Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
OLEH :
Ahmad Rizali :
Muhammad Fajar : 220101010375
M. Muzib Hidayatullah : 220101010376
2022
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
PENUTUP .......................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
ii
PENDAHULUAN
Islam sebagai agama Rahmatan lil alamin yang dibawa Nabi Muhammad,
sudah tentu membawa perubahan yang baik, baik di zaman jahiliyah dulu ataupun
sekarang. Islam mengajarkan persamaan hak dengan pemeluknya di berbagai hal,
tidak terkecuali pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip Demokrasi Pendidikan Islam?
2. Bagaimana bentuk Demokrasi Pendidikan Islam?
3. Apa saja tata krama yang diperlukan dalam menerapkan Demokrasi
Pendidikan Islam?
4. Apa saja solusi dalam menerapkan Demokrasi Pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui prinsip-prinsip Demokrasi Pendidikan Islam
2. Mengetahui bentuk Demokrasi Pendidikan Islam
3. Mengetahui tata krama yang diperlukan dalam menerapkan Demokrasi
Pendidikan Islam
4. Mengetahui solusi dalam menerapkan Demokrasi Pendidikan Islam
PEMBAHASAN
Anak didik dipandang sebagai objek yang akan dicapai dari tujuan pendidikan,
sebab dalam proses pendidikan yang terlibat langsung adalah anak didik itu sendiri.
Maka, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akan tercapai apabila pendidik
memberikan porsi yang seimbang dalam mengembangkan potensi-potensi yang
mana para pendidik menyampaikan pesan-pesan yang ada dalam diri si anak didik,
Dalam artian sampai sejauh mana Demokrasi Pendidikan terkandung dalam hakikat
pendidikan itu sendiri.
2
2. Adanya Keharusan Bertanya kepada Ahli Ilmu
Di dalam Alquran Surat Al-Nahl ayat (43) Allah Swt. berfirman, sebagai
berikut:
َِّ لا نُّوحي إلَيْه ِّْم فَا ْسأَلُواِّْ أَ ْه
ِّل الذ ْكرِّ إن ُكنت ُ ِّْم لَِّ ت َ ْعلَ ُمون ِّ لا ر َجا َِّ س ْلنَا من قَبْل
ِّ ك إ َ َو َما أَ ْر
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang laki-laki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanya lah kamu kepada
orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.
(QS. S Al-Nahl: 43).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa apabila pendidik dan anak didik dalam
proses belajar mengajar dan dalam pemahaman ilmu-ilmu tersebut
menghadapi hal-hal yang kurang dipahami, maka perlu bertanya kepada
yang ahli dalam bidang tersebut. Jadi, umat Islam diharuskan memiliki ahli-
ahli dalam bidang-bidang pengetahuan tertentu. Oleh karena itulah umat
Islam harus terus memacu dirinya agar tidak ketinggalan di bidang ilmu
pengetahuan.1
1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1997)
3
b. Kebebasan dalam Mengembangkan Potensi
Pengembangan potensi peserta didik dapat dilakukan melalui proses
pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik menjadi hamba
Allah dan khalifah Allah dimuka bumi dengan tetap berpegang teguh
berpegang pada nilai-nilai ilahiyah. Ajaran Islam sangat memberikan
kebebasan kepada peserta didik dalam mengembangkan nilai firah yang
ada pada dirinya untuk menyelaraskan dengan perkembangan zaman.
Kepada para pendidik, Islam juga menganjurkan agar tidak mengekang
kebebasan individu peserta didik dalam mengembangkan potensi-
potensi yang dibawanya sejak lahir tersebut.
c. Kebebasan dalam Berpendapat
Pendidik dituntuk untuk menghargai pendapat peserta didik, peserta
didik dituntut pula untuk menghargai pendapat pendidik dan sesama
peserta didik, karena menghargai pendapat merupakan salah satu
kebutuhan dalam melaksanakan pendidikan. peran pendidik dalam hal
ini adalah membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
mengemukakan isi hatinya dengan cara yang wajar, bermoral dan
terpuji serta diridhai oleh Allah SWT sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan jiwanya. Pendidik bukan menekan kebebasan pendapat
(bersifat otoriter) pada peserta didik yang mengakibatkan jiwanya
terbelenggu seperti adanya rasa cemas, gelisah dan kecewa selama
berlangsungnya proses belajar mengajar.
2. Persamaan terhadap peserta didik dalam pendidikan Islam
Islam memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk
mendpatkan pendidikan atau belajar. Abuddin Nata menyatakan bahwa
peserta didik yang masuk di lembaga pendidikan tidak ada perbedaan
derajat atau martabat, karena penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
dalam suatu ruangan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari
pendidik. Pendidik harus mengajar anak orang yang tidak mampu dengan
yang mampu secara bersama atas dasar penyediaan kesempatan belajar
yang sama bagi semua peserta didik. Dalam pendidikan islam tidak
4
ditemukan sistem sekolah unggul karena hal tersebut tidak sesuai dengan
prinsip demokrasi pendidikan islam sebab bersifat diskriminasi terhadap
peserta didik. Pendidik harus mampu memberikan kesempatan yang sama
kepada semua peserta didik untuk mendapatkan pendidikan.
3. Penghormatan akan martabat individu dalam pendidikan islam
Demokrasi sebagai penghormatan akan martabat orang lain; maksudnya
ialah seorang akan memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya sendiri.
Secara historis prinsip penghormatan akan martabat individu telah
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam praktek pembebasan kaum
tertindas di Mekkah seperti memerdekakan budak.2
2
Ahmad Sugini, Demokrasi Pendidikan Dalam Persfektif Pendidikan Islam, IAIN Hasanuddin
Banten, 2017, hal 77-81
5
c. Perlakuan adil terhadap anak didik
Pendidik harus memperlakukan semua anak didik secara adil, tidak ada
semacam pilih kasih. Ketidak seimbangan pendidik terhadap anak didik
tidak boleh menghambat untuk berlaku adil.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebe naran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguh nya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.ِّ(QS Al-Maidah: 8).
d. Terjalinnya rasa kasih sayang antara pendidik dan anak didik.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam sebuah Hadis Rasulullah Saw.
yang artinya:
"Belum dikatakan beriman di antara kamu sehingga kamu menyayangi
saudaranya seperti kamu menyayangi dirimu sendiri".
e. Tertanamnya pada jiwa pendidik dan anak didik akan kebutuhan taufiq dan
hidayah Allah Swt. Kenyataan ini terutama digambarkan pada Alquran
Surah Al-Fatihah.3
Diantara solusi atau cara dalam menerapkan Demokrasi Pendidikan Islam yaitu
3
Hasbullah, Dasar-dasar…hal
6
mendayagunakan potensi masyarakat, dan daerah [otonomi daerah] dalam
rangka penyelenggaran pendidikan Islam yang berkualitas.4
4
Siti Romlah, Demokrasi Pendidikan Islam, Jurnal Studi Islam, Vol 13, No 2, Desember 2018, hal 5