Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan adalah

angka kematian ibu dan anak.Milenium Development Goals (MDGs) atau tujuan

pembangunan milenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan

manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pokok pembangunan. Salah

satu tujuan dari MDGs yang tercantum dalam butir 4 (MDG 4) yaitu menurunkan

angka kematian pada anak dengan sasaran target penurunan angka kematian balita

sebesar dua pertiganya dalam kurun waktu antara 1990-2015 dan salah satu cara

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dengan imunisasi. (Prasetyawati,

2012).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah

penyakit tertentu.Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan

zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,

Hepatitis B, Campak dan melalui mulut seperti polio (Hidayat.A, 2012).

Upaya mengurangi tingkat angka kesakitan dan angka kematian pada anak

salah satunya dengan pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu strategi
2

yang efektif dan efisien dalam meningkatkan derajat kesehatan nasional dengan

mencegah enam penyakit mematikan, yaitu : tuberculosis, dipteri, pertusis, campak,

tetanus dan polio. WHO mencanangkan program Expanded Program on

Immunization dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi pada anak-anak

di seluruh dunia.

Data WHO 2014, imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian anak di dunia

setiap tahunnya. Namun demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia tidak

terjangkau imunisasi rutin. Lebih dari 13% anak Indonesia belum mendapatkan

imunisasi secara lengkap karena berbagai sebab, padahal imunisasi lengkap dapat

melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian. Imunisasi dianggap sebagai

upaya kesehatan yang paling efektif. Orang tua diharapkan melengkapi imunisasi

anak mereka agar seluruh anak terbebas dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah

lewat imunisasi.

Berdasarkan DEPKES RI, menunjukkan data tentang penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi yaitu Case Fatality Rate (CFR) tetanus neonatorum tahun

2013 sebesar 53,8% yaitu meningkat dibandingkan tahun 2012 (49,6%), Insidence

Rate (IR) campak tahun 2013 menurun dibandingkan tahun 2012, jumlah kasus

difteri tahun 2013 sebanyak 778 kasus dengan kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur

yaitu 78,4%, sedangkan kasuspolio sebanyak 25 provinsi telah mencapai standar

specimen (DEPKES RI, 2013).Persentaseimunisasi campak secara nasioanal sebesar

82,1%, capaian ini belum memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia
3

pada lingkup regional. Untuk Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-campak tahun

2013 sebesar 3,3% dan termasuk lebih rendah daripada tahun 2011 (Riskesdas, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Azizah, dkk pada tahun 2012 yang

dilaksanakan di BPS Hj. Umi Salmah di desa Kauman, Peterongan, Jombang

menunjukkan bahwa dari 23 orang ibu, 17 ibu (74%) memiliki pengetahuan baik,

sebagian besar 14 bayi (60%) dengan imunisasi patuh, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi dasar

dengan kepatuhan melaksanakan imunisasi.

Penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar

pada tahun 2012 ini di Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan yang

menyatakan bahwa dari 39 responden, didapatkan 20 orang (51,3%) memiliki

pengetahuan tentang imunisasi dasar yang cukup dan kelengkapan imunisasi dasar

pada bayi sebagian besar adalah lengkap yaitu 30 orang (76,9%), sehingga terdapat

hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame

Barat II Medan Pejuangan.

Dari data yang diperoleh dari Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar 3

kelurahan yaitu kelurahan Mangga, kelurahan Selayang dan Kelurahan Simalingkar

B. Wilayah kerja Puskesmas Simalingkar terdapat ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan

sebanyak 998 bayi. Dari wawancara kepada 5 ibu bayi yang usia 0-12 bulan yang

membawa anaknya imunisasi di Puskesmas Simalingkar didapatkan hasil 4 ibu


4

yangtidak mengetahui pengertian imunisasi, dan tidak memahami tujuan imunisasi,

dan hanya1 dari ibu-ibu tersebut memiliki status kelengkapan imunisasi dasar bayi

yang telah dijadwalkan. Studi pendahuluan juga dilakukan terhadap pegawai

PuskesmasSimalingkar yang ikut dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Simalingkar, jumlah bayi yang datang keposyandu hanya sedikit

dibandingkan dengan jumlah bayi yang ada di dalam wilayah posyandu tersebut.Dari

998 bayi umur 0-12 bulan terdata bahwa yang imunisasi lengkap dari bulan januari 81

bayi, bulan februari 75 bayi, bulan maret 83 bayi, bulan april 86 bayi, bulan mei 91

bayi, dan bulan juni 93 bayi.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti merasa penting untuk meneliti

tentang “Pengetahuan ibu tentang Pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas

Simalingkar Medan”.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti merasa penting untuk meneliti

tentang “Pengetahuan ibu tentang Pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas

Simalingkar Medan”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam proposal penelitian ini adalah Pengetahuan ibu tentang

Pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Simalingkar Medan.


5

1.3. Tujuan

Adapun tujuan proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan

ibu tentang Pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Simalingkar Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Sebagian masukan dan informasi kepada ibu tentang imunisasi sehingga dapat

mencegah penyakit dan imunisasi bagi tubuh bayi.

2. Bagi pendidikan

Sebagai sumber informasi dan refrensi mahasiswa tentang imunisasi bagi peneliti

selanjutnya.

3. Bagi peneliti

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai

penerapan ilmu yang sudah di peroleh selama perkuliahan khususnya tentang

imunisasi dasar pada bayi.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengetahuan

2.1.1.Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga( Wawan A. Dan Dewi M 2017).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai

dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang

dihadapi (Endang & Elisabeth,2015)

Menurut peneliti, pengetahuan adalah hasil “tahu” seseorang yang terjadi

terhadap suatu objek, dengan menggunakan penginderaan, seperti: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

2.1.2.Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2010), Pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :


7

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarinya

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masalah didalam suatu struktur organisasi


8

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan meletakkan atau menggabungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

2.1.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan

metode ilmiah, yang meliputi :

1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)


9

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan

dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik

tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila

dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

4) Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,

manusia telah menggunakan jalan pikiran

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

(Notoatmodjo, 2010)

.
10

2.1.4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adabeberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

1. Umur

Bahwa makin tua umur seseorang maka proses perkembangannya bertambah

baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental

ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

2. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak

guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar intelegensi bagi

seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai

informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan

berpengaruh pula terhadap pengetahuan.

3. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk

tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan

memperoeh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang


11

4. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan juga menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula

pengetahuannya.

5. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun

seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi

yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka hal

ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

6. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik, pepatah tersebut dapat diartikan

bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

2.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.Pengukuran tingkat pengetahuan


12

dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam

tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Setiadi (2011) untuk mengetahui secara jelas dan kualitas tingkat

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi tiga tingkat yaitu :

1. Tingkat pengetahuan Baik bila Skor atau Nilai 79-100% dari yang diharapkan.

2. Tingkat pengetahuan Cukup bila Skor atau Nilai 56-78% dari yang

diaharapkan.

3. Tingkat pengetahuan Kurang bila skor atau Nilai jawabannya benar <56%

dari yang diharapkan.

2.2 Peran Ibu (Orang Tua) Dalam Pemberian Imunisasi

2.2.1 Pengertian ibu

Ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak berperan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya,

pelindung dan slah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat

dan lingkungan, disamping dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga (Yohannes & Betan,2013). Peran orang tua sangatlah penting dalam

kesehatan anak, karena tanpa perhatian dan bimbingan orang tua maka anak mudah

terkena kuman dan bakteri pada saat bermain dan bergaul sehingga anak mudah

terserang dan terjangkit penyakit. Selain itu, orang tua juga berperan penting dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Dimana, anak membutuhkan sebuah

benteng pertahanan untuk melawan benda-benda asing yang akan menyerang

tubuhnya, dan salah satu pencegahannya yaitu dengan perhatian ibu dalam
13

mengimunisasikan anaknya dengan tujuan diberi antibodi untuk menjaga kekebalan

tubuh anak sehingga tidak mudah terserang berbagai jenis penyakit. Karena, tubuh

anak usia 0-12 bulan masih sangat rentang terkena.

Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi

strategi terpopuler diberbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak

akan diimunisasi secara benar disebabkan oleh orang tua tidak mendapatkan

penjelasan yang baik atau memiliki wawasan yang cukup luas tentang iminisasi.

Program imunisasi dikatakan berhasil ketika pengetahuan atau wawasan orang tua

cukup untuk mengetahui ciri-ciri penyakit yang akan menyerang anaknya dan juga

adanya usaha dari orang tua yang bersungguh- sungguh untuk melindungi anaknya

dari berbagai penyakit yang menghampiri sehinga orang tua sangat berperan penting

dalam menjaga kesehatan anaknya agar terhindar dari berbagai jenis penyakit yang

akan menyerangnya. Cakupan imunisasi yang rendah merupakan persoalan yang

sangat yang kompleks.Bukan hanya faktor biaya, karena sebenarnya vaksin di

Indonesia itu sudah digratiskan.Jadi, sudah tidak ada alasan lagi bagi orang tua untuk

tidak mengimunisasikan anaknya.Tapi, vaksin gratis juga tidak menjamin suksesnya

imunisasi tanpa adanya rasa percaya diri orang tua dan sarana pencegahan dengan

melakukan usaha pencegahan yang teratur bagi anak untuk mereka yang dapat

terhindar dari sakit. (Notoatmodjo, 2010)

2.3. Imunisasi
14

2.3.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah proses pembentukan imun tubuh. Imun adalah sama dengan

kebal. Seseorang yang imun berarti kebal terhadap serangan bibit penyakit

tertentu.Imunisasi adalah kondisi sistem imun tubuh, apakah berfungsi atau menurun.

Imunisasi adalah prosespembentukan kekebalan tubuh yang berperan untuk

mencegan dan melindungi tubuh dari ancaman kerusakan, terutama oleh penyakit

infeksi (Sukiman dan Primo, 2015).

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang

terhadap suatu penyakit, sehingga kelak jika terpajan pada penyakit pada penyakit

tersebut tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa

kekebalan pasif dan aktif. Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan

pasif disebut imunisasi pasif dengan memberikan antibody dan faktor kekebalan pada

seseorang yang membutuhkan (Matondang,2011).

Imunisasi adalah cara untuk menimbulkan imunitas atau kekebalan pada

seseorang dengan menyiapkan dan menimbulkan antibody, sehingga tubuh siap

mengatasi kuman yang datang (Fransisca, 2013).

2.3.2.Tujuan Imunisasi

Menurut Hanum Marimbi (2017), tujuan imunisasi adalah untuk mencegah

terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut

pada sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia

seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola. Keadaan yang
15

terakhir ini lebih mudah terjadi pada jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui

manusia, seperti misalnya penyakit difteria dan poliomyelitis.

2.3.3. Manfaat Imunisasi

Menurut Hanum Marimbi (2017) tentu banyak manfaat imunisasi untuk

kehidupan manusia yang dapat kita raih. Secara rinci manfaat imunisasi tersebut

dapat disimpulkan sebagai berikut : Mampu melindungi penyakit dari tubuh dari

penyakit infeksi berbahaya. Penyakit infeksi berbahaya adalah penyakit infeksi yang

dapat mendatangkan keparahan pada organ-organ tubuh, sehungga dapat

menimbulkan kecacatan, bahkan bias kematian. Mampu mencegah terjadinya

komplikasi penyakit infeksi yang lebih berat dan mampu menurunkan angaka

lecacatan.

Manfaat lebih dirasakan untuk mengatasi penyakit-penyakit yang belum ada

obat yang efektif untuk mengobatinya, seperti penyakit influenza, HIV, Dangue,

Ebola, menghalangi meluasnya wabah penyakit menular.Ekspansi wabah yang timbul

dalam suatu wilayah terhalang.

Bisa memberantas penyakit infeksi menular yang berbahaya. Meningkatnya

status imun bagi seseorang yang memiliki status imun yang rendah. Misalnya, bayi

yang baru lahir , manula (manusia usia lanjut), kekurangan gizi, kalori,

protein.Manfaat imunisasi yang signifikan adalah progam imunisasi pada bayi (anak

kecil 2 tahun) dan anak (umur 2 s/d 14 tahun).

2.3.4.Jenis-jenis Imunisasi

Adapun jenis-jenis imunisasi antara lain adalah :


16

1. BCG ( Bacillus calmette Guerin)

Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang memberikan perlindungan terhadap

penyakit TBC. Vaksin ini diberikan kepada bayi yang baru lahir dan sebaiknya

diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Setelah vaksinasi, papul (bintik) merah yang

kecil timbul dalam 1-3 minggu. Papul ini akan semakin lunak, harus dan akan

menimbulkan parut. Luka ini memakan waktu sampai 3 bulan untuk

sembuh.Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan didaerah lengan atas dengan

dosis 0,55 cc untuk bayi (Atikah dkk,2017).

2. DPT (Difteri, Pertusi, Tetanus)

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu difteri, pertusi, dan

tetanus.Frekuensi pemberian 3 kali, pemberian pertama tahap pengenalan terhadap

vaksin untuk mengaktifkan organ tubuh membuat zat aktif. Pemberian kedua dan

ketiga dimaksudkan untuk terbentuknya zat aktif yang cukup. Pemberian vaksin DPT

diberikan pada umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara

pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intra muscular. Suntikan diberikan

pada paha tengah atau luar atau subcutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian

imunisasi DPT akan diberikan efek samping ringan dan berat, efek ringan seperti

terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam, sedangakan

efek berat bayi akan menangis hebat karena kesakitan selam kurang lebih dari 4 jam,

kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock (Maryunani,2011).

3. Polio
17

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomyelitis.Pemberian vaksin hepatitis B, dan DPT. Gejala yang umum terjadi

akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota

geraknya setelah demam selama 2-5 hari.Cara pemberiannya melalui mulut.

Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap

penyakit poliomyelitis. Imunisasi ini diberikanempat kali denga selang waktu tidak

kurang dari satu bulan. Terdapat dua macam vaksin polio yaitu IPV ( Inactivatedpolio

Vaccine, Vaksin salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan

melalui suntikan sedangkan OPV (Oral Polio Vaccine, vaksin sabin), mengandung

vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk bentuk pil atau

cairan.

Bentuk trivalent (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk

monovalen (MOPV) efektif melawan satu jenis polio. Dosis oral : 2 tetes langsung ke

dalam mulut melalui pipet. Harus dijaga jangan sampai vaksin dalam Dopler multi

Dose terkontaminasi oleh air liur. Jadwal pemerintah diberikan dari mulai lahir lalu

usia 2, 3, dan 4 bulan. Sedangkan jadwal IDAI adalah dari mulai lahir, lalu lanjut

diusia 2, 4, dan 6 bulan, diulang di usia 18 bulan dan 5 tahun. Pemberian

imunisasinya cukup 2 tetes saja (Lisnawati, 2011).

4. Campak

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh

sebuah virus yang bernama virus campak. Penularan melalui udara maupun kontak

langsung dengan penderita. Penyakit ini sangat infeksius, sejak awal masa prodromal
18

sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.Virus menyebar pada semua

sistem retikuloendotelia dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi

awal.Gejala panas, batuk, pilek dan makin berat pada hari ke 10 sejak awal infeksi

mulai timbul ruam makulopopuler yang berwarna kemerahan. Pemberian vaksin

campak hanya diberikan satu kali dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan dengan

dosis 0,5 cc untuk bayi. Suntikan dibertikan pada lengan kiri atas secara subcutan

(Atikah,2017).

5. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap

penyakit hepatitis B. penyakit hepatitis B, disebabkan oleh virus yang telah

mempengaruhi organ liver. Virur hepatitis B biasanya disebarkan melalui kontak

dengan cairan tubuh (darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini atau dari ibu ke

anak pada saat melahirkan. Imunisasi ini diberikan 3 kali pada umur 0-11 bulan

dengan dosis 0,5 cc dan diulang 5 tahun melalui injeksi intramuscular dan tidak perlu

diaspirasi. Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan, pembengkakan disekitar tempat

penyuntikan.Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dua hari (Atikah

dkk,2017).
19

2.3.5. Jadwal Imunisasi

VAKSIN PEMBERIAN SELANG UMUR KETERANGAN

IMUNISASI WAKTU

PEMBERIAN

BCG 1X - 0-11 bln


DPT 3X 4 Minggu 2-11 bln
Untuk bayi yang lahir
(DPT 1,2,3)
di Rumah Sakit /

POLIO 4X 4 Minggu 0-11 bln Puskesmas Hep-B,


CAMPA (POL 1,2,3,4) - 9-11 bln
BCG, dan Polio
K
HB 1X 4 Minggu 0-11 bln dapatsegera diberikan

3X

(HB 1,2,3)

Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia Tahun 2008.

Dari tabel diatas, bahwa pemberian imunisasi pada bayi usia 0-11 bulan

diberikan dengan selang waktu pemberian 4 minggu dengan variasi pemberian vaksin

yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan tentunya sesuai dengan tingkat usia bayi

yang akan diberikan imunisasi.

2.3.6. Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi


20

Menurut proferawati dan Andhini (2010) kontra indikasi dalam pemberian

imunisasi ada tiga, yaitu:

1. Analfilaksi atau reaksi hipersensifitas (reaksi tubuh yang terlalu sensitive) yang

hebat merupakan indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikut. Riwayat kejang

demam dan panas lebih dari 38 derajat celcius merupakan kontra indikasi

pemberian DPT atau Hb 1 dan campak.

2. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan

gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain diberikan.

3. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi yang sakit, lebih

baik jangan diberikan vaksin, tetapi dari mintalah ibu kembali lagi ketika bayi

sudah sehat.

2.3.7.Macam-macam kekebalan

Kekebalan aktif, yaitu tubuh yang membuat sendiri zat penolak terhadap

penyakit. Kekebalan aktif dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1) Kekebalan aktif alamiah, yaitu kekebalan setelah sembuh dari sakit. Misalnya,

cacar

2) Kekebalan aktif buatan yaitu kekebalan setelah mendapatkan vaksin. Misalnya,

BCG, DPT.

3) Kekebalan pasif, yaitu anak tidak membuat zat penolak tetapi mendapat dari luar.

Kekebalan ini dapat dibagi menjadi 2 cara, yaitu :

a) Kekebalan pasif alamiah yaitu, diadapat sejak lahir dari ibu, kemudian

hilang kurang lebih pada usia 5 bulan. Misalnya, Morbili.


21

b) Kekebalan pasif buatan, didapat setelah anak mendapat suntikan jangka

pendek. Misalnya, TT, ATS, ATD (Depkes, 2006).

2.3.8. Pedoman Imunisasi

Virus yang hidup sebaiknya diberikan dengan interval pemberian 1 bulan.

Virus hidup dan virus yang dimatikan dapat diberikan bersamaan tetapi lokasi

pemberian berbeda.Virus hidup dapat dikombinasikan, misalnya : measles, mump,

dan rubella.Virus yang dimatikan dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin

lain pada lokasi yang berbeda (Depkes, 2006).

2.3.9. Pemeriksaan Kesehatan dan Imunisasi

Dalam 18 tahun pertama, bayi membutuhkan pemeliharaan kesehatan dengan

baik untuk memastikan sesuatu permulaan yang baik dari masa hidupnya.

Pada umumnya, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap bayi

itu selama 3 atau 4 minggu setelah pulang dari rumah sakit. Hal itu dilakukan untuk

memastikan apakah bayi itu telah bertambah panjang dan meningkat berat badannya

secara normal, fungsi tubuhnya berjalan dengan baik, dan bayi mungil itu sudah

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru mengalami masalah.

Begitu pula dengan ibu bayi, kesehatannya harus diperiksa oleh dokter pada minggu

pertama setelah bersalin.

Selain dalam rangka melakukan pemeriksaan dan pemberian vaksinasi

terhadap bayi kunjungan yang teratur digunakan pula oleh oarang tua untuk

berkonsultasi dengan dokter tentang pertumbuhan bayi tersebut tentang timbulnya

kesulitan yang mungkin terjadi selama 18 bulan pertama. Setelah tiga kali imunisasi
22

pertama maka doter akan memberitahukan kepada orang tua bayi berapa sering

mereka harus memeriksa bayi mereka. Orang tua harus merasa bebas dan tidak

merasa sungkan untuk menghubungi dokter jika mereka memerlukan petunjuk untuk

menangani bayinya (Sitorus, 2008).

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah

Kerja Puskesmas Simalingkar Medan.

Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Pada Bayi

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN
23

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif deskriptif untuk mengetahui

Pengetahuan responden tentang Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas

Simalingkar Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Puskesmas Simalingkar Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Agustus

2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan

yang tinggal di wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan. Data yang telah

diperoleh jumlah ibu yang memiliki Bayi di wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar

Medan adalah sebanyak 998 orang ibu.

3.3.2. Sampel
24

Sampel yang diambil adalah antara 10-15% atau 20-25% atau lebih dari jumlah

populasi menurut Arikunto (2010). Peneliti menggunakan 30% dari 103 ibu yang

memiliki bayi. 30% x 103 = 31.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Accidental

sampling. Accidental sampling juga dikenal sebagai sampling peluang atau

pengambilan sampel bebas.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian data dalam penelitian ini dilakukan setelah peneliti

mengajukan permohonan izin penelitian pada institusi pada pendidikan Fakultas

Keperawatan Darma Agung Medan, peneliti mengirim surat izin penelitian ke

Puskesmas Simalingkar Medan. Setelah mendapatkan persetujuan dari Puskesmas

Simalingkar Medan, peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel

penelitian dan bila responden setuju maka peneliti mengajukan surat persetujuan

responden untuk ditandatangani. Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian

kuesioner kepada responden dan mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner

secara teliti dan cermat serta tidak ada yang terlewatkan. Responden diberi

kesempatan untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti setelah selesai diisi

kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.Apabila

kuesioner yang tidak lengkap, maka diselesaikan pada saat itu juga, selanjutnya data

dikumpulkan untuk dianalisis. Calon responden yang bersedia diminta

menandatangani surat persetujuan, kemudian mengisi kuesioner yang telah diberikan


25

oleh peneliti. Jenis metode pengumpulan data yang digunakan peneliti digolongkan

menjadi dua yaitu:

a) Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui responden, angket dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat bantu. Peneliti terlebih dahulu meminta

persetujuan bersedia ikut responden, kemudian menjelaskan tentang

kuesioner, cara mengisi, tujuan, keuntungan dan kerugian, setta melakukan

klarifikasi terhadap pernyataan yang telah diajukan responden.

b) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang berasal dari sumber-sumber lain yang

berhubungan dengan peneliti ini seperti : KMS (Kartu Menuju Sehat), Diklat

Ilmiah, Rekapitulasi Data dari Puskesmas Simalingkar.

3.5 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional


26

N Variabel Defenisi Indikator Alat  Skor Skala

o Ukur Ukur
Variabel

Pengetahuan Segala sesuatu Ibutau Kuesione Baik : Gutma

ibu tentang yang diketahui tentang r 76-100% n

pemberian oleh ibu Defenisi (10-15

imunisasi tentang Imunisasi jawaban

dasar pemberian Tujuan yang

semua jenis Imunisasi benar)

imunisasi yang Manfaat Cukup :

harus diberikan Imunisasi 56-75%

pada bayi0-12 Jumlah (8-9

bulan di Imunisasi jawaban

Wilayah kerja Jenis-jenis yang

Puskesmas Imunisasi benar)

Simalingkar Jadwal Kurang :

Medan pemberian 40-55%

Imunisasi (3-5

jawaban

yang

benar).

(Arikunt
27

o, 2010)

3.6 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian

yaitu bagian pertama terdiri dari data demografi responden yang meliputi nama

(insial), umur, agama, suku, alamat dan pekerjaan. Bagian kedua tentang pengetahuan

ibu tentang pemberian imunisasi dasar. Untuk menilai pernyataan Pengetahuan ibu

tentang pemberian imunisasi dasar di Puskesmas Simalingkar Medan digunakan

kuesioner tinggal memilih dengan memberikan option a, b, c, d untuk setiap jawaban

yang dianggap tepat untuk responden. Dimana peneliti telah membuat 20 pernyataan

dengan pilihan jawaban a, b, c dan d. Metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan koesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

pertanyaan dalam bentuk selebaran (tertulis) kemudian dibagikan untuk dijawab.

Skala ukur dari variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1

3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :


28

1. Editing, dilakukan pengecekan data yang telah dikumpulkan, bila terdapat

kesalahan dan kelainan dalam pengumpulan data dilakukan perbaikan dan

pendataan ulang terhadap responden.

2. Coding, data yang telah diediting diubah kedalam bentuk angka (code) nama

responden dirubah menjadi nomor kode responden yaitu 01,02,03,04,05,06,...dst.

3. Tabulating, untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan ke dalam

bentuk tabel distirusi frekuensi.

4. Processing, untuk mengetahui frekuensi dan distribusi data.

3.7.2Analisa Data

Setelah memperoleh hasil data akan diolah dengan menggunakan analisis

frekuensi dan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dan frekuensi bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang banyaknya responden yang berpengetahuan baik,

cukup dan kurang.

Anda mungkin juga menyukai