Anda di halaman 1dari 6

1.

Perkenalan

Nama saya gheavita chandra dewi, biasa teman – teman memanggil saya ghea. Saat ini saya
bekerja di 2 rumah sakit, yaitu di rumah sakit umum yarsi sebagai dokter IGD, di rumah sakit
soedarso, sebagai dokter IGD. Serta bekerja sebagai research assistant dari INA RESPOND.
Sebelumnya, saya lulus pendidikan dokter pada tahun 2016, dimana saya dapat lulus lebih
cepat yaitu hanya 3 tahun 1 bulan untuk sarjana kedokteran dan dapat meraih cumlaude untuk
profesi kedokteran. kemudian saya mulai bekerja internsip selama 1 tahun di RSUD
Pemangkat serta puskesmas selakau. Setelah itu saya bekerja di puskesmas mempawah.

2. Alasan memilih UNS

Alasan saya memilih UNS sebagai universitas tujuan saya adalah karena UNS berdasarkan
webcometrics menempati universitas peringkat 7 secara nasional, kemudia UNS masuk dalam 10
besar universitas menurut Asian University Ranking (AUR) Indonesia versi Quacquarelli
Symonds (QS). Selain alasan itu, UNS merupakan salah satu rumah sakit jejaring dalam penelitian
INA RESPOND, melalui penelitian ini saya banyak bertukar pendapat dengan asisten penelitian
dari UNS yaitu kak maria dan bram tentang jurusan yang saya maabil, tesis saya, serta dosen
pembimbing yang saya inginkan untuk tesis saya. Karena alasan – alasan inilah yang membuat
saya mendaftar di UNS, dan sekarang saya sedang dalam tahap seleksi untuk Pendidikan Dokter
Spesialis jurusan ilmu penyakit dalam di UNS. Saya mendapatkan kemudahan berkat pengalaman
– pengalaman saya sehingga saya tidak perlu melalui tes tahap 1 yaitu tes teori.

2a. Dulu pernah mengikuti tes LPDP tapi kenapa pilih UGM sekarang UNS?

Benar, tahun lalu saya mengikuti tes LPDP dan memilih universitas UGM, namun saya realistis
setelah saya banyak berbincang dengan asisten penelitian dari UNS, membuat saya lebih yakin
untuk memilih UNS sebagi universitas tujuan saya. Selain itu, di UNS terdapat pembimbing yang
saya inginkan untuk membimbing tesis saya yaitu dr. Supriyanto Kartodarsono, Sp.PD, K-EMD,
FINASIM tentang deteksi dini pada pasien diabetes melitus dengan mengunakan ankle brakial
indeks.

2b. Alasan memilih beliau?atau apa yang membuat beliau menjadi pembimbing?

Bedasarkan riset yang telah saya lakukan, beliau aktif mengisi seminar – seminar serta
simposisum penyakit dalam tentang diabetes melitus. Salah satu simposium serta workshop yang
beliau isi adalah PIT (Pertemuan Ilmiah Tahunan )III Penyakit dalam pada bulan maret 2019, disitu
saya hadir dan beliau membawakan topik tentang diagnosa serta tatalaksana pada pasien diabetes
melitus, disitu saya banyak bertukar pendapat serta pikiran dengan beliau terkait tesis yang
rencananya saya ambil, beliau memberikan gambaran serta pengarahan tentang penyakit diabetes
melitus serta dampaknya pada PAD.

2c. Alasan mengambil judul atau topik tesis tersebut?

Saya berencana mengambil topik tesis pada bagian endokrin yang memfokuskan pada diabetes
melitus, kenapa diabetes melitus? Karena berdasarkan data dari depkes, pada tahun 2018 diabetes
melitus menjadi salah satu dari 4 penyakit tidak menular prioritas serta menurunkan harapan hidup
sebesa 5 – 10 tahun. Berdasarkan riskesdas 2018 kalimantan barat memiliki sebanyak 19,910 orang
menderita diabetes melitus. Diabetes melitus memiliki banyak komplikasi, berdasarkan depkes
2018, diabetes melitus menjadi penyebab utama pada pasien dengan amputasi, pasien diabetes
melitus emiliki kemungkinan terbesar terkena penyakit peripheral arteri disease (PAD). PAD
adalah suatu penyakit yag menyerang pada daerah tungkai karena aliran darah ke tungkai
tersumbat akibat penyempitan pembuluh darah. Penyakit arteri perifer terkadang tidak
menimbulkan gejala dan berkembang secara perlahan. Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit
arteri perifer bisa memburuk hingga menimbulkan kematian jaringan, dan berisiko untuk
diamputasi.Tesis yang saya ambil berencana untuk mengetahui secara dini penyakit tersebut
dengan menggunakan cara pemeriksaan pada ankle brakial index. Dengan cara ini diharapkan kita
dapat mendeteksi apabila sesorang beresiko atau telah terkena penyakit PAD, sehingga dengan
penanganan yang tepat kita dapat mencegah resiko yang lebih buruk yaitu amputasi. Dengan resiko
tersebut dapat kita cegah, kita harapkan para pasien DM dapat menjalani kehidupan sehari – hari
dengan baik serta quality of life yang lebih baik.

2d. Apakah penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan?

Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan, tapi saya telah membaca serta melakukan riset
terhadap tesis yang ingin saya ambil, sebelumnya telah ada penelitian dari UMS dengan judul
HUBUNGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DENGAN KUALITAS HIDUP
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PERSADIA CABANG KOTA SURAKARTA
oleh liana safitri pada tahun 2017 dengan hasil terdapat hubungan yng bermakna antara kadar ABI
dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2. Selain itu, di amerika sendiri telah keluar jurnal yang
telah dipublish bulan Juli, 2018 dengan judul Screening for Peripheral Artery Disease and
Cardiovascular Disease Risk Assessment With the Ankle-Brachial Index oleh US Preventive
Services Task Force (USPSTF), jurnal tersebut membicarakan apakah ABI dapat digunakan
sebagai screening awal pada pasien PAD.

2d. Kenapa penelitian ini harus menjadi tesis dan tidak dilakukan saja?

Salah satu alasan saya mengajukan penelitian ini pada saat spesialis bukan sekarang adalah dengan
pendidikan spesialis, saya dapat bertemu orang lebih banyak lagi, dpat berinteraksi serta bertukar
ilmu terkait penanganan, deteksi dini terbaru dari tesis yang saya ingin ambil. Selain itu, scope
penelitian saat saya sedang menempuh pendidikan spesialis lbih luas dapat meliputi seluruh rumah
sakit jejaring dari universitas sebelas maret.

2e Apakah penelitian ini sejalan dengan skripsi yang km kerjakan?

Tidak, Karena saat saya membuat skripsi saat itu, topik yang sedang ramai dibicarakan adalah
tentang asi eksklusif.
Seiring dengan saya bekerja, saya mempelajari banyak sumber – sumber bacaan, bertemu dengan
orang – orang. Saya muli berpikir terhadap hal – hal yang baru yang sesuai dengan fenomena serta
penyakit paling ramai ada di kalimantan barat, yaitu tentang diabetes melitus.
3. Kenapa ingin sekolah spesialis? Kenapa penyakit dalam?

Kenapa saya ingin mengambil spesialisasi, hal ini di dasarkan kepada latar belakang pekerjaan
saya. Saya pernah bekerja di Puskesmas mempawah serta di RSUD Bengakayang. Rata – rata
pasien yang banyak berobat di puskesmas adalah penyakit dalam yaitu sebanyak kurang lebih
60%, dari jumlah tersebut kurang lebih 10% pasien harus dirujuk ke rumah sakit. Namun
kebanyakan pasien mengeluh dan tidak ingin dirujuk dengan alasan antrian yang panjang, serta
dokter spesialis yang tidak ada. Di RSUD Bengkayang untuk dokter spesialis penyakit dalam
hanya ada 1, jadi dapat dibayangkan betapa ramainya poli penyakit dalam. Hanya ada 1 dokter
penyakit dalam untuk 1 kabupaten, dimana bedasarkan BPS 2018, jumlah penduduk untk di
kab bengkayang sebanyak 279.000 jiwa. Hal ini tentu membuat sebagian besar pasien malas
untuk berobat ke penyakit dalam, sedangkan jarak yang perlu ditempuh oleh pasien apabila
ingin berobat ke Pontianak sekitar 5-6 jam. Jadi, kebanyakan pasien tidak berobat dan pasrah
saja menerima keadaan. Hal inilah yang membuat saya tergugah untuk mengambil spesilis
penyakit dalam dan mengabdikan diri kepada masyarakat bengkayang, saya ingin membantu
jadi setidaknya semua pasien dapat tertangani dengan baik, setiap pasien tidak malas
memeriksakan dirinya ke rumah sakit bukan karena alasan biaya namun karena alasan antrian
betemu dokter yang panjang.

4. Apa rencanamu 10-20 tahun kedepan ?

Rencana saya 10 – 20 than kedepan, insyaAllah saya telah lulus spesialis penyakit dalam, saya
telah mengabdi di RS Bengkayang, saya dapat membantu para pasien di RS Bengkayang
sehingga tidak perlu lagi berobat ke RS yang jauh di pontianak atau bahkan malas
memeriksakan dirinya.

5. Apabila kamu ditawari gaji 20 x tapi keluar dari bengkayang ?

Setiap manusia siapa sih yang tidak mau jika ditawari oleh gaji yang banyak, fasilitas yang
memadai. Namun, daerah bengkayang telah banyak membentuk tekad saya untuk menjadi
spesalis, karena saya mengerti betapa susahnya dokter yang ada di RS Bengkayang, saat itu
RS bengkayan hanya memiliki 8 dokter umum, dimana kami harus shift bergilir. Dengan
adanya 8 dokter saja saat itu kami telah kewalahan, bagaimana dengan hanya ada 1 dokter
spesialis.Oleh karena itu, saya akan tetap kembali ke bengkayang dan mengabdikan diri disana.

6. Jika lulus apa kontribusi terbesarmu bagi Indonesia?

Jika saya lulus LPDP, kemudian saya dapat lulus spesialis penyakit dalam. Maka tesis saya
setidaknya dapat dipublikasikan secara nasional, tesis saya dapat membantu lebih banyak lagi
pasien deteksi dini pada pasien PAD, sehingga lebih sedikit lagi pasien yang harus diamputasi
kakinya. Selain itu, setelah lulus spesialis saya akan kembali ke bengkayang dan mengabdikan
diri saya ke bengkayang. Setidaknya denga penambahan dokter spesialis, maka angka
kesehatan pada pasien bengkayang dapat naik. Kualitas hidup para pasien di bengkayang dapat
lebih diperhatikan. Walau seperti yang kita ketahui bengkayang termasuk daerah 3T di wilayah
kalbar.
7. Apa Kesuksesan terbesar kamu? Pencapaian terbesar?

Kesuksessan setiap orang berbeda – beda, menurut saya kesuksesan tidak dapat diukur dengan
materi atau diberi dengan penghargaan. Kesksesan adalah ketika apa yang saya lakukan dapat
membantu orang lain untuk menjadi lebih baik lagi. Dulu sewaktu saya bekerja di Puskesmas
Mempawah, saya membidangi suatu perkumpulan, namanya PROLANIS (Program Lanjut
Usia), di prolanis ini banyak terdapat para lansia dengan penyakit kronis seperti DM, Jantung,
serta Hipertensi. Dimana mereka harus selalu rutin memeriksakan diri ke puskesmas serta
mengkonsumsi obat – obatan. Awal saya menjadi ketua PROLANIS, hampir tidak ada anggota
yang datang dan mau berkunjung ke puskesmas sekedar untuk memeriksakan diri atau
mngmbil obat, namun setelah itu, saya datang ke rumah – rumah para anggota, memberikan
penyuluhan, mendengarkan keluh kesah kenapa mereka tidak berangkat. Dan Alhamdulillah
setelah 6 Bulan kepemimpinan saya, frekuensi kedatangan meningkat sampai 80-90%, dimana
banyak para lansia yang telah dapat merubah gaya hidupnya dan rutin mengkonsumsi obat –
obatan.

8. Apa hal tersedih?

Hal yang paling membuat saya sedih dan selalu membuat saya teringat adalah ketika pasien
pertama saya meninggal dunia, selama ini Alhamdulillahnya pasien yang saya tangani dapat
sembuh, atau dapat saya tangani lebih baik. Waktu itu kejadiannya bertepatan dengan
kerusuhan yang terjadi di pontianak yaitu tanggal 22 Mei 2019, hari itu kerusuhan terjadi
berjarak dekat dengan RS tempat saya bekerja kurang lebih 50 meter, dimana rumah sakit saya
menjadi rumah sakit siaga 1. Hari itu sebenarnya saya tidak dijawalkan untuk dinas jaga malam
di RS tersebut, namun karena masa yang banyak membuat jalan tol menuju RS kami tertutup,
sehingga tidak ada dokter yang bisa datang untuk ke RS. Melalui aplikasi grup chat dokter RS
di whatsapp, ditawarkan bagi siapa saja yang bersedia untuk datang ke RS, saya pun menuju
RS dikarenakan rumah saya dekat dengan RS. Saat saya datang waktu itu, suara – suara
ledakan terdengar dengan jelas, kantor polisi dekat dengan jembatan telah terbakar, di RS
sudah ada 30 – 40 pasien yang harus saya tangani. Disitu saya mengaktifkan kode blue rumah
sakit, meminta perawat yang seharusnya untuk pulang tetap brada di IGD, serta meminta
tambaha perawat di ruangan. Situasi sangat riuh dan ramai, banyak sekali pasien datang dengan
berbagi macam luka. Disaat itu saya hanyalah satu – satunya dokter di RS, dimana setiap
keputusan ditentukan oleh saya. Saya dan tim berusaha sebaik mungkin memberikan
pertolongan yang tepat dan cepat pada setiap pasien yang datang. Sampai dtanglah pasien
tersebut, pasien tersebut datang dengan luka – luka yang sudah berat, sehingga kami hanya
memberikan pertolongan pertama kemudian merujuk pasien tersebut ke RS lain sesuai dengan
SOP (Standart Operasional prosedur) yang telah disepakati untuk insiden ini. Kejadian ini
berlangsung sampai pagi hari, saat pagi hari saya menawarkan diri ikut berjaga, walaupun
seharusnya jadwal jaga saya telah selesai. Disitulah saya mendengar kabar tentang pasien yang
saya rujuk tersebut, pasien trsebut meninggal dini hari setelah dilakukan operasi. Disitu saya
merasa sedih, tidak berdaya. Walaupun saya tahu bahwa meninggalnya pasien tersebut bukan
merupakan kesalahan saya, tapi memang keadaan pasien yang buruk saat datang. Sejak hari
tersebut, saya bertekad untuk lebih lagi mengasah kemampuan saya di IGD, menyarankan
rumah sakit untuk dibentuknya tim tanggap bencana khusus IGD sehingga apabila ada kejadian
seperti ini terjadi, sudah ada back up juga dari tim tersebut.

9. Apa yang membuat kamu yakin LPDP harus menerima kamu? Apabila ada dua orang yang
datang dan ikut ujian ini, siapa yang harus LPDP terima ?

Sebelumnya saya tidak dapa menilai diri saya sendiri, karena apa yang saya nilai bersifat
subjektif. Untuk siapa yang harus LPDP pilih, LPDP lebih tahu pasti dan dapat
menentukannya. Namun saya percaya berdasarkan pengalaman saya, skill yang saya miliki,
riwayat pekerjaan saya serta sifat saya pantang menyerah, rajin, dan selalu mau berusaha
menjadi pribadi yang lebih baik, sebelumnya saya juga pernah mendapatkan beasiswa prestasi
saat kuliah di kedokteran selama 3 bulan, serta beasiswa di smp selama 2 bulan. Hal inilah
yang dapat menjadi alasan LPDP untik dapat menerima saya menjadi awardee LPDP.

10. Apakah anda pernah berbohong?

Setiap manusia tidak pernah ada yang tidak berbohong. Namun, sejak kecil saya dididik oleh
ayah serta ibu saya untuk tidak pernah berbohong, karena latar belakang keluarga saya sebagai
akademis membuat beliau tegas dalam mendidik saya untuk tidak pernah berbohong.

10a. Jika dichallenge berbohong seperti apa ?

Waktu itu saya pernah mendapatkan pasien dengan kanker ovarium stadium 3-4 yang dibawa oleh
keluarganya. Tindakan pengobatan hanya dapat diberikan untuk menunjang kehidupanya tanpa
dapat mengobatinya. Biasanya kami menyebutnya palliatif care, saat itu nenek tersebut bertanya
kepada saya berapa lama lagi beliau dpat menjalani penyakitnya, dan apakah ada perluasan dari
penyakit tersebut. Disitu saya menjawab bahwa beliau dapat hidup lebih lama dan beliau harus
dapat menikmati hidupnya tanpa perlu berpikir jika ada perluasan dari penyakit. Setelah nenek
terserbut keluar, barulah saya memanggil keluarga yang mendampingi dan menceritakan
perjalanan penyakit yang sebenarnya pada pasien serta terapi apa saja yang dapat dilakukan.

11. Apakah anda pernah mencontek ?

Saya terlahir dari keluarga akademis, dimana ayah saya adala seorang dosen serta ibu saya
seorang guru. Dengan almh kakak saya yang seorang jaksa, mereka mendidik saya dari kecil
dan mengajarkan bahwa tindakan mencontek itu tidak baik serta tidak boleh dilakukan.
Didikan dari mereka membekas dalam ingatan saya, sehingga saya tidak mau mencontek atau
memperlihatkan contekan kepada orang lain.

12. Pertanyaan seputar dip


12a. Apabila ditanya apa sifat terbaik ?
Sebelumnya saya tidak dapat menilai diri saya sendiri, karena hal ini merupakan hal yang
subjektif. Namun, menurut saya, saya adala orang yang pantang menyerah, bekerja keras serta
berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan lebih banyak belajar.
12b. Kelemahan?

Kelemahan yang saya miliki adalah saya sering lupa waktu dalam bekerja. Yang artinya,
sekarang saya bekerja sebagai dokter IGD serta dokter penelitian Dokter di IGD bekerja dalam
shift, ada shift pagi, siang, sore. Biasanya setelah shift pagi, saya akan langsung pergi ke tempat
penelitian. Ruang penelitian berbeda tempat dengan IGD namun berada dalam 1 RS yang
sama. Disana ketika saya bertemu dan berbincang dengan rekan saya yang sama – sama
meneliti, membicarakan ide – ide yang muncul, membuat saya keasikan dan lupa waktu untuk
pulang. Yang seharusnya mungkin hanya 2 jam saya dapat berlarut hingga 3 jam jika sudah
membicarakan penelitian.

12c. Jika tersebut bagaimana menanganinya?

Cara saya untuk kedepannya adalah dengan membuat alarm atau membuat tanda peringatan
jika saya sedang penelitian, waktu untuk istirahat, serta untuk makan.

13. Apakaha anda punya planning A, B, dst jika gagal di LPDP?

Saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik yang dapat saya lakukan dalam segal hal.
Termasuk dalam beasiswa ini, sehingga saya berharap saya dapat menjadi awardee dari LPDP.
Tapi, jika hal ini tidak dapat berhasil, saya akan mencoba lagi tahun depan. Hal yang akan saya
lakukan adalah saya akan mendapatkan LOA dari universitas yang sya tuju, saya harap dengan
persiapan lebih baik saya dapat menjadi awarde LPDP tahun depan.

Anda mungkin juga menyukai