Laporan Kimia Organik Gabung Fix-1
Laporan Kimia Organik Gabung Fix-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal dan memahami sifat-sifat asam dan basa senyawa organic.
2. Mengenal perbedaan tingkat keasaman antara senyawa alifatis dan
aromatik.
1
IV. DASAR TEORI
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan ph lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat yang dapat memberi
+
proton (ion H ) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa
dalam reaksi penetralanContoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka)
dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya
berasa masam walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat,
dapat berbahaya dan tidak dianjurkan
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Garam dalam pelajaran kimia adalah senyawa ionik yang
terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk
senyawa netral (tanpa bermuatan).
Sifat-sifat asam basa menurut suante arrhenius yaitu :
Asam : rasanya manis, dapat bereaksi dengan kebanyakn logam
membentuk gas, merubah lakmus dari biru kemerah, menghantarkan arus
listrik, menghasilkan CO2 apabila direaksikan dengan karbonat dan bereaksi
dengan basa menghasilkan garam dan air.
Basa : rasanya alkalis, licin, merubah lakmus dari merah menjadi biru,
menghantarkan arus listrik, bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air.
Secara Umum, Asam Memiliki Sifat Sebagai Berikut :
• Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
• Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila
asamnya asam kuat.
• Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam.
• Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik , merupakan
elektrolit.
Secara Umum, Basa Memiliki Sifat Sebagai Berikut :
• Mempunyai rasa pahit dan merusak kulit. Terasa licin seperti sabun
bila terkena kulit.
• Dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru.
2
Sifat Kimia
Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi
+
berada jauh di kanan, terdapat banyak H3O ; hampir seluruh asam terurai).
Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (hcl) adalah 107. Asam lemah
-
mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A
+
terdapat bersama-sama dalam larutan; sejumlah kecil H3O ada dalam larutan;
asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk asam asetat adalah 1,8 ×
-5
10 .
Asam kuat mencakup asam halida - hcl, hbr, dan HI. (Tetapi, asam
fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya mengandung
atom pusat ber- bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup
kuat; mencakup HNO3, H2SO4, dan hclo4. Kebanyakan asam
organik merupakan asam lemah. Larutan asam lemah dan garam dari basa
konjugatnya membentuk larutan penyangga.
Reaksi Asam
1. Reaksi asam dengan logam
Asam dapat bereaksi dengan logam menghasilkan zat lain dan
menghasilkan gas hidrogen. Contohnya adalah reaksi antara asam sulfat
dengan logam magnesium.
2. Reaksi asam dengan senyawa karbonat
Asam dapat bereaksi dengan senyawa karbonat menghasilkan zat lain, gas
2
CO dan air. Sebagai contoh, reaksi antara kalsium karbonat dengan larutan
hcl. Pada reaksi ini terbentuklah kalsium klorida.
3. Reaksi asam dengan oksida logam
Asam dapat bereaksi dengan oksida logam menghasilkan zat lain dan air.
Sebagai contoh, reaksi antara asam sulfat dengan tembaga oksida.
Kegunaan Asam
1. Asam sering digunakan untuk menghilangkan karat dari logam
dalam proses yang disebut pengawetasaman.
3
2. Asam digunakan sebagai elektrolit didalam baterai sel basah,
seperti asam sulfat yang digunakan dalam baterai mobil.
3. Pada tubuh manusia dan hewan, asam klorida merupakan bagian
dari asam lambung yang direaksikan didalam lambung.
4. Asam juga digunakan sebagai katalis, misalnya asam sulfat.
Jenis-Jenis Asam:
• Asam Askorbat
• Asam Karbonat
• Asam Sitrat
• Asam Etanoat
• Asam Lakta
• Asam Klorida
• Asam Nitrat
• Asam Fosfat
• Asam Sulfat
Jenis-Jenis Basa
• Amonia
• Kalsium Hidroksida
• Kalsium Oksida
• Magnesium Hidroksida
• Natrium Hidroksida
• Besi Hidroksida
• Aluminium Hidroksida
• Litium Hidroksida
V. LANGKAH KERJA
5.1. Pengecekan PH
1. Menyiapkan zat – zat yang akan diperlukan, beserta alat yang digunakan.
2. Mengambil sejumlah PH paper universal dan lakmus sesuai dengan
jumlah bahan yang diperlukan.
3. Menetesi masing – masing bahan.
4
4. Memeriksa dan mencatat hasilnya.
5. Mengulangi sekali lagi.
5.2. Tes Kelarutan
1. Menyiapkan 2 ml minyak goring kedalam 10 tabung reaksi.
2. Menambahkan senyawa – senyawa yang akan dites kelarutan (Etanol,
Eter, Heksan, dan 7 larutan lainnya).
3. Mencatat dan memeriksa hasilnya.
4. Menambahkan H2SO4 pada Etanol, Eter dan Heksan yang telah dicampur
minyak tadi.
5. Memeriksa dan mencatat hasilnya.
1. Paraffin 5 Asam
2. Methanol 5 Asam
5
3. Eter 4 Asam
4. Heksan 5 Asam
5. HNO3 0 Asam
6. Kloroform 5 Asam
7. Anilin 7 Netral
6
8. Dimetil alcohol 5 Asam
9. HCL 1 Asam
7
3. Eter Larut, berwarna kuning pudar
6.3 Penambahan H2SO4 pada larutan yang telah dicampur minyak sayur
Minyak + Paraffin
1. Larut, berwarna putih
+ H2SO4
8
Minyak + methanol Tidak larut, berwarna putih,
2.
+ H2SO4 terdapat sedikit endapan.
Minyak + eter +
3. Larut, berwarna kuning
H2SO4
Minyak + HNO3 +
5. Larut, berwarna kuning
H2SO4
9
VII. ANALISA DATA
Pada percobaan kali ini, terdapat beberapa hal yang dapat kami analisa. Pertama,
praktikum pengecekkan pH yang kami lakukan terhadap 10 senyawa yang berbeda
bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman dan kebasaan suatu senyawa aromatik
dan alifatik. Senyawa-senyawa yang kami uji adalah senyawa organik dan anorganik.
Senyawa-senyawa anorganik yang kami uji adalah HN03, HCl, dan NaOH.
Keempat senyawa ini terukti asam kuat dan basa kuat. NaOH merupakan basa kuat
dengan pH sebesar 14 dan HNO 3, dan HCl adalah asam kuat dengan pH sebesar 1.
Dapat kami analisa bahwasanya pada umumnya senyawa anorganik memiliki siat asam
dan sifat basa kuat.
Kemudian, senyawa organik yang kami uji ada 7 buah, 6 diantaranya adalah
senyawa alifatik yaitu parafin cair, metanol, eter, heksan, klorofom, dan alkohol, serta
satu senyawa aromatik yaitu anilin. Semua senyawa alifatik yang kami uji tingkat asam
dan basanya memiliki pH 4-5. Sedangkan senyawa aromatik yaitu anilin memiliki pH 7
atau netral. Dari data ini dapat kami analisis bahwa pada umumna senyawa alifatik
merupakan asam lemah, sedangkan umumnya senyawa aromatik merupakan senyawa
basa lemah.
Salah satu senyawa alifatis yaitu alkohol merupakan asam lemah, itu tergantung
pada rantai karbonnya, semakin panjang rantai karbonnya maka semakin asam alkohol
tersebut. Di sini kami menggunakan alkohol dan metanol yang memiliki sedikit atom
karbon sehingga tingkat keasamannya rendah. Begitu pula dengan heksan dan parafin
cair, keduanya merupakan senyawa alkana yang pada dasarnya merupakan asam lemah.
Hal ini dikarenakan panjangnya rantai karbon kedua senyawa tersebut. Klorofom dan
eterpun begitu karena merupakan turunan alkana.
Selain itu, anilin yang merupakan turunan dari benzena merupakan basa lemah.
Anilin yang merupakan turunan benzena dengan gugus fungsi NH2 merupakan senyawa
aromatik yang bersifat basa lemah yang berarti menerima ion H +. Hal ini sesuai dengan
teori Asam-Basa Bronsted-Lowry yang mendefinisikan asam sebagai pendonor proton
yang dalam hal ini adalah ion H+
Namun nyatanya, hasil yang kami teliti bahwa anilin ber-pH 7 atau netral, tidak
sampai basa lemah. Kesalahan ini terjadi karena kesalahan peneliti dalam pembacaan
10
kertas pH dan karena zat yang diteliti sudah terkontaminasi oleh zat-zat tertentu
sehingga pH-nya tidak sesuai dengan teori.
Kemudian, analisa untuk percobaan tes kelarutan yang bertujuan untuk
memahami sifat asam-basa senyawa organik. Pada percobaan ini terdapat satu senyawa
anorganik yang diuji yaitu HNO3, dan hasilnya tidak larut. Hal ini merupakan suatu
kewajaran karena minyak yang merupakan senyawa organik non-polar tidak akan bisa
larut atau melarutkan HNO3 yang merupakan senyawa anorganik polar. Sedangkan
keempat senyawa lainnya adalah senyawa organik. Namun, hanya tiga senyawa yang
larut dalam minyak yaitu parafin, eter, dan heksan, sedangkan metanol tidak larut.
Metanol merupakan senyawa organik yang bersifat polar sehingga tidak bisa
larut atau melarutkan minyak yang bersifat nonpolar walau sama-sama organik. Namun
perlu diketahui bahwa metanol memiliki gugus fungsi polar dan nonpolar sehingga
mungkin untuk isa melarutkan minyak, namun karena jumlah minyak lebih banyak,
sehingga membuatnya hanya bisa melarutkan sedikit minyak. Jadi, bukan tidak larut
secara total, namun hanya sebagian.
Parafin, eter, dan heksan merupakan senyawa alkana yang merupakan penyusun minyak
bumi, jadi dapat dikatakan sejenis. Senyawa-senyawa ini merupakan senyawa organik
nonpolar sehingga bisa larut dalam minyak, bahkan eter dapat melarutkan minyak
secara sempurna
11
VIII. KESIMPULAN
1. HNO3 dan HCl merupakan asam kuat karena basa konjugasinya yaitu NO 3 dan
Cl- merupakan basa lemah.
2. Semakin kuat asam, semakin lemah basa konjugasinya
3. NaOH merupakan basa kuat karena basa konjugasinya yaitu OH - merupakan
asam terlemah
4. Semakin kuat basa, semakin lemah asam konjugasinya
5. Senyawa alifatis seperti parafin cair, metanol, eter, alkohol, heksan, dan
klorofom merupakan asam lemah
6. Senyawa aromatik seperti anilin merupakan basa lemah
7. Parafin, eter, dan heksan dapat melarutkan minyak karena sama-sama non polar
8. Alkohol hanya sedikit bisa melarutkan minyak karena bersifat semipolar
9. HNO3 sama sekali tidak bisa melarutkan minyak karena berbeda kepolaran dan
HNO3 adalah senyawa organik polar.
12
IX. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/148473799/laprak-kimor-1-uji-sifat-asam-dan-
basa-senyawa-organik-by-AIMOI2019-docx
https://www.gurupendidikan.co.id/benzena-pengertian-sifat-reaksi-
tatanama-klasifikasi-dan-rumus-struktur-beserta-contoh-lengkap/
13
I. GAMBAR ALAT
14
IDENTIFIKASI SENYAWA HIROKARBON DAN SENYAWA
ORGANIK JENUH DAN TIDAK JENUH
I. TUJUAN
Mengetahui kelarutan dari senyawa hidrokarbon alifatis dan aromatis.
Mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang terjadi
15
(hidrokarbon dipandang sebagai persewaan induk). Keluarga Hidrokarbon dapat
digambar dalam diagram yang dilukiskan pada gambar berikut :
Hidrokarbon
16
2. Berdasarkan jenis ikatan antar atom
A. Hidrokarbon jenuh
B. Hidrokarbon tak jenuh
Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon dibedakan
menjadi :
1. Hidrokarbon jenuh, yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonnya semua
berikatan tunggal. Hidrokarbon ini disebut juga sebagai alkana.
2. Hidrokarbon tak jenuh, hidrokarbon yang pada rantai karbonnya terdapat ikatan
rangkap dua atau rangkap tiga.
Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua disebut alkena dan hidrokarbon
yang mengandung ikatan rangkap tiga disebut alkuna
1) Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh yaitu hidrokarbon dengan rantai
terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Alkana juga
disebut parafin yang berarti mempunyai daya alinitas kecil (sukar bereaksi).
Sifat-sifat Alkana
Isomer Alkana
Alkana yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi rumus struktur beda
alkana
jumlah isomer
C 4 H 10 2
17
C 5 H 12 3
C 6 H 14 5
C 7 H 16 9
C 8 H 18 28
C 9 H 20 35
C 10 H 22 75
Alkana adalah komponen utama dari gas alam dan minyak bumi.
Bahan bakar
Pelarut
Sumber hidrogen
Pelumas
2) Alkena
Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai satu ikatan rangkap dua
( C=C ) pada rantai karbonnya. Sehingga alkena yang paling sederhana mempunyai 2
atom C. Alkena disebuut juga olefin dari kata olefiant gas (gas yang membentuk
minyak).
1) Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai (yang jumlah atom Cnya
sama), dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena .
18
3) Penomoran dimulai dari salah 1 ujung rantai induk sedemikian sehingga ikatan
rangkap mendapat nomor terkecil.
4) Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka yaitu nomor dari atom C
berikatan rangkap yang paling tepi / pinggir (nomor terkecil).
3) Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatis tak jenuh yang mempunyai satu ikatan
rangkap tiga ( – C C – ) pada rantai karbonnya. Dibandingkan dengan alkana dan alkena
yang sesuai, alkuna mempunyai lebih jumlah atom (H) yang lebih sedikit.
o Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran –
ana menjadi –una .
V. LANGKAH KERJA
a. Hidrokarbon Alifatis (Alkana)
1. Memasukkan 1 ml asam sulfat pekat kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan 1 ml alkana (paraffin cair)
3. Mengocok hingga berubah warna dan mengamatinya
4. Mengulangi percobaan sekali lagi
19
b. Hidrokarbon Alimatis (Benzena)
1. Menyediakan 2 tabung reaksi dan masing-masing tabung diisi dengan 1 ml
aquadest
2. Menambahkan 1 ml etanol pada tia-tiap tabung kemudian menetesinya dengan
Benzena pada masing-masing tabung sebanyak 1 ml secara perlahan lahan
3. Mengamati perubahan yang terjadi
4. Mengulangi percobaan sekali lagi
d. Nutrisi Benzena
1. Menyediakan 1 tabung reaksi, kemudian mengisinya dengan 1 ml asam sulfat
pekat
2. Kemudian menambahkan 3 ml asam nitrat pekat secara perlahan-lahan.
3. Menetesi 1 ml benzena dan mengamati perubahan yang terjadi
4. Menambahkan 25 ml aquadest secara perlahan-lahan, mengamati perubahan
yang terjadi
5. Mengulangi percobaan sekali lagi.
VI. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Pengamatan Gambar
1. 1 ml asam sulfat Tidak larut
+ 1 ml alkana Terdapat dua
(paraffin cair) lapisan berwarna
bening dan kuning
bening yang
berada dibawah
20
2. 1 ml aquadest + Terlarut
1 ml etanol Larutan berwarna
bening
21
1 ml aquadest + Tidak larut
1 ml minyak Terdapat dua
lapisan berwarna
kuning bening
dibagian atas dan
bening dibagian
bawah
22
1 ml asam sulfat Tidak larut
+ 3 ml asam Terdapat dua
nitrat + 1 ml lapisan bening
benzena
23
lapisan pada larutan tersebut dengan lapisan paraffin di atas dan H2SO4 di bawah,
berwarna kuning dan tidak berbau.
Identifikasi Hidrokarbon Alifatik (Benzena)
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 ml aquadest dan 1 ml etanol
kemudian direaksikan dengan 1 ml benzena, kemudian didapat larutan kuning bening
yang larut dan berbau.
Identifikasi Sifat Benzena Sebagai Pelarut
1 ml aquadest direaksikan dengan 1 ml paraffin menghasilkan larutan yang
berwarna bening dan kuning tidak larut dan tidak berbau
1 ml aquadest direaksikan dengan 1 ml minyak menghasilkan larutan yang
memiliki dua lapisan yang berwarna bening dan kuning yang tidak larut
dan tidak berbau
1 ml benzena direaksikan dengan 1 ml paraffin menghasilkan larutan yang
tidak larut dan tidak berbau
1 ml benzena direaksikan dengan 1 ml minyak menghasilkan larutan yang
tidak larut dan tidak berbau
Nutrisi Benzena
Pada percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 ml asam sulfat pekat
dengan 3 ml asam nitrat kemudian diteteskan 1 ml benzena melalui dinding tabung
reaksi dan diamati perubahannya, lapisan tidak bercampur. Kemudian ditambahkan 25
ml aquadest menghasilkan larutan yang terlarut sempurna.
VIII. KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon dan hidrogen
Hidrokarbon berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, yaitu:
Hidrokarbon jenuh
Hidrokarbon tak jenuh
Hidrokarbon berdasarkan bentuk rantai karbonnya, yaitu:
Hidrokarbon alifatik
Hidrokarbon aromatik
Alkana termasuk hidrokarbon jenuh
24
Alkena termasuk hidrokarbon tak jenuh
Alkuna termasuk hidrokarbon tak jenuh
Benzena sebagai pelarut hanya dapat melarutan senyawa-senyawa polar
Nitrasi Benzena diketahui jika Benzene, Asam Sulfat dan Asam Nitrat yang
masing-masing tidak saling melarutkan, dapat larut pada pelarut polar (air).
25
X. LAMPIRAN
26
GELAS KIMIA BOLA KARET
I. Tujuan Percobaan
27
Mortar 1 buah
Spatula 1 buah
Pipet ukur 25ml 1 buah
Bola karet 1 buah
Stopwatch 1 buah
Neraca analitik 1 buah
Corong pisah 500ml 1 buah
Piknometer 1 buah
Termometer 1 buah
Erlenmeyer 250ml 1 buah
Buret 50ml 1 buah
Aerometer 1 buah
Statif dan klem 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Bahan
Minyak jelantah
NaOH
Metanol
Aquadest
Indikator PP
28
dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar,
minyak kelapa, dan minyak kedelai (2,3,4). Selain minyak-minyak tersebut,
minyak safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga dapat digunakan
dalam pembuatan senyawa metal ester (4,5). Pada pengolahan minyak nabati di
atas juga di hasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya.
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau emollen
dalam produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam berbagai aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan farmasi.
Gliserol yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati ini
bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya
memiliki kemurnian kira-kira 95%.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic
triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya
juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun
fungsi lainnya.
Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan dan
ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil
29
ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi
lapis tipis.
30
pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila
digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4)
KOH
Methanol
Ester (FAME)
Beberapa jenis proses Analisa Uji Mutu dilakukan secara Kimia dan Fisika
adalah sebagai berikut:
Proses Uji Mutu secara Kimia
Analisa secara Kimia adalah sebagai berikut:
a. Kadar Air
b. FFA (Free Faty Acid)
c. Rancidity
d. Kandungan Logam
Proses Uji Mutu secara Fisika
Analisa secara Fisika adalah sebagai berikut :
31
a. Analisa Density (Massa Jenis)
b. Analisa Viscosity (Kekentalan)
a. Kadar Air
Keterangan:
a = sebelum di ovben
b = setelah di oven
b. FFA (Free Faty Acid)
Keterangan:
N= Konsentrasi NaOH (N)
V= volume NaOH terpakai (ml)
W= Massa sample minyak goreng bekas
200= Ms.Asam Laurat (C11 H23 COOH)
Tabel biodisel dari minyak bekas
No. Jenis Analisa Standar
32
V. Prosedur Kerja
Pembuatan Metil Ester (Minggu Pertama)
1. Menimbang 1 gr NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan 41
ml methanol. Mengaduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua.
Menempatkan pada gelas kimia 250 ml.
2. Memanaskan 200 ml sample minyak diatas hot plate dan mengaduk engan
stiere kira-kira 100 rpm hingga suhu 45-55oC.
3. Menambahkan larutan Natrium Metoksida yang telah dibuat pada langkah
1 ke dalam minyak yang telah dipanaskan dan pertahankan suhu
pengaduk 55oC. lakukan penambhanan larutan ini sedikit demi sedikit.
Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit. Setelah semua natrium
metoksida bercampur.
4. Memindahkan metal ester ke dalam corong pisah dan didiamkan hingga
terbentuk dua lapisan selama 15 menit lalu mengeluarkan lapisan
bawahnya,
5. Memasukkan metal ester ke gelas dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metal ester hinggu suhu
60oC. menuangkan metil ester ke dalam aquadest, mengaduk perlahan
selama 10 menit.
33
6. Memindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah dan
memisahkan hingga terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnya
dikeluarkan.
7. Menghitung volume yield yang di dapat.
Analisa Produk (Minggu Kedua)
1. Pengujian Densitas
- Menimbang pikonometer kosong dan kering sebagai a gram
- Menimbang piknometer dengan aquadest sampai penuh total dan
ditimbang sebagai b gram.
- Menghitung volume piknometer.
- Dengan cara yang sama, piknometer dibersihkan dan diisi dengan metil
ester.
- Menghitung dnsitas dari metil ester (gr metil ester/volume piknometer).
2. Pengujian Viskositas
- Membersihkan terlebih dahulu alat ostwald dengan contoh 2-3 kali.
- Memipet 5 ml sampel dan masukkan ke dalam alat Ostwald.
- Menetapkan berpa waktu yang diperlukan untuk megalirkan sampel
dengan jalan menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila
miniskus berhimpit perhitungan dimulai lagi dengan tanda garis bawah.
- Pengamatan dilakukan berulang minimal 3 kali.
- Mencatat juga suhu pada saat pengamatan.
- Mengulangi langkah diatas dengan menggunakan aquadest.
4. Pembuatan Larutan
- NaOH 0,1 N 500 ml (sebanyak 2 gr NaOH dilarutkan dalam 500 ml
aquadest).
- Methanol 95% netral (memasukkan methanol 95% sebanyak yang
diperlukan ke dalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator pp
lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda).
- Indicator pp (larutkan 0,5 gr fenolftalein dalam 100 ml etanol).
34
VI. Data Pengamatan
Tabel.1 Pengamatan pada Minggu Pertama
Penambahan natrium Larutan telah
metoksida dengan tercampur
Dipanaskan selama
minyak yang telah
45 menit
dipanaskan
Larutan bewarna
coklat kemerahan
Terdapat endapan
bewarna
hitam(Coklat tua)
Terdapat
gelembung
diatasnya
35
Pemusahan metil Terbagi 2 lapisan.
ester didalam corong Lapisan atas
pemisah berwarna kuning
tua (keorangean).
Lapisan bawah
coklaat kemerahan
VII. Perhitungan
1. Penentuan Density
- Piknometer kosong = 33,67 gr
- Piknometer + aquadest = 59,37 gr
- Piknometer + metil ester = 56,61 gr
- Volume piknometer=
36
2. Penentuan Viskositas
Dik = t rata-rata : 4,51 s
Bola : nikel non aloy
8,1 gr/cm3
D = 0,8 cm
K = 7 mPa.s cm3/gr
Viskositas =
= )
= 227,657584 mpa.s
Kadar FFA =
Kadar FFA =
37
VIII. Analisa Percobaan
Setelah melakukan percobaan “ Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa bahwa
bahan baku dalam praktikum ini yaitu minyak jelantah, metanol dan NaOH. NaOH
disina bertindak sebagai katalis pada pembuatan metil ester. Metil ester digunakan
sebagai biodisel atau bahan bakar alternatif menggunakan proses transesterifikasi.
Pada proses pengadukan dan pemanasan minyak diatass hot plate baik
menggunakan 75-150 rpm karena kecepatan putaran pengadukan berpengaruh
terhadap rendeman pada proses despicing dan netralisasi minyak goreng bekas atau
minyak jelantah.
Pada proses analisa produk, metil ester yang digunakan sebagai biodisel
dilakukan dengan menentukan densitas dan asam lemak bebas. Densitas metil ester
yang didapatkan dari praktikum yang kami lakukan adalah 0,8888 gr/ml. Dan FFA
(Free Faty Acid) yang dihasilkan dari praktikum yang dilakukan 0,7287 mg/gr.
Sedangkan viskositas untuk praktikum ini ialah 227,657584 mPa.s.
38
IX. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
Proses pembuatan metil ester adalah transesterifikasi
Density metil ester secara praktikum adalah 0,8888 gr/ml
Nilai FFA yang dihasilkan secara praktikum adalah 0,7287 mg/gr.
39
Lampiran
40
Areometer magnetic strirer erlenmeyer pipet ukur
41
Mortar corong pisah spatula
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan alkil asetat dari reaksi antara
alkohol primer dengan asam karboksilat
II. BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Amyl Alkohol
2. Asam Cuka Glasial (CH3COOH)
3. Asam sulfat pekat 96-98%
4. Natrium Bikarbonat (NaHCO3) jenuh
5. Kristal Magnesium Sulfat
6. Aquadest
7. Es Batu
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Beker Gelas 150 ml
2. Thermometer
3. Gelas Ukur 100 ml
4. Lampu Spiritus
5. Hot Plate
6. Labu leher dua 500 ml
7. Corong pemisah
8. Pengaduk
42
9. Erlenmeyer 100 ml
10. Perangkat alat destilasi
IV. DASAR TEORI
a. Proses pembuatan Amil Asetat
Amil Asetat merupakan salah satu ester yang memiliki rumus bangun
CH3COOC5H11. Pembuatan amil asetat biasanya melalui proses esterifikasi. Pembuatan
ester dari asam organik,
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
Asam Asetat Amil Alkohol Amil Asetat Air
dari reaksi diatas kerugian yang ditimbulkan adalah terbentuknya hasil samping yaitu
air (H2O), sedangkan kelebihannya adalah pada suhu dan tekanan yang relatif rendah
reaksi dapat berjalan dengan baik, bahan baku tidak beracun dan reaksi berjalan
reversible.
Menurut kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing reaksi
amil asetat maka dipilih pembuatan amil asetat dari asam organik (asam asetat) dan
alkohol (amil alkohol) dengan pertimbangan bahan baku tidak beracun. Reaksi
esterifikasi berlangsung secara reversible pada suhu 80 -83,4 dan tekanan 1atm
dengan mengikuti orde 1 terhadap asam asetat, sehingga untuk memperoleh amil asetat
sebesar mungkin maka kecepatan reaksi ke arah kanan harus lebih besar daripada
kecepatan reaksi kearah kiri. Reaksi esterifikasi amil asetat terjadi dengan melepaskan
panas (eksotermis).
b. Kegunaan Produk
1. Sebagai solvent atau pelarut dalam industry pembuatan selulosa nitrat, etil selulosa
dan polivinil asetat.
2. Digunakan untuk ekstraksi dan pemurnian pada pembuatan penisilin atau antibiotic.
3. Sebagai bahan penutup pemberi flavor
4. Sebagai penyamaan kulit, tekstil sebagai sebagai obat sablon tekstil
5. Sebagai campuran obat-oleh perusahaan-perusahaan farmasi
43
- Reaksi penyabunan asam asetat bila direaksikan dengan caustic soda
menghasilkan Na asetat.
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Asam Asetat caustic soda Na asetat Air
- Esterifikasi asam asetat bila direkasikan dengan alkohol menghasilkan
ester
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
Asam Asetat Amil alkohol Amil asetat Air
2. Amil Alkohol
Sifat fisik :
- Rumus kimia : C5H11OH
- Kadar : 99%
- Bentuk : Cairan tidak berwarna
- Berat molekul : 88 kg/mol
- Titik didih : 138,1
- Titik lebur : -79
- Densitas (25 ) : 0,824 kg/L
Sifat Kimia :
- Esterifikasi Jika amil alkohol diraksikan dengan asam asetat
menghasilkan amil asetat
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
Asam Asetat Amil alkohol Amil asetat Air
-Dehidrasi amil alkohol memberikan campuran 1 dan 2 pentana pada
175 - 400 dengan keberadaan katalis (seperti alumina oksida dan
senyawa klorida).
3. Katalis : Amberlyst 15
Sifat fisik
- Fase : padat
- Denstitas : 0,8 g/cm3
4. Produk Amil Asetat
Sifat fisik :
- Rumus Kimia : CH3COOC5H11
- Kadar : 99,9%
- Berat Molkeul : 130 kg/kmol
- Titik didih : 148,4
- Titik lebur : -70,8
- Densitas : 0,879 kg/l
44
Sifat kimia
- Hidrolisis amil asetat dapat terhidrolisis dengan adanya air menjadi
asam asetat dan amil alkohol.
CH3COOC5H11 + H2O CH3COOH + C5H11OH
- Amonolisis amonia dan amil asetat bereaksi membentuk amil alkohol
dan amida
CH3COOC5H11 + NH3 CH3CONH2 + C5H11OH
- Transesterifikasi jika amil asetat direaksikan dengan alkohol asam atau
ester yang lain dalam keadaan panas, maka gugus alkohol atau asamnya
berubah (Transesterifikasi).
- Perubahan gugus alkohol (alkoholist)
CH3COOC5H11 + ROH*CH3COOR + C5H11OH
- Perubahan gugus asam (asidolisis)
CH3COOC5H11 + RCOOH RCOOC4H9 + CH3COOH
- Perubahan ester – ester (Transeterifikasi)
CH3COOC5H11 + R1COOR2 CH3COOR + R1COOC5H11
V. LANGKAH KERJA
1. Memasukkan 20 ml amyl alkohol dalam sebuah labu leher dua yang berukuraan
500 ml kemudian menambahkan sedikit demi sedikit asam sulfat pekat sebanyak
14ml
2. Setelah itu menambahkan pula asam cuka glasial sebanyak 60 ml
3. Menyiapakan peralatan destilasi dan melakukan proses destilasi pada suhu 135-
45
VI. HASIL PENGAMATAN
46
3 Destilat + 60 - Berwarna bening
ml Aquadest - Terdapat dua
lapisan cairan
(setelah
didiamkan)
- Lapisan atas
berupa senyawa
ester
- Lapisan bawah
berupa air
- Lapisan bawah
dikeluarkan
4 Lapisan Ester + - Berwarna bening
50 ml aquadest - Terdapat dua
+ 14 ml lapisan cairan
Natrium (setelah
Bikarbonat didiamkan)
- Lapisan atas
berupa senyawa
Amyl Asetat
- Lapisan bawah
dikeluarkan
- Senyawa Amyl
Asetat berbau
pisang
Temperatur (°C)
Waktu
Cairan Uap
30 menit 126 67
60 menit 128 71
90 menit 129 70
120 menit 129 68
47
48
VIII. DATA PERHITUNGAN
Secara Teori
Reaksi :
C5H11OH + CH3COOH → CH3COOC5H11 + H2O
Amil alkohol asam asetat amil asetat air
Amil Alkohol
Dik : V = 20 mL Dit : mol …?
ρ = 0,8144 gr/mL
gr = 0,8144 gr/mL x 20 mL = 16,288 gr
Mr = 88 gr/mol
= 0,18509 mol
Asam Asetat
Dik : V = 60 mL Dit : mol …?
ρ = 1,049 gr/mL
gr = 1,049 gr/mL x 60 mL = 62,94 gr
Mr = 60 gr/mol
= 1,049 mol
H2SO4
Dik : V = 14 mL Dit : mol …?
ρ = 1,89 gr/mL
gr = 1,89 gr/mL x 14 mL = 16,46 gr
Mr = 98 gr/mol
= 0,1679 mol
Amil Asetat :
Mr = 130,19 gr/mol
gr = 0,18509 mol x 130,19 gr/mol = 24,0968671 gr
49
Secara Praktik
V amil asetat = 24,9856 mL
= 8,75%
50
IX. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan kali ini melakukan pembuatan Amyl Asetat. Metode yang
digunakan yaitu destilasi dan dekantasi. Destilasi adalah metode yang bertujuan untuk
memisahkan dua atau lebih senyawa yang memiliki perbedaan titik didih untuk
memperoleh senyawa murni. Sedangkan dekantasi adalah metode yang bertujuan untuk
memisahkan produk dari hasi samping dengan memanfaatkan perbedaan massa jenis
untuk memisahkan larutan.
Amyl Asetat dibentuk dengan mendestilasi Amyl Alkohol dengan Asam Asetat
dalam labu leher dua yang telah ditambahkan sedikit demi sedikit asam sulfat pekat
yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat kecepatan reaksi karena reaksi
esterifikasi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat. Larutan
dalam labu leher dua tadi didestilasi selama 3 jam degan suhu 135-160 °C karena
reaktan dapat bereaksi membentuk uap dan juga merupakan suhu optimum untuk katalis
mempercepat laju reaksi. Uap yang terbentuk pada proses pemanasan akan melewati
tabung seperti pipa yang dialiri sir dingin sehingga mengubah fase gas menjadi cair dan
akan menetes pada Erlenmeyer.
Hasil destilasi (destilat) yang telah ditampung dalam Erlenmeyer dipindahkan ke
dalam corong pemisah (decanter) lalu ditambahkan aquadest dan dikocok kemudian
didiamkan beberapa menit. Karena perbedaan massa jenis larutan, setelah didiamkan
dan terbentuk dua lapisan cairan. Lapisan bawah dikeluarkan dan lapisan atas yang
merupakan senyawa ester ditampung dalam Erlenmeyer terpisah. Pada senyawa ester
ditambahkan air dan natrium bikarbonat, dikocok lalu didiamkan beberapa menit lagi
sehingga membentuk dua lapisan cairan. Pisahkan lapisan bawah dan atas pada
Erlenmeyer yang terpisah. Pada lapisan atas ditambahkan Kristal magnesium sulfat
kemudian kocok. Magnesium sulfat berfungsi sebagai absorben untuk mengikat air agar
tidak bereaksi dengan lapisan ester dan untuk menyerap zat-zat pengotor lainnya.
Kemudian disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan Kristal magnesium
sulfat tadi. Setelah disaring didapatlah senyawa amil asetat yang berbau seperti pisang.
Terakhir amyl asetat ditimbang untuk mengetahui massanya.
51
X. KESIMPULAN
52
XI. DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/pembuatan-amyl-asetat-5661
https://btari-elizabeth.blogspot.com/2016/05/laporan-laporan-praktikum-kimia-
organik-amil
53
XII. LAMPIRAN
54
ISOLASI MINYAK KIMIRI
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui proses ekstrasi suatu zat dari bahan yang
terdapat di alam.
Minyak kemiri dapat dipisahkan dari ampas bijinya secara kimia (ekstrasi disdilasi)
dan secara fisika (pengepresan)
SECARA KIMIA
Ekstrasi
Ekstrasi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan batuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan
tanpa melarutkan material lainnya.
- Ekstraksi padat – cair
Merupakan transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstrasi
dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solvent
55
pengekstrasi. Ekstrasi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektifitasnya.
Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volalitas) bahan dalam penyulingan
campuran zat di didihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian di dinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis
perpindahan massa.
Disilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditunjukan
untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi disebut distilat dan
sisanya disebut residu. Proses distilasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
a. Distilasi bertingkat
Teknik atau proses pemisahan campuran berupa cairan yang bertujuan untuk
memproses lebih dari 1 jenis komponen
b. Distilasi fraksional
c. Distilasi vakum
SECARA FISIKA
56
Komposisi Kimia Biji dan Minyak Kemiri
a. Biji KemiriSetiap 100 gr daging biji kemiri mengandung 636 kal
- 19 gr protein
- 63 gr lemak
- 8 gr karbohidrat
- 80 mg kalsium
- 200 mg fosfor
- 2 mg besi
- 0,06 mg vitamin B
- 7 gr air
b. Minyak Kemiri
Bagian buah (biji) mengandung minyak sebesar 55-65% dan kadar minyak dalam
tempurung sebesar 60%
Asam Linolenat
Karakteristik Nilai
- Bilangan Penyabunan 188 – 202
- Bilangan Asam
6,3 – 8
- Bilangan Iod
- Bilangan Thiocynogen 136 – 167
- Bilangan Hidroksil
97 – 107
- Bilangan Reichert Meissl
- Bilangan Polenske Tidak ada
57
- Indeks bias pada 25 C 0,1 – 0,8
- Komponen tidak tersabunkan
Tidak ada
- Bobot jenis pada 15 C
1,473 – 1.479
0,3 – 1 %
0,924 – 0,929
Minyak kemiri mempunyai sifat – sifat khusus, dimana minyak ini mudah
mongering bila dibiarkan diudara terbuka. Oleh karena itu minyak kemiri dapat
digunakan sebagai minyak pengering dalam industry minyak dan varnish
IV. PROSEDUR
a. Secara Kimia
1. Timbang 50 gr kemiridiiris dan dihaluskan. Kemudian dimasukkan dlam
soxklet.
2. Siapkan alat ekstrasi soxlet dan kemiri yang telah dibungkus lalu masukkan
kedalam alat ekstraktor
3. Pada labu leher dua dimasukkan alcohol sebanyak 200 ml (atau ½ - 2/3 dari
volume labu) dan lakukakan ekstrasi selama 3 jam
4. Ekstrak yang diperoleh kemudian didestilasi, tamping destilat yang terbentuk
5. Residu dikeringkan dalam oven, kemudian dikeringkan pula dalam desikator
yang telah diisi kalium klorida anhidrad
6. Tenyukan kandungan lemak yang terbentuk
7. Lakukan analisa beberapa sifat fisika – kimia minyak (lihat prosedur umum
analisa sifat fisika dan kimia minyak pada bagian akhir modul praktikum ini)
58
1. Timbang 50 gr kemiri, diiris dan dihaluskan
2. Masukkan kemiri sedikit demi sedikit ke dalam kain pembungkus
3. Letakkan kain pembungkus yang berii kemiri ke dalam alat pengepres biji-bijian
4. Lakukan pengepresan biji kemiri sedikit demi sedikit
5. Minyak yang terkumpul disaringi
6. Lakukan analisa minyak. Prosedur analisa disajikan pada bab akhir dari modul
ini
PERTANYAAN
Jawab :
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
2. Sebutkan syarat – syarat pelarut dalam proses ekstraksi ?
Jawab :
Syarat pelarut dalam proses ekstraksi, yaitu :
Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
Titik didih rendah
Mudah menguap
Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak atau beracun
Inert: Tidak bereaksi dengan solute
3. Apakah yang dimaksud dengan lemak ?
Jawab :
Lemak adalah ester gliseril yang banyak mengandung komponen asam jenuh, pada
suhu kamar berbentuk padat dan lemak yang berbentuk cair pada suhu disebut
minyak dengan komponen utamanya asam lemak tak jenuh. Lemak dan minyak
dalam keadaan tidak murni, tidak berwarna, berbau dan berasa.
4. Bagaimana cara mengidentifikasi lemak ?
Jawab :
Berdasarkan jenis asan lemak
Asam lemak jenuh
Asam lemak tak jenuh
Berdasarkan sifat – sifat lemak
5. Pada reaksi hidrolisis, lemak akan membentuk zat apa ?
59
Jawab :
Pada reaksi hidrolisis, lemak akan membentuk asam – asam lemak gliserol.
6. Apa rumus bangun dari lemak ?
Jawab :
Rumus bangun lemak :
H2C – O – C – R1
HC – O – C – R2
H2C – O – C – R3
V. DATA PENGAMATAN
3. Memasukkan kemiri tadi kedalam Etanol mendidih pada suhu 70⁰C - 78⁰C,
tabung alat ekstraksi dan kemudian terjadi sirkulasi antara etanol dan
memasukkan etanol sebanyak 200 minyak kemiri.
ml kedalam labu leher 2.
4. Mengekstraksi menggunakan Warna awal etanol bening berubah menjadi
pelarut etanol selama 1 jam 40 kekuningan.
menit (14.30 – 16.10).
5. Proses destilasi untuk pemisahan Etanol akan mendidih pada suhu 70⁰C - 78⁰C,
etanol dengan kemiri. Hasil setetes demi setetes etanol mulai menetes
ekstraksi dimasukkan ke dalam pada gelas kimia. Di dapatkan hasil minyak
60
labu leher 2 dan dirangkai ke alat kemiri murni sebanyak 13,35 gram.
destilasi. Lalu dipanaskan dengan
suhu 70⁰C - 78⁰C.
61
2. Memasukkan kemiri yang telah Kemiri harus halus dan
dihaluskan kedalam syvon. saat memasukkannya
jagan terlalu padat
agar dapat terjadi
penyaringan.
62
7. Hasil akhir destilasi Di dapatkan hasil destilasi
yaitu minyak kemiri
sebanyak 13,35 gram/
14.35 ml
VII. PERHITUNGAN
Secara Kimia
63
Berat kemiri awal = 50 gr
Berat labu leher 2 = 172,52 gr
Berat kemiri + labu leher 2 = 235,87 gr
Berat kemiri akhir = 235,87 gr – 172,52 gr
= 63,35 gr
W minyak = Berat akhir – berat awal
= 63,35 gr – 50 gr
= 13,35 gr
V= = = 14,35 ml
Kadar = 100%
= 100%
= 26,7%
64
Dari hasil percobaan isolasi minyak kemiri yang telah dilakukan dari kelompok
1 dapat di analisa bahwa minyak kemiri dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi biji
kemiri yang telah di haluskan dengan metode ekstraksi soxhlet, lalu setelah ekstraksi
dilanjutkan dengan metode destilasi untuk memisahkan minyak kemiri yang terdapat di
dalam pelarut.
Biji kemiri yang akan di ekstrak harus di tumbuk dulu sampai halus, karena
untuk mempermudah minyak nabati yang aada didalam biji kemiri terekstrak oleh
pelarut yang digunakan, itu berhubungan dengan ukuran partikel yang semakin kecil
sehingga memperluas bidang sentuh agar lebih mudah terekstrak. Pelarut yang
digunakan yaitu etanol, etanol yang digunakan sebagai pelarut karena memiliki tingkat
keedaran yang relative sama dengan minyak yang akan diekstrak yaitu sama – sama
senyawa non polar. Adapun syarat pelarut yang digunakan yaitu : beda polaritas antara
solvent dan solute kecil, ; titik didih rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi);
mudah menguap; tidak berbahaya; tidak beracun; tidak mudah meledak/ terbakar ; inert
dan tidak bereaksi dengan solute.
65
IX. KESIMPULAN
1. Ekstraksi adalah suatu proses pemilihan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus mampu mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
2. Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan kimia berdasarkan
perbedaan atau kemudahan menguap bahan dalam penyulingan campuran zat di
didihkan.
3. Penggunaan etanol pada percobaan ekstraksi dikarenakan banyak komponen yang
bisa larut di dalamnya.
4. Syarat pelarut dalam proses ekstraksi :
Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
Titik didih rendah
Mudah menguap
Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak atau beracun
Inert: Tidak bereaksi dengan solute
Murah (terutama untuk insutri)
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi :
Tipe persiapan sampel
Waktu ekstraksi
Tipe dan kuantitas pelarut
Suhu pelarut
X. DAFTAR PUSTAKA
66
XI. LAMPIRAN
67
Gelas kimia Labu leher dua
68
I. TUJUAN PERCOBAAN
Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat. BBM
menjadikebutuhan yang sangat penting dan paling dicari oleh masyarakat. Terutama minyak
tanah, hampirsemua lapisan masyarakat menggunakan minyak tanah. Namun karena deposit
minyak bumi Indonesiahanya tinggal 20 tahun maka harus dicari bahan bakar alternatif lain
69
yang dapat menggantikan minyaktanah (Siagian, 2007). Bioetanol merupakan bahan bakar
alternatif yang potensial karena sumbernyamudah diperbaharui. Namun ada beberapa
kendala yang harus dihadapi agar bioetanol dapat digunakanoleh masyarakat secara luas.
Yaitubioetanol hanya diproduksi di daerah tertentu, tidak setiap daerahterdapat produsen
bioetanol. Bioetanol yang berbentuk cair beresiko tumpah saat didistribusikan kedaerah lain.
Hal ini disebabkan biasanya bioetanol didistribusikan dalam drum-drum yang kurang
amandalam pengangkutannya (jika dibandingkan pengangkutan minyak tanah oleh Pertamina
yangdimasukkan dalam tangki). Selain itu, bioetanol yang berwujud cair lebih beresiko mudah
tumpah danmudah meledak karena sifatnya yang volatil. Oleh karena itu bioetanol cair
diubah menjadi bioetanol gelyang lebih aman dalam proses pengangkutan dan
penggunaannya.
Bioetanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar alternatif lainnya
yaituselama pembakaran gel tidak berasap, tidak berjelaga, tidak mengemisi gas berbahaya,
nonkarsinogenik, non korosif. Bentuknya yang gel memudahkan dalam pengemasan dan
dalampendistribusian. Bioetanol gel sangat cocok digunakan untuk memasak, dibawa pada
saat berkemah dll(Merdjan and Matione, 2003).Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan bioetanol gel ini diantaranya adalah etanol.Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol
murni, alkohol absolut.
Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar padat parafin yaitu
terbaharukan, selama pembakaran tidak berasap, tidak menimbulkan jelaga, tidak
menghasilkan gas berbahaya, bersifat non karsinogenik dan non korosif. Bentuknya gel
memudahkan dalam pengemasan dan pendistribusian. Ethanol gel sangat cocok
digunakan untuk pemanas pada saat pesta, pada saat berkemah, dan untuk keperluan
tentara. Untuk membuat ethanol gel dibutuhkan pengental berupa tepung, seperti
kalsium asetat, atau pengental lainnya seperti xanthan gum, carbopol dan berbagai
material turunan selulosa. Untuk pengental jenis carbopol dibutuhkan air untuk
membentuk struktur gel yang diinginkan. Pada carbopol, pH sangat berpengaruh dalam
pembentukan gel, carbopol terbentuk gel dengan kisaran pH 5-7 dan pH dapat diatur
pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak dengan nilai pH yang berlebih yaitu
menggunakan basa sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau potassium
hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat.
Variabel – variabel proses saat pembuatan ethanol gel yang mungkin berpengaruh
terhadap karakteristik gel yang dihasilkan antara lain: kadar etanol, jumlah penambahan
70
carbopol, pH campuran dan pengadukan. Karena etanol bersifat asam dan carbopol
efektif pada rentang pH 5-7 maka pH campuran dikendalikan dengan penambahan
NaOH. Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja. Merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalamkehidupan sehari-hari.
Etanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh lewat proses fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan etanol dapat berupa ubi kayu, jagung,
ubi jalar, dan tebu. Semuanya merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat
mudah ditemukan di Indonesia karena iklim dan keadaan tanah Indonesia yang
mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Di Indonesia, ubi kayu dinilai sebagai
sumber karbohidrat yang paling potensial untuk diolah menjadi etanol. Hal ini karena
ubi kayu memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, dapat diatur waktu
panennya serta dapat tumbuh di tempat yang kurang subur. Namun, kadar patinya
tergolong rendah (30%) dibandingkan dengan jagung (70%) dan tebu (55%)
(Agil,2007).
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar. Etanol adalah
salah satu bahan bakar alternatif (yang dapat diperbaharui) yang ramah lingkungan yang
menghasilkan gas emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bensin atau
sejenisnya. Etanol jelas lebih menguntungkan karena lebih ramah lingkungan dan bahan
bakar alternatif yang satu ini dapatdiperbaharui (renewable).
71
Ethanol gel adalah etanol dengan bentuk fisik berupa gel. Produk ethanol
gel sangat prospektif dikembangkan. Keunggulan dari ethanol gel dibandingkan fase
cairnya yaitu praktis dan aman. Praktis karena berbentuk gel sehingga bias disimpan di
dalam botol serta tidak mudah tumpah. Dalam bentuk gel, factor keamanan dalam
penggunaan etanol dalam rumah tangga pun terjamin karena produk ethanol geltidak
mudah menguap (volatile) dan tidak mudah terbakar. Seandainya pun ethanol
gel tumpah dalam keadaan masih terbakar, kekentalannya tidak akan membuatnya cepat
mengalir seperti halnya etanol dalam bentuk cair.
Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol
72
gel sangat mungkin
mempengaruhi
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
fisik yang mungkin
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
73
untuk mencari
pengaruh carbopol,
CMC dan karagenan
terhadap viskositas
dan nyala api dari
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol
gel sangat mungkin
mempengaruhi
74
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
fisik yang mungkin
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
untuk mencari
pengaruh carbopol,
75
CMC dan karagenan
terhadap viskositas
dan nyala api dari
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol
gel sangat mungkin
mempengaruhi
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
76
fisik yang mungkin
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
untuk mencari
pengaruh carbopol,
CMC dan karagenan
77
terhadap viskositas
dan nyala api dari
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
Penambahan
pengental saat
pembuatan bioetanol
gel sangat mungkin
mempengaruhi
sifat fisik bioetanol gel
yang dihasilkan. Sifat
fisik yang mungkin
78
terpengaruh antara
lain flash
point,nilaikalordanvisk
ositas.Namundata-
datamengenaiflashpoin
t, nilaikalordan
viskositas bioetanol gel
masih sulit ditemui di
literatur. Oleh karena
itu percobaan ini
dilakukan
untuk mencari
pengaruh carbopol,
CMC dan karagenan
terhadap viskositas
dan nyala api dari
79
bioetanol gelyang
dihasilkansehinggadida
pat kondisi
operasioptimum
dalam pembuatan
bioetanol gel.
IV. PROSEDUR KERJA
ANALISA HASIL
A. Analisa Kualitatif
1. Mengambil etanol gel sebanyak 5 gram dimasukkan kedalam
cawan porselen.
2. Membakar etano gel tersebut.
3. Mengamati nyala api dari hasil pembakaran etanol gel tersebut.
B. Analisa Warna Nyala
1. Mengambil ethanol gel 5 gram dimasukkan kedalam cawan
porselen.
2. Membakar etanol gel tersebut.
80
3. Mengamati warna nyala dari hasil pembakaran ethanol gel
tersebut.
C. Analisa Kuantitatif
V. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Pengamatan
50 ml butanol 70% + 1,6 gram
Larutan yang awalnya berwarna bening
CMC berubah menjadi agak keruh dan tidak
terbentuk gel
50 ml butanol 70% + 2 gram CMC
Larutan menjadi keruh dan agak berbau.
Terbentuk gel tetapi sangat sedikit
50 ml butanol 70% + 2,4 gram
Larutan menjadi keruh berbau menyengat.
CMC Terbentuk gel tetapi tidak dapat dibakar.
50 ml butanol 100% + 2,5 ml
Larutan menjadi keruh dan suhunya menjadi
kalsium asetat dingin. Tidak terbentuk gel.
50 ml butanol 100% + 5 ml
Larutan menjadi keruh dan suhunya menjadi
kalsium asetat dingin. Terbentuk gel tetapi tidak dapat
dibakar.
50 ml propanol 100% + 2,5 ml
Saat propanol diteteteskan sedikit demi sedikit
kalsium asetat kalsium asetat larutan perlahan mulai
mengental dan terbentuk gel yang bagus.
Menimbang propanol gel 5 gram- menimbang lalu dimasukkan kedalam
porselen
- Gel berwarna putih agak bening
Membakar dan mencatat waktu
- Awal pembakaran api berwarna biru
nyala api - Seiring waktu berjalan warna api berubah
menjadi merah
- Lama pembakaran 5 gram propanol gel
adalah 6 menit 15 detik.
81
VI. PERHITUNGAN
Dik :
M NaOH =1M
Volume = 5 ml
BM = 40 gr/mol
Dit :
Gr......?
Penyelesaian :
Gr = M × BM × V
= 1 mol/l × 40 gr/ml × 0,005 l
= 0,2 gram
82
50 ml butanol 70% + Larutan
2 menjadi keruh dan agak
gram CMC berbau. Terbentuk gel tetapi
sangat sedikit
50 ml butanol 100% + 5 ml
Larutan menjadi keruh dan suhunya
kalsium asetat menjadi dingin. Terbentuk gel
tetapi tidak dapat dibakar.
83
Menimbang propanol gel- 5 menimbang lalu dimasukkan
gram kedalam porselen
- Gel berwarna putih agak bening
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan ethano gel
sebagai bahan bakar padat alternatif dengan bahan kalsium asetat atau CMC.
Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan bakar padat
parafin dan sejenisnya, yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang selama
pembakaran tidak berasap, tidak menghasilkan gas berbahaya, menghasilkan as
emisi karbon yang lebih rendah, bersifat nonkarsinogenik dan non korosif. Selain
itu ethanol gel juga ramah lingkungan serta merupakan bahan bakar alternatif yang
dapat diperbarui (renewable).
Bahan pertama yang kami uji adalah butanol 70% dan ditambahkan dengan
CMC yang bertindak sebagai gel agent. Penambahan ini dilakukan sebanyak tiga
kali dengan 50 butanol 70%. CMC yang ditambahkan sebanyak 1,6 gram, 2 gram,
dan 2,4 gram. Tetapi pada ketiga kali penambahan itu tidak ada yang menghasilkan
gel yang bagus. Karena gel yang dihasilkan tidak bisa dibakar dan sangat sedikit.
Mungkin CMC bukanlah gel agent yang bagus dalam pembuatan etanol gel.
84
Bahan kedua yang kami uji adalah etanol pekat 50 ml dan ditambahkan dengan
kalsium asetat yang bertindak sebagai gel agent. Penambahan ini dilakukan
sebanyak dua kali yaitu 2,5 ml dan 5 ml. Saat penambahan 2,5 ml kalsium asetat
kedalam etanol tidak terjadi pembentukan gel. Saat penambahan 5 ml kalsium asetat
larutan berubah menjadi keruh dan terbentuk gel tetapi sedikit sekali dan tidak bisa
dibakar. Mungkin karena jumlah gel yang sedikit dan masih basah.
Bahan ketiga yang kami uji adalah propanol pekat 50 ml dan ditambahkan
dengan kalsium asetat yang bertindak sebagai gel agent. Penambahan ini dilakukan
sebanyak satu kali yaitu sebanyak 2,5 ml. Saat kalsium asetat ditambahkan sedikit
demi sedikit larutan perlahan mulai mengental dan setelah diaduk mulai terbentuk
gel. Gel yang dihasilkan pun cukup banyak.
Selanjutnya kami melakukan tes nyala api dengan mengambil propanol gel
sebanyak 5 gram dan kemudian membakarnya. Awalnya nyala api berwarna biru
dan lama kelamaan berubah menjadi merah. Saat pembakaran tidak asap yang
keluar sehingga tidak mencemari lingkungan. Lama pembakaran ini selama 6 menit
15 detik. Propanol gel sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar padat karena
tidak menghasilkan polusi dan merupakan sumber energi terbaharukan yang ramah
lingkungan.
IX. KESIMPULAN
1. Etanol grl adalah etanol dengan bentuk fisik gel tetapi kami mengganti
etanol gel dengan propanol gel karena lebih efektif dan berhasil.
2. Kalsium asetat bertindak sebagai gel agent atau pengental.
3. Propanol gel adalah bahan bakar padat yang ramah lingkungan.
4. Propanol gel sangat praktis dan aman serta apabila dibakar tidak
mengeluarkan asap dan gas beracun.
85
X. DAFTAR PUSTAKA
86
XI. LAMPIRAN ( GAMBAR ALAT)
87
Bola Karet Botol Semprot
88
Batang Pengaduk
EKSTRAKSI SEDERHANA
I. TUJUAN PERCOBAAN
89
Alat-alat yang digunakan Erlenmeyer
Gelas Kimia
Gelas Ukur
Batang Pengaduk
Pipet Tetes
Pipet Ukur
Bola Karet
Kertas Saring
Corong Gelas
Labu Takar
Hot Plate
Neraca Analitis
Tembakau rokok
HCl pekat
Metal merah
H2SO
90
Gunakan peralatan safety pada tangan, kaca mata, masker dan lain-
lain. Khususnya pada saat melakukan praktikum seperti sarung saat
mengambil asam sulfat.
V. DASAR TEORI
Nikotin merupakan suatu cairan alkaloid berwarna kuning pucat hingga cokelat
tua yang ditemukan dalam tanaman solaceae. Kadar nikotin merupakan kunci untuk
menentukan kualitas tembakau. Banyak factor yang mempengaruhi kadar nikotin ini
yaitu jenis tembakau, jenis tanah, tingkat kematangan tembakau, kadar nitrogen dalam
tanah dan massa penguningan.
Jika ada perokok. ketauhilah tubuh kita menyerap I mg nikotin, untuk satu
batang rokok yang dihisap. Layaknya zat aditif laimya. Ada beberapa cara nikotin untuk
terserap dalam tubuh manusia, yaitu melalui kulit, paru-paru, muscous, dan membranes
Setelah dihisap melalui salah satu cara diatas, nikotin akan masuk ke system peredaran
daral menufu ke otak dan diedarkan ke seluruh system tubuh. Merokok atau proses
inhasi adalah car yRn plng umum tercepat bagi nikotin untuk terserap dilam darah.
91
atom N baik sebagai bagian dari system haterosiklik alau bukan bagiannya Alkalord
biasanya tak berwama serug kali hersitat opus aktif kebanvakan berbentuk Kristal, tetapi
hanya sedikit yang berupa earan misalnya nikotin pada suhu kamar all Kaloid dapat
dikelompokkan menjadi alkaloid sesungguhnya, poto atkaloid. Pheudoalkalid.
a. Akar
Berakar tunggang, tembakau dapat tumbuh dan berkembang baik dalam tanah
yang gembur dan mudah menyerap air serta subu.
b. Batang
Berbentuk bulat lunak tetapi kuat, makin keatas batang makin kecil dan tidak
memiliki cabang atau sangat sedikit cabang.
c. Daun
Berbentuk bulat lonjong dengan ujung yang meruncing, tulang daun menyirip,
bagian tepi agak bergelombang dan licin.
d. Bunga
Bunga majemuk yang terdiri dari beberapa tandan dan setiap tandan berisi
sampai 15 bunga, bunganya berbentuk terompet dan memanjang, warnanya merah
jambu sampai merah tua diatasnya.
e. Buah
Sifat fisika adalah perubahan yang dialami suatu benda tanpa membentuk zat
baru. Sifat ini dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat
fisika antara lain wujud zat, warna, kelarutan, titik leleh, titik didih, massa jenis,
92
kekerasan, kelarutan, kekeruhan, daya tarik/kemagnetan, dan kekentalan. Pada saat ini
diskusi tentang sifat-sifat fisika ini:
a. Wujud Zat
Bentuk suatu zat dibedakan dari padat, cair, dan gas. Zat-zat ini dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya. Sebagian kecil dari apa yang kita ketahui, yaitu:
menguap, mengembun, mencair, membeku, meyublim, dan mengkristal.
b. Warna
Setiap objek memiliki warna yang berbeda. Pewarnaan sosial bisa langsung. Warna
yang berkembang menjadi objek sebagai ciri khas. Perbedaan antara satu substansi dan
substansi lainnya. Misalnya, susu berwarna putih, karbon hitam, kuku pudar abu-abu
dan lain-lain.
c. Kelarutan
Kelarutan adalah zat dalam pelarut yang merupakan properti fisik. Air menjadi
pelarut untuk zat terlarut. Tidak bisa masuk pelarut. Misalnya, garam bisa larut di udara,
tetapi tidak bisa dibuang di udara.
d. Konduktivitas listrik
e. Daya Tarik/Kemagnetan
93
f. Titik didih
g. Titik lelah
Titik leleh adalah suhu benda padat yang berubah menjadi cairan.
Sifat kimia adalah perubahan yang dialami suatu benda yang membentuk zat baru.
Ciri-ciri suatu zat yang berhubungan dengan terbentuknya zat jenis baru. Contoh sifat
kimia antara lain mudah terbakar, mudah busuk, mudah meledak , beracun, dan berkarat
(korosif).
a. Mudah terbakar
Bensin adalah zat yang mudah terbakar. Sehingga banyak stasiun pengisian bahan
bakar menghimbau “DILARANG MEROKOK”. Dengan mengetahui sifat bahan yang
mudah terbakar, kita akan mendapatkannya secara efektif.
b. Mudah membusuk
Konsekuensi reaksi kimia dalam makanan atau minuman, dapat mengubah makanan
dan minuman yang membusuk dan mengubah rasa menjadi asam. Misalnya, beras yang
dibiarkan berhari-hari dengan udara menjadi basi, susu yang berubah asam.
c. Berkarat
Reaksi antara logam dan oksigen dapat menghilangkan objek yang berkarat. Logam,
seperti: zat besi dan seng memiliki sifat pengaratan yang mudah.
d. Mudah meledak
94
Interaksi dengan oksigen di alam memiliki sifat eksplosif, seperti: magnesium,
uranium dan natrium.
e. Racun
Ada beberapa zat yang memiliki sifat kimia beracun, termasuk: insektisida,
pestisida, fungisida, herbisida, dan rodentisida. Zat beracun ini adalah manusia untuk
membasmi hama, baik serangga maupun tikus.
Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloid stereoidal dan purin
Tembakau Klasifikasi Tembakau Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari
bahasa asing. Bahasa Spanyo "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa
Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada
gulungan daun -daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome e Las Casas, 1552) atau
bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau.
95
VI. PROSEDUR KERJA
6.1 Ekstraksi 1
6.2 Ekstraksi 2
Analisa Kuantitatif
1. Sebanyak 0.5 ekstrak tembakau di tambah h2SO4 pekat (setetes demi setetes)
sampai ter bentuk garak coklat
2. Sebanyak 0.5 ekstrak tembakau di tambah HCL pekat (setetes demi setetesi
sampai terbentul garak coklat.
Analisa Kuantitalif
96
2. Menambahkan 2-3 tetes metal merah dan melakukan titrasi dengan di pipet
dan di masukan kedalam sampai analit berubah menjadi merah
97
5. Memasukkan filtrat pada saat ditambah aquadest
ke corong pisah filtrat menjadi homogen.
ditambahkan 15 ml Kemudian ditambah
aquadest dan 15 ml kloroform langsung
kloroform kedalam terbentuk 2 dilapisan.
corong pisah. Lapisan bawah bewarna
putih dan lapisan atas
berwarna coklat tua.lapisan
atas merupakan ekstrak dari
nikotin.
98
1. Menimbang 1 gr Larutan berwarna
tembakau dan kekuningan dan berbau
memasukkannya khas tembakau. NaOH
kedalam gelas berfungsi untuk
kimia. Dan menghilangkan asam
tambahkan 10 yang terdapat didalam
NaOH 20 %. Lalu tembakau.
aduk hingga
homogen.
2. Menambahkan 10 Warna berubah dari
ml metanol warna kuning menjadi
kedalam larutan. kuning kecoklatan.
Lalu diaduk. Penambahan etanol
berguna untuk
melarutkan nikotin.
99
5. Memisahkan Terbentuk 2 lapisan.
larutan tadi Lapisan bawah bewarna
kedalam corong kuning kecoklatan dan
pisah. Lalu berbentuk endapan.
didiamkan selama Lapisan atas bewarna
30 menit. coklat kehitaman. Dan
ini merupakan ekstrak
nikotinnya.
PENGUJIAN KUALITATIF
100
2. 0.5 ml ekstrak Larutan berubah warna dari
nikotin warna kuning bening menjadi
ditambahkan 5 warna coklat muda dan
tetes HCl pekat. menjadi endapan.
PENGUJIAN KUANTITATIF
VIII. PERHITUNGAN
M=%x x 1000
101
M=
M = 12.06 Kg/l
N=Mxn
= 12.06 ek/L
M1 X V1 = M2 X V2
60/100 X V1 = 20/100 x 20 mI
V1 =
V1= 6,67 ml
PEMBUATAN NIKOTIN(C10H14N2)
-SECARA TEORI
Kadar nikotin yang terdapat didalam rokok biasanya sebesar 0.05 gram nikotin
dalam 1 gr tembakau. Tetapi kadar ini dapat berbeda-beda tergantung jenis
rokok/tembakau.
-SECARA PRAKTEK
Kadar nikotin =
= 8,7 %
BERAT NIKOTIN
BASIS = 1 Gram
102
W nikotin (C10H14N2) =
Jadi, kadar nikotin yang kami dapat yaitu sebesar 0,087 gr nikotin
dalam 1 gr tembakau atau rokok.
= 128,83 gr – 128,37 gr
= 0,46 gr
jadi didalam 7,5 gr tembakau terdapat nikotin sebanyak 0,46 gr
103
IX. ANALISA HASIL PERCOBAAN
Dari percobaan ini dapat dianalisa bahwa tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menentukan kadar nikotin dalam daun tembakau kering (kering).
Mula mula siapkan 1 gram memberikan yang didapat dari rokok lalu
memasukan kedalam gelas kimia kemudian ditambahkan 10 ml NAOH 20 % .
penambahan NAOH 20% (basa) bertujuan untuk mengasamkan asam yang terdapat
didalam tembakau karena nikotin umumnya mengandung dan bergabung dengan
asam yang terdapat dalam tembakau. Selanjutnya ditambahkan lagi larutan etanol
kedalam larutan jadi penambahan etanol bertujuan untuk melarutkan nikotin dalam
tembakau.karena nikotin sangat mudah larut didalam tembakau.lalu menambahkan
10 ml eter yang bertujuan untuk mengestrak nikotin didalam tembakau kering. Lalu
didiamkan selama 1 jam agar nikotin benar benarmengestrak. setelah itu akan
terbentuk 2 lapisan lapisan bawah merupakan endapan dan lapisan atas merupakan
ekstrak nikotin dari dalam tembakau
104
pelarut .kami menggunakan aquadest karena nikotin dapat larut dalam aquadest dan
aquadest tersebut lalu dilakukan pemanasan. Pemanasan dilakukan untuk
mempercepat proses ekstraksi penambahan kalsium karbonat (CaCO3). Bertujuan
untuk memutuskan ikatan nikotin dengan senyawa senyawa lainnya .sehingga
nikotin akan terikat oleh CaCO3 dan nikotin akan terdapat didalam basa bebas
Dari percobaan yang telah kami lakukan kami melakukan ekstraksi nikotin
dengan 2kali percobaan . kami mendapatkan hasil nikotin sebanyak 0.087 gram
dalam 1 gram tembakau. Dan pada percobaan kedua kami mendapatkan hasil
nikotin sebanyak 0.46 gram dalam 7.5 gram tembakau .setelah melakukan ini kami
menyimpulkan pada percobaan kedua merupakan percobaan palingefektif karena
proses nya yang mudah dan bahan yang digunakan relatif mudah di dapat.
105
X. KESIMPULAN
Setelah kamu melakukan 2 kali percobaan dalam praktikum kali ini ,yaitu ekstraksi
sederhana dalam tembakau. Maka daat disimpulkan bahwa :
1. Nikotin merupakan suatu cairan alkasola berwarna kuning pucat hingga coklat
pekat yang banyak ditemukan dalam tanaman tembakau
2. Merokok atau proses inflasi adalah caca paling umum dan tercepat bagi
tembakau untuk menyerap didalam darah
3. Faktor faktor yang mempengaruhi kadar nikotin.yaitu :
- Jenis tembakau
- Jenis tanah
- Kadar nitrogen tanah
- Tingkat kemasaman tembakau
- Massa penguningan
4. Percobaan pertama
- Didapatkan kadar nikotin sebesar 8.7% atau 0.087gr nikotin dalam 1gram
tembakau
5. Percobaan kedua
- Didapatkan kadar nikotin sebesar 0.46 gram nikotin dalam 7.5 gram tembakau
6. Kadar nikotin yang terdapat didalam rokok yang tersebar diasarkan biasanya
sebesar o.05 gram nikotin dalam satu gram tembakau tetapi kadar ini dapat
berbeda beda tergantung jenis rokok / tembakaunya
106
XI. DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Nikotin
https://www.academia.edu/12939132/penentuan_kadar_nikotin
https://scrbd/ekstraksi_nikotin
XII. LAMPIRAN
107
Kaca Arloji Spatula Pipet Ukur
108
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Isobutyl alcohol 26 ml
- Kristal kalium dikromat 16 gr
- Asam sulfat pekat 12 ml
- Aquadest 85 ml
- Es secukupnya
IV. DASAR TEORI
109
Suatu asam karboksilat. Jika kita ingin memperoleh aldehida dari proses oksida ini,
maka harus segera didestilasi untuk menghindari proses oksida berlanjut.
Reaksi
Oksidasi corey – kim adalah reaksi oksidasi yang digunakan untuk mensintesa
aldehida dan keton dari alcohol primer dan sekunder. Nama reaksi ini berasal dari
kimiawan elias james corey dan choung un kim
Walaupun oksidasi carey – kim memiliki kelebihan dibandingkan oksidasi swen.
Proses ini tidak digunakan secara meluas karena reaksi ini memerlukan senyawa dimetil
sulfide yang merupakan senyawa dimetil sulfide yang merupakan cairan beracun yang
mudah menguap dan beraroma tidak sedap.
Aldehid adalah senyawa organic yang mngandung – CHO radikal, dimana
sebuah atom karbon membentuk ikatan rangkap dengan atom oksigen dan juga terikat
pada atom hydrogen atau kelompok lain yang dilambangkan dengan R . yang bisa
menjadi atom hydrogen kedua dan sebuah kelompok alkyl gugus dapat dibuat dari
oksidasi alcohol.4 alkohol primer dioksidasi dengan zat pengoksidator atau reagen
oksidator. Oksidasi alcohol akan menjadi sebuah aldehid jika digunakan alcohol yang
berlebih dan aldehid bisa dipisahkan melalui destilasi sesuatu setelah terbentuk. alcohol
berlebih berarti bahwa tidak ada agen pengoksidasi yang cukup untuk melakukan tahap
oksidasi kedua.
Gugus dapat dibuat dari oksidasi alcohol. Alkohol primer bisa dioksidasi baik
menjadi aldehid maupun asam karboksilat terhantung pada kondisi-kondisi reaksi.
Untuk pembentukan asam karboksilat, alkohol pertama-tama dioksidasi menjadi sebuah
aldehid yang selanjutnya dioksidasi lebih lanjut menjadi asam.
110
kedua. Pemisahan aldehid sesegera mungkin setelah terbentuk berarti bahwa pada
tingkat tinggal menunggu untuk dioksidasi kembali.
Jika digunakan butanol sebagai alkohol primer sederhana, maka akan dihasilkan
aldehid butanol. Persamaan lengkap untuk persamaan ini agak rumit dan kita perlu
memahami tentang persamaan setengah reaksi untuk menyelesaikannya.
CH3CH2CH2OH + Cr2O7-2 CH3CH2CH2COH + Cr3+ +7H2O
Secara umum agen pengoksidasi yang digunakan dalam reaksi-reaksi ini biasanya
adalah sebuah larutan natrium dikromat(VI) atau kalium dikromat (VI) yang diasamkan
dengan asam sulfat encer. Jika oksidasi terjadi, larutan oranye yang mengandung ion-
ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan berwarna hijau yang mengandung
ion-ion kromium(III). Efek murni yang ditimbulkan adalah bahwa sebuah atom oksigen
dari agen pengoksidasi melepaskan satu atom hidrogen dari gugus -OH pada alkohol
dan satu lagi hidrogen dari karbon dimana gugus -OH tersebut terikat.
Penulisan [O] sering digunakan untuk mewakili atom oksigen yang berasal dari
sebuah agen pengoksidasi.
R dan R’ adalah gugus-gugus alkil atau hidrogen. Keduanya juga bisa berupa
gugus-gugus yang mengandung sebuah cincin benzen, tapi disini kita tidak akan
membahas cincin benzen untuk menyederhanakan pembahasan.
Jika sekurang-kurangnya satu dari gugus ini adalah atom hidrogen, maka
diperoleh aldehid. Jika keduanya adalah gugus alkil maka diperoleh keton.
Jika ditinjau dari molekul baku yang dioksidasi, maka akan diperoleh sebuah
aldehid jika bahan baku yang digunakan memiliki rumus struktur seperti berikut:
111
Dengan kata lain, jika digunaka alkohol primer sebagai bahan baku, maka akan
diperoleh aldehid.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
112
o
- Mendestilasi campuran dengan suhu 120-140 C menggunakan penangas
minyak.
- Gas yang ditimbulkan ditampung dalam air.
No Perlakuan Pengamatan
1 Memasukan 26 ml isobutyl alcohol Isobutil alkohol tidak berwarna (bening),
dalam labu bundar leher dua 500 berbau tajam.
ml.
2 Menyiapkan dalam beker gelas Larutan berwarna orange dan reaksi yang
K2Cr2O7 + H2O + H2SO4 terjadi adalah reaksi eksoterm. Ada
sebagian K2Cr2O7 yang tidak larut
3 Larutan K2Cr2O7 dimasukkan ke Larutan pertama berwarna orange ,destilat
dalam labu bundar leher dua. pertama mulai menetes pada suhu 80oC ,
Kemudian didestilasi dengan suhu destilat bening dan berbau menyengat
120-140 Oc
4 Mendinginkan dan mengukur Volume 1sobutil aldehid yang didapat
volume destilat. sebanyak 28 ml.
113
1 Memasukan 26 ml Isobutil alkohol tidak
isobutyl alcohol dalam berwarna (bening),
labu bundar leher dua berbau tajam.
500 ml.
VIII. PERHITUNGAN
114
mol IsoButil Alcohol = 21,06 gr / 74,12 gr/mol = 0,284 mol
mol K2Cr2O7 = 16 gr / 294 gr/mol = 0,054 mol
mol H2SO4 = 22,08 gr / 98 gr/mol = 0,225 mol
mol Isobutil Aldehid = 12,26 gr / 72 gr/mol = 0,170 mol
Secara Teori
Reaksi I
K2Cr2O7 + H2SO4 → H2Cr2O4 + K2SO4 + 3
/2O2
M 0,054 0,225 - - - mol
R 0,054 0,054 0,054 0,054 0,081 mol
S - 0,171 0,054 0,054 0,081 mol
gr
BM 294 98 170 174 32 /mol
gr - 16,75 9,18 9,39 2,6 gr
Reaksi II
CH3(CH2)3OH + ½ O2 → (CH3)2CHCHO + H2O
M 0,284 0,081 - - mol
R 0,162 0,081 0,162 0,162 mol
S 0,122 - 0,162 0,162 mol
gr
BM 74 32 72 18 /mol
gr 9,02 - 11,68 2,916 gr
115
% Konversi = (0,162 mol / 0,281 mol) X 100 %
= 57 %
% Yield = (11,68 gr / 21,06 gr) X 100 %
= 55,4 %
Secara Praktek
Reaksi I
K2Cr2O7 + H2SO4 → H2Cr2O4 + K2SO4 + 3
/2O2
M 0,054 0,225 - - - mol
R 0,054 0,054 0,054 0,054 0,081 mol
S - 0,171 0,054 0,054 0,081 mol
gr
BM 294 98 170 174 32 /mol
gr - 16,75 9,18 9,39 2,6 gr
Reaksi II
CH3(CH2)3OH + ½ O2 → (CH3)2CHCHO + H2O
M 0,284 0,081 - - mol
R 0,170 0,170 0,170 0,170 mol
S 0,114 (-0,089) 0,170 0,170 mol
gr
BM 74 32 72 18 /mol
gr 8,43 (-2,84) 12,24 3,06 gr
116
% Konversi = (0,170 mol / 0,284 mol) X 100 %
= 59,8 %
% Yield = (12,24 gr / 21,06 gr) X 100 %
= 58,1 %
Dari hasil percobaan dapat dianalisa bahwa butyl aldehid suatu reaksi yang
dihasilkan dari oksidasi arsial alkohol primer (butanol) dapat dibuat dengan
mereaksikan n-butanol dan asam sulfat, sebagai pengoksidasi digunakan K2Cr2O7 ,
kalium kromat juga akan bereaksi dengan asam sulfat yang akan menghasilkan oksigen
reaksi ini bersifat eksoterm sehingga percampuran dilakukan diwadah berisi es.
Reaksi yang terjadi antara Kalium Kromat dan Asam Sulfat :
117
tua saat dicampurkandengan n-butanol. Pada pembuatan butyl aldehid butanol harus
dikondisikan berlebih ataudengan kata lain atom oksigen menjadi pembatas dan harus
habis karena jika bukan gugusSaldehid yang terbentuk maka gugus asam karboksilat
yang akan terbentuk.
X. KESIMPULAN
Reaksi oksidasi yang terjadi antara kalium dikromat (K2Cr2O7) dan asam sulfat
(H2SO4) menghasilkan oksigen (O2).
Iso Butyl Aldehid banyak dimanfaatkan dalam, pengawetan, pembuatan plastik,
termoset, insektisida dan germisisda
Dan didapatkan hasil dari percobaan yaitu:
Secara teori:
% konversi = 51 %
% Yield = 55,4 %
Secara praktek:
118
% konversi = 54,8 %
% Yield = 58,1 %
% kesalahan = 4,79 %
www.academia.edu
www.scribd.com
www.google.com
119
XII. LAMPIRAN
120
7. Pipet Ukur 8. Termometer
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mendapatkan kafein dari daun teh dengan cara ekstraksi
Menentukan kadar kafein dari daun teh
121
Erlenmeyer vakum
Gelas kimia
Gelas ukur
Hot plate
Kaca arloji
Kertas saring
Neraca analitik
Pipet ukur
Termometer
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein
memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9
(larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan sebetulnya
tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan
dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (nevroses), tidak dapat
tidur ( insomnia), dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia). Kopi dan teh banyak
mengandung kafein dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh
menghasilkan biji kopi dan daun teh yang sangat cepat, sementara penghancurannya
sangat lambat. (Hermanto, 2007 : 1)
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kafein dari teh kering dan untuk
menentukan kafein dari daun teh. Kafein merupakan alkaloid yang mengandung
nitrogen dan memiliki properti basa amina organik. Kafein dapat larut dalam pelarut
organik seperti CaCO3 dan dalam air, kafein juga dapat terikat oleh senyawa non polar
seperti kloroform. Kloroform dapat memisahkan kafein dari zat lain di dalam teh.
Pemisahan kafein dari teh dilakukan dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi adalah mengambil suatu zat terlarut dari dalam larutan air oleh suatu
plarut yang tak dapat bercampur dengan air sehingga dapat dipisahkan. Ekstraksi adalah
122
suatu produk pemisahan suatu zat dan campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan
padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis. Misalnya komponen bercampur sangat erat, peka terhadap panas,
beda sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat
digunakan atau yang paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester untuk essence
pada sirup. Pengambilan kafein dari daun teh dan pelarutan komponen-komponen kopi
dengan menggunakan air panas. Saat ekstraksi larutan ekstrak yang tercemar harus
dibersihkan. Suatu pelarut yang digunakan sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan ekstraksi yang besar, sehingga kebutuhan pelarut lebih sedikit. (Anonim :
2010 :1)
Eksraksi pelarut suatu ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling
baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dilakukan baik dalam
tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
dipergunakan untuk hal pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua
skala kerja. (Khopkar : 1990 : 85)
123
Bahan yang akan dipisahkan dalam suatu campuran akan terdistribusi
diantara pencampurnya dan pelarutnya membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian
ekstraksi jangka pendek merupakan proses pengocokan yang dilakukan dengan
menggunakan corong pisah, setelah dikocok dengan kuat dengan mencampurkan pelarut
yang lebih baik bila didiamkan larutan akan membentuk dua lapisan. Cara melakukan
ekstraksi jangka pendek (pengocokan) menggunakan corong pisah
2) Ekstraksi jangka panjang
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan alam yang
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa organik yang terdapat dalam
bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka
panjang dengan menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.(Nurul,
2011).
Khasiat Teh
Teh yang biasa kita konsumsi, khususnya teh hijau, banyak mengandung khasiat,
sebuah riset Erasmus University Medical School, Rotterdam mengungkapkan pembuluh
darah baik besar (aorta) pada responden yang gemar meminum teh hijau, memiliki
lapisan yang melindungi terjadinya penggumpalan darah. Kondisi ini menyebabkan
menurunnya kemungkinan terjadinya serangan jantung koroner.
Selain itu, penelitian The American Jurnal of Clinical Nutrition belum lama ini
menemukan khasiat teh hijau untuk melangsingkan tubuh. Ternyata paduan kafein dan
teh hijau yang sesuai takaran mampu membakar 4% kalori lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang berdiet dengan menggunakan placebo. Disamping tiu, ternyata teh
hijau lebih diakui ampuh mencegah gigi berlubang, lantaran fluoride alami.
Kloroform
C Cl
Cl Cl
124
trichloride, Methenyl trichloride, TCM
V. LANGKAH KERJA
VII. PERHITUNGAN
125
Berat kafein = ( berat gelas kimia + kafein) – berat gelas kimia
= 106,91 gram – 106,89 gram
= 0,02 gram
% kafein x 100
= x 100
=2%
126
2. Menimbang 4 gr CaC Berbentuk bubuk dan
berwarna putih.
127
6. Larutan dimasukkan ke saat pemisahan pertama
corong pemisah dan terbentuk dua lapisan
ditambahkan 15 ml bawah berwarnna
diklorometana larutan bening dan atas
bawah diambil dan berwarna coklat. Pada
menambahkan 10 ml pemisahan kedua
diklorometana terbentuk dua lapisan
kemudian dipisahkan bawah berwarna putih
lagi di corong pemisah pucat dan atas berwarna
lalu diambil bagian bening.
bawah.
7. hasil yang didapat Berwarna putih pucat
dipindahkan ke dalam dan didapat jumlah
gelas kimia dan kafein sebanyak 0,02
dipanaskan hingga gr.
menguap dan kering.
Percobaan kali ini adalah ekstraksi kafein dari daun teh, prinsip percobaan
praktikum kali ini adalah ekstraksi. Ekstraksi adalah mengambil suatu zat terlarut dari
dalam larutan air oleh suatu plarut yang tak dapat bercampur dengan air sehingga dapat
dipisahkan.
128
Pertama, kami telah menyaipkan 10 gram teh dan 4 gram CaC kedalam gelas
X. KESIMPULAN
129
XI. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum kimia organik 2019 Ekstraksi Kafein dalam Daun Teh
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
https://www.academia.edu/17346643/Laporan_Praktikum_Kimia_Organik_Ekstraksi_
Kafein_dari_Daun_Teh
https://widiwidiaastuti.wordpress.com/2014/12/01/ekstraksi-kafein-dari-daun-teh/
130
XII. LAMPIRAN ( GAMBAR ALAT )
131
Corong Gelas Hot Plate Neraca Analitik
132