Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium kimia identik dengan bahan kimia dan juga peralata gelas.

Bahan kimia di laboratoriumdapat ditemukan sebagai zat padat dan cair,

sedangkan sebagian gas biasanya terbatas. Bahan kimia di laboratorium ini

biasanya tersedia sebagai bahan murni atau sebagai larutan, seperti NaCl (Natrium

klorida) 99,99% dan sebagainya. Pada peralatan gelas umumnya digunakan

sebagai wadah pada komponen sistem reaksi atau takaran, seperti tabung reaksi,

pipet tetes, gelas kimia dan sebagainya.1

Peralatan gelas yang digunakan dalam laboratorium kimia ini

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu peralatan gelas, peralatan non gelas dan

peralatan mekanik/elektronik. Peralatan laboratorium kimia sebagian besar terbuat

dari gelas. Gelas dipilih sebagai bahan pembuatan peralatan karena mempunyai

sifat-sifat yang menguntungkan, seperti tidak mudah bereaksi dengan bahan

kimia, tahan panas, mudah di las jika retak atau pecah dan lain-lain.2

Setiap perlakuan dan kegiatan yang dilakukan di laboratorium kimia

haruslah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana laboratorium


sangatlah senitif terhadap segala sesuatu. Perlakuan yang sering dilakukan antara

lain mereaksikan zat, memipet, mengukur volume, menyaring, menimbang dan

memanaskan.3

1
Hasnah Natsir, Penuntun Praktikum Kimia Dasar (Makassar: Universiatas Hasanuddin,
2012), h. 19.
2
Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 36-37.
3
Basset J, dkk., Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik (Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
1985), h. 97.

1
2

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan percobaan

Pengenalan alat-alat laboratorium dengan maksud mengetahui dan mempelajari

lebih jauh tentang alat-alat yang umum dipakai di laboratorium.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa nama dan kegunaan alat-alat gelas yang umum dipakai di

laboratorium?

2. Apa nama dan kegunaan alat-alat gelas untuk mereaksikan zat yang umum

dipakai di laboratorium?

3. Apa nama dan kegunaan alat-alat gelas untuk pengukuran volume yang

umum dipakai di laboratorium?

4. Bagaimana teknik dasar penyaringan, pemipetan, pemanasan,

penimbangan dan penitrasi?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui nama dan kegunaan alat-alat gelas yang umum dipakai di

laboratorium.

2. Mengetahui nama dan kegunaan alat-alat gelas untuk mereaksikan zat

yang umum dipakai di laboratorium.

3. Mengetahui nama dan kegunaan alat-alat gelas untuk pengukuran volume

yang umum dipakai di laboratorium.

4. Mengetahui beberapa teknik dasar penyaringan, pemipetan, pemanasan,

penimbangan dan penitrasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peralatan laboratorium kimia sebagian besar terbuat dari gelas. Gelas

dipilih sebagai bahan pembuatan peralatan karena mempunyai sifat-sifat yang

menguntungkan. Sifat-sifat gelas yang menguntungkan tersebut, antara lain

tembus cahaya atau tembus pandang, kaku (ligid), tidak mudah bereaksi dengan

bahan kimia, mempunyai titik didih tinggi sehingga tidak mudah meleleh

terutama pada pemanasan biasa dibawah suhu 100oc dan mudah di las jika retak

atau pecah. Peralatan laboratorium yang terbuat dari gelas juga tahan terhadap

peerubahan suhu yang mendadak. Suatu perusahan gelas mengeluarkan merek

dagang pyrex, yang merupakan peralatan gelas yang tahan panas.4

Laboratorium kimia sangatlah spesifik karena banyak di dalamnya

terdapat bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga dibutuhkan peralatan

pelindung dengan keselamatan standar, seperti jas laboratorium, sarung tangan,

pelindung mata dan muka, alat atau kran untuk mencuci mata, alat pernafasan, alat

pemadam untuk kebakaran, selimut api, tangga, karet pengisap dan tanda

peringatan keselamatan.5

Para pemula harus berhati-hati dalam membaca buret agar mampu

mengenali dengan baik pembagian skala dan terampil memperkirakan posisi

antara dua garis skala serta diperlukan banyak latihan dibawah awal-awal tugas

laboratorium. Suatu larutan berair dalam sebatang buret (atau tabung apapun)

dapat membentuk permukaan cekung yang dirujuk sebagai miniskus. Untuk

larutan yang berwarna tidak gelap biasanya posisi dasar miniskusnya yang di baca

4
Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, h. 36.
5
Marham, Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 19-25.

3
4

(condong atas), miniskus demikian juga jika larutan yang gelap warnanya.

Sehingga pada dasarnya tidak dapat dibaca, misalnya nilai pada larutan

permanganat yang sangat membantu untuk membuat bayangan pada dasar

miniskus dengan area gelap pada kertas atau kartu yang diterangi tepat dibelakang

buret.6

Alat-alat gelas yang umum dipakai di laboratorium adalah sebagai

berikut:7

1. Labu volumetri

Kebanyakan labu volumetri mempunyai sumbat kaca atau polietilena,

tudung ulir atau tudung cungkil plastik. Larutan basa akan menyebabkan sumbat

kaca asam ini macet sehingga tidak boleh disimpan dalam labu dengan sumbat

semacam itu. Bila suatu zat padat akan dilarutkan dalam labu volumetri, volume

akhirnya tidak boleh disesuaikan sebelum semua zat padat larut. Dalam

kasus-kasus tertentu pelarut zat padat lalu akan menyebabkan perubahan volume

yang mencolok.

2. Gelas ukur

Gelas ukur merupakan alat gelas untuk menambahkan zat cair dengan

volume tertentu yang dapat dilihat dari skalanya. Gelas ukur ini hampir

menyerupai pipa dengan salah satu ujungnya menyempit. Terdapat skala pada

batangnya dan mulut yang lebar. Gelas ukur mempunyai kapasitas tertentu yang

dapat dilihat pada skalanya.

3. Tabung reaksi

Tabung reaksi mempunyai bentuk mirip pipa dengan alas yang tumpul.

Tabung reaksi terbuat dari bahan gelas dan ada juga yang terbuat dari pyrex.

6
Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 41.
7
Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, h. 38-69.
5

Kegunaannya ini adalah untuk mereaksikan larutan atau cairan. Kadang pada

proses reaksi tes harus dilakukan pemanasan dengan tabung reaksi maka harus

digunakan tabung reaksi yang terbuat dari pyrex.

4. Erlenmeyer

Erlenmeyer merupakan alat gelas yang banyak digunakan di laboratorium.

Bentuk Erlenmeyer mirip dengan gelas baker, tetapi mempunyai leher yang

menyempit. Keuntungan erlenmeyer antara lain dapat mencegah zat cair tumpah

ketika dalam proses penguapan serta dapat mengurangi penguapan zat cair dalam

proses pemanasan. Erlenmeyer biasanya digunakan untuk analisis kuantitatif

secara volumetri (titrasi). Pada sisi luarnya terdapat skala yang menunjukkan

perkiraan volume cairan.

5. Gelas arloji

Gelas arloji terbentuk dari gelas sama halnya peralatan laboratorium

lainnya. Gelas arloji berbentuk seperti piring kecil dan cekung. Kegunaan dari

gelas arloji ini yaitu digunakan sebagai wadah tempat sampel yang akan

ditimbang. Dalam hal ini sampel yang akan ditimbang merupaka zat padat. Oleh

karena itu, gelas arloji ini sangat penting dalam laboratorium.

Alat-alat gelas yang umum dipakai di laboratorium adalah sebagai

berikut:8

1. Buret (Burette)

Buret merupakan suatu pipa sekunder panjang dengan rongga yang

seragam sepanjang bagian yang berskala, dimana bagian ujung bawahnya berupa

keran kaca dan ujungnya runcing. Buret ini digunakan pada saat titrasi atau untuk

menambahkan larutan pereaksi dimana volume penambahannya harus dicatat.

8
Basset J, dkk., Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, h. 87-91.
6

Buret telah dirancang memiliki ketelitian yang tinggi untuk keperluan analisa

kuantitatif.

2. Gelas ukur

Gelas ukur merupakan suatu bejana yang tersedia dengan kapasistas 2

sampai 2000 cm3. Ini terjadi karena luas penampang cairan jauh lebih bebas

daripada dalam labu gradusi, maka keasaman tidak tinggi. Karena gelas ukur ini

tidak dapat digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan derajat keasaman yang

sedang sekalipun. Namun gelas ukur ini berguna untuk penggunaan kasar saja.

3. Batang pengaduk

Sesuai namanya, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan atau

suspensi, biasanya dalam baker. Di samping itu, batang pengaduk digunakan

dalam memindahkan larutan dari bejana satu ke bejana lainnya. Batang ini juga

berperan sebagai pegangan untuk rubber policeman.

Alat-alat gelas yang umum dipakai di laboratorium adalah sebagai

berikut:9

1. Botol semprot

Botol semprot merupakan salah satu laboratorium yang digunakan bila

diperlukan aliran air suling yang kecil dan terarah, seperti bila membilas dinding

dalam bejana kaca untuk menjamin tidak adanya tetesan larutan sampel yang

hilang.

2. Desikator

Desikator adalah sebuah bejana yang biasanya terbuat dari kaca namun

kadang-kadang terdapat pula dari logam yang diperlukan untuk menyeimbangkan

objek dengan suhu terkontrol. Karena desikator biasanya terletak dalam ruang

terbuka dengan temperatur umumnya mendekati temperatur kamar.

9
Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif, h. 36-37.
7

Berbagai metode pemanasan diperlukan untuk dapat menganalisis dalam

laboratorium, mulai dari pembakaran gas, lempeng panas (Hot plate) dan oven

dari pembakaran setengah silinder (murfle). Pembakar Bunsen biasanya

digunakan secara luas untuk mencapai temperatur tinggi yang sedang. Temperatur

maksimum dicapai dengan menyesuaikan regulator sehingga masuk udara lebih

banyak daripada yang diperlukan untuk menghasilkan nyala tak cemerlang terlalu

banyak uap akan dapat menghasilkan nyala yang tak sesuai. Alat pembakaran

digunakan untuk memanggang residu stau endapan yang memerlukan temperatur

tinggi untuk diubah menjadi suatu bentuk yang dapat ditimbang, dan juga

dilakukan terhadap beberapa pelelehan tertentu.10

Mereaksikan zat (titrasi) dilakukan dengan menambah pereaksi sedikit

demi sedikit. Terlebih dahulu lihatlah hasilnya sebelum menambah pereaksi lebih

banyak. Kerapkali reaksi gagal, bukan karena pereaksi namun sebaliknya. Ini

terjadi misalnya pada reaksi amfoter, kalau ingin dilakukan pengendapan Al(OH)3

dengan penambahan NaOH pada larutan AlCl3. Jika NaOH diberikan sedikit demi

sedikit maka akan ada endapan, tetapi jika NaOH diberikan sekaligus maka tidak

akan terbentuk endapan sama sekali.11

Bahan kimia yang timbang tidak boleh langsung ditaruh pada piringan

neraca, tetapi harus ditimbang dalam wadah botol timbang, gelas kimia, gelas

arloji dan sebagainya. Jika bahan dilarutkan atau direaksikan didalam wadah itu,

maka berat wadah kosong dari wadah tersebut harus diketahui sesudah bahan

dipindahkan.12

10
Basset J, dkk., Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, h. 97-99.
11
Hasnah Natsir, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, h. 19.
12
Hasnah Natsir, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, h. 19.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal : Jum’at / 31 Oktober 2014

Pukul : 13.30 – 16.00 wita

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

Fakultas Sains dan Teknologi,

UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, buret

asam 50 ml, buret basa 25 ml, pipet volume 25 ml, pipet skala 5 ml dan 10 ml,

gelas kimia 250 ml, erlenmeyer 250 ml, labu takar 100 ml, gelas ukur 100 ml,

tabung reaksi, kaca arloji, corong, kasa asbes, botol semprot, kaki tiga, bunsen,

batang pengaduk, pipet tetes, bulp, spatula, gegep statif dan klem.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium foil,

aquades (H2O), kertas saring, korek api, padatan natrium klorida (NaCl) dan

tissue.

8
9

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Penyaringan

Melipat kertas saring menjadi setengah lingkaran. Melipat kembali tetapi

tidak sejajar. Memotong sedikit pada ujung kertas saring. Membuka lipatan

hingga membentuk corong. Masukkan ke dalam corong. Memberi sedikit aquades

agar kertas saring menempel dengan baik. Memasukkan larutan sampel yang akan

di saring. Menunggu hingga proses penyaringan selesai.

2. Penimbangan

Membersihkan neraca dengan tissue sebelum memasukkan sampel.

Menyambungkan dengan arus listrik. Menekan tombol ON dan Tar untuk

menolkan angka neraca. Memasukkan wadah sampel. Menambahkan sampel ke

dalam wadah dengan perlahan-lahan menggunakan spatula. Mengamati angka

timbangannya. Menekan tombol OFF. Membersihkan kembali neraca.

3. Pemanasan

a. Pemanasan Langsung

Memasukkan larutan sampel ke dalam tabung reaksi. Menjepit tabung

dengan gegep. Memanaskan di atas bunsen dengan memiringkan tabung reaksi.

Menggoyangkan secara perlahan. Mengamati reaksi sampel.

b. Pemanasan tak langsung

Memasukkan aquades (H2O) ke dalam gelas kimia. Meletakkan di atas

kaki tiga yang dilapisi kasa asbes. Menyalakan bunsen di bawah kaki tiga.

Memasukkan larutan sampel ke dalam tabung reaksi. Memasukkan ke dalam gelas

kimia yang telah berisi aquades (H2O). Memanaskan hingga terjadi reaksi pada

sampel. Mengamati perubahannya.


10

4. Pemipetan dan Pembacaan skala

Memasang bulp pada pipet. Memipet aquades (H2O) hingga mendekati

tanda batas. Menghimpitkan sampai tanda batas. Membaca miniskus pada pipet.

5. Pengenceran

Memipet larutan sampel sebanyak 5 ml. Memasukkan ke dalam labu ukur.

Menambahkan aquades sebanyak 50 ml. Menghimpitkan hingga tanda batas.

Menghomogenkan larutan.

6. Penitrasi

Memasang buret pada statif dan klem. Membilas dengan aquades (H2O).

Memasukkan larutan sampel. Menitrasi secara perlahan-lahan hingga terjadi

reaksi atau perubahan warna. Mencatat volume sampel yang digunakan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Penyaringan

Tabel 01. Hasil Pengamatan pada proses penyaringan.

Nama Alat Fungsi Alat

Labu takar Untuk membuat larutan dari sejumlah zat


dapat menjadi konsentrasi terendah.

Gelas kimia Untuk mereaksikan zat/cairan,

memanaskan cairan dan membuat

endapan dalam jumlah besar.

Pipet Untuk mengambil sejumlah volume

volumetric tertentu.

Untuk mengambil bermacam-macam

volume.

Pipet skala

Untuk mengukur cairan yang tidak terlalu

tepat.

Gelas ukur

11
12

Mengeluarkan aquades, membersihkan

dinding bejana dari sisa-sisa endapan.

Botol semprot

2. Penimbangan

Tabel 02. Hasil Pengamatan pada proses penimbangan.

Nama Alat Fungsi Alat

Neraca Untuk menimbang sampel dengan angka

Analitik ketelitian 0,0000 atau 4 angka di

belakang koma.

Neraca Digital Untuk menimbang sampel tanpa memper

hatikan ketilitiannya.

Kaca Untuk menutup bejana lain pada waktu

Arloji pemanasan, menguapkan cairan dan

sebagai wadah sampel.

Spatula Mengaduk dan sebagai perantara.


13

3. Pemipetan

Tabel 03. Hasil Pengamatan pada proses pemipetan.

Nama Alat Fungsi Alat

Untuk membuat larutan dari sejumlah zat

dapat menjadi konsentrasi terendah.

Labu takar

Untuk mereaksikan zat/cairan,

memanaskan cairan dan membuat


endapan dalam jumlah besar.

Gelas kimia

Untuk mengambil sejumlah volume

tertentu.

Pipet

volumetric

Untuk mengambil bermacam-macam

volume.

Pipet skala

Untuk mengukur cairan yang tidak terlalu

tepat.

Gelas ukur
14

4. Pengenceran

Tabel 04. Hasil Pengamatan pada proses pengenceran.

Nama Alat Fungsi Alat

Labu takar Untuk membuat larutan dari sejumlah zat

dapat menjadi konsentrasi terendah.

Gelas kimia Untuk mereaksikan zat/cairan,

memanaskan cairan dan membuat

endapan dalam jumlah besar.

Pipet Untuk mengambil sejumlah volume

volumetric tertentu.

Untuk mengambil bermacam-macam

volume.

Pipet skala

Untuk mengukur cairan yang tidak terlalu

tepat.

Gelas ukur
15

Mengeluarkan aquades, membersihkan

dinding bejana dari sisa-sisa endapan.

Botol semprot

5. Pemanasan

Tabel 05. Hasil Pengamatan pada proses pemanasan.

Nama Alat Fungsi Alat

Untuk mereaksikan zat/cairan,

memanaskan cairan dan membuat

endapan dalam jumlah besar.

Gelas kimia

Untuk mereaksikan zat dalam jumlah

sedikit.

Tabung reaksi

Untuk menjepit tabung reaksi.

Gegep kayu

Kaki tiga Digunakan pada pemanasan dengan

bunsen.

Bunsen Untuk memanaskan sampel.


16

Kasa asbes Sebagai alas pembakaran pada kaki

tiga.

6. Penitrasi

Tabel 06. Hasil Pengamatan pada proses penitrasi.

Nama Alat Fungsi Alat

Buret Untuk mengeluarkan cairan dengan

volume sembarang tetapi tepat.

Erlenmeyer Untuk mereaksikan zat dan menitrasi.

Corong Untuk membantu memasukkan cairan

kedalam botol yang tertutup kecil, buret

dll, atau untuk menyaring endapan

dengan kertas saring.

Batang pengaduk Sebagai pengaduk, perantara dan

membersihkan endapan pada dinding

bejana.

Statif dan klem Sebagai penahan dan penjepit buret pada

saat titrasi agar tidak terlepas.


17

B. Pembahasan

Percobaan pengenalan alat-alat laboratorium ini dilakukan dengan 5 (lima)

teknik dasar, yaitu teknik dasar penimbangan, teknik dasar pemipetan atau

pembacaan volume dan pengenceran, teknik dasar penyaringan, teknik dasar

pemanasan dan teknik dasar penitrasi.

Pertama yaitu teknik dasar penyaringan. Teknik dasar penyaringan

menggunakan alat-alat seperti corong, kertas saring, labu takar dan Erlenmeyer.

Sebelum digunakan kertas saring harus dilipat terlebih dahulu hingga membentuk

corong. Tujuan pelipatan ini yaitu agar dapat menyesuaikan kertas saring dengan

bentuk corong sehingga larutan yang disaring benar-benar tersaring dengan baik.

Labu takar dan Erlenmeyer digunakan sebagai wadah penampang untuk

menyimpan filtrat. Hasil dari penyaringan ini adalah residu (endapan) pada kertas

saring dan filtrat pada labu takar atau Erlenmeyer.

Kedua yaitu teknik dasar penimbangan. Teknik dasar penimbangan

menggunakan alat-alat kimia berupa neraca analitik, neraca digital, gelas kimia,

kaca arloji, aluminium foil dan spatula. Neraca analitik digunakan sebagai alat

penimbangan dengan 0,0001 4 (empat) angka dibelakang koma. Neraca digital

sama halnya dengan neraca analitik hanya saja neraca digital tidak seakurat

neraca analitik. Gelas kimia digunakan sebagai wadah penampang sampel dalam

jumlah besar atau sampel dalam bentuk zat cair. Kaca arloji digunakan sebagai

wadah penampang sampel dalam jumlah sedikit. Aluminium foil sama halnya

dengan kaca arloji hanya saja kaca arloji apat digunakan untuk semua jenis

sampel sedangkan aluminium foil tidak semua jenis, seperti Iodida (I2) karena

sifatnya yang mudah meleleh. Spatula digunakan sebagai alat pengambil sampel.

Teknik penimbangan dilakukan dengan membersihkan neraca sebelum digunakan,

dihubungkan dengan arus listrik, memasukkan smpel, menekan tombol On dan


18

Tar. Terakhir, menekan tombol Off dan neraca dibersihkan kembali dari sisa-sisa

sampel.

Ketiga yaitu teknik dasar pemanasan. Teknik dasar pemanasan ada 2 (dua)

cara, yaitu dengan pemanasan langsung dan pemanasan tak langsung. Pemanasan

secara langsung menggunakan alat-alat, seperti Bunsen, tabung reaksi dan gegep.

Bunsen digunakan sebagai sumber penghasil panas yag akan memanaskan

sampel. Tabung reaksi merupakan wadah penampang sampel yang akan

dipanaskan. Gegep berfungsi menahan dan menjepit tabung reaksi agar panasnya

tidak tersentuh oleh praktikan. Pada saat memanaskan secara langsung perlu

diperhatikan arahnya agar larutan tidak tumpah saat pemanasan. Pemanasan

secara tak langsung menggunakan alat-alat, seperti Bunsen, kaki tiga, kasa asbes,

gelas kimia berisi air dan tabung reaksi. Pemanasan secara tak langsung pada

dasarnya menggunakan media perantara.

Keempat yaitu teknik pemipetan atau pembacaan volume dan

pengenceran. Teknik dasar pemipetan dan pengenceran menggunakan alat-alat,

seperti pipet volume, pipet skala, gelas ukur, labu takar dan bulp. Pipet skala dan

pipet volume digunakan sebagai alat yang akan memasukkan sampel ke dalam

labu takar. Bulp berfungsi menghisap sampel sehingga dapat masuk ke dalam

pipet. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah larutan yang akan ditambahkan ke

dalam labu takar untuk mengurangi konsentrasinya. Teknik pemipetan ini

dilakukan dengan memasang bulp pada pipet, membilas terlebih dahulu pipet

dengan larutan sampel agar sisa larutan sebelumnya dapat hilang, memipet larutan

dengan menekan tanda S pada bulp, pemipetan dilakukan hingga melewati tanda

batas sehingga untuk mengeluarkan kelebihannya ditekan tanda E pada bulp.

Untuk pengenceran, larutan dengan konsentrasi tinggi yang telah dipipet


19

dimasukkan ke dalam labu takar, menambahkan aquades hingga tanda batas dan

menghomogenkan larutan.

Kelima yaitu teknik dasar penitrasi. Teknik dasar penitrasi menggunakan

alat-alat, seperti buret, erlenmeyer statif dan klem. Buret digunakan sebagai alat

yang akan mengeluarkan larutan baku yang akan ditambahkan kedalam

erlenmeyer. Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah penampang sampel yang akan

dititrasi. Statif dan klem berfungsi sebagai penahan dan pemopang buret agar

tidak terjatuh pada saat proses titrasi berlangsung. Penitrasi dilakukan dengan

membilas buret dengan larutan sampel agar sisa larutan sebelumnya hilang,

menitrasi dilakukan dengan perlahan-lahan menambahkan zat kedalam

erlenmeyer. Hal ini dilakukan agar proses titrasi dapat berlangsung sempurna.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:

1. Alat-alat gelas yang umum dipakai di laboratorium adalah buret, labu

takar, gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk, pipet volume, pipet skala,

corong, erlenmeyer dan tabung reaksi.

2. Alat-alat gelas yang umum dipakai untuk mereaksikan zat adalah tabung

reaksi, gelas kimia dan erlenmeyer.

3. Alat-alat gelas yang umum dipakai untuk pengukuran volume adalah gelas

ukur, pipet skala, pipet volume, pipet tetes, buret dan labu takar.

4. Teknik dasar penimbangan yaitu dengan menggunakan neraca analitik.

Teknik dasar pemipetan yaitu dengan menggunakan pipet beserta bulp dan

memperhatikan miniskusnya. Teknik penyaringan yaitu dengan

menggunakan kertas saring yang dilipat dan ditempatkan di dalam corong.

Teknik dasar pemanasan yaitu dengan menggunakan Bunsen atau spiritus

pada pemanasan langsung dan kompor atau penangas air pada pemanasan

tak langsung. Teknik dasar penitrasi yaitu dengan menggunakan buret dan

Erlenmeyer.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan pada percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya

menggunakan sampel selain aquades (H2O) dan natrium klorida (NaCl), seperti

padatan iodida (I2) agar praktikan dapat lebih paham lagi tentang percobaan ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bassed, J. Dkk. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC, 1985.
Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Natsir, Hasnah. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Makassar: Universitas


Hasanuddin, 2012.
Sitorus, Marham. Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Underwood, A.L dan K.A Day J.R. Analisis Kimia Kuantitatkif. Jakarta:
Erlangga, 2010.

Anda mungkin juga menyukai