Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan Budaya antara Jepang dan Indonesia

1. Belonging (kepemilikan)
Tidak ada perbedaan mengenai kepemilikan antara jepang dan Indonesia. Di jepang
rasa kepemilikan bukanlah hal yang terlalu penting. Bahkan, bukan sesuatu yang
sangat diinginkan.

2. Group Harmony (Keharmonisan kelompok)


Jika dibandingkan dengan masyarakat Indonesia, orang Jepang lebih mementingkan
keharmonisan di kelompok social mereka. Keharmonisan kelompok menyiratkan
kesatuan yang damai dan kenyamanan dalam suatu kelompok sosial, di mana anggota
lebih suka kelanjutan dari komunitas yang harmonis, daripada kepentingan pribadi
mereka sendiri.

3. Collectiveness (kolektivitas)
Sama seperti Indonesia, kolektivisme di jepang lebih mementingkan budaya kerja
kelompok atau kerja sama dibandingkan bekerja secara individu. Bisa dibilang,
kehidupan mereka berkelompok dengan orang-orang yang sepaham atau yang mereka
anggap sesuai dengan diri mereka sendiri.

4. Age / Seniority (umur/senioritas)


Jepang dikenal dengan kesopanan mereka. Terlebih lagi terhadap orang yang lebih tua
dari mereka. Bahkan masyarakat Jepang sendiri, memiliki panggilan tersendiri dan
juga bahasa yang khusus untuk digunakan saat berbicara dengan orang yang lebih tua
ataupun yang jabatannya lebih tinggi dari mereka.

5. Group consensus
Sama seperti masyarakat Indonesia, masyarakat di Jepang melakukan musyawarah
ataupun rapat terlebih dahulu apabila mereka ingin memutuskan suatu hal ataupun jika
mereka ingin menyelesaikan suatu masalah atau persoalan.
6. Cooperation
Budaya kerja sama diterapkan juga oleh masyarakat Jepang, sama seperti di negara
Indonesia. Budaya kerja sama di Jepang bahkan telah diterapkan dan juga diajarkan
sejak dini (PG-TK).

7. Quality
Masyarakat Jepang melihat sesuatu dari kualitas saat memilih atau membeli seperti
barang maupun jasa. Walaupun yang berkualitas itu biasanya mengharuskan mereka
untuk mengeluarkan uang yang lebih banyak. Sedangkan, di Indonesia, masyarakatnya
melihat sesuatu dengan harga yang murah daripada kualitas barang atau jasa itu
sendiri.

8. Patience
Saat menghadapi orang lain yang melakukan suatu kesalahan, masyarakat di Jepang
menghadapinya dengan kepala dingin dan penuh dengan kesabaran sehingga terbentuk
keharmonisan antar sesama. Sedangkan masyarakat Indonesia, seringkali menghadapi
sesuatu dengan emosi dan tidak sabaran, sesuai dengan suasana hati mereka saat itu.

9. Indirectness
Di Jepang, indirectness memiliki kaitan erat dengan kesopanan dengan tujuan
mengurangi penyimpangan pada pendengar atau menghindari miskomunikasi antara
pembicara dan pendengar. Salah satu contohnya yaitu saat mengajukan pertanyaan
atau mengundang/mengajak seseorang untuk melakukan seusatu. Dalam hal tersebut
tata bahasa atau grammar yang digunakan akan berbeda sesuai dengan lawan bicara.

一緒に行きませんか ?。 これ、買ってくれない?

(Won’t you come with me?) (Won’t you buy this for me?)

一緒に行きますか。 これ、買ってくれる?

(Will you come with me?) (Will you buy this for me?)

10. Go between
Masayarakat Jepang sangat terbuka terhadap orang lain, dan terkenal dengan keramah
tamahan mereka terhadap semua orang lain, baik yang mereka kenal maupun yang
tidak dikenal sekalipun. Mereka siap membantu siapa saja, kapan saja dan dimana saja
tanpa pamrih walaupun mereka tidak saling kenal. Tetapi ada kondisi tertentu dimana
mereka tidak bersedia membantu orang itu.

Anda mungkin juga menyukai