DISUSUN OLEH:
S1 TEKNIK PERMINYAKAN
*Tambahkan Konsentrasi jika Teknik Geologi dan Industri
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2019
Disusun Oleh:
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Praktikum
Ir.Yudiaryono,MT
NIDN.1105045502
Asisten Praktikum Asisten Praktikum
1.
2.
3.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Tabel 1.1...........................................................................................................
DAFTAR GRAFIK
𝑮𝒃𝒌 + 𝑮𝒘 + 𝑮𝒂
𝑫𝒃𝒔 =
𝑽𝒃𝒌 + 𝑽𝒘 + 𝑽𝒂
Dimana :
Dbs = Densitas suspensi semen
Gbk = Berat bubuk semen
Gw = Berat air
Ga = Berat additif
Vbk = Volume bubuk semen,gallon
Vw = Volume air,gallon
Selain ke-4 dasar komponen yang ditemukan dalam klinker, semen portland
dalam bentuk akhirnya dapat mengandung gypsu78;m, alkali sulfat, magnesium,
lime bebas dan zat penambah lainnya. Pada konsentrasi normal, material-material
ini tidak begitu mempengaruhi sifat set semen, tapi mempengaruhi laju hidrasi,
ketahan terhadap serangan sulfat dan sifat bubur semen.
Struktur butiran klinker bervariasi mengikuti material mentahnya, ukuran
butirannya dan pemanggangannya dan pendinginannya. Variabel-variabel tadi
mempengaruhi proses kristalisasi, berbagai hasil akhir dan porositas dari butiran
klinker itu sendiri. Secara umum, C3S (alite), sebagai komponen mayoritas
mengkristal sebagai partikel butiran. C2S (balite) mengkristal kecil-kecil, lebih
bundar yang mana tersebar di sekitar butiran C3S. C4AF membentuk fasa kontinu di
antara struktur butiran klinker.
Distrubusi permukaan dari komposisi yang berbeda penting dalam menentukan
sifat semen. Kelas semen tertentu dengan spesifikasi yang sama dapat mempunyai
kekuatan yang berbeda. Ini biasanya disebabkan perbedaan proses kristalisasi.
Selain komponen dasar, ada juga komponen tambahan dalam pembuatan semen
pemboran. Komponen tambahan semen merupakan macam-macam additive yang
digunakan dalam operasi penyemenan untuk memperoleh sifat khusus atau kinerja
yang dibutuhkan. Additive yang umum digunakan untuk bahan campuran pada
suspensi semen/slurry antara lain :
1. Retarder, digunakan untuk memperpanjang thickening time.
2. Accelerator, digunakan untuk memperpendek thickening time.
3. Weighting Agent, digunakan untuk menambah densitas suspensi semen.
4. Ekstender, digunakan untuk mengurangi densitas suspensi semen.
5. Dispersant, digunakan untuk menurunkan viskositas suspensi semen.
6. Fluid Loss Control Agent, digunakan untuk mengurangi filtrat (air bebas).
7. Lost Circulation Control Agent, digunakan untuk mengurangi kehilangan
suspensi semen ke formasi.
8. Special Additive, digunakan untuk keperluan khusus dalam menanggulangi
kasus tertentu.
a. Proses Peleburan
Dalam bagian ini ada 2 cara yang umum digunakan, yaitu :
Dry Process
Pada awal proses ini, clay dan limestone sama-sama dihancurkan, lalu dikeringkan di rotary dries.
Hasilnya dibawa ke tempat penggilingan untuk dileburkan. Kemudian hasil peleburan
ini masuk ketempat penyaringan dan partikel-partikel yang kasar dibuang dengan system
sentrifugal. Hasil saringan ini ditempatkan di beberapa silo (tempat berbentuk tabung
yang tertutup) dan setelah didapat komposisi kimia yang diinginkan kemudian akan
melalui proses pembakaran di klin.
b. Proses Pembakaran
Setelah melalui salah satu proses peleburan di atas, campuran tersebut dimasukkan ke
tempat pembakaran (klin). Di klin, campuran ini berputar-putar kemudian berubah menjadi
clinker. Ada 6 tahap temperature yang harus dilalui campuran di klin, yaitu :
c. Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai ketika temperatur mulai menurun dari
clinkering temperature. Kualitas clinker dan selesainya pembuatan semen sangat tergantung
dari laju pendinginan-perlahan sekitar 4-5 oC (7-8 oC) sampai suhu 1250 oC, kemudian cepat
sekitar 18-20 oC (32-36 oF) permenit.
d. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat mengakibatkan sekitar 97-99 %
energi yang masuk diubah menjadi panas. Oleh karena itu diperlukan pendinginan, karena jika
terlalu panas akan banyak gypsum yang menghidrasi menjadi kalsium sulfat hemidrat
(CSH1/2) atau larutan anhidrit (CS). Akhirnya dari proses penggilingan didapat bubuk semen
yang diinginkan dari hasil penggilingan clinker dengan gypsum (CSH2). Pembuatan suspensi
semen dimulai dengan persiapan peralatan dan material semen, baik berupa semen Portland,
air dan additif.
Gambar 2.7. Cetakan Sampel Silinder Gambar 2.8. Cetakan Sampel Kubus
2.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive
3. Air
2.5. Pembahasan
Dalam pembuatan suspense semen yang dibutuhkan adalah semen Portland, air dan additive.
Untuk pembuatan suspense semen ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan salah satunya water
cemen ratio (WCR). Dalam pembuatan suspense semen ini WCR yang diinginkan tidak melebihi
batas maksimum atau kurang dari batas minimum. Kadar air maksimum adalah air yang
dicampurkan kedalam semen tanpa menyebabkan terjadinya pemisahan lebih dari 3,5 ml, dalam 250
ml suspensi semen jika didiamkan selama 2 jam pada temperature kamar. Sedang kadar air minimum
adalah jumlah air yang dapat dicampurkan kedalam semen untuk memperoleh konsistensi
maksimum sebesar 30 cc.
Dalam pratikum ini ada 3 cetakan semen yang dibuat dan masing berbeda bentuk dan ukuran.
Cetakan pertama yang berbentuk kubik dibuat untuk pengukuran compressive strength. Cetakan
kedua berbentuk silinder dengan tinggi 2 inch untuk pengukuran shear bond strength antara casing
dan semen dan permeabilitas dengan casing. Sedangkan cetakan 3 berbentuk silinder dengan tinggi 1
atau 2 inch untuk pengukuran permeabilitas semen dengan casing dan compressive strength.
2.6. Kesimpulan
1. Penambahan additive pada suspensi semen dilakukan agar suspensi semen sesuai dengan
kondisi tekanan dan temperature pada formasi yang akan ditargetkan.
2. Operasi penyemenan bertujuan untuk meletakan casing pada dinding lubang bor,melindungi
casing dari masalah-masalah mekanis dari suatu operasi pemboran yang bersifat korosif.s
3. Pada percobaan diatas dapat ditentukan WCR yang kita inginkan,agar suspensi semua dapat
memperoleh konsistensi semen maksimus sebesar 30 UC.
DAFTAR PUSTAKA