Anda di halaman 1dari 3

CAMBRA REPORT

A. DMFT
DMFT adalah indeks yang menunjukan prevalensi gigi karies individual secara numerik
dan didapatkan dari hasil penjumlahan gigi D(Decayed), M (Missing), dan F (Filled).
Digunakan untuk mengetahui seberapa banyak gigi yang telah dipengaruhi oleh karies
sebelum proses pemeriksaan. DMFT dibuat berdasarkan fakta bahwa gigi merupakan jaringan
keras dan tidak mempunyai sifat self-healing sehingga apabila ada karies akan terbentuk
kavitas, atau mungkin akan diekstraksi atau direstorasi (Marya,2011).
1. D – Decayed
Apabila gigi mengalami diskolorisasi, diskontinuitas permukaan email, ada kavitas, gigi
dengan restorasi sementara, kerusakan mahkota karena karies, atau ketika ada karies dan
restorasi pada satu gigi maka gigi termasuk D (Harimath,2011;Marya,2011).
2. M – Missing
Apabila gigi hilang karena karies dan sudah diekstraksi atau terdapat karies yang sudah
tidak dapat direstorasi dan diindikasikan untuk ekstraksi (Harimath,2011 ;Marya,2011).
3. F – Filled
Apabila terdapat gigi yang direstorasi permanen akibat karies (Marya,2011).
Berdasarkan hasil pemeriksaan probandus yang bernama Munazah Galuh P.N. (10575)
pada tanggal 10 Oktober 2017, didapatkan bahwa gigi 16, 26, 46 terdapat karies, gigi 36
terdapat karies yang tidak dapat direstorasi sehingga diindikasikan untuk diekstraksi, dan
gigi 42 tidak tumbuh. Dengan itu, nilai DMF-T probandus : D + M + F = 3 + 2 + 0 = 5.
B. CAMBRA
1. Indikator penyakit
Menggambarkan tanda fisik dari keberadaan karies saat ini atau yang sudah terjadi.
Indikator ini menjadi prediktor kuat bahwa karies akan terus berlanjut apabila tidak
ditangani. Terdiri dari empat komponen yaitu, a. Terlihat kavitas pada lesi atau gambaran
radiografis hingga dentin (YA), b. Gambaran radiografik lesi pada email (dilewati karena
tidak dilakukan), c. Ada white spot di permukaan gigi (YA), dan d. Terdapat restorasi pada
3 tahun terakhir (TIDAK). Apabila salah satu dari keempat komponen positif, maka
pasien otomatis masuk ke resiko karies tinggi (Featherstone, 2007;Hurlbutt,2011).
2. Faktor Risiko (Faktor predisposisi biologis)
Menunjukan alasan biologis yang menyebabkan atau mendukung aktivitas karies saat ini
atau kedepannya. Terdapat hubungan antara faktor risiko dengan etiologi karies. Sehingga
dapat digunakan sebagai petunjuk apa yang harus diperbaiki untuk mengubah hal yang
tidak seimbang saat terjadi karies. Terdiri dari sembilan komponen yaitu, a. MS dan LB,
keduanya ada pada tingkat mdium atau tinggi (tidak dilakukan), b. Terdapat plak yang
tebal pada gigi (TIDAK), c. Frekuensi konsumsi snack >3x sehari di antara makan (YA),
d. Terdapat pit dan fissure yang dalam (YA),e. Ketergantungan pada obat-obatan
(TIDAK), f. Aliran saliva tidak adekuat yang didapatkan melalui pengamatan atau
pengukuran (TIDAK), g. Faktor pengurang laju saliva (medikasi/radiasi/sistemik)
(TIDAK), h. Akar gigi terlihat (TIDAK), i. Menggunakan alat ortodontik (TIDAK)
(Featherstone, 2007;Hurlbutt,2011).
3. Faktor Protektif
Pengukuran biologis dan terapetik yang bisa digunakan untuk mencegah atau mengurangi
kemampuan patologis penyebab karies. Semakin tinggi risiko karies maka semakin intens
faktor protektif yang harus dilakukan. Terdiri dari sepuluh komponen, yaitu a.
Tinggal/kerja/sekolah pada komunitas yang mendapatkan flouridasi (di Indonesia tidak
dilakukan, TIDAK), b. Pasta gigi berflouride minimal 1 kali sehari (YA), c.Pasta gigi
berflouride minimal 2 kali sehari (YA), d. Obat kumur berflouride (0.05%NaF) setiap hari
(TIDAK), e. Pasta gigi berflouride 5000ppmF setiap hari (Di Indonesia rata-rata
kandungan fluoride pada pasta gigi tidak mencapai 5000 ppm, TIDAK), f. Flouride
varnish dalam 6 bulan terakhir (TIDAK), g. Aplikasi topikal Flour oleh dokter gigi dalam
6 bulan terakhir (TIDAK), h. Diresepkannya Chlorhexidine/ digunakan seminggu sekali
dalam 6 bulan terakhir (TIDAK), i. Permen karet xylitol/ lozenges 4 kali sehari dalam 6
bulan terakhir (TIDAK), j. Laju saliva yang adekuat (>1ml/min terstimulasi) (YA)
(Featherstone, 2007;Hurlbutt,2011).
Dari hasil pemeriksan saliva, resting saliva probandus mempunyai flow rate 30-
60 detik (normal), konsistensi frothy bubbly, dan pH 7,4 atau di range 6,8-7,8 (normal).
Dan stimulated saliva dengan volume >5,5 ml (Normal), pH 7,6 atau di range 6,8-7,8
(normal), dan kemampuan buffer 10-12 (Normal). Sedangkan pemeriksaan plak
didapatkan area yang mengalami pewarnaan ungu muda di gigi 11, 21 (Labial) ;
31,41,32 (Incisal) ; 15,16,25,26 (Oklusal) ; 34 (Lingual).
Penggunaan medikasi (obat diuretik, antikolinergik), radiasi, dan kondisi sistemik
benar dapat mengurangi laju saliva karena dapat berkompetisi dengan hormon, mengubah
keseimbangan elektrolit, mengganggu sistem saraf yang menginervasi, efek
radiosensitivitas kelenjar saliva yang terpapar radiasi, atau penurunan jumlah serta fungsi
sel apabila ada gangguan sistemik (Iorgulescu, 2009; Vinayak, 2013).
Penilaian faktor resiko karies dari probandus berdasarkan wawancara CAMBRA
adalah tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena pada indikator penyakit terdapat dua
jawaban YA dan sesuai dengan teori Feathersone, dkk. (2007) bahwa apabila salah satu
dari komponen indikator penyakit hasilnya positif, pasien secara otomatis masuk ke
kategori resiko karies tinggi.
C. REKOMENDASI

Pemeriksaan kami menunjukan bahwa anda mempunyai risiko tinggi untuk mendapatkan karies
baru di kemudian hari. Dengan begitu, kami ingin membantu anda untuk berada di situasi aman dan
menghindari karies baru. Kami merekomendasikan anda untuk mengikuti hal berikut :

 Memenuhi kesediaan untuk tes bakteri sebagai dasar sebelum terapi antibakteri, hasil akan
keluar tiga hari kemudian.
 Mengurangi snack manis di antara makan dan menggantinya dengan snack tinggi protein
(keju).
 Gosok gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi dengan kandungan fluor 5000 ppm.
 Menggunakan obat kumur sehari sekali sebelum tidur (10 ml selama satu menit), paling tidak
sejam setelah menggosok gigi.
 Melakukan restorasi atau fissure sealant pada gigi karies
 Mengunyah permen karet xylitol empat kali sehari
 Melakukan fluoride varnish (3-4 bulan sekali) atau meminta topikal fluor
 Mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali untuk pemeriksaan berkala
(Featherstone, dkk., 2007)
Daftar Pustaka :
Featherstone, J.D.B., Domejean-orliaguet, S., Jenson, L., Wolff, M., Young, D.A., 2007, Caries
Risk Assessment in Practice for Age 6 Through Adult, CDA Journal, Vol 35 No
10:hal 703-713.
Hiremath, S.S., 2011, Textbook of Preventive and Community Dentistry, 2nd ed., Elsevier,
Haryana, hal 212.
Hurlbutt, M., 2011, CAMBRA : Best Practices in Dental Caries Management, ADA CERP, Vol
31 No 10 : hal 97-108.
Iorgulescu, G., 2009, Saliva between normal and pathological. Important factors in determining
systemic and oral health, Journal of Medicine and Life, Vol 2 No 3: hal 303-307.
Marya, C.M., 2011, A Textbook of Public Health Dentistry, Jaypee Brothers Medical Publisher,
New Delhi, hal 204-205.
Vinayak, V., Annigeri, R.G., Patel, H.A., Mittal, S., 2013, Adverse affects of drugs on saliva and
salivary glands, Journal of Orofacial Sciences, Vol 5 No 1: hal 15-20.

Anda mungkin juga menyukai