Anda di halaman 1dari 27

Tingkatan Takson dalam Klasifikasi

Tingkatan takson adalah tingkatan unit atau kelompok makhluk hidup

yang disusun mulai dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah. Urutan

tingkatan takson mulai dari tingkat tertinggi ke tingkat terendah, yaitu

kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), phylum (filum) atau divisio

(divisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia (famili/suku), genus

(marga), species (spesies/jenis), dan varietas (ras).

Tingkatan Takson dalam


Klasifikasi

Makin tinggi tingkatan takson, maka akan makin banyak anggota takson,

namu makin banyak pula perbedaan ciri antar anggota takson.

Sebaliknya, makin rendah tingkatan takson, maka makin sedikit anggota

takson, dan makin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.

Kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia)

Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi dengan jumlah anggota

takson terbesar. Organisme di bumi dikelompokan menjadi beberapa

kingdom, antara lain kingdom animalia (hewan), kingdom plantae


(tumbuhan), kingdom fungi (jamur), kingdom monera (organisme

uniseluler tanpa nukleus), dan kingdom protista (eukariotik yang memiliki

jaringan sederhana). Dari tahun 1970-an sampai abad ke-20, sebagian

besar buku pelajaran ilmiah menggunakan sistem klasifikasi dengan lima

kerajaan-prokariota, protista, jamur, tumbuhan, dan hewan. Tetapi para

ilmuwan kemudian menyadari bahwa kerajaan prokariot terdiri dari dua

macam mikroba. Hal ini menyebabkan pemisahan prokariota menjadi dua

kerajaan: Archaea dan Bakteri. Kerajaan Protista berisi kelompok

campuran hewan sebagian besar sederhana, bersel satu. Organisme ini

termasuk ganggang, jamur air, dan amuba. Banyak ilmuwan telah

mengusulkan membagi protista menjadi dua atau lebih kerajaan yang

terpisah. Kerajaan tanaman, Plantae, mengandung lumut, pakis, konifer,

dan tanaman berbunga. Kingdom Fungi mencakup jamur, jamur roti, ragi,

dan lumut. Banyak ilmuwan juga memasukan ganggang hijau di kerajaan

ini. Kerajaan hewan, Animalia, termasuk mamalia, ikan, serangga, dan

cacing.

Phylum (filum) atau divisio (divisi)

Phylum digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi digunakan

untuk takson tumbuhan. Kingdom animalia dibagi menjadi beberapa

phylum, antara lain filum chordata (memiliki notokorda saat embrio),

filum echidermata (hewan berkulit duri), dan filum platyhelminthes

(cacing pipih). Nama divisi pada tumbuhan menggunakan akhiran-phyta.

Contoh, kingom plantae dibagi menjadi tiga divisi, antara lain bryophyta
(tumbuhan lumut), pteridophyta. Ini adalah takson tertinggi ketiga. Untuk

hewan, bakteri, dan kerajaan archaea, pakar taksonomi umumnya

menggunakan istilah filum. Untuk jamur, tanaman, dan protista, para

ilmuwan sering menggunakan istilah divisi, tetapi mereka kadang-kadang

menerima filum. Manusia dan semua hewan lainnya dengan tulang

punggung milik filum Chordata.

Classis (kelas)

Anggota takson pada setiap filum atau divisi dikelompokan lagi

berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan

menggunakan akhira yang berbeda-beda, antara lain : -edoneae (untuk

tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk lumut), -phycae (untuk

alga), dan lain-lain. Contohnya, divisi Angiospermae dibagi menjadi dua

kelas, yaitu kelas Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi

bryophyta diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu hepaticopsida (lumt

daun); dan filum chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokan

menjadi 3 kelas, yaitu Xantophyceae, Chrysophyceae, dan

Bacillariophyceae.

Ordo (Bangsa)

Angggota takson pada setiap kelas dikelompokan lagi menjadi beberapa

ordo berdasarkan persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada

takson tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –ales.Sebagai contoh,

kelas Dicotyleneae dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain ordo

Solanales, Cucurbitales, Malvales, Rosales, Asterales, dan Poales.


Familia (Familia/Suku)

Anggota takson setiap ordo di kelompokan lagi menjadi beberapa famili

berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Familia berasal dari bahasa

latin Familia. Nama famili pada tumbuhan biasanya menggunakan akhiran

–aceae, misalnya famili Solanaceae, Cucurbetaceae, Malvaceae,

Rosaceae, Asteraceae, dan Poaceae. Namun, ada pula yang tidak

menggunakan akhiran kata-aceae, misalnya Compositae (nama lain

Astraceae) dan Graminae (nama lain Poaceae). Sementara nama famili

pada hewan menggunakan akhiran kata –ideae, misalnya Homonidae

(manusia), Felidae (kucing), dan Canidae (anjing).

Genus (Marga)

Anggota takson setiap famili dikelompokan lagi menjadi beberapa genus

berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu yang lebih khusus. Khaidah

penulisan nama genus, yaitu huruf besar pada kata pertama dan dicetak

miring atau digarisbawahi. Sebagai contoh, famili Poaceae tediri atas

genus Zea (jagung), Saccarum (tebu), Triricum (gandum),

dan Oryza(padi-padian)

Species (Speciea janin)

Species merupakan tingkatan takson palig dasar atau terendah. Anggota

takson memiliki paling banyak persamaan ciri dan terdiri atas organisme

yang bila melakukan perkawinan secara ilmiah dapat menghasilkan

keturunan yang fertil (subur). Nama species tediri dari atas dua kata;

kata pertama menunjukan nama sfesifiknya, Sebagai contoh, pada


genus Rosaterdapat spesies Rosa multiflora, Rosa canina, Rosa alba, Rosa

rugosa, dan Rosa dumalis.

Seperti contoh yang disebutkan diatas, spesies diidentifikasi oleh genus

dan nama spesies. Sistem klasifikasi ini disebut sistem binomial (dua

nama). Kedua kata-kata yang dicetak miring (jika tulisan tangan atau

diketik, keduanya digarisbawahi). Huruf awal dari nama genus

dikapitalisasi, tetapi spesies tidak. Sebuah subspesies diidentifikasi

dengan tiga nama, dengan nama subspesies berikut nama-nama genus

dan spesies.

Lebih dari 1,700,000 spesies organisme telah diidentifikasi, dan ribuan

yang baru diidentifikasi dan diklasifikasikan setiap tahun. Teknik-teknik

baru yang terus dikembangkan yang membuat identifikasi dan klasifikasi

organisme yang lebih akurat. Untuk alasan ini, organisme sering harus

direklasifikasi, dan jajaran dan nama taksa kadang-kadang harus direvisi.

Komisi ilmuwan internasional menetapkan aturan, atau kode, untuk

mengadopsi nama ilmiah. Set kode yang berbeda ada untuk botani,

zoologi, dan mikrobiologi. Ketiga kelompok bekerja untuk

menggabungkan kode mereka ke dalam satu set standar aturan yang

mencakup semua kehidupan.

Varietas atau Ras

Pada organisme –organisme satu spesies terkadang masih ditemukan

perbedaan ciri yang sangat jelas, sangt khusus atau bervariasi sehingga
disebut varietas (kultifar) atau ras.

Istilahvarietas dan kultifar digunakan dalam spesies tumbuhan,

sedangkan istilah ras digunakan dalam spesies hewan. Varietas dapat

diartikan secara botani dan secara agronomi.

Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam satu spesies

yang menunjukan perbedaan ciri yang jelas. Penanamannya diatur oleh

ICBN ( Intenational Code of Botanical Nomenclature). Penulisan varietas

dicetak miring atau digarisbawahi. Contohnya; Oryza sativa var indica

(Padi) dan Zea mays L, var tunicata (jagung).

Sementara itu varietas secara agronomi adalah sekelompok tanaman

yang memiliki satu atau lebih ciri khas yang dapat dibedakan secara jelas

dan ciri tersebut dapat dibedakan dipertahankan bika dikembangkan

secara vegeatif (aseksua) maupun secara generati (seksual). Varietas

dalam agoronomi disebut juga kultifar. (Kultifar terdir atas populasi

tanaman budidaya terseleksi, galur murni, hasil kloning, dan hasil hibrida.

Istilah kultifar diajukan oleh L.H. Bailey pada tahun 1923. Cara

penanaman kutifar diatur oleh ICNCP (International code of Nomenclature

for Cultivated Palnts).Cara penulisan kultifar adalah dengan memberi

tanda petik dan tidak dicetak miring, Contoh: Oryza sativa ‘Cisadane’

(padi); kultifar pada spesies Rosa alba, antara lain Rosa alba ‘Mormors

rose’ Rosa alba ‘Blush hip’, Rosa alba ‘Suaveolens’, Rosa

alba ‘Celestial’, Rosa alba ‘Amelie’, dan Rosa alba ‘Chloris’.


Diantara tingkatan takson tersebut terkadang terdapat tingkatan antara.

Tingkatan dibawah suatu takson menggunakan

naama subtakson. Contohnya dibawah ini famili ada subflum, di bawah

ordo ada subordo , dibawah famili ada subfamili, dan seterusnya, Nama

subfamili pada hewan menggunakan akhiran –inae, misalnya Caninae,

Felinae, dan Boainae. Sebaliknya, diatas tingkatan takson tedapat

supertakson. Contohnya diatas kelas ada superkelas, di atas ordo ada

superordo, di atas famili ada tingkatan superfamili, dan seterusnya.

Tabel 1.1 menunjukan contoh tingkatan takson pada hewan, sedangkan

Tabel 1.2 menunjukan contoh tingkatan takson pada tumbuhan.

Tabel 1.1 Tingkatan takson pada beberapa hewan.

Nama Organisme
Tingkatan takson
Manusia Harimau Kucing

Kingdom Animalia Animalia Animalia

Filum Chordata Chordata Chordata

Subfilum Vertebrata Vertebrata Vertebrata

Kelas Mammalia Mammalia Mammalia

Ordo Primata Carnivora Carnivora

Famili Homonidae Felidae Felidae

Genus Homo Panthera Felis

Spesies Homosapiens Panthera tigris Felis catus


Tabel 1.2 Tingkatan takson pada beberapa tumbuhan.

Nama Organisme
Tingkatan Takson
Jagung Tomat Mawar

Kingdom Plantae Plantae Plantae

Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta


Divisi
(Angiospermae) (Angiospermae) (Angiospermae)

Liliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida


Kelas
(Monocotyledoneae) (Dicotyledoneae) (Dicotyledoneae)
Ordo Poales Solanales Rosales
Famili Poaceae Solanaceae Rosaceae
Genus Zea Solanum Rosa
Spesies Zea mays Solanum lycopersicum Rosa multiflora

http://www.sridianti.com/tingkatan-takson-dalam-klasifikasi.html
A. Ciri Umum Plantae
Dunia tumbuhan (Plantae) mencakup semua organisme multiseluler, autotrop, fotosintetik.
Dinding sel tumbuhan disusun atas senyawa selulosa, dan menyimpan kelebihan karbohidratnya
dalam bentuk amilum. Akan tetapi, ternyata tidak semua organisme dengan ciri seperti itu dapat
digolongkan sebagai tumbuhan. Bagaimana dengan ganggang hijau? Kamu tahu ganggang ini
bersifat fotosintetik! Jika demikian, bagaimanakah membedakan ganggang multiseluler dengan
tumbuhan? Tumbuhan merupakan organisme yang sepenuhnya menyesuaikan diri dengan
kehidupan di darat, meskipun beberapa di antaranya hidup di air seperti teratai. Oleh karena itu,
tumbuhan (Plantae) berupa kormus (memiliki akar, batang dan daun sejati), bahan-bahan yang
diperlukan tumbuhan, seperti cahaya, CO2 , air, dan min- eral diperoleh melalui berbagai proses
yang terjadi pada ketiga organ tersebut. Selain itu, semua tumbuhan memiliki kloroplas dengan
klorofil a dan klorofil b. Ganggang hijau diketahui hanya memiliki klorofil b.
Dalam sistem klasifikasi 5 kingdom, tumbuhan (Plantae) dibagi dalam beberapa divisio.
Termasuk di dalamnya jenis-jenis tumbuhan golongan lumut, paku-pakuan, dan tumbuhan
berbiji. Perhatikan tabel klasifikasi tumbuhan di bawah ini!

Divisio Nama umum


Tumbuhan tidak Bryophyta Lumut daun
berpembuluh Hepatophyta Lumut hati
Anthocerophyta Lumut tanduk
Tumbuhan Tidak berbiji Lycophyta Paku kawat
berpembuluh Sphenophyta Paku ekor kuda
Pteridophyta Paku sejati
Berbiji Tumbuhan berbiji Coniferophyta Konifer
terbuka Cycadophyta Sikas
(Gymnospermae) Ginkgophyta Ginkyo
Gnetophyta Melinjo
Tumbuhan berbiji Anthophyta Tumbuhan
tertutup berbunga
(Angiospermae)
Diadaptasi dari Campbell

B. Lumut
1. Ciri-Ciri dan sifat lumut
Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang hidup di permukaan tanah,
batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan yang hidup di air. Padahal tidak semuanya benar.
Kalau kita cermati, mereka semua masih berupa talus jadi belum memiliki kormus yang jelas.
Semua lumut merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak berpembuluh, tetapi sudah memiliki
batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun akarnya masih berupa rizoid. Maka lumut
dianggap sebagai peralihan antara tumbuhan thallus ke tumbuhan berkormus, karena memiliki
ciri thallus berupa rizoid dan kormus yang telah menampakkan adanya bagian batang dan daun.
Bryophyta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, oleh karenanya memiliki profil yang
rendah, tingginya hanya 1–2 cm dan yang paling besar tingginya tidak lebih dari 20 cm.
Lumut dapat dengan mudah dijumpai di tempat yang lembap atau basah, seperti menempel
pada pohon dan di permukaan batu bata. Di kutub, lumut merupakan penyusun ekosistem
tundra (padang lumut). Lumut yang hidup di permukaan batu bata berbentuk seperti beludru
yang berwarna hijau. Ada juga yang berupa lembaran menempel pada tebing atau dinding
sumur. Lumut yang hidup di pohon, tubuhnya menjulur panjang, menggantung. Lumut kering
yang dijual sebagai media tanaman disebut moss.
Lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut mengalami
dua fase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid). Alat
perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat perkembangbiakan betina berupa
archegonium.
Dalam daur hidup lumut, misalnya lumut daun, generasi gametofit (haploid) merupakan generasi
yang dominan. Generasi sporofitnya lebih kecil dan hidup lebih pendek. Generasi sporofit
(diploid) menghasilkan spora haploid melalui pembelahan meiosis dalam suatu struktur yang
disebut sporangium. Spora yang kecil, apabila menyebar dan menemukan tempat yang sesuai
akan berkembang menjadi tumbuhan gametofit yang baru.

daur hidup lumut

2. Penggolongan dan Peranan Lumut


Lumut yang hidup di berbagai tempat di bumi dapat digolongkan atas:
a. Lumut daun
Lumut ini dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang basah atau lembap, menempel pada
permukaan batu bata, tembok dan tempat-tempat terbuka. Tubuhnya berukuran kecil, berbatang
semu tegak dan lembaran daunnya tersusun spiral. Pada pangkal batang terdapat rizoid yang
bercabang dan bersepta berfungsi sebagai akar. Letak antheridium dan archegonium terpisah.
Sekalipun lumut daun berukuran kecil, tetapi dampak kolektifnya pada bumi sangat besar.
Misalnya, lumut gambut (Sphagnum sp.) menutup paling tidak 30% permukaan daratan di bumi,
dengan kerapatan tertinggi terdapat di kutub utara. Timbunan gambut pada lapisan tanah
gambut yang tebal dapat mengikat senyawa karbon organik. Mekanisme ini sangat penting untuk
menstabilkan konsentrasi karbondioksida di atmosfer bumi, sehingga mengurangi dampak efek
rumah kaca. Contoh golongan lumut daun adalah Polytrichum sp. yang berbentuk seperti
beludru dan sering ditemukan menempel pada permukaan batu bata basah.
b. Lumut hati
Lumut hati berbentuk lembaran (talus), rizoidnya tidak bercabang terdapat di bawah tangkai atau
lembarannya. Letak antheridium dan archegonium terpisah. Pada umumnya lumut hati mudah
ditemukan pada tebing-tebing yang basah. Contoh lumut ini antara lain Ricciocarpus sp. dan
Marchantia sp.
1) Ricciocarpus sp.
Hidup terapung di atas air, tubuh berupa lembaran. Daur hidupnya terdapat dalam generasi
sporofit yang menghasilkan spora dan generasi gametofit yang menghasilkan gamet.
2) Marchantia polymorpha
Tubuh berbentuk lembaran (thalus), tumbuh menempel di atas permukaan tanah, batu, pohon
atau tebing yang basah. Di bagian bawah terdapat rizoid yang digunakan untuk menempel dan
mengisap air dan mineral, tidak berbatang dan berdaun. Reproduksi vegetatif dengan
membentuk gemma atau kuncup. Sementara itu, reproduksi generatif dengan membentuk
gamet. Organ pem- bentuk gamet jantan (antheridium) dan organ pembentuk gamet betina
(archegonium) terpisah pada lembaran berbeda.
Lumut ini dapat digunakan sebagai obat hepatitis (radang hati).
c. Lumut tanduk
Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di sepanjang selokan. Lumut ini
juga mengalami pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi
sporofitnya membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk.
Contohnya Anthocerossp.

C. Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku atau dikenal juga dengan nama pakis, beberapa di antaranya dijadikan sebagai
tanaman hias. Bahkan ada penggemar tanaman yang mengoleksi tumbuhan paku beraneka
jenis yang diperoleh dari tempat yang berbeda-beda.

1. Struktur tubuh dan habitat tumbuhan paku


Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji, memiliki susunan tubuh
khas yang mem- bedakannya dengan tumbuhan yang lain.
Batang suplir berupa rizom yang bercabang dan beruas pendek. Pada rizom terdapat akar,
seperti rambut yang merupakan akar serabut. Ada pula tumbuhan paku yang batangnya mirip
batang palem, misalnya paku pohon (Cyathea). Paku pohon ini masih banyak dijumpai di daerah
dataran tinggi yang berhawa dingin seperti di kaki Gunung Ungaran di Kabupaten Semarang dan
pedalaman Gunungpati di Kota Semarang. Ada pula tumbuhan paku yang tubuhnya seperti
kawat (paku kawat, Lyco- podium). Ada daun paku yang berukuran kecil (mikrofil) dan ada pula
yang berukuran besar (makrofil). Ada daun tumbuhan paku yang khusus menghasilkan spora,
daun ini disebut sporofil dan ada daun yang tidak menghasilkan spora, disebut tropofil. Akan
tetapi, tidak semua tumbuhan paku memiliki tipe daun yang berfungsi khusus. Misalnya pada
suplir, semua daun dapat menghasilkan spora.
Akar, batang dan daun tumbuhan paku memiliki berkas pengangkut xilem dan floem.

2. Daur hidup tumbuhan paku


Tumbuhan paku memiliki kotak spora atau sporangium. Pada sporangium dihasilkan spora.
Banyak sporangium terkumpul dalam satu wadah yang disebut sorus, yang dilindungi oleh suatu
selaput indusium.
Fase pembentukan spora dalam daur hidup tumbuhan paku disebut generasi sporofit dan fase
pembentukan gamet disebut generasi gametofit. Tumbuhan paku mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) dengan dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit.
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora,
heterospora dan peralihan homospora- heterospora. Tumbuhan paku homospora menghasilkan
spora dengan ukuran sama yang tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina,
misalnya Lycopodium sp. (paku kawat). Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora
berbeda ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut mikrospora dan spora betina besar
disebut makrospora, misalnya Selaginella sp.(paku rane), Marsilea sp. (semanggi). Tumbuhan
paku peralihan menghasilkan spora jantan dan betina yang sama ukurannya,
misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
Perhatikan bagan daur hidup paku homospora di bawah ini!

3. Penggolongan dan Peranan Tumbuhan Paku


Dengan klasifikasi sistem 5 kingdom, tumbuhan paku dibedakan atas 3 divisio, yaitu Lycophyta,
Sphenophyta, Pterophyta.
a. Lycophyta (Paku kawat)
Tumbuhan paku ini berdaun kecil, tersusun spiral, sporangium terkumpul dalam strobilus dan
muncul di ketiak daun, batang seperti kawat. Contoh: Lycopodium sp.(paku tanduk rusa),
ditanam sebagai tanaman hias. Lycopodium clavatum, digunakan sebagai bahan obat-obatan.
b. Sphenophyta (Paku ekor kuda)
Berdaun kecil, tunggal dan tersusun melingkar. Sporangium tersusun dalam strobilus.
Contoh:Equisetum debile (paku ekor kuda), tumbuh di dataran tinggi, batang berongga, berbuku-
buku, dan tumbuh tegak. Daun kecil (mikrofil), terdapat pada setiap buku, melingkar, berbentuk
sisik
c. Pteridophyta (Paku sejati)
Pteridophyta merupakan plantae sejati, karena sudah memiliki pembuluh, dan kormus secara
lengkap.
Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang banyak dijumpai disekitar kita, umumnya disebut
pakis. Tumbuhan paku ini berdaun besar, daun muda menggulung, sporangium terdapat pada
sporofil. Contoh: Alsophilla glauca (paku tiang),banyak ditemukan di daerah pegunungan
berhawa dingin, batangnya hitam digunakan untuk menanam anggrek. Adiantum
cuneatum (suplir) danAsplenium nidus (paku sarang burung), ditanam sebagai tanaman
hias. Marsilea crenata(semanggi), hidup di rawa atau tanah berair, digunakan untuk sayur.

D. Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)


Tumbuhan berbiji meliputi semua tumbuhan yang menghasilkan biji. Tumbuhan ini memiliki arti
penting bagi organisme lain di bumi. Bahan makanan manusia dan hewan banyak yang berasal
dari tumbuhan berbiji. Semua tumbuhan berbiji adalah heterospora, yang berarti memiliki dua
jenis sporangia berbeda. Megasporangia menghasilkan megaspora yang akan menjadi gametofit
betina, dan mikrosporangia menghasilkan mikrospora yang akan menjadi gametofit jantan.
Megaspora terbentuk dalam megaspo- rangium yang dilindungi oleh integumen, yang secara
keseluruhan struktur tersebut disebut ovulum atau bakal biji. Perkembangan megaspora inilah
yang akan membentuk sel telur (ovum), jika ovum dibuahi oleh sel sperma maka akan tumbuh
menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi embrio sporofit. Keseluruhan bakal biji akhirnya
berkembang membentuk biji.
Dalam sistem klasifikasi 5 kingdom, tumbuhan berbiji digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
Dalam postingan ini, pembahasan tumbuhan berbiji dimaksudkan untuk mengenalkan
keanekaragamannya. Dengan demikian, tidak membahas ciri morfologis dan fungsi fisiologisnya
secara mendalam.

1. Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae)


a. Ciri-ciri Umum
Tumbuhan berbiji terbuka dapat berupa perdu atau pohon. Semua tumbuhan berbiji terbuka
memiliki jaringan pembuluh xilem dan floem. Tumbuhan berbiji terbuka, tumbuhan paku dan
tumbuhan berbiji tertutup merupakan kelompok tumbuhan Tracheophyta, yaitu kelompok
tumbuhan yang memiliki jaringan pembuluh xilem dan floem. Yang membedakan tumbuhan ini
dengan tumbuhan berbiji terbuka adalah bakal bijinya terdapat di luar permukaan
megasporofilnya atau analoginya disebut sisik pendukung bakal biji, yang berkelompok menjadi
strobilus berkayu dan disebut runjung, kecuali pada tanaman pakis haji (Cycas rumphii).

b. Penggolongan dan peranannya


Tumbuhan berbiji terbuka yang hingga kini masih dapat ditemukan adalah divisi Coniferophyta
(konifer), Cycadophyta (Sikas), Ginkgophyta (ginkgo), Gnetophyta (melinjo).
1) Coniferophyta(konifer)
Divisio ini banyak anggotanya yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Ingatkah kamu
tumbuhan apakah yang terdapat pada hutan di daerah beriklim dingin di kutub utara? Atau hutan
pada pegunungan di daerah tropis?
Pada umumnya conifer tidak mengalami gugur daun, daunnya berbentuk jarum, hidup sebagai
perdu atau pohon, memiliki strobi- lus berbentuk kerucut. Ada dua macam strobilus, strobilus biji
atau strobilus betina dan strobilus serbuk sari atau strobilus jantan. Contoh: Pinus, Cupressus,
Araucaria, Agathis, Sequoia, Juniperus, Taxus.
2) Cycadophyta (Sikas)
Golongan sikas ditemukan di daerah tropis hingga sub-tropis. Ciri yang khas untuk tumbuhan ini
adalah batang yang tidak bercabang, daun majemuk, seperti kulit, tersusun sebagai tajuk di
puncak batang yang memanjang. Seluruh anggotanya berumah dua. Contoh: Cycas
rumphii (pakis haji), ditanam sebagai tanaman hias.
3) Ginkgophyta (Ginko)
Anggota divisio ini yang masih ada adalah Ginkgo biloba (Ginko). Ginkgo merupakan pohon
besar, dapat mencapai ketinggian lebih dari 30 meter. Daun lebar berbentuk seperti kipas,
dengan belahan yang berlekuk dalam. Tulang daun berbentuk menggarpu. Ginko merupakan
tumbuhan Gymnospermae yang meranggas, berumah dua, biji keras berwarna kekuningan,
berukuran sebesar kelereng, berbau tidak enak. Ginko digunakan sebagai bahan obat-obatan
dan kosmetik.
4) Gnetophyta
Divisio ini memiliki strobilus jantan yang tersusun majemuk, daun berhadapan atau melingkar,
seluruh pembuluh terdapat pada kayu sekunder dan tidak terdapat saluran resin.
Contoh: Gnetum gnemon (melinjo), daun muda, biji dan bunganya dapat disayur. Bijinya dibuat
menjadi emping,kulit kayunya digunakan sebagai bahan pembuatan benang atau kertas.

2. Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)


Sekarang ini Angiospermae merupakan tumbuhan yang dominan, beraneka ragam, dan
menempati daerah persebaran yang paling luas di permukaan bumi. Diperkirakan hingga
sekarang terdapat sekitar 250.000 spesies Angiospermae.

a. Ciri-ciri Umum
Angiospermae memiliki bakal biji atau biji berada di dalam struktur yang tertutup yang disebut
daun buah (carpels). Daun buah dikelilingi oleh alat khusus yang membentuk struktur pembiakan
majemuk yang disebut bunga. Pada umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana,
atau herba. Diantara Angiospermae ada yang hidup tahunan ada yang semusim, berumah satu
atau berumah dua.

b. Penggolongan dan Peranannya


Semua Angiospermae digolongkan dalam divisio tunggal, yaitu Anthophyta. Divisio ini terdiri atas
dua kelas yaitu Monocotyledonae (monokotil) dan Dicotyledonae (dikotil). Ingatkah kamu
berbagai ciri yang membedakan keduanya?
1) Monocotyledonae (Monokotil)
Mencakup semua tumbuhan berbunga yang memiliki kotiledon tunggal (berkeping biji tunggal),
batang bagian atas tidak bercabang. Umumnya berdaun tunggal, kecuali pada golongan palma
(kelapa, palem) dengan tulang daun melengkung atau sejajar. Jaringan xilem dan floem pada
batang dan akar tersusun tersebar dan tidak berkambium. Bunga memiliki bagian-bagian dengan
kelipatan 3, bentuk tidak beraturan dan berwarna tidak menyolok.
Beberapa contoh yang penting misalnya;
a) Famili Liliaceae. Contohnya adalah Lilium longiflorum (lilia gereja), Gloriosa
superba (kembang sungsang).
b) Famili Amaryllidaceae. Contohnya adalah Agave cantala (kantala), Agave sisalana (sisal).
c) Famili Poaceae. Contohnya adalah Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Andropogon
sorghum(cantel), Panicum miliaceum (jewawut).
d) Famili Zingiberaceae. Contohnya adalah Zingiber officinalle (jahe), Curcuma
domestica (kunyit),Alphinia galanga (laos), Kaempferia galanga (kencur).
e) Famili Musaceae. Contohnya adalah Musa paradisica (pisang), Musa textilis (manila henep).
f) Famili Orchidaceae. Contohnya adalah Phalaenopsis amabilis (anggrek bulan), Dendrobium
phalaenopsis (larat).
g) Famili Arecaceae. Contohnya adalah Cocos nucifera (kelapa), Arenga pinata (aren), Areca
catechu(pinang), Elais quineensis (kelapa sawit).
h) Famili Areceae. Contohnya adalah Colocasia esculenta (talas), Xanthosoma
violaceum (bentul),Alocasia macrorhiza (sente).

2) Dicotyledonae (Dikotil)
Berbagai tumbuhan monokotil, yaitu bambu, padi, tebu dan gandumMencakup semua tumbuhan
berbunga yang memiliki 2 kotiledon (berkeping biji dua). Daun dengan pertulangan menjari atau
menyirip. Batangnya berkambium, oleh karena itu mengalami pertumbuhan sekunder. Pembuluh
xilem dan floem tersusun melingkar (konsentris). Akar berupa akar tunggang ujung akar lembaga
tidak dilindungi selaput pelindung. Jumlah bagian-bagian bunga berkelipatan 4 atau 5.
Beberapa contoh yang penting antara lain:
a) Euphorbiaceae (tumbuhan jarak-jarakan), contohnya Euphorbia tirucalli (patah
tulang), Manihot utilisima (ubi kayu), Hevea brassiliensis (karet, para).
b) Moraceae. Contohnya adalah Ficus benjamina (beringin), Artocarpus communis (keluwih).
c) Papilionaceae. Contohnya adalah Vigna cinesis (kacang panjang), Phaseolus
radiatus (kacang hijau), Arachis hypogea (kacang tanah), Clitoria ternatea (kembang telang).
d) Caesalpiniaceae. Contohnya adalah Caesalpinia pulcherima (kembang merak), Tamarindus
indica (asam).
e) Mimosaceae. Contohnya adalah Mimosa pudica (sikejut), Leucaena glauca (lamtoro),
dan Parkia speciosa (petai).
f) Malvaceae. Contohnya adalah Gossypium sp. (kapas), Hibiscus tiliaceus (waru).
g) Bombacaceae. Contohnya adalah Durio zibethinus (durian), Ceiba pentandra (kapok).
h) Rutaceae. Contohnya adalah Citrus nobilis (jeruk keprok), Citrus aurantifolia (jeruk nipis).
i) Myrtaceae. Contohnya adalah Eugenia aromatica (cengkeh), Melaleuca leucodendron (kayu
putih), dan Psidium guajava (jambu biji).
j) Verbenaceae. Contohnya adalah Tectona grandis (jati), Lantana camara (lantana).
k) Labiatae. Contohnya adalah Coleus tuberotus (kentang hitam).
l) Convolvulaceae. Contohnya adalah Ipomoea batatas (ketela rambat), Ipomoea
reptans(kangkung).
m) Apocynaceae. Contohnya adalah Plumeria acuminata (kemboja), Alamanda
cathartica(alamanda).
n) Rubiaceae. Contohnya adalah Cinchona suecirubra (kina), Coffea arabica (kopi
arabica), Coffea canephora (kopi robusta), Morinda citrifolia (mengkudu).
Terima kasih sudah membaca, di lain waktu, saya akan mengupas lebih tuntas tiap-tiap
divisinya.

http://www.jakbelajar.com/2011/10/mengenal-kingdom-plantae.html

slide
http://www.slideshare.net/anschopenhauer/kingdom-plantae-27738018
Klasifikasi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku adalah merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang tertua yang masih
dapat dijumpai di daratan. Tumbuhan paku atau tumbuhan berpembuluh tetapi tidak berbiji
berdasarkan morfologinya memiliki 4 divisi yakni Psilopsida, Lycopsida, Equisetopsida atau
Sphenopsida , dan Pteropsida. Berikut penjelasan dari keempat divisi tersebut :

1. Psilopsida

Psilopsida merupakan tumbuhan paku purba (primitif) yang sebagian besar anggotanya sudah
punah dan ditemukan sebagai fosil. Psilopsida diduga hidup pada periode antara zaman Silurian
dan Devonian. Hanya beberapa spesies saja yang masih hidup di bumi saat ini, misalnya
Psilotum nudum. Psilopsida belum memiliki struktur akar dan sebagian besar tidak memiliki
daun. Struktur akar psilopsida berupa rhizoma. Pada batang psilopsida terdapat sporangia.

2. Lycopsida

Lycopsida atau biasa dikenal dengan paku kawat atau disebut juga club moss (lumut gada) atau
ground pine (pinus tanah). Sebenarnya lycopsida bukan merupakan lumut atau pinus. Lycopsida
memiliki struktur daun berbentuk mirip rambut sisik dengan batang seperti kawat sehingga sering
disebut juga sebagai paku kawat. Sporangium Lycopsida tersusun dalam bentuk strobilus.
Umumnya Lycopsida merupakan tumbuhan epifit atau menumpang pada tumbuhan lain tetapi
ada juga yang tumbuh tanah hutan daerah tropis .
Lycophyta mempunyai

spora dalam sporofit. Ada juga beberapa Lycopsida yang tidak bisa melakukan fotosintesis,
tetapi bersimbiosis dengan jamur. Lycopodium sp. Merupakan jenis lycophyta yang
menghasilkan spora tunggal yang akan berkembang menjadi gametofit yang berukuran kecil.
Selain lycopodium sp. Ada juga Selaginella yang dapat menghasilkan dua jenis spora
(heterospora).

3. Equisetopsida (Sphenopsida)

Equisetopsida disebut juga sebagai paku ekor kuda (horsetail) karena tumbuhan paku ini
memiliki percabangan batang yang khas berbentuk ulir atau lingkaran sehingga menyerupai ekor
kuda. Tumbuhan paku ini memiliki bentuk daun mirip kawat dengan susunan daun berupa satu
lingkaran. Equisetopsida memiliki homospora pada konus di ujung batangnya, mempunyai
banyak daun, serta batang yang berongga dan beruas. Equisetopsida terdapat silika yang
terkonsentrasi di batang sehingga tumbuhan ini sering dijadikan sebagai bahan penggosok.

4. Pteropsida

Pteropsida (paku sejati) atau pakis merupakan kelompok tumbuhan paku yang sering kita
temukan di berbagai habitat, terutama di tempat yang lembab. Hingga saat ini terdapat lebih dari
12.000 spesies. Anggota pterophyta ada yang memiliki panjang hingga 9 meter. Pterophyta
memiliki ciri-ciri daun yang besar atau berbentuk lembaran dan majemuk (terbagi menjadi
beberapa lembaran), dengan tulang daun bercabang-cabang, dan sorus di bagian bawah daun.
Daun yang masih muda menggulung (circinate). Sporofit Pteropsida mempunyai batang, akar
serta daun. Ukuran batangnya bervariasi ada yang kecil dan ada juga yang berukuran besar
seperti layaknya pohon. Batang Pteropsida berada di bawah permukaan tanah (rizom).
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/02/klasifikasi-tumbuhan-paku.html

Ciri-Ciri Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Ciri-Ciri Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)| Tumbuhan paku terdiri dari 20 ribu jenis
dengan klasifikasi yang ciri-ciri tertentu. Klasifikasi tumbuhan paku (pteridophyta) dibagi atas
beberapa subdivisi dimana seluruh spesies tumbuhan paku adalah 20.000 ribu jenis, setiap
spesies dikelompokkan (diklasifikasikan) dalam beberapa subdevisi tadi karna memiliki
kesamaan ciri-ciri. Klasifikasi tumbuhan paku dapat dilakukan yang berdasarkan atas tiga point
pertama : pada ada atau tidaknya daun, serta bentuk dan susunan daunnya. kedua : Susunanan
sporangium, jenis, bentuk, dan ukuran sporanya sedangkan ketiga : bentuk, susunan, anatomi
tubuh, dan lain-lain. Tumbuhan paku (pteridophya) menjadi empat subdivisi, yaitu Psilopsida
(paku purba), Lycopsida (paku kawat), Sphenopsida atau Equisetopsida (paku ekor kuda), dan
Pteriopsida (paku sejati). Berikut penjelasan Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteriophyta)...
1. Psilopsida (Paku Purba)

Psilopsida berasal dari kata yunani yaitu Psilos yang berarti telanjang. Paku Purba (Psilopsida)
adalah tumbuhan paku purba (primitif) yang kebanyakan anggotanya sudah punah dan
ditemukan sebagai fosil. Tumbuhan yang diduga hidup pada periode
zaman Silurian danDevonian. Dari sebagian spesies yang masih hidup seperti Psilotum nudum.

Struktur dan Reproduksi Paku Purba (Psilopsida) - Paku purba (Psilopsida) mempunyai
struktur tubuh yang sederhana, dengan ukuran tinggi sekitar 30 cm -1 m. Sporofit (2n), umumnya
tidak memiliki daun dan akar sejati, namun memiliki rizom yang disekelilingnya terdapat rizoid.
Daun paku purba (psilopsida) memiliki ukuran kecil (mikrofil) yang berbentuk sisik. Sedangkan
batang paku purba (psilopsida) bercabang-cabang dikotomus, berkrolorofil, dan sudah memiliki
sistem vaskuler (pembuluh) dalam mengangkut air dan garam mineral. Sporangium dibentuk di
ketiak ruas batang. Sporangium menghasilkan satu dari jenis pora yang memiliki bentuk dan
ukuran yang sama (homospora). Dari gametofit (n) tersusun atas se-sel yang tidak memiliki
klorofil sehingga pada zat organik didapatkan dari simbiosis dengan jamur.

Habitat dan Jenis Paku Purba (Psilopsida) - Jenis paku yang termasuk dengan paku purba
(psilopsida) adalah Rhynia (paku tidak berdaun) yang telah memfosil. sedangkan yang masih
ada dibumi adalah Tmesipteris ditemukan di kepulauan pasifik dan Psilotum tumbuh daerah
tropus dan subtropis.

Kesimpulan :

Ciri-Ciri Paku Purba (Psilopsida) - Dari uraian seperti diatas dapat kita simpulkan ciri-ciri dari
paku purba (psilopsida). Ciri-ciri paku purba (psilosida) adalah sebagai berikut...,

 Pada umumnya memiliki daun yang kecil (mikrofil) dan batang berkrolorofil
 Merupakan tumbuhan yang sederhana
 Tinggi paku purba sekitar 30 cm -1 m.
 Pada sporofit umumnya tidak memiliki daun dan akar sejati
 Akar berupa rizom yang dikelilingi oleh rizoid.
 Batang paku purba bercabang-cabang dan memiliki sistem vaskuler
 Sporangium menghasilkan satu jenis bentuk dan ukuran yang sama.
 Hidup didaerah tropis dan subtropis
2. Lycopsida (Paku Kawat)
Lycopsida (paku kawat/paku rambut) disebut juga dengan club moss (lumut ganda) atau ground
pine (pinus tanah), namun yang sebernanya bukan merupakan lumut atau pinus. Lycopsida
diperkirakan sudah ada pada masa Devonian, dan tumbuh melimpah pada masa karboniferus.
Lycopsida pada masa tersebut telah menjadi fosil atau endapan batubara. Pada masa
karboniferus lycopsida memiliki ukuran yang besar sekitar 3 m yang hidup dirawa-rawa selama
jutaan tahun, namun punah ketika rawa-rawa mengering. Adapun lycopsida yang masih
bertahan pada saat ini, namun memiliki ukuran kecil yang banyak tumbuh di daerah tropis,
tanah, epifit di kulit pohon, tetapi tidak bersifat parasit.

Struktur dan Rekroduksi Paku Kawat (Lycopsida) - Bagian tubuh Lycopsida yang paling
mudah kita lihat adalah generasi sporofit (2n) yang tersusun atas sel-sel yang memiliki
kandungan klorofil dan memiliki daun yang seperti rambut atau sisik yang tersusun rapat pada
batangnya. Batangnya memiliki bentuk seperti kawat, pada bagian ujung batang yang
bercabang-cabang dan terdapat sporofil dengan struktur berbentuk gada (strobilus) yang
mengandung sporangium. Sporangium yang menghasilkan spora. Lycopsida ada yang
menghasilkan satu jenis spora (homospora) seperti Lycopodium sp. dan ada juga yang
menghasilkan dua jenis spora (heterospora) seperti Selaginella sp. Gametofit (n) memiliki ukuran
tubuh yang kecil dan tidak berkrolofil sehingga zat organik diperoleh dari cara bersimbiosis
dengan jamur. Gameofit ada yang menghasilkan dua jenis alat kelamin (biseksual), seperti
Lycopodium sp. dan ada juga yang menghasilkan satu jenis alat kelamin (uniseksual) seperti
Selaginella sp.

Kesimpulan :
Ciri-Ciri Paku Kawat (Lycopsida) - Berdasarkan dari penjelasan Paku kawat (Lycopsida), ciri-
ciri paku kawat (lycopsida) adalah sebagai berikut...

 Batang berbentuk seperti kawat dan struktur berbentuk gada


 Ujung batang tersusun sporofil
 Batang mengandung sporangium.
 Memiliki akar, batang dan daun sejati
 Tumbuh didaerah tropis, ditanah, dan epifit di kulit pohon yang tidak bersifat parasit
 Daun yang berbentuk seperti rambut atau sisik yang tersusun pada batang
 Sporofit mengandung klorofil
 Menghasilkan satu jenis spora (homospora) dan dua jenis spora (heterospora).
 Gametofit berukuran kecil dan tidak berkrolofil.
 Gametofit menghasilkan dua jenis alat kelamin (biseksual), dan satu jenis alat kelamin
(uniseksual).

3. Sphenopsida atau Equiseptopsida (Paku Ekor Kuda)


Pada masa Karboniferus, Sphenopsida tumbuh melimpah yang berukuran besar dan tinggi yang
mencapai sekitar 15 m. Spesies yang sphenopsida yang dapat bertahan sekarang ini hanya
sekitar 25 spesies yang kebanyakan berasal dari genus equisetum (sekitar 15 spesies), yang
memiliki tinggi rata-rata 1 m. namun ada juga yang mencapai 4,5 m. Sphenopsida tumbuh pada
tepian sungai yang lembab dan ada didaerah subtropis dibelahan bumi utara.

Equisetum

Struktur Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) - Sphenopsida yang disebut dengan paku ekor kuda
(horsetail) disebut dengan paku ekor kuda karna memiliki percabangan batang yang khas yang
berbentuk ulir atau lingkaran yang menyerupai ekor kuda. Paku ekor kuda biasanya sering
tumbuh didaerah berpasir. Sporofitnya berdaun kecil (mikrofil) atau berbentuk sisik, dan
warnanya aga transparan dan tersusun melingkar pada batang. Struktur batang sphenopsida
yang berongga dan beruas-ruas. Dinding batang keras yang disusun atas sel-sel yang
mengandung silika (sehingga dikenal dengan scouring rushes atau ampelas, yang digunakan
sebagai bahan penggosok). Batang paku ekor kuda memiliki rhizoma yang pada ujungnya
terdapat strobilus dimana struktur anatomi batang tersebut terdapat sporangia. Sporangium akan
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, namun ada juga yang berjenis
jantan maupun betina, sehingga paku ekor kuda disebut juga sebagai paku peralihan.

Reproduksi Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) - Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil
(hanya beberapa milimeter) dan mengandung klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit
ada yang menghasilkan alat kelamin jantan (anteridium), dan ada juga menghasilkan alat
kelamin betina (arkegonium). Gametofit jantan akan tumbuh dari spora jantan, sedangkan betina
akan tumbuh dari spora betina.

Kesimpulan :
Ciri-Ciri Paku Ekor Kuda (Sphenopsida atau Equiseptopsida) - Berdasarkan dari uraian
diatas dapat kita simpulkan ciri-ciri dari Paku Ekor Kuda . Ciri-ciri paku ekor kuda
(Sphenopsida) adalah sebagai berikut....
 Kebanyakan tumbuh pada tepian sungai dan daerah subtropis dibelahan bumi utara.
 Memiliki tinggi sekitar 1 m hingga tertinggi mencapai 4,5 m
 Memiliki percabangan batang yang berbentuk ulir atau lingkaran yang menyerupai ekor
kuda
 Sporofit berdaun kecil (mikrofil) dengan berbentuk sisik yang mengandung silika
 Memiliki warna agak transparan dan terususun melingkar pada batang.
 Struktur batang yang berongga dan beruas-ruas
 Memiliki akar, batang dan daun sejati.
 Sporangium terdapat pada strobilus yang menghasilkan satu jenis spora.

4. Pteropsida (Paku Sejati)

Pteropsida (paku sejati) memiliki jumlah spesies sekitar 12.000.


Pteropsida (paku sejati) atau pakis adalah kelompok yang sering kita temukan di berbagai
habitat khususnya pada tempat yang lembap. Pteropsida hidup di tanah, air, dan epifit pada
pohon. Pteropsida yang hidup dihutan tropis memiliki variasi jenis, namun ada juga yang dapat
ditemukan di daerah beriklim sedang yaitu subtopis.

Struktur dan Reproduksi Paku Sejati (Pteropsida) - Sporofit


Pteropsida memiliki akar,batang, dan daun. Ukuran batang pteropsida itu sendiri bervariasi ada
yang kecil dan besar seperti pohon. Pada batang paku sejati ini berada dibawah permukaan
tanah (rizom) sedangkan Daun pterospida memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang lainnya. Pada umumnya daun paku sejati memiliki bentuk seperti lembaran yang
berukuran besar (makrofil) yang majemuk atau terbagi menjadi beberapa lembaran dengan
tulang daun yang bercabang-cabang. Daun yang masih mudah akan menggulung (circinate).
Pteropsida memiliki sporofil ( daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun yang digunakan
untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora). Pada sporofil terdapat sporangium yang
terkumpul dalam sorus dibawah bawah permukaan daun. Pada Pteropsida yang hidup di air,
sporangium berkumpul dalam sporokarp. Gametofit pterospsida memiliki klorofil yang berukuran
bervariasi yang disebtu dengan protalium. Gametofit bersifat biseksual dan uniseksual. Contoh
Jenis Paku Sejati (Pteropsida) adalah adiantum fimbriatum, marsilea crenata, Asplenium nidus,
Kesimpulan :
Ciri-Ciri Pteropsida (Paku Sejati) - Berdasarkan dari hasil uraian diatas, maka dapat kami
simpulkan bahwa ciri-ciri paku sejati (pteropsida) adalah sebagai berikut...

 Memiliki akar, batang, dan daun sejati.


 Kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis
 Dapat ditemukan di habitat yang lembab dan Hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon.
 Memiliki ukuran batang yang bervariasi
 Batang berada dibawah permukaan tanah (rizom).
 Daun paku sejati memiliki ukuran yang besar dibanding dengan kelompok paku yang
lainnya.
 Pada umumnya, daun paku sejati memiliki ukuran yang besar (makrofil) yang terbagi
menjadi lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang.
 Daun yang masih mudah akan menggulung (circinate)
 Sporangium terkumpul dalam sorul yang berada dibawah permukaan daun.
 Gametofit bersifat biseksual dan uniseksual.
 Gametofit memiliki klorofil dengan ukuran yang bervariasi.

http://www.artikelsiana.com/2015/02/ciri-ciri-klasifikasi-tumbuhan-paku-pteridphyta.html#_

Tumbuhan
Keanekaragaman Tumbuhan
Di dunia ini terdapat bermacam-macam tumbuhan dengan warna, bentuk, dan ukuran yang berbeda-beda .
Banyak dari spesies tumbuhan tersebut dapat ditemukan di Indonesia. Banyaknya spesies tersebut tidak lain
dikarenakan adanya perbedaan dan persamaan ciri pada tumbuhan. Dengan banyaknya spesies yang ada maka
para ahli mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri makhluk hidup.

Tumbuhan dimasukkan ke dalam kingdom Plantae. Ciri-ciri kingdom Plantae adalah memiliki zat hijau daun atau
klorofil, dapat membuat makanan sendiri (autrotof) kecuali tanaman parasit, tidak dapat bergerak aktif, memiliki
dinding sel, dan memiliki vakuola sel yang besar.

Tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah. Tumbuhan tingkat
tinggi diklasifikasikan menjadi beberapa divisi, yaitu:

1. Tumbuhan tidak berpembuluh


a. Divisi Hepatophyta (Lumut hati)

b. Divisi Anthocerophyta (Lumut tanduk)

c. Divisi Bryophyta (Lumut daun)


2. Tumbuhan berpembuluh

a. Tumbuhan tidak berbiji

 Divisi Psilophyta (Paku purba atau Paku telanjang)


 Divisi Lycophyta (Paku kawat)
 Divisi Sphenophyta atau Equisetophyta (Paku ekor kuda)
 Divisi Pterophyta atau Polipodiophyta (Paku sejati)
b. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta)

 Tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae)


– Divisi Coniferophyta (Pinus)

– Divisi Cycadophyta (Pakis haji)

– Divisi Ginkgophyta (Ginkgo)

– Divisi Gnetophyta (Melinjo)

 Tumbuhan biji tertutup (Angiospermae)


– Divisi Anthophyta (Tumbuhan berbunga)

Tumbuhan tingkat tinggi secara umum diklasifikasikan menjadi tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku
(Pteridophyta), dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta).

1. Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Ciri-ciri tumbuhan lumut adalah tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Lumut hanya mempunyai akar
semu berupa rhizoid, batang semu, dan daun semu. Rhizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh serta
menyerap air dan unsur hara. Lumut biasanya tumbuh di tempat yang lembab, basah atau berair. Lumut ada
yang berbentuk beledu dan ada yang berbentuk lembaran.

Tumbuhan lumut tidak mempunyai pembuluh angkut. Daun semunya kecil, sempit, panjang, tidak bertulang
daun. Tumbuhan lumut berkembangbiak secara vegetatif dengan membentuk spora dan secara generatif
dengan membentuk spermatozoid dan sel telur. Bagian yang menghasilkan spermatozoid adalah anteridium dan
bagian yang menghasilkan sel telur adalah arkegonium.

Gambar 1. Bagian-bagian tunbuhan lumut

Metagenesis atau pergiliran keturunan tumbuhan lumut adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhan lumut adalah generasi gametofit.


2. Anteridium dan arkegonium terletak di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas
sel-sel sperma.
3. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk
membuahi ovum.
4. Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit.
5. Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung.
6. Sporogonium masak akan melepaskan spora.
7. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan
pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.

Gambar 2. Metagenesis tumbuhan lumut

Gambar 3. Skema metagenesis tumbuhan lumut


2. Tumbuhan paku

Berdasarkan penggolongannya, tumbuhan paku memiliki pembuluh. Ciri-ciri tumbuhan paku yaitu memiliki akar
serabut, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku tidak memiliki bunga, daun mudanya selalu menggulung,
daunnya majemuk, dan memiliki sorus di bagian bawah daun yang sudah dewasa. Sorusadalah kantong spora
yang akan menyimpan spora sebelum matang. Tumbuhan paku ada yang menyerupai pohon namun tidak
bercabang.

Gambar 4. Bagian-bagian tumbuhan paku

Pergiliran keturunan atau metagenesis tumbuhan paku adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhan paku ialah generasi sporofit yang menghasilkan spora


2. Generasi gametofitnya disebut protalium, berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip
lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun,
tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.
3. Dari prothallium berkembang anteridium dan arkegonium
4. Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium.
5. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Gambar 5. Metagenesis tumbuhan paku

Gambar 6. Skema metagenesis tumbuhan paku

3. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta)

Tumbuhan berbiji meliputi tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dan berbiji tertutup (angiospermae).

a. Tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae)


Ciri-ciri tumbuhan biji terbuka adalah biji tidak terlindung dalam bakal buah, tidak memiliki bunga sejati, tidak ada
mahkota bunga, dan organ reproduksi terdapat dalam strobilus. Contoh : melinjo, pakis haji, pinus, dan damar.

b. Tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae)


Tumbuhan biji terbuka dibedakan menjadi tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan berkeping dua (dikotil). Ciri-
cirinya biji terlindungi oleh daun buah atau daging buah, memiliki bunga sejati, dan umumnya berupa pohon,
perdu, semak, liana dan herba.
 Monokotil
Ciri-cirinya yaitu mempunyai biji berkeping satu/ 1 daun lembaga, berakar serabut, ukuran batangnya dari
pangkal sampai ujung hampir sama besarnya, umumnya tidak bercabang, tulang daun sejajar atau melengkung,
biasanya berpelepah, akar dan batang tidak berkambium, bagian bunga berjumlah 3 atau kelipatannya, dan
berkas pengangkut tersebar. Contohnya: Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), dan lain-lain.
 Dikotil
Ciri-cirinya yaitu berkeping biji dua, berakar tunggang, batang berkambium sehingga membesar dan bercabang,
tulang daunnya menyirip/menjari, bunga (mahkota dan kelopak) kelipatan 2, 4, atau 5, serta tipe berkas
pengangkut melingkar teratur dengan tipe kolateral terbuka (xilem dan floem dipisahkan kambium). Contoh:
mangga, jambu, rambutan, dan lain-lain.

Gambar 7. Perbedaan dikotil dan monokotil

http://blog.umy.ac.id/dinitadewi/sample-page/tumbuhan/

Anda mungkin juga menyukai