Anda di halaman 1dari 15

RESPONSI KASUS

TINEA KORPORIS ET KRURIS

Oleh:
Aliya Wardhani
G991902003

Pembimbing:
dr. Ammarilis Murastami, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019

0
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI

Kasus responsi yang berjudul :


Tine Korporis et Kruris
Aliya Wardhani, NIM G991902003, Periode: 10 Juni – 7 Juli 2019
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
Kelamin RSUD Dr Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Surakarta, 4 Juli 2019

Residen Pemeriksa Chief Residen

dr. Frieda dr. Bobby

Staff Pembimbing

dr. Ammarilis Murastami, Sp.KK

1
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Ammarilis Murastami, Sp.KK


Nama Mahasiswa : Aliya Wardhani
NIM : G991902003

TINEA KORPORIS ET KRURIS


A. Definisi
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk,misalnya stratum korneum pada epidermis,rambut dan kuku yang
disebabkan jamur golongan dermatofita.
Salah satu pembagian dermatofitosis berdasarkan lokasi bagian tubuh
manusia yang diserang, salah satunya adalah Tinea Korporis yaitu
dermatofitosis yang menyerang daerah kulit tak berambut (glabrous skin)
pada wajah, badan, lengan, dan tungkai.Sedangkan dermatofitosis yang sering
ditemukan pada kulit lipat paha, genitalia, daerah pubis, perineum dan
perianal disebut tinea kruris1,2
B. Epidemiologi
Tinea korporis merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai
didaerah tropis, Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit yang lebih
umum menyebabkan tinea korporis, sekitar 47 %. Walaupun prevalensi
tinea korporis dapat disebabkan oleh peningkatan Tricophyton tonsuran,
Microsporum canis merupakan organisme ketiga sekitar 14 % menyebabkan
tinea korporis4,5.
Tinea korporis mungkin ditransmisikan secara langsung dari infeksi
manusia atau hewan melalui autoinokulasi dari reservoir, seperti kolonisasi
T.rubrum di kaki. Anak-anak lebih sering kontak pada zoofilik patogen
seperti M.canis pada kucing atau anjing. Pakaian ketat dan cuaca panas
dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan beratnya erupsi. Maserasi dan
oklusi kulit lipatan menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit

2
yang memudahkan infeksi. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui
benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi,
tempat tidur hotel dan lain-lain4,5.
Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan tetapi
mereka bisa berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea korporis
prevalensinya sama antara pria dan wanita. Tinea korporis mengenai
semua orang dari semua tingkatan usia tapi prevalensi nya lebih tinggi
pada preadolescen. Tinea korporis yang berasal dari binatang umumnya lebih
sering terjadi pada anak-anak5.
Sedangkan Tinea kruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak
di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa,
terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang
berhubungan dengan tinea kruris. Jamur ini sering terjadi pada orang
yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar
yang kotor dan lembab4.
C. Manifestasi Klinis
1. Tinea Korporis
Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun meskipun lebih
sering terjadi pada bagian yang terpapar. Pada penyebab antropofilik
biasanya terdapat di daerah yang tertutup atau oklusif atau daerah
trauma2,.
Keluhan berupa rasa gatal. Pada kasus yang tipikal didapatkan lesi
bulat yang berbatas tegas, pada tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif
dan bagian tengah cenderung menyembuh. Lesi yang berdekatan dapat
membentuk pola gyrate atau polisiklik5.
Derajat inflamasi bervariasi, dengan morfologi dari eritema sampai
pustula, bergantung pada spesies penyebab dan status imun pasien. Pada
penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda inflamasi akut. Pada
keadaan imunosupresif, lesi sering menjadi lebih luas2,4,5.

3
Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran tipikal, dimulai
sebagai lesi eritematosa, plak yang bersisik yang memburuk dan
membesar, selanjutnya bagian tengah dari lesi akan menjadi bentuk yang
anular dan mengalami resolusi. Bentuk lesi menjadi anular berupa
skuama, krusta, vesikel, dan papul sering berkembang, khususnya pada
bagian tepinya. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Lesi pada umumnya merupakan bercak terpisah satu dengan yang
lainnya2.
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau
gatal ringan. Secara obyektif tipikal lesinya mulai sebagai makula
eritematosa atau papul yang menjalar dan berkembang menjadi anular,
dan lesi berbatas tegas, skuama atau vesikel, tepi yang berkembang dan
healing center. Tinea korporis lebih sering pada permukaan tubuh yang
terbuka antara lain wajah, lengan dan bahu5.
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan
bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut
tinea korporis dan kruris.Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh
Trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata
mulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi
besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan
melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah,
sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris2,4,5.
2. Tinea Kruris
Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri mula-mula
lesi berupa bercak eritematosa, gatal lama kelamaan meluas sehingga
dapat meliputi scrotum, pubis ditutupi skuama, kadang-kadang
disertai banyak vesikel kecil-kecil. Diagnosis berdasar gambaran
klinis yang khas dan ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan
kerokan kulit dengan mikroskopis langsung memakai larutan KOH
10-20%2,4,5

4
D. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari tinea korporis et kruris adalah :
- Psoariasis
Merupakan penyakit kulit yang bersifat kronik,residif,dan tidak
infeksius. Efloresensi : plak eritematosa berbatas tegas ditutupi
skuama tebal,berlapis-lapis dan berwarna putih mengkilat.Terdapat
tiga fenomena,yaitu bila di gores dengan benda tumpul menunjukkan
tanda tetesan lilin. Kemudian bila skuama dikelupas satu demi satu
sampai dasarnya akan tampak bintik-bintik perdarahan,dikenal
dengan nama Auspitz sign. Adanya fenomena Koebner / reaksi
isomorfik yaitu timbul lesi-lesi yang sama dengan kelainan psoriasis
akibat bekas trauma / garukan2,4,.
- Kandidiasis Intertriginosa
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida
sp. Infeksi dapat mengenai kulit, kuku, membran mukosa, traktur
gastrointestinal dan juga dapat menyebabkan kelainan sistemik.
Efloresensi: lesi terdapat di lipatan kulit ketiak, genito-krural,
intraguteal, lipat payudara, inter-digital dan umbilicus serta lipatan
kulit, dinidng perut berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa5.
- Eritrasma
Eritrasma merupakan infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh
Corynebacterium minutissimun yang merupakan bakteri gram positif.
Infeksi ini ditandai dengan makula eritematosa hingga kecokelatan,
berbatas tegas, di daerah lipatan (intertriginosa) atau berbentuk fissure
dengan maserasi putih di sela-sela jari5.
- Dermatitis kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh
substansiyang menempel pada kulit. Dermatitis kontak dibagi menjadi
dua jenis, yaitu kontak iritan dan kontak alergik. Kelainan kulit yang

5
terjadi daoat dalam bentuk yang beragam, tergantung sifat substansi
tersebut5.
E. Diagnosis
Ditemukannya lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas
eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah
tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta
akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah
satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi
dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi
satu8,9.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% bila positif
memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora.
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan
langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang
dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa
Sabouraud. Biakan memberikan hasil lebih cukup lengkap, akan tetapi lebih
sulit dikerjakan, lebih mahal biayanya, hasil diperoleh dalam waktu lebih
lama dan sensitivitasnya kurang (± 60%) bila dibandingkan dengan cara
pemeriksaan sediaan langsung. Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis dan ruam yang diderita pasien7,8.
Sampel untuk diagnosis diperoleh dari kerokan (scrapping) dan usapan
lesi kulit. Bagian yang terinfeksi dibersihkan dengan alkohol 70%. Hasil
kerokan kemudian diletakkan pada gelas objek steril selanjutnya ditambahkan
1-2 tetes KOH 10%. Sediaan dibiarkan pada temperatur kamar selama 2-5
meni, dilayangkan beberapa kali di atas api kecil dan dilihat di bawah
mikroskop. Adanya hifa atau konidia menunjukkan infeksi disebabkan oleh
jamur3,4.

F. Tatalaksana9

6
Tatalaksana medikamentosa tinea kruris menurut rekomendasi
PERDOSKI adalah sebagai berikut :
1. Topikal
a. Obat pilihan: golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali
sehari selama 1-2 minggu.
b. Alternatif: golongan azol seperti krim mikonazol, ketokonazol,
klotrimosazol 2 kali sehari selama 4-6 minggu
2. Sistemik, diberikan bila lesi kronik, luas, atau sesuai indikasi
a. Obat pilihan : terbinafin oral 1x250 mg/hari (hingga klinis membaik
dan hasil pemeriksaan laboratorium negatif) selama 2 minggu
b. Alternatif :
i. Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2 minggu
ii. Griseofulvin oral 500mg/hari atau 10-25mg/KgBB/hari selama
2-4 minggu.
iii. Ketokonazol 200mg/hari
Sementara tatalaksasna nonmedikamentosa yang dapat diberikan adalah :
1. Edukasi penyakit mengenai kondisi pasien, tatalaksana, dan prognosis
2. Menjelaskan pentingnya menjaga kebrsihan kelembapan kulit, khususnya
daerah-daerah yang sering tertututp seprti bagian lipatan tubuh.
3. Menyarankan pasien untuk menggunakan pakaian-pakaian berbahan kain
yang menyerap keringat seperti katun.

G. Prognosis
Untuk dermatofitosis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan
tingkat kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol topikal atau
allilamin atau dengan menggunakan anti jamur sistemik5,7.

7
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho SA. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis. In :
Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors.
Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2011.
2. Siregar, RS. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC; 2013
3. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan LKiS, 2013
4. Rushing ME. Tinea korporis. Online journal. 2011 June 29; available from;
http://www.emedicine.com/asp/tinea korporis/article/page type=Article.htm diakses
pada 26 Juni 2019.
5. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
6. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010
7. Budimulja, U.: Infeksi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 2009
8. Gupta, Aditya K.; Chaudhry, Maria; Elewski, Boni (July 2008). “Tinea coeporis,
tinea kruris, tinea nigra, and piedra”. Dermatologic Clinics
(Philadelphia;Elsevier Health Sciences Division) 21 (3); 395-400.
9. PERDOSKI. 2017. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonsia. Jakarta. PP PERDOSKI.

8
LAPORAN KASUS
TINEA KORPORIS ET KRURIS

A. Anamnesis
1. Identitas
Nama : Ny. SU
Tempat, tanggal lahir :
Usia : 43 tahun
Alamat : Banyudono
No. RM : 0146XXXX
Tanggal Periksa : 26 Juni 2019
2. Keluhan Utama
Bercak di daerah lipatan payudara dan selangakangan yang disertai rasa
gatal.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli IKKK dengan keluhan gatal di daerah
lipatan payudara dan selangkangan sejak 2 bulan SPRS. Gatal dirasakan
terus-terusan, memberat ketika pasien berkeringat. Awalnya, pasien
merasakan gatal di daerah lipatan payudara bagian tengah. Kemudian rasa
gatal dan bercak kemerahan meluas dan menyebar hingga bagian pinggir.
3 hari setelah muncul keluhan tersebut, bercak kemerahan juga timbul di
daerah selangkangan dan disertai rasa gatal. Bercak juga meluas hingga
ke daerah paha atas.
1 bulan yang lalu pasien berobat di poli penyakit dalam dan
diberikan salep ketokonazol 20%. Saaat diperiksa, pasien mengatakan
keluhan sudah membaik dari sebelumnya dan bercak berubah warna
menjadi coklat gelap. Pasien memiliki riwayat SLE yang terdiagnosis dari
10 tahun yang lalu dengan penggunaan methylprednisolon dan arava.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat Alergi : disangkal

9
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat DM : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat DM : disangkal
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari-hari sering mengenakan baju lengan panjang dengan bahan
yang tidak menyerap keringat. Pasien jarang berolahraga. Riwayat
merokok disangkal.
7. RiwayatSosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Pasien merupakan peserta BPJS
kelas I.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum : Kompos mentis.
Vital sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7ºC
Nadi : 80x/ menit
Respiration rate : 20x/ menit
Pain score (VAS) :1
Antropometri : Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 155 cm
Status gizi : Baik, normoweight
Kepala : dalam batas normal
Wajah : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal

10
Thorax : dalam batas normal
Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas atas : dalam batas normal
Ekstremitas bawah : dalam batas normal

2. Status Dermatovenerologi

Gambar 5. Regio Inframammae


- Pada regio inframmame didapatkan patch hiperpigmentasi

11
Gambar 6 dan 7. Regio kruris

- Pada regio kruris didapatkan plak dan patch hiperpigmentasi dengan


skuama.
3. Diagnosis Banding
- Tinea korporis et kruris

12
- Candida intertriginosa
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan KOH 20% didapatkan gambaran hifa bersekat.

Gambar 7. Pemeruiksaan KOH pada kerokan kulit

5. Diagnosis
Tinea korporis et kruris
6. Terapi
a. Non medikamentosa
- Menjelaskan mengenai kondisi, tatalaksana dan prognosis
penyakit kepada pasien
- Edukasi pasien untuk menggunakan pakaian yang menyerap
keringat seperti kain berbahan katun dan menjaga kelembapan
kulit didaerah yang tertutup.
b. Medikamentosa
Krim mikonazol 2% dioleskan 2 kali sehari di area lesi.
Prognosis
Ad sanationam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad vitam : Bonam

13
14

Anda mungkin juga menyukai