak 60 ml/kg berat badan dan setiap dan setiap hari di Rumah,
sehingga pada hari ke-14 dicapai 200 ml/kg berat badan sendiri. Dalam
hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran
mekonium dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat
badan tidak lebih dari 10%, berat badan akan naik lagi pada hari ke 4
sampai hari ke 10 dan seterusnya. Oleh sebab itu, pemberian ASI pada
bayi sangat penting (Saifuddin, 2002).
4. Memandikan bayi
Setelah bayi lahir, suhunya dicek setiap jam sekali sampai hasil
pengecekan dua kali berturut-turut menunjukkan suhu 36,50C. Sesudah

9
itu, pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali. Selama 24 jam
pertama dan kemudian, jika tidak terdapat indikasi untuk pengecekan
yang lebih sering, 2 kali sehari (Barbara,2004).
Suhu harus diukur sebelum bayi ditelanjangi untuk dimandikan
atau dibersihkan, dan pada beberapa rumah sakit, pengukuran suhu juga
dilakukan sesudah bayi dimandikan. Memandikan bayi, jika mungkin,
harus dilakukan sebelum makan dan bukan sesudahnya karena lambung
yang penuh dapat terganggu oleh gerakan dan tindakan sewaktu
memandikan. Ruangan harus bersih dan tidak banyak angin. Handuk,
pakaian serta popok bayi yang bersih sudah disiapkan terlebih dahulu,
dan bak mandi bayi diisi dengan air dingin serta di tambahkan air panas
sampai suhu air menjadi hangat ketika di periksa memakai sisi sebelah
dalam pergelangan tangan atau siku ( Barbara, 2004 ).
Cara-cara memandikan bayi :
a. cuci tangan sebelum memandikan bayi.
b. Baringkan bayi diatas meja mandi yang telah dialasi kain.
c. Isi Waskom dengan air hangat ( suhu air kira-kira 36,5-37,2oC )
d. Lepaskan seluruh pakaian bayi.
e. Cuci muka bayi lalu basuh seluruh badan bayi dengan waslap
f. Pakaikan sabun keseluruh tubuh bayi kecuali muka.
g. Masukkan bayi kedalam Waskom yang berisi air hangat dengan cara
tangan kiri memegang belakang leher bayi sambil menutup kedua
lubang telinga dengan jari tengah dan ibu jari. Tangan kanan
memegang kedua kaki bayi dimana jari telunjuk berada diantara
kedua kaki bayi.
h. Lepaskan tangan kanan dari kaki bayi lalu basuh seluruh tubuh bayi
dengan tangan kanan sehingga bersih.
i. Angkat bayi keatas meja mandi yang telah dialasi handuk bayi, lalu
dikeringkan.
j. Olesi badan bayi dengan baby oil/minyak talon.
k. Kenakan pakaian bayi dengan ikatan popok dibawah tali pusat bayi
lalu dibedong.
5. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan

10
berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Infeksi dapat menjadi
masalah besar di rumah sakit. Oleh karena itu petugas kesehatan
maupun ibu harus mencuci tangan sebelum menyentuh bayi. Bagian
tubuh bayi baru lahir yang sangat sensitif seperti mata, mulut, kulit
terutama tali pusat (Jensen, 2002).
Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi,
mata harus selalu dibersihkan dengan air bersih. Muka sebaiknya diseka
dengan air steril, terutama sesudah minum susu. Mulut diperiksa untuk
melihat kemungkinan infeksi dengan kandida (oral thrush). Kandidiasis
merupakan suatu penyakit endemik di tempat bayi (infeksi dapat berasal
dari ibu, bidan/perawat, botol/dot). Bila ditemukan dapat diobati dengan
gentian violet 1% yang baru dibuat atau larutan Nystasin yang langsung
diteteskan kemulut. Kulit, terutama bila lipatan-lipatan (paha, leher,
belakang telinga, ketiak) harus selalu bersih dan kering. Bagian-bagian
tersebut harus bersih dari verniks caseosa karena verniks kaseoasa
merupakan media yang paling baik untuk kuman stafilokokus. Tali pusat
akan puput pada waktu bayi berumur 6-7 hari yang harus dijaga
kebersihannya dengan menggunakan kain kasa yang dibasahi dengan air
hangat (Jensen, 2004 ).

11
Daftar Pustaka

Saifuddin, 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
www.ilmukeperwatan.com,Identifikasi ibu, L. Wong, Donna, tanggal
12 Juli 2002.
Dep. Kes. RI. 2005. Pedoman pelaksanan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini bayi baru lahir.
Kosim, MS.(2007). Dasar-dasar Keperawatan kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
www.ajang berkarya.wordpress.com, perawatan pada bayi baru lahir,
Prawiroharjo, tanggal 7 januari 2002.
www.ilmu keperawatan.com, JNPK – KR/POGI, APN, 05 agustus 2007.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas /.
Maternity Nursing. Alih Bahasa Maria A. Wijayanti. Peter I.

12

Anda mungkin juga menyukai