Anda di halaman 1dari 4

Ditya Bima Saputra

XI MIA 1

Demokrasi dalam Pendidikan Islam


Assalamu’alaikum Wr.Wb

Yang saya hormati Bapak dewan guru, teman-teman seiman dan seagama yang saya
cintai.

Untuk mengawali jumpa kita saat ini, terlebih dahulu kita semua panjatkan puji syukur
kehadirat Allah swt, karena dengan limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sampai
saat ini kita masih ditakdirkan oleh Allah swt, menjadi orang iman dan islam. Mudah-
mudahan nikmat iman dan Islam ini benar-benar kita miliki sampai akhir hayat.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad saw,
karena beliaulah yang memperjuangkan Islam sampai ke penjuru pelosok dunia, sehingga
kita bisa membedakan perkara yang haq dan yang bathil, sehingga menjadi muslim,
berkat hidayah Allah swt. Semoga kita termasuk umat beliau Nabi Muhammad saw.

Hadirin yang saya hormati.

Keberadaan demokrasi dalam pendidikan Islam, tentu saja tidak dapat dilepaskan dari
sejarah atau demokrasi dalam ajaran islam dan demokrasi secara umum. Demokrasi
dalam ajaran Islam secara prinsip telah diterapkan oleh Nabi Muhammad Saw, yang
dikenal dengan ”musyawarah”. Kata demokrasi memang tidak terdapat dalam Al-Qur’an
dan Hadits, karena kata demokrasi berasal dari barat atau Eropa yang masuk ke peradaban
Islam. Dan sekarang ini, demokrasi ini sudah banyak diterapkan di berbagai lembaga
pendidikan.

Akan tetapi, masih banyak juga yang belum menerapkannya dan belum begitu mengerti
tentang bagaimana pengertian demokrasi, apa saja prinsip-prinsip demokrasi dan
bagaimana penerapan demokrasi yang benar.

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos (rakyat) dan kratos (pemerintahan).
Jadi, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dengan kekuasaan di tangan rakyat
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai :

“Gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara Ini merupakan definisi demokrasi yang
bersifat umum.

Adapun beberapa tokoh yang berpendapat tentang demokrasi pendidikan, seperti yang
dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam :
1. Zaki Badawi berpendapat bahwa demokrasi adalah penetapan dasar-dasar
kebijaksanaan dan persamaan terhadap individu-individu yang tidak membedakan asal,
jenis, agama dan bahasa.

2. Vebrianto memberikan pendapat tentang hubungan antara demokrasi dan


pendidikan, bahwasanya pendidikan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
peserta didik mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai dengan
kemampuannya.

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa demokrasi pendidikan Islam merupakan suatu
pandangan yang mengutamakan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama oleh
tenaga kependidikan terhadap peserta didik dalam proses pendidikan Islam tanpa
membedakan asal, jenis agama maupun yang lainnya.

Pada dasarnya Islam memberikan kebebasan kepada individu (anak didik) untuk
mengembangkan nilai-nilai fitrah yang ada di dalam dirinya untuk menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Islam juga memberikan petunjuk kepada para pendidik, sekaligus
menghendaki agar mereka tidak mengekang kebebasan individu anak dalam
mengembangkan potensi-potensinya yang dibawa sejak lahir. Sebagai acuan pemahaman
demokrasi pendidikan Islam, tercermin pada beberapa hal yaitu :

1. Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, sebagaimana hadits Nabi Saw,
berikut ini :

“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”

Hadits tersebut mencerminkan bahwa di dalam islam terdapat demokrasi pendidikan,


dimana Islam tidak membedakan antara muslim laki-laki maupun perempuan dalam hal
kewajiban dan hak menuntut ilmu.

2. Adanya keharusan bertanya kepada ahli ilmu, sebagaimana dalam Q.S Al-Nahl berikut
ini :

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui,” (QS.16:43)

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa jika pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran menghadapi hal-hal yang kurang dipahami, maka perlu bertanya kepada
ahli dalam bidangnya

Dalam kaitannya dalam demokrasi pendidikan Islam, ada beberapa pedoman tata krama
dalam pelaksanaan demokrasi yang ditujukan bagi anak didik maupun pendidik, yaitu :

1. Saling menghargai merupakan wujud dari perasaan bahwa manusia adalah makhluk
yang dimuliakan oleh Allah SWT.

2. Penyampaian pengajaran harus dengan bahasa dan praktek yang berdasar atas kebaikan
dan kebijaksanaan.
3. Memperlakukan semua anak didik secara adil.

4. Terjalinnya rasa kasih sayang antara pendidik dan anak didik.

5. Tertanamnya pada jiwa pendidik dan anak didik akan kebutuhan, taufik dan hidayah
Allah

Adapun bentuk-bentuk demokrasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

1. Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik, kebebasan di sini meliputi kebebasan
berkarya, mengembangkan potensi dan berpendapat.
2. Persamaan terhadap peserta didik dalam pendidikan Islam, peserta didik yang masuk
di lembaga pendidikan tidak ada perbedaan derajat atau martabat, karena
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan dari pendidik.
3. Penghormatan akan martabat individu dalam pendidikan Islam, misalnya pendidik
dalam memberikan ganjaran/ hukuman kepada peserta didik harus yang bersifat
mendidik karena dengan cara demikian akan tercipta situasi dan kondisi yang
demokratis dalam proses belajar mengajar.

Demokratisasi pendidikan islam, demokratisasi artinya proses menuju demokrasi.


Demokratisasi pendidikan mengandung arti, proses menuju demokrasi di bidang
pendidikan. Di samping unsur kebebasan dalam berinteraksi, demokratisasi pendidikan
juga mensyaratkan komunikasi yang dialogis dengan dua aspek yang inhern, yaitu :

1. Komunikasi berlangsung ke segala arah, dan bukan hanya bersifat satu arah yaitu dari
pendidik ke peserta didik(top-down).

2. Arus komunikasi berlangsung secara seimbang, yakni antara pendidik dan peserta didik
dan juga antar peserta didik.

Sehingga pada akhirnya, model komunikasi akan berlangsung secara tiga arah (pendidik-
peserta didik-antar peserta didik), maka sumber belajar bukan hanya terletak pada
pendidik melainkan juga peserta didik dan pengajaran tidak melulu bersifat top-
down,namun perlu diimbangi dengan bottom-up.

Pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan nasional diharapkan dapat ikut serta
melakukan demokratisasi pendidikan. Sebab, dengan demokratisasi pendidikan proses
pendidikan Islam dapat menyiapkan peserta didik agar terbiasa bebas berbicara dan
mengeluarkan pendapat secara bertanggung jawab dan turut bertanggung jawab, terbiasa
mendengar dengan baik dan menghargai pendapat dan pandangan orang lain,
menumbuhkan keberanian moral yang tinggi terbiasa bergaul dengan rakyat, sama-sama
merasakan suka dan duka dengan masyarakat.

Pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren dan lembaga-lembaga Islam lainnya dalam
proses pembelajaran dapat melaksanakan demokratisasi pendidikan, sehingga mampu
membawa peserta didik untuk dapat menghargai kemampuan dan kemajemukan teman
dan guru atau menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Demokratisasi pendidikan
dalam proses pembelajaran juga dapat ditempuh dengan mengajarkan hal-hal yang
berhubungan dengan dunia sekarang yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik tanpa
harus melupakan hari kemarin. Dengan demikian, proses demokratisasi pendidikan dan
pendidikan Islam harus mampu mengakses, merespon dan mengakomodasi kebutuhan-
kebutuhan yang diinginkan masyarakat, orang tua, peserta didik dan pasar sebagai
pelanggan dan pengguna produk pendidikan. Sehingga, melalui demokratisasi pendidikan
akan terjadi proses kesetaraan antara pendidikan dan peserta didik di dalam proses belajar
mengajar.

Demikianlah sekilas yang bisa saya sampaikan, dengan harapan agar segala kebaikan kita
senantiasa diterima Allah swt. Dan mudah-mudahan pula kita dilindungi dari perbuatan
riya yang berakibat merusak amal kebaikan.

Kurang dan lebihnya saya mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai