Anda di halaman 1dari 3

Konsep Fluida pada Balon Udara

Nisrina Nur Ramadhani (17030184007)

Berdasarkan ilustrasi diatas, dapat dijelaskan gejala yang ada di sekitar kita terkait
konsep fisika materi fluida dari dimensi faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

1. Dimensi Faktual
Sesuai ilustrasi diatas, dapat dilihat bahwa pada gambar tersebut terdapat delapan
buah balon udara. Balon udara tersebut terbang disekitar wilayah tebing. Dari delapan balon
udara, terdapat tiga balon udara yang dapat dilihat dengan jelas. Ketiga balon udara tersebut
memiliki motif dan corak yang berbeda-beda, mulai dari motif blaster atau garis-garis tripe
putih-cokelat, motif menyerupai kotak-kotak pixel berwarna biru-merah-jingga-kuning,
serta motif campuran berwarna biru-putih-merah-gold. Semua balon udara yang terdapat
pada ilustrasi tersebut terlihat membawa penumpang atau ada orang yang menaiki balon
udara tersebut.
2. Dimensi Konseptual
Balon udara terkait dengan salah satu konsep fisika yaitu materi fluida, khususnya
pada Hukum Archimedes. Prinsip kerja balon udara yaitu dengan membuat udara dalam
balon lebih ringan atau memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara luar sekitar
balon sehingga balon udara dapat naik (terbang). Sesuai dengan prinsip Archimedes “Gaya
apung yang bekerja pada benda yang dimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida
yang dipindahkannya”. Hal ini sejalan dengan udara sebagai fluida dimana benda dapat
terapung pada fluida, jika massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis fluida tersebut.
Pada balon udara terdapat bagain yang dinamakan envelope, yaitu seperti tas yang
sangat besar yang didalamnya terdapat burner. Pada balon udara yang diisi dengan udara
panas, agar balon udara dapat terbang maka di dalam envelope dipanaskan dengan burner
dengan temperatur sekitar 100℃. Udara panas ini akan terperangkap di dalam envelope.
Karena udara panas memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada udara biasa, maka
membuatnya lebih ringan sehingga balon udara pun akan bergerak naik di dorong oleh
udara yang bertekanan lebih kuat. Prinsip di balik pengangkatan ini disebut prinsip
Archimedes, yang menyatakan bahwa benda apa pun (terlepas dari bentuknya) yang
tersuspensi dalam fluida, ditindaklanjuti dengan gaya apung ke atas yang sama dengan berat
fluida yang dipindahkan oleh objek. Jadi balon udara yang bergerak naik atau mulai terbang
menggunakan prinsip yang sama seperti objek yang mengambang di air tetap mengapung
jika massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis fluida

3. Dimensi Prosedural
Untuk lebih memahami hukum Archimedes pada balon udara, perhatikan gambar 1 di
bawah ini yang mengilustrasikan prinsip Archimedes untuk objek yang sepenuhnya
terendam dalam cairan (seperti air, atau udara). Pada gambar 1, pusat daya apung bertindak
melalui titik C, yang merupakan pusat massa volume adalah V pada objek. Volume ini sama
dengan volume fluida yang dipindahkan. Gaya apung ke atas 𝐹𝐴 sama dengan berat volume
fluida yang dipindahkan. Selanjutnya yaitu apabila prinsip Archimedes diilustrasikan pada
balon udara yaitu dapat dilihat pada gambar 2.

envelope
𝐶
𝐵𝑜𝑑𝑦
𝐺
𝐹𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎
𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝐹𝐴 𝐹𝐴

Gambar 2
Gambar 1
Berdasarkan gambar 2, berat balon udara lebih terkonsentrasi di dekat bagian bawah
balon (di lokasi penumpang dan peralatan), sehingga pusat massa G dari balon udara selalu
di bawah pusat apung C. Oleh karena itu, balon selalu stabil selama penerbangan (yaitu akan
selalu tetap dalam posisi tegak).
Pada kasus balon udara ini, gaya apungnya dapat diperhitungkan, pertama yaitu
melalui udara panas di dalam envelope kira-kira memiliki tekanan yang sama dengan udara
luar. Dengan mengingat hal ini, kita dapat menghitung kerapatan udara yang dipanaskan
pada suhu tertentu, menggunakan hukum gas ideal, sebagai berikut:
𝑃 = 𝜌𝑅𝑇 (1)
dimana
𝑃 = 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑎𝑠 (𝑃𝑎)
𝜌 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑔𝑎𝑠 (𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑅 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑔𝑎𝑠 (𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒/𝑘𝑔. 𝐾)
𝑇 = 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑎𝑠 (𝐾)
Selanjutnya, pada balon udara ini tekanan atmosfer normalnya adalah sekitar 101,300 𝑃𝑎,
konstanta gas untuk udara kering (dry air) adalah 287 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒𝑠/𝑘𝑔. 𝐾, sedangkan udara
didalam envelope biasanya dipanaskan hingga mencapai suhu rata-rata
100℃ 𝑎𝑡𝑎𝑢 373𝐾. Besaran-besaran tersebut jika di substitusikan kedalam persamaan (1)
maka akan dapat dihitung massa jenis udara yang dipanaskan didalam envelope :
101,300 𝑃𝑎 = 𝜌 (287 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒𝑠/𝑘𝑔. 𝐾) (373𝐾)
𝜌 = 0,946 𝑘𝑔/𝑚3
Massa jenis udara yang dipanaskan (𝜌1 ) didalam envelope adalah 0,946 𝑘𝑔/𝑚3 , sedangkan
massa jenis udara normal (𝜌2 ) pada umumnya adalah 1,2 𝑘𝑔/𝑚3
Berikutnya yaitu menghitung gaya apung bersih 𝐹𝐴𝑛𝑒𝑡𝑡 yaitu jika diasumsikan ukuran
rata-rata balon udara memiliki volume envelope 2800 𝑚3 . Gaya apung bersih didefinisikan
di sini sebagai perbedaan kepadatan antara udara di sekitarnya dan udara panas, dikalikan
dengan volume amplop. Sehingga :

𝐹𝐴𝑛𝑒𝑡𝑡 = (𝜌2 − 𝜌1 )𝑉𝑒𝑛𝑣𝑒𝑙𝑜𝑝𝑒


𝐹𝐴𝑛𝑒𝑡𝑡 = (1,2𝑘𝑔/𝑚3 − 0,946𝑘𝑔/𝑚3 ) 2800𝑚3
𝐹𝐴𝑛𝑒𝑡𝑡 = 711,2 𝑘𝑔
Hasil perhitungan matematis diatas adalah gaya apung bersih yang dapat mendorong balon
udara ke atas. Komponen balon udara seperti envelope, gondola, burner, tangki bahan bakar,
dan penumpang paling banyak dapat mencapai berat 711 kg agar kekuatan gaya apung dapat
mengangkat balon udara sepenuhnya dari tanah.

4. Dimensi Metakognitif
Selain terkait dengan konsep fluida yaitu penerapan hukum Archimedes, balon udara
juga terkait dengan teori kinetik gas dan hukum III Newton. Balon udara terkait dengan teori
kinetik gas sebagaimana yang telah dijelaskan dalam perhitungan matematis pada dimensi
prosedural diatas. Sedangkan penerapan hukum III Newton yaitu berlaku pada balon udara
yang bergerak. Yang dimaksudkan di sini bukan balon udara yang bergerak karena ditiup
angin, tapi karena di dorong oleh udara yang ada di dalam balon. Contoh lain dari penerapan
konsep fisika khususnya mengenai fluida yaitu kapal selam dan pompa hidrolik ban sepeda.
Kapal selam menerapkan hukum Archimedes pada prinsip kerjanya. Sedangkan pompa
hidrolik ban sepeda menerapkan hukum Pascal.

Anda mungkin juga menyukai