Dilihat dari gambar 9 pada makalah yang sudah dijelaskan, terlihat hasil
perbandingan antara Motor BLDC tipe IPM dan SPM untuk parameter torsi,
dapat diketahui bahwa Motor BLDC tipe SPM lebih baik daripada tipe IPM
karena tipe SPM menghasilkan torsi yang lebih besar yang disebabkan oleh
penempatan magnet yang tanpa terhalang oleh inti besi rotor itu sendiri.
B. Pertanyaan 2 oleh Fericko Satya Wicaksana:
Manakah yang lebih baik antara BLDC tipe SPM dan Tipe IPM untuk menahan
atau mengakomodasi hubung singkat pada belitan?
Jawaban:
Motor BLDC tipe IPM lebih baik daripada tipe SPM untuk menahan atau
mengakomodasi hubung singkat pada belitan karena posisi magnet pada tipe
IPM berada dalam inti rotor sehingga jika terjadi hubung singkat yang akan
timbul percikan hanya di sisi stator tanpa menggangu sisi rotor.
Dilihat dari sudut pembagian daerah magnetisasi atau AAC untuk
mengurangi riak maka jika hubung singkat terjadi tipe IPM akan lebih halus
dalam putarannya.
C. Pertanyaan 3 oleh Reza Sarwo Widagdo:
Mengapa pada Motor BLDC tipe SPM timbul riak yang lebih banyak daripada
tipe IPM?
Jawaban:
Hal ini dikarenakan letak geometri peletakan magnet Motor BLDC tipe
SPM yang diletakkan secara langsung tanpa perantara yang menyebabkan gaya
tarik magnet dalam proses elektrisasi pada kumparan stator akan lebih cepat
berproses sehingga berdampak timbul riak yang lebih besar.
D. Pertanyaan 4 oleh Vita Kusuma:
Bagaimana efek AAC tipe SPM dan tipe IPM pada saat terjadi hubung
singkat?
Jawaban:
AAC dapat mereduksi atau megurangi efek hubung singkat yang terjadi
pada motor BLDC tipe SPM maupun tipe IPM dan telah dijelaskan didalam
makalah untuk proses pemodelan pada MATLAB menggunakan metode ITF.
3. Presenter : Reynanda Bagus Widyo Astomo
"Dissolved Gas Analysis of Mineral Oil for Power Transformer Fault Diagnosis
using Fuzzy Logic" by Y. Huang and H. Sun in IEEE Transactions on Dielectrics and
Electrical Insulation, Vol. 20 No. 3, pp. 974-981, June 2013
A. Pertanyaan 1 oleh Roikhana Farista Dewira:
Bagaimana Fuzzy bekerja untuk pendeteksi gangguan pada transformator daya
dan mengapa menggunakan Fuzzy?
Jawaban:
Fuzzy dapat bekerja dengan menentukan terlebih dahulu paramater untuk
membership function dan masing-masing rule base nya sehingga dapat diproses
lebih lanjut melalui proses fuzzyfication dan kemudian dilanjutkan dengan proses
defuzzyfication sehingga dapat memberikan nilai keluaran yang sesuai dengan
paramater masukan-nya.
Peneliti menggunakan fuzzy karena fungsi input yang beragam dan tidak
perlu memiliki banyak data dan fuzzy sendiri mampu memberikan hasil keluaran
yang presisi untuk beberapa data yang kurang jelas.
B. Pertanyaan 2 oleh Kimhok Chheng
Dissolved Gas Analysis (DGA) dapat membedakan tipe-tipe gangguan yang
terjadi, Bagaimana cara DGA melakukan-nya?
Jawaban:
Pada hasil pengujian DGA pada transformator akan terdapat berbagai
konsentrasi gas dalam satuan ppm untuk mendeteksi kegagalan memerlukan
interpretasi dari hasil uji DGA yang didapatkan, banyak metode konvensional
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini misalnya
menggunakan Dornenburg, Roger ratio, Duval, dsb. Untuk aplikasi yang lebih
modern dapat menggunakan metode Fuzzy untuk penyelesaiannya.
C. Pertanyaan 3 oleh Fericko Satya Wicaksana
Bagaimana Logika Fuzzy bekerja untuk mendeteksi kegagalan pada
transformator daya dengan menggunakan uji DGA?
Jawaban:
Gambar diatas merupakan proses kerja dari logika fuzzy, terlihat pada
gambar diatas diperlukan input untuk proses fuzzyfication yang diberi rules
(Fuzzy Rules) sehingga dapat melakukan proses defuzzyfication atau penentuan
output yang berupa kegagalan pada makalah tersebut.
D. Pertanyaan 4 oleh Punleu Chhun
Bagaimana cara mengatur logika Fuzzy untuk mendeteksi kegagalan?
Jawaban:
Logika Fuzzy dapat bekerja untuk mendeteksi kegagalan berdasarkan
membership function yang ditentukan, umumnya penentuan membership
function biasanya mengacu pada interpretasi DGA yang bersifat konvensional
seperti IEC 60599 sehingga dari penentuan membership function tersebut kita
bisa memperoleh hasil kegagalan
4. Presenter: Fericko Satya Wicaksana
"A Monitoring System for Diesel Engine Driven Generators Based on Electric Power
Oscillation Assestment" by A.J. Casado, F.J.Nieto, F.Blazquez and C.A.Platero in
IEEE Transactions on Industry Applications, Vol. 53, No. 3, pp. 3182-3188,
May-June 2017.
A. Pertanyaan 1 oleh Reynanda Bagus Widyo Astomo:
Faktor apa yang mempengaruhi perbedaan phase angle antara 2 generator?
Jawaban:
Perbedaan sudut fasa antara 2 generator dikarenakan adanya pengaruh
misfiring atau permasalahan pembakaran pada bagian silinder (piston) sehingga
terjadi pergeseran waktu pembakaran, selain itu besarnya injeksi fuel pada
silinder juga bisa mempengaruhi perbedaan phase angle.
B. Pertanyaan 2 oleh Punleu Chhun:
Jika ada pengoperasian yang tidak seimbang, bagaimana dengan fluktuasi daya?
Apakah terjadi kenaikan atau penurunan?
Jawaban:
Hal ini bergantung pada besarnya peng-injeksian bahan bakar pada bagian
silinder (piston) sehingga mempengaruhi nilai amplitude power oscillation yang
berakibat mempengaruhi hasil keluaran pada generator diesel.
C. Pertanyaan 3 oleh Putu Raditya Mahatma Giri:
Bagaimana cara memantau generator diesel ini pada aplikasi nyata-nya sesuai
dengan makalah yang dijelaskan tersebut?
Jawaban:
Dengan cara memperhatikan bagian silinder (piston) penghasil misfiring
yang dapat mengakibatkan terjadinya imbalance. Selain itu dapat juga dengan
memperhatikan vectoral grafik yang menunjukkan phase angle dan amplitude
dari power oscillation dari setiap bagian silinder (piston) kita dapat mengetahui
kesalahan (kegagalan) apa yang sedang terjadi sehingga kita dapat segera
melakukan perbaikan.
5. Presenter : Nurul Husnah
"A Review of Electrical Winding Failures in Wind Turbine Generators" by K.
Alewine and W. Chen in IEEE Electrical Insulation Magazines, Vol. 28, No. 4, pp.
8-13, July-August 2012.
A. Pertanyaan 1 oleh Roikhana Farista Dewira:
Bagaimana cara untuk mendiagnosa pada masing-masing kegagalan?
Jawaban:
Dari makalah yang telah dijelaskan peneliti tidak membahas mengenai
diagnosis kegagalan. Makalah ini hanya mengulas jenis-jenis kegagalan yang
terjadi pada generator turbin angin.
Sehingga tidak dapat secara detail menjelaskan mengenai cara mendiagnosa
masing-masing kegagalan. Akan tetapi, dalam makalah ini dijelaskan juga
mengenai cara mencegah terjadinya kegagalan, yaitu dengan melakukan
pemeriksaan rutin serta pemeliharaan.
B. Pertanyaan 2 oleh Norma Mahmudah:
Kegagalan sebagian besar terjadi pada bagian bearing, Jelaskan mengapa hal ini
bisa terjadi!
Jawaban:
Pada generator dengan daya mesin sebesar 1,5 hingga 2 MW, sebagian besar
kegagalan disebabkan karena kerusakan bantalan. Hal ini disebabkan karena
perawatan yang tidak tepat serta masalah panas berlebih yang ditimbulkan
karena desain sistem pendingin yang tidak efektif.
C. Pertanyaan 3 oleh Reynanda Bagus Widyo Astomo:
Jelaskan mengapa pada mesin berdaya 1 MW, penyumbang kerusakan terbanyak
adalah bagian rotor, sedangkan pada mesin berdaya diatas 1 MW justru
kerusakan terjadi pada bagian bearing!
Jawaban:
Untuk tipe generator berdaya kurang dari 1 MW memiliki desain mesin
yang lebih kecil, sehingga rentan terjadi kegagalan pada isolasi rotor. Sedangkan
tipe generator diatas 1 MW di desain dengan mesin yang lebih besar dengan
kualitas terbaik sehingga kegagalan bukan terjadi pada sisi isolasi rotor
melainkan pada sisi bantalan atau bagian bearing.
D. Pertanyaan ke 4 oleh Reza Sarwo Widagdo:
Jelaskan mengapa ratio kerusakan bearing pada wind turbine lebih besar dari
industri?
Jawaban:
Hal ini disebabkan karena pemasangan wind turbine disekitar area pantai
yang merupakan wilayah yang dapat menyebabkan korosif. Kemudian, desain
dari wind turbine yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan desain untuk
industri serta beban wind turbine yang selalu berfluktuasi dan ditinjau dari segi
perawatan industri lebih sering melakukan perawatan secara berkala.
6. Presenter: Norma Mahmudah
"A Fault Diagnosis Model of Power Transformers Based on Dissolved Gas Analysis
Features Selection and Improved Krill Herd Algorithm Optimized Support Vector
Machine" by Y. Zhang et al. In IEEE Access, Vol. 7, pp. 102803-102811,2019.
A. Pertanyaan 1 oleh Reynanda Bagus Widyo Astomo:
Jelaskan mengenai metode IKH yang digunakan dan apa bedanya dengan metode
yang lain?
Jawaban:
Support vector machine (SVM) adalah metode yang digunakan untuk
pendeteksian kegagalan pada trnsformator daya, sedangkan Improved Krill Herd
(IKH) merupakan komponen bantuan untuk mengoptimasi SVM agar lebih effisien
dalam mendeteksi kegagalan.
Perbedaan metode IKHSVM dengan metode yang lain (BPNN, GASVM, dan
PSOSVM) adalah IKHSVM lebih baik dari segi kepresisian serta dari segi efektivitas
untuk mendeteksi suatu kegagalan.
B. Pertanyaan ke 2 oleh Roikhana Farista Dewira:
Pada Gambar 9. terdapat keterangan actual type and computation. Coba Jelaskan!
Jawaban:
Gambar 9 pada makalah menjelaskan hasil perbandingan antar metode dimana
gambar tersebut membandingkan actual fault yang terjadi dengan hasil pendeteksian
kegagalan menggunakan metode IKHSVM, GASVM, BPNN, dan PSOSVM. Untuk
jenis kegagalan yang dideteksi adalah Low Energy Discharge, High Energy
Discharge, Low-Medium Temperature, dan High Temperature.
C. Pertanyaan ke 3 oleh Fericko Satya Wicaksana:
Coba jelaskan apa maksud dari gambar 7 pada makalah ini yang sudah dibahas
sebelumnya!
Jawaban:
Gambar 7 pada makalah tersebut menjelaskan hasil diagnosa pada
masing-masing titik sampling, dimana warna kuning gelap adalah hasil optimisasi
SVM yang paling baik sehingga didapatkan nilai optimisasi yang presisi. Sedangkan
warna biru merupakan daerah dengan kepresisian hasil diagnosa yang lebih rendah.
D. Pertanyaan ke 4 oleh Vita Kusuma:
Coba jelaskan maksud dari data pada tabel 3 yang ada pada makalah tersebut?
Jawaban:
Tabel 3 pada makalah tersebut merujuk pada metode Mansour Pentagon dimana
tedapat keterangan pada masing-masing notasi yaitu PD berarti Partial Discharge,
LED berarti Low-Energy Discharge, HED berarti High Energy Discharge, LT berarti
Low Temperature, MT berarti Medium Temperature dan HT adalah High
Temperature.
7. Presenter: Putu Raditya Mahatma Giri
"Dissolved Gas Analysis Evaluation in Electric Power Transformers using
Conventional Methods a Review" by J. Faiz and M. Soleimani in IEEE Transactions
on Dielectrics and Electrical Insulations, vol. 24, no. 2, pp. 1239-1248, April 2017.
A. Pertanyaan ke 1 oleh Yoga Uta Nugraha:
Jelaskan apa yang dimaksud Overlap Area?
Jawaban:
Overleap berarti bahwa dalam metode konvensional, kadang-kadang dua
atau lebih kesalahan memiliki batas yang sama dan juga titik buta yang sulit
untuk menafsirkan jenis kesalahan.
Jika ada dua atau lebih kesalahan memiliki batas yang sama, maka
penentuan jenis kesalahan harus mempertimbangkan semua kesalahan bukan
hanya satu kesalahan tertentu.
B. Pertanyaan ke 2 oleh Ayuning Fitri Desanti:
Apa perbedaan antara Original Roger Ratio dan Modified Roger Ratio dan IEC
60599? Metode mana yang bisa digunakan untuk mendeteksi semua kegagalan?
Jawaban: