Anda di halaman 1dari 17

Case Based Discussion

“Inversio Uteri”
15 Oktober 2019

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
Pembimbing :
dr. Dwinanda Junaidi, Sp.OG

Dokter Muda :
Devi Afiana Putri
Aldania Fajrin
Masteria Choirunnisa
Sri Safariawati MAA
Nurlidya Rizki Latifah

2
DEFINISI

Inversi Uterus adalah


keadaan dimana lapisan
dalam uterus
(endometrium) turun dan
keluar lewat ostium uteri
eksternum yang dapat
bersifat komplit sampai
inkomplit.
Epidemiologi
• Keadaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, persalinan
abnormal, dan uterus non gravid akibat mioma uteri submukosum.
• Kejadian inversio uteri sangat jarang dilaporkan.
• Shah Hosseini dan Evrard (1989) melaporkan insiden inversio uteri
sekitar 1 di antara 6.400 persalinan di RS Women and Infant, Rhode
Island.
• Platt dan Druzin (1981) melaporkan kejadian 28 kasus di antara
60.000 persalinan dengan insiden sekitar 1 di antara 2100 persalinan
Faktor Predisposisi
• Atonia uteri
• Serviks yang masih terbuka lebar
• Adanya kekuatan yang menarik fundus
kebawah (misalnya karena plasenta
akreta, inkreta, dan perkreta)
• Adanya tekanan pada fundus uteri dari
atas (Manuver Crede)
• Tekanan intraabdominal yang keras dan
tiba tiba (batuk keras atau bersin)
Etiologi
• inversio uteri dibagi menjadi dua:
1. inversio uteri nonobstetri
diakibatkan oleh perlengketan mioma uteri submukosa yang terlahir, polip
endometrium dan sarkoma uteri. yang menarik fundus uteri ke arah bawah
yang dikombinasikan dengan kontraksi miometrium yang terus menerus
mencoba mengeluarkan mioma seperti benda asing.

2. inversio uteri puerperalis.


dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih sering disebabkan oleh
pertolongan persalinan yang kurang baik. Bila terjadi spontan, lebih banyak
didapatkan pada kasus-kasus primigravida terutama yang mendapat MgSO4
IV untuk terapi PEB dan cenderung untuk berulang pada kehamilan
berikutnya.
Klasifikasi
A. Berdasarkan gradasi berat
B. Berdasarkan derajat kelainan
C. Berdasarkan pada waktu kejadian
D. Berdasarkan Etiologi
Patofisiologi
• Pada inversio uteri non-obstetri biasanya diakibatkan oleh
perlengketan mioma uteri submukosa yang terlahir, polip
endometrium dan sarkoma uteri
• Menarik fundus uteri ke arah bawah yang dikombinasikan dengan
kontraksi miometrium yang terus menerus mencoba mengeluarkan
mioma seperti benda asing.
• Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah baik kala II
ataupun kala III sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong (4/5
kasus).
• Dibuktikan bahwa lebih banyak kasus didapatkan oleh tenaga tidak
terlatih/dukun beranak dan hampir tidak pernah oleh ahli kebidanan
selama prakteknya mendapatkan kasus inversio uteri.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri didapatkan tanda-tanda sbb :
• Pada penderita pasca persalinan ditemukan :
• Nyeri yang hebat
• Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai
• Perdarahan
• Nekrosis / gangren / strangulasi
Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
• Bila inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cekung ke dalam
• Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di dalam vagina
teraba tumor lunak
• Kavum uteri tidak ada ( terbalik )
Diagnosis Banding
Diagnosa banding inversio uteri akut adalah :
• Prolaps tumor uterus atau polip serviks yang besar
• Kelahiran bayi kembar kedua yang tidak diprediksi sebelumnya, lobus
suksenturiata
• Penyakit trofoblas gestasional
• Laserasi jalan lahir dengan atonia uteri
• Atonia uteri
• Ruptur Uteri
Tatalaksana Inversio Uterus
• Segera reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak sulit, apalagi jika
inversio telah terjadi cukup lama, bersiaplah untuk merujuk ibu.
• Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB (jangan melebih
100 mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB
IM.
• Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparotomi.
• Jika laparotomi tidak berhasil, lakukan histerektomi.
REPOSISI INVERSIO UTERI
• Kaji ulang indikasi, pasang infus
• Berikan petidin dan diazepam IV dalam semprit berbeda secara
perlahan / anestesi umum jika diperlukan.
• Basuh uterus dengan larutan antiseptik dan tutup dengan kain basah
(NaCl) menjelang operasi.
• Reposisi manual
• Reposisi manual:
• Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat &
masukkan kembali melalui serviks, dimulai dari
bagian fundus. Gunakan tangan lain untuk
membantu menahan uterus dari dinding
abdomen. Jika plasenta masih belum terlepas,
lakukan plasenta manual setelah tindakan
reposisi. → Jika reposisi manual tidak berhasil,
lakukan reposisi hidrostatik.
• Reposisi hidrostatik :
• Pasien dalam posisi Trendelenburg – dengan
kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari perineum.
• Siapkan sistem douche yang sudah didisinfeksi,
berupa selang 2 m berujung penyemprot
berlubang lebar. Selang disambung tabung berisi
air hangat 3-5 L (NaCl) & dipasang setinggi 2 m.
• Identifikasi forniks posterior. Pasang ujung selang
douche pada forniks posterior sambil menutup
labia sekitar ujung selang dengan tangan.
• Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke
posisi semula.
• Jika reposisis hidrostatik gagal → perawatan operatif.
• Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam
200ml cairan NaCl/Ringer Laktat IV dengan kecepatan 10 tetes/menit.
• Jika dicurigai perdarahan, berikan infus sampai dengan 60
tetes/menit.
• Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau
prostaglandin.
Komplikasi
Komplikasi jangka pendek inversio uteri adalah berupa perdarahan
postpartum, namun, endomiometritis sering menyertai inversio uteri.
Usus dan jaringan sekitar uterus dapat terluka akibat terperangkap
dalam fundus yang terinversi. Bahkan dapat terjadi kematian akibat
inversio uteri. Namun dengan deteksi dini, terapi definitif dan resusitasi
yang adekuat, angka kematian menjadi cukup rendah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai