Oleh:
Nur Amiroh Aulia Sari (6120018034)
Pembimbing:
dr. Dwimantoro Iman Prilistyo, Sp.U
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada stase Ilmu
Bedah bagian bedah Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya.
Mengetahui ,
Pembimbing
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas izinNya
penulis dapat menyusun tugas Case Based Discussion (CBD) dengan judul batu
uereter dengan hidronefrosis beratpada stase Ilmu Bedah bagian bedah Urologi
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih dr.
Dwimantoro Iman Prilistyo, Sp.U yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan CBD ini.
CBD ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik
Bedah di RS Islam Jemursari Surabaya. Bila ada kesalahan dalam penulisan tugas
ini penulis mohon maaf. Kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih. Semoga penulisan tugas ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Surabaya
Keluhan utama:
Pasien datang dengan keluhan utama perut kanan terasa penuh dan ada yang
menggajal sesak sejak 1 minggu smrs
Pasien datang dengan keluhan utama perut terasa penuh sesak sejak 1
minggu smrs, sebelumnya pada bulan 4 pasien di diagnosa batu di saluran
kemihnya dan direncanakan untuk operasi tetapi hanya belum siap.
Status generalis
Kepala : Normocephalic, Rambut bewarna hitam, tidak mudah
rontok, A/I/C/D -/-/-/-, Pupil bulat isokor 3mm/3mm,
Refleks cahaya D/I (+/+), hidung dan telinga dbn
Thorax
Perkusi : Timpani +
Status Urologis
Regio Inspeksi : datar, bekas luka (-), benjolan (-), perubahan warna (-),
Flank memar (-), bulging(-/-)
Regio Inspeksi : Datar, bekas luka (-), benjolan/ massa (-), perubahan
Suprapubik warna (-), memar (-)
Palpasi : Buli tidak teraba penuh, nyeri tekan (-), benjolan/ massa
(-)
Regio genetalia
MUE:
Diagnosa banding:
- Tumor ginjal
- Renal CIST
1. USG
2. Foto abdomen BOF
3. Ct scan dg kontras
4. Faal ginjal : Klirens kreatinin,GFR,Renogram,UL
Eosinofil 0 % 2-4
Basofil 0 % 0-1
Batang 2 % 2-5
Segmen 49 % 31-67
Lymphosit 46 % 20-35
Monosit 3 % 4-8
Tanggal Ureum
Ureum 33
Kreatin 1,15
SGOT 174
SGPT 143
GDS 149
Hbs Ag Negatif
Radiologi
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
0
Kesan : Tampak batu radioopak pada
proyeksi 1/3 proximal ureter
Kesan :
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
1
V. DIAGNOSIS KLINIS
Batu ureter dextra dengan hidronefrosis berat
DIAGNOSA BANDING
Tumor ginjal
Renal CIST
VI. PENATALAKSANAAN
- Infus PZ 14 tpm / 24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain 3 x 1 g
- Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
- Ureterolitotomy + Nefrectomy ren dextra
- LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pra
: Batu ureter dextra Tgl Operasi : 07-11-2019
Bedah
Ureterolitotomy +
Jenis Tindakan : Asisten I : Adin T, A.Md Kep
neferctomy
Dwimantoro Iman
Nama Operator : Asisten II : Tidak Ada
Prilistiyo, dr. Sp. U
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
2
Jenis Mulai Jam 09.00
Nama Instrumentor : lala Anestesi : Selesai Jam
SAB 10.00
Penutupan Lapangan Op & Kulit : Jahit Luka Operasi Lapis Demi Lapis
Komplikasi Op : Perdarahan
Hasil operasi :
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
3
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal S Perut terasa penuh ,sedikit cemas
05-11-2019 O KU : cukup
GCS 456 (CM)
TD 140/100 mmHg
RR 20 x/menit
N 84 x/menit
S 36,2◦C
Saturasi O2 99%
A Batu uereter kanan
Hidronefrosis berat Kanan
DM
HT
P - Infus PZ 14 tpm / 24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain 3 x 1 g
- Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
- Inj. Kalnex 3 x 500 mg
Tanggal S Tidak bisa tidur ,sedikit cemas tapi siap operasi besok
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
4
06-10-2019 O KU : Tampak Baik
GCS 456
TD 160/100 mmHg
RR 20 x/menit
N 88 x/menit
S 36,5◦C
NT URQ +
A Batu uereter kanan
Hidronefrosis berat Kanan
DM
HT
P - Infus PZ 14 tpm / 24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain 3 x 1 g
- Inj. Omeprazole 2x40mg
- Drip tramadol 2 x 100 mg dala 500 cc PZ
- Inj. Ondancentron 3 x 4 mg
Tanggal S Siap operasi,tidak ada keluhan hanya perut kanan seperti ada
07-11-2019 yang menganganjal
O KU : Tampak Baik
GCS 456
TD 160/90 mmHg
RR 20 x/menit
N 92 x/menit
S 37◦C
A Batu uereter kanan
Hidronefrosis berat Kanan
DM
HT
P - Infus PZ:D5% 2:1 / 24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain 3 x 1 g
- Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
- Inj. Ondancentron 3 x 4 mg
- Inj. Kalnex (asam tranexamat) 3 x 500 mg
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
5
A Batu uereter kanan
Hidronefrosis berat Kanan
DM
HT
P - Infus PZ:D5% 2:1 / 24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain 3 x 1 g
- Inj. Ondancentron 3 x 4 mg
- Inj. Kalnex (asam tranexamat) 3 x 500 mg
-
Tanggal - Masih lemas,sudah kentut, sedikit bisa miring ,nyeri
09-11-19
s berkurang,tetapi semalam tidak bisa tidur, lemas
O KU : Tampak Baik
GCS 456 Drain : 20cc/24jam
TD 150/90 mmHg
Urinoutput:Masih sedikit
RR 20 x/menit
merah
N 80 x/menit
S 36,5◦C
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
6
RR 20 x/menit
N 80 x/menit
S 36,5◦C
-
A Batu uereter kanan
Hidronefrosis berat kanan
DM
HT
P - KRS
- Kontrol
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
7
TINJAUAN PUSTAKA
Idiopatik
Gangguan aliran kemih
o Fimosis, striktur meatus, hipertrofi prostat, refluks vesiko – uretral,
uretrokel, konstriksi hubungan uteropelvik.
Gangguan metabolisme
o Hiperparatiroidisme
o Hiperurisemia
o Hiperkalsiuria
Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme yang mampu membuat urease
(Proteus mirabilis)
Dehidrasi
o Kurang minum, suhu lingkungan tinggi
Benda asing
o Fragmen kateter, telur sistosoma
Jaringan mati (nekrosis papil)
Multifaktor
o Anak di negara berkembang
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
8
o Penderita multitrauma
Hiperoksaluria:
- Primer
- Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C dosis tinggi dalam waktu yang
lama, methoxyflurane (obat bius).
- Hiperoksaluria enternik
Hiperurikusuria:
- Makanan yang banyak mengandung purine
- Pemberian sitostatika pada pengobatan neoplasma
- Dehidrasi kronis
- Obat-obatan; thiazide (diuretik), salisilat.
Komposisi Batu(4,5)
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh
batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium
fosfat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk
pada suasana urine asam. Batu kalsium bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar
spontan. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri
1
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
9
Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam
penyebab terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :
Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena
adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus
Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena
adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal
Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena
adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada
hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.
b. Hiperoksaluri
Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan
hiperoksaluria banyak dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah
menjalani pembedahan usus dan pada pasien yang banyak mengkomsumsi
makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi instant, soft drink, kokoa, arbei, jeruk,
sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat
yang berlebihan dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya
batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan
mengandung banyak purin seperti daging, ikan, unggas maupun berasal dari
metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau
pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama
e. Hipomagnesiuria
Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus
(inflammatory bowel disease) yang diikuti gangguan malabsorbsi.
2. Batu struvit
Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah
kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit. Karena
terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman yang
termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
0
3. Batu Asam Urat
Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri
atas batu asam urat murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit
batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif,
pasien dengan terapi antikanker, dan banyak menggunakan obet urikosurik, antara
lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet
tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit ini. Batu asam urat berbentuk
bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan.
Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme
endogen di dalam tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat,
dirubah menjadi hipoxanthin,. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase,
hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat.
Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam urat diekskresikan
ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat lebih
sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang lebih mudah larut
di dalam air dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak larut di
dalam urine, sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam
urat dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah :
Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 )
Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi
Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi
BATU URETER
Latar Belakang(6)
Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik
ginjal, yang turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang
biasanya menjadi tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic
junction (UPJ), persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding
buli.
Komposisi batu ureter sama dengan komposisi batu saluran kencing pada
umumnya yaitu sebagian besar terdiri dari garam kalsium, seperti kalsium oksalat
monohidrat dan kalsium oksalat dihidrat. Sedang sebagian kecil terdiri dari batu
asam urat, batu struvit dan batu sistin.
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
1
Gambaran Klinis
Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran
batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
adalah nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri
kolik disebabkan oleh adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan
peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri
non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal akibat stasis urine. (1,4,5,8)
Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa
saluran kemih karena batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan
urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigai
suatu urosepsis. (4)
Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda
gagal ginjal, dan adanya retensi urine.(4)
Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria,
hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine
mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.(4)
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik,
selain itu perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan
pencitraan untuk menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.
Laboratorium :
1. Urin
- pH urin
- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang
rendah (pH<7).
- Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7)
- Sedimen
- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.
- Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat
- Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada
saluran kemih
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
2
2. Darah
- Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi
anemia
- Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis
- Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal
- Kalsium, dan asam urat.
Radiologik :
1. Foto Polos Abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran
kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling
sering dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.(7)
3. Ultrasonografi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu
di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis,
pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal. (7)
RENOGRAM
Indikasi Renogram
Renogram Konvensional
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
3
Disebut juga pemeriksaan radionuklida ginjal dinamik, dengan prinsip
pemeriksaan menilai penangkapan radionuklida oleh ginjal yang dialirkan melalui nefron
dan dieksresikan ke dalam pelvis ginjal, kemudian melalui ureter sampai dengan kandung
kemih. Kurva hasil pemeriksaannya menunjukkan perubahan aktivitas ginjal terhadap
waktu yang menggambarkan fisiologis ginjal seperti fungsi penangkapan, waktu transit dan
efisiensi outflow.
Indikasi:
1. Obstruktif Uropati
2. Transplantasi Ginjal
Radiofarmaka:
Persiapan pasien:
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
4
Prosedur:
1. Pasien supine atau tidur terlentang dengan kamera gamma berada diposterior atau
punggung pasien
2. Duduk atau setengah duduk agar lebih fisiologis
3. Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti
4. Deteksi ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung kemih berada
dalam lapang pandang pencitraan (30 menit sebelum disuntikkan sampai 30 menit
setelah suntikan atau sampai aktivitas tinggal 50% di ginjal) (Rasad,
Kartoloksono, & Ekayuda, 2000).
Merupakan salah satu metode pemeriksaan kedokteran nuklir pada pasien dengan
dilatasi saluran kemih bagian atas dan follow up pasien dengan hidronephrosis (untuk
mengetahui tingkat obstruksi apakah total atau parsial). Selain diberikan radiofarmaka,
furosemide juga diinjeksikan secara intravena dengan dosis 0,5-1 mg/kg BB; dosis
maksimal 20 mg.
Prosedur:
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
5
• Berikan radiofarmaka dan furosemide sesuai dengan protokol pemilihan waktu
penyuntikkan yang digunakan.
• Total waktu pemeriksaan adalah protokol pemilihan waktu penyuntikan yang
dipilih ditambah 10 menit
Perbedaan dari hasil renogram pada ginjal yang mengalami obstruksi atau tidak dapat
dilihat dari respon terhadap diuresis. Pada ginjal normal, injeksi furosemide 20 menit
setelah diberikan radiofarmaka (F + 20) menunjukkan peningkatan cepat dari aliran urin.
Jika aktivitas ginjal menurun hingga di bawah 50% dalam 20 menit awal setelah
penyuntikan diuretik, maka kemungkinan adanya obstruksi kecil (low-grade obstruction).
Namun apabila aktivitas ginjal tidak menunjukkan penurunan/peningkatan (konstan), atau
bahkan meningkat, menunjukkan kemungkinan adanya obstruksi pada ginjal
Pada penyakit HTRV, tekanan perfusi arteriol aferen glomerulus berkurang dan
dikompensasi oleh vasokontriksi arteriol eferen yang dimediasi oleh system RAA (Renin-
Angiotensin-Aldosterone). Penggunaan ACE inhibitor seperti Caoptopril, memblokade
vasokontriksi eferen (efek vasodilatasi), menurunkan tekanan filtrasi, dan mengakibatkan
penurunan GFR. Karena terjadi penurunan GFR, reabsorpsi air pada ginjal meningkat dan
menyebabkan perubahan pada hasil renogram kaptopril
Fungsi Kaptopril:
1. Memperburuk atau membuat gangguan fungsi dari ginjal pada kasus renovaskuler
tetapi bukan pada kasus hipertensi esensial
2. Meningkatkan aliran darah sehingga memperbaiki fungsi ginjal
3. Menghambat vasokontriksi arteriolar glomerulus, aliran urin, dan retensi garam di
ginjal yang sakit
4. Pada ginjal dengan SAR (Stenosis Arteri Renalis), penurunan fungsi akan terlihat
setelah pemberian katopril
Radiofarmaka yang digunakan adalah Tc – 99m MAG3 sebanyak 5 mCi atau 300 µCi I-
131 Hippuran disuntikkan intravena melalui vena mediana cubiti
Persiapan:
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
6
1. Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum pemeriksaan
2. Penderita dewasa minum 400 ml air 20-30 menit sebelum pemeriksaan
3. Penderita anak-anak diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan
4. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan dengan
pemeriksaan IVP 1 jam sebelum pemeriksaan
5. Penderita diberikan 25 –50 mg kaptopril atau 2,5 mg enalapril per oral
6. Tekanan darah dipantau sebelum pemberian kaptopril dan setiap interval waktu 5
menit sampai 30 menit (menit 1, 2, 5, 10, 20, dan 30) setelah pemberian kaptopril
7. Jika tekanan diastol turun sebesar 10 mmHg atau lebih selama pemantauan, maka
ini merupakan tanda bahwa efek kaptopril telah bekerja dan renografi sudah bisa
dimulai
Prosedur:
Grade 1 Mild delay in Tmax (6-11 min using 99mTc-DTPA) with a falling excretion
phase)
Grade 2a More prolonged delay in Tmax (greater than 11 min) but still with an
excretion phase
Grade 3 As grade 2b, with marked reduction in function of the affected kidney
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
7
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
8
2.2.7 Fase Renogram
1. Fase Initial
Terjadi peningkatan secara cepat segera setelah penyuntikan radiofarmaka yang
menunjukkan kecepatan injeksi dan aliran darah vaskular ke dalam ginjal. Menunjukkan
teknik penyuntikan radiofarmaka, apakah bolus atau tidak (terjadi kurang dari 2 menit)
2. Fase Sekresi
Menunjukkan kenaikan yang lebih lamban dan meningkat secara bertahap. Fase ini
berkaitan dengan proses penangkapan radiofarmaka oleh dan di dalam ginjal melalui proses
difusi lewat sel-sel tubuli ke dalam lumen tubulus dalam keadaan normal (mencapai puncak
dalam waktu 2 – 5 menit)
3. Fase Ekskresi
Tampak kurva menurun dengan cepat setelah mencapai puncak kurva yang menunjukkan
keseimbangan antara radioaktivitas yang masuk dan meninggalkan ginjal (Rasad,
Kartoloksono, & Ekayuda, 2000)
• Jika ginjal tidak berfungsi maka penangkapan radioaktivitas akan minimum atau
tidak ada sama sekali
• Pada kasus obstruksi total, vesika urinaria tidak tampak. Fase kedua akan tampak
naik terus dan tidak terlihat adanya fase ketiga.
• Kurva akan berjalan datar/tidak beraturan karena pada kurva tersebut hanya
menggambarkan aktivitas background saja
2
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
9
Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi,
mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan
3
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
0
mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Untuk mencapai tujuan tersebut,
langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut (1,4,5,8):
Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai
perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri
Analisis batu
Mencari latar belakang terjadinya batu
Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih
bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran
urine dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah .
3
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
1
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan
ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureterorenoskopi.
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah
pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak
jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau
mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.
5. Nefrectomy
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat ginjal dengan atau tanpa kelenjar
getah bening regional.
b. Ruang lingkup
Semua penderita yang datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang dan
hematuria serta dalam pemeriksaan penunjang (foto polos abdomen, pyelografi
intravena dan ultrasonografi, CT scan) diketahui penyebabnya adalah tumor ginjal
atau ruptur ginjal.
c. Indikasi operasi
Karsinoma ginjal
Ruptur ginjal dimana didapatkan fragmentasi ginjal atau ruptur pedikel
dengan hemodinamik yang tidak stabil,grade 3, 4.
Pieonefrosis
Hidronefrosis berat
Non fungsional ginjal
Pencegahan
Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu
adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Pada umumnya pencegahan itu
berupa (4,5):
3
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
2
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine
sebanyak 2-3 L/hari
Aktivitas harian yang cukup
Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
DAFTAR PUSTAKA
3
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
3
2. Rahardjo D, Hamid R. 2004. Perkembangan penatalaksanaan batu ginjal
di RSCM tahun 1997-2002. J I Bedah Indonesia: Jakarta. Hal 58-63.
3. Reksoprodjo, S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Ilmu Bedah
FKUI RSCM: Jakarta. Hal 156 -160.
4. Purnomo, B. 2003. Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi.
Sagung Seto: Yogyakarta. Hal 57-68.
5. Tanagho EA, McAninch JW. 2004.Smith’s General Urology. Edisi ke-16.
New York: Lange Medical Book. Hal 256-283.
6. http://www.iaui.or.id/ast/file/batu_saluran_kemih.doc
7. Sjahriar dkk. 2000. Nefrolitiasis, Radiologi Diagnostik. Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
8. Sabiston C. D. Jr, MD. 1997. Batu Ginjal dan Ureter. Buku Ajar Bedah 2.
Penerbit EGC: Jakarta. Hal 472 – 483.
3
STASE ILMU BEDAH BAGIAN UROLOGI
4