Anda di halaman 1dari 39

LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MODUL 0
RUNNING MODUL
A. TUJUAN
Setelah mengikuti Running Modul mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami peraturan kegiatan praktikum.
2. Memahami Hak dan Kewajiban praktikan dalam kegiatan praktikum.
3. Memhami komponen penilaian kegiatan praktikum.

B. PERATURAN PRAKTIKUM
1. Praktikum diampu oleh Dosen Mata Kuliah Praktikum dan dibantu oleh Asisten
Laboratorium dan Asisten Praktikum.
2. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Perancangan Sistem Elektronika sesuai
jadwal yang ditentukan.
3. Praktikan wajib membawa modul praktikum, kartu praktikum, dan alat tulis.
4. Praktikan wajib mengisi daftar hadir dan BAP praktikum dengan bolpoin bertinta
hitam.
5. Durasi kegiatan praktikum = 2,5 jam (150 menit).
a) 20 menit untuk pengerjaan Tes Awal atau wawancara Tugas Pendahuluan
b) 60 menit untuk penyampaian materi
c) 40 menit untuk pengerjaan jurnal dan tes akhir
6. Praktikan wajib hadir minimal 75% dari seluruh pertemuan praktikum di lab. Jika
total kehadiran kurang dari 75% maka nilai Mata Praktikum = 0.
7. Praktikan yang datang terlambat :
<= 30 menit : diperbolehkan mengikuti praktikum tanpa tambahan waktu Tes Awal
> 30 menit : tidak diperbolehkan mengikuti praktikum
8. Saat praktikum berlangsung, asisten praktikum dan praktikan:
a) Wajib menggunakan seragam sesuai aturan Institusi.
b) Wajib mematikan/ men-silent semua alat komunikasi (smartphone, tab, iPad, dsb).
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

c) Dilarang membuka aplikasi yang tidak berhubungan dengan praktikum yang


berlangsung.
d) Dilarang mengubah setting software maupun hardware komputer tanpa ijin.
e) Dilarang membawa makanan maupun minuman di ruang praktikum.
f) Dilarang memberikan jawaban ke praktikan lain (pre-test, TP, jurnal, dan
post-test).
g) Dilarang menyebarkan soal pre-test, jurnal, dan post-test.
h) Dilarangmembuang sampah/sesuatu apapun di ruangan praktikum.

9. Setiap praktikan dapat mengikuti praktikum susulan maksimal 1 modul untuk satu
praktikum. Praktikan yang dapat mengikuti praktikum susulan hanyalah praktikan
yang memenuhi syarat sesuai ketentuan Institusi, yaitu rawat inap di Rumah Sakit
(menunjukkan bukti rawat inap dan resep obat dari RS), tugas dari Institusi
(menunjukkan surat dinas dari Institusi), atau mendapat musibah (menunjukkan surat
keterangan dari orangtua/ wali mahasiswa). Persyaratan untuk praktikum susulan
diserahkan sesegera mungkin ke Laboran Fakultas Teknik Elektro untuk keperluan
administrasi.
10. Pelanggaran terhadap peraturan praktikum ini akan ditindak secara tegas, secara
berjenjang di lingkup Kelas, Laboratorium, Program Studi, Fakultas, hingga Institusi

C. PENILAIAN PRAKTIKUM
1. Komponen Nilai Praktikum terdiri dari : Tugas Pendahuluan, Tes Awal, Keaktifan
Praktikum, dan Jurnal/Tugas Besar.
2. Seluruh komponen penilaian beserta pembobotannya ditentukan oleh dosen Mat
Praktikum
3. Penilaian permodul dilakukan oleh asisten praktikum, sedangkan nilai seluruh
modul diserahkan kepada Dosen Mata Praktikum.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

4. Baik praktikan maupun asisten tidak diperkenankan meminta atau memberikan tugas
tambahan untuk perbaikan nilai.
5. Standar indeks dan range nilai ditentukan oleh Dosen Mata Praktikum atas
sepengetahuan Ketua Kelompok Keahlian.

D. PERATURAN PENGUMPULAN TP

1. Pengumpulan TP setiap hari senin jam 07:30 - 09:00.


2. Pengumpulan TP dapat berkelompok/perseorangan
3. Pengumpulan TP boleh diwakilkan
4. Buku TP ukuran A5 yang disampul warna coklat dan disampul plastic
5. Jika TP dikumpulkan melewati batas waktu yang ditentukan TP tidak diterima
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MODUL 1
LT SPICE
A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Praktikan mengetahui LTSpice

2. Praktikan dapat mengoperasikan LTSpice

B. DASAR TEORI

LTSpice merupakan salah satu program SPICE ( Simulation Program with Integrated
Circuit Emphasis) yang digunakan untuk simulasi rangkaian elektronik analog/digital.
LTSpice sangat berguna untuk memeriksa desain dan untuk memprediksi karakteristik dari
rangkaian elektronik seperti IC, OP-amp, transistor, resistor, kapasitor dan lainnya.

Pembuatan rangkaian
1. Memulai LTSpice:
 Buka LTSpice, maka yang akan terlihat seperti ini :

Gambar 1.a Langkah ke 1

 Untuk pembuatan rangkaian baru bisa diakses lewat:


o File menu , atau
o Menekan ikon “ New Schematic”.

Lalu akan terlihat seperti ini :

Gambar 1.b Langkah ke 2


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

2. Penambahan Komponen :
 Pemasangan GND, ini penting karena jika tidak ada ground tidak bisa memulai
simulasi.
Untuk memasang ground , caranya:
o Tekan tombol “G” pada keyboard, atau
o Menekan ikon “Ground” pada menu tool bar , atau
o Mencarinya secara manual pada menu “Edit”.
 Pemasangan komponen lain yang dibutuhkan, komponen ini bisa didapat pada:
o Ikon pada menu tool bar, atau
o Menekan ikon “Component” pada menu tool bar, atau
o Menekan tombol “F2” pada keyboard, atau
o Menu “Edit”>”Component..”

Maka akan terbuka menu seperti ini :

Gambar 2 Langkah ke 3

Dan apabila hendak memindahkan atau menaruh komponen pada tempat yang
diinginkan bisa dilakukan dengan cara menekan ikon “ Move” pada menu tool
bar.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

3. Menyambung Rangkaian
 Ketika menurut anda rangkaian sudah berada di tempat yang anda inginkan,
saatnya menaruh garis/kabel. Cara memasangnya:
o Menekan ikon pada menu tool bar, atau
o Menekan tombol “F3” pada keyboard, atau
o Menu “Edit”>”Draw Wire”.

Contoh rangkaian yang sudah diberi garis/kabel:

Gambar 3 Langkah ke 4

C. PROSEDUR PRAKTIKUM

LPF Orde 1
1. Siapkan ltspice yang ada di komputer.
2. Buat rangkaian LPF orde 1 seperti pada gambar dibawah ini.

3. Gambarkan sinyal output dari rangkaian tersebut.


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

HPF Orde 1
1. Siapkan LTSpice yang ada di komputer.
2. Buat rangkaian HPF orde 1 seperti pada gambar dibawah ini.

3. Gambarkan sinyal output dari rangkaian tersebut.

Power Supply 12V


1. Siapkan ltspice yang ada di komputer.
2. Buat rangkaian Power Supply 12V seperti pada gambar dibawah ini.

3. Gambarkan sinyal output dari rangkaian tersebut.


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MODUL 2
FILTER AKTIF

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Praktikan dapat mengidentifikasi jenis filter dari data yang di dapat dari osiloskop

2. Praktikan dapat membedakan karakteristik dari masing masing filter aktif.

3. Memahami komponen filter aktif dan penggunaannya dalam filter aktif

B. KOMPONEN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Kit praktikum
2. Function generator
3. Osiloskop
4. Kabel probe
5. Power supply
6. Jumper

C. DASAR TEORI

Filter adalah sebuah rangkaian yang dirancang agar mengalirkan suatu pita
frekuensi tertentu dan menghilangkan frekuensi yang berbeda dengan pita ini. Istilah lain
dari filter adalah rangkaian yang dapat memilih frekuensi agar dapat mengalirkan frekuensi
yang diinginkan dan menahan, atau membuang frekuensi yang lain/yang tidak diinginkan
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

PENGGOLONGAN FILTER
1. Berdasarkan komponen penyusunnya, filter bisa diklasifikasika dalam 2 macam
yaitu ;
a. Filter Aktif
Filter Aktif adalah rangkaian filter dengan menggunaka komponen-
komponen elektronik aktif. Komponen penyusunnya terdiri dari op-amp,
transistor, dan komponen lainnya.
Kelebihan dari rangkaian filter aktif ini adalah ukurannya lebih kecil,
ringan, lebih murah, dan lebih fleksibel dalam perancangannya. Sedangkan
kerugiannya adalah pada komponen dihasilkan panas, terdapatnya pembatasan
frekuensi dari komponen yang digunakan sehingga pengaplikasian untuk
frekuensi tinggi terbatas.
b. Filter Pasif
Filter Pasif adalah rangkaian filter yang menggunakan komponen-
komponen elektronik pasif saja. Komponen penyususnnya terdiri dari induktor,
kapasitor, dan resistor.
Kelebihan dari rangkaian filter pasif ini adalah dapat tidak begitu banyak
noise (sinyal gangguan yang tidak diinginkan) karena tidak ada penguatan, dan
digunakan untuk frekuensi tinggi. Sedangkan kerugiannya adalah tidak dapat
menguatkan sinyal, sulit untuk merancang filter yang kualitasnya/responnya
baik.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

2. Filter berdasarkan batas frekuensi yang ingin dilewatkan (dalam praktikum kali ini
menggunakan Sallen-Key filter) :

a. LPF (Low Pass Filter)


Filter ini berfungsi untuk meloloskan frekuensi dibawah frekuensi cut-off
dan meredam semua frekuensi di atasnya. Dengan kata lain, LPF
memperlemah tegangan keluaran untuk semua frekuensi diatas frekuensi cut-
off dan tetap untuk tegangan di bawah frekuensi cut-off

Gambar 2.a Low Pass Filter

Untuk menghitung frekuensi cut off dapat digunakan persamaan seperti di


bawah ini:

Rangkaian LPF aktif orde 1-4 :

LPF Orde 1 LPF Orde 2


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

LPF Orde 3 LPF Orde 4

b. HPF (High Pass Filter)

Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi diatas frekuensi cut-off dan


meredam semua frekuensi di bawahnya. Dan HPF akan memperlemah tegangan
keluaran untuk semua frekuensi dibawah frekuensi cut-off dan tetap untuk
tegangan diatas frekuensi cut- off. Sehingga, HPF berlawanan dengan LPF.

Gambar 2.b High Pass Filter

Untuk menghitung frekuensi cut off dapat digunakan persamaan seperti di


bawah ini:
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Rangkaian HPF aktif orde 1- 4

HPF Orde 1 HPF Orde 2

HPF Orde 3 HPF Orde 4

c. BPF (Band Pass Filter)

Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi diantara frekuensi cut-off bawah


dan frekuensi cut-off atas dan meredam semua frekuensi diluarnya. Selisih
antara frekuensi cut-off atas dan frekuensi cut-off bawah disebut dengan
bandwidth (BW). BW ini pada dasarnya adalah perbedaan antara frekuensi cut-
off yang lebih rendah dan frekuensi cut-off yang lebih tinggi.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Gambar 2.c Band Pass Filter


Untuk menghitung bandwith dapat digunakan persamaan seperti di bawah ini :

Agar Penyaring atau Filter Band Pass ini dapat berfungsi dengan benar, Frekuensi
cut-off Low Pass Filter harus lebih tinggi daripada frekuensi cut-off High Pass
Filter.
Untuk menghitung frekuensi cut-off high dan frekuensi cut-off low dapat
digunakan persamaan seperti di bawah ini:

Keterangan :
fl = frekuensi cut-off low (frekuensi cut-off rangkaian High Pass Filter (HPF)
fh = frekuensi cut-off high (frekuensi cut-off rangkaian Low Pass Filter (LPF)
RH = nilai hambatan pada sisi rangkaian High Pass Filter (HPF)
CH = nilai kapasitansi pada sisi rangkaian High Pass Filter (HPF)
RL = nilai hambatan pada sisi rangkaian Low Pass Filter (LPF)
CL = nilai kapasitansi pada sisi rangkaian Low Pass Filter (LPF)
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Rangkaian BPF aktif orde 2

Rangkaian BPF aktif orde 4

d. BSF (Band Stop Filter)

Filter ini berfungsi meredam frekuensi diantara frekuensi cut-off bawah


dan frekuensi cut-off atas dan meloloskan semua frekuensi lainnya. Oleh karena
itu, BSF merupakan kebalikan dari BPF.

Gambar 2.d Band Stop Filter


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Untuk menghitung frekuensi cut-off high dan frekuensi cut-off low dapat
digunakan persamaan seperti di bawah ini:

Keterangan:
fl = frekuensi cut-off low (frekuensi cut-off rangkaian High Pass Filter (LPF)
fh = frekuensi cut-off high (frekuensi cut-off rangkaian Low Pass Filter (HPF)
RH = nilai hambatan pada sisi rangkaian High Pass Filter (HPF)
CH = nilai kapasitansi pada sisi rangkaian High Pass Filter (HPF)
RL = nilai hambatan pada sisi rangkaian Low Pass Filter (LPF)
CL = nilai kapasitansi pada sisi rangkaian Low Pass Filter (LPF)

Rangkaian BSF aktif orde 2


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Rangkaian BSF aktif orde 4

D. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Siapkan kit praktikum (filter aktif), jumper dan probe secukupnya untuk
osiloskop, function generator dan catu daya (power supply).
2. Sambungkan kabel probe ke osiloskop, kabel jumper ke function
generator, dan kabel jumper ke catu daya.
3. Nyalakan osiloskop, function generator, dan catu daya.
4. Set catu daya di nilai +12 V DC dan -12 V DC.
5. Lalu, hubungkan probe keluaran osiloskop dengan output dari kit
praktikum.
6. Kemudian ubah-ubah nilai frekuensi function generator dan catat hasil
tegangan.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MODUL 3
GENERATOR SINYAL
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Memahami dan mengamati prinsip kerja osilator dan multivibrator sebagai


pembangkit sinyal.

B. KOMPONEN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Osiloskop
2. Power Supply
3. Potensiometer
4. Multimeter
5. Resistor
6. Kapasitor
7. Jumper

C. DASAR TEORI

1. Generator Sinyal
Generator sinyal merupakan salah satu instrumen elektronik yang dapat
menghasilkan bentuk gelombang listrik. Bentuk gelombang tersebut dapat dilakukan
pengulangan ( periodik).

2. Osilator
Osilator merupakan rangkaian elektronika yang digunakan untuk menghasilkan
sinyal tegangan AC dari sumber DC (keluaran yang amplitudonya berubah-ubah secara
periodik dengan waktu). Keluarannya bisa berupa gelombang sinusioda, gelombang
persegi, gelombang segitiga, gelombang gigi gergaji, dan gelombang pulsa. Rangkaian
oscillator terdiri dari banyak macam, diantaranya oscillator pergeseran fasa dan oscilaotr
wien-bridge.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

3. Prinsip dasar osilator


Dalam suatu osilator, suatu resistansi negative diberikan untuk kompensasi
kehilangan (kebocoran) dalam rangkaian. Dalam osilator umpan-balik, umpan balik
positif dari luar cukup untuk membuat perolehan keseluruhan menjadi tidak terhingga
dan memberikan resistansi negative yang diperlukan untuk menanggulangi peredaman
alami dari osilator.

Dalam osilator resistansi negative terjadi umpan balik positif dalam dan berperan
menghasilkan resistansi negative yang diperlukan.Dalam suatu osilator tidak ada sinyal
yang diberikan dari luar. Sinyal awal untuk menyulut (trigger) osilasi biasanya diberikan
oleh tegangan derau. Tegangan derau muncul sewaktu catu daya dihidupkan. Karena
spectrum frekuensi derau sangat lebar, osilator selalu memiliki tegangan komponen pada
frekuensi yang benar untuk bekerjanya osilator.

a. Osilator pergeseran fasa

Gambar 3.a Osilator Pergeseran Fasa

Osilator pergeseran fasa merupakan osilaotr yang bekerja bedasarkan


pergeseran fasa. Pergeseran fasa yang terjadi sebesar -360o. Beda fasa -360o
didapatkan dari penjumlahan fasa yang berasal dari penguat inverting dan fasa dari
high pass filter. High pass filter disusun dari filter bertingkat 3 dari rangkaian R dan
C yang masing-masing memberikan beda fasasebesar -60o.
Sinyal yang dibangkitkan dari osilator berasal dari noise yang terjadi pada
op- amp yang kemudian dikuatkan oleh penguat inverting, kemudian sinyal keluaran
dikirim kembali melalui feedback dan memasuki filter untuk kemudian digeser
fasanya dan dilemahkan.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

b. Osilator wien-bridge

Gambar 3.b Rangkaian Osilator Wien-Bridge

Osilator wien-bridge hampir sama dengan osilator pergeseran fasa, namun


pada osilatorini yang dipakai adalah penguat non-inverting dan filter yang digunakan
adalah band-pass filter.
Osilator ini terdiri dari 2 feedback yaitu positif dan negative.Umpan balik
negative adalah penguat non inverting, berfungsi sebagai penentu besar amplitude
sinyal yang dibangkitkan bedasarkan Rpot dan R1. Sedangkan pada umpan balik
negative terdapat band passs filter yang berfungsi untuk menentukan besar frekuensi
osilasi dari sinyal yang dibangkitkan.

Ada beberapa jenis osilator lainnya yaitu:


1. Osilator Colpitts
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

2. Osilator Hartley

3. Osilator Clapp

4. Osilator Kristal

4. Prinsip Dasar Pembentukan Sinyal

Generator sinyal memiliki berbagai macam variasi dalam membangkitkan


sinyal, sinyal tersebut dibangkitkan melalui rangkaian osilator yang berada didalamnya.
Akan tetapi, terdapat pula pembentukan sinyal yang didapat dari proses konversi sinyal
sebelumnya. Berikut ini dijelaskan proses pembentukan sinyal kotak menjadi sinyal
segitiga melalui rangkaian integrator.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

a. Integrator Amplifier Circuit

Gambar 4.a Rangkaian Integrator

Pada bagian ini saat sinyal kotak awal masuk maka kapasitor masih mengisi
dan tidak menimbulkan nilai gain pada Vout, sehingga nilai Vout hampir mendekati
Vin. Akan tetapi saat kapasitor sudah mulai terisi dan menghasilkan nilai reaktansi
Xc maka itu membuat perubahan gain yang berbanding lurus dengan besarnya
tegangan yang terisi pada kapasitor sampai saturasi / terisi maksimal / keadaan
konstan.

Pembangkitan Gain Dari Sinyal Segitiga

Secara pemikiran pun kita dapat berfikir bahwa jika suatu garis lurus di
integrasikan maka hasilnya pasti suatu garis miring, jika sinyal kotak yang kita masukan
itu kontinyu dan berulang-ulang maka yang akan terjadi adalah dibentuknya suatu sinyal
segitiga.

Gambar Pembangkitan Gain Dari Sinyal Segitiga


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

b. Diferensiator Amplifier Circuit

Gambar 4.b Rangkaian Diferensiator

Di sini, posisi kapasitor dan resistor telah dibalik dan sekarang


reaktansinya, XC terhubung ke terminal input dari penguat pembalik sementara
resistor, Rƒ membentuk elemen umpan balik negatif di seluruh penguat operasional
seperti biasa. Sirkuit penguat operasional ini melakukan operasi
matematika Diferensiasi, yaitu "menghasilkan output tegangan yang berbanding
lurus dengan laju perubahan tegangan input sehubungan dengan waktu ". Dengan
kata lain, semakin cepat atau lebih besar perubahan pada sinyal tegangan input,
semakin besar arus input, semakin besar pula perubahan tegangan output sebagai
respons, menjadi bentuk “lonjakan”.
Sinyal input ke pembeda diterapkan ke kapasitor. Kapasitor memblokir
setiap konten DC sehingga tidak ada aliran arus ke titik penjumlahan
amplifier, X menghasilkan tegangan output nol. Kapasitor hanya memungkinkan
perubahan tegangan input tipe AC untuk lewat dan frekuensinya tergantung pada
laju perubahan sinyal input.
Pada frekuensi rendah reaktansi kapasitor akan tinggi yang menghasilkan
gain rendah ( Rƒ / Xc ) dan tegangan output rendah dari op-amp. Pada frekuensi
yang lebih tinggi, reaktansi kapasitor jauh lebih rendah sehingga menghasilkan gain
yang lebih tinggi dan tegangan output yang lebih tinggi dari penguat pembeda.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Namun, pada frekuensi tinggi, rangkaian pembeda op-amp menjadi tidak


stabil dan akan mulai berosilasi. Hal ini terutama disebabkan oleh efek orde
pertama, yang menentukan respon frekuensi dari rangkaian op-amp yang
menyebabkan respon orde kedua yang pada frekuensi tinggi memberikan tegangan
output yang jauh lebih tinggi dari yang diharapkan. Untuk menghindari hal ini, gain
frekuensi tinggi dari rangkaian perlu dikurangi dengan menambahkan kapasitor nilai
kecil tambahan pada resistor umpan balik Rƒ.
Jika kita menerapkan sinyal yang terus berubah seperti sinyal tipe
gelombang-persegi, segitiga atau gelombang-sinus ke input rangkaian penguat
pembeda, sinyal keluaran yang dihasilkan akan diubah dan yang bentuk akhirnya
tergantung pada konstanta waktu RC dari resistor atau kombinasi kapasitor.

Gambar Input Sinyal dan Output Sinyal meggunakan Diferensiator Op-Amp


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MULTIVIBRATOR

Multivibrator adalah rangkaian elektronik terpadu yang digunakan untuk


menerapkan variasi dari sistem dua keadaan (two state system) yang dapat menghasilkan
suatu sinyal kontinu, yang dapat digunakan sebagai pewaktu (timer) dari rangkaian-
rangkaian sekuensial. Multivibrator beroperasi sebagai osilator, yaitu sebagai sebuah
rangkaian pembangkit sinyal, di mana sinyal yang dihasilkan pada keluaran akan berbentuk
gelombang persegi (square wave) berdasarkan bentuk output yang dihasilkan. Ada 3
macam multivibrator :

a) Multivibrator Astable
Multivibrator astable adalah multivibrator yang bersifat free running, yaitu tidak
memiliki keadaan stabil yang permanen pada suatu periode tertentu, oleh sebab itu
tidak dibutuhkan suatu masukan (input).

b) Multivibrator Monostable
Multivibrator monostable adalah multivibrator yang memiliki satu kondisi stabil dan
satu kondisi tak stabil . Mempunyai satu buah masukan denyut pemicu (input trigger
pulse) untuk mengubah keadaan stabil dan tak stabil

c) Multivibrator Bistabil
Multivibrator bistable adalah multivibrator yang memiliki dua keadaan stabil
Memiliki dua keadaan ‘set’ dan ‘reset’ yang menyebabkan pada keadaan awal
komponen- komponen aktif menghantar

MULTIVIBRATOR ASTABLE
Rangkaian multivibrator astable terdiri dari 2 buah transistor yang berfungsi sebagai
pengatur switching, serta komponen R dan C yang berfungsi menentukan besarnya
frekuensi osilasi yang dihasilkan

Gambar Multivibrator astabil dan sinyal keluaran yang dihasilkan


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MULTIVIBRATOR BISTABLE

Multivibrator bistabil adalah multivibrator yang memiliki dua keadaan stabil. Tidak
adanya waktu pengisian/pengosongan karena tidak memiliki kapasitor, sehingga waktu
aktif dari komponen penguat diatur oleh pemicu (trigger) eksternal. Multivibrator ini
memiliki dua keadaan ‘set’ dan ‘reset’ yang menyebabkan pada keadaan awal komponen-
komponen aktif menghantar.

Sedangkan bentuk gelombang yang dihasilkan adalah seperti berikut :


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MULTIVIBRATOR MONOSTABLE
Pada multivibrator monostable, kondisi one-shoot mempunyai satu state stabil,
dimana ini jika terjadi clock berada pada negative edge trigger (tergantung jenis ICnya).
Saat mendapat trigger, Q menjadi low pada panjang t tertentu (t w), selanjutnya berubah
ke nilai sebaliknya hingga bertemu lagi dengan negative edge trigger berikutnya dari
clock. Salah satu IC multivibrator monostable adalah 74121. Blok diagram dasar 74121
seperti ditunjukan gambar berikut

Gambar Blok Diagram IC 74121 Multivibrator Monostable

Sedangkan bentuk gelombang yang dihasilkan dari rangkaian gambar 14


adalah seperti berikut :

Sesuai dengan gambar diatas, nilai peregangan pulsa keluaran


multivibrator monostable.

(tw) adalah : tw = Rext Cext(0,693)


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Comparator
Rangkaian ini bekerja dengan membandingkan 2 sisi tegangan masukannya,
jika yang lebih tinggi adalah tegangan masukan pada input – maka Vout bernilai +V
supply, sedangkan jika tegangan masukan pada input + lebih besar maka Vout bernilai
–V supply, jika periodik terjadi hal semacam ini maka akan menghasilkan suatu sinyal
kotak.

Gambar Rangkaian komparator dan bentuk sinyal keluaran

Schmitt Triger
Schmitt trigger adalah jenis komparator dengan dua tegangan pembanding yang
berbeda (Threshold voltage). Saat tegangan input melebihi tegangan batas atas (high
threshold) maka tegangan komparator akan bernilai high pada model non-inverting
input atau low pada model inverting input.
Tegangan output akan bernilai tetap sampai tegangan input berada di bawah
tegangan batas bawah (low threshold). Saat tegangan input berada di bawah tegangan
batas bawah, maka tegangan ouptut akan berubah dari keadaan sebelumnya.Kondisi
tegangan output high atau low bernilai mendekati tegangan positif atau negatif dari
catu daya yang digunakan pada komparator.

Gambar Grafuk perubahan tengangan output terhadap tegangan input pada


rangkaian Schmitt Trigger dan Skema rangkaian Schmitt Trigger
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

D. PROSEDUR PRAKTIKUM

Wien Bridge Osilator

a. Pembentukan Sinyal Sinusoidal Wien Bridge

1. Aturlah potensiometer R pot 1, R pot 2 sesuai jurnal praktikum lalu diukur dengan
multimeter.
2. Catat hasil pengukuran frekuensi dan amplitudo output sinyal sinusoidal dengan
osiloskop pada jurnal.
3. Gambar bentuk sinyal dan beri penjelasan pada kolom keterangan dalam jurnal
praktikum.

Schmitt Trigger Osilator

b. Pembentukan Sinyal kotak

1. Masukan berbagai niali R1, R2, R3 dan C1 sesuai jurnal praktikum


2. Catat hasil keluaran dan pengukuran frekuensi serta amplitude output sinyal
sinusoidal dengan osiloskop pada jurnal.
3. Gambar bentuk sinyal dan beri penjelasan pada kolom keterangan dalam jurnal
praktikum dan amati komponen yang mempengaruhi pembentukan sinyal kotak
dengan respons yang paling baik.

Osilator Wave

c. Pembentukan Sinyal Kotak


1. Aturlah potensiometer R pot 1, R pot 2, R pot 3 sesuai jurnal praktikum dengan
multimeter.
2. Catat hasil pengukuran frekuensi dan amplitudo output sinyal kotak dengan
osiloskop pada jurnal.
3. Gambar bentuk sinyal dan beri penjelasan pada kolom keterangan dalam jurnal
Praktikum
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

d. Pembentukan Sinyal Segitiga

1. Aturlah potensiometer R pot 1, R pot 2, R pot 3 sesuai jurnal praktikum


dengan multimeter.
2. Catat hasil pengukuran frekuensi dan amplitudo output sinyal segitiga
dengan osiloskop pada jurnal.
3. Gambar bentuk sinyal dan beri penjelasan pada kolom keterangan dalam
jurnal praktikum.

e. Pembentukan Sinyal Sinusoidal

1. Aturlah potensiometer R pot 1, R pot 2, R pot 3 sesuai jurnal praktikum


dengan multimeter.
2. Catat hasil pengukuran frekuensi dan amplitudo output sinyal sinusoidal dengan
osiloskop pada jurnal.
3. Gambar bentuk sinyal dan beri penjelasan pada kolom keterangan dalam
jurnal praktikum.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

MODUL 4
POWER SUPPLY

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk memberikan pemahaman yang lebih lanjut tentang power supply terutama
power supply linear.

2. Untuk mengetahui blok rangkaian penyusun power supply linear

B. KOMPONEN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Kit praktikum modul 3 Elektronika II – power supply.


2. Jack listrik AC
3. Multimeter
4. Osiloskop

C. DASAR TEORI

System pada power supply terdiri dari blok utama sebagai berikut :

EMI Filter Transformator Rectifier Filter Regulator

Gambar 1 Blok Diagram Power Supply

1. EMI Filter
EMI ( Electromagnetic Interfer) Filter pada dasarnya merupakan komponen
pasif yang digunakan untuk menekan interferensi yang ada pada power line (PLN).
Electromagnetic Interference (EMI) adalah emisi elektromagnetik yang tidak
diinginkan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas sinyal listrik atau bahkan
kerusakan peralatan listrik. EMI Filter bekerja dengan desain low pass filter
(kombinasi kapasitor paralel dan induktor seri).
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

2. Transformator
Transformator adalah komponen elektromagnetik yang dapat mengubah level
suatu tegangan AC ke level yang lain. Transformator terdiri dari 3 komponen pokok
yaitu:
1. kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input
2. kumparan kedua (sekunder) yang bertindak sebagai output
3. inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.

Gambar 2.1 Transformator Gambar 2.2 Lambang Transformator

Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder,


dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:

Gambar 2.3 Hubungan Lilitan Primer dan Sekunder


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

3. Rectifier
Rectifier adalah alat yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak balik
(AC) menjadi sinyal sumber arus searah (DC). Rangkaian rectifier banyak
menggunakan transformator step down yang digunakan untuk menurunkan tegangan
sesuai dengan perbandingan transformasi transformator yang digunakan. Penyearah
dibedakan menjadi 2 jenis, penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang
penuh, sedangkan untuk penyearah gelombang penuh dibedakanmenjadi penyearah
gelombang penuh dengan center tap (CT), dan penyearah gelombang penuh dengan
menggunakan dioda bridge.

3.1 Rectifier Setengah Gelombang


Komponen elektronik utama untuk penyearahan setengah gelombang
menggunakan sebuah diode. Saat siklus positif diodedalam keadaan forward bias,
maka arus akan mengalir ke beban. Pada saatsiklus negative diode dalam keadaan
reverse bias, maka arus tidak mengalir.

Gambar 3.1 Rectifier Setengah Gelombang

Gambar 3.1a Sinyal keluaran trafo Gambar 3.1b Sinyal keluaran beban
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

3.2 Penyearah Gelombang Penuh Center Tap


Penyearahan penuh dengan center tap ini menggunakan seubah trafo CT
yang mengeluarkan dua buah tegangan keluaran yang sama tetapi fasanya berbeda
dengan titik CT sebagai titik tengahnya. Keluaran dari trafo dihubungkan ke dua
buah diode, saat siklus positif arus akan melewati diode 1 dan saat siklus negative
arus akan melewati diode2. Jadi saat siklus positif maupun siklus negative akan
dihasilkan keluaran atau dengan kata lain terjadi penyearahan gelombang penuh.

Gambar 3.2 Rangkaian Penuh Center Tap

Gambar 3.2a Sinyal keluaran Trafo Gambar 3.2b Sinyal keluaran beban

3.3 Penyearahan Gelombang Penuh Diode Bridge

Gambar 3.3 Penyearah Gelombang Penuh Dioda Bridge


LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Pada Gambar 3.3, saat siklus positif maka akan ON, sedangkan D2 dan D4
akan OFF, arus akan melewati D1, D3 dan beban. Pada saat siklus negative maka
D2 dan D4 akan ON, sedangkan D1 dan D3 akan OFF, arus akan melewati D2,D4
dan beban.

Gambar 3.3a Sinyal keluaran trafo Gambar 3.3b Sinyal keluaran beban

4. Filter
Pada dasarnya bentuk sinyal dari keluaran rectifier sudah berbentuk sinyal DC,
namun masih memiliki ripple yang besar, ripple ini bisa merusak komponen jika
langsung dihubungkan dengan rangkaian. Untuk menghindari hal tersebut maka
diperlukan proses filter untuk penghalusan sinyal. Adapun komponen yang diperlukan
untuk melakukan filter diperlukan komponen kapasitor, kapasitor ini akan
menghasilkan sinyal keluaran yang lebih landai untuk mengurangi ripple yang ada.

Gambar 4 Bentuk Gelombang dengan Filter Kapasitor

Dari gambar sinyal diatas terlihat bahwa sinyal yang melalui filter kapasitor akan
lebih halus. Filter digunakan untuk mengurangi ripple dari rectifier, sehingga diharapkan
sinyal yang dihasilkan lebih baik
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

5. Regulator

Output tegangan setelah melalui filter terkadang tidak selalu konstan, dalam
waktu tertentu tegangan tersebut akan mengalami penurunan atau kenaikan. Jika hal itu
terjadi maka akan dapat merusak komponen. Oleh sebab itu diperlukan blok yang dapat
mengontrol agar output tegangan dapat konstan. Pada DC power supply blok ini biasa
kita sebut dengan blok regulator.

5.1 Zener Diode Reference


Zener merupaka sebuah diode yang memiliki sifat dapat menglirkan arus pada
saat di catu balik (reverse bias) jika diberi tegangan yang melampui batas
“breakdown voltage” atau dapat kita sebut sebagai Tegangan Zener. Tegangan inilah
yang nantinya akan digunakan sebagai referensi regulator.

Gambar 5 Dioda Zener sebagai Referensi Tegangan

Dari gambar di atas dapat dirumuskan dengan persamaan berikut :

Keterangan :
Vz : Output tengangan
Zz : Nilai impedansi dari diode zener
R : Hambatannya
Iz : Arus dioda zener
VBZ : Tegangan breakdown dioda zener
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

5.2 IC Regulator

Blok diagram dasarnya ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.2a Rangkaian IC Regulator

Rangkaian Ekuivalen

Gambar 5.2b Rangkaian Ekuivalen Ic Regulator

Dapat kita lihat bahwa IC regulator terdiri dari blok referensi yang stabil
yang output tegangannya yaitu (Vref) dan sebuah penguatan eror yang besar.
Tegangan keluarannya yaitu (Vo) akan sama atau kelipatan dari tegangan referensi
(Vref). Regulator akan cenderung menjaga output tegangan (Vo) tetap konstan
melalui perubahan tegangan pada (Vo) dan mencoba untuk mengembalikan ke
nilai yang sebenarnya. Oleh karenaitu regulator tegangan ideal dapat dianggap
sebagai sumber tegangan dengan tegangan output konstan. Berikut adalah konsep
kerja dari regulator tegangan linier.
:
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Gambar 5.2c Diagram Blok Linera Regulator

Dalam kondisi normal nilai tegangan VL tidak tergantung pada nilai arus
beban dan perubahan pada nilai input Vc. Tegangan beban VL dicuplik dari bagian
voltage-sampling yang terdiri dari R1 dan R2 sehingga tegangan dari noninverting
input amplifier adalah:

β adalah rasio pembagi tegangan:

Tegangan input inverting dari amplifier didapat dari Vref yang biasanya
dalam praktek diambil dari tegangan breakdown diode zener.

Kita asumsikan penguat tegangan diferensial dari amplifier adalah A, maka


keluaran dari amplifier adalah:
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

Maka kita mendapat tengangan dari VL

Bila kita anggap nilai dari Aβ nilainya sangat besar maka kita
mendapat persamaan VL menjadi,

Setelah diberi penguatan yang tinggi dari amplifierdan Vref yang stabil
maka kita mendapat nilai tegangan output yang konstan. Jadi kesimpulan dari
Regulator Linier ini adalah untuk menyediakan tegangan referensi yang stabil,
penguat amplifier yang tinggi, dan nilai konstan dari voltage divider network.

D. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur atau langkah kerja yang dilakukan pada praktikum kita kali ini:

1. Komponen penyusun power supply dirangkai sesuai gambar rangkaian di bawah ini.
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Universitas Telkom Gedung FTE N302
Jl. Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung

2. Setelah rangkaian sudah disesuaikan,masukkan plug kabel catuan yang berasal dari
PLN sebesar 220 volt dan nyalakan switch.
3. Atur posisi dari kedua potensiometer 10 k ke posisi awal (0 Kohm).
4. Amati besar tegangan dan sinyal dari keluaran transformator dengan menggunakan
avometer beserta osiloskop untuk menentukan rasio dan efisiensi dari lilitan trafo
yang digunakan.
5. Amati sinyal keluaran dari rectifier sebelum menuju proses pemfilteran kembali
menggunakan osiloskop .Liat dan analisis perbedaan dari sinyal sebelumnya.
6. Kemudian Sinyal keluaran keluaran rectifier yang sudah diamati sebelumnya
akan dibandingkan dengan sinyal output setelah melalui blok regulator sebagai
penstabil tegangan keluaran, lalu amati perbedaanya.
7. Power Supply dengan besar dari nilai tegangan akhir yang merupakan tegangan
searah dapat diubah-ubah sesuai keinginan dengan memutar potensiometer (variabel
hambatan) hingga batas nilai tegangan tertentu.Ukur dan amati nilai tegangan beserta
sinyal keluaran akhirnya.
8. Ubahlah nilai dari komponen diode zener dan transistor untuk melihat pengaruh
perubahan sinyal keluaran yang dapat diamati pada perangkat osiloskop. Amati dan
analisis dari perubahan nilai komponen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai