Anda di halaman 1dari 2

Yg ada PKPR di Surabaya:

1. Puskesmas Peneleh—oke,
2. Puskesmas Jagir—oke
3. Puskesmas Mulyorejo—oke
4. Puskesmas Rangkah—oke
5. Puskesmas Tambak Rejo--oke

REHAT SEJAMAN ( Remaja Sehat untuk mencegah pernikahan kader kesehatan


Sekolah Jadi Nyaman )---klatak dini Remaja

Remaja Usia 10
Meningkatkan kunjungan – 18
PRISMA ( Profesional Bersahabat
remaja , remaja sehat kini dan tahun yang ada
dan Ramah )--tulungrejo
nanti di wilayah PKM
Tulungrejo

meningkatkan derajat kesehatan


INFOPUSARA (Informasi puskesmas remaja melalui peningkatan
sayang remaja)--mojopanggung pengetahuan sikap dan perilaku
tentang kesehatan remaja

PKPR Puskesmas Sobo

Pelayanan PKPR Puskesmas Sempu

Pemerintah membuat kebijakan yang dikemas dalam suatu program yang berada di dalam Puskesmas
dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut. Salah satu wujud kepedulian pemerintah adalah
dengan menggalakkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). PKPR adalah pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada remaja dan dapat dijangkau oleh remaja. PKPR mempunyai kesan
yang menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai menjaga rahasia, dan peka
terhadap kebutuhan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komprehensif dalam memenuhi
kebutuhan tersebut. Pelaksanaan PKPR dilaksanakan pada setiap Puskesmas karena merupakan unit
pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja dan merupakan fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang paling dekat dengan masyarakat.

Dasar Hukum adalah Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2013 tentang


Penyelenggaraan Kesehatan Reproduksi (kespro) Remaja.
Strategi HKSR di ranah pendidikan adalah dengan
1. penerapan materi pendidikan kespro remaja yang harus
diintegrasikan ke dalam materi pelajaran yang relevan
(Biologi, Bimbingan dan Konseling, dan Penjaskes),
2. kegiatan ekstrakurikuler seperti Palang Merah Remaja dan Unit
Kesehatan Sekolah,
3. menguatkan guru Bimbingan Konseling, Biologi, dan Penjaskes.
4. life skills (sikap asertif, sikap sosial dengan teman, keluarga dan lingkungan sekitar)
5. pengetahuan mengenai gender yang bertujuan mempersiapkan remaja dan anak muda dengan
pengetahuan, keterampilan
6. nilai untuk membuat keputusan terkait dengan kehidupan sosial dan seksualnya untuk mencegah perilaku
berisiko.
7. remaja dapat menunda untuk berhubungan seksual pada usia dini, mengurangi risiko kehamilan yang tidak
direncanakan serta risiko penularan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS, dan manfaat lainnya

Semakin dininya usia haid pertama/menarche dan semakin meningkatnya umur pernikahan dapat
memperpanjang periode seksual akf sebelum menikah (lama lajang) pada remaja dan dewasa muda.
Situasi ini meningkatkan risiko terhadap masalah kesehatan reproduksi seper adanya seks pranikah,
hamil pranikah, remaja hamil, remaja melahirkan, kehamilan yang dak diinginkan, tertular IMS, HIV dan
AIDS, perkosaan, keguguran dan pengguguran yang dak aman, komplikasi kehamilan (risiko melahirkan
prematur, lahir ma, berat lahir rendah) dan komplikasi persalinan.

sebanyak 44,3% remaja perempuan dan 46,9% remaja laki-laki menjadikan temannya sebagai sumber
informasi mengenai perubahan fisik saat pubertas. Selain itu, sebesar 69,3% remaja perempuan dan
56,7% remaja laki-laki lebih suka mencurahkan ha (curhat) tentang kesehatan reproduksi dengan
temannya dibandingkan dengan orang tua atau guru.

masih rendahnya pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS pada penduduk usia 15-24 tahun,
yaitu 11,4%. Padahal target yang harus dicapai pada tahun 2014 adalah 95%. Hal ini mencerminkan
bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi termasuk HIV dan AIDS masih rendah

SKRRI tahun 2007 yang dilakukan pada responden belum menikah berusia 15-24 tahun, menunjukan
bahwa 1% dari perempuan dan 6% dari laki-laki telah melakukan hubungan seks pranikah.

Hasil SDKI (2007) menunjukkan bahwa alasan melakukan hubungan seksual antara lain karena terjadi
begitu saja 38,4% dan dipaksa oleh pasangannya 21%. Sedangkan kejadian kehamilan pada kelompok
usia di bawah 20 tahun adalah sebesar 16,7% dan sekitar 46,7% perkawinan pertama terjadi pada usia
kurang dari 20 tahun (Riskesdas, 2010). Fakta ini mencerminkan kurangnya pemahaman remaja tentang
risiko hubungan seksual serta kemampuan untuk menolak hubungan yang dak mereka inginkan. Jika
para remaja tersebut dak memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, mereka berisiko
memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat.

jumlah puskesmas PKPR sebanyak 3.086 puskesmas dengan cakupan kabupaten/kota yang memiliki
minimal 4 puskesmas PKPR sebesar 406 kabupaten/kota (81.69%).

Anda mungkin juga menyukai