Anda di halaman 1dari 10

BENTUK KEARIFAN LOKAL ARSITEKTUR TRADISIONAL MINAHASA

Oleh:

Bony Suryarauf1 Runita Rasyid2 Juita Rerung3 Dian C.H. Waleleng4

1)2)3)4) Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi

Abstrak

Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui
kumpulan pengalaman dalam memahami kebudayaan dan keadaan alam sekitar. Kemudian kearifan lokal yang
ditemukan oleh masyarakat lokal tersebut diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui
cerita dari mulut ke mulut. Masyarakat Minahasa memiliki keragaman dalam membangun tempat tinggal sesuai
kebudayaan tradisional yang telah diterapkan pada masing-masing daerah. Arsitektur tradisional Minahasa memiliki
ciri khas tersendiri baik dalam bentuk arsitektural maupun filosofi yang dikandung dari bangunannya dan memiliki
hubungan yang erat terhadap asas sosial budaya masyarakat. Kearifan lokal Minahasa dalam membangun rumah
adat sudah ada sejak periode sebelum gempa bumi tahun 1845 dan dibangun secara gotong royong atau mapalus.
Namun seiring berubahnya zaman, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai faktor lain,
menyebabkan perubahan dalam merancang dan membangun rumah adat Minahasa yang diterapkan oleh beberapa
anggota masyarakat Minahasa. Perubahan ini membuat tradisi dari leluhur sebagai ciri khas dan identitas Suku
Minahasa perlahan-lahan mulai hilang. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan
memahami bagaimana bentuk arsitektural serta filosofi yang terkandung dalam merancang dan membangun rumah
adat Minahasa demi melestarikan kebudayaan dari leluhur suku Minahasa. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian dalam jenis
penelitian kualitatif yang bertujuan mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat
penelitian berjalan dan memberikan informasi apa adanya. Dengan mengetahui dan memahami kearifan lokal dalam
merancang dan membangun rumah adat Minahasa, masyarakat diharapkan mampu melestarikan kembali
kebudayaan dari leluhur suku Minahasa.

Kata kunci: Kearifan lokal, arsitektur tradisional, Minahasa, rumah tradisional, filosofi

1
PENDAHULUAN

Suku Minahasa merupakan salah satu suku bangsa terbesar yang ada di provinsi Sulawesi Utara. Suku
Minahasa juga memiliki beberapa subsuku yang terdiri atas: Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Toulour(Tondano),
Tonsawang(Tombatu/Tondanow), Ponosakan, Pasan(Ratahan), Bantik, dan Babontehu(4). Di tanah Minahasa
terdapat rumah adat yang menjadi ciri khas khusus yang terkenal sebagai identitas suku Minahasa.

Dalam merancang dan membangun rumah adat tradisional suku Minahasa sebagai suatu kebudayaan,
masyarakat Minahasa menggunakan berbagai bentuk arsitektural yang mengandung unsur filosofi. Kebudayaan
tersebut merupakan pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode yang panjang dan berevolusi bersama dengan
masyarakat dan lingkungan di daerah Minahasa berdasarkan apa yang sudah dialami(5). Cara yang diterapkan oleh
leluhur suku Minahasa kemudian menjadi bagian dari budaya masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat itu sendiri. Hal tersebut merupakan kearifan lokal yang diwariskan secara turun temurun dari satu
generai ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut yang ada di suku Minahasa(6). Kearifan lokal ini juga
merupakan benteng bertahan untuk bertahan dari ancaman dan budaya dari luar.

Akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mengubah segala bidang kehidupan
termasuk kebudayaan di suku Minahasa. Salah satu dampak negatif yang terjadi adalah pudarnya kearifan lokal
arsitektur tradisional Minahasa dalam merancang dan membangun rumah adat Minahasa baik itu dalam bentuk
arsitekturalnya maupun filosofi yang terkandung di dalamnya. Kearifan lokal yang pudar tersebut kemudian
memberikan berbagai dampak negatif seperti konflik sosial dan pudarnya ciri khas dan identitas suku Minahasa
yang telah diterapkan oleh para leluhur suku Minahasa.

Kearifan lokal dalam merancang dan membangun rumah adat suku Minahasa yang menggunakan berbagai
bentuk arsitektural yang mengandung unsur filosofinya memiliki permasalahan yang dirumuskan dalam 1)
perubahan fisik rumah tradisional Minahasa dari tahun ke tahun yang meliputi perubahan konstruksi atap, perubahan
tampak pada pengisi konstruksi dinding dan konstruksi jendela, perubahan konstruksi kolong rumah, perubahan
elemen tangga, perubahan fungsi dan pola ruang, perubahan fungsi dapur, dan pola rumah tradisional Minahasa
2)faktor-faktor yang memengaruhi perubahan fisik dan perubahan penggunaan ruang dalam rumah tradisional
Minahasa.

Penelitian dalam merancang dan membangun rumah adat suku Minahasa yang menggunakan berbagai
bentuk arsitektural serta mengandung unsur filosofisnya ini bertujuan untuk 1) Mengetahui dan memahami
perubahan fisik rumah tradisional Minahasa dari tahun ke tahun yang meliputi perubahan konstruksi atap, perubahan
tampak pada pengisi konstruksi dinding dan konstruksi jendela, perubahan konstruksi kolong rumah, perubahan
elemen tangga, perubahan fungsi dan pola ruang, perubahan fungsi dapur, dan pola rumah tradisional Minahasa 2)
Melestarikan kembali kearifan lokal dalam merancang dan membangun rumah adat suku Minahasa lewat
mengetahui dan memahami faktor-faktor yang memengaruhi perubahan fisik dan perubahan penggunaan ruang
dalam rumah tradisional Minahasa.

2
METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
kualitatif merupakan metode yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bertujuan mengungkap fakta,
keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan memberikan informasi apa
adanya. Metode deskriptif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi,
sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan atau lebih, hubungan antar
variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Metode ini meliputi pengumpulan
data, menganalisis data, menginterpretasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada
penganalisisan data tersebut.

Analisa Data

Data dianalisis dengan 2 cara, yaitu:

1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode
penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji
masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan
berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan teknik analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud
membuat generalisasi dari hasil penelitian. Yang termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif
diantaranya seperti penyajian data kedalam bentuk gambar, grafik, tabel, presentase, frekwensi, diagram,
grafik, mean, modus dll. Itulah penjelasan mengenai tekhnik analisis data deskriptif.

3
PEMBAHASAN

Perkembangan Arsitektur Rumah Tradisional Suku Minahasa

A. Pengaruh Sistem Kekerabatan dan Kepercayaan pada Arsitektur Tradisional Minahasa

Rumah Wale merupakan sebutan untuk rumah adat suku Minahasa. Secara sederhana, merupakan
rumah panggung yang dibangun di atas tiang dan balok yang di antaranya terdapat balok yang tidak boleh
disambung.

Terdapat beberapa keunikan dari rumah adat ini. Pada bagian depan terdapat satu tangga dengan
dua kaki. Kedua kaki tangga berhulu satu dan bertemu pada sisi emperan rumah. Satu kaki mengarah ke
kanan, satu lagi mengarah ke kiri. Kaki tangga yang mengarah ke dua arah, kanan dan kiri pada dasarnya
memiliki maksud tersendiri. Ini sehubungan dengan upacara khusus yang dilakukan saat mulai menempati
rumah yang baru. Upacara tersebut bernama Rumamba.

Ritual Rumamba memiliki unsur filosofi yang mengandng makna untuk melindungi rumah dari
segala gangguan, baik dari roh halus maupun manusia yang berniat jahat. Menurut salah seorang warga
Suku Minahasa, Edwien Rumbajan, masyarakat Minahasa juga memercayai adanya kehidupan lain di luar
kehidupan nyata. Mereka juga meyakini adanya kekuatan gaib yang bisa dipakai untuk mencelakai maupun
menolong. "Jadi, masyarakat Minahasa juga ada magis, tapi magis putih yang bermaksud untuk melindungi
keluarga dan menolong orang lain," jelas Edwien.

Itulah sebabnya ada perbedaan fungsi dan kegunaan dari kedua tangga. Tangga sebelah kiri
digunakan untuk para tamu yang datang berkunjung. Seusai berkunjung, para tamu akan keluar dan
meninggalkan rumah lewat tangga sebelah kanan. Jika tamu tersebut turun dari tangga sebelah kiri, itu
pertanda tamu tidak diharapkan oleh tuan rumah atau dengan kata lain, ditolak. Bahkan, bisa juga berarti
tidak diizinkan masuk oleh sang empunya rumah. Ketika ada orang berniat buruk, semisal pencuri, maka
orang itu turun dari sisi tangga sebelah kiri.

Rarampoan merupakan istilah untuk dapur yang tidak tergabung dengan rumah utama. Rarampoan
menempel ke belakang dari rumah induk. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kebakaran. Di
dalam rumah, ada lorong panjang yang seolah membagi rumah menjadi dua sisi sama besar. Sisi kanan dan
kiri terdapat beberapa kamar tidur. Kamar paling depan, dekat dengan pintu masuk biasa ditempati oleh
anggota keluarga lebih tua seperti orangtua. Semakin ke dalam, kamar ditempati oleh anggota keluarga
lebih muda, seperti anak.

Dahulu rumah adat Suku Minahasa tidak berdiri di atas fondasi, tetapi diikat pada pohon besar.
Tangga pun hanya ada satu yang terbuat dari bambu. Tangga tersebut dibuat tidak mati. Artinya, ketika
semua anggota keluarga telah naik masuk rumah, tangga akan ditarik ke atas. Desain tersebut dimaksudkan
untuk menghindari gangguan binatang buas.

Pada zaman dahulu, rumah adat Minahasa hanya terdiri dari satu ruangan. Jika dibutuhkan
pembatas ruang, tali rotan atau ijuk bakal dibentang. Rotan tersebut kemudian digantungi tikar. Namun,
lambat laun rumah adat Minahasa tidak lagi diikat pada pohon besar namun rumah didirikan di atas tanah.
Begitu pun satu ruangan besar telah berubah menjadi berkamar-kamar. Namun yang pasti, upaya untuk
membuat suasana aman dan nyaman bagi keluarga di dalamnya tetap dilakukan baik dengan ritual

4
Rumamba maupun dengan menaikkan tangga yang telah usai digunakan. Itulah kearifan lokal yang dapat
dimaknai sebagai upaya untuk mewujudkan konsep 'rumahku surgaku'.

Ternyata konsep itu telah berlaku sejak masa para leluhur. Namun, saat ini konsep 'rumahku
surgaku' agaknya mulai luntur. Bukan masalah keamanan, melainkan lebih pada kenyamanan.

B. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

Arsitektur rumah tradisional Minahasa dapat dibagi dalam periode sebelum gempa bumi tahun
1945 dan periode pasca gempa bumi 1845-1945, Mamengko(2002). Sebelum 1845 adalah masa Tumani,
sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat di Minahasa, masyarakat telah membuat rumah yang besar di
atas tiang-tiang tinggi yang besar. Rumah dihuni oleh 10 sampai 20 keluarga inti yang dibangun secara
gotong royong atau mapalus.

Sumber: http://vinnynazalita.blogspot.co.id/2010/01/perkembangan-arsitektur-rumah_05.html

Karakteristik konstruksinya, rangka atapnya adalah gabungan bentuk pelana dan limas, konstruksi
kayu atau bambu batangan, diikat dengan tali ijuk pada usuk dari bambu, badan bangunan menggunakan
konstruksi kayu dan sistem sambungan pen dan lubang atau dalam istilah bahasa Inggris disebut Tenon dan
Mortise. Kolong bangunan terdiri dari 16-18 tiang penyangga dengan ukuran 80-200 cm (ukuran dapat
dipeluk oleh dua orang dewasa). Karakteristik ruang dalam rumah, hanya terdapat satu ruang bangsal untuk
semua kegiatan penghuninya. Pembatas teritorial adalah dengan merentangkan rotan atau tali ijuk dan
menggantungkan tikar (Graafland, 1898). Orientasi rumah menghadap ke arah yang ditentukan oleh Tonaas
yang memperoleh petunjuk dari Empung Walian Wangko (Tuhan). Konstruksi rumah tradisional Minahasa
tahun 1845-1945 mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan sebelumnya, yaitu atap bentuk pelana
atau gabungan antara bentuk pelana dan limas, demikian juga pada kerangka badan bangunan rumah yang
terdiri dari kayu dengan sambungan pen, dan kolong rumah terdiri 16-18 tiang penyanggah. Perbedaannya
hanya tiang penyanggah berukuran lebih kecil dan lebih pendek dari masa sebelumnya, yaitu sebesar 30/30
cm atau 40/40 cm, tinggi 1,5-2,5 meter.

Karakteristik ruang dalam rumah masa 1845-1945 adalah berbeda dengan sebelumnya, Karena
sudah terdapat beberapa kamar, seperti badan rumah terdepan berfungsi sebagai ruang tamu atau emperan,
ruang tengah difungsikan untuk menerima kerabat dekat, dan ruang tidur untuk orang tua dan anak
perempuan, ruang tengah belakang tempat lumbung padi (sangkor). Ruang masak terpisah pada bangunan
lainnya. Fungsi loteng atau soldor adalah sama dengan masa sebelumnya yang diperuntukkan menyimpan
hasil panen.

5
C. PERUBAHAN FISIK RUMAH TRADISIONAL MINAHASA
Perubahan fisik rumah tradisional Minahasa Nampak pada perubahan konstruksi dan material,
sebagai berikut:

1. Perubahan konstruksi atap


Material rangka atap yang dipakai adalah kayu, dan untuk penutup atau pelapis atap digunakan
daun rumbia. Perubahan bentuk dan konstruksi atap yang terdapat di Desa Tonsea lama terdapat 72,7
% dan di Desa Rurukan terdapat 88,9 %. Konstruksi atap kasau di Desa Tonsea lama menjadi
konstruksi atap dengan kuda-kuda berdiri, perubahan dilakukan setelah 30-40 tahun pembangunan
(pada waktu daya tahan kayu menurun sesuai dengan umur konstruksi kayu). Material konstruksi atap
rumbia diganti dengan atap di Desa Tonsea lama, dilakukan sejak tahun 1920 sampai saat ini, dan di
Desa Rurukan perubahan dilakukan sejak 1932 sampai saat ini. Sesuai penuturan penghuni rumah,
umur atap rumbia adalah 10-15 tahun, dan saat ini material atap rumbia sulit diperoleh dan kualitasnya
menurun Karena masa pakainya hanya 1-3 tahun.

Sumber: http://vinnynazalita.blogspot.co.id/2010/01/perkembangan-arsitektur-rumah_05.html

2. Pengisi konstruksi dinding dan konstruksi jendela


Rangka badan rumah tetap, tetapi perubahan nampak pada pengisi konstruksi dinding dan
konstruksi jendela. Perubahan konstruksi dinding terjadi setelah bangunan rumah berumur 70 tahun.
Material konstruksi dinding terpasang horizontal dirubah dengan memasang secara vertical (khususnya
di Desa Tonsea lama). Konstruksi jendela 2 sayap diubah menjadi jendela kaca nako/jalusi (di Desa
Tonsea lama dan Desa Rurukan).

Sumber: http://vinnynazalita.blogspot.co.id/2010/01/perkembangan-arsitektur-rumah_05.html

3. Perubahan konstruksi kolong rumah

6
Perubahan konstruksi kolong rumah yang terdapat di Desa Rurukan dan Tonsea lama, yaitu
perubahan pada peran bantalan bawa yang telah diabaikan, akibat dari pengaruh umur bangunan, kayu
lapuk dan hancur. Dampaknya nampak pada struktur rumah yang labil, terutama bila beban hidup
yang diterima besar. Perubahan juga nampak pada batu alas watulaney yang sudah tenggelam dalam
tanah dan diganti dengan beton cor. Perubahan tiang kolong kayu di ganti dengan tiang beton,
sehingga tidak memerluka elemen bantalan bawa, batu alas. Tinggi kolong-kolong rumah tetap di
pertahankan 1,5 sampai 2,5 meter, karena kolong rumah di manfaatkan untuk kegiatan sehari hari.
Namun demikian beberapa rumah tradisional Minahasa di Desa Rurukan telah merubah tinggi kolong
rumah yang sesuai dengan ukuran dan kualitas kayu.

Sumber: http://vinnynazalita.blogspot.co.id/2010/01/perkembangan-arsitektur-rumah_05.html

4. Perubahan elemen tangga


Perubahan elemen tangga di tinjau dari posisi atau peletakan tangga dan jumlah anak tangga. Di
Desa Tonsea lama masih terdapat 54,5% rumah tradisional Minahasa yang mempertahankan posisi dua
buah tangga di depan rumah, terletak di samping kiri dan kanan depan rumah, terletak segaris
berlawanan arah serta dengan jumlah anak tanggal ganjil. Sedangkan posisi letak tangga di Desa
Rurukan terdapat 66,7% rumah tradisional yang masih mempertahankan masing masing satu buah
tangga yang terletak di depan dan di belakang rumah, pada posisi samping kiri atau kanan rumah,
posisi berlawan arah dan jumlah anak tangga ganjil. Adapun material kayu untuk tangga tetap
dipertahankan di Desa Rurukan. Akan tetapi 54,5% rumah tradisional Minahasa di Desa Tonsea lama
telah mengganti tangga kayu menjadi tangga beton.

5. Perubahan fungsi dan pola ruang.


1. Ruang loteng
Ruang loteng pada rumah tradisional Minahasa dari periode 1845 sampai 1945 memiliki
fungsi, antara lain sebagai kamar tidur anak laki-laki dan tempat menyimpan hasil kebun. Fungsi
ini kemudian berkembang menjadi tempat menjemur pakaian di musim hujan, menyimpan barang-
barang atau sebagai gudang. Sejak listrik masuk di Minahasa, ruang loteng tidak di fungsikan lagi.
2. Ruang kolong
Ruang kolong di Desa Tonsea lama 72,7% dan di Desa Rurukan 33,3% telah mengalami
perubahan. Lancarnya arus transportasi dan mobilisasi penduduk dari desa ke desa menimbulkan
berbagai perubahan. Di Tonsea lama ada yang menjadikan kolong sebagai tempat makanan,

7
tempat disewakannya bendi atau delman. Sedangkan di Desa Rurukan kolong yang ada disewakan
tempat untuk menyimpan kuda pacu.
3. Ruang tengah belakang
Di ruang tengah belakang tidak lagi ditempatkan sankor atau lumbung padi, tetapi hanya
di fungsikan untuk ruang makan, ruang keluarga ataupun ruang belajar.
Fungsi kamar tidur sampai saat ini tidak berubah.

6. Dapur
Pada bagian dapur terjadi penegasan fungsi dapur. Fungsi dapur menjadi lebih khusus yakni
tempat memasak dilakukan di dapur kering dan mencuci peralatan dapur serta bahan untuk di masak
dilakukan di dapur basah.

7. Pola rumah
Pola rumah tradisioanl Minahasa di Desa Tonsea lama berbeda dengan di Desa Rurukan. Di Desa
Tonsea lama denah awalnya simetris, sama dengan bentuk asli rumah tradisional Minahasa. Sedangkan
di Desa Rurukan denah awal rumah telah asimetris sejak awal pendirian. Di Desa Tonsea lama terdapat
72,7% serta 11,% di Desa Rurukan yang pola tekanan ruang awalnya sama dengan bentuk aslinya
sebesar 88,9%. Sedangkan lainnya telah berubah. Kamar tidur tambahan diletakan di depan atau
belakang pada salah satu sisi letak kamar tidur yang ada. Perubahan lainnya adalah perubahan
peletakan dapur. Letak dapur didirikan terpisah dari rumah utama. Sekarang dapur di tempatkan di
dalam rumah utama atau induk.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERUBAHAN FISIK DAN PERUBAHAN


PENGGUNAAN RUANG DALAM RUMAH TRADISIONAL

 Beberapa faktor yang memengaruhi perubahan fisik konstruksi rumah tradisional Minahasa yakni
sebagai berikut:
1. Faktor status kepemilikan rumah dan lahan
Faktor ini memengaruhi kualitas perawatan rumah .Tanpa adanya jaminan kepastian tentang status
kepemilikan rumah dan lahan, penghuni rumah merasa tidak aman untuk menginvestasikan dananya
pada rumah tempat tinggalnya. Akibatnya kayu lapuk dan diganti seadanya dalam memengaruhi sistem
konstruksi rumah tradisionalnya.
2. Faktor ekonomi penghuni
Perekonomian penghuni memengaruhi perubahan material konstruksi rumah. Penggunaan
material-material baru pada rumah tinggal menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi penghuninya.

 Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perubahan penggunaan ruang dalam rumah yakni sebagai
berikut:
1. Faktor kebutuhan ruang
Bagi keluarga di Desa Tonsea lama dan Rurukan, rumah tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan
fisilogis dan kebutuhan akan rasa aman saja, tetapi telah meningkat pada kebutuhan untuk
bersosialisasi. Ruang tidur dipindahkan pada satu sisi bangunan untuk memperoleh ruang tamu
yang luas untuk dapat beribadah bersama keluarga dan tetangga di lingkungannya (aktifitas
beribadah kolom).
2. Faktor perkembangan teknologi
Faktor ini juga memengaruhi perubahan fisik rumah, karena pengolahan hasil produksi padi, jagung
sudah mempergunakan mesin pemipil dan mesin pemila, sehingga penghuni rumah tidak
membutuhkan lagi ruang penyimpanan di loteng atau sankor.

8
KESIMPULAN

Setelah mengetahui hasil penelitian dan pembahasan tentang kearifan lokal arsitektur tradisional n usantara
yang terwujud pada ciri khas tersendiri baik dalam bentuk arsitektural maupun filosofi yang dikandung dari
bangunannya, dapat disimpulkan bahwa ada begitu banyak perubahan yang terjadi dalam merancang dan
membangun rumah adat Minahasa. Hal ini telah dibahas mulai pada: perubahan fisik rumah tradisional Minahasa
dari tahun ke tahun yang meliputi perubahan konstruksi atap, perubahan tampak pada pengisi konstruksi dinding
dan konstruksi jendela, perubahan konstruksi kolong rumah, perubahan elemen tangga, perubahan fungsi dan pola
ruang, perubahan fungsi dapur, dan pola rumah tradisional Minahasa. Selain itu terdapat faktor-faktor yang
memengaruhi perubahan fisik yang meliputi faktor status dan kepemilikan lahan; faktor ekonomi penghuni
kemudian adanya faktor perubahan penggunaan ruang dalam rumah tradisional yang meliputi faktor kebutuhan
ruang; faktor perkembangan teknologi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi
dalam merancang dan membangun rumah adat tradisional Minahasa pada era ini terjadi karena memiliki berbagai
faktor. Namun bukan berarti faktor-faktor tersebut menjadi penghalang bagi masyarakat suku Minahasa untuk
melestarikan kembali kebudayaan dari leluhur suku Minahasa. Maka dari penelitian ini, masyarakat suku Minahasa
diharapkan mampu untuk tetap menjaga, melindungi dan merawat rumah adat tradisional Minahasa yang masih ada
demi kelestarian kebudayaan sebagai identitas khas suku Minahasa.

9
DAFTAR PUSTAKA

4) https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minahasa

5) https://www.infokekinian.com/pengertian-dan-contoh-kearifan-lokal/

6) https://id.wikipedia.org/wiki/Kearifan_lokal

https://id.wikipedia.org/wiki/Kearifan_lokal

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/penelitian-deskriptif-kualitatif.html?m=1

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/perkembangan-arsitektur-suku-minahasa/

http://vinnynazalita.blogspot.co.id/2010/01/perkembangan-arsitektur-rumah_05.html

https://www.scribd.com/doc/249035171/Perkembangan-Arsitektur-Rumah-Tradisional-Suku-Minahasa-part-2-docx

http://abdusulaiman.blogspot.co.id/2015/12/macam-macam-teknik-analisis-data.html

10

Anda mungkin juga menyukai