Anda di halaman 1dari 14

Ujian Akhir Semester Genap 2019/2020

Nama : Reza Sarwo Widagdo


Kelas : S2 Teknik Sistem Tenaga
NRP : 07111950010010
Mata Kuliah : Diagnosis Peralatan Sistem Tenaga Listrik
Dosen : Dr. Dimas Anton Asfani, ST., MT.

1. Presenter : Yoga Uta Nugraha


"Detection of Inter-Turn and Dynamic Eccentricity Faults Using Stator Current
Frequency Pattern in IPM-Type BLDC Motors" By J. Park and J. Hur in IEEE
Transactions on Industrial Electronics, vol 63, no. 3, pp. 1771-1780, March 2016.
A. Pertanyaan 1 oleh Ayuning Fitri Desanti:
Di dalam makalah yang sudah dijelaskan peneliti melakukan penelitian hanya
menggunakan satu fasa, bagaimana jika lebih dari satu fasa?
Jawaban:
Dalam makalah tersebut, peneliti hanya melakukan penelitian hubung
singkat satu fasa dengan kondisi lebih banyak hubung singkat, jika fasa yang
digunakan lebih banyak akan menyebabkan perbedaan dalam karakteristik
kesalahan, frekuensi dasar dan torsi menjadi lebih rendah.
Kemudian, Peneliti tidak menjelaskan tentang kondisi itu, karena penelitian
ini berfokus untuk membuat metode banchmark dan analisis kegagalan untuk
kesalahan yang sangat sederhana.
B. Pertanyaan 2 oleh Reynanda Bagus Widyo Astomo:
Bagaimana cara membedakan gangguan pada motor (Metode-nya), apa masukan
dan keluarannya?
Jawaban:
Dengan cara menganalisis pola frekuensi tambahan dari arus stator untuk
mendeteksi dan membedakan tipe-tipe gangguan dengan kondisi SITF, DEF, dan
HF pada motor BLDC tipe IPM.
Pada umumnya, masukan yang digunakan untuk mendeteksi gangguan
adalah frekuensi yang diperoleh melalui pengubahan arus stator dari domain
waktu ke domain frekuensi menggunakan metode transformasi fourier (FFT).
Dengan menggunakan transformasi fourier ini kita bisa menganalisis
keluaran untuk jenis-jenis kesalahan yang berbeda.
C. Pertanyaan 3 oleh Punleu Chhun:
Metode apa yang digunakan untuk megukur kerapatan fluks?
Jawaban:
Makalah ini tidak menjelaskan secara jelas metode pengukuran untuk
kerapatan fluks, tetapi umumnya dalam kondisi kritis, kita dapat
menggunakan gauss meter dan magnetic density meter dengan mengikuti
prosedur pengukuran yang tepat.
D. Pertanyaan 4 oleh Putu Raditya Mahatma Giri:
Pada gambar 8 dan 9, Apakah metode yang digunakan untuk deteksi SITF bisa
digunakan untuk DEF dan hybrid atau sebaliknya?
Jawaban:
Ya, dalam makalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa metode ini
dapat diterapkan pada SITF, DEF dan HF serta telah divalidasi. Pada percobaan
yang dilakukan menunjukkan bahwa hasilnya memiliki kesamaan antara hasil
simulasi dan hasil eksperimen.
E. Pertanyaan 5 oleh Norma Mahmudah:
Jelaskan pengaruh besarnya ripple yang muncul terhadap kestabilan!
Jawaban:
Jelas berpengaruh terutama pada kestabilan suplai listrik dengan adanya
gangguan menyebabkan arus yang dibutuhkan antar fasa menjadi tidak seimbang
dan hal itu juga menimbulkan kondisi tidak normal dalam jaringan listrik
(suplai).
Secara mekanik, biasanya mempengaruhi pada bagian bearing, bantalan
pondasi dan komponen mekanik lainnya. Pada umumnya jika timbul riak
gelombang yang besar ditandai dengan getaran yang tidak normal dan suara
cenderung mendengung.
2. Presenter: Ayuning Fitri Desanti
"Comparison of the Fault Characteristics of IPM-Type and SPM-Type BLDC Motors
Under Inter-Turn Fault Conditions Using Winding Function Theory" by K. Kim, J.
Park, J. Hur and B. Kim in IEEE Transactions on Industry Applications, Vol. 50, No.
2, pp. 986-994, March-April 2014.
A. Pertanyaan 1 oleh Yoga Uta Nugraha:
Manakah yang lebih baik antara BLDC dengan tipe IPM degan tipe SPM?
Jawaban:

Dilihat dari gambar 9 pada makalah yang sudah dijelaskan, terlihat hasil
perbandingan antara Motor BLDC tipe IPM dan SPM untuk parameter torsi,
dapat diketahui bahwa Motor BLDC tipe SPM lebih baik daripada tipe IPM
karena tipe SPM menghasilkan torsi yang lebih besar yang disebabkan oleh
penempatan magnet yang tanpa terhalang oleh inti besi rotor itu sendiri.
B. Pertanyaan 2 oleh Fericko Satya Wicaksana:
Manakah yang lebih baik antara BLDC tipe SPM dan Tipe IPM untuk menahan
atau mengakomodasi hubung singkat pada belitan?
Jawaban:
Motor BLDC tipe IPM lebih baik daripada tipe SPM untuk menahan atau
mengakomodasi hubung singkat pada belitan karena posisi magnet pada tipe
IPM berada dalam inti rotor sehingga jika terjadi hubung singkat yang akan
timbul percikan hanya di sisi stator tanpa menggangu sisi rotor.
Dilihat dari sudut pembagian daerah magnetisasi atau AAC untuk
mengurangi riak maka jika hubung singkat terjadi tipe IPM akan lebih halus
dalam putarannya.
C. Pertanyaan 3 oleh Reza Sarwo Widagdo:
Mengapa pada Motor BLDC tipe SPM timbul riak yang lebih banyak daripada
tipe IPM?
Jawaban:
Hal ini dikarenakan letak geometri peletakan magnet Motor BLDC tipe
SPM yang diletakkan secara langsung tanpa perantara yang menyebabkan gaya
tarik magnet dalam proses elektrisasi pada kumparan stator akan lebih cepat
berproses sehingga berdampak timbul riak yang lebih besar.
D. Pertanyaan 4 oleh Vita Kusuma:
Bagaimana efek AAC tipe SPM dan tipe IPM pada saat terjadi hubung
singkat?
Jawaban:
AAC dapat mereduksi atau megurangi efek hubung singkat yang terjadi
pada motor BLDC tipe SPM maupun tipe IPM dan telah dijelaskan didalam
makalah untuk proses pemodelan pada MATLAB menggunakan metode ITF.
3. Presenter : Reynanda Bagus Widyo Astomo
"Dissolved Gas Analysis of Mineral Oil for Power Transformer Fault Diagnosis
using Fuzzy Logic" by Y. Huang and H. Sun in IEEE Transactions on Dielectrics and
Electrical Insulation, Vol. 20 No. 3, pp. 974-981, June 2013
A. Pertanyaan 1 oleh Roikhana Farista Dewira:
Bagaimana Fuzzy bekerja untuk pendeteksi gangguan pada transformator daya
dan mengapa menggunakan Fuzzy?
Jawaban:
Fuzzy dapat bekerja dengan menentukan terlebih dahulu paramater untuk
membership function dan masing-masing rule base nya sehingga dapat diproses
lebih lanjut melalui proses fuzzyfication dan kemudian dilanjutkan dengan proses
defuzzyfication sehingga dapat memberikan nilai keluaran yang sesuai dengan
paramater masukan-nya.
Peneliti menggunakan fuzzy karena fungsi input yang beragam dan tidak
perlu memiliki banyak data dan fuzzy sendiri mampu memberikan hasil keluaran
yang presisi untuk beberapa data yang kurang jelas.
B. Pertanyaan 2 oleh Kimhok Chheng
Dissolved Gas Analysis (DGA) dapat membedakan tipe-tipe gangguan yang
terjadi, Bagaimana cara DGA melakukan-nya?
Jawaban:
Pada hasil pengujian DGA pada transformator akan terdapat berbagai
konsentrasi gas dalam satuan ppm untuk mendeteksi kegagalan memerlukan
interpretasi dari hasil uji DGA yang didapatkan, banyak metode konvensional
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini misalnya
menggunakan Dornenburg, Roger ratio, Duval, dsb. Untuk aplikasi yang lebih
modern dapat menggunakan metode Fuzzy untuk penyelesaiannya.
C. Pertanyaan 3 oleh Fericko Satya Wicaksana
Bagaimana Logika Fuzzy bekerja untuk mendeteksi kegagalan pada
transformator daya dengan menggunakan uji DGA?
Jawaban:

Gambar diatas merupakan proses kerja dari logika fuzzy, terlihat pada
gambar diatas diperlukan input untuk proses fuzzyfication yang diberi rules
(Fuzzy Rules) sehingga dapat melakukan proses defuzzyfication atau penentuan
output yang berupa kegagalan pada makalah tersebut.
D. Pertanyaan 4 oleh Punleu Chhun
Bagaimana cara mengatur logika Fuzzy untuk mendeteksi kegagalan?
Jawaban:
Logika Fuzzy dapat bekerja untuk mendeteksi kegagalan berdasarkan
membership function yang ditentukan, umumnya penentuan membership
function biasanya mengacu pada interpretasi DGA yang bersifat konvensional
seperti IEC 60599 sehingga dari penentuan membership function tersebut kita
bisa memperoleh hasil kegagalan
4. Presenter: Fericko Satya Wicaksana
"A Monitoring System for Diesel Engine Driven Generators Based on Electric Power
Oscillation Assestment" by A.J. Casado, F.J.Nieto, F.Blazquez and C.A.Platero in
IEEE Transactions on Industry Applications, Vol. 53, No. 3, pp. 3182-3188,
May-June 2017.
A. Pertanyaan 1 oleh Reynanda Bagus Widyo Astomo:
Faktor apa yang mempengaruhi perbedaan phase angle antara 2 generator?
Jawaban:
Perbedaan sudut fasa antara 2 generator dikarenakan adanya pengaruh
misfiring atau permasalahan pembakaran pada bagian silinder (piston) sehingga
terjadi pergeseran waktu pembakaran, selain itu besarnya injeksi fuel pada
silinder juga bisa mempengaruhi perbedaan phase angle.
B. Pertanyaan 2 oleh Punleu Chhun:
Jika ada pengoperasian yang tidak seimbang, bagaimana dengan fluktuasi daya?
Apakah terjadi kenaikan atau penurunan?
Jawaban:
Hal ini bergantung pada besarnya peng-injeksian bahan bakar pada bagian
silinder (piston) sehingga mempengaruhi nilai amplitude power oscillation yang
berakibat mempengaruhi hasil keluaran pada generator diesel.
C. Pertanyaan 3 oleh Putu Raditya Mahatma Giri:
Bagaimana cara memantau generator diesel ini pada aplikasi nyata-nya sesuai
dengan makalah yang dijelaskan tersebut?
Jawaban:
Dengan cara memperhatikan bagian silinder (piston) penghasil misfiring
yang dapat mengakibatkan terjadinya imbalance. Selain itu dapat juga dengan
memperhatikan vectoral grafik yang menunjukkan phase angle dan amplitude
dari power oscillation dari setiap bagian silinder (piston) kita dapat mengetahui
kesalahan (kegagalan) apa yang sedang terjadi sehingga kita dapat segera
melakukan perbaikan.
5. Presenter : Nurul Husnah
"A Review of Electrical Winding Failures in Wind Turbine Generators" by K.
Alewine and W. Chen in IEEE Electrical Insulation Magazines, Vol. 28, No. 4, pp.
8-13, July-August 2012.
A. Pertanyaan 1 oleh Roikhana Farista Dewira:
Bagaimana cara untuk mendiagnosa pada masing-masing kegagalan?
Jawaban:
Dari makalah yang telah dijelaskan peneliti tidak membahas mengenai
diagnosis kegagalan. Makalah ini hanya mengulas jenis-jenis kegagalan yang
terjadi pada generator turbin angin.
Sehingga tidak dapat secara detail menjelaskan mengenai cara mendiagnosa
masing-masing kegagalan. Akan tetapi, dalam makalah ini dijelaskan juga
mengenai cara mencegah terjadinya kegagalan, yaitu dengan melakukan
pemeriksaan rutin serta pemeliharaan.
B. Pertanyaan 2 oleh Norma Mahmudah:
Kegagalan sebagian besar terjadi pada bagian bearing, Jelaskan mengapa hal ini
bisa terjadi!
Jawaban:
Pada generator dengan daya mesin sebesar 1,5 hingga 2 MW, sebagian besar
kegagalan disebabkan karena kerusakan bantalan. Hal ini disebabkan karena
perawatan yang tidak tepat serta masalah panas berlebih yang ditimbulkan
karena desain sistem pendingin yang tidak efektif.
C. Pertanyaan 3 oleh Reynanda Bagus Widyo Astomo:
Jelaskan mengapa pada mesin berdaya 1 MW, penyumbang kerusakan terbanyak
adalah bagian rotor, sedangkan pada mesin berdaya diatas 1 MW justru
kerusakan terjadi pada bagian bearing!
Jawaban:
Untuk tipe generator berdaya kurang dari 1 MW memiliki desain mesin
yang lebih kecil, sehingga rentan terjadi kegagalan pada isolasi rotor. Sedangkan
tipe generator diatas 1 MW di desain dengan mesin yang lebih besar dengan
kualitas terbaik sehingga kegagalan bukan terjadi pada sisi isolasi rotor
melainkan pada sisi bantalan atau bagian bearing.
D. Pertanyaan ke 4 oleh Reza Sarwo Widagdo:
Jelaskan mengapa ratio kerusakan bearing pada wind turbine lebih besar dari
industri?
Jawaban:
Hal ini disebabkan karena pemasangan wind turbine disekitar area pantai
yang merupakan wilayah yang dapat menyebabkan korosif. Kemudian, desain
dari wind turbine yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan desain untuk
industri serta beban wind turbine yang selalu berfluktuasi dan ditinjau dari segi
perawatan industri lebih sering melakukan perawatan secara berkala.
6. Presenter: Norma Mahmudah
"A Fault Diagnosis Model of Power Transformers Based on Dissolved Gas Analysis
Features Selection and Improved Krill Herd Algorithm Optimized Support Vector
Machine" by Y. Zhang et al. In IEEE Access, Vol. 7, pp. 102803-102811,2019.
A. Pertanyaan 1 oleh Reynanda Bagus Widyo Astomo:
Jelaskan mengenai metode IKH yang digunakan dan apa bedanya dengan metode
yang lain?
Jawaban:
Support vector machine (SVM) adalah metode yang digunakan untuk
pendeteksian kegagalan pada trnsformator daya, sedangkan Improved Krill Herd
(IKH) merupakan komponen bantuan untuk mengoptimasi SVM agar lebih effisien
dalam mendeteksi kegagalan.
Perbedaan metode IKHSVM dengan metode yang lain (BPNN, GASVM, dan
PSOSVM) adalah IKHSVM lebih baik dari segi kepresisian serta dari segi efektivitas
untuk mendeteksi suatu kegagalan.
B. Pertanyaan ke 2 oleh Roikhana Farista Dewira:
Pada Gambar 9. terdapat keterangan actual type and computation. Coba Jelaskan!
Jawaban:
Gambar 9 pada makalah menjelaskan hasil perbandingan antar metode dimana
gambar tersebut membandingkan actual fault yang terjadi dengan hasil pendeteksian
kegagalan menggunakan metode IKHSVM, GASVM, BPNN, dan PSOSVM. Untuk
jenis kegagalan yang dideteksi adalah Low Energy Discharge, High Energy
Discharge, Low-Medium Temperature, dan High Temperature.
C. Pertanyaan ke 3 oleh Fericko Satya Wicaksana:
Coba jelaskan apa maksud dari gambar 7 pada makalah ini yang sudah dibahas
sebelumnya!
Jawaban:
Gambar 7 pada makalah tersebut menjelaskan hasil diagnosa pada
masing-masing titik sampling, dimana warna kuning gelap adalah hasil optimisasi
SVM yang paling baik sehingga didapatkan nilai optimisasi yang presisi. Sedangkan
warna biru merupakan daerah dengan kepresisian hasil diagnosa yang lebih rendah.
D. Pertanyaan ke 4 oleh Vita Kusuma:
Coba jelaskan maksud dari data pada tabel 3 yang ada pada makalah tersebut?
Jawaban:
Tabel 3 pada makalah tersebut merujuk pada metode Mansour Pentagon dimana
tedapat keterangan pada masing-masing notasi yaitu PD berarti Partial Discharge,
LED berarti Low-Energy Discharge, HED berarti High Energy Discharge, LT berarti
Low Temperature, MT berarti Medium Temperature dan HT adalah High
Temperature.
7. Presenter: Putu Raditya Mahatma Giri
"Dissolved Gas Analysis Evaluation in Electric Power Transformers using
Conventional Methods a Review" by J. Faiz and M. Soleimani in IEEE Transactions
on Dielectrics and Electrical Insulations, vol. 24, no. 2, pp. 1239-1248, April 2017.
A. Pertanyaan ke 1 oleh Yoga Uta Nugraha:
Jelaskan apa yang dimaksud Overlap Area?
Jawaban:
Overleap berarti bahwa dalam metode konvensional, kadang-kadang dua
atau lebih kesalahan memiliki batas yang sama dan juga titik buta yang sulit
untuk menafsirkan jenis kesalahan.
Jika ada dua atau lebih kesalahan memiliki batas yang sama, maka
penentuan jenis kesalahan harus mempertimbangkan semua kesalahan bukan
hanya satu kesalahan tertentu.
B. Pertanyaan ke 2 oleh Ayuning Fitri Desanti:
Apa perbedaan antara Original Roger Ratio dan Modified Roger Ratio dan IEC
60599? Metode mana yang bisa digunakan untuk mendeteksi semua kegagalan?
Jawaban:

Duval Triangle, Duval Pentagon, dan Mansour Pentagon dapat digunakan


untuk semua jenis kesalahan. Untuk "Unified Faults" yaitu PD, D1, D2, T1, T2,
T3 (seperti yang dijelaskan oleh Duval) penggunaan Duval Pentagon
menunjukkan konsistensi tertinggi 66,94% dibandingkan dengan metode
konvensional lainnya.
Untuk "Main Faults" yang Arcing, Partial Discharge, dan Overheating,
penggunaan Mansour Pentagon menunjukkan konsistensi tertinggi 80,26%
dibandingkan dengan metode konvensional lainnya.
8. Presenter: Kimhok Chheng
"Asset-Management of Transformers Based on Condition Monitoring and Standard
Diagnosis [Feature Article]" by Zhang, Xiang & Gockenbach, Ernst (2008) in
Electrical Insulation Magazine, IEEE. 24. 26 - 40. 10.1109/MEI.2008.4581371.
A. Pertanyaan 1 oleh Putu Raditya Mahatma Giri:
Apa yang terlihat paling kritis dan menjadi prioritas untuk kondisi pemantauan?
Jawaban:
Metode yang paling kritis dan menjadi prioritas untuk memantau kondisi
transformator adalah analisis DGA dan furan. DGA telah terbukti menjadi teknik
diagnostik yang penting dan andal untuk mendeteksi kondisi kesalahan baru dalam
transformator yang terendam cairan. Untuk furan sangat membantu dalam
memperkirakan sisa hidup isolasi kertas dan usia transformator.
B. Pertanyaan ke 2 oleh Fericko Satya Wicaksana:
Apakah ada faktor penyebab kegagalan lainnya?
Jawaban:
Faktor lain dari kegagalan transformator disebabkan oleh bencana alam atau
faktor alam (seperti: banjir, gempa bumi, badai, suhu yang luar biasa, dll.)
9. Presenter: Punleu Chhun
"A New Approach to Identify Power Transformer Criticality and Asset Management
Decision Based on Dissolved Gas-in-Oil Analysis" by Abu Siada, A. & Islam, Sheikh.
(2012) in IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical Insulations.
A. Pertanyaan 1 oleh Kimhok Chheng:
Berapa banyak metode yang dikombinasikan dalam metode GEP yang
diusulkan?
Jawaban:
Ada 3 metode yang dikombinasikan untuk metode GEP yaitu Roger Ratio, IEEE
Key Gas Methods, CO/CO2 Ratio methods
B. Pertanyaan 2 oleh Yoga Uta Nugraha:
Apakah ada pengaplikasian lain dari metode algoritma GEP?
Jawaban:
Ada, Metode algoritma GEP ini bisa juga di aplikasikan pada Generator,
Wind Turbine, dan Lung Cancer Predictions.
10. Presenter : Roikhana Farista Dewira
"Assesment of Computational Intelligence and Conventinal Dissolved Gas Analysis
Methods for Transformer Fault Diagnosis" by Faiz, Jawad & Soleimani, Milad.
(2018) in IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical Insulation.
A. Pertanyaan 1 oleh Norma Mahmudah:
Bagaimana skema kombinasi FIS dan Duval Pentagon?
Jawaban:
Menurut peneliti metode Duval Pentagon adalah salah satu metode
konvensional terbaik untuk mendiagnosa sebuah kegagalan pada uji DGA.
Begitu juga dengan Metode Fuzzy, metode ini merupakan komputasi cerdas
terbaik berdasarkan IEC 60599, sehingga peneliti tersebut menggabungkan
kedua metode ini guna penelitian lebih lanjut.
B. Pertanyaan 2 oleh Reza Sarwo Widagdo:
Bagaimana cara ANN dan Fuzzy tersebut mendiagnosa sebuah kegagalan?
Jawaban:
Untuk metode Fuzzy sendiri menggunakan acuan IEC 60599 untuk
penentuan membership function serta rules based yang akan dibuat nantinya
serta menggunakan penentuan ratio gas yang juga menggunakan acuan IEC
60599.
Untuk metode ANN sendiri dilakukan untuk proses training dan test pada
komputasinya dimana data yang diganakan adalah rasio gas atau konsentrasi gas.
Untuk proses testing mode dapat menggunakan cara BP, GA, dsb. Dengan
metode yang digunakan yaitu metode Dornenburg, Roger Ratio, dll. Jadi, fungsi
utama dari ANN ini hanyalah untuk pengujian hasil pelatihan dari banyak nya
iterasi yang dikenalkan pada sistem ini.
11. Presenter: Reza Sarwo Widagdo
"Experimental Evaluation of Low-Voltage Offline Testing for Induction Motor Rotor
Fault Diagnostics" by Kang, T.J. & Kim, Jongwan & Lee, Sang & Yung, C. (2015).
A. Pertanyaan 1 oleh Nurul Husnah:
Mengapa interaksi antara induktansi karena closed slot dan broken bar membuat
interpretasinya ambigue (conclusion)?
Jawaban:
Pada penelitian ini rotor dengan closed slot dapat menimbulkan residual flux,
dimana residual flux yang timbul pada jembatan slot rotor dapat mempengaruhi
pengukuran induktansi (LCR Meter) dengan metode tes Low-Voltage dan
menghasilkan pola yang identik dengan saat terjadinya kerusakan bar rotor.
Interaksi antara keduanya ini menyebabkan hasil pengujian yang kurang
jelas sehingga tidak dapat ditarik sebuah keimpulan. maka dari itu, kita harus
mengetahui dengan jelas atau menentukan terlebih dahulu jenis desain slot rotor
yang akan dilakukan pengujian nantinya.
B. Pertanyaan ke 2 oleh Putu Raditya Mahatma Giri:
Apakah metode yang diusulkan dapat diaplikasikan hanya untuk broken rotor
atau kegagalan lainnya?
Jawaban:
Untuk metode yang diusulkan oleh peneliti hanya dapat dilakukan pada
bagian rotor saja, dengan masing masing pengujian sebagai berikut:
1. MCSA (Motor Current Signature Analysis) secara online
2. Uji rotasi rotor fase tunggal secara offline
3. Uji rotor dengan tegangan rendah secara offline (eksitasi 1 Volt, 100 Hz)
4. Uji rotor dengan tegangan rendah secara offline (eksitasi 6 Volt, 1200 Hz)
C. Pertanyaan ke 3 oleh Putu Raditya Mahatma Giri:
Bagaimana jika kita tidak mengetahui kondisi normal, apakah metode yang
diusulkan masih relevan?
Jawaban:
Seperti pengujian yang dilakukan oleh penliti dengan sampel A pada gambar
10 dengan teknik pengujian tes rotor dengan tegangan rendah, dimana kita dapat
mengetahui kondisi normal pada rotor tersebut.
Kondisi normal pada rotor terlihat nilai induktansi masing-masing kutub
nilai induktansinya dikisaran nilai 26-28 mH sedangkan pada saat terjadi
kerusakan pada 1 bar rotor menyebabkan nilai induktansinya menurun, dan
selanjutnya ketika kerusakan bertambah menjadi 2 bar rotor nilai induktansi nya
semakin menurun dengan pola gelombangnya yang tidak beraturan.
Dari hasil pengujian tersebut kita dapat membandingkan motor yang
kondisinya baik dengan motor yang terjadi kerusakan pada bar rotor nya
sehingga metode yang diusulkan masih relevan.
12. Presenter: Vita Kusuma
D. Basak, A. Tiwari and S. P. Das, “Fault Diagnosis and Condition Monitoring of
Electrical Machines- A Review” 2006 IEEE International Conference on Industrial
Technology, Mumbai, 2006, pp. 3061-3066
A. Pertanyaan 1 oleh Ayuning Fitri Desanti:
How about the generator fault diagnostic?
Jawaban:
Diagnosa kegagalan pada generator sama dengan diagnosa kegagalan pada
motor, jika melihat tree structure pada gambar 2 ada beberapa jenis kerusakan
peralatan. Kerusakan generator umumnya terdapat pada bagian elektrik dan
mekanik dan peralatan external generator.
B. Pertanyaan 2 oleh Yoga Uta Nugraha:
Pada Tabel 2 apa yang dimaksud dengan monitoring aid? Apakah ada fasilitas
untuk monitoring?
Jawaban:
Tabel tersebut menunjukkan hasil analisis statistik untuk peningkatan
keandalan. Monitoring aid yang terdapat pada tabel adalah konsep monitoring
yang membantu dalam menganalisis dan mendiagnosa motor listrik. Sehingga,
diharapkan dapat meningkatkan keandalan pada peralatan.
C. Pertanyaan 3 oleh Norma Mahmudah:
Jelaskan maksud dari tiga kurva pada gambar 5a dan jelaskan maksud dari
gambar 5b?
Jawaban:
Pada gambar 5a menunjukkan kurva besaran tegangan 3 fasa yang
unbalance sebagai input motor listrik, untuk 5b adalah hasil dari unbalance
tersebut yang menyebabkan nilai impedansi pada urutan negatif muncul.

Anda mungkin juga menyukai