Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA


Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920
E-mail : rsjsurakarta@jatengprov.go.id Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH


NOMOR : 188 / 033.9 / 01 / 2018
TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INAP


PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA


PROVINSI JAWA TENGAH
Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi

arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok


yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
b. bahwa Pedoman Pelayanan merupakan kumpulan ketentuan dasar
di Unit Pelayanan yang meliputi Ruang Lingkup Pelayanan, Standar
Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tata Laksana Pelayanan, Logistik,
Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi
sektoral maupun internal maka Peraturan Direktur Nomor :
188/2961.9/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi Rawat Inap perlu ditinjau kembali.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;


2. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan
Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif;
-1-
11. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Dan
Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion Dan Bahan Nuklir;
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/2008
tentang Rekam Medis;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Yang Wajib Dilaksanakan Daerah;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
18. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta;
19. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun
2013 Tentang Tarif Pelayanan Pada Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jawa Tengah
20. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
21. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 821.2/086/2015 tanggal
30 Januari 2015 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah;
22. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor:
188/001.5/01/2018 tanggal 02 Januari 2018 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Instalasi
Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH


SURAKARTA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH.
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
4. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang selanjutnya disebut RSJD
Surakarta adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Klas A Khusus milik
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi
Jawa Tengah;
6. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang
menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
7. Pedoman Pelayanan adalah kumpulan ketentuan dasar di unit
pelayanan yang meliputi : Ruang Lingkup pelayanan, Standar
ketenagaan, Standar fasilitas, Tatalaksana Pelayanan, Logistik,
Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu.
8. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi
observasi, diagnosis, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi, dan
lain-lain, yang ditujukan pada pasien yang berada di ruang rawat
inap. Pasien rawat inap tinggal di rumah sakit sedikitnya delapan jam
atas instruksi dari pemberi pelayanan di rumah sakit itu sendiri atau
rujukan dari pelayanan kesehatan lain
9. Instalasi Rawat Inap adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
rawat inap.
10. Pelayanan Rawat Inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan
yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari
beberapa fungsi pelayanan.
11. Pasien Rawat Inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau
observasi ketat karena penyakitnya.
12. Ruang lingkup instalasi rawat inap adalah Ruang perawatan intensif
(akut), Ruang perawatan sub akut, Ruang perawatan anak dan
remaja dan Ruang perawatan non psikiatri

-3-
BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Instalasi
Rawat Inap pada RSJD Surakarta, meliputi: a. Standar Ketenagaan;

b. Standar Fasilitas;
c. Tatalaksana Pelayanan;
d. Logistik;
e. Keselamatan Pasien;
f. Keselamatan Kerja; dan
g. Peningkatan Mutu.

BAB III
STANDAR KETENAGAAN

Pasal 3
Standar Ketenagaan pada Instalasi Rawat Inap, meliputi :
a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia;
b. Tugas dan Wewenang; dan
c. Pengaturan Jaga.

Bagian Kesatu
KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal 4
(1). Ketenagaan di Instalasi Rawat Inap meliputi dokter dan perawat.
(2). Dokter spesialis bertindak sebagai Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP).
(3). Dokter spesialis dapat dibantu oleh residen sesuai kompetensi yang
telah ditentukan kolegium di bawah supervisi dokter spesialis.
Kualifikasi pendidikan tenaga perawat minimal diploma 3.

(4). Rasio ideal tenaga perawat dan pasien adalah 1 banding 5 tempat
tidur.
(5). Kepala Instalasi Rawat Inap adalah seorang dokter spesialis, dengan
tiga orang perawat kepala ruang sebagai koordinator. Staf rawat inap
adalah semua kepala ruang. Susunan staf instalasi rawat inap
ditetapkan dengan surat keputusan direktur.
(6). Kepala instalasi berada di bawah bidang pelayanan medis. Adapun
semua staf perawat, termasuk kepala ruang berada di bawah bidang
keperawatan. Semua yang berkaitan dengan teknis profesi perawat
adalah wewenang bidang keperawatan.

-4-
Bagian Kedua
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 5
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. DPJP bertugas membuat dan mengelola rangkaian asuhan medis
(paket) seorang pasien sesuai dengan standar pelayanan
medis/profesi antara lain anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang medis, pemeriksan lain untuk menunjang diagnosis,
perncanaan dan pemberian terapi, pelaksanan tindak lanjut/follow
up/evaluasi asuhan medis sampai rehabilitasi. Selain itu melakukan
konsultasi sesuai kebutuhan/indikasi, baik untuk pendapat maupun
rawat bersama.
2. DPJP harus membuat rencana pelayanan, dimuat dalam berkas
rekam medis, rencana pelayanan lengkap memuat segala aspek
asuhan medis, yang akan diberikan termasuk, pemeriksaan
konsultasi, rehabilitasi pasien, dan lain-lain.
3. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien ternasuk kejadian yang
duharapkan dan tidak diharapkan.
4. DPJP wajib memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien tentang
kewajibannya terhadap rumah sakit dan bila diperlukan dapat
dibantu oleh staf dokter/perawat/pettugas administrasi.

Pasal 6
DPJP bertanggung jawab terhadap asuhan pasien sejak hari pertama
dirawat hingga pasien pulang. Pembagian DPJP untuk pasien kelas II dan
III diatur oleh perawat penyelia, sedangkan untuk ruang VIP dan kelas
1, diatur oleh kepala ruang atau atas permintaan pasien.

Pasal 7
Uraian tugas perawat di Instalasi Rawat Inap adalah :
1. Menjaga kelancaran tugas di ruangan bersama kepala ruang dan
perawat primer.
2. Melaksanakan operan.
3. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan
4. Mendiskusikan hasil tindakan keperawatan dengan perawat primer.
5. Melaksanakan implementasi yang telah dilaksanakan secara
berkesinambungan.
6. Melaksanakan pendidikan kesehatan terhadap klien dan keluarga.
7. Mendokumentasikan dan mengevalauasi hasil tindakan.

-5-
8. Membuat laporan.
9. Melakukan konsultasi dan diskusi tentang masalah pasien kepada
dokter dan sesame perawat di ruang tersebut.
10. Menyusun rencana harian.
11. Melaksanakan tugas jaga shift pagi, siang, dan malam.

Bagian Ketiga
PENGATURAN JAGA

Pasal 8
(1). Instalasi Rawat Inap memberikan pelayanan yang berkelanjutan dan
terintegrasi setiap hari selama 24 jam, dengan pembagian 3 shift,
yakni :
1. Shift pagi : 07.00-14.00
2. Shift siang : 14.00-21.00
3. Shift malam : 21.00-07.00
(2). Pembagian shif merupakan tanggung jawab kepala ruang. Jam kerja
kepala ruang adalah jam kerja regular dan tidak mengikuti jam shift.

BAB IV
STANDAR FASILITAS

Pasal 9
(1). Standar Fasilitas Instalasi Rawat Inap pada RSJD Surakarta sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
(2). Tabel Standar Fasilitas Instalasi Rawat Inap sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur ini.
(3). Di setiap ruangan ada nurse station di mana ada lemari untuk
menyimpan rekam medis dan dokumen lain, wastafel untuk tempat
cuci tangan, dan computer billing.

(4). Ruang perawatan pasien didesain agar tidak memiliki akses untuk
melarikan diri, antara lain atap/langit-langit ruang perawatan, kamar
mandi, pagar, teralis, jendela, dan pintu keluar masuk.
(5). Ruang perawatan pasien didesain agar mudah untuk pengawasan
(tembus pandang, tanpa halangan untuk pengawasan dari ruang
perawat).
(6). Peralatan yang ada didesain untuk tidak membuka peluang untuk
percobaan bunuh diri (seperti teralis jendela, daun pintu yang
membuka keluar), pengawasan alat-alat yang bisa digunakan untuk
bunuh diri, misalnya mitela, sprei, baju, dan lain-lain.

-6-
(7). Desain ruang rawat inap disesuaikan dengan kebutuhan pasien
seperti harga diri, penghargaan terhdap individu, dan privasi. Selan
itu juga mempertimbangkan kewajiban untuk melakukan observasi
ketat, keamanan, dan kenyamanan pasien. Pasien biasanya rentan
terhadap kebisingan, kondisi kurangnya privasi, masalah
pencahayaan, dan ventilasi.

BAB V
TATALAKSANA PELAYANAN

Pasal 10
Ruang Lingkup Tatalaksana Pelayanan di Instalasi Rawat Inap meliputi:
a. Alur Pelayanan Rawat Inap;
b. Admisi;
c. Perawatan Di Ruang Akut;
d. Perawatan Di Ruang Sub Akut;
e. Pasien Keluar Dari Rumah Sakit;
f. Pengunjung;
g. Penunggu Pasien;
h. Etikomedikolegal.

Bagian Kesatu
ALUR PELAYANAN RAWAT INAP

Pasal 11
(1). Alur Pelayanan Rawat Inap sebagaimana tercantum dalam
Lampiran
II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
ini.
(2). Dengan persetujuan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP),
pasien dapat dipindah ke ruang perawatan fisik, apabila ditemukan
kondsi fisik yang memerlukan observasi khusus dan masih mampu
ditangani oleh fasilias dan sumber daya yang ada di RSJD
Surakarta.

Bagian Kedua
ADMISI

Pasal 12
(1). Instalasi Rawat Inap menerima pasien rawat inap baru maupun
ulang dari Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan.
(2). Keputusan admisi ditentukan oleh dokter, dengan
mempertimbangkan faslitas dan sumber daya manusia yang ada di
rumah sakit.

-7-
(3). Indikasi medis adalah jika pasien membahayakan keluarga dan
lingkungan, mempunyai keinginan bunuh diri yang kuat, dan skor
Positive and Negative Symptoms Scale (PANSS) ≥ 120.
(4). Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dievaluasi oleh dokter
pemeriksa.
(5). Calon pasien rawat inap yang diperkirakan akan mampu ditangani
oleh fasilitas dan sumber daya manusia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, adalah mereka dengan :
1. Nyeri fisiologis: cepat hilang dengan analgetik ringan atau
tanpa obat.
2. Nyeri inflamasi: hilang bila proses inflamasi penyebab nyeri
sembuh
3. Nyeri psikogenik : tidak ditemukan kelainan somatic
objektif sebagai penyebab
4. Memiliki skor Visual Analog Scale (VAS) < 4 (nyeri ringan)
(6). Petugas di bagian admisi memberi informasi kepada keluarga pasien
mengenai ruangan dan fasilitas yang ada di rumah sakit. Keluarga
diperkenankan memilih kelas perawatan yang dikehendaki.
Perpindahan kelas perawaan juga dimungkinkan saat pasien telah
dirawat. Untuk pasien VIP dan kelas 1 dapat memilih dokter yang
dikehendaki.
(7). Setelah diasesmen, pasien dengan resiko tinggi ditempatkan di
ruang khusus. Pasien beresiko tinggi adalah pasien lansia, anak
remaja, dan yang menderita komorbiditas penyakit fisik. Pasien
dengan keadaan gaduh gelisah atau skor gejala positif PANNS yang
tinggi dimasukkan ke ruang akut, sedangkan pasien dengan skor
gejala negative PANNS yang tinggi dapat langsung dirawat di ruang
sub akut.
(8). Ruang perawatan kelas VIP dan kelas I, memberikan pelayanan
paripurna, artinya ruang tersebut memberikan pelayanan akut, sub
akut, dan fisik sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
(9). Saat diterima pertama kali oleh perawat ruangan, keluarga pasien
diberi penjelasan mengenai hak pasien dan keluarga, rencana
pengobatan, aturan yang berlaku di rumah sakit, dan harapan agar
keluarga berpartisipasi aktif dalam mengupayakan kesembuhan
pasien.
(10). Pasien yang tidak ditunggui keluarga, barang berharga pasien
diserahkan pada keluarga, dan barang-barang yang sekiranya akan
diperlukan oleh pasien dapat dititipkan pada petugas. Keluarga juga
diberi informasi mengenai bagaimana cara menyampaikan keluhan.

-8-
Bagian Ketiga
PERAWATAN DI RUANG AKUT

Pasal 13
(1). Standar pelayanan minimum menyatakan bahwa rata-rata hari
perawatan di ruang akut untuk pasien akut (baru) adalah
maksimum dua hari, dan rata-rata hari perawatan di ruang akut
untuk pasien sub akut (eksaserbasi akut) adalah maksimum tujuh
hari.
(2). Setiap pasien memiliki Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
yang akan merawat pasien hingga pasien pulang.
(3). Apabila ada alasan tertentu DPJP dapat mengalihkan asuhan pasien
ke DPJP lain, dan ditulis dalam formulir alih rawat.
(4). DPJP menggunakan instrument Positive and Negative Symtomps
Scale Excited Component (PANNS-EC) untuk menilai keadaan pasien
di ruang akut. Pasien dapat dipindah dari ruang akut ke sub akut
jika memiliki skor sebesar atau kurang dari 15 (Skor PANNS-EC ≤
15).
(5). Selama dirawat di ruang akut, pasien menjalani pemeriksaan
laboratorium. Apabila diperlukan dan memungkinkan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Tanda-tanda vital pasien
diobservasi dan dicatat di lembar rekam medis.

Bagian Keempat
PERAWATAN DI RUANG SUB AKUT

Pasal 14
(1). Perpindahan pasien dari ruang sub akut ke ruang akut didampingi
oleh petugas yang membawa rekam medis pasien serta dilakukan
serah terima antara petugas pengantar dengan petugas ruangan.
(2). Selama di ruang sub akut pasien mendapatkan pelayanan skrining
gizi, pelayanan rohani, dan utamanya pelayanan rehabilitasi.
Pelayanan yang diberikan di ruang rawat inap sesuai dengan
standar pelayanan medis dan standar pelayanan.

Bagian Kelima
PASIEN KELUAR DARI RUMAH SAKIT

Pasal 15
Ada beberapa cara pasien keluar dari rumah sakit yaitu :
a. Pulang dengan persetujuan DPJP.
b. Pulang Paksa;
c. Rujuk;

-9-
d. Melarikan Diri;
e. Meninggal.

Paragraf 1
Pulang Dengan Persetujuan DPJP

Pasal 16
(1). Pasien Pulang dengan persetujuan DPJP ditentukan dengan kriteria:

1. Untuk pasien kronis Global Assessment of Functioning (GAF)


minimal sama dengan nilai GAF tertinggi pada tahun
sebelumnya.
2. Untuk pasien akut sudah ada peningkatan GAF.
3. Tidak ada kecenderungan menyakiti diri sendiri.
4. Tidak ada kecenderungan melakukan tindak kekerasan.
(2). Setelah mendapat persetujuan pulang dari DPJP, petugas ruangan
menghubungi keluarganya/penanggung jawabnya sebanyak tiga
kali. Maksimal satu bulan setelah pasien diperbolehkan pulang oleh
DPJP. keluarga/penanggungjawabnya tidak menjemput, pasien
dapat dipulangkan dengan cara dropping (dipulangkan dengan
fasilitas rumah sakit).
(3). Keluarga yang membawa pulang pasien memenuhi kelengkapan
administrasi rumah sakit. Keluarga diberi pendidikan kesehatan oleh
petugas ruangan dengan tindak lanjut control di poliklinik setelah
obat yang dibawa pulang habis.

Paragraf 2
Pasien Pulang Paksa

Pasal 17
(1). Pasien Pulang Paksa dilakukan apabila keluarga pasien memutuskan
kontrak terapeutik secara sepihak atau dengan kata lain meminta
pulang tanpa persetujuan DPJP.
(2). Petugas wajib memberikan edukasi ketika keluarga pasien
mengutarakan niatnya untuk pulang paksa. Namun keputusan tetap
di tangan keluarga pasien.
(3). Pasien yang pulang paksa tidak membawa obat.

-10-
Paragraf 3
Rujuk

Pasal 18
(1). Merujuk adalah memindahkan pasien yang kebutuhan asuhannya
tidak dapat dipenuhi oleh fasilitas dan sumber daya di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta, ke rumah sakit lain yang memiliki fasilitas
atau kemampuan yang lebih baik yang diperluan oleh pasien
tersebut.
(2). DPJP wajib merujuk pasien ke rumah sakit lain yang memiliki
fasilitsa atau kemampuan yang lebih baik apabila tidak mampu
melakukan pemeriksaan atau pengobatan.
(3). DPJP yang merujuk harus memastikan bahwa rumah sakit tersebut
dapat menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien dan
mempunyai kapasitas untuk menampung pasien tersebut.
(4). Rumah sakit rujukan menerima surat rujukan dan atau resume
medis yang menyebutkan kondisi terakhir pasien dan
tindakan/pengobatan yang telah diberikan.
(5). Pasien rawat inap dirujuk menggunakan ambulans Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta, didampingi keluarga (kecuali psaien dari
dinas sosial) dan staf yang berkompeten untuk memonitor kondisi
pasien hingga lokasi tujuan.
(6). Proses rujukan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

Paragraf 4
Melarikan Diri

Pasal 19
(1). Jika pasien diketahui melarikan diri, petugas rumah sakit
menghubungi keluarga pasien dan melakukan pencarian di sekita
RSJD Surakarta.
(2). Dalam waktu 3 x 24 jam sejak pasien melarikan diri, ia tidak
kembali ke RSJD Surakarta, DPJP harus membuat resume medis,
dan rekam medis pasien dikembalikan ke Instalasi Rekam Medis.

Paragraf 5
Meninggal

Pasal 20
(1). Bila pasien meninggal maka petugas memberitahu penanggung
jawab pasien yang meninggal karena bunuh diri atau sebab lain dan
diminta mengambil jenazah pasien.
(2). Selama menunggu diambil keluarga, jenazah menjadi tanggung
jawab bagian pamulasaran jenazah rumah sakit.
-11-
Bagian Keenam
PENGUNJUNG

Pasal 21
(1). Pasien berhak mendapat maupun menolak kunjungan.
(2). Untuk pasien yang berkaitan dengan proses hukum, misanya visum,
DPJP dapat menetapkan aturan bahwa ia tidak boleh dikunjungi.
(3). Pasien yang kondisinya telah tenang diperkenankan menerima
kunjungan di luar ruangan, dengan seizin petugas.
(4). Pasien yang kondisinya masih labil, menerima kunjungan di dalam
ruangan.
(5). Petugas harus melindungi pengunjung dari kekerasan fisik yang
mungkin dapat dilakukan oleh pasien lain.
(6). Pengunjung wajib mematuhi waktu berkunjung dan aturan
berkunjung yang diberlakukan di masing-masing ruangan

Bagian Ketujuh
PENUNGGU PASIEN

Pasal 22
(1). Pasien dengan kondisi fisik yang berpeluang untuk dirujuk sewaktu-
waktu, harus ditunggui keluarganya (apabila memiliki keluarga).
(2). Penunggu pasien maksimal 2 orang dan harus mematuhi aturan
menunggu yang diberlakukan di ruangan pasien dirawat.
(3). Pasien yang dirawat di ruang kelas II dan III tidak boleh ditunggu.
(4). Pasien yang dirawat di ruang kelas I dan VIP boleh ditunggu, boleh
tidak, akan tetapi wajib ditunggu selama 1 x 24 jam pertama.

Bagian Kedelapan
ETIKOMEDIKOLEGAL

Pasal 23
(1). Pasien yang menjalani perawatan di ruang rawat inap mengalami
gejala klinis yang nyata, sehingga diasumsikan tidak kompeten
membuat keputusan bagi dirinya. Semua pernyataan persetujuan
umum maupun persetujuan tindakan khusus dibuat oleh keluarga
yang merupakan penanggung jawab pasien.
(2). Ruang rawat inap menerima tersangka/terdakwa yang dikirim oleh
penegak hukum untuk menjalani visum dan bila diperlukan
tersangka/terdakwa dapat ditempatkan di ruang seklusi.
(3). Semua surat visum dan surat keterangan yang berhubungan
dengan pasien rawat inap dibuat oleh psikiater yang menjadi
DPJPnya.

-12-
(4). Hal-hal yang berkaitan dengan hukum pada pasien rawat inap
dibicarakan di tingkat Komite Medik dan Komite Etik dan Hukum
Rumah Sakit.

BAB VI
LOGISTIK

Pasal 24
(1). Logistik yang tersedia di ruang rawat inap memberikan peran
penting terhadap mutu pelayanan.
(2). Ketersediaan logistic akan memperlancar pelayanan yang diberikan.
(3). Ketersediaan logistik di ruang rawat inap adalah tanggung jawab
kepala ruang dan pengadaannya sesuai dengan prosedur pengadaan
barang yang telah ditetapkan dengan surat keputusan direktur.
(4). Logistik yang tersedia di ruang rawat inap dikelompokkan menjadi :
a. Ketersediaan farmasi;
b. Ketersediaan makanan untuk pasien;
c. Ketersediaan logistik umum seperti alat administrasi ruangan, alat
kebersihan pasien, alat kebersihan ruangan
d. Ketersediaan logistic teknis,
e. Ketersediaan bahan tenun, misalnya sprei, seragam pasien, taplak,
dan lain-lain.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Pasal 25
(1). Keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap dilakukan dengan
beberapa upaya oleh staf Instalasi Rawat Inap dengan Panduan
praktis pelaksanaan program keselamatan pasien.
(2). Panduan praktis pelaksanaan program keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
1. Mengidentifikasi pasien secara benar
- Identifikasi diberikan sejak pasien masuk, memperoleh
pelayanan, sampai pasien pulang.
- Identifikasi pasien meliputi nama lengkap pasien, tanggal lahir
pasien, dan nomor rekam medis.
2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Meningkatkan pengawasan penggunaan obat-obat yang perlu
kewaspadaan tinggi.
4. Menjamin prosedur yang tepat.
5. Menurunkan resiko infeksi nosokomial dengan Hand Higiene dan
Penggunaan Alat Pelindung Diri.

-13-
6. Menurunkan resiko cidera karena jatuh dengan daftar tilik
penilaian resiko jatuh.
(3). Pemberian pelayanan di Instalasi Rawat Inap perlu
mempertimbangkan hal spesifik untuk mengatasi kasus-kasus terkait
keselamatan pasien seperti kasus melarikan diri, percobaan bunuh
diri, kekerasan terhadap diri sendiri, kekerasan terhadap pasien lain
atau petugas, menolak makan/minum obat, pasien jatuh, dan lain-
lain.

(4). Ruang perawatan pasien perlu didesain agar tidak memiliki akses
melarikan diri dan tidak memiliki peralatan yang memberikan peluang
percobaan bunuh diri.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

Pasal 26
(1). Upaya penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di
Instalasi Rawat Inap bernaung di bawah program tim Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
(2). Program kerja K3 yang berhubungan dengan Instalasi Rawat Inap
adalah:
1. Melakukan pemantauan atas fungsi alat-alat pemadam kebakaran
dan alat-alat lain yang berhubungan dengan keselamatan kerja,
dan memberikan laporan periodic tentang kelayakan alat
tersebut.
2. Menyediakan dan memantau fasilitas telekomunikasi dan tempat
penyimpanan bahan berbahaya.
3. Mengikutsertakan staf Instalasi Rawat Inap dalam pelatihan K3
secara periodic.
4. Menyediakan alat pelindung diri di setiap ruangan.
5. Mengusahakan agar konstruksi bangunan, pencahayaan, dan
kebisingan sesuai dengan standar yang diperkenankan.
6. Penyediaan air bersih di setiap ruangan menggunakan perpipaan
bertekanan positif.
7. Menyediakan tempat pembuangan sampah atau limbah padat.

BAB IX
PENINGKATAN MUTU

Pasal 27
(1). Pengendalian Mutu merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan
agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan standar, pedoman, rencana,
instruksi dan ketentuan peraturan perundang-undangan agar
mencapai target dan yang telah ditetapkan;
-14-
(2). Indikator yang digunakan untuk menilai mutu pelayanan pada
Instalasi Rawat Inap adalah
1. Pemberi pelayanan rawat inap.
2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inap.
3. Pelayanan rawat inap memberikan pelayan kesehatan jiwa anak
dan remaja, gangguan psikotik, gangguan neurotik, dan
gangguan mental organic.
4. Visite dokter speialis antara jam 08.00 – 14.00
5. Pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial dalam waktu
satu bulan.
6. Kematian pasien karena bunuh diri.
7. Kematian pasien > 48 jam.
8. Kejadian pulang paksa.
9. Kejadian re-admisi pasien gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1 bulan.
10. Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa
11. Kepuasan pelanggan rawat inap.
12. Rata-rata penanganan pasien akut.
13. Pemberi pelayanan unit intensif psikiatri

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28
Pada saat Peraturan Direktur ini berlaku:
Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor :
188/2961.9/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi Rawat Inap dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 29
Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan Di : Surakarta
Pada Tanggal : 03 Januari 2018
----------------------------------------------
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH
SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH

R. BASOEKI SOETARDJO

-15-
TABEL STANDAR FASILITAS LAMPIRAN I
INSTALASI RAWAT INAP PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.9 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018

NO RUANG/ KELAS FASILITAS

1. VIP Utama - Satu kamar tidur untuk satu orang


- Kulkas besar 1 pintu
- TV, AC, lemari pakaian
- Kamar mandi dalam, shower, closet duduk, dan
wastafel
- Kasur spring bed
- Meja, kursi, dan sofa
- Tempat tidur dapat diatur posisinya.
2. VIP Biasa - Satu kamar tidur untuk satu orang
- Lemari pakaian sedang
- TV, AC
- Meja kursi dan sofa
- Kamar mandi dalam, shower, closet jongkok, dan
wastafel
3. Kelas I - Satu kamar untuk satu orang
- TV, kipas angin
- Lemari pakaian
- Kamar mandi dalam
4. Kelas II - Satu kamar tidur untuk 2-20 orang
- Kamar mandi dalam
- Meja bersama
- Kipas angin bersama
- TV bersama
5. Kelas II akut - Satu kamar 17 tempat tidur
- Kipas angin bersama
- Kamar mandi dalam
- Meja bersama
- TV untuk bersama
6. Kelas III - Satu kamar 25 tempat tidur
- Kamar mandi dalam
- Kipas angin bersama
- Meja bersama
- TV bersama

DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA


PROVINSI JAWA TENGAH

R. BASOEKI SOETARDJO -16-


BAGAN ALUR PELAYANAN LAMPIRAN II
INSTALASI RAWAT INAP PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.9 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018

IGD
POLIKLINIK

Assessmen Awal Rujuk/rawat


jalan

Ruang Rawat Inap

VIP Ruang rawat Ruang sub KOMORBIDITAS PENYAKIT


Dan Kelas I INTENSIF akut Kelas II, FISIK/Ruang rawat fisik
III

Pulang Pulang Rujuk


Paksa

DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA


PROVINSI JAWA TENGAH

R. BASOEKI SOETARDJO

-17-

Anda mungkin juga menyukai