Anda di halaman 1dari 8

Kode / Nama Mata Kuliah :PDGK.

4306/Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan


Semester : 1 (SATU)
SKS : 3 SKS
Nama Tutor : Dra. Marta Raule, M.Si

Tugas 1

Nama : Riska Wahyuni Demadi


Nim : 859953131

Soal :

1. Jelaskan Makna demokratis dalam pendidikan ?


2. Jelaskan makna pendidikan berbasis bermasyarakat?
3. Apa, dan bagaimana implementasi PBK itu?

Jawaban :

1. Demokrasi pendidikan adalah suatu pandangan yang mengutamakan


persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan tenaga pendidik yang sama dan
adil kepada semua siswanya tanpa membeda-bedakan dalam segala aspek
dalam kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Demokrasi pendidikan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
individu dalam bidang pendidikan tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras,
dan juga status sosial sehingga individu memiliki kesempatan untuk
mengutarakan pendapatnya, mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui
pendidikan. Namun pada kenyataannya, metode pendidikan dalam
pembelajaran masih banyak disparitas atau jarak dalam pendidikan. Yang
mana antara si kaya dan si miskin mendapat perlakuan yang berbeda dalam
pembelajaran, si pintar serta yang kurang pintar masih ada perlakuan yang
berbeda ketika di dalam kelas. Tak terkecuali dalam pembelajaran siswa
sekolah dasar, dimana masih banyak pembedaan perlakuan tenaga pendidik
terhadap siswa yang pintar dan kurang pintar dan siswa kaya dengan yang
kurang mampu, sehingga masih banyak siswa yang keberadaanya seakan tidak
terlalu mencolok dalam kelas. Selain itu, demokrasi pendidikan juga
mengharapkan siswa aktif dan bisa dengan bebas menyampaikan pendapatnya
dalam pembelajaran dan tidak hanya sebagai objek pembelajaran dari guru
yang hanya pasif menerima ilmu tanpa ada tukar pendapat atau diskusi dalam
pembelajaran. Untuk itu, peneliti tertarik untuk mengetahui penerapan
demokrasi pendidikan dalam pembelajaran siswa sekolah dasar. Penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi penerapan demokrasi
pendidkan dalam pembelajaran siswa sekolah dasar. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai penambah pengetahuan tentang
penerapan demokrasi pendidikan dalam pembelajaran siswa sekolah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan pengertian demokrasi
sebagai bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta
memerintah dengan perantaraan wakilnya. Menurut KBBI, demokrasi juga
merujuk pada gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Dapat disimpulkan bahwa demokrasi merupakan perlakuan adil dan sama
terhadap orang tanpa membeda-bedakan status, ras, golongan, agama, maupun
yang lainnya. Demokrasi bukan hanya diterapkan dalam kehidupan bernegara,
berpolitik tetapi juga dalam bidang pendidikan. Penerapan demokrasi sangat
diperlukan supaya semua siswa memiliki kesempatan yang adil dan sama.
Demokrasi pendidikan dimaknai sebagai pendidikan yang bertumpu pada nilai-
nilai demokratis.
Pendidikan demokratis adalah pembelajaran yang dibangun untuk
mewujudkan lingkungan yang kritis dan aman, menghidupkan dialog, dan
keikusertaan seluruh pihak. disimpulkan bahwa demokrasi pendidikan adalah
pendidikan yang menerapkan nilai nilai demokrasi yaitu pendidikan dimana
didalamnya terdapat proses pembelajaran yang tidak membeda-bedakan siswa
baik secara status sosial, suku, agama, ras, maupun membedakan siswa dari
aspek yang lainnya. Demokrasi pendidikan diwujudkan dalam pembelajaran
disekolah yang demokratis yaitu dengan melibatkan semua pihak seperti guru,
murid, maupun pihak lain yang terlibat dalam pendidikan. Pembelajaran
demokrasi dicirikan dengan adanya kelas yang demokratis juga dimana setiap
individu bisa mengembangkan diri dengan nyaman dan aman serta merasa
diterima oleh teman nya yang lain. Kelas yang demokrasi dapat diwujudkan
dengan adanya kurikulum demokratis juga yang mana setiap siswa memberi
peluang terbuka terhadap perbedaan pendapat teman yang lain dan juga ada
diskusi antara guru dan siswa. Dalam demokrasi pendidikan siswa diharapkan
bisa bebas mengutarakan pendapat tanpa ada rasa tidak dihargai dan
mendapatkan perlakuan yang adil dalam pembelajaran. Salah satu konsep
demokrasi Pendidikan adalah mampu memperlakukan siswa secara adil dan
tetap memahami ekunikan dari masing-masing siswa. Demokrasi pendidikan
menekankan bahwa setiap siswa berhak menerima pendidikan yang baik tanpa
ada disparitas. Dalam demokrasi Pendidikan, kegiatan pembelajaran tidak
hanya menekankan guru sebagai satu-satunya pusat ilmu, namun harus saling
berbagi dan terbuka dengan memberi kesempatan siswa untuk bertanya,
menjawab, menyampaikan pendapat, dan memberikan sanggahan. Demokrasi
pendidikan merupakan pengajaran pendidikan dimana setiap individu atau
siswa berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang sama dan adil
tanpa adanya kondisi diskriminatif baik anak yang berasal dari keluarga kaya
maupun miskin berhak mendapatkan pengajaran yang sama dalam pendidikan.
Setiap peserta didik yang melakukan pembelajaran memiliki derajat yang sama
karena penyelangaraan pendidikan dilakukan dalam suatu ruangan untuk
mendapatkan pendidikan dan pengetahuan. Pendidik harus mengajar anak yang
mampu dan tidak mampu dengan bersama atas dasar penyediaan kesempatan
yang sama bagi setiap peserta didik.
Dalam demokrasi pendidikan murid diberikan kesempatan untuk mengeksplor
kemampuannya. Dalam proses pembelajaran yang demokratis, pendidik atau
guru berperan sebagai fasilitator yaitu pendidik harus memberi kesempatan
bagi siswa untuk menemukan sendiri makna informasi yang diterimanya.
Selain itu, pendidik juga berperan sebagai dinamisator dimana pendidik harus
berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang terdapat dialog dan
berorientasi pada proses. Pendidik juga berperan sebagai mediator yang
memberi rambu-rambu atau arahan bagi peserta didik dan juga berperan
sebagai motivator yang memberi dorongan agar siswa selalu bersemangat
mencari ilmu.
Demokrasi pendidikan merupakan proses pendidikan yang menerapkan nilai-
nilai demokrasi yang didalamnya. Pembelajaran dilakukan secara adil tanpa
ada disparsitas antara satu dengan yang lainnya, sehingga setiap individu
memiliki kesempatan yang sama dalam proses pendidikan dan siswa tidak
hanya menjadi objek semata dalam proses pendidikan tetapi ada interaksi
antara siswa dengan pendidik dalam hal menyanggah, memberi tanggapan,
bertanya, ataupun yang lainnya. Penerapan demokrasi pendidikan dalam
pembelajaran siswa sekolah dasar masih sangat sedikit penerapannya karena
kebanyakan pembelajaran dalam sekolah dasar siswa dijadikan sebagai objek
pembelajaran yang menerima dan mendengarkan materi dari pendidik. Namun
ketika ada pembaharuan kurikulum tepatnya Kurikulum 2013, demokrasi
pendidikan mulai banyak diterapkan dalam pembelajaran karena siswa dituntut
aktif juga dalam pembelajaran seperti menyampaikan pendapat, menjawab
ataupun yang lainnya.
Makna Demokratis dalam pendidikan yaitu proses pengambilan keputusan
pendidikan melibatkan semua tingkatan secara maksimal, dan upaya yang
harus dilakukan dalam rangka demokratis pendidikan adalah :
1. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
2. Pendidikan untuk semua orang
3. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan
4. Pengakuan hak hak masyarakat termasuk hak pendidikan
5. Kerja sama dengan dunia dan industry.

BMP PDGK4306 MODUL 03, 3.1 KB 3.5 UNIVERSITAS TERBUKA.

https://m.mediaindonesia.com/opini/170950/demokrasi-pendidikan-
danpendidikan-demokrasi.diakses tanggal 25 November 2021.

2. Pendidikan berbasis masyarakat menurut Sihombing (dalam Jalal dan Supriadi,


2001:186) merupakan pendidikan yang dirancang, dilaksanakan, dinilai dan
dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha menjawab
tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu dengan
berorientasi pada masa depan. Dengan kata lain, pendidikan berbasis
masyarakat adalah konsep pendidikan “dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat”. Dengan ini Sihombing menegaskan bahwa yang menjadi
acuan dalam memahami pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan
luar sekolah, karena pendidikan luar sekolah itu bertumpu pada masyarakat,
bukan pada pemerintah. Ia dapat mengambil bentuk Pusat Kegiatan Belajar-
Mengajar (PKBM) yang tumbuh subur dan masyarakat berlomba-lomba untuk
mendirikannaya. Di seluruh Indonesia hingga tahun 2000-an terdapat sekitar
760 PKBM. Hal senada juga diungkapkan oleh Supriadi (2000: 365-368) yang
mengkaji fenomena TKA/TPA yang muncul di Indonesia semenjak 1980-an. Ia
menyebutkan bahwa pendidikan berbasis masyarakat merupakan proses
pendidikan yang lahir dari kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya ia tak perlu
dikekang oleh aturan-aturan formal dari pemerintah. Dari sini, fenomena
TKA/TPA kiranya dapat dijadikan model alternasi bagi pengembangan
pendidikan berbasis masyarakat, terutama dari segi keterlepasannya dari
birokrasi pemerintah. Ia senantiasa terwujud sebagai bukti dari akomodasi
kehendak masyarakat untuk membelajarkan anak-anaknya. Pendidikan
berbasis masyarakat sesungguhnya bukan hanya dapat dilaksanakan melalui
jalur pendidikan luar sekolah (nonformal), sebagaimana diungkapkan
Sihombing dan Supriadi di atas. UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1)
menyebutkan bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.
Oleh karena itu, pendidikan berbasis masyarakat dapat juga mengambil jalur
formal, nonformal dan informal. Dalam kaitan ini, Gilbraith menyebutkan: “the
concepts of communitybased education and lifelong learning, when merged,
utilizes formal, nonformal, and informal educational processes”. Pendidikan
berbasis masyarakat dengan proses formal biasanya merupakan pendidikan
yang diselenggarakan oleh organisasi birokrasi formal semisal sekolah atau
universitas. Pendidikan berbasis masyarakat dengan proses nonformal dapat
mengambil bentuk pendidikan di luar kerangka sistem formal yang
menyediakan jenis pelajaran terpilih, seperti di perpustakaan atau museum.
Adapun pendidikan berbasis masyarakat dengan proses informal merupakan
pendidikan yang diperoleh individu melalui Konsep Dasar Pendidikan
Berbasis Masyarakat teraksinya dengan orang lain di tempat kerja, dengan
keluraga, atau dengan teman.
Ada beberapa perspektif yang mencoba mencari landasan konseptual bagi
pendidikan berbasis masyarakat. Perspektif historis melihat pendidikan berbasis
masyarakat sebagai sebuah perkembangan lanjut dari pendidikan berbasis sekolah.
Perspektif ini dikemukakan oleh Surakhmad (2000:20) yang menyatakan bahwa
pendidikan berbasis masyarakat merupakan perkembangan lebih lanjut dari
pendidikan berbasis sekolah. Dalam pandangannya, “konsep pengelolaan
pendidikan berbasis sekolah (PBS) adalah konsep yang sangat mungkin perlu kita
dahulukan sebagai titik tumbuh konsep pendidikan berbasis masyarakat’’, analisis
historis selalu menelurkan dua unsur pokok, yaitu periodisasi dan rekonstruksi
proses asal-usul (origin), perubahan (change) dan perkembangan (development).
Unsur yang ditekankan Surakhmad dalam analisisnya tentang pendidikan berbasis
masyarakat ini adalah masalah perkembangannya, yaitu sebuah perkembangan
yang muncul kemudian setelah lahirnya pendidikan berbasis sekolah. Dengan
perspektif itu Surakhmad selanjutnya menegaskan bahwa yang dimaksud
pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang dengan sadar menjadikan
masyarakat sebagai persemaian dasar perkembangan. Konsep pendidikan berbasis
masyarakat merupakan usaha peningkatan rasa kesadaran, kepedulian,
kepemilikan, keterlibatan, dan tanggung jawab masyarakat. Selanjutnya
Surakhmad menawarkan 6 kondisi yang dapat menentukan terlaksananya konsep
pendidikan berbasis masyarakat.
1) Masyarakat sendiri memiliki kepedulian dan kepekaan mengenai pendidikan.
2) Masyarakat sendiri telah menyadari pentingnya pendidikan bagi kemajuan
masyarakat.
3) Masyarakat sendiri telah merasa memiliki pendidikan sebagai potensi
kemajauan mereka.
4) Masyarakat sendiri telah mampu menentukan tujuan-tujuan pendidikan yang
relevan bagi mereka.
5) Masyarakat sendiri telah aktif berpartisipasi di dalam penyelenggaraan
pendidikan.
6) Masyarakat sendiri yang menjadi pendukung pembiayaan dan pengadaan sarana
pendidikan.
Kalau pendidikan masyarakat diartikan sebagai proses pendidikan untuk
membangun potensi dan partisipasi masyarakat di dalam upaya proses
pengambilan keputusan secara lokal, maka pendidikan berbasis masyarakat
merupakan respon dari ketidakmampuan negara dalam melayani penduduknya
untuk menyelesaikan berbagai aktivitas pembangunan, baik dalam bidang
ekonomi, rehabilitasi perumahan, pelayanan kesehatan, latihan kerja,
pemberantasan buta huruf, dan maupun bidang pendidikan. Premis yang
digunakan dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah bahwa pendidikan itu
tidak dapat dipisahkan dari kultur dan masyarakat tempat pendidikan itu terjadi.
pendidikan berbasis masyarakat merupakan pendidikan yang sebagian besar
keputusan kependidikannya ditentukan oleh masyarakat, mulai dari masalah input,
proses dan output pendidikan, hingga masalah pendanaan. Sebuah model yang
dapat dijadikan contoh bagi pendidikan berbasis masyarakat adalah lembaga
pesantren yang memiliki kurikulum sendiri, mengusahakan pendanaan sendiri dan
melayani kebutuhan masyarakatnya sendiri. Pendidikan berbasis masyarakat
merupakan perjuangan politik menuju transformasi sosial. Pendidikan berbasis
masyarakat merupakan bagian dari agenda pedagogik kritis yang senantisa
berupaya membebaskan pendidikan dari belenggu kekuasaan. Manakala
pendidikan telah terbebas dari dominasi dan hegemoni kekuasaan, itu berarti
demokratisasi pendidikan dapat diwujudkan.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada berbagai satuan
pendidikan di masyarakat adalah pendagogi dan andragogi. Pendagogi diartikan
sebagai seni dan ilmu pendidikan anak, dan Andragogo diartikan sebagai seni dan
ilmu dalam membantu peserta didik untuk belajar. Dalam kegiatan pembelajaran
pada berbagai satua pendidikan di masyarakat dapat menggunakan pendekatan
pedagogi dan andragogi.

BMP PDGK4306 MODUL 04, 4.1 KB 2, 4.13 UNIVERSITAS TERBUKA.

https://media.neliti.com/media/publications/87599-ID-konsep-dasar-pendidikan-berbasis-
masyara.
3. Pendidikan berwawasan kemasyarakatan adalah suatu proses pendidikan
yang diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan segala potensi
yang ada di lingkungan masyarakat. Hal inilah yang melandasi adanya otonomi
pendidikan yang diwujudkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan atau
dikenal dengan KTSP. Sehingga setiap satuan pendidikan dapat menyusun
kurikulum khusus yang menyesuaikan dengan potensi yang ada di dalam
lingkungan masyarakat sekitar satuan pendidikan tersebut. Salah satu contoh
implementasi pendidikan berwawasan kemasyarakatan adalah mata
pelajaran atau kegiatan khusus yang bersifat intrakurikuler atau ekstrakurikuler
yang berbasis kemasyarakatan seperti bahasa daerah, atau ilmu kelautan bagi
masyarakat pesisir pantai, ilmu pertanian bagi masyarakat pegunungan, dan
lain sebagainya.
Pendidikan berwawasan kemasyarakatan dikenal pula dengan istilah pendidikan
berbasis masyarakat. Pendidikan berwawasan kemasyarakatan berupaya untuk dapat
memaksimalkan segala potensi dan sumber daya yang ada di dalam masyarakat agar
mereka dapat mengaktualisasikan diri secara mandiri. Prinsip pendidikan berwawasan
kemasyarakatan beranjak dari pemahaman bahwa masyarakat memiliki hak untuk dapat
menentukan nasibnya sendiri. Prinsip-prinsip pendidikan berwawasan
kemayarakatan menurut Galbraith yang dikutip oleh Hatimah (2007: 30) antara lain
sebagai berikut:

1. Self determination artinya penentuan oleh diri sendiri.


2. Self help artinya membantu diri sendiri.
3. Leadership development artinya pengembangan kepemimpinan.
4. Localization artinya lokalisasi.
5. Intergrated delivery of services artinya layanan penyampaian terintegrasi.
6. Accept diversity artinya penerimaan perbedaan.
7. Longlife learning artinya pembejaran sepanjang waktu.

https://brainly.co.id/18637573

Anda mungkin juga menyukai