Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ELPSA (EXPERIENCES,

LANGUAGE, PICTURE, SYMBOLS, APPLICATION) TERHADAP


PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG

Disusun Oleh:
Muhammad Sifa Lutfhian
11150170000036
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
A. Judul ....................................................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah ......................................................................................1
C. Rumusan Masalah ...............................................................................................3
D. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
E. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................................4
F. Kajian Teori .........................................................................................................7
1. Pemahaman Konsep Bangun Ruang ...............................................................7
a. Pengertian Pemahaman Konsep .................................................................7
b. Indikator Pemahaman Konsep ...................................................................8
c. Pemahaman Konsep Bangun Ruang ........................................................10
2. Model ELPSA (Experiences, Language, Pictures, Symbols, Application) ...10
3. Pembelajaran Konvensional ..........................................................................13
4. Kerangka Berpikir .........................................................................................13
G. Metodologi Penelitian .......................................................................................14
H. Rencana Pembahasan ........................................................................................16
I. Zaman sekarang
DAFTAR PUSTAKA

i
ii
1

A. Judul
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ELPSA (EXPERIENCES,
LANGUAGE, PICTURE, SYMBOLS, APPLICATION) TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG

B. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis
untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk
mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih
baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan
batin), baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar anak
didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak serta
percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab daxlam setiap tindakan dan perilaku
sehari-hari.1 Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal kelas masih berfokus
pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Salah satu alternatif yang menurut
penulis dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan guru
yang mengerti tentang hakikat pemahaman dan konsep dalam pembelajaran.
Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap
arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah
seberapa besar peserta didik mampu menerima, menyerap, dan memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, atau sejauh mana peserta
didik dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami,
atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia
lakukan. Sedangkan konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran,
suatu pemikiran, atau suatu pengertian. Jadi, konsep ini merupakan sesuatu yang
telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau
suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut telah
memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu konsep tentang sesuatu.

1
Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012). Cet.1 h.14.
2

Setelah memahami hakikatnya, kemudian guru menerapkan pemahaman


konsep tersebut dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak hanya difokuskan
pada metode menghafal saja. Guru dapat melakukan penelitian atau eksperimen
untuk dapat menentukan metode dan model pembelajaran apa yang cocok
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam
tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. 2 Mata pelajaran matematika pada
satuan pendidikan SMP/MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Bilangan,
Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Statistika dan Peluang. Salah satu pokok
bahasan pada aspek geometri taitu bangun ruang. Pokok bahasan bangun ruang
diberikan di tingkat SMP pada Kelas VIII pemahaman konsep bangun ruang dalam
pemecahannya. Dengan menguasai konsep bangun ruang, siswa akan memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupannya sehari-hari terutama masalah yang
berkaitan dalam bidang geometri. Berdasarkan hasih tes uji coba pemahaman
konsep bangun ruang dalam satu kelas di MTs Al-Ihsan Pamulang diperoleh nilai
rata-rata sebesar 37,35. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep bangun
ruang siswa belum maksimal.
Penulis memilih solusi yang diyakini mampu untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep bangun ruang peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran matematika, salah satunya
adalah model pembelajaran ELPSA (Experiensfces, Langunage, Pictoree, Symbols,
Application). ELPSA dikembangkan oleh tim Ripp (Research Institute for
Professional Practice, Learning & Education) yang diketuai oleh Tom Lowrie dari
Charles Australia. ELPSA merupakan hasil dari anaflisis data video Trend in
International Mathematics and Science Study (TISS). Model ELPSA ini
dikembangkan berdasarkan pada teori-teori pembelajaran konstruktivisme dan
sifatnya sosial. Model ini memandang bahwa pembelahamn dan pemjaran sebagai

2
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika.
(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2014), Cet. 2, h. 48.
3

suatu proses aktif dimana para peserta didik mengkonstruksi sendiri caranya dalam
memahami sesuatu melalui proses pemikiran individu dan interaksi sosial dengan
orang lain. Dalam proses pembelajaran matematika, khususnya dalam pemahaman
konsep bangun ruang, baik guru emak bapak engkong nenek babemaupun peserta
didik bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu, penulis memilih model pembelajaran ELPSA sebagai variabel
penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memilih untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran ELPSA (Experiences,
Language, Picture, Symbols, Application) Terhadap Pemahaman Konsep
Bangun Ruang”.

C. Rumusan Masalah hidup


Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah-masalah yang berkaitan
dengan apa yang akan dikaji lebih lanjut sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman konsep bangun ruang peserta didik yang diajarkan
dengan model ELPSA (Experiences, Language, Picture, Symbols,
Application)?
2. Bagaimana pemahaman konsep yang harus bangun ruang peserta didik yang
diajarkan dengan pendekatan konvensional?
3. Adakah pengaruh model ELPSA (Experiences, Language, Picture,
Symbols, Application) terhadap pemahaman konsep transformasi peserta
didik?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalh sebagai berikut:
1. Menganalisis pemahaman konsep bangun ruang peserta didik yang
diterapkan model ELPSA (Experiences, Language, Picture, Symbols,
Application)
2. Menganalisis pemahaman konsep bangun ruang peserta didik yang
diterapkan pendekatan konvensional
4

3. Menganalisis perbandingan pemahaman konsep bangun ruang antara


peserta didik yang diajar dengan menggunakan model ELPSA
(Experiences, Language, Picture, Symbols, Application) dengan
menggunakan pendekatan konvensional

E. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Nahla Malika dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbol,
Application) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa.” pada
tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh antara kemampuan representasi matematis peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran ELPSA (Experience, Language,
Pictorial, Symbol, Application). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah quasi eksperimen. Hasil dari penelitian ini menunjukan penerapan
model pembelajaran ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbol,
Application) memberikan hidup yang lebih bermanfaat dari sesuatu yg kita
tingkatkan dan mendapat model yang terlalu vulgar untuk dilihat sehingga
pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematika peserta didik. Adapun persamaan penelitian ini dengan
penelitian Nahla Malika adalah menggunakan model pembelajaran yang
sama yaitu model pembelajaran ELPSA, sedangkan perbedaannya terletak
pada kemampuan yang diteliti yaitu dalam penelitian ini terhadap
kemampuan pemahaman konsep bangun ruang sedangkan penelitian Nahla
Malika terhadap kemampuan representasi matematis.3
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sumiyati dengan judul “Pengaruh
Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika” pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kemampuan pemahaman

3
Nahla Malika, Pengaruh Model Pembelajaran ELPSA (Experience, Language, Pictorial,
Symbol, Application) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa, (Tangerang Selatan:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).
5

konsep matematika peserta didik dengan menggunakan pendekatan


Concrete Pictorial Abstract (CPA). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Hasil dari penelitian ini menunjukan
penerapan pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) memberikan
pengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematika peserta didik. Adapun persatuan dan kesatuan penelitian ini
dengan penelitian Sumiyati adalah kemampuan yang diukur sama yaitu
pemahaman konsep, sedangkan perbedaannya terletak pada model
pembelajaran yang digunakan peneliti.4
3. Penelitian yang dilakukan oleh Fara Rahmawaty dengan judul “Pengaruh
Pendekatan Pemecahan Masalah Teknik Analogi Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika” pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kemampuan pemahaman
konsep matematika peserta didik dengan menggunakan pendekatan
Pemecahan Masalah Teknik Analogi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Hasil dari penelitian ini menunjukan
penerapan pendekatan Pemecahan kaca mobil dengan Teknik Analogi
memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematika peserta didik. Adapun persjanjian
penelitian ini dengan penelitian Fara Rahmawaty adalah kemampuan saiyan
yang diukur sama yaitu pemahaman konsep serta materi yang dipakai tidak
semua nya sama yaitu bangun ruang sisi datar, sedangkan perbedaan
terletak pada model pembelajaran yang digunakan peneliti yaitu memakai
boraks.5
4. Penelitian yang dilakukan oleh E Gradini dan F Bahri, STAIN Gajah Putih,
yang dipublikasikan pada 2018 yang berjudul “Developing mathematics
teaching tool using ELPSA”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
validitas, kepraktisan, dan efektivitas alat-alat fitners pengajaran dirancang

4
Sumiyati, Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) Terhadap Pemahaman Konsep
Matematika, (Tangerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).
5
Fara Rahmawaty, Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah Teknik Analogi Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika, (Tangerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).
6

untuk mengatasi pemahaman matematika peserta didik di kelas. Penelitian


ini menunjukkan bahwa siswa dapat memahami proses pembelajaran secara
efektif. Penelitian ini menitikberatkan pada pengalaman dan penyelesaian
masalah. Dengan pengalaman proses belajar, siswa melakukan interaksi
satu sama lain dan mengembangkan pemahaman mereka. Temuan ini
mendukung teori menyatakan yang bahwa dengan pengalaman siswa belajar
berpartisipasi dan mengembangkan ide belajar matematika mereka. Siswa
mampu memecahkan masalah yang diberikan secara akurat ketika masalah
itu rutin dan terbiasa berpengalaman pula ketika menghadapi masalah non-
rutin. Tidak seperti penelitian lain yang dilakukan pada ELPSA, dalam
penelitian ini ditemukan bahwa menerapkan konsep baru pada situasi
kehidupan sehari-hari masih menantang bagi sebagian siswa. Alat
pengajaran itu valid dan efektif diimplementasikan dalam pembelajaran
matematika di kelas. Efektivitas alat pengajaran berdasarkan pada (1)
kemampuan guru dalam mengelola belajar dengan baik, (2) aktivitas siswa
yang berlangsung aktif selama zaman batu dari proses pembelajaran, dan
(3) tanggapan positif siswa terhadap pembelajaran. Oleh karena itu,
disarankan menggunakan alat pengajaran matematika yang dikembangkan
dalam proses pembelajaran.6

F. Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep Bangun Ruang
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman berasal dari kata paham. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, paham berarti selalu mengerti benar dengan tepat cepat dan luwes.
Pemahaman juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris understanding
yang diartikan penyerapan artinya adalahj jika suatu materi bahan makanan
yang dipelajari harus dipahami dengan baik. Menurut Dede Rosyada,

6
E.Gradini, F.Bahri, Developing Mathematics Teaching Tool Using ELPSA. Journal of
Physics. (Conference Series 1088: Indonesia, 2018)
7

pemahaman adalah Comprehension, yaitu kemampuan untuk memahami hal


yang tidak biasa untuk kita tidak mengerti seharusnya apa yang sedang
dikomunikasikan dan mampu mengkonsolidasi seseorang dalam
mengiplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga
tanpa harus melihat ide itu secara mendalam.7 Sedangkan menurut Oemar
Hamalik pemahaman adalah abilitet (kemampuan) untuk menguasai
pengertian. Pemahaman tingkat tinggi harus segera diberantas agar tidak selalu
ada yang bias menggauli dia ya tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke
bentuk lainnya, penafsiran, dan memperkirakan. Contoh memahami fakta dan
prinsip, menafsirkan bahan lisan, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan
verbal ke rumus matematika.
Sedangkan konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan
objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum. Oemar Hamalik
juga menyatakan konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang
memiliki ciri-ciri umum. Menurut Rosser (dalam Syaiful) menyatakan bahwa
konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-
kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut
yang sama. Atribut disini dapat diartikan sebagai sifat atau ciri-ciri yang sama.
Sejalan dengan pendapat tersebut, abdul munjib humairah berpendapat bahwa
sakit hati selalu menusuk
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali
ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada
orang lain sehingga orang tersebut benar-benar mengerti apa yang
disampaikan.
b. Indikator Pemahaman Konsep
Tingkat kesukaan kamu:
1 syafika
2. dahlia

7
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 2, h. 67.
8

3. tyas
4, ckckckck
Tingkat pemahaman menurut Polyadi:
1. Apapun itu harus dilakukan untuk yang maha kuasa
2. jika kalian tidak bias kosa gkan saja
3 jagalah ginjal agar tidak sehat selalu selamat sentosa
4. selamat ulang tahun kepada pada jomblowers
5. Jika suasuatu hal itu penting jangan dikerjakan Mengaplikasikan konsep
atau algoritma pada pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian mengenai indikator pemahaman konsep, dalam
penelitian ini peneliti tidak suka cowok lalu memilih beberapa indikator
menurut Depdiknas yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, menggunakan dan
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan
konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
c. Pemahaman Konsep Bangun Ruang
Bangun Ruang adalah sebuah bangun tiga dimensi yang mempunyai ruang/
isi serta sisi-sisi yang membatasinya. Secara garis besar, bangun ruang dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu bangun ruang sisi datar dan bangun ruang
sisi lengkung. Materi bangun ruang yang digunakan penelitian ini adalah
bangun ruang sisi datar pada siswa SMP/MTs kelas VIII.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep bangun ruang adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa dalam
memahami definisi, ciri khusus, inti/isi dari materi bangun ruang dan
kemampuan dalam memilih syafika sebagai calon istri dan dahlia mega
mayrisa sebagai calon selingkuhan, serta menggunakan prosedur secara luwes,
akurat efisien dan tepat dalam menyelesaikan soal cinta itu luar biasa tentang
bangun ruang, yaitu dengan mampu menyatakan ulang sebuah konsep bangun
ruang, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu dalam menyelesaikan soal tentang lingkaran, serta mampu
mengaplikasikan konsep bangun ruang atau algoritma pada pemecahan
masalah.
9

2. Model ELPSA (Experiences, Language, Pictures, Symbols, Application)


a. Model ELPSA dikembangkan berdasarkan pada teori-teori pembelajaran
konstruktivisme dan sifatnya sosial. Model ini memandang bahwa pembelajaran
sebagai suatu proses aktif dimana para peserta didik mengkonstruksi sendiri
caranya dalam memahami sesuatu melalui proses pemikiran individu dan
interaksi Model ELPSA merupakan suatu pendekatan perancangan
pembelajaran yang sifatnya bersiklus. Rancangan ini menyajikan ide-
Experience (E) = Pengalaman. Experiene (pengalaman) adalah dasar untuk
pengenalan peluang pembelajaran baru. Pembelajaran pada fase ini terjadi
melalui partisipasi dan mendorong keterlibatan dan interaksi tingkat
tinggi. Pengalaman (experience) dalam ELPSA merupakan kegiatan
pembelajaran yang mengeksplisitkan sesuatu agar tidak mudah goyah
perasaan kita terhadap hati orang lain atau memunculkan pengalaman
terdahulu yang dimiliki peserta didik dan menghubungkannya dengan
pengetahuan dan pengalaman baru yang akan diperolehnya (dipelajari).
b. Language (L) = Bahasa. Language (Bahasa). Bahasa penting untuk
menghubungkan pengalaman peserta didik dengan terminologi
matematika untuk mengembangkan pemahaman peserta didik. Budaya
dan bahasa sehari-hari diyakini mempengaruhi persepsi dan pemahaman
peserta didik. ELPSA percaya bahwa bahasa itu penting bagi guru dan
peserta didik. Menjelaskan konsep matematika dengan bahasa peserta
didik membantu peserta didik untuk memperjelas dan memperkuat
pemahaman mereka. Menurut 4) bahasa (language) merupakan kegiatan
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan bahasa matematika
tertentu agar dimaknai oleh pembelajar.
c. Pictures (P) = Gambar. Gambar membantu peserta didik untuk
membangun pemahaman abstrak. Komponenen mau dong ini dibangun
menggunakan representasi visual untuk mewakili ide matematika. Gambar
digunakan untuk mengembangkan pemahaman dan stimulus peserta didik
untuk menyelesaikan tugas matematika sebelum mereka yang tselalu
menggunakan simbol untuk mewakilkan seseorang akan konsep abstrak.
10

upakan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman mengenal


konsep matematika dalam bentuk gambar yang membuat kita nyaman
selalu disaat kita sedang sulit
d. .
e. Symbols (S) = Simbol. Komponen ini melibatkan kapasitas peserta didik
untuk menunjukan, menyusui ayahnya, dan memanipulasi informasi
analitik. Simbol paling baik digunakan ketika peserta didik memahami
konsep tertentu dan diperlukan bagi peserta didik untuk berlatih
menggunakan operasi simbolik. Dalam instruksi matematika umum,
simbol sering digunakan di tingkat pertama sebelum peserta didik mampu
melakukan pemahaman konsep. Peserta didik yang beriman ditempatkan
pada tingkat pemecahan masalah sebelum mereka mengerti pemahaman
konsep dan konten. Dapat disimpulkan bahwa jika x=0, k=2 maka w=1
jika simbol diperkenalkan pada fase awal, peserta didik cenderung
menggunakannya secara tidak tepat. (symbols) merupakan kegiatan akan
selalu mengerti keadaan saat sedang sakit hati jika seseorang love in love
for someone yang selalu mengerti arti cinta pembelajaran yang dapat
mengubah pikiran seseorang atau melakukan transisidari representasi
gambar ke representasi symbol.
f. Aplication (A) = Aplikasi Pengetahuan. Pada fase ini, peserta didik
menerapkan ide matematika pada situasi yang dipertimbangkan untuk
meningkatkan pemahaman matematika peserta didik. Ini adalah masalah
terbesar dari pengajaran matematika di Indonesia, di mana peserta didik
percaya bahwa matematika tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari
mereka.. Meskipun kegiatan pemecahan masalah sulit untuk diselesaikan
oleh peserta didik, mereka tidak terhubung dengan pengalaman kehidupan
nyata. Komponen aplikasi juga menyediakan peluang untuk peserta didik
untuk melihat bagaimana matematika dapat digunakan di dalam dan di luar
konteks sekolah. Menuru (2014), aplikasi (application) merupakan
kegiatan pembelajaran yang berusaha untuk selalu memahamio isi hati
kamu memahami signifikansi proses belajar dengan mengaplikasikan
11

pengetahuan baru dalam memecahkan masalah dalam konteks yang


bermakna.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang
biasa digunakan oleh guru di kelas sesuai dengan kurikulum yang dipakai
oleh sekolah tersebut dan juha pembelajaran akan menyenangkan bila kita
buat meriah yang masihntradisional
. Beberapa metode yang selalu membuat ku bahasgiayang digunakan
dalam pendekatan konvensional antara lain, metode ceramah, metode
diskusi, metode drill/ latihan soal, metode ekspositori, pendekatan scientific,
metode tanya jawab, dan lain-lain. Pada saat ini sekolah-sekolah di
Indonesia sudah menggunakan kurikulum 203. Pada kurikulum 203 sudah
menggunakan pendekatan scientific. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
dan kebudayaan Republik Indonesia No. 8190929A tahun 2013, langkah-
langkah pendekatan scientific yaitu:
a. Mengamati (LOOKINGfor ) just looking doiyt
b. Menanya( question)
c. Mengumpulkan informasi/eksperimen ( KEEP up)
d. Mengasosiasi/mengolah informasi (STEP up)
e. Mengkomunikasikan.( CALLING CALLING)

4. Kerangka Berpikir
Keterkaitan antara pemahaman konsep bangun ruang dengan model
pembelajaran ELPSA rabu film yang selalu membara (Experiences, Language,
Picture, Symbols, Application) secara jelas, dapat disajikan melalui gambar
berikut ini.

Masalah Penelitian:
Kemampuan pemahaman konsep bangun ruang
peserta didik masih rendah.

Model ELPSA (Experiences,


Indikator Pemahaman
Language, Picture, Symbols and
Application) Konsep
12

Experiences (Pengalaman) Menyatakan ulang sebuah konsep

Language (Bahasa)
Menggunakan dan memanfaatkan
serta memilih prosedur atau
Picture (Gambar) operasi tertentu

Symbols (Simbol) Mengaplikasikan konsep atau


algoritma pada pemecahan
Application (Aplikasi masalah.
Pengetahuan)

Terdapat Pengaruh

G. Metodologi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik dari kelas VIII
SMP/MTs, karena materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
materi bangun ruang sisi datar kelas VIII .Sampel penelitian ini diambil dua
kelompok dengan pengambilan sampel akan menggunakan teknik cluster
random sampling dimana akan mengambi apa yang seharusnyal secara acak
dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Peneliti akan menguji pengaruh
model pembelajaran ELPSA terhadap pemahaman konsep bangun ruang siswa,
dimana penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajarkan
13

dengan pembelajaran ELPSA sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok


yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional dan tradisinal.
Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized posttest-only
control group design yaitu desain yang hanya menggunakan post-test sebagai
pengukurannya dan menggunakan kelas kontrol sebagai kelas pembanding.
Desain penelitian ini sebagai berikut.
Tabel
Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
Eksperimen X O
Kontrol C O

Keterangan:
X: Perlakuan yang diberikan dikelas eksperimen yaitu model pembelajaran
ELPSA
C: Perlakuan yang diberikan dikelas kontrol yaitu pembelajaran konvensional
O: Hasil Post-Test
Pemberian tes kemampuan pemahaman konsep bangun ruang siswa
dilaksanakan setelah dilakukan proses pembelajaran pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perlakuan khusus diberikan pada kelas eksperimen yaitu
menggunakan model pembelajaran ELPSA dan pada kelompok kontrol
diberikan pembelajaran konvensional kemudian diberi tes pemahaman konsep
bangun ruang untuk dianalisis nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes
yang berbentuk uraian. Tes akan diberikan kepada peserta didik di akhir setelah
pemberian perlakuan. Tes yang diberikan memuat pokok bahasan materi
bangun ruang sisi datar. Hasil dari tes ini akan digunakan untuk mengukur
pemahaman konsep bangun ruang peserta didik dari kedua kelompok,
kelompok eksperimen dan juga kelompok kontrol. Untuk itu instrumen tes
14

yang dibuat harus memenuhi indikator pemahaman konsep bangun ruang yang
akan digunakan pada penelitian ini, antara lain: 1) menyatakan ulang sebuah
konsep, 2) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu, 3) mengaplikasikan konsep serta sesuatu atau algoritma pada
pemecahan masalah. Sebelum instrumen tes digunakan dalam penelitian ini,
instrumen tes perlu dilakukan pengujian berupa uji validitas, uji reabilitas, daya
pembeda soal dan tingkat kesukaran masing-masing soal.

H. Rencana Pembahasan
Rencana pembahasan yang dilakukan penulis adalah melakukan
pengumpulan data pada kedua kelas yang dijadikan sebagai sampel penelitian.
Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan diolah dan dianalisis. Data yang
sudah terkumpul selanjutnya digoreng dulu baru selanjutnyaakan diolah dan
dianalisis. Pengolahan dan analisis data statistik inferensial dimaksudkan untuk
menganalisis data dengan membuat generalisasi pada d jadi jikaata sampel agar
hasilnya dapat diberlakukan pada populasi.8 Analisis inferensial meliputi uji
statistic dan uji nyali harus berani weh yang hasilnya akan dibandingkan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan perangkat lunak SPSS. Analisis inferensial dapat dilakukan
dengan melakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas. Setelah melakukan dua uji tersebut data yang diperoleh
kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunkan uji t jika data
parametrik dan uji mann whitney jika non parametrik.
Uji prasyarat yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
1. Uji Normalitase
Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat untuk mengetahui apakah
data tersebut berdistribusi normal atau tidak.9 Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang didapatkan dari instrumen tes kemampuan

8
Ibid., h. 242.
9
Ibid., h. 243.
15

pemecahan masalah matematik peserta didik dari kelompok eksperimen dan


kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti
akan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnove. Dalam uji normalitas, terlebih
dahulu ditetapkan hipotesisnya yaitu:
H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normale
H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normale
Taraf siginifikan yang digunakan adalah 5% untuk menentukan hipotesis
yang diterima. Apabila Sig. > 0,05 maka H0 diterima yaitu sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal dan apabila nilai Sig. ≤ 0,05 maka H0 ditolak
yaitu sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
2. Uji Homogenitasee
Uji homogenitas dilakukan setelah uji normalitas. Uji homogenitas
merupakan salah satu uji prasyarat analisis data statistik yang dilakukan untuk
mengetahui variasi data fraksi KPK dari sampel yang dianalisis homogen atau
tidak. Dalam uji homogenitas, terlebih dahulu ditetapkan hipotesisnya:
H0: sampel nya berasal dari populasi berdistribusi homogene
H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak homogene
Taraf signifikasi yang digunakan adalah 5% untuk menentukan hipotesis
yang diterima. Apabila Sig. > 0,05 maka H0 diterima yaitu sampel berasal dari
populasi berdistribusi homogen dan apabila nilai Sig. ≤ 0,05 maka ditolak yaitu
sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah mealakukan uji prasyarat analisis, jika diperoleh hasil bahwa sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dapat
dilakukan uji hipotesis dengan uji perbandingan dua rata-rata yaitu uji-t
(Independent Sample T Test). Namun, jika diperoleh spinnya menang maka
hasil bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal dan tidak
homogenr, dapat dilakukan uji hipotesis Mann-Whitney U (Uji-U).
16

DAFTAR PUSTAKA

Gradini. E, Bahri. F, Developing Mathematics Teaching Tool Using ELPSA.


Journal of Physics. Conference Series 1088. Indonesia, 2018.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara. 2011.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014.
17

Lestari, Karunia Eka dan Yudhanegara, Mokhammad Ridwan. Penelitian


Pendidikan Matematika. Bandung. PT Refika Aditama. 2017.
Lowrie, Tom dan Patahuddin, Sitti Maesuri. ELPSA- Kerangka Kerja untuk
Merancang Pembelajaran Matematika, Jurnal Didaktik Matematika.
Vol.2. 2015.
Malika, Nahla. Pengaruh Model Pembelajaran ELPSA (Experience, Language,
Pictorial, Symbol, Application) Terhadap Kemampuan Representasi
Matematis Siswa. Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81A Tahun
2013, Tentang Implementasi Kurikulum, Lampiran IV.
Rahmawaty Fara. Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah Teknik Analogi
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika. Tangerang Selatan. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta. Kencana. 2013.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. ALFABETA. 2010.
Santrock, John W. Psikologi Pengajaran. Jakarta. Prenadamedia Group. 2015.
Sumarmo, Utari. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, mengapa, dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung. FPMIPA UPI.
2010.
Sumiyati. Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika. Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana. 2016.
Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2012.
Wardhani, Sri. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk

Anda mungkin juga menyukai