Anda di halaman 1dari 132

SIFAT ASAM DAN BASA SENYAWA ORGANIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal dan memahami sifat-sifat asam dan basa senyawa organic.
2. Mengenal perbedaan tingkat keasaman antara senyawa alifatis dan
aromatik.

II. ALAT YANG DIGUNAKAN


• Gelas Kimia 250 Ml/400 Ml (2/1 Buah)
• Kaca Arloji (1 Buah)
• Spatula (1 Buah)
• Pengaduk (1 Buah)
• Kertas pH ( 10 Lembar)
• Tabung reaksi ( 10 buah)
• Bola karet (1 buah)
• Pipet tetes (1 buah)
• Pipet ukur (1 buah)
III. BAHAN YANG DIGUNAKAN
• NaOH
- HCL
• H2SO4
• Kloroform
• Methanol
• Anilin
• Etylarate
• KOH
• Pentanol
• Butanol
• Etanol
• Eter
• Heksan
• Minyak sayur

1
IV. DASAR TEORI
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan ph lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat yang dapat memberi

+
proton (ion H ) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa
dalam reaksi penetralanContoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka)
dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya
berasa masam walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat,
dapat berbahaya dan tidak dianjurkan
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Garam dalam pelajaran kimia adalah senyawa ionik yang
terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk
senyawa netral (tanpa bermuatan).
Sifat-sifat asam basa menurut suante arrhenius yaitu :
Asam : rasanya manis, dapat bereaksi dengan kebanyakn logam
membentuk gas, merubah lakmus dari biru kemerah, menghantarkan arus
listrik, menghasilkan CO2 apabila direaksikan dengan karbonat dan bereaksi
dengan basa menghasilkan garam dan air.
Basa : rasanya alkalis, licin, merubah lakmus dari merah menjadi biru,
menghantarkan arus listrik, bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air.
Secara Umum, Asam Memiliki Sifat Sebagai Berikut :
• Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
• Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila
asamnya asam kuat.
• Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam.
• Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik , merupakan
elektrolit.
Secara Umum, Basa Memiliki Sifat Sebagai Berikut :
• Mempunyai rasa pahit dan merusak kulit. Terasa licin seperti sabun
bila terkena kulit.
• Dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru.

2
Sifat Kimia
Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi

+
berada jauh di kanan, terdapat banyak H3O ; hampir seluruh asam terurai).
Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (hcl) adalah 107. Asam lemah

-
mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A

+
terdapat bersama-sama dalam larutan; sejumlah kecil H3O ada dalam larutan;
asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk asam asetat adalah 1,8 ×

-5
10 .

Asam kuat mencakup asam halida - hcl, hbr, dan HI. (Tetapi, asam
fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya mengandung
atom pusat ber- bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup
kuat; mencakup HNO3, H2SO4, dan hclo4. Kebanyakan asam
organik merupakan asam lemah. Larutan asam lemah dan garam dari basa
konjugatnya membentuk larutan penyangga.
Reaksi Asam
1. Reaksi asam dengan logam
Asam dapat bereaksi dengan logam menghasilkan zat lain dan
menghasilkan gas hidrogen. Contohnya adalah reaksi antara asam sulfat
dengan logam magnesium.
2. Reaksi asam dengan senyawa karbonat
Asam dapat bereaksi dengan senyawa karbonat menghasilkan zat lain, gas

2
CO dan air. Sebagai contoh, reaksi antara kalsium karbonat dengan larutan
hcl. Pada reaksi ini terbentuklah kalsium klorida.
3. Reaksi asam dengan oksida logam
Asam dapat bereaksi dengan oksida logam menghasilkan zat lain dan air.
Sebagai contoh, reaksi antara asam sulfat dengan tembaga oksida.
Kegunaan Asam
1. Asam sering digunakan untuk menghilangkan karat dari logam
dalam proses yang disebut pengawetasaman.

3
2. Asam digunakan sebagai elektrolit didalam baterai sel basah,
seperti asam sulfat yang digunakan dalam baterai mobil.
3. Pada tubuh manusia dan hewan, asam klorida merupakan bagian
dari asam lambung yang direaksikan didalam lambung.
4. Asam juga digunakan sebagai katalis, misalnya asam sulfat.
Jenis-Jenis Asam:
• Asam Askorbat
• Asam Karbonat
• Asam Sitrat
• Asam Etanoat
• Asam Lakta
• Asam Klorida
• Asam Nitrat
• Asam Fosfat
• Asam Sulfat

Jenis-Jenis Basa
• Amonia
• Kalsium Hidroksida
• Kalsium Oksida
• Magnesium Hidroksida
• Natrium Hidroksida
• Besi Hidroksida
• Aluminium Hidroksida
• Litium Hidroksida

V. LANGKAH KERJA
5.1. Pengecekan PH
1. Menyiapkan zat – zat yang akan diperlukan, beserta alat yang digunakan.
2. Mengambil sejumlah PH paper universal dan lakmus sesuai dengan
jumlah bahan yang diperlukan.
3. Menetesi masing – masing bahan.

4
4. Memeriksa dan mencatat hasilnya.
5. Mengulangi sekali lagi.
5.2. Tes Kelarutan
1. Menyiapkan 2 ml minyak goring kedalam 10 tabung reaksi.
2. Menambahkan senyawa – senyawa yang akan dites kelarutan (Etanol,
Eter, Heksan, dan 7 larutan lainnya).
3. Mencatat dan memeriksa hasilnya.
4. Menambahkan H2SO4 pada Etanol, Eter dan Heksan yang telah dicampur
minyak tadi.
5. Memeriksa dan mencatat hasilnya.

VI. DATA PENGAMATAN


6.1. Pengecekan PH

No. Senyawa Organik PH Keterangan Gambar

1. Paraffin 5 Asam

2. Methanol 5 Asam

5
3. Eter 4 Asam

4. Heksan 5 Asam

5. HNO3 0 Asam

6. Kloroform 5 Asam

7. Anilin 7 Netral

6
8. Dimetil alcohol 5 Asam

9. HCL 1 Asam

10. NaOH 14 Basa

6.2 Tes Kelarutan


Minyak +
N0. Kelarutan Gambar
Senyawa Organik

1. Paraffin Larut, berwarna bening

2. Methanol Tidak larut, berwarna bening

7
3. Eter Larut, berwarna kuning pudar

4. Heksan Tidak larut, berwarna bening.

5. HNO3 Larut, berwarna bening

6.3 Penambahan H2SO4 pada larutan yang telah dicampur minyak sayur

No. Perlakuan Keterangan Gambar

Minyak + Paraffin
1. Larut, berwarna putih
+ H2SO4

8
Minyak + methanol Tidak larut, berwarna putih,
2.
+ H2SO4 terdapat sedikit endapan.

Minyak + eter +
3. Larut, berwarna kuning
H2SO4

Minyak + heksan + Tidak larut, sedikit berwarna


4.
H2SO4 kuning.

Minyak + HNO3 +
5. Larut, berwarna kuning
H2SO4

9
VII. ANALISA DATA

Pada percobaan kali ini, terdapat beberapa hal yang dapat kami analisa. Pertama,
praktikum pengecekkan pH yang kami lakukan terhadap 10 senyawa yang berbeda
bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman dan kebasaan suatu senyawa aromatik
dan alifatik. Senyawa-senyawa yang kami uji adalah senyawa organik dan anorganik.
Senyawa-senyawa anorganik yang kami uji adalah HN03, HCl, dan NaOH.
Keempat senyawa ini terukti asam kuat dan basa kuat. NaOH merupakan basa kuat
dengan pH sebesar 14 dan HNO 3, dan HCl adalah asam kuat dengan pH sebesar 1.
Dapat kami analisa bahwasanya pada umumnya senyawa anorganik memiliki siat asam
dan sifat basa kuat.
Kemudian, senyawa organik yang kami uji ada 7 buah, 6 diantaranya adalah
senyawa alifatik yaitu parafin cair, metanol, eter, heksan, klorofom, dan alkohol, serta
satu senyawa aromatik yaitu anilin. Semua senyawa alifatik yang kami uji tingkat asam
dan basanya memiliki pH 4-5. Sedangkan senyawa aromatik yaitu anilin memiliki pH 7
atau netral. Dari data ini dapat kami analisis bahwa pada umumna senyawa alifatik
merupakan asam lemah, sedangkan umumnya senyawa aromatik merupakan senyawa
basa lemah.
Salah satu senyawa alifatis yaitu alkohol merupakan asam lemah, itu tergantung
pada rantai karbonnya, semakin panjang rantai karbonnya maka semakin asam alkohol
tersebut. Di sini kami menggunakan alkohol dan metanol yang memiliki sedikit atom
karbon sehingga tingkat keasamannya rendah. Begitu pula dengan heksan dan parafin
cair, keduanya merupakan senyawa alkana yang pada dasarnya merupakan asam lemah.
Hal ini dikarenakan panjangnya rantai karbon kedua senyawa tersebut. Klorofom dan
eterpun begitu karena merupakan turunan alkana.
Selain itu, anilin yang merupakan turunan dari benzena merupakan basa lemah.
Anilin yang merupakan turunan benzena dengan gugus fungsi NH2 merupakan senyawa
aromatik yang bersifat basa lemah yang berarti menerima ion H +. Hal ini sesuai dengan
teori Asam-Basa Bronsted-Lowry yang mendefinisikan asam sebagai pendonor proton
yang dalam hal ini adalah ion H+
Namun nyatanya, hasil yang kami teliti bahwa anilin ber-pH 7 atau netral, tidak
sampai basa lemah. Kesalahan ini terjadi karena kesalahan peneliti dalam pembacaan

10
kertas pH dan karena zat yang diteliti sudah terkontaminasi oleh zat-zat tertentu
sehingga pH-nya tidak sesuai dengan teori.
Kemudian, analisa untuk percobaan tes kelarutan yang bertujuan untuk
memahami sifat asam-basa senyawa organik. Pada percobaan ini terdapat satu senyawa
anorganik yang diuji yaitu HNO3, dan hasilnya tidak larut. Hal ini merupakan suatu
kewajaran karena minyak yang merupakan senyawa organik non-polar tidak akan bisa
larut atau melarutkan HNO3 yang merupakan senyawa anorganik polar. Sedangkan
keempat senyawa lainnya adalah senyawa organik. Namun, hanya tiga senyawa yang
larut dalam minyak yaitu parafin, eter, dan heksan, sedangkan metanol tidak larut.
Metanol merupakan senyawa organik yang bersifat polar sehingga tidak bisa
larut atau melarutkan minyak yang bersifat nonpolar walau sama-sama organik. Namun
perlu diketahui bahwa metanol memiliki gugus fungsi polar dan nonpolar sehingga
mungkin untuk isa melarutkan minyak, namun karena jumlah minyak lebih banyak,
sehingga membuatnya hanya bisa melarutkan sedikit minyak. Jadi, bukan tidak larut
secara total, namun hanya sebagian.
Parafin, eter, dan heksan merupakan senyawa alkana yang merupakan penyusun minyak
bumi, jadi dapat dikatakan sejenis. Senyawa-senyawa ini merupakan senyawa organik
nonpolar sehingga bisa larut dalam minyak, bahkan eter dapat melarutkan minyak
secara sempurna

11
VIII. KESIMPULAN

1. HNO3 dan HCl merupakan asam kuat karena basa konjugasinya yaitu NO 3 dan
Cl- merupakan basa lemah.
2. Semakin kuat asam, semakin lemah basa konjugasinya
3. NaOH merupakan basa kuat karena basa konjugasinya yaitu OH - merupakan
asam terlemah
4. Semakin kuat basa, semakin lemah asam konjugasinya
5. Senyawa alifatis seperti parafin cair, metanol, eter, alkohol, heksan, dan
klorofom merupakan asam lemah
6. Senyawa aromatik seperti anilin merupakan basa lemah
7. Parafin, eter, dan heksan dapat melarutkan minyak karena sama-sama non polar
8. Alkohol hanya sedikit bisa melarutkan minyak karena bersifat semipolar
9. HNO3 sama sekali tidak bisa melarutkan minyak karena berbeda kepolaran dan
HNO3 adalah senyawa organik polar.

12
IX. DAFTAR PUSTAKA

Penuntun praktikum kimia organik jurusan teknik kimia program stufi SI


terapan teknik energi politeknik negeri srwijaya 2018/2019

https://id.scribd.com/doc/148473799/laprak-kimor-1-uji-sifat-asam-dan-
basa-senyawa-organik-by-AIMOI2019-docx

https://www.gurupendidikan.co.id/benzena-pengertian-sifat-reaksi-
tatanama-klasifikasi-dan-rumus-struktur-beserta-contoh-lengkap/

13
I. GAMBAR ALAT

Kaca Arloji Gelas Kimia

Spatula Pengaduk Erlenmeyer

Bola Karet Pipet Ukur Termometer

Gelas Ukur Hot Plate

14
IDENTIFIKASI SENYAWA HIROKARBON DAN SENYAWA
ORGANIK JENUH DAN TIDAK JENUH

I. TUJUAN
 Mengetahui kelarutan dari senyawa hidrokarbon alifatis dan aromatis.
 Mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang terjadi

II. ALAT YANG DIGUNAKAN


 Tabung reaksi 8 buah
 Gelas kimia 1 buah
 Pipet ukur 1 buah
 Gelas ukur 1 buah
 Bola karet 1 buah
 Botol Aquadest 1 buah

III. BAHAN YANG DIGUNAKAN


 Benzena (C6H6)
 Asam sulfat
 Paraffin cair
 Asam nitrat
 Minyak kelapa
 Ethanol (C2H5OH)
 Aquadest

IV. DASAR TEORI


Hidrokarbon merupakan persenyawaan organik yang paling sederhana yang
hanya terdiri dari atom karbon dan atom hidrogen. Meski secara biologis
persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon tidak penting, tetapi persenyawaan-
persenyawaan biologis dapat dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon

15
(hidrokarbon dipandang sebagai persewaan induk). Keluarga Hidrokarbon dapat
digambar dalam diagram yang dilukiskan pada gambar berikut :
Hidrokarbon

Hidrokarbon Alifatik Hidrokarbon Aromatik


Alkana Benzena
Alkena
Alkuna
Semua persenyawaan hidrokarbon bersifat non pokar, sehingga ikatan antar
molekulnya sangat lemah. Karena itu hidrokarbon yang berat molekulnya rendah
berbentuk gas. Karena sifat non polar ini, hidrokarbon akan mudah larut dalam pelarut-
pelarut berpolaritas rendah seperti karbon tetraclorida (CCl3), chloroform (CHCl3),
benzena (C6H6) dan eter (R-O-R). Selain itu hidrokarbon mempunyai kerapatan yang
lebih kecil dari air.
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur
karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-
atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga
sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon
dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah
alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal,
masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8)
dan seterusnya (CnH2·n+2).
Senyawa ini merupakan senyawa karbon paling sederhana yang terdiri dari atom
karbon (C) dan hidrogen (H).Sifat senyawa-senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
struktur dan jenis ikatan koevalen antar atom karbon.
1. Berdasarkan bentuk rantai karbon,hidrokarbon digolongkan menjadi tiga,yakni:
A. Hidrokarbon alifatik
 Alkana
 Alkena
 Alkuna
B. Hidrokarbon alisiklik
C. Hidrokarbon aromatik

16
2. Berdasarkan jenis ikatan antar atom
A. Hidrokarbon jenuh
B. Hidrokarbon tak jenuh
Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon dibedakan
menjadi :
1. Hidrokarbon jenuh, yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonnya semua
berikatan tunggal. Hidrokarbon ini disebut juga sebagai alkana.
2. Hidrokarbon tak jenuh, hidrokarbon yang pada rantai karbonnya terdapat ikatan
rangkap dua atau rangkap tiga.
Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua disebut alkena dan hidrokarbon
yang mengandung ikatan rangkap tiga disebut alkuna
1) Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh yaitu hidrokarbon dengan rantai
terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Alkana juga
disebut parafin yang berarti mempunyai daya alinitas kecil (sukar bereaksi).

o Rumus umum alkana yaitu : C n H 2n+2 ; n = jumlah atom C

Sifat-sifat Alkana

1. Merupakan senyawa nonpolar, sehingga tidak larut dalam air


2. Makin banyak atom C (rantainya makin panjang), maka titik didih makin tinggi
3. Pada tekanan dan suhu biasa, CH 4 - C 4 H 10 berwujud gas, C 5 H 12 - C 17 H 36
berwujud cair, diatas C 18 H 38 berwujud padat
4. Mudah mengalami reaksi subtitusi dengan atom-atom halogen (F 2, Cl 2, Br 2 atau
I2 )
5. Dapat mengalami oksidasi (reaksi pembakaran)

Isomer Alkana

Alkana yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi rumus struktur beda

CH 4, C 2 H 6, C 3 H 8 tidak mempunyai isomer

alkana
jumlah isomer
C 4 H 10 2

17
C 5 H 12 3
C 6 H 14 5
C 7 H 16 9
C 8 H 18 28
C 9 H 20 35
C 10 H 22 75

Sumber dan Kegunaan Alkana

Alkana adalah komponen utama dari gas alam dan minyak bumi.

Kegunaan alkana, sebagai :

 Bahan bakar
 Pelarut

 Sumber hidrogen

 Pelumas

 Bahan baku untuk senyawa organik lain

 Bahan baku industri

2) Alkena
Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai satu ikatan rangkap dua
( C=C ) pada rantai karbonnya. Sehingga alkena yang paling sederhana mempunyai 2
atom C. Alkena disebuut juga olefin dari kata olefiant gas (gas yang membentuk
minyak).

o Rumus umum alkena yaitu : C n H 2n ; n = jumlah atom C

Tata Nama Alkena

1) Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai (yang jumlah atom Cnya
sama), dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena .

2) Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap.

18
3) Penomoran dimulai dari salah 1 ujung rantai induk sedemikian sehingga ikatan
rangkap mendapat nomor terkecil.

4) Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka yaitu nomor dari atom C
berikatan rangkap yang paling tepi / pinggir (nomor terkecil).

5) Penulisan cabang-cabang, sama seperti pada alkana.

Sumber dan Kegunaan Alkena


Alkena dibuat dari alkana melalui proses pemanasan atau dengan bantuan
katalisator (cracking). Alkena suku rendah digunakan sebagai bahan baku industri
plastik, karet sintetik, dan alkohol.

3) Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatis tak jenuh yang mempunyai satu ikatan
rangkap tiga ( – C C – ) pada rantai karbonnya. Dibandingkan dengan alkana dan alkena
yang sesuai, alkuna mempunyai lebih jumlah atom (H) yang lebih sedikit.

o Rumus umum alkuna yaitu : C n H 2n-2 ; n = jumlah atom C

Tata Nama Alkuna

o Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran –
ana menjadi –una .

o Tata nama alkuna bercabang sama seperti penamaan alkena.

Sumber dan Kegunaan Alkuna

Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna (asetilena),

C 2 H 2 . Gas asetilena digunakan untuk mengelas besi dan baja.

V. LANGKAH KERJA
a. Hidrokarbon Alifatis (Alkana)
1. Memasukkan 1 ml asam sulfat pekat kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan 1 ml alkana (paraffin cair)
3. Mengocok hingga berubah warna dan mengamatinya
4. Mengulangi percobaan sekali lagi

19
b. Hidrokarbon Alimatis (Benzena)
1. Menyediakan 2 tabung reaksi dan masing-masing tabung diisi dengan 1 ml
aquadest
2. Menambahkan 1 ml etanol pada tia-tiap tabung kemudian menetesinya dengan
Benzena pada masing-masing tabung sebanyak 1 ml secara perlahan lahan
3. Mengamati perubahan yang terjadi
4. Mengulangi percobaan sekali lagi

c. Sifat Benzena sebagai Pelarut


1. Menyediakan 4 tabung reaksi, dua tabung masing-masing diisi dengan 1 ml
aquadest dan dua tabung yang lain diisi dengan 1ml benzene
2. Menambahkan parafin dan minyak sebanyak masing-masing 1 ml pada tabung 1
dan 2 yang berisi aquadest
3. Mengulangi perlakuan diatas terhadap tabung 3 dan 4 yang berisi benzena
4. Mengamati perubahan yang terjadi
5. Mengulangi percobaan sekali lagi

d. Nutrisi Benzena
1. Menyediakan 1 tabung reaksi, kemudian mengisinya dengan 1 ml asam sulfat
pekat
2. Kemudian menambahkan 3 ml asam nitrat pekat secara perlahan-lahan.
3. Menetesi 1 ml benzena dan mengamati perubahan yang terjadi
4. Menambahkan 25 ml aquadest secara perlahan-lahan, mengamati perubahan
yang terjadi
5. Mengulangi percobaan sekali lagi.
VI. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Pengamatan Gambar
1. 1 ml asam sulfat  Tidak larut
+ 1 ml alkana  Terdapat dua
(paraffin cair) lapisan berwarna
bening dan kuning
bening yang
berada dibawah

20
2. 1 ml aquadest +  Terlarut
1 ml etanol  Larutan berwarna
bening

3. 1 ml aquadest +  Tidak larut


1 ml etanol + 1  Terdapat dua
ml benzena lapisan berwarna
bening

1 ml aquadest +  Tidak larut


1 ml paraffin  Terdapat dua
lapisan berwarna
bening

21
1 ml aquadest +  Tidak larut
1 ml minyak  Terdapat dua
lapisan berwarna
kuning bening
dibagian atas dan
bening dibagian
bawah

1 ml benzena +  Tidak larut


1 ml paraffin sempurna
 Terdapat dua
lapisan berwarna
bening
 Terdapat
gelembung seperti
cincin

1 ml benzene +  Tidak larut


1 ml minyak sempurna
 Terdapat tiga lapis
larutan berwarna
kuning diatas,
bening ditengah
dan kuning
dibawah

1 ml asam sulfat  Terlarut


+ 3 ml asam  Larutan berwarna
nitrat

22
1 ml asam sulfat  Tidak larut
+ 3 ml asam  Terdapat dua
nitrat + 1 ml lapisan bening
benzena

1 ml asam sulfat  Terlarut


+ 3 ml asam  Larutan berwarna
nitrat + 1 ml bening
benzene + 25 ml
aquadest

VII. ANALISA DATA


Pada percobaan ini dilakukan identifikasi senyawa hidrokarbon dan senyawa
organik jenuh dan tidak jenuh yang meliputi beberapa percobaan, yaitu:
 Identifikasi Hidrokarbon Alifatik (Alkana)
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 ml asam sulfat pekat dengan 1
ml paraffin cair. Pada percobaan ini paraffin tidak larut dalam H2SO4, terbentuk dua

23
lapisan pada larutan tersebut dengan lapisan paraffin di atas dan H2SO4 di bawah,
berwarna kuning dan tidak berbau.
 Identifikasi Hidrokarbon Alifatik (Benzena)
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 ml aquadest dan 1 ml etanol
kemudian direaksikan dengan 1 ml benzena, kemudian didapat larutan kuning bening
yang larut dan berbau.
 Identifikasi Sifat Benzena Sebagai Pelarut
 1 ml aquadest direaksikan dengan 1 ml paraffin menghasilkan larutan yang
berwarna bening dan kuning tidak larut dan tidak berbau
 1 ml aquadest direaksikan dengan 1 ml minyak menghasilkan larutan yang
memiliki dua lapisan yang berwarna bening dan kuning yang tidak larut
dan tidak berbau
 1 ml benzena direaksikan dengan 1 ml paraffin menghasilkan larutan yang
tidak larut dan tidak berbau
 1 ml benzena direaksikan dengan 1 ml minyak menghasilkan larutan yang
tidak larut dan tidak berbau
 Nutrisi Benzena
Pada percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 ml asam sulfat pekat
dengan 3 ml asam nitrat kemudian diteteskan 1 ml benzena melalui dinding tabung
reaksi dan diamati perubahannya, lapisan tidak bercampur. Kemudian ditambahkan 25
ml aquadest menghasilkan larutan yang terlarut sempurna.

VIII. KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
 Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon dan hidrogen
 Hidrokarbon berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, yaitu:
 Hidrokarbon jenuh
 Hidrokarbon tak jenuh
 Hidrokarbon berdasarkan bentuk rantai karbonnya, yaitu:
 Hidrokarbon alifatik
 Hidrokarbon aromatik
 Alkana termasuk hidrokarbon jenuh

24
 Alkena termasuk hidrokarbon tak jenuh
 Alkuna termasuk hidrokarbon tak jenuh
 Benzena sebagai pelarut hanya dapat melarutan senyawa-senyawa polar
 Nitrasi Benzena diketahui jika Benzene, Asam Sulfat dan Asam Nitrat yang
masing-masing tidak saling melarutkan, dapat larut pada pelarut polar (air).

IX. DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet “ Penuntun Praktikum Satuan Proses” Politeknik Negeri Sriwijaya


2012/2013 Palembang
 www. google.com

25
X. LAMPIRAN

26
GELAS KIMIA BOLA KARET

BOTOL AQUADEST PIPET UKUR

PEMBUATAN METIL ESTER

I. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester

II. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan:


 Gelas kimia 250ml 2 buah
 Magnetic stirrer 1 buah
 Hot plate 1 buah

27
 Mortar 1 buah
 Spatula 1 buah
 Pipet ukur 25ml 1 buah
 Bola karet 1 buah
 Stopwatch 1 buah
 Neraca analitik 1 buah
 Corong pisah 500ml 1 buah
 Piknometer 1 buah
 Termometer 1 buah
 Erlenmeyer 250ml 1 buah
 Buret 50ml 1 buah
 Aerometer 1 buah
 Statif dan klem 1 buah
 Pipet tetes 1 buah

Bahan
 Minyak jelantah
 NaOH
 Metanol
 Aquadest
 Indikator PP

III. Gambar Alat : (terlampir)

IV. Dasar Teori


Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses
esterifikasi dari asam lemak dengan methanol. Pembuatan metal ester ada empat
macam cara, yaitu pencampuran dan penggunaan langsung, mikroemulsi,
pirolisis (thermal cracking), dan transesterifikasi. Namun, yang sering digunakan
untuk pembuatan metal ester adalah transesterifikasi yang merupakan reaksi
antara trigliserida (lemak atau minyak) dengan methanol untuk menghasilkan
metal ester dan gliserol.

Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam minyak


nabati, misalnya di jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa diperoleh
dari minyak biji bunga mataharprni dan minyak rapessed, di prancis dari itali
diperoleh dari minyak biji bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil
diperoleh dari minyak kedelai, di Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit,

28
dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar,
minyak kelapa, dan minyak kedelai (2,3,4). Selain minyak-minyak tersebut,
minyak safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga dapat digunakan
dalam pembuatan senyawa metal ester (4,5). Pada pengolahan minyak nabati di
atas juga di hasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya.

Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau emollen
dalam produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam berbagai aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan farmasi.
Gliserol yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati ini
bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya
memiliki kemurnian kira-kira 95%.

Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami degradasi


kimia dan/atau mengandung akumulasi kontaminan-kontaminan di dalamnya.
Minyak ini dapat didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi
transesterifikasi, sehingga minyak jelantah yang sebelumnya merupakan limbah
yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan dapat menjadi suatu
produk yang mempunyai nilai ekonomis dan juga dapat mengurangi jumlah
limbah minyak jelantah yang ada. Keuntungan penggunaan minyak jelantah
dalam pembuatan metil ester adalah dapat direduksinya biaya operasional,
karena harga minyak jelantah pasti lebih murah daripada minyak bersih atau
minyak baru. Kekurangannya adalah komposisi asam lemak yang terkandung di
dalam minyak dapat berubah akibat pemanasan dan terikat dengan bahan
makanan yang digunakan pada proses penggorengan.

Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic
triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya
juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun
fungsi lainnya.

Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan dan
ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil

29
ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi
lapis tipis.

4.1. Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis

 Biodiesel dibuat melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi.

Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-


alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama
untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak
bekas/lemak daur ulang.

Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan


biodiesel dibutuhkan katalis untuk prosesesterifikasi. Produk biodiesel
tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta
pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.Alkohol yang digunakan
sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat pula
digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga
kandungan air dalam alcohol tersebut. Bila kandungan air tinggi akan
mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun,
ALB dan trigiserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh
tingginya suhu operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau
kecepatan pencampuran alkohol. Katalisator dibutuhkan pula guna
meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung, umumnya katalis yang
digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium metoksida.
Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang digunakan, apabila
digunakan minyak mentah dengan kandungan ALB kurang dari 2 %, disamping
terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis tersebut pada umumnya sangat
higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh
reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis
kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai,
katalis harus di netralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah
biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air

30
pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila
digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4)

4.2. Teori Transesterifikasi

Pembutan biodesel relatif sederhana dan mudah dikuasai dengan produk


berupa Fatty Acid Metyl Ester (FAME) yang melalui proses Transesterifikasi.
Proses Transesterifikasi adalah proses pertukaran antara gugus alkyl dari
trigliserida dengan gugus alkil dari Methanol (alcohol), sehingga terbentuk
FAME dan gliserin.

CH2 – O – C – R1 CH3 – O – C – R1 CH2 – OH

KOH

CH – O – C – R2+3 CH3OH CH3 – O – C – R2 + CH – OH

Methanol

CH2 – O – C – R3 CH3 – O – C – R3 CH2 – OH

Triglyserida Fatty Acyd Metyl Gliserin

Ester (FAME)

4.3. Proses Uji Mutu

Beberapa jenis proses Analisa Uji Mutu dilakukan secara Kimia dan Fisika
adalah sebagai berikut:
 Proses Uji Mutu secara Kimia
Analisa secara Kimia adalah sebagai berikut:
a. Kadar Air
b. FFA (Free Faty Acid)
c. Rancidity
d. Kandungan Logam
 Proses Uji Mutu secara Fisika
Analisa secara Fisika adalah sebagai berikut :

31
a. Analisa Density (Massa Jenis)
b. Analisa Viscosity (Kekentalan)

a. Kadar Air

Keterangan:
a = sebelum di ovben
b = setelah di oven
b. FFA (Free Faty Acid)

Keterangan:
N= Konsentrasi NaOH (N)
V= volume NaOH terpakai (ml)
W= Massa sample minyak goreng bekas
200= Ms.Asam Laurat (C11 H23 COOH)
Tabel biodisel dari minyak bekas
No. Jenis Analisa Standar

1. Kadar Air 0,3 %


2. FFA 0,3 %
3. Rancidity 10 %
4. Kandungan logam Negatif
5. Viskositas 2,3 – 6,0 mm2/s
6. Density 0,85 – 0,89
gr/cm3

32
V. Prosedur Kerja
 Pembuatan Metil Ester (Minggu Pertama)
1. Menimbang 1 gr NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan 41
ml methanol. Mengaduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua.
Menempatkan pada gelas kimia 250 ml.
2. Memanaskan 200 ml sample minyak diatas hot plate dan mengaduk engan
stiere kira-kira 100 rpm hingga suhu 45-55oC.
3. Menambahkan larutan Natrium Metoksida yang telah dibuat pada langkah
1 ke dalam minyak yang telah dipanaskan dan pertahankan suhu
pengaduk 55oC. lakukan penambhanan larutan ini sedikit demi sedikit.
Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit. Setelah semua natrium
metoksida bercampur.
4. Memindahkan metal ester ke dalam corong pisah dan didiamkan hingga
terbentuk dua lapisan selama 15 menit lalu mengeluarkan lapisan
bawahnya,
5. Memasukkan metal ester ke gelas dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metal ester hinggu suhu
60oC. menuangkan metil ester ke dalam aquadest, mengaduk perlahan
selama 10 menit.

33
6. Memindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah dan
memisahkan hingga terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnya
dikeluarkan.
7. Menghitung volume yield yang di dapat.
 Analisa Produk (Minggu Kedua)
1. Pengujian Densitas
- Menimbang pikonometer kosong dan kering sebagai a gram
- Menimbang piknometer dengan aquadest sampai penuh total dan
ditimbang sebagai b gram.
- Menghitung volume piknometer.
- Dengan cara yang sama, piknometer dibersihkan dan diisi dengan metil
ester.
- Menghitung dnsitas dari metil ester (gr metil ester/volume piknometer).
2. Pengujian Viskositas
- Membersihkan terlebih dahulu alat ostwald dengan contoh 2-3 kali.
- Memipet 5 ml sampel dan masukkan ke dalam alat Ostwald.
- Menetapkan berpa waktu yang diperlukan untuk megalirkan sampel
dengan jalan menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila
miniskus berhimpit perhitungan dimulai lagi dengan tanda garis bawah.
- Pengamatan dilakukan berulang minimal 3 kali.
- Mencatat juga suhu pada saat pengamatan.
- Mengulangi langkah diatas dengan menggunakan aquadest.

3. Pengujian Asam Lemak Bebas


- Menimbang 5 gr metil ester, menambahkan larutan 50 ml methanol
95% netral dan 3 tetes indicator pp.
- Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda.
- Mencatat banyaknya NaOH yang digunakan.

4. Pembuatan Larutan
- NaOH 0,1 N 500 ml (sebanyak 2 gr NaOH dilarutkan dalam 500 ml
aquadest).
- Methanol 95% netral (memasukkan methanol 95% sebanyak yang
diperlukan ke dalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator pp
lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda).
- Indicator pp (larutkan 0,5 gr fenolftalein dalam 100 ml etanol).

34
VI. Data Pengamatan
Tabel.1 Pengamatan pada Minggu Pertama

Perlakuan Hasil Gambar


 1 gr NaOH + 41 ml  Larutan berwarna
methanol diaduk keruh


 Penambahan natrium  Larutan telah 
metoksida dengan tercampur
 Dipanaskan selama
minyak yang telah
45 menit
dipanaskan
 Larutan bewarna
coklat kemerahan
 Terdapat endapan
bewarna
hitam(Coklat tua)
 Terdapat
gelembung
diatasnya

35
 Pemusahan metil  Terbagi 2 lapisan.
ester didalam corong Lapisan atas
pemisah berwarna kuning
tua (keorangean).
Lapisan bawah
coklaat kemerahan

 Pemurnian metil  Terbentuk dua


ester dengan lapisan. Lapisan
penambahan 50% atas bewarna
aquadest dan kuning keruh dan
dipisahkan dengan lapisan bawah lebih
corong pemisah bening

VII. Perhitungan
1. Penentuan Density
- Piknometer kosong = 33,67 gr
- Piknometer + aquadest = 59,37 gr
- Piknometer + metil ester = 56,61 gr

- Volume piknometer=

36
2. Penentuan Viskositas
Dik = t rata-rata : 4,51 s
Bola : nikel non aloy

8,1 gr/cm3

D = 0,8 cm
K = 7 mPa.s cm3/gr

Viskositas =

= )

= 227,657584 mpa.s

3. Kadar FFA (Free Faty Acid)

Kadar FFA =

Kadar FFA =

37
VIII. Analisa Percobaan
Setelah melakukan percobaan “ Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa bahwa
bahan baku dalam praktikum ini yaitu minyak jelantah, metanol dan NaOH. NaOH
disina bertindak sebagai katalis pada pembuatan metil ester. Metil ester digunakan
sebagai biodisel atau bahan bakar alternatif menggunakan proses transesterifikasi.
Pada proses pengadukan dan pemanasan minyak diatass hot plate baik
menggunakan 75-150 rpm karena kecepatan putaran pengadukan berpengaruh
terhadap rendeman pada proses despicing dan netralisasi minyak goreng bekas atau
minyak jelantah.
Pada proses analisa produk, metil ester yang digunakan sebagai biodisel
dilakukan dengan menentukan densitas dan asam lemak bebas. Densitas metil ester
yang didapatkan dari praktikum yang kami lakukan adalah 0,8888 gr/ml. Dan FFA
(Free Faty Acid) yang dihasilkan dari praktikum yang dilakukan 0,7287 mg/gr.
Sedangkan viskositas untuk praktikum ini ialah 227,657584 mPa.s.

38
IX. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
 Proses pembuatan metil ester adalah transesterifikasi
 Density metil ester secara praktikum adalah 0,8888 gr/ml
 Nilai FFA yang dihasilkan secara praktikum adalah 0,7287 mg/gr.

39
Lampiran

Termometer Piknometer gelas kimia pipet


tetes

40
Areometer magnetic strirer erlenmeyer pipet ukur

Bola karet buret neraca analitik hot plate

41
Mortar corong pisah spatula

PEMBUATAN AMYL ASETAT

I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan alkil asetat dari reaksi antara
alkohol primer dengan asam karboksilat
II. BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Amyl Alkohol
2. Asam Cuka Glasial (CH3COOH)
3. Asam sulfat pekat 96-98%
4. Natrium Bikarbonat (NaHCO3) jenuh
5. Kristal Magnesium Sulfat
6. Aquadest
7. Es Batu
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Beker Gelas 150 ml
2. Thermometer
3. Gelas Ukur 100 ml
4. Lampu Spiritus
5. Hot Plate
6. Labu leher dua 500 ml
7. Corong pemisah
8. Pengaduk

42
9. Erlenmeyer 100 ml
10. Perangkat alat destilasi
IV. DASAR TEORI
a. Proses pembuatan Amil Asetat
Amil Asetat merupakan salah satu ester yang memiliki rumus bangun
CH3COOC5H11. Pembuatan amil asetat biasanya melalui proses esterifikasi. Pembuatan
ester dari asam organik,
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
Asam Asetat Amil Alkohol Amil Asetat Air
dari reaksi diatas kerugian yang ditimbulkan adalah terbentuknya hasil samping yaitu
air (H2O), sedangkan kelebihannya adalah pada suhu dan tekanan yang relatif rendah
reaksi dapat berjalan dengan baik, bahan baku tidak beracun dan reaksi berjalan
reversible.
Menurut kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing reaksi
amil asetat maka dipilih pembuatan amil asetat dari asam organik (asam asetat) dan
alkohol (amil alkohol) dengan pertimbangan bahan baku tidak beracun. Reaksi
esterifikasi berlangsung secara reversible pada suhu 80 -83,4 dan tekanan 1atm
dengan mengikuti orde 1 terhadap asam asetat, sehingga untuk memperoleh amil asetat
sebesar mungkin maka kecepatan reaksi ke arah kanan harus lebih besar daripada
kecepatan reaksi kearah kiri. Reaksi esterifikasi amil asetat terjadi dengan melepaskan
panas (eksotermis).

b. Kegunaan Produk
1. Sebagai solvent atau pelarut dalam industry pembuatan selulosa nitrat, etil selulosa
dan polivinil asetat.
2. Digunakan untuk ekstraksi dan pemurnian pada pembuatan penisilin atau antibiotic.
3. Sebagai bahan penutup pemberi flavor
4. Sebagai penyamaan kulit, tekstil sebagai sebagai obat sablon tekstil
5. Sebagai campuran obat-oleh perusahaan-perusahaan farmasi

c. Sifat fisik dan kimia


 Bahan baku
1. Asam Asetat
Sifat fisik :
- Rumus kimia : CH3COOH
- Kadar : 99,8%
- Bentuk : Cairan tidak berwarna
- Berat molekul : 60 kg/mol
- Titik didih : 117,87
- Titik lebur : 16,6
- Densitas (25 ) : 1,049 kg/L
Sifat Kimia :

43
- Reaksi penyabunan asam asetat bila direaksikan dengan caustic soda
menghasilkan Na asetat.
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Asam Asetat caustic soda Na asetat Air
- Esterifikasi asam asetat bila direkasikan dengan alkohol menghasilkan
ester
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
Asam Asetat Amil alkohol Amil asetat Air

2. Amil Alkohol
Sifat fisik :
- Rumus kimia : C5H11OH
- Kadar : 99%
- Bentuk : Cairan tidak berwarna
- Berat molekul : 88 kg/mol
- Titik didih : 138,1
- Titik lebur : -79
- Densitas (25 ) : 0,824 kg/L

Sifat Kimia :
- Esterifikasi Jika amil alkohol diraksikan dengan asam asetat
menghasilkan amil asetat
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
Asam Asetat Amil alkohol Amil asetat Air
-Dehidrasi amil alkohol memberikan campuran 1 dan 2 pentana pada
175 - 400 dengan keberadaan katalis (seperti alumina oksida dan
senyawa klorida).

3. Katalis : Amberlyst 15
Sifat fisik
- Fase : padat
- Denstitas : 0,8 g/cm3
4. Produk Amil Asetat
Sifat fisik :
- Rumus Kimia : CH3COOC5H11
- Kadar : 99,9%
- Berat Molkeul : 130 kg/kmol
- Titik didih : 148,4
- Titik lebur : -70,8
- Densitas : 0,879 kg/l

44
Sifat kimia
- Hidrolisis amil asetat dapat terhidrolisis dengan adanya air menjadi
asam asetat dan amil alkohol.
CH3COOC5H11 + H2O CH3COOH + C5H11OH
- Amonolisis amonia dan amil asetat bereaksi membentuk amil alkohol
dan amida
CH3COOC5H11 + NH3 CH3CONH2 + C5H11OH
- Transesterifikasi jika amil asetat direaksikan dengan alkohol asam atau
ester yang lain dalam keadaan panas, maka gugus alkohol atau asamnya
berubah (Transesterifikasi).
- Perubahan gugus alkohol (alkoholist)
CH3COOC5H11 + ROH*CH3COOR + C5H11OH
- Perubahan gugus asam (asidolisis)
CH3COOC5H11 + RCOOH RCOOC4H9 + CH3COOH
- Perubahan ester – ester (Transeterifikasi)
CH3COOC5H11 + R1COOR2 CH3COOR + R1COOC5H11

V. LANGKAH KERJA

1. Memasukkan 20 ml amyl alkohol dalam sebuah labu leher dua yang berukuraan
500 ml kemudian menambahkan sedikit demi sedikit asam sulfat pekat sebanyak
14ml
2. Setelah itu menambahkan pula asam cuka glasial sebanyak 60 ml
3. Menyiapakan peralatan destilasi dan melakukan proses destilasi pada suhu 135-

160 selama 3 jam


4. Menampung destilat dalam Erlenmeyer dan memasukkannya ke dalam corong
pemisah
5. Menambahkan 60 ml aquadest ke dalam corong pemisah dan dikocokkan.setelah
itu diamkanlah dalam beberapa menit akan terdapat dua lapisan
6. Menampung lapisan bagian bawah, lapisan bagian atas merupakan senyawa air
yang dibiarkan tetap didalam corong
7. Menambahkan 50 ml air dan 14 ml Natrium Bikarbonat pada lapisan ester
kemudian dikocok. Setelah itu didiamkan beberapa menit yang lalu akan
terdapat dua lapisan larutan
8. Menampung lapisan bagian bawah, pada bagian atas menambahkan 4gr Kristal
Magnesium Sulfat, kemudian dikocok.
9. Menyaring larutan untuk mendapatkan cairan tak berwarna yang berbau sedap
(aroma pisang)
10. Menimbang destilat dan menentukan massanya

45
VI. HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Pengamatan Gambar


1 20 ml Amyl - Larutan berwarna
Alkohol + 14 coklat
ml Asam Sulfat - Mengeluarkan
Pekat + 60 ml asap yang terlihat
Asam Cuka pada dinding labu
Glasial - Berbau tajam

2 Destilasi - Destilat berwarna


larutan selama putih
3 jam, suhu - Berbau tajam
135-160°C

46
3 Destilat + 60 - Berwarna bening
ml Aquadest - Terdapat dua
lapisan cairan
(setelah
didiamkan)
- Lapisan atas
berupa senyawa
ester
- Lapisan bawah
berupa air
- Lapisan bawah
dikeluarkan
4 Lapisan Ester + - Berwarna bening
50 ml aquadest - Terdapat dua
+ 14 ml lapisan cairan
Natrium (setelah
Bikarbonat didiamkan)
- Lapisan atas
berupa senyawa
Amyl Asetat
- Lapisan bawah
dikeluarkan
- Senyawa Amyl
Asetat berbau
pisang

VII. DATA PENGAMATAN

Berat Amyl Asetat 24,9856 mL


Berat Asam Cuka Glasial 62,94 gr (60 mL)
Berat Asam Sulfat 16,46 gr (14 mL)
Berat Ester 3 mL
Warna Campuran Bau Gas Coklat kuning, aroma pisang

Temperatur (°C)
Waktu
Cairan Uap
30 menit 126 67
60 menit 128 71
90 menit 129 70
120 menit 129 68

47
48
VIII. DATA PERHITUNGAN

Secara Teori
Reaksi :
C5H11OH + CH3COOH → CH3COOC5H11 + H2O
Amil alkohol asam asetat amil asetat air
Amil Alkohol
Dik : V = 20 mL Dit : mol …?
ρ = 0,8144 gr/mL
gr = 0,8144 gr/mL x 20 mL = 16,288 gr
Mr = 88 gr/mol

= 0,18509 mol

Asam Asetat
Dik : V = 60 mL Dit : mol …?
ρ = 1,049 gr/mL
gr = 1,049 gr/mL x 60 mL = 62,94 gr
Mr = 60 gr/mol

= 1,049 mol

H2SO4
Dik : V = 14 mL Dit : mol …?
ρ = 1,89 gr/mL
gr = 1,89 gr/mL x 14 mL = 16,46 gr
Mr = 98 gr/mol

= 0,1679 mol

CH3COOH + C5H11OH → CH3COOC5H11 + H2O


m 1,049 mol 0,18509 mol - -
b 0,18509 mol 0,18509 mol 0,18509 mol 0,18509
mol
s 0,86391 mol - 0,18509 mol 0,18509
mol

Amil Asetat :
Mr = 130,19 gr/mol
gr = 0,18509 mol x 130,19 gr/mol = 24,0968671 gr

49
Secara Praktik
V amil asetat = 24,9856 mL

= 8,75%

50
IX. ANALISA PERCOBAAN

Pada percobaan kali ini melakukan pembuatan Amyl Asetat. Metode yang
digunakan yaitu destilasi dan dekantasi. Destilasi adalah metode yang bertujuan untuk
memisahkan dua atau lebih senyawa yang memiliki perbedaan titik didih untuk
memperoleh senyawa murni. Sedangkan dekantasi adalah metode yang bertujuan untuk
memisahkan produk dari hasi samping dengan memanfaatkan perbedaan massa jenis
untuk memisahkan larutan.
Amyl Asetat dibentuk dengan mendestilasi Amyl Alkohol dengan Asam Asetat
dalam labu leher dua yang telah ditambahkan sedikit demi sedikit asam sulfat pekat
yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat kecepatan reaksi karena reaksi
esterifikasi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat. Larutan
dalam labu leher dua tadi didestilasi selama 3 jam degan suhu 135-160 °C karena
reaktan dapat bereaksi membentuk uap dan juga merupakan suhu optimum untuk katalis
mempercepat laju reaksi. Uap yang terbentuk pada proses pemanasan akan melewati
tabung seperti pipa yang dialiri sir dingin sehingga mengubah fase gas menjadi cair dan
akan menetes pada Erlenmeyer.
Hasil destilasi (destilat) yang telah ditampung dalam Erlenmeyer dipindahkan ke
dalam corong pemisah (decanter) lalu ditambahkan aquadest dan dikocok kemudian
didiamkan beberapa menit. Karena perbedaan massa jenis larutan, setelah didiamkan
dan terbentuk dua lapisan cairan. Lapisan bawah dikeluarkan dan lapisan atas yang
merupakan senyawa ester ditampung dalam Erlenmeyer terpisah. Pada senyawa ester
ditambahkan air dan natrium bikarbonat, dikocok lalu didiamkan beberapa menit lagi
sehingga membentuk dua lapisan cairan. Pisahkan lapisan bawah dan atas pada
Erlenmeyer yang terpisah. Pada lapisan atas ditambahkan Kristal magnesium sulfat
kemudian kocok. Magnesium sulfat berfungsi sebagai absorben untuk mengikat air agar
tidak bereaksi dengan lapisan ester dan untuk menyerap zat-zat pengotor lainnya.
Kemudian disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan Kristal magnesium
sulfat tadi. Setelah disaring didapatlah senyawa amil asetat yang berbau seperti pisang.
Terakhir amyl asetat ditimbang untuk mengetahui massanya.

51
X. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan dapat mengetahui proses pembuatan Amyl


Asetat yang dibentuk dari reaksi antara alkohol prier (amyl alcohol) dan asam
karboksilat (asam cuka glacial/asam asetat) menggunakan proses destilasi dan
dekantasi.

52
XI. DAFTAR PUSTAKA
 https://dokumen.tips/documents/pembuatan-amyl-asetat-5661
 https://btari-elizabeth.blogspot.com/2016/05/laporan-laporan-praktikum-kimia-
organik-amil

53
XII. LAMPIRAN

Gelas Kimia Thermometer Gelas Ukur

Labu Leher Dua Corong Pemisah Erlenmeyer

Pengaduk Hot Plate

Perangkat Alat Destilasi

54
ISOLASI MINYAK KIMIRI

I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengetahui proses ekstrasi suatu zat dari bahan yang
terdapat di alam.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


a. Alat
 Alat ekstrasi soxlet
 Gelas porselin
 Gelas ukur 100 ml
 Hotplate
 Alat pengepres kemiri
b. Bahan
 Kemiri
 Potreleum eter atau alcohol
 Kertas saring
 Soxlet / kertas
 Kain pembungkus

III. DASAR TEORI

Minyak kemiri dapat dipisahkan dari ampas bijinya secara kimia (ekstrasi disdilasi)
dan secara fisika (pengepresan)

SECARA KIMIA

 Ekstrasi

Ekstrasi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan batuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan
tanpa melarutkan material lainnya.
- Ekstraksi padat – cair

Merupakan transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstrasi
dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solvent

55
pengekstrasi. Ekstrasi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektifitasnya.

 Distilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volalitas) bahan dalam penyulingan
campuran zat di didihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian di dinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis
perpindahan massa.

Disilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditunjukan
untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi disebut distilat dan
sisanya disebut residu. Proses distilasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

a. Distilasi bertingkat

Teknik atau proses pemisahan campuran berupa cairan yang bertujuan untuk
memproses lebih dari 1 jenis komponen

b. Distilasi fraksional

Teknik pemisahan campuran berupa cairan heterogen yang bertujuan untuk


memisahkan fraksi-fraksi / komponen-komponen yang terdapat di dalam cairan tersebut

c. Distilasi vakum

Distilasi tanpa pemanasan dan berlangsung pada tekanan rendah. Tekanan


diturunkan sampai terjadi pendidihan.

SECARA FISIKA

Lakukan pengepresan pada kemiri

56
 Komposisi Kimia Biji dan Minyak Kemiri
a. Biji KemiriSetiap 100 gr daging biji kemiri mengandung 636 kal
- 19 gr protein
- 63 gr lemak
- 8 gr karbohidrat
- 80 mg kalsium
- 200 mg fosfor
- 2 mg besi
- 0,06 mg vitamin B
- 7 gr air
b. Minyak Kemiri

Bagian buah (biji) mengandung minyak sebesar 55-65% dan kadar minyak dalam
tempurung sebesar 60%

Komposisi Kimia Minyak Kemiri

Asam Lemak Jumlah %


Asam lemak Jenuh
55
Asam Palmitat
6,7
Asam Stearat

Asam Lemak Tak Jenuh 10,5


48,5
Asam Oleat
28,5
Asam Linoelat

Asam Linolenat

 Sifat Fisik dan Kimia

Karakteristik Nilai
- Bilangan Penyabunan 188 – 202
- Bilangan Asam
6,3 – 8
- Bilangan Iod
- Bilangan Thiocynogen 136 – 167
- Bilangan Hidroksil
97 – 107
- Bilangan Reichert Meissl
- Bilangan Polenske Tidak ada

57
- Indeks bias pada 25 C 0,1 – 0,8
- Komponen tidak tersabunkan
Tidak ada
- Bobot jenis pada 15 C
1,473 – 1.479
0,3 – 1 %
0,924 – 0,929

Daya Guna Minyak dan Buah kemiri

- Sebagai bumbu masakan dalam jumlah yang relatife kecil


- Sebagai bahan dasar cat dan pembuatan sabun
- Sebagai tinta ncetak dan pembuatan sabun
- Sebagai minyak rambut
- Sebagai bahan pembatik
- Sebagai penerangan

Minyak kemiri mempunyai sifat – sifat khusus, dimana minyak ini mudah
mongering bila dibiarkan diudara terbuka. Oleh karena itu minyak kemiri dapat
digunakan sebagai minyak pengering dalam industry minyak dan varnish

IV. PROSEDUR

a. Secara Kimia
1. Timbang 50 gr kemiridiiris dan dihaluskan. Kemudian dimasukkan dlam
soxklet.
2. Siapkan alat ekstrasi soxlet dan kemiri yang telah dibungkus lalu masukkan
kedalam alat ekstraktor
3. Pada labu leher dua dimasukkan alcohol sebanyak 200 ml (atau ½ - 2/3 dari
volume labu) dan lakukakan ekstrasi selama 3 jam
4. Ekstrak yang diperoleh kemudian didestilasi, tamping destilat yang terbentuk
5. Residu dikeringkan dalam oven, kemudian dikeringkan pula dalam desikator
yang telah diisi kalium klorida anhidrad
6. Tenyukan kandungan lemak yang terbentuk
7. Lakukan analisa beberapa sifat fisika – kimia minyak (lihat prosedur umum
analisa sifat fisika dan kimia minyak pada bagian akhir modul praktikum ini)

b. Secara fisika: pengepresan

58
1. Timbang 50 gr kemiri, diiris dan dihaluskan
2. Masukkan kemiri sedikit demi sedikit ke dalam kain pembungkus
3. Letakkan kain pembungkus yang berii kemiri ke dalam alat pengepres biji-bijian
4. Lakukan pengepresan biji kemiri sedikit demi sedikit
5. Minyak yang terkumpul disaringi
6. Lakukan analisa minyak. Prosedur analisa disajikan pada bab akhir dari modul
ini

PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi ?

Jawab :
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
2. Sebutkan syarat – syarat pelarut dalam proses ekstraksi ?

Jawab :
Syarat pelarut dalam proses ekstraksi, yaitu :
 Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
 Titik didih rendah
 Mudah menguap
 Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak atau beracun
 Inert: Tidak bereaksi dengan solute
3. Apakah yang dimaksud dengan lemak ?

Jawab :
Lemak adalah ester gliseril yang banyak mengandung komponen asam jenuh, pada
suhu kamar berbentuk padat dan lemak yang berbentuk cair pada suhu disebut
minyak dengan komponen utamanya asam lemak tak jenuh. Lemak dan minyak
dalam keadaan tidak murni, tidak berwarna, berbau dan berasa.
4. Bagaimana cara mengidentifikasi lemak ?

Jawab :
 Berdasarkan jenis asan lemak
 Asam lemak jenuh
 Asam lemak tak jenuh
 Berdasarkan sifat – sifat lemak
5. Pada reaksi hidrolisis, lemak akan membentuk zat apa ?

59
Jawab :
Pada reaksi hidrolisis, lemak akan membentuk asam – asam lemak gliserol.
6. Apa rumus bangun dari lemak ?

Jawab :
Rumus bangun lemak :
H2C – O – C – R1
HC – O – C – R2
H2C – O – C – R3

V. DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Pengamatan


1. Menghaluskan biji kemiri sebanyak Kemiri berbentuk kasar yang berwarna putih
50 gram. kekuningan.
2. Memasukkan kemiri yang telah Kemiri harus halus dan jangan terlalu padat
dihaluskan tadi kedalam syvon. agar dapat terjadi penyaringan.

3. Memasukkan kemiri tadi kedalam Etanol mendidih pada suhu 70⁰C - 78⁰C,
tabung alat ekstraksi dan kemudian terjadi sirkulasi antara etanol dan
memasukkan etanol sebanyak 200 minyak kemiri.
ml kedalam labu leher 2.
4. Mengekstraksi menggunakan Warna awal etanol bening berubah menjadi
pelarut etanol selama 1 jam 40 kekuningan.
menit (14.30 – 16.10).
5. Proses destilasi untuk pemisahan Etanol akan mendidih pada suhu 70⁰C - 78⁰C,
etanol dengan kemiri. Hasil setetes demi setetes etanol mulai menetes
ekstraksi dimasukkan ke dalam pada gelas kimia. Di dapatkan hasil minyak

60
labu leher 2 dan dirangkai ke alat kemiri murni sebanyak 13,35 gram.
destilasi. Lalu dipanaskan dengan
suhu 70⁰C - 78⁰C.

 Tabel Proses Ekstraksi

No. Sirkulasi Waktu ( menit ) Temperature cairan


1. 1 19 menit 78⁰C
2. 2 19 menit 74⁰C
3. 3 14 menit 74⁰C
4. 4 11 menit 75⁰C
5. 5 11 menit 75⁰C
6. 6 18 menit 72⁰C
7. 7 14 menit 71⁰C
8. 8 6 menit 73⁰C

VI. DATA HASIL PENGAMATAN

 Pembuatan Minyak Kemiri Secara Kimia

No. Perlakuan Pengamatan Gambar


1.Menghaluskan biji kemiri sebanyak 30Kemiri yang telah halus
gram. berbentuk kasar dan
berwarna kekuningan.

61
2. Memasukkan kemiri yang telah Kemiri harus halus dan
dihaluskan kedalam syvon. saat memasukkannya
jagan terlalu padat
agar dapat terjadi
penyaringan.

3. Memasukkan etanol sebayak 200 ml keEtanol berwarna bening


dalam labu leher 2. dan bertindak sebagai
pelarut pada saat
ekstraksi.

4. Memasukkan kemiri tadi ke dalam Etanol akan mendidih


tabung alat ekstraksi dan menaruh pada suhu 70⁰C -
etanol tadi di bagian bawah alat. Di 78⁰C , kemudian
ekstraksi selama 1 jam 40 menit. terjadi sirkulasi antara
etanol dan minyak
kemiri.

5. Hasil ekstraksi selama 1 jam 40 menit.Etanol yang awalnya


berwarna bening
setelah di ekstraksi
warna etanol berubah
menjadi kekuningan .

6. Proses destilasi untuk pemisahan etanolEtanol akan mendidih


dengan minyak kemiri. Hasil pada suhu 70⁰C -
ekstraksi di masukkan ke dalam 78⁰C , setetes demi
labu leher 2 dan di rangkai ke alat setetes etanol mulai
destilasi lalu di panaskan dengan menetes pada gelas
suhu 70⁰C - 78⁰C sampai etanol kimia.
terpisah semua dari minyak kemiri.

62
7. Hasil akhir destilasi Di dapatkan hasil destilasi
yaitu minyak kemiri
sebanyak 13,35 gram/
14.35 ml

VII. PERHITUNGAN

 Secara Kimia

ρ minyak kemiri = 0,93 gr/ml

63
Berat kemiri awal = 50 gr
Berat labu leher 2 = 172,52 gr
Berat kemiri + labu leher 2 = 235,87 gr
Berat kemiri akhir = 235,87 gr – 172,52 gr
= 63,35 gr
W minyak = Berat akhir – berat awal
= 63,35 gr – 50 gr
= 13,35 gr

V= = = 14,35 ml

Kadar = 100%

= 100%

= 26,7%

VIII. ANALISA HASIL PERCOBAAN

64
Dari hasil percobaan isolasi minyak kemiri yang telah dilakukan dari kelompok
1 dapat di analisa bahwa minyak kemiri dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi biji
kemiri yang telah di haluskan dengan metode ekstraksi soxhlet, lalu setelah ekstraksi
dilanjutkan dengan metode destilasi untuk memisahkan minyak kemiri yang terdapat di
dalam pelarut.

Biji kemiri yang akan di ekstrak harus di tumbuk dulu sampai halus, karena
untuk mempermudah minyak nabati yang aada didalam biji kemiri terekstrak oleh
pelarut yang digunakan, itu berhubungan dengan ukuran partikel yang semakin kecil
sehingga memperluas bidang sentuh agar lebih mudah terekstrak. Pelarut yang
digunakan yaitu etanol, etanol yang digunakan sebagai pelarut karena memiliki tingkat
keedaran yang relative sama dengan minyak yang akan diekstrak yaitu sama – sama
senyawa non polar. Adapun syarat pelarut yang digunakan yaitu : beda polaritas antara
solvent dan solute kecil, ; titik didih rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi);
mudah menguap; tidak berbahaya; tidak beracun; tidak mudah meledak/ terbakar ; inert
dan tidak bereaksi dengan solute.

Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Pada sat proses ekstraksi akan


mengalami proses sirkulasi sebanyak 8 kali dalam waktu selama 1 jam 40 menit
semakin banyak jumlah sirkulasi maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk
memperoleh minyak yang lebih banyak. Dimana ekstraksi akan berhenti apabila cairan
yang tersirkulasi sudah tidak berwarna lagi (bagi suatu bahan yang di ekstraksi mula –
mula memberikan cairan yang berwarna).

Kemudian metode ekstraksi ini memiliki keuntungan dan kerugian dimana


keuntungannya yaitu: menggunakan penyaring yang sedikit sebab penyaringan itu juga
yang akan digunakan kembali untuk mengulang percobaan. Sedangkan kerugiaannya
yaitu : tidak dapat menggunakan bahan yang memiliki tetstur yang kasar; pengerjaannya
yang rumit dan lumayan lama karena harus di uapkan di dalam replaktor untuk
memperoleh ekstrak kental. Dalam pelaksanaan proses ekstraksi faktor – faktor yang
mempengaruhi laju reaksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, tipe dan
kuantitas pelarut dan suhu pelarut. Selanjutnya di lanjutkan dengan metode destilasi,
pemisahan pelarut dengan minyak kemiri dimana pelarut akan menguap lebih dahulu
karena memiliki titik didih lebih rendah dari pada minyak kemiri.

65
IX. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan ini dapat di tarik kesimpulan bahwa :

1. Ekstraksi adalah suatu proses pemilihan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus mampu mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
2. Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan kimia berdasarkan
perbedaan atau kemudahan menguap bahan dalam penyulingan campuran zat di
didihkan.
3. Penggunaan etanol pada percobaan ekstraksi dikarenakan banyak komponen yang
bisa larut di dalamnya.
4. Syarat pelarut dalam proses ekstraksi :
 Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
 Titik didih rendah
 Mudah menguap
 Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak atau beracun
 Inert: Tidak bereaksi dengan solute
 Murah (terutama untuk insutri)
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi :
 Tipe persiapan sampel
 Waktu ekstraksi
 Tipe dan kuantitas pelarut
 Suhu pelarut

X. DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet Satuan Proses.’Penuntun Praktikum Isolasi minyak kemiri’.Politeknik


Negeri Sriwijaya . Palembang.
 kc12engineer.blogspot.com/2014/08/laporan-isolasi-minyak-kemiri.
 scribd.com/doc/109642313/Isolasi-Minyak-Kemiri

66
XI. LAMPIRAN

67
Gelas kimia Labu leher dua

Pipet ukur Bola karet

Alat destilasi Pipet tetes

PEMBUATAN ETHANOL GEL


SEBAGAI BAHAN BAKAR PADAT ALTERNATIF

68
I. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa dapat memahami dan melakukan proses pembuatan etanol gel


sebagai bahan bakar padat.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

· Alat yang digunakan :


1. Gelas kimia
2. Gelas ukur
3. Kaca arloji
4. Pipet ukur
5. Bola karet
6. Magnetic stirrer
7. Hot plate
8. Spatula
9. Pengaduk
10. Botol aquadest

Bahan yang digunakan :


1. Ethanol 60 % dan 70 %
2. CMC
3. NaOH
4. Aquadest

III. DASAR TEORI

Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat. BBM
menjadikebutuhan yang sangat penting dan paling dicari oleh masyarakat. Terutama minyak
tanah, hampirsemua lapisan masyarakat menggunakan minyak tanah. Namun karena deposit
minyak bumi Indonesiahanya tinggal 20 tahun maka harus dicari bahan bakar alternatif lain

69
yang dapat menggantikan minyaktanah (Siagian, 2007). Bioetanol merupakan bahan bakar
alternatif yang potensial karena sumbernyamudah diperbaharui. Namun ada beberapa
kendala yang harus dihadapi agar bioetanol dapat digunakanoleh masyarakat secara luas.
Yaitubioetanol hanya diproduksi di daerah tertentu, tidak setiap daerahterdapat produsen
bioetanol. Bioetanol yang berbentuk cair beresiko tumpah saat didistribusikan kedaerah lain.
Hal ini disebabkan biasanya bioetanol didistribusikan dalam drum-drum yang kurang
amandalam pengangkutannya (jika dibandingkan pengangkutan minyak tanah oleh Pertamina
yangdimasukkan dalam tangki). Selain itu, bioetanol yang berwujud cair lebih beresiko mudah
tumpah danmudah meledak karena sifatnya yang volatil. Oleh karena itu bioetanol cair
diubah menjadi bioetanol gelyang lebih aman dalam proses pengangkutan dan
penggunaannya.
Bioetanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar alternatif lainnya
yaituselama pembakaran gel tidak berasap, tidak berjelaga, tidak mengemisi gas berbahaya,
nonkarsinogenik, non korosif. Bentuknya yang gel memudahkan dalam pengemasan dan
dalampendistribusian. Bioetanol gel sangat cocok digunakan untuk memasak, dibawa pada
saat berkemah dll(Merdjan and Matione, 2003).Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan bioetanol gel ini diantaranya adalah etanol.Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol
murni, alkohol absolut.
Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar padat parafin yaitu
terbaharukan, selama pembakaran tidak berasap, tidak menimbulkan jelaga, tidak
menghasilkan gas berbahaya, bersifat non karsinogenik dan non korosif. Bentuknya gel
memudahkan dalam pengemasan dan pendistribusian. Ethanol gel sangat cocok
digunakan untuk pemanas pada saat pesta, pada saat berkemah, dan untuk keperluan
tentara. Untuk membuat ethanol gel dibutuhkan pengental berupa tepung, seperti
kalsium asetat, atau pengental lainnya seperti xanthan gum, carbopol dan berbagai
material turunan selulosa. Untuk pengental jenis carbopol dibutuhkan air untuk
membentuk struktur gel yang diinginkan. Pada carbopol, pH sangat berpengaruh dalam
pembentukan gel, carbopol terbentuk gel dengan kisaran pH 5-7 dan pH dapat diatur
pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak dengan nilai pH yang berlebih yaitu
menggunakan basa sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau potassium
hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat.
Variabel – variabel proses saat pembuatan ethanol gel yang mungkin berpengaruh
terhadap karakteristik gel yang dihasilkan antara lain: kadar etanol, jumlah penambahan

70
carbopol, pH campuran dan pengadukan. Karena etanol bersifat asam dan carbopol
efektif pada rentang pH 5-7 maka pH campuran dikendalikan dengan penambahan
NaOH. Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja. Merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalamkehidupan sehari-hari.
Etanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh lewat proses fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan etanol dapat berupa ubi kayu, jagung,
ubi jalar, dan tebu. Semuanya merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat
mudah ditemukan di Indonesia karena iklim dan keadaan tanah Indonesia yang
mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Di Indonesia, ubi kayu dinilai sebagai
sumber karbohidrat yang paling potensial untuk diolah menjadi etanol. Hal ini karena
ubi kayu memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, dapat diatur waktu
panennya serta dapat tumbuh di tempat yang kurang subur. Namun, kadar patinya
tergolong rendah (30%) dibandingkan dengan jagung (70%) dan tebu (55%)
(Agil,2007).
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar. Etanol adalah
salah satu bahan bakar alternatif (yang dapat diperbaharui) yang ramah lingkungan yang
menghasilkan gas emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bensin atau
sejenisnya. Etanol jelas lebih menguntungkan karena lebih ramah lingkungan dan bahan
bakar alternatif yang satu ini dapatdiperbaharui (renewable).

Sifat-sifat fisis etanol (Perry,1984) :


1. Rumus molekul : C2H5OH
2. Berat molekul : 46,07 gram / mol
3. Titik didih pada 1 atm : 78.4°C
4. Titik beku : -112°C
5. Bentuk dan warna : cair tidak berwarna
6. Spesifik gravity : 0,786 pada 20°C

Sifat-sifat kimia etanol (Vogel,1985) :


1. Bersifat hidrofob
2. Rantai karbon cukup panjang
3. Untuk minuman diperoleh dari peragian karbohidrat

71
Ethanol gel adalah etanol dengan bentuk fisik berupa gel. Produk ethanol
gel sangat prospektif dikembangkan. Keunggulan dari ethanol gel dibandingkan fase
cairnya yaitu praktis dan aman. Praktis karena berbentuk gel sehingga bias disimpan di
dalam botol serta tidak mudah tumpah. Dalam bentuk gel, factor keamanan dalam
penggunaan etanol dalam rumah tangga pun terjamin karena produk ethanol geltidak
mudah menguap (volatile) dan tidak mudah terbakar. Seandainya pun ethanol
gel tumpah dalam keadaan masih terbakar, kekentalannya tidak akan membuatnya cepat
mengalir seperti halnya etanol dalam bentuk cair.

Ethanol gel merupakan produk aman karena tidak volatil serta


tidak mengeluarkan asap atau gas beracun ketika dibakar. Untuk membentuk ethanol
gel ini diperlukan bahan pengental etanol. Bahan yang digunakan dalam hai ini berupa
carbopol yang merupakan polimer asam akrilik. carbopol dicampurkan ke dalam etanol
dan dihomogenisasi. Lalu, beberapa milliliter Natrium Hidroksida (NaOH) ditambahkan
ke dalam campuran agar terbentuk gel. Tujuannya untuk mengubah pH campuran
menjadi semakin tinggi karena gel akan terbentuk jika pH campuran meningkat
(Vivandra,2009). Ethanol gel dapat digunakan sebagai bahan alternatif yang aman
pengganti parafn karena keuntungan utama menggunakannya adalah ethanol geltanpa
asap dan tidak ada emisi gas berbahaya. Masyarakat di Afrika Selatan yang
telah memakai ethanol gel mengatakan bahwa hasil pembakaran ethanol gel bersih
dantidak menimbulkan jelaga pada panci bekas memasak.

Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol

72
gel sangat mungkin
mempengaruhi
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
fisik yang mungkin
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
73
untuk mencari
pengaruh carbopol,
CMC dan karagenan
terhadap viskositas
dan nyala api dari
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol
gel sangat mungkin
mempengaruhi
74
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
fisik yang mungkin
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
untuk mencari
pengaruh carbopol,
75
CMC dan karagenan
terhadap viskositas
dan nyala api dari
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol
gel sangat mungkin
mempengaruhi
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
76
fisik yang mungkin
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
untuk mencari
pengaruh carbopol,
CMC dan karagenan

77
terhadap viskositas
dan nyala api dari
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol
gel sangat mungkin
mempengaruhi
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
fisik yang mungkin
78
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
untuk mencari
pengaruh carbopol,
CMC dan karagenan
terhadap viskositas
dan nyala api dari
79
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
IV. PROSEDUR KERJA

1. Memasukkan ethanol gel 70% sebanyak 50 ml kedalamgelas kimia.


2. Mengaduk ethanol gel 70% dalamgelas kimia dengan keepatan 100 rpm
sambil menambahkan karbopol 1,8 gram seacara perlahan-lahan.
3. Menutup gelas berisi campuran ethanol 70 % dan carbopol tadi dan
melanjutkan pengadukan selama 45 menit.
4. Menambahkan NaOH 1 M sebanyak 5 ml sehingga terbentuk etanol gel
5. Mengulangi langkah diatas untuk jumlah carbopol yang berbeda.
6. Mengulangi percobaan diatas dengan ethanol 65 %

ANALISA HASIL

A. Analisa Kualitatif
1. Mengambil etanol gel sebanyak 5 gram dimasukkan kedalam
cawan porselen.
2. Membakar etano gel tersebut.
3. Mengamati nyala api dari hasil pembakaran etanol gel tersebut.
B. Analisa Warna Nyala
1. Mengambil ethanol gel 5 gram dimasukkan kedalam cawan
porselen.
2. Membakar etanol gel tersebut.

80
3. Mengamati warna nyala dari hasil pembakaran ethanol gel
tersebut.
C. Analisa Kuantitatif

Lama Waktu Penyalaan

1. Mengambil ethanol sebanyak 5 gram kedalam cawan porselen.


2. Menyiapkan stopwatch.
3. Membakar etanol tersebut bersamaan dengan menghidukan
stopwatch.
4. Mematikan stopwatch apabila ethanol gel sudah terbakar.

V. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Pengamatan
50 ml butanol 70% + 1,6 gram
Larutan yang awalnya berwarna bening
CMC berubah menjadi agak keruh dan tidak
terbentuk gel
50 ml butanol 70% + 2 gram CMC
Larutan menjadi keruh dan agak berbau.
Terbentuk gel tetapi sangat sedikit
50 ml butanol 70% + 2,4 gram
Larutan menjadi keruh berbau menyengat.
CMC Terbentuk gel tetapi tidak dapat dibakar.
50 ml butanol 100% + 2,5 ml
Larutan menjadi keruh dan suhunya menjadi
kalsium asetat dingin. Tidak terbentuk gel.
50 ml butanol 100% + 5 ml
Larutan menjadi keruh dan suhunya menjadi
kalsium asetat dingin. Terbentuk gel tetapi tidak dapat
dibakar.
50 ml propanol 100% + 2,5 ml
Saat propanol diteteteskan sedikit demi sedikit
kalsium asetat kalsium asetat larutan perlahan mulai
mengental dan terbentuk gel yang bagus.
Menimbang propanol gel 5 gram- menimbang lalu dimasukkan kedalam
porselen
- Gel berwarna putih agak bening
Membakar dan mencatat waktu
- Awal pembakaran api berwarna biru
nyala api - Seiring waktu berjalan warna api berubah
menjadi merah
- Lama pembakaran 5 gram propanol gel
adalah 6 menit 15 detik.

81
VI. PERHITUNGAN

Dik :
M NaOH =1M
Volume = 5 ml
BM = 40 gr/mol
Dit :
Gr......?
Penyelesaian :
Gr = M × BM × V
= 1 mol/l × 40 gr/ml × 0,005 l
= 0,2 gram

VII. DATA HASIL PENGAMATAN

No Perlakuan Pengamatan Gambar


50 ml butanol 70% + 1,6
Larutan yang awalnya berwarna
gram CMC bening berubah menjadi agak
keruh dan tidak terbentuk gel

82
50 ml butanol 70% + Larutan
2 menjadi keruh dan agak
gram CMC berbau. Terbentuk gel tetapi
sangat sedikit

50 ml butanol 70% + 2,4


Larutan menjadi keruh berbau
gram CMC menyengat. Terbentuk gel
tetapi tidak dapat dibakar.

50 ml butanol 100% + 2,5


Larutan menjadi keruh dan suhunya
ml kalsium asetat menjadi dingin. Tidak
terbentuk gel.

50 ml butanol 100% + 5 ml
Larutan menjadi keruh dan suhunya
kalsium asetat menjadi dingin. Terbentuk gel
tetapi tidak dapat dibakar.

50 ml propanol 100% + 2,5


Saat propanol diteteteskan sedikit
ml kalsium asetat demi sedikit kalsium asetat
larutan perlahan mulai
mengental dan terbentuk gel
yang bagus.

83
Menimbang propanol gel- 5 menimbang lalu dimasukkan
gram kedalam porselen
- Gel berwarna putih agak bening

Membakar dan mencatat


- Awal pembakaran api berwarna
waktu nyala api biru
- Seiring waktu berjalan warna api
berubah menjadi merah
- Lama pembakaran 5 gram
propanol gel adalah 6 menit 15
detik.

VIII. ANALISIS PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan ethano gel
sebagai bahan bakar padat alternatif dengan bahan kalsium asetat atau CMC.
Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan bakar padat
parafin dan sejenisnya, yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang selama
pembakaran tidak berasap, tidak menghasilkan gas berbahaya, menghasilkan as
emisi karbon yang lebih rendah, bersifat nonkarsinogenik dan non korosif. Selain
itu ethanol gel juga ramah lingkungan serta merupakan bahan bakar alternatif yang
dapat diperbarui (renewable).

Bahan pertama yang kami uji adalah butanol 70% dan ditambahkan dengan
CMC yang bertindak sebagai gel agent. Penambahan ini dilakukan sebanyak tiga
kali dengan 50 butanol 70%. CMC yang ditambahkan sebanyak 1,6 gram, 2 gram,
dan 2,4 gram. Tetapi pada ketiga kali penambahan itu tidak ada yang menghasilkan
gel yang bagus. Karena gel yang dihasilkan tidak bisa dibakar dan sangat sedikit.
Mungkin CMC bukanlah gel agent yang bagus dalam pembuatan etanol gel.

84
Bahan kedua yang kami uji adalah etanol pekat 50 ml dan ditambahkan dengan
kalsium asetat yang bertindak sebagai gel agent. Penambahan ini dilakukan
sebanyak dua kali yaitu 2,5 ml dan 5 ml. Saat penambahan 2,5 ml kalsium asetat
kedalam etanol tidak terjadi pembentukan gel. Saat penambahan 5 ml kalsium asetat
larutan berubah menjadi keruh dan terbentuk gel tetapi sedikit sekali dan tidak bisa
dibakar. Mungkin karena jumlah gel yang sedikit dan masih basah.

Bahan ketiga yang kami uji adalah propanol pekat 50 ml dan ditambahkan
dengan kalsium asetat yang bertindak sebagai gel agent. Penambahan ini dilakukan
sebanyak satu kali yaitu sebanyak 2,5 ml. Saat kalsium asetat ditambahkan sedikit
demi sedikit larutan perlahan mulai mengental dan setelah diaduk mulai terbentuk
gel. Gel yang dihasilkan pun cukup banyak.

Selanjutnya kami melakukan tes nyala api dengan mengambil propanol gel
sebanyak 5 gram dan kemudian membakarnya. Awalnya nyala api berwarna biru
dan lama kelamaan berubah menjadi merah. Saat pembakaran tidak asap yang
keluar sehingga tidak mencemari lingkungan. Lama pembakaran ini selama 6 menit
15 detik. Propanol gel sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar padat karena
tidak menghasilkan polusi dan merupakan sumber energi terbaharukan yang ramah
lingkungan.

IX. KESIMPULAN

Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Etanol grl adalah etanol dengan bentuk fisik gel tetapi kami mengganti
etanol gel dengan propanol gel karena lebih efektif dan berhasil.
2. Kalsium asetat bertindak sebagai gel agent atau pengental.
3. Propanol gel adalah bahan bakar padat yang ramah lingkungan.
4. Propanol gel sangat praktis dan aman serta apabila dibakar tidak
mengeluarkan asap dan gas beracun.

85
X. DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet “Penuntun Praktikum Kimia Organik” Politeknik Negeri Sriwijaya,


Palembang, 2019
 www.scribd.com
 www.academia.edu
 www.wikipedia.org
 www.google.co.id

86
XI. LAMPIRAN ( GAMBAR ALAT)

Pipet Ukur Gelas Kimia

87
Bola Karet Botol Semprot

Gelas Ukur Kaca Arloji

Magnetic dan Stirrer Spatula

88
Batang Pengaduk

EKSTRAKSI SEDERHANA

NIKOTIN DALAM TEMBAKAU

I. TUJUAN PERCOBAAN

Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan mampu


melakukan percobaanisolasi nikotin dari dalam tembakau

II. ALAT DAN BAHAN

89
Alat-alat yang digunakan Erlenmeyer

 Gelas Kimia

 Gelas Ukur

 Batang Pengaduk

 Pipet Tetes

 Pipet Ukur

 Bola Karet

 Kertas Saring

 Corong Gelas

 Labu Takar

 Hot Plate

 Neraca Analitis

Bahan-Bahan yang digunakan

 Tembakau rokok

 HCl pekat

 Metal merah

 H2SO

III. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

IV. KESELAMATAN KERJA IV

90
Gunakan peralatan safety pada tangan, kaca mata, masker dan lain-
lain. Khususnya pada saat melakukan praktikum seperti sarung saat
mengambil asam sulfat.

V. DASAR TEORI

Nikotin merupakan suatu cairan alkaloid berwarna kuning pucat hingga cokelat
tua yang ditemukan dalam tanaman solaceae. Kadar nikotin merupakan kunci untuk
menentukan kualitas tembakau. Banyak factor yang mempengaruhi kadar nikotin ini
yaitu jenis tembakau, jenis tanah, tingkat kematangan tembakau, kadar nitrogen dalam
tanah dan massa penguningan.

Nikotin bersifat higroskopis dapat bercampur dalam air bersuhu dibawah 60 C,


sangat larut dalam alcohol, kloroform, eter, kerosin, dan sejenisnya. Senyawa ini
terdapat sekitar 0.6--3" dalam tembakau kering. Senyawa dibentuk selama biosinitesis
yang berlangsung diakar dan terakumulasi di daun

Nikotin merupakan senvawa organie nikotin, alkaloid yang umumnya terdiri


dari karbon. nirogen. hydioen. dan terkadang iuga oksigen, senyawa kina alkaloid ini
memliki efek kugat dan bersifat stimulat terhadap tubuh manusia Kensentrasi nikotini
biasanya sekitar 5" dari per 100 gram temhakau Sebatang rokok biasany mengandung
-10 mg walaupun tentu saja sangat bergantung merk tersehut. lika ada nerokok,
ketahuilah tubuh kita menyerap I mg nikotin, untuk satu batang rokok saja sangat
bergantung merk rokor tersebut.

Jika ada perokok. ketauhilah tubuh kita menyerap I mg nikotin, untuk satu
batang rokok yang dihisap. Layaknya zat aditif laimya. Ada beberapa cara nikotin untuk
terserap dalam tubuh manusia, yaitu melalui kulit, paru-paru, muscous, dan membranes
Setelah dihisap melalui salah satu cara diatas, nikotin akan masuk ke system peredaran
daral menufu ke otak dan diedarkan ke seluruh system tubuh. Merokok atau proses
inhasi adalah car yRn plng umum tercepat bagi nikotin untuk terserap dilam darah.

Akaloid menpakan golongan metabolit sekunder tumbuhan yang terbesar Pada


umumya alkaloid menacakup senyawa bersifat basa vang mengandung satu atau lebih

91
atom N baik sebagai bagian dari system haterosiklik alau bukan bagiannya Alkalord
biasanya tak berwama serug kali hersitat opus aktif kebanvakan berbentuk Kristal, tetapi
hanya sedikit yang berupa earan misalnya nikotin pada suhu kamar all Kaloid dapat
dikelompokkan menjadi alkaloid sesungguhnya, poto atkaloid. Pheudoalkalid.

Bagian-bagian tanaman tembakau

a. Akar

Berakar tunggang, tembakau dapat tumbuh dan berkembang baik dalam tanah
yang gembur dan mudah menyerap air serta subu.
b. Batang

Berbentuk bulat lunak tetapi kuat, makin keatas batang makin kecil dan tidak
memiliki cabang atau sangat sedikit cabang.

c. Daun

Berbentuk bulat lonjong dengan ujung yang meruncing, tulang daun menyirip,
bagian tepi agak bergelombang dan licin.
d. Bunga

Bunga majemuk yang terdiri dari beberapa tandan dan setiap tandan berisi
sampai 15 bunga, bunganya berbentuk terompet dan memanjang, warnanya merah
jambu sampai merah tua diatasnya.

e. Buah

Akan tumbuh setelah 3 minggu penyerbukan, buahnya berbentuk lonjong dan


berukuran kecil berisi biji yang sangat ringan.

Sifat fisika adalah perubahan yang dialami suatu benda tanpa membentuk zat
baru. Sifat ini dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat
fisika antara lain wujud zat, warna, kelarutan, titik leleh, titik didih, massa jenis,

92
kekerasan, kelarutan, kekeruhan, daya tarik/kemagnetan, dan kekentalan. Pada saat ini
diskusi tentang sifat-sifat fisika ini:

a. Wujud Zat

Bentuk suatu zat dibedakan dari padat, cair, dan gas. Zat-zat ini dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya. Sebagian kecil dari apa yang kita ketahui, yaitu:
menguap, mengembun, mencair, membeku, meyublim, dan mengkristal.

b. Warna

Setiap objek memiliki warna yang berbeda. Pewarnaan sosial bisa langsung. Warna
yang berkembang menjadi objek sebagai ciri khas. Perbedaan antara satu substansi dan
substansi lainnya. Misalnya, susu berwarna putih, karbon hitam, kuku pudar abu-abu
dan lain-lain.

c. Kelarutan

Kelarutan adalah zat dalam pelarut yang merupakan properti fisik. Air menjadi
pelarut untuk zat terlarut. Tidak bisa masuk pelarut. Misalnya, garam bisa larut di udara,
tetapi tidak bisa dibuang di udara.

d. Konduktivitas listrik

Konduktivitas listrik menjadi properti fisik. Benda-benda yang dapat


menghantarkan listrik dengan baik disebut konduktor, sementara benda-benda yang
tidak dapat menghantarkan listrik disebut isolator. Benda logam pada umumnya dapat
menghantarkan listrik. Konduktivitas listrik dalam suatu zat dapat melihat gejala yang
ditimbulkannya. Misalnya, tembaga dengan sumber tegangan dan lampu. Hasil yang
bisa dimasukkan adalah lampu bisa menyala.

e. Daya Tarik/Kemagnetan

Berdasarkan sifat magnetik, benda diklasifikasikan menjadi dua, yaitu objek


magnetik dan benda non-magnetik. Benda-benda magnetik adalah benda-benda yang
dapat ditarik oleh magnet, sementara benda-benda non-magnetik adalah objek yang
tidak dapat ditarik oleh magnet.

93
f. Titik didih

Titik didih adalah ramuan suhu mendidih.

g. Titik lelah

Titik leleh adalah suhu benda padat yang berubah menjadi cairan.

h. Pengertian Sifat Kimia

Sifat kimia adalah perubahan yang dialami suatu benda yang membentuk zat baru.
Ciri-ciri suatu zat yang berhubungan dengan terbentuknya zat jenis baru. Contoh sifat
kimia antara lain mudah terbakar, mudah busuk, mudah meledak , beracun, dan berkarat
(korosif).

Selanjutnya adalah diskusi tentang sifat kimia:

a. Mudah terbakar

Bensin adalah zat yang mudah terbakar. Sehingga banyak stasiun pengisian bahan
bakar menghimbau “DILARANG MEROKOK”. Dengan mengetahui sifat bahan yang
mudah terbakar, kita akan mendapatkannya secara efektif.

b. Mudah membusuk

Konsekuensi reaksi kimia dalam makanan atau minuman, dapat mengubah makanan
dan minuman yang membusuk dan mengubah rasa menjadi asam. Misalnya, beras yang
dibiarkan berhari-hari dengan udara menjadi basi, susu yang berubah asam.

c. Berkarat

Reaksi antara logam dan oksigen dapat menghilangkan objek yang berkarat. Logam,
seperti: zat besi dan seng memiliki sifat pengaratan yang mudah.

d. Mudah meledak

94
Interaksi dengan oksigen di alam memiliki sifat eksplosif, seperti: magnesium,
uranium dan natrium.

e. Racun

Ada beberapa zat yang memiliki sifat kimia beracun, termasuk: insektisida,
pestisida, fungisida, herbisida, dan rodentisida. Zat beracun ini adalah manusia untuk
membasmi hama, baik serangga maupun tikus.

Alkaloid merupakan golongan metabolit sekunder tumbuhan yang terbesar. Pada


umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen baik sebagai bagian dari sistem heterosiklik atau bukan bagiannya.
Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk
kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar
(Harborne 2006).

Alkaloid dapat dikelompokan menjadi alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid,


pseudoalkaloid. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, menunjukan aktivitas fisiologi
yang luas, dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
Protoalkaloid merupakan asam amino yang relatif sederhana dengan nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari
prekursor asam amino Senyawa ini biasanya bersifat basa.

Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloid stereoidal dan purin
Tembakau Klasifikasi Tembakau Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari
bahasa asing. Bahasa Spanyo "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa
Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada
gulungan daun -daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome e Las Casas, 1552) atau
bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau.

Tembakau umumnya digunakan untuk mende finisikan tumbuhan obat-obatan


sejak 1410, yang berasal dari bahasa Arab"tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-
9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco(bahasa Inggris) bisa jadi
berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal
dari Amerika

95
VI. PROSEDUR KERJA

6.1 Ekstraksi 1

1. Menimbang 7,5 gr tembakau yang telah dihaluskan terlebih dahulu


2. Memasukkan tembakau kedalam gelas kimia dan dilarutkan dengan 75 ml
aquadest.
3. Menambahkan 5 gr CaCO3 dan diaduk rata.
4. Mendidihkan larutan diatas hot plate dan sambil diaduk dengan magnetic stirrer.
5. Menyaring larutan untuk mendapat filtratnya dan dipisahkan dari tembakau
menggunakan corong buchner.
6. Memasukkan filtrat ke dalam corong pisah dan ditambahkan dengan air untuk
membilas filtrat.
7. Memasukkan kloroform sebanyak 15 ml ke dalam corong pisah untuk
mendapatkan nikotin.
8. Mengambil kloroform dan nikotin, dimasukkan ke gelas kimia Menguapkan
kloroform dengan suhu 60°C hingga hanya didapat nikotin untuk ditimbang.

6.2 Ekstraksi 2

1. Mengeluarkan tembakau dari dalam rokok, lalu menimbangnya sebanyak I gr


dan di masukkan kedalam gelas kimia.
2. Menambahkan 10 ml NaOH 20% lalu amati.
3. , Menambahkan 10 ml methanol lalu amati.
4. . Menambahi 10 meter lalu amati
5. Menutup gelas kimia lalu aduk
6. Diamkan selama lebih kurang jam.
7. Memisahkan ekstrak.

Analisa Kuantitatif

1. Sebanyak 0.5 ekstrak tembakau di tambah h2SO4 pekat (setetes demi setetes)
sampai ter bentuk garak coklat
2. Sebanyak 0.5 ekstrak tembakau di tambah HCL pekat (setetes demi setetesi
sampai terbentul garak coklat.

Analisa Kuantitalif

1. Melarutkan ekstrak rokokdimaksukan kedalam Erlenmeyer

96
2. Menambahkan 2-3 tetes metal merah dan melakukan titrasi dengan di pipet
dan di masukan kedalam sampai analit berubah menjadi merah

VII. DATA HASIL PENGAMATAN

7.1 EKSTRAKSI NIKOTIN

NO. PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR

1. Menimbang tekstur tembakau menjadi


Tembakau yang lebih halus.
sudah dihaluskan
sebanyak 7,5 gr.

2. Memasukan Warna aquadest berubah


tembakau Hcl menjadi coklat keruh dan
kedalam gelas sedikit berbau.
kimia+75 ml
aquadest.

3. Menambahkan 5 gr larutan dipanaskan dari


CaCO 3 kedalam volume 75 ml sampai
larutan tadi.lalu menjadi 50 ml. Warna
dipanaskan sambil larutan menjadi coklat
diaduk. keruh dan mengeluarkan
bau tembakau yang sangat
menyengat.

4. Menyaring larutan Disaring mengunakan


untuk memisahkan kertas saring sampai semua
filtrat dari filtratnya terpisah dari
tembakau. tembakau.

97
5. Memasukkan filtrat pada saat ditambah aquadest
ke corong pisah filtrat menjadi homogen.
ditambahkan 15 ml Kemudian ditambah
aquadest dan 15 ml kloroform langsung
kloroform kedalam terbentuk 2 dilapisan.
corong pisah. Lapisan bawah bewarna
putih dan lapisan atas
berwarna coklat tua.lapisan
atas merupakan ekstrak dari
nikotin.

6. Menguapkan Pemanasan dilakukan untuk


Kloroform Dengan memisahkan kloroform yang
Suhu 60 o c masih terdapat didalam
nikotin. Pemanasan
dilakukan pada suhu 60 o c
yang merupakan titik didih
dari kloroform.

7. Menimbang Hasil Setelah dilakukan


Ekstraksil Nikotin pemanasan maka didapat
ekstrak nikotin sebanyak
0,46 gr.

7.2 EKSTRAKSI NIKOTIN

NO. PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR

98
1. Menimbang 1 gr Larutan berwarna
tembakau dan kekuningan dan berbau
memasukkannya khas tembakau. NaOH
kedalam gelas berfungsi untuk
kimia. Dan menghilangkan asam
tambahkan 10 yang terdapat didalam
NaOH 20 %. Lalu tembakau.
aduk hingga
homogen.
2. Menambahkan 10 Warna berubah dari
ml metanol warna kuning menjadi
kedalam larutan. kuning kecoklatan.
Lalu diaduk. Penambahan etanol
berguna untuk
melarutkan nikotin.

3. Menambahkan 10 Warna larutan berubah


ml eter kedalan menjadi kuning
larutan tadi. Lalu kehitaman dan berbau
diaduk sampai khas eter. Eter berfungsi
homogen. Lalu untuk mengekstrak
ditutup dengan nikotin dari dalam
aluminium foil dan tembakau.
didiamkan selama
1 jam.
4. Menyaring larutan Penyaringan bertujuan
tadi dengan untuk memisahkan
menggunakan ampas tembakau dari
saringan. larutan ekstraknya

99
5. Memisahkan Terbentuk 2 lapisan.
larutan tadi Lapisan bawah bewarna
kedalam corong kuning kecoklatan dan
pisah. Lalu berbentuk endapan.
didiamkan selama Lapisan atas bewarna
30 menit. coklat kehitaman. Dan
ini merupakan ekstrak
nikotinnya.

 PENGUJIAN KUALITATIF

NO. PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR


1. 0.5 ml ekstrak Lapisan berubah warnadari
nikotin warna dari kuning bening
ditambahkan 5 menjadi coklat muda dan suhu
tetes H2SO4 pekat. menjadi tinggi(panas).

100
2. 0.5 ml ekstrak Larutan berubah warna dari
nikotin warna kuning bening menjadi
ditambahkan 5 warna coklat muda dan
tetes HCl pekat. menjadi endapan.

 PENGUJIAN KUANTITATIF

NO. VOLUME VOLUME PENGAMATAN GAMBAR


ANALIT TITRAN (HCI)
1. 5 MI 5,4 MI Ekstrak ditambah indikator
metil merah menjadi warna
kuning bening. Kemudian
dititrasi dengan HCl 0,1 N
sampai menjadi warna merah
betadine.dan didapatkan
volume titran 5,4 ml.

VIII. PERHITUNGAN

8.1EKSTRAKSI SEDERHANA NIKOTIN (PERCOBAAN PERTAMA)

 PEMBUATAN HCI 0,1 N /0,1 Mek/Ml/ 0,1 ek/L

M=%x x 1000

101
M=

M = 12.06 Kg/l

 N=Mxn

= 12.06 Mol/L x 1 ek/ mol

= 12.06 ek/L

 PEMBUATAN NaOH 20%

M1 X V1 = M2 X V2
60/100 X V1 = 20/100 x 20 mI

V1 =

V1= 6,67 ml

 PEMBUATAN NIKOTIN(C10H14N2)

-SECARA TEORI
Kadar nikotin yang terdapat didalam rokok biasanya sebesar 0.05 gram nikotin
dalam 1 gr tembakau. Tetapi kadar ini dapat berbeda-beda tergantung jenis
rokok/tembakau.
-SECARA PRAKTEK

Kadar nikotin =

= 8,7 %
 BERAT NIKOTIN

BASIS = 1 Gram

102
W nikotin (C10H14N2) =

Jadi, kadar nikotin yang kami dapat yaitu sebesar 0,087 gr nikotin
dalam 1 gr tembakau atau rokok.

8.2 EKSTRAKSI (PERCOBAAN KEDUA)

 Berat gelas kimia = 128,37 gr


 Berat gelas kimia + nikotin = 128,83 gr
 Berat nikotin = ( berat gelas kimia + nikotin ) – berat gelas kimia

= 128,83 gr – 128,37 gr
= 0,46 gr
jadi didalam 7,5 gr tembakau terdapat nikotin sebanyak 0,46 gr

103
IX. ANALISA HASIL PERCOBAAN

Dari percobaan ini dapat dianalisa bahwa tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menentukan kadar nikotin dalam daun tembakau kering (kering).

Mula mula siapkan 1 gram memberikan yang didapat dari rokok lalu
memasukan kedalam gelas kimia kemudian ditambahkan 10 ml NAOH 20 % .
penambahan NAOH 20% (basa) bertujuan untuk mengasamkan asam yang terdapat
didalam tembakau karena nikotin umumnya mengandung dan bergabung dengan
asam yang terdapat dalam tembakau. Selanjutnya ditambahkan lagi larutan etanol
kedalam larutan jadi penambahan etanol bertujuan untuk melarutkan nikotin dalam
tembakau.karena nikotin sangat mudah larut didalam tembakau.lalu menambahkan
10 ml eter yang bertujuan untuk mengestrak nikotin didalam tembakau kering. Lalu
didiamkan selama 1 jam agar nikotin benar benarmengestrak. setelah itu akan
terbentuk 2 lapisan lapisan bawah merupakan endapan dan lapisan atas merupakan
ekstrak nikotin dari dalam tembakau

Hasil dari ekstraksi sederhana dalam nikotin .kemudian kamilakukan analisa


untuk menentukan kadar nikotin.analisa yang terlama yaitu analisa kuantitatif
ekstrak nikotin diambil sebanyak 0.5 ml kemudian di tetes H2SO4 dan diambil lagi
0.5 ml + 5 tetes HCL dan berubah warna dari warna kuning bening menjadi coklat
tua dan mempunyai endapan .dari perubahan warna yang terjadi dapat kamu
simpulkan bahwa didalam ekstrak terdapat alkeloid

Dalam pengamatan koantitatif ,kami mengambil 5 ml ekstrak nikotin lalu di


tambahkan 3 tetes indikator indikator metil merah dan ditritrasikan dengan HCL.
0.1N Analit akan berubah warna dari kuning bening menjadi merah betadin dan
didapatkan volume titran sebanyak 6.4 ml dan kadar nikotin dalam 1 gram tembakau
sebanyak 0.087 gr.

Selanjutnya kami melakukan percobaan ekstraksi yang kedua dengan langkah


kerja yang berbada dengan yang kedua.pertama tama kami menyiapkan 7.5 gram
tembakau tersebut ditumbuk sampai halus agar mempermudah saat proses ekstraksi
nanti kemudian di tambahkan 75 ml aquadest. Aquadest disini berfungsi sebagai

104
pelarut .kami menggunakan aquadest karena nikotin dapat larut dalam aquadest dan
aquadest tersebut lalu dilakukan pemanasan. Pemanasan dilakukan untuk
mempercepat proses ekstraksi penambahan kalsium karbonat (CaCO3). Bertujuan
untuk memutuskan ikatan nikotin dengan senyawa senyawa lainnya .sehingga
nikotin akan terikat oleh CaCO3 dan nikotin akan terdapat didalam basa bebas

Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring.


Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan filtrat dari tembakau setelah itu filtrat
jadi dimasukan kedalam corong pisah. Lalu ditambahkan 15 ml aquadest + 15 ml
klorofrom. Penambahan klorofrom disini bertujuan untuk mengikat kafein yang
terdapat didalam basah bebas jadi karena klorfrom merupakan pelarut penghapus
ekstraksi yang tidak tercampur dalam pelarut semula. Setelah fitrat dicampurkan
dengan aquadest dan klorofrom akan terbentuk 2 lapisan lapisan bawah atas ini lah
yang merupakan ekstrak nikotin masih bercampur klorofrom

Selanjutnya ekstraks nikotin tadi dipanaskan kembali. Pemanasan ini bertujusan


untuk menguapkan klorofromyang masih terkupas didalam nikotin pemanasan
dilakukan pada suhu 60°c karena pada suhu tersebut merupakan titik benar benar
kering klorofrom. Pemanasaran hasil akhir ekstraksi nikotin sebanyak 0.46 gram.

Dari percobaan yang telah kami lakukan kami melakukan ekstraksi nikotin
dengan 2kali percobaan . kami mendapatkan hasil nikotin sebanyak 0.087 gram
dalam 1 gram tembakau. Dan pada percobaan kedua kami mendapatkan hasil
nikotin sebanyak 0.46 gram dalam 7.5 gram tembakau .setelah melakukan ini kami
menyimpulkan pada percobaan kedua merupakan percobaan palingefektif karena
proses nya yang mudah dan bahan yang digunakan relatif mudah di dapat.

105
X. KESIMPULAN

Setelah kamu melakukan 2 kali percobaan dalam praktikum kali ini ,yaitu ekstraksi
sederhana dalam tembakau. Maka daat disimpulkan bahwa :

1. Nikotin merupakan suatu cairan alkasola berwarna kuning pucat hingga coklat
pekat yang banyak ditemukan dalam tanaman tembakau
2. Merokok atau proses inflasi adalah caca paling umum dan tercepat bagi
tembakau untuk menyerap didalam darah
3. Faktor faktor yang mempengaruhi kadar nikotin.yaitu :
- Jenis tembakau
- Jenis tanah
- Kadar nitrogen tanah
- Tingkat kemasaman tembakau
- Massa penguningan
4. Percobaan pertama
- Didapatkan kadar nikotin sebesar 8.7% atau 0.087gr nikotin dalam 1gram
tembakau
5. Percobaan kedua
- Didapatkan kadar nikotin sebesar 0.46 gram nikotin dalam 7.5 gram tembakau
6. Kadar nikotin yang terdapat didalam rokok yang tersebar diasarkan biasanya
sebesar o.05 gram nikotin dalam satu gram tembakau tetapi kadar ini dapat
berbeda beda tergantung jenis rokok / tembakaunya

106
XI. DAFTAR PUSTAKA
 https://id.wikipedia.org/wiki/Nikotin
 https://www.academia.edu/12939132/penentuan_kadar_nikotin
 https://scrbd/ekstraksi_nikotin

XII. LAMPIRAN

107
Kaca Arloji Spatula Pipet Ukur

Pengaduk Bola Karet Gelas Kimia

Labu Ukur Erlenmeyer Termometer

Hot Plate Neraca Analitik

PEMBUATAN ISOBUTIL ALDEHID

108
I. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan aldehid dengan cara oksidasi


alcohol primer.

II. ALAT YANG DIGUNAKAN

- Labu bundar leher dua 1 buah


- Peralatan destilasi 1 set
- Condenser 1 set
- Gelas kimia 2 buah
- Thermometer 2 buah
- Pengaduk 1 buah
- Spatula 1 buah
- Pipet ukur 1 buah
- Bola karet 1 buah
- Gelas ukur 1 buah
- Erlenmeyer 1 buah

III. BAHAN YANG DIGUNAKAN

- Isobutyl alcohol 26 ml
- Kristal kalium dikromat 16 gr
- Asam sulfat pekat 12 ml
- Aquadest 85 ml
- Es secukupnya
IV. DASAR TEORI

Pembuatan isobutyl alcohol merupakan reaksi oksidasi alcohol primer dengan


oksidator kalium dikromat yang akan menghasilkan alkana (aldehid), jika dibiarkan
beberapa lama , maka proses oksidasi akan berlangsung dan berlanjut menghasilkan

109
Suatu asam karboksilat. Jika kita ingin memperoleh aldehida dari proses oksida ini,
maka harus segera didestilasi untuk menghindari proses oksida berlanjut.
Reaksi

CH3 – C2H4 – CH2 – OH + ½ O2 → CH3 – CH – C = OH + H2O

K2Cr2O7 + H2SO4 → H2Cr2O4 + K2SO4 +3/2 O2

Oksidasi corey – kim adalah reaksi oksidasi yang digunakan untuk mensintesa
aldehida dan keton dari alcohol primer dan sekunder. Nama reaksi ini berasal dari
kimiawan elias james corey dan choung un kim
Walaupun oksidasi carey – kim memiliki kelebihan dibandingkan oksidasi swen.
Proses ini tidak digunakan secara meluas karena reaksi ini memerlukan senyawa dimetil
sulfide yang merupakan senyawa dimetil sulfide yang merupakan cairan beracun yang
mudah menguap dan beraroma tidak sedap.
Aldehid adalah senyawa organic yang mngandung – CHO radikal, dimana
sebuah atom karbon membentuk ikatan rangkap dengan atom oksigen dan juga terikat
pada atom hydrogen atau kelompok lain yang dilambangkan dengan R . yang bisa
menjadi atom hydrogen kedua dan sebuah kelompok alkyl gugus dapat dibuat dari
oksidasi alcohol.4 alkohol primer dioksidasi dengan zat pengoksidator atau reagen
oksidator. Oksidasi alcohol akan menjadi sebuah aldehid jika digunakan alcohol yang
berlebih dan aldehid bisa dipisahkan melalui destilasi sesuatu setelah terbentuk. alcohol
berlebih berarti bahwa tidak ada agen pengoksidasi yang cukup untuk melakukan tahap
oksidasi kedua.
Gugus dapat dibuat dari oksidasi alcohol. Alkohol primer bisa dioksidasi baik
menjadi aldehid maupun asam karboksilat terhantung pada kondisi-kondisi reaksi.
Untuk pembentukan asam karboksilat, alkohol pertama-tama dioksidasi menjadi sebuah
aldehid yang selanjutnya dioksidasi lebih lanjut menjadi asam.

Oksidasi Parsial Alkohol menjadi Aldehid


Oksidasi alkohol akan menjadi sebuah aldhid jika digunakan alkohol yang berlebih
dan aldehid bisa dipisahkan melalui destilasi sesaat setelah terbentuk. Alkohol berlebih
berarti bahwa tidak ada agen pengiksidasi yang cukup untuk melakukan tahap oksidasi

110
kedua. Pemisahan aldehid sesegera mungkin setelah terbentuk berarti bahwa pada
tingkat tinggal menunggu untuk dioksidasi kembali.
Jika digunakan butanol sebagai alkohol primer sederhana, maka akan dihasilkan
aldehid butanol. Persamaan lengkap untuk persamaan ini agak rumit dan kita perlu
memahami tentang persamaan setengah reaksi untuk menyelesaikannya.
CH3CH2CH2OH + Cr2O7-2 CH3CH2CH2COH + Cr3+ +7H2O

Secara umum agen pengoksidasi yang digunakan dalam reaksi-reaksi ini biasanya
adalah sebuah larutan natrium dikromat(VI) atau kalium dikromat (VI) yang diasamkan
dengan asam sulfat encer. Jika oksidasi terjadi, larutan oranye yang mengandung ion-
ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan berwarna hijau yang mengandung
ion-ion kromium(III). Efek murni yang ditimbulkan adalah bahwa sebuah atom oksigen
dari agen pengoksidasi melepaskan satu atom hidrogen dari gugus -OH pada alkohol
dan satu lagi hidrogen dari karbon dimana gugus -OH tersebut terikat.

Penulisan [O] sering digunakan untuk mewakili atom oksigen yang berasal dari
sebuah agen pengoksidasi.

R dan R’ adalah gugus-gugus alkil atau hidrogen. Keduanya juga bisa berupa
gugus-gugus yang mengandung sebuah cincin benzen, tapi disini kita tidak akan
membahas cincin benzen untuk menyederhanakan pembahasan.

Jika sekurang-kurangnya satu dari gugus ini adalah atom hidrogen, maka
diperoleh aldehid. Jika keduanya adalah gugus alkil maka diperoleh keton.

Jika ditinjau dari molekul baku yang dioksidasi, maka akan diperoleh sebuah
aldehid jika bahan baku yang digunakan memiliki rumus struktur seperti berikut:

111
Dengan kata lain, jika digunaka alkohol primer sebagai bahan baku, maka akan
diperoleh aldehid.

Sifat fisik isobutyl aldehid


- Rumus kimia : C4H8O
- Cairan jenuh tidak berwarna
- Beraroma tajam
- Densitas : 0,79 g/cm3
- Melting point : -65 oC
- Boiling point : 63 -75 oC
- Flash point : -17,5 oC
- Spgr : 0,794
- Viskositas : 0,45 poise

Kegunaan isobutyl aldehid


Sebagai bahan baku obat-obatan, agrokimia, antioksidan, karet akselerator,
pewarna tekstil, parfum, rasa .

V. PROSEDUR PERCOBAAN

- Menyiapkan peralatan destilasi


- Memasukan 26 ml isobutyl alcohol dalam sebuah labu leher dua yang berukuran
500 ml.
- Menyiapkan campuran dalam beker gelas 16 gr K2Cr2O7 kristal, 85 ml aquadest
dan 12 ml asam sulfat pekat kemudian dinginkan.
- Setelah dingin mencampurkan larutan tersebut kedalam labu leher dua.

112
o
- Mendestilasi campuran dengan suhu 120-140 C menggunakan penangas
minyak.
- Gas yang ditimbulkan ditampung dalam air.

VI. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Pengamatan
1 Memasukan 26 ml isobutyl alcohol Isobutil alkohol tidak berwarna (bening),
dalam labu bundar leher dua 500 berbau tajam.
ml.
2 Menyiapkan dalam beker gelas Larutan berwarna orange dan reaksi yang
K2Cr2O7 + H2O + H2SO4 terjadi adalah reaksi eksoterm. Ada
sebagian K2Cr2O7 yang tidak larut
3 Larutan K2Cr2O7 dimasukkan ke Larutan pertama berwarna orange ,destilat
dalam labu bundar leher dua. pertama mulai menetes pada suhu 80oC ,
Kemudian didestilasi dengan suhu destilat bening dan berbau menyengat
120-140 Oc
4 Mendinginkan dan mengukur Volume 1sobutil aldehid yang didapat
volume destilat. sebanyak 28 ml.

VII. HASIL PENGAMATAN

No Perlakuan Pengamatan Gambar

113
1 Memasukan 26 ml Isobutil alkohol tidak
isobutyl alcohol dalam berwarna (bening),
labu bundar leher dua berbau tajam.
500 ml.

2 Menyiapkan dalam beker Larutan berwarna


gelas orange dan reaksi yang
K2Cr2O7 + H2O + H2SO4 terjadi adalah reaksi
eksoterm. Ada sebagian
K2Cr2O7 yang tidak
larut
3 Larutan K2Cr2O7 Larutan pertama
dimasukkan ke dalam berwarna orange
labu bundar leher dua. ,destilat pertama mulai
Kemudian didestilasi menetes pada suhu
dengan suhu 120-140 oC 80oC , destilat bening
dan berbau menyengat
4 Mendinginkan dan Volume 1sobutil
mengukur volume aldehid yang didapat
destilat. sebanyak 28 ml.

VIII. PERHITUNGAN

Berat Gelas Kimia = 96,79 gram


Berat Gelas + Iso Butil Aldehid = 109,05 gram
Berat Iso Butil Aldehid = 12,26 gr

114
mol IsoButil Alcohol = 21,06 gr / 74,12 gr/mol = 0,284 mol
mol K2Cr2O7 = 16 gr / 294 gr/mol = 0,054 mol
mol H2SO4 = 22,08 gr / 98 gr/mol = 0,225 mol
mol Isobutil Aldehid = 12,26 gr / 72 gr/mol = 0,170 mol

 Secara Teori

Reaksi I
K2Cr2O7 + H2SO4 → H2Cr2O4 + K2SO4 + 3
/2O2
M 0,054 0,225 - - - mol
R 0,054 0,054 0,054 0,054 0,081 mol
S - 0,171 0,054 0,054 0,081 mol
gr
BM 294 98 170 174 32 /mol
gr - 16,75 9,18 9,39 2,6 gr

Reaksi II
CH3(CH2)3OH + ½ O2 → (CH3)2CHCHO + H2O
M 0,284 0,081 - - mol
R 0,162 0,081 0,162 0,162 mol
S 0,122 - 0,162 0,162 mol
gr
BM 74 32 72 18 /mol
gr 9,02 - 11,68 2,916 gr

Komponen Input (gr) Output (gr)


CH4H9OH 21,06 9,02
K2Cr2O7 16 -
H2SO4 22,08 16,75
(CH3)2CHCHO - 11,68
K2SO4 - 9,18
H2Cr2O4 - 9,39
H2O - 2,9
O2 - -
Total 59,14 59,12

115
% Konversi = (0,162 mol / 0,281 mol) X 100 %
= 57 %
% Yield = (11,68 gr / 21,06 gr) X 100 %
= 55,4 %

 Secara Praktek

Reaksi I
K2Cr2O7 + H2SO4 → H2Cr2O4 + K2SO4 + 3
/2O2
M 0,054 0,225 - - - mol
R 0,054 0,054 0,054 0,054 0,081 mol
S - 0,171 0,054 0,054 0,081 mol
gr
BM 294 98 170 174 32 /mol
gr - 16,75 9,18 9,39 2,6 gr

Reaksi II
CH3(CH2)3OH + ½ O2 → (CH3)2CHCHO + H2O
M 0,284 0,081 - - mol
R 0,170 0,170 0,170 0,170 mol
S 0,114 (-0,089) 0,170 0,170 mol
gr
BM 74 32 72 18 /mol
gr 8,43 (-2,84) 12,24 3,06 gr

Komponen Input (gr) Output (gr)


CH4H9OH 21,06 8,43
K2Cr2O7 16 -
H2SO4 22,08 16,75
(CH3)2CHCHO - 12,24
K2SO4 - 9,18
H2Cr2O4 - 9,39
H2O - 3,08
O2 - -
Total 59,14 59,10

116
% Konversi = (0,170 mol / 0,284 mol) X 100 %
= 59,8 %
% Yield = (12,24 gr / 21,06 gr) X 100 %
= 58,1 %

% Kesalahan = |(Teori – Praktek)/Teori| X 100 %


= |11,68 gr – 12,24 gr)/11,68 gr| X 100 %
= 4,79 %

IX. ANALISA PERCOBAAN

Dari hasil percobaan dapat dianalisa bahwa butyl aldehid suatu reaksi yang
dihasilkan dari oksidasi arsial alkohol primer (butanol) dapat dibuat dengan
mereaksikan n-butanol dan asam sulfat, sebagai pengoksidasi digunakan K2Cr2O7 ,

kalium kromat juga akan bereaksi dengan asam sulfat yang akan menghasilkan oksigen
reaksi ini bersifat eksoterm sehingga percampuran dilakukan diwadah berisi es.
Reaksi yang terjadi antara Kalium Kromat dan Asam Sulfat :

K2Cr2O7+H2SO4H2Cr2O7+ K2SO4+ 3/2 O2


Proses oksidasi mulai terjadi ketika larutan kalium dikromat dicampurkan
dedngan H2SO4larutan berwarna orange dan larutan tadi berubah warna menjadi hijau

117
tua saat dicampurkandengan n-butanol. Pada pembuatan butyl aldehid butanol harus
dikondisikan berlebih ataudengan kata lain atom oksigen menjadi pembatas dan harus
habis karena jika bukan gugusSaldehid yang terbentuk maka gugus asam karboksilat
yang akan terbentuk.

Untuk mendapatkan Butyl Aldehid yang murni campuran aquadest, H2SO4,


K2Cr2O7, dan n-butanol dilakukan proses pemisahan dengan metode destilasi, proses
destilassi dilakukan pada suhu 117oC yang merupakan titik didih dari butanol setelah
destilat didapat. Destilasi langsung didinginkan denganair dingin dan diamati apakh
terjadi roses pembekuan dan setelah itu destilat dimasukkan kedalam corong pisah
kemudian akan terbentuk dua lapisan pada larutannya, lapisan atas berwarna putih keruh
dan lapisan atas iniah yang merupakan Iso Butyl Aldehid dan didapatkan Iso Butyl
Aldehid sebanyak 12,26 gr dengan %kesalahan sebesar 4,79%.

X. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa:

 Reaksi oksidasi yang terjadi antara kalium dikromat (K2Cr2O7) dan asam sulfat
(H2SO4) menghasilkan oksigen (O2).
 Iso Butyl Aldehid banyak dimanfaatkan dalam, pengawetan, pembuatan plastik,
termoset, insektisida dan germisisda
 Dan didapatkan hasil dari percobaan yaitu:
Secara teori:
 % konversi = 51 %
 % Yield = 55,4 %
Secara praktek:

118
 % konversi = 54,8 %
 % Yield = 58,1 %
 % kesalahan = 4,79 %

XI. DAFTAR PUSTAKA

 www.academia.edu
 www.scribd.com
 www.google.com

119
XII. LAMPIRAN

1. Gelas kimia 2. Spatula 3. Pengaduk

4. Hot Plate 5. Labu leher 2 6. Bola Karet

120
7. Pipet Ukur 8. Termometer

EKSTRAKSI KAFEIN DARI DAUN TEH

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Mendapatkan kafein dari daun teh dengan cara ekstraksi
 Menentukan kadar kafein dari daun teh

II. ALAT DAN BAHAN

a. Alat yang digunakan


 Batang pengaduk
 Bola karet
 Corong gelas
 Corong pisah

121
 Erlenmeyer vakum
 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Hot plate
 Kaca arloji
 Kertas saring
 Neraca analitik
 Pipet ukur
 Termometer

b. Bahan yang digunakan


 Aquadest
 Sodiumkarbonat (NaCO3)
 DikloroMethana
 Teh kering 10 gram

III. GAMBAR ALAT ( TERLAMPIR )


IV. DASAR TEORI

Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein
memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9
(larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan sebetulnya
tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan
dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (nevroses), tidak dapat
tidur ( insomnia), dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia). Kopi dan teh banyak
mengandung kafein dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh
menghasilkan biji kopi dan daun teh yang sangat cepat, sementara penghancurannya
sangat lambat. (Hermanto, 2007 : 1)
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kafein dari teh kering dan untuk
menentukan kafein dari daun teh. Kafein merupakan alkaloid yang mengandung
nitrogen dan memiliki properti basa amina organik. Kafein dapat larut dalam pelarut
organik seperti CaCO3 dan dalam air, kafein juga dapat terikat oleh senyawa non polar
seperti kloroform. Kloroform dapat memisahkan kafein dari zat lain di dalam teh.
Pemisahan kafein dari teh dilakukan dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi adalah mengambil suatu zat terlarut dari dalam larutan air oleh suatu
plarut yang tak dapat bercampur dengan air sehingga dapat dipisahkan. Ekstraksi adalah

122
suatu produk pemisahan suatu zat dan campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan
padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis. Misalnya komponen bercampur sangat erat, peka terhadap panas,
beda sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat
digunakan atau yang paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester untuk essence
pada sirup. Pengambilan kafein dari daun teh dan pelarutan komponen-komponen kopi
dengan menggunakan air panas. Saat ekstraksi larutan ekstrak yang tercemar harus
dibersihkan. Suatu pelarut yang digunakan sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan ekstraksi yang besar, sehingga kebutuhan pelarut lebih sedikit. (Anonim :
2010 :1)
Eksraksi pelarut suatu ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling
baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dilakukan baik dalam
tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
dipergunakan untuk hal pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua
skala kerja. (Khopkar : 1990 : 85)

Ekstraksi digolongkan menjadi dua macam ekstraksi yaitu:


1). Ekstraksi jangka pendek atau disebut juga proses pengocokan
Hampir dalam semua reaksi organik, dalam proses pemurniannya selalui
melalui proses ekstraksi (penarikan senyawa cair yang akan dimurnikan dari pelarut air
oleh pelarut organik dengan cara mengocoknya dalam corong pisah). Pelarut organik
yang biasa dipakai untuk melarutkan senyawa organik / ekstraksi ialah eter. Hal ini
dikarenakan eter merupakan pelarut yang memiliki sifat inert, mudah melarutkan
senyawa-senyawa organik, dan titik didihnya rendah sehingga mudah untuk dipisahkan
kembali dengan cara destilasi sederhana. Cara ekstraksi ini biasa dipergunakan dalam :
a. Pembuatan ester, untuk memisahkan ester dari pencampurnya.
b. Pembuatan anilin, nitrobenzen, kloroform, dan preparat organik cair
lainnya.

123
Bahan yang akan dipisahkan dalam suatu campuran akan terdistribusi
diantara pencampurnya dan pelarutnya membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian
ekstraksi jangka pendek merupakan proses pengocokan yang dilakukan dengan
menggunakan corong pisah, setelah dikocok dengan kuat dengan mencampurkan pelarut
yang lebih baik bila didiamkan larutan akan membentuk dua lapisan. Cara melakukan
ekstraksi jangka pendek (pengocokan) menggunakan corong pisah
2) Ekstraksi jangka panjang
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan alam yang
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa organik yang terdapat dalam
bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka
panjang dengan menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.(Nurul,
2011).
Khasiat Teh
Teh yang biasa kita konsumsi, khususnya teh hijau, banyak mengandung khasiat,
sebuah riset Erasmus University Medical School, Rotterdam mengungkapkan pembuluh
darah baik besar (aorta) pada responden yang gemar meminum teh hijau, memiliki
lapisan yang melindungi terjadinya penggumpalan darah. Kondisi ini menyebabkan
menurunnya kemungkinan terjadinya serangan jantung koroner.
Selain itu, penelitian The American Jurnal of Clinical Nutrition belum lama ini
menemukan khasiat teh hijau untuk melangsingkan tubuh. Ternyata paduan kafein dan
teh hijau yang sesuai takaran mampu membakar 4% kalori lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang berdiet dengan menggunakan placebo. Disamping tiu, ternyata teh
hijau lebih diakui ampuh mencegah gigi berlubang, lantaran fluoride alami.

Kloroform

C Cl

Cl Cl

Nama IUPAC : Chloroform

Nama lain : Formyl trichloride, Methane trichloride, Methyl

124
trichloride, Methenyl trichloride, TCM

Rumus Molekul : CHCl3


Massa Molar : 119,38 gr/mol
Penampilan : color less liquid
Densitas : 1,48 gr/cm3
Titik leleh : 63,5 C
Titik didih : 61,2 C
Titik nyala : non-flammable
Kelarutan dalam air : 0,8 gr/100 ml at 20 C

V. LANGKAH KERJA

1. Menimbang 10 gram teh kering dan 4 gram sodium karbonat dalam


gelas kimia ( jangan diaduk )
2. Menambahkan 60 ml aquadest, ditutup kemudian diaduk lalu
dipanaskan hingga mendidih (15 menit). Jika larutan tersebut berbusa
maka diaduk hingga mendidih.
3. Mendinginkan larutan hingga suhu ruang.
4. Menyaring larutan dengan kertas saring.
5. Menambahkan 100 ml air mendidih, kemudian dikocok perlahan,
(menjaga suhu agar tetap hangat).
6. Memasukkan larutan ke tabung pemisah, lalu menambahkan 15 ml
diklorometana.
7. Kocok labu pemisah secara perlahan.
8. Memisahkan bagian bawah untuk diambi kafein. Lalu tambahkan 15
ml diklorometana dan pisahkan, tambahkan lagi 10 ml diklorometana.
9. Memasukkan larutan kecorong pemisah yang bersih dan dipisahkan.
10. Hasil dipanaskan hingga menguap dan kering.

VI. DATA PENGAMATAN

Kafein dalam teh kering


- Berat teh kering = 10 gram
- Volume aquadest = 60 ml + 100 ml
- Berat CaCO3 = 4 gram
- Berat gelas kimia = 106,89 gram
- Berat gelas kimia + kafein = 106,91 gram
- Berat kafein = 0,02 gram

VII. PERHITUNGAN

125
Berat kafein = ( berat gelas kimia + kafein) – berat gelas kimia
= 106,91 gram – 106,89 gram
= 0,02 gram

Kadar kafein dalam teh kering 10 gram

% kafein x 100

= x 100

=2%

VIII. DATA HASIL PENGAMATAN

NO. Perlakuan Pengamatan Gambar


1. Menimbang 10 gr teh Teh dalam keadaan
kering menggunakan kering dan berwarna
neraca analitik. coklat seperti teh pada
umumnya.

126
2. Menimbang 4 gr CaC Berbentuk bubuk dan
berwarna putih.

3. Mencampurkan 10 gr Larutan berwarna


teh kering dan 4 gr CaC coklat dan kental dan
suhu mencapai 100˚C
lalu ditambahkan 60 ketika mendidih.
ml aquadest,
dipanaskan diatas hot
plate dan ditutup
dengan aluminium foil
± 15 menit hingga
mendidih.
4. Larutan diangkat dan Ampas teh terpisah
didiamkan hingga suhu dengan cairan teh.
ruang. Lalu larutan
disaring menggunakan
kertas saring.
5. Cairannya diambil dan Larutan berwarna
ditambahkan 100 ml coklat pekat dengan
aquadest lalu volume 125 ml.
dipanaskan diatas hot
plate

127
6. Larutan dimasukkan ke saat pemisahan pertama
corong pemisah dan terbentuk dua lapisan
ditambahkan 15 ml bawah berwarnna
diklorometana larutan bening dan atas
bawah diambil dan berwarna coklat. Pada
menambahkan 10 ml pemisahan kedua
diklorometana terbentuk dua lapisan
kemudian dipisahkan bawah berwarna putih
lagi di corong pemisah pucat dan atas berwarna
lalu diambil bagian bening.
bawah.
7. hasil yang didapat Berwarna putih pucat
dipindahkan ke dalam dan didapat jumlah
gelas kimia dan kafein sebanyak 0,02
dipanaskan hingga gr.
menguap dan kering.

IX. ANALISIS DATA

Percobaan kali ini adalah ekstraksi kafein dari daun teh, prinsip percobaan
praktikum kali ini adalah ekstraksi. Ekstraksi adalah mengambil suatu zat terlarut dari
dalam larutan air oleh suatu plarut yang tak dapat bercampur dengan air sehingga dapat
dipisahkan.

128
Pertama, kami telah menyaipkan 10 gram teh dan 4 gram CaC kedalam gelas

kimia. Lalu kami menambahkan aquadest sebanyak 60 ml, kemudian ditutup


menggunakan aluminium foil agar kandungannya terjaga, kami juga menancapkan
termometer lalu dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih dengan catatan jika larutan
berbusa maka diaduk. Setelah larutan mendidih, larutan diangkat dan didinginkan
hingga suhu ruang, kemudian larutan disaring menggunakan kertas saring sedikit demi
sedikit sebenarnya lebih bagus menggunakan saringan teh. Kami juga menyiapkan 100
ml air panas yang ditambahkan kedalam larutan yang sudah disaring, kocok perlahan
dan suhu dijaga agar cepat hangat.
Setelah itu, kami memindahkan larutan kecorong pemisa, lalu ditambahkan
diklorometana sebanyak 15 ml. Kemudian tabung pemisah dikocok secara perlahan dan
larutan terpisah, bagian bawah diambil. Setelah itu ditambahkan lagi diklorometana
sebanyak 15 ml, kemudian dipisahkan lagi dicorong pemisah dan diambil bagian
bawah. Lalu ditambahkan lagi 10 ml diklorometana dan dimasukkan lagi kecorong
pemisah dan bagian bawahnya diambil.
Hasilnya dipanaskan hingga menguap dan kering. Lalu menimbang untuk
mengetahui jumlah kafein dalam teh kering, dan diperoleh sebanyak 0,02 gram.

X. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :


1. Suatu metode untuk mendapatkan kafein dari teh kering yaitu metode
ekstraksi pelarut.
2. Ekstraksi pelarut adalah mengambil suatu zat terlarut dari dalam air oleh
suatu pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air, sehingga dapat
dipisahkan dalam hal ini pelarut yang digunakan adalah klorofom.
3. Hasil percobaan :
1) Berat kafein = 0,02 gram
2) % kadar kafein = 0,2 %

129
XI. DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet Praktikum kimia organik 2019 Ekstraksi Kafein dalam Daun Teh
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
 https://www.academia.edu/17346643/Laporan_Praktikum_Kimia_Organik_Ekstraksi_
Kafein_dari_Daun_Teh
 https://widiwidiaastuti.wordpress.com/2014/12/01/ekstraksi-kafein-dari-daun-teh/

130
XII. LAMPIRAN ( GAMBAR ALAT )

Botol Aquadest Pengaduk Kaca Arloji

Bola Karet Pipet Ukur Gelas Kimia

131
Corong Gelas Hot Plate Neraca Analitik

132

Anda mungkin juga menyukai