Siklus 1
Kompetensi Keahlian Aritmatika dan
Bilangan
Oleh
Siti Nuroniah
RB201714624
A. PENDAHULUAN
BILANGAN KOMPLEKS
𝒂 + 𝑏𝑖
𝒂 ∶ bil. real, 𝑏𝑖 ∶ bil. imaginer
BILANGAN BILANGAN
NOL
BULAT POSITIF BULAT NEGATIF
Gambar 1.1. Garis Bilangan Cacah
Pada Gambar 1.1, Nampak sebagian dari suatu garis bilangan menunjukan tempat
bilangan cacah. Bilangan yang berkorespodensi dengan tiap titik adalah bilangan yang
menunjukan banyaknya satuan panjang dari titik nol sampai ke titik yang dimaksud, yang
diukur ke kanan.
B. RANGKUMAN
1. BILANGAN BULAT
Himpunan bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif dan nol disebut himpunan
bilangan bulat. Himpunan bilangan bulat (integers) dinotasikan dengan ℤ (berasal dari
bahasa Jerman “Zahlen”)
ℤ , , , 2, , , , 2, , ,
2 +2
+
CARA II
2 +2 + + +2 +
CARA III
2 +2
+
+
+2
+ +
CARA IV
2
Bagaimana jika 2 ?
Untuk menyelesaikannya tidak bisa menggunakan konsep pengurangan yang
berulang, tetapi menerapkan gagasan invers.
2
2
Jadi, 2
( )+
2 +
+ +
[ ]+ + +
+
2
2
+2 2 +2
Untuk faktor 39, 3 dan 13 :
+
2
+2 +2
Jadi, nilai dari + yang mungkin adalah 98 dan 34.
3. Jika hasil kali tiga bilangan ganjil positif berurutan sama dengan 7 kali jumlah
bilangan itu, maka bilangan terbesarnya adalah ...
Penyelesaian :
Misalkan bilangan ganjil berurutan tersebut adalah :
, + 2, +
dan
+2 + + +2 + +
Maka :
+2 + +
+2 + +2
+2 + 2 +2
+ 2
+ 2
+
atau
Bilangan terbesar : + +
Jadi, bilangan terbesarnya adalah .
4. Bilangan dua digit yang nilainya 6 kali jumlah angka – angkanya adalah ...
Penyelesaian :
Misalkan bilanga dua digit tersebut adalah ( puluhan dan satuan)
+ +
+ +
Misalkan :
maka
maka
+
Jadi, bilangan dua digit tersebut adalah 54.
2
Jadi, nilai yang memenuhi persamaan tersebut adalah 2004.
Penyelesaian :
+
2 +2
2 2
2 2
2
2
2+
2
Karena bilangan bulat maka 2
2 faktor dari 4, yaitu : , 2 dan
Untuk 2 dan (memenuhi)
Untuk 2 dan 2 (tidak memenuhi)
Untuk 2 2 dan (memenuhi)
Untuk 2 2 dan (tidak memenuhi)
Untuk 2 dan (memenuhi)
Untuk 2 2 dan (tidak memenuhi)
Jadi, pasangan , yang memenuhi persamaan tersebut adalah , , , dan
, .
Laporan Pendalaman Materi
Kompetensi Keahlian Aritmatika dan Bilangan
Hari, tanggal : Rabu, 14 Februari 2018
Nama Instruktur : Drs. Bambang Avip Priatna M., M.Si
Materi : Bilangan pecahan
A. RANGKUMAN
1. BILANGAN PECAHAN
Himpunan bilangan pecahan adalah himpunan semua bilangan dalam bentuk:
, , ∈ ℤ, ≠
Pada aritmatika, jika suatu bilangan dituliskan dalam bentuk berarti dengan :
Contoh : Hitunglah +
+ +
Contoh : +
Penyelesaian
Himpunan kelipatan , , , 2, ,
Himpunan kelipatan , , 2, ,2 ,
Himpunan kelipatan persekutuan dari dan , 2, 2 ,
b. Pengurangan
Contoh : Hitunglah
Contoh : Hitunglah
c. Perkalian
Daerah persegi panjang yang diarsir pada gambar.
Panjang
Lebar
Luas
daerah persegi .
Daerah persegi panjang yang diarsir pada gambar.
Daerah persegi panjang bagian dari
persegi
daerah persegi
Daerah persegi panjang yang diarsir pada gambar.
persegi
daerah persegi
atau :
d. Pembagian
Contoh : Hitunglah
kita mengatakan bahwa sama dengan berapa, sama dengan kalimat berapa
Dari gambar di atas tampak bahwa kita memerlukan kali bidang gelap agar
atau
atau
Sehingga,
2
2
Jadi, jika dikerjakan secara bersama-sama pekerjaan akan selesai dalam waktu 2 hari.
2. Sekarang umur ayah dibanding umur ibu adalah 6 : 5. Jika 6 tahun lagi perbandingan
umur mereka adalah 7 : 6. Berapakah umur ayah dan umur ibu sekarang?
Jawab:
Misalkan x = umur ayah dan y = umur ibu, maka:
+
2
+
Dari (1), . Dengan mensubstitusikan persamaan (1)‟ ke persamaan (2),
diperoleh:
+
+
( + ) +
+ + 2
3. Perbandingan berat badan Ali, Budi, dan Chandra adalah 6 : 7 : 8. Jika jumlah berat
badan mereka adalah 105 kg, berapa berat badan mereka masing-masing?
Jawab:
Misalkan: Berat badan Ali = x kg
Berat badan Budi = y kg
Berat badan Chandra = z kg
Maka:
∶ ∶ ∶ ∶
Jumlah perbandingan = 6 + 7 + 8 = 21
+ +
Sehingga,
2
Jadi, berat badan Ali adalah 30 kg, berat badan Budi 35 kg, dan berat badan Chandra 40
kg.
4. Perbandingan uang Arif dengan uang Feri adalah 4 : 7. Jumlah uang mereka Rp.
55000,00. Berapa selisih uang mereka?
Jawab:
Misalkan banyak uang Arif = x dan banyak uang Feri = y.
Maka, jumlah perbandingan x dan y adalah 11, dan selisih perbandingan x dan y adalah 3.
Sehingga, selisih uang Arif dan Feri adalah:
Jadi, selisih uang Arif dan uang Feri adalah Rp. 15000,00
5. Tiga liter bensin dapat untuk menempuh jarak 60 km. Berapa jarak yang dapat ditempuh
bila menggunakan 8 liter bensin?
Jawab:
Misalkan jarak yang ditempuh dengan 8 liter bensin adalah x km, maka dengan
menggunakan perbandingan snilai diperoleh:
Jadi, jarak yang ditempuh dengan 8 liter bensin adalah 160 km.
6. Perbandingan panjang dan lebar pada suatu persegi panjang adalah 5 : 3.
a. Jika luas persegi panjang adalah 240 m2, tentukan ukuran dari panjang, lebar, dan
kelilingnya.
b. Jika kelilingnya 160 m, tentukan ukuran dari panjang, lebar, dan luasnya.
Jawab:
Misalkan panjang dan lebar persegi panjang masing-masing p m dan l m, luas dan
keliling persegi panjang L m2 dan K m.
∶ ∶
a.
2
2 +
2 2 + 2
2 2
Jadi, jika luas persegi panjang 240 m2, diperoleh panjang 20 m lebar 12 m dan
keliling 64 m.
b. 2 +
2 ( + )
2
Jadi, jika keliling persegi panjang 160 m, diperoleh panjang 50 m lebar 30 m dan
keliling 1500 m2.
7. Lima tahun yang lalu umur Ana 2 kali umur Rani. Sedangkan 15 tahun yang akan datang
umur Ana kali umur Rani. Berapa umur Ana dan Rani sekarang?
Jawab:
Misalkan sekarang umur Ana = a tahun dan umur Rani = r tahun, maka:
2
+ + 2
2
Jadi, umur Ana sekarang adalah 25 tahun dan umur Rani adalah 15 tahun.
8. Lima tahun yang lalu umur adik umur ayah. Sedangkan umur ibu : umur ayah 6 : 7.
Lima tahun yang akan datang umur ayah 3 kali umur adik. Berapa umur mereka masing-
masing sekarang?
Jawab:
Misalkan sekarang umur adik = p tahun, umur ayah = q tahun, dan umur ibu = r tahun,
maka:
+ +
Dari persamaan (1),
Dari persamaan (2),
2
Dari persamaan (3),
+ +
Jadi, umur adik, umur ayah dan umur ibu sekarang bertrut-turut adalah 10 tahun, 40
tahun, dan 35 tahun.
A. Rangkuman Materi
Pendahuluan
Barisan maupun deret merupakan sebuah keteraturan. Dalam kehidupan sehari-hari kita
dapat melihatnya dalam barisan pasukan tentara ataupun penomoran rumah. Konsep barisan
yang kita kenal dalam matematika, sebenarnya sudah banyak dibicarakan banyak orang sejak
2400 tahun yang lalu. Ditandai dengan seorang ahli filsafat Yunani bernama Zeno yang
mengemukakan suatu krisis dalam matematika yang dikenal dengan paradoks Zeno, yaitu
sebagai berikut:
“Seorang pelari yang harus menempuh jarak tertentu dengan cara melampaui
setengah dari setiap jarak yang ditempuh, sebagai akibatnya pelari itu tidak akan
sampai pada ujung dari jarak yang akan ditempuhnya.”(H. Karso : 1)
Persoalan di atas dapat diilustrasikan dengan:
Sandy akan menempuh jarak tertentu (dari A ke B), dengan cara melampaui
setengah dari jarak yang ditempuh ( , , , dan
seterusnya), sebagai akibatnya Sandy tidak akan sampai pada ujung (titik B) dari jarak
yang akan ditempuhnya (dari titik A).
Paradoks Zeno tersebut dapat diatasi dengan ditemukannya masalah barisan, terutama
barisan tak hingga.
Selain barisan, terdapat pula sebuah cerita mengenai konsep deret dalam matematika, yaitu
seorang hamba meminta rajanya untuk diberi beras dengan cara meletakan 1 butir beras pada
kotak pertama sebuah papan catur. Kemudian meletakkan 2 butir pada kotak kedua, 4 butir
pada kotak ketiga, dan seterusnya. Sehingga setiap kotak selanjutnya harus diisi dengan beras
sebanyak kuadrat dari jumlah beras yang ada pada kotak sebelumnya. Ternyata beras seluruh
negeri tidak cukup untuk memenuhi permintaan hamba ini (H.Karso : 1). Ciri khas materi
barisan dan deret adalah selalu terkait dengan bilangan-bilangan dan aturan-aturan tertentu
yang menghubungkan bilangan-bilangan tersebut.
Barisan dan Deret
Dalam kesempatan lain kita telah menjumpai berbagai barisan bilangan yang meruapakan
persoalan yang harus diselesaikan dalam tes psikologi, tes potensi akademik (TPA) dan lain-
lain. Sebagai contoh, kita diminta menentukan dua suku berikutnya dari setiap barisan
bilangan yang diberikan ( ) dan menentukan suatu aturan yang dapat dipakai untuk
menyusun barisan itu. Contohnya sebagai berikut,
(i). 1, 3, 5, 7, ....
(ii). 1, 2, 3, 5, 7, ...
Barisan bilangan (i) sering kita jumpai pada nomor rumah di salah satu samping jalan
raya, sedangkan barisan bilangan (ii) sering kita jumpai ketika menyusun barang yang
tersedia dengan bentuk phyramid.
Barisan semacam ini sering pula muncul dalam permasalahan matematika. Pada dasarnya
suku-suku (U) barisan adalah nilai-nilai suatu fungsi u yang daerah asalnya (domain f-nya)
adalah himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, 4, 5, ...}. Aturan yang menghubungkan daerah
asal (domain f) ke daerah hasil (range f) merupakan suatu rumus untuk barisan tersebut.
Dalam hal ini kita mempunyai fungsi dari himpunan = {1, 2, 3, 4, 5 ...} ke himpunan
unsur-unsur pada barisan. Domainnya berasal dari bilangan asli karena bilangan asli
merupakan bilangan yang pertama kali dikenal manusia.
Untuk fungsi u yang berhubungan dengan barisan bilangan (i), rumus yang mungkin untuk
barisan tersebut adalah 2 Rumus tersebut menghasilkan suku ke-n dari barisan
tersebut, biasanya dituliskan dengan 2 , ∈ = {1, 2, 3, 4, 5, ...}.
Barisan bilangan (i) 1, 3, 5, 7, .... mempunyai urutan (suku) pertama , suku kedua
, suku ketiga , dan seterusnya sampai pada suku ke-n 2 Dari
contoh ini terlihat adanya korespondensi satu-satu antara bilangan asli n ke suku ke-n atau
dari barisan tersebut.
1 2 3 ...
2 2 2 2 ... 2
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa barisan dapat disebut juga fungsi dari bilangan asli.
Beberapa cara untuk menyatakan barisan yaitu:
(1) , , , , dengan ∈
(2) dengan ∈
(3) ∈
Contoh:
1. Sebuah barisan dibentuk dari bilangan genap kurang dari 20.
a) Tuliskan barisan bilangannya!
Barisan bilangan genap tersebut dapat kita tuliskan dengan
2, , , , , 2, , ,
b) Carilah rumus untuk suku ke-n dari barisan bilangan tersebut!
Selisih dua suku berurutan adalah 2, maka 2 , dengan 2 dan
∈ }
c) Apabila susunannya bilangannya di acak, apakah masih dapat dikatakan barisan
bilangan?
Tidak, karena harus berurutan (dari terkecil ke terbesar atau sebaliknya), agar
memiliki keteraturan.
2. Sebuah barisan memiliki rumus suku ke-n sebagai 2 + . Gambarkan ke dalam
bidang kartesius!
2 + , karena domainnya bilangan asli maka
, 2, , , ,
Sehingga dapat diperoleh , , ,
2 + (1,5)
2 2 + (2,7)
2 + (3,9)
2 + (4,11)
Barisan Aritmatika
Perhatikan contoh barisan berikut!
(a) 3, 7, 11, 15, 19, ....
(b) 38, 36, 34, ....
Jika kita perhatikan, maka suku pertamanya , suku kedua diperoleh dengan
menambahkan 4 kepada , suku ketiga diperoleh dengan menambahkan 4 pada ,
dan seterusnya. Jadi selisih dari tiap suku yang berurutan dari barisan di atas adalah tetap,
yaitu sebesar 4. Barisan seperti ini dinamakan barisan aritmatika, dan selisih yang tetap dari
barisan itu disebut beda barisan.
Contoh (a) dan (b) adalah salah satu contoh dari barisan aritmatika.
, , , ,
adalah barisan aritmatika, jika berlaku
+ +
+ + + +2
+ +2 + +
Selisihnya satu
.................................................................
+
Jadi kita mendapatkan bentuk umum rumus suku ke-n barisan aritmatika, yaitu
+ , dengan ∈
Akibat dari rumus suku ke-n barisan aritmatika di atas, kita memperoleh
Deret Aritmatika
Dalam (H. Karso : 6) diceritakan bahwa matematikawan besar (Prince of
Mathematics) Carl Friedrich Gauss (1777 – 1855) pada masa kecilnya di sekolah
dasar guru meminta peserta didiknya menjumlahkan seratus bilangan besar yang
merupakan suku-suku berurutan dalam barisan aritmatika, dan guru itu mengharapkan
agar suasana kelas tenang. Gauss memberi jawaban hanya dalam beberapa detik.
Dalam hal ini kita menggunakan cara yang sama untuk mendaptkan jumlah 100
bilangan asli yang pertama, yaitu:
+ 2 + + + + +
+ + + + + 2 +
2 + + + + + +
[2 + ]
Jadi kita mendapatkan bentuk umum rumus jumlah n suku deret aritmatika, yaitu
[2 + ] dengan ∈
Akibat dari rumus jumlah n suku deret aritmatika di atas, kita memperoleh
Terdapat 5 Parameter dalam barisan dan deret aritmatika, sehingga diperlukan minimal 3
buah unsur yang diketahui dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Parameter tersebut
yaitu
(i). Suku pertama ( , menyatakan angka pertama pada barisan atau deret bilangan
(ii). Beda ( , menyatakan selisih 2 suku berurutan nilainya tetap, dengan syarat suku
yang bergerak naik. (hanya diberbolehkan ,
karena suku pertama dimulai dari bukan )
(iii). , menyatakan banyaknya suku pada barisan atau deret bilangan
(iv). , menyatakan suku ke-n dengan ∈
(v). , menyatakan jumlah suku pertama sampai dengan suku ke-n dengan ∈
∈
2
2
2 + 2
+ 2 ....(i)
+ +
+2 + + + +
+2 ....(ii)
Dengan mengeliminasi persamaan (i) dan (ii) kita memperoleh nilai 2 dan
+ 2+ 2
Jadi, suku ke-7 barisan aritmatika tersebut adalah 32.
3. Tentukan jumlah lima suku pertama barisan aritmatika jika suku pertamanya 4, dan
beda antar suku yang berurutannya adalah !
Penyelesaian:
, dan
2 +
(2 + )
( + ( ))
( )
( )
Penyelesaian:
2 + + 2 + +
2
2 2
+ 2 2
+ 2
adalah …
Penyelesaian:
2 2
( + 2 2 )
+ 2
A. RANGKUMAN MATERI
1. Barisan Geometri
Perhatikan contoh barisan berikut.
(a) 1, 2, 4, 8, …
(b) 27, -9, 3, -1, …
(c) -1, 1, -1, 1, …
Untuk contoh (a) ternyata tiap suku-sukunya diperoleh dengan cara mengalikan suku
sebelumnya oleh 2. Ternyata pula bahwa hasil bagi tiap suku dengan suku
sebelumnya selalu tetap, yaitu sama dengan 2. Bagaimana dengan contoh (b) dan
contoh (c)? Barisan-barisan seperti contoh di atas disebut barisan geometri.
, , , ,
dinamakan barisan geometri, apabila
Konstanta ini dinamakan rasio, pembanding, nisbah atau pembagi dan dinyatakan
dengan huruf r atau p.
dan seterusnya, sehingga didapat barisan geometri dalam bentuk baku (standar), yaitu:
, , 2, , ,
Perhatikan bahwa urutan ke-n merupakan bentuk umum rumus suku ke-n barisan
geometri, yaitu
Jika , maka
Jadi,
,
Jadi,
Jadi, rasio barisan geometri tersebut adalah . Adapun lima suku pertamanya adalah
64, 16, 4, 1, .
2. Banyaknya penduduk kota Bandung pada tahun 2007 ada 3,2 juta orang. Setiap 10
tahun penduduk kota Bandung bertambah dua kali lipat dari jumlah semula.
Berapakah banyaknya penduduk kota Bandung pada tahun 1947?
Jawab:
Karena penduduk kota Bandung tiap 10 tahun bukanlah dua kali lipat dari jumlah
semula, berarti r = 2. Dari tahun 1947 ke tahun 2007 = 60 tahun, ini sama dengan
Jadi, penduduk Kota Bandung pada tahun 1947 adalah 100.000 orang.
( (2) )
,
2
4. Seutas tali dibagi menjadi 6 bagian dengan ukuran panjang membentuk deret
geometri; jika bagian yang paling pendek 3 cm dan yang terpanjang 96 cm,
tentukanlah ukuran panjang tali tersebut.
Jawab:
, ,
2
2
Karena , maka berlaku:
2
2
Jadi, ukuran panjang tali tersebut adalah 189 cm.
5. Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 1 meter. Setiap kali sesudah jatuh mengenai
lantai, bola itu dipantulkan lagi dan mencapai ketinggian dari tinggi sebelumnya.
Tentukan panjang seluruh jalan yang dilalui bola itu sampai berhenti.
Jawab:
+ +( ) +( ) +
+( ) +( ) +
Jadi, panjang seluruh jalan yang dilalui bola itu sampai berhenti adalah 7 meter.
PENDAHULUAN
Barisan adalah barisan bilangan yang mempunyai pola tertentu.
A. RANGKUMAN MATERI
POLA BILANGAN
Perhatikan deretan bilangan-bilangan berikut:
1. 1, 2, 3, ...
2. 4, 9, 16, ...
3. 31, 40, 21, 30, 16, ...
Deretan bilangan di atas mempunyai pola tertentu. Dapatkah anda menentukan bilangan
yang belum diketahui sesuai dengan aturan yang dipunyai? Mari lihat pembahasan
penyelesaian dari contoh di atas:
1. Pola pertama mempunyai aturan:
Bilangan ke-2 = 1+1=2
Bilangan ke-3 = Bilangan ke-2 + 1 = 2 + 1 = 3
2. Pola ke-dua mempunyai aturan:
Bilangan ke-1 = (1+1)2 = 22 = 4
Bilangan ke-2 = (2+1)2 = 32 = 9
Bilangan ke-3 = (3+1)2 = 42 = 16
Jadi, bilangan ke-4 = (4+1)2 = 52 = 25
3. Pola ke-3 mempunyai aturan:
Bilangan ke-3 = Bilangan pertama – 10 = 31 – 10 = 21
Bilangan ke-4 = Bilangan kedua – 10 = 40 – 10 = 30
Bilangan ke-5 = Bilangan ketiga – 5 = 21 – 5 = 16
Jadi, bilangan ke-6 = Bilangan keempat – 5 = 30 – 5 =25
Aturan yang dimiliki oleh deretan bilangan di atas disebut pola bilangan pada
deretan itu.
Pola dapat diartikan sebagai sebuah susunan yang mempunyai bentuk teratur dari
bentuk yang satu ke bentuk berikutnya. Sedangkan bilangan adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjukkan kuantitas (banyak, sedikit) dan ukuran (berat, ringan,
panjang, pendek, luas) suatu objek. Bilangan ditunjukkan dengan suatu tanda atau
lambang yang disebut angka.Sehingga pola bilangan dapat diartikan sebagai susunan
angka-angka yang mempunyai bentuk teratur dari bentuk yang satu ke bentuk
berikutnya.
MACAM-MACAM POLA BILANGAN
a. Pola Garis Lurus
Penulisan bilangan yang mengikuti pola garis lurus merupakan pola bilangan
yang paling sederhana. Suatu bilangan hanya digambarkan dengan noktah yang
mengikuti pola garis lurus. Misalnya: `
Mewakili 2
Mewakili 3
Mewakili 4
Mewakili 5
c. Pola Persegi
Persegi merupakan bangun datar yang semua sisinya memiliki ukuran yang
sama panjang. Begitu pula dengan penulisan pola bilangan yang mengikuti pola
persegi. Pola bilangan persegi adalah 1, 2, 9, 16, 25, ... Pada pola ini, semua
noktah digambarkan dengan jumlah yang sama.
Gambar pola bilangan persegi adalah sebagai berikut:
d. Pola Segitiga
Selain mengikuti pola persegi panjang dan persegi, bilangan pun dapat
digambarkan melalui noktah yang mengikuti pola segitiga. Untuk lebih jelasnya, coba
kamu perhatikan lima bilangan yang mengikuti pola segitiga berikut ini. Jadi,
bilangan yang mengikuti pola segitiga dapat dituliskan sebagai berikut : 1, 3, 6, 10,
15, 21, 28, 36, 45, ...
Coba kamu perhatikan bilangan yang memiliki pola segitiga. Ternyata,
bilangan-bilangan tersebut dibentuk mengikuti pola sebagai berikut:
+ (2 + 2 )
2
2
+ +
2
+2
+ +
2
2 2+ +2
+
2
+
2 2
Sehingga :
2 2
+
2 2
+2
Atau
+ +
+ +
+2 +
+ +
+ + +2 + + +
+ +
2
+ + 5 6 8 11 15 20 26
+ 1 2 3 4 5 6
2 1 1
Dari pola di atas diperoleh :
+ + (1)
+ (2)
2 (3)
Dari persamaan (3) diperoleh:
2
+
2 2
Kemudian substitusikan , , dan ke + +
sehingga :
+
2 2
2 2 +
2 2
2 +
2+ 2 + 2
2
2+ +2 2
2+ +2
2+ 2 +
2+ 2
2 +
Sehingga :
2 +
2 +
Atau
+ +
+ +
+2 +
+ +
+ + +2 + + +
+ +
2
+ + 2 7 16 29
+ 5 9 13
2 4 4
Dari pola di atas diperoleh :
+ + 2 (1)
+ (2)
2 (3)
Dari persamaan (3) diperoleh:
2 2
Substitusi ke persamaan (2) sehingga diperoleh:
2 +
Substitusi ke persamaan (1) sehingga diperoleh :
2 + 2
Kemudian substitusikan 2, , dan ke + +
sehingga :
2 +
2 +
2 +
Pada pola bilangan segitiga, banyak titik pada pola ke-18 adalah...
Penyelesaian:
Perhatikan susnan pola tersebut!
2 +2
+2+
+2+ +
+2+ + + +
Sehingga, banyak titik pada pola ke-18 adalah
+
2
+
2
+
2
4. Segitiga Pascal
1
1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
Jumlah bilangan pada barisan ke-7 dari barisan bilangan segitiga pascal adalah...
Pengelesaian:
Cara I
Perhatikan sususnan segitiga pascal berikut!
1 Baris ke-1
( ) ( ) Baris ke-2
( ) ( ) ( ) Baris ke-3
( ) ( ) ( ) ( ) Baris ke-4
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Baris ke-5
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Baris ke-n
Karena baris ke-7 kombinasi dari 6, maka jumlah bilangan pada barisan ke-7 adalah
Cara II
2
Jadi,
2 2
+2 + + + + 2 + (1)
Bukti :
Untuk diperoleh
+ 2+
Artinya 1 terletak dalam S
Anggaplah ∈ artinya berlaku
+2 + + + + 2 + (2)
Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
+2 + + + + + ( + + ) 2 + + (3)
Dengan menambahkan + di ruas kiri dan kanan persamaan (2), maka :
+2 + + + + + + 2 + + +
+ 2 + + +
+2 + + + + +
+ [ 2 + + + ]
+2 + + + + +
+ 2 + + +
+2 + + + + +
+ 2 + +
+2 + + + + +
+ +2 2 +
+2 + + + + +
+ ( + + ) 2 + +
+2 + + + + +
+2 + + + + + + ( + + ) 2 + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
3. ∑ 2 +
2 +22+2 + +2 + (1)
Bukti :
Untuk diperoleh
2 + 2
Artinya 1 terletak dalam S
Anggaplah ∈ artinya berlaku
2 +22+2 + +2 + (2)
Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
2 +22+2 + +2 + + + + (3)
Dengan menambahkan 2 + di ruas kiri dan kanan persamaan (2), maka :
2 +22+2 + +2 +2 + + +2 +
2 +22+2 + +2 +2 + + +2 +2
2 +22+2 + +2 +2 + + +2
2 +22+2 + +2 +2 + + +2
2 +22+2 + +2 +2 + + + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
4. ∑ 2
2 + 2 2 + 2 + + 2 (1)
Bukti :
Untuk diperoleh
2 2
2
Artinya 1 terletak dalam S
Anggaplah ∈ artinya berlaku
2 + 2 2 + 2 + + 2 (2)
Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
2 + 2 2 + 2 + + + 2 (3)
Dengan menambahkan + 2 di ruas kiri dan kanan persamaan (2),
maka :
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2 + + 2
+2 + 2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+2 + 2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
5. + + + + 2 2 2 +
(1)
Bukti :
Untuk diperoleh
2 2+
Artinya 1 terletak dalam S
Anggaplah ∈ artinya berlaku
+ + + + 2 2 2 + (2)
Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
+ + + + 2 + + 2 + 2 + + (3)
Bukti :
Untuk diperoleh
+
Artinya 1 terletak dalam S
Anggaplah ∈ artinya berlaku
+2 + + + + (2)
Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
+2 + + + + + + + (3)
+2 + + + + + + + +
+ + +
+2 + + + + +
+ [ + + ]
+2 + + + + +
+ + +
+2 + + + + +
+ +2
+2 + + + + +
+ + +
+2 + + + + +
+2 + + + + + + + +
7. ∑
+ + + + (1)
Bukti :
Untuk diperoleh
+ + + + + +
2 2 + + + + + + + +
( + + )+
+ + + + +
2 2 + + ( + + ) + ( + + )
+2 +
+ + + + +
2 2 + + + + + + +
+2 +
+ + + + +
2 2 + + + + + + +
+ +
+ + + + +
2 2 + + + + + + +
+
+ + + + +
2 2 + + + + + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
8. ∑
+ + + + (1)
Bukti :
Untuk diperoleh
+ + + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 + 2 +
2 + +
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 +
2 + +
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 +
2 + +
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 +
+
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
9. ∑ 2 + 2
2 +22 + + 2 + 2 .....(1)
Bukti:
Untuk , diperoleh 2 + 2 , artinya 1 terletak dalam S
Anggap ada dalam S, artinya berlaku
2 +22 + + 2 + 2 .....(2)
Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
2 +22 + + 2 + + 2 + + 2
Tambahkan + 2 pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
2 +22 + + 2 + + 2 + 2 + +
2
+ 2 + + 2
+ + + 2
+ 2 2
+ 2 2
+ + 2
2 +22 + + 2 + + 2 + + 2 .....(3)
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
10. ∑ 2
+ + + + 2 .....(1)
Bukti:
Untuk , diperoleh 2 , artinya 1terletak dalam S
Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ + + + 2 .....(2)
Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ + + + + 2
Tambahkan pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
+ + + + + 2 +
2 +
2+
2+
+ + + + + 2 .....(3)
11. ∑
+ 2 + + .....(1)
Bukti:
Untuk , diperoleh , artinya 4 terletak dalam S
Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ 2 + + .....(2)
Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ 2 + + + +
Tambahkan + pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
+ 2 + + + + + +
+ +
+ 2 + + + + .....(3)
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
12. ∑
+ + + .....(1)
Bukti:
Untuk , diperoleh , artinya terletak dalam S
Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ + + .....(2)
Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ + + +
Tambahkan pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
+ + + + +
+
+
+ + + + .....(3)
+ +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti
13. ∑
+ + + .....(1)
Bukti:
Untuk , diperoleh , artinya terletak dalam S
Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ + + .....(2)
Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ + + + ( )
Tambahkan ( )
pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
+ + + + ( )
+ ( )
+ + + + ( )
.....(3)
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti
16. + 2 + + +2 2
Bukti:
Untuk , diperoleh 2 2
+2+ + +2 +2 2 2
Perhatikan bahwa:
+2+ + +2 +2 2 +2
2 +2
2 +2
2 2
17. ∑
Bukti:
Untuk , diperoleh
+ + + ( )
2
+ + + + ( ) 2
2
Perhatikan bahwa.
+ + + + ( )+
2
2
( )+
2 2
( +2 )
2
( + + )
2
( )
2
( )
2
Pernyataan (2) benar.
Jadi terbukti, ∑ .
18. Buktikan bahwa bentuk + + 2 dapat habis dibagi oleh 6 untuk tiap bilangan asli .
Bukti:
+ + 2 habis dibagi 6.
+ + + ( + + 2) habis dibagi 6.
Perhatikan bahwa.
+ ( + + )( + + 2) + +2 +
+ + +
+ +2 + + +
+ +2 + + + +
+ +2 + + + +
Jadi terbukti, + + 2 dapat habis dibagi oleh 6 untuk tiap bilangan asli .
19. Buktikan bahwa bentuk dapat habis dibagi oleh 3 untuk tiap bilangan asli .
Bukti:
Untuk , 2 habis dibagi 3.
habis dibagi 3.
habis dibagi 3.
Perhatikan bahwa.
2 +
Jadi terbukti, dapat habis dibagi oleh 3 untuk tiap bilangan asli .
20. Buktikan bahwa bentuk + dapat habis dibagi oleh 4 untuk tiap bilangan asli .
Bukti:
+ habis dibagi 4.
+ + + habis dibagi 4.
Perhatikan bahwa.
+ + + + +2
+ + +
+ + + + +
Berdasarkan asumsi untuk k anggota S, + habis dibagi 4.
Jadi terbukti, + dapat habis dibagi oleh 4 untuk tiap bilangan asli .
21. Buktikan bahwa bentuk dapat habis dibagi oleh 8 untuk tiap bilangan asli .
Bukti:
habis dibagi 8.
habis dibagi 8.
Perhatikan bahwa.
Jadi terbukti, dapat habis dibagi oleh 8 untuk tiap bilangan asli .
Bukti:
Untuk , 2 +
2 +
2 + +
Perhatikan bahwa.
( ) 2 + 2 2 + + 2 + 2 2 + +
Bukti:
Untuk ,2 2 2
2 2
2 2 +
Perhatikan bahwa.
2 2(2 ) 2 2 2 +2 2 +2 2 +
+
2+ + + +
2
Bukti:
Untuk , diperoleh 2
+
2
Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:
+ + +
2+ + + + + + 2
2
Perhatikan bahwa.
+
2+ + + + + + + +
2
+ + + 2
2
+ +
2
+ +
2
+ + +
2
Pernyataan (2) benar.
Jadi terbukti,
+
2+ + + +
2
2 2 2
Bukti:
Untuk 2, diperoleh
2 2
Artinya 2 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.
2 2 2
2
2 2 2 2
Perhatikan bahwa.
2
2 2 2 2 2
2
2 2
2
Pernyataan (2) benar.
Jadi terbukti,
2 2 2
A. RANGKUMAN MATERI
BILANGAN BERPANGKAT BULAT
Pangkat Bulat Positif
Definisi 1
Misalkan bilangan real dan bilangan bulat positif. adalah hasil kali bilangan
sebanyak faktor, dapat ditulis ⏟
( )
( ) (⏟ ) ( ) ( ) ( )
Contoh :
Jika nilai x = –2 dan y = 2, tentukan nilai x−3 ( y4 ) = ....
Penyelesaian:
Pangkat Nol
Definisi 3
Untuk bilangan real dan ≠ ,
Sifat 2
Pembuktian sifat 2, terkait bilangan bulat positif m dan n. ada 2 kemungkinan, yaitu
(a) ,
Bukti :
(a) Kasus
⏟
(b) Kasus
⏟
Sifat 3
Jika bilangan real dan ≠ , m dan n bilangan bulat positif maka
Bukti :
⏟
(⏟ ) (⏟ ) (⏟ )
⏟
= (⏟ )
BILANGAN IRASIONAL
PETA KONSEP
Menyelesaikan
permasalahan bentuk akar
pada operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan
pembagian
Bilangan Irrasional
Diberikan bilangan real tidak negatif, maka akar kuadrat dari ditulis ,
didefinisikan sebagai berikut :
dimana dan
Akar ke-n atau akar pangkat n dari suatu bilangan a dituliskan sebagai , dengan a
adalah bilangan pokok/basis dan n adalah indeks/eksponen akar. Bentuk akar dan pangkat
memiliki kaitan erat. Bentuk akar dapat diubah menjadi bentuk pangkat dan sebaliknya.
Bilangan rasional berbeda dengan bilangan irrasional. Bilangan rasional adalah
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.
Bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat, bilangan pecahan murni, dan bilangan pecahan
desimal. Sedangkan, bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk pecahan. Bilangan irrasional merupakan bilangan yang mengandung pecahan desimal
tak berhingga dan tak berpola. Contoh bilangan irrasional, misalnya 2 = 1,414213562373...,
e = 2,718..., π = 3,141592653… dan sebagainya.
Jika adalah bilangan bulat positif yang tidak memiliki faktor persekutuan dengan , maka :
( ) ( ) dan
Contoh Soal :
1. Tentukan bentuk akar di bawah ini merupakan bilangan rasional atau irrasional! Berikan
alasannya!
a. 2 b. 2
Jawab :
a. 2 merupakan bilangan irrasional karena tidak dapat diubah ke dalam bentuk
hasil dari 2
2. Tentukan bentuk pangkat rasional dari bentuk akar berikut!
a. b.
Jawab :
a.
b.
OPERASI BILANGAN RASIONAL
PETA KONSEP
MATERI PRASYARAT MANFAAT MATERI /
MATERI LANJUT
MATERI POKOK
BENTUK AKAR PENJUMLAHAN BENTUK AKAR
PENGURANGAN BENTUK AKAR
PERKALIAN BENTUK AKAR
PEMBAGIAN BENTUK AKAR
HUBUNGAN BENTUK AKAR DAN
BILANGAN BERPANGKAT
p n r q n r p q n r
Contoh :
Tentukan hasil penjumlahan dan pengurangan berikut dalam bentuk yang sederhana !
1. 3 8 4 8 ...
2. 5 7 ...
3. 23 4 43 4 ...
4. 8 3 ...
Penyelesaian :
1. 3 8 4 8 3 4 8 7 8
1. 43 5 23 7 4 2 3 5 7 83 35
1 1
12
2. 35 5 57 5 3 5 5 5 5 7 15 5 35 1535 512
33 4 33 4
3. 3
4 5 4 5
24 3 24 3
4. 4
3 5 3 5
Jadi secara umum dapat ditulis :
a n c bn d abn cd
dengan a , b , c , dan d bilangan real, c 0 dan d 0
an c an c
bn d b d
dengan a , b , c , dan d bilangan real, c 0 dan d 0 ,serta b 0
Penyelesaian:
2. Pecahan bentuk
pecahan dengan bentuk sekawan dari penyebut. Bentuk sekawan dari adalah
+ . Sebaliknya, bentuk sekawan dari + adalah sehingga:
+ + +
+ + +
+ +
Contoh:
Rasionalkan penyebut
Penyelesaian:
2 2 + 2 2 + 2 +2 2 2
+ 2
2 2 + 2 2
3. Pecahan bentuk
+ +
+ +
+
Contoh:
Rasionalkan bentuk
Penyelesaian:
+ +
2 +
+
, ∈ dan
Bukti:
2 + + 2
( ) √ + 2
Jadi, √ + 2
Contoh:
Sederhanakan bentuk +2
Penyelesaian:
√ +2 √ + +2 √ +2 + √ +
2. +2+ + + + + + +
+2+ + + + + + +
+2+ + + + + +
Atau
+2+ + + + + + +2 +
+2+ + + + + + +
+2+ + + + + +
1.
2.
Penyelesaian :
2 +2
+2 +
+2 + + +
Sehingga banyaknya persegi membentuk pola bilangan
a 1 5 14 30 35
b 4 9 16 25
c 5 7 9
Maka untuk menemukan + + + , untuk
+ + +
2 + +2 +
2 + + +
+ + +
Sehingga :
+ + + (1)
+ +2 + (2)
2 + + + (3)
+ + + (4)
Untuk menyelesaikan persamaan tersebut digunakan Eliminasi Gauss-Jordan
2
[ ]R2 – 8R1
2
[ ]R3 – 27R1
2
[ ]R4 – 64R1
2 2
[ ] R4 – 12R2
2 2
[ ]
2 2
2 2 2
R1 – R2
2 2
[ 2 2 2 ]
R3 + 18R2
2 2
[ 2 2 2 ]
R4 – 4R3
[ 2 2 2]
[ ]
2 +
2
[ ]
2 2
[ ]
2
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Jadi, , , ,
E. Rangkuman Materi
Pendahuluan
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV), pada umumnya
dibutuhkan minimal dua buah persamaan linear dua variabel (PLDV) yang kedua variabel
antar dua persamaan tersebut sama. Contoh:
“Sebuah toko menjual boneka seharga 7 dolar dan mobil-mobilan seharga 18 dolar.
Toko tersebut dalam sehari dapat menjual 25 buah mainan dengan pendapatan sebesar
208 dolar. Tentukanlah banyak boneka dan mobil-mobilan yang terjual!”
Untuk menyelesaikan persoalan di atas, kita dapat memisalkan sebagai banyaknya
boneka yang terjual dan sebagai banyaknya mobil yang terjual, sehingga dalam kalimat
matematika permasalahan di atas dapat dituliskan dalam bentuk + 2 dan +
2 Kita memiliki sebuah SPLDV yang dapat diselesaikan dengan metode grafik atau
substitusi atau eliminasi, ataupun gabungan dari eliminasi dan sustitusi, yang akan
menghasilkan selesaian 22 dan . Dengan kata lain banyaknya boneka yang terjual
adalah 22 buah dan banyaknya mobil-mobilan yang terjual adalah 3 buah.
Catatan tambahan:
Tidak semua SPLDV memiliki penyelesaian tunggal, contoh
2 + +2
(1) { (2) {
2 +
2 +
(3){
+2
Jika kita menyelesaikan SPLDV di atas, maka
no (1) memiliki penyelesaian 2,
no (2) memiliki banyak penyelesaian
no (3) tidak memiliki penyelesaian
Apabila persoalan di atas, pada kalimat “laku 25 mainan” dihilangkan, dapatkah kalian
menyelesaikan permasalahan tersebut seperti sebelumnya dengan metode grafik atau
substitusi atau eliminasi, ataupun gabungan dari eliminasi dan sustitusi,? Jelaskan!
Tidak dapat, karena untuk menyelesaikan sebuah SPLDV menggunakan metode grafik
atau substitusi atau eliminasi, ataupun gabungan dari eliminasi dan sustitusi, haruslah
memiliki minimal 2 buah persamaan. Namun, persoalan tersebut masih tetap dapat
diselesaikan dengan menggunakan Persamaan Diophantine.
Persamaan Diophantine pertama kali ditulis oleh Diophantus (250 M) di dalam bukunya
yang berjudul “Arithmetica”. Buku tersebut dikenal sebagai buku aljabar yang pertama kali.
Persamaan Diophantine terdiri dari persamaan Diophantine Linear dan persamaan
Diophantine non-Linear.
Persamaan Diophantine Linear
Pada persamaan diophantine linear terdapat 3 cara penyelesaian, yaitu cara yang memuat
dua variabel, cara reduksi dan cara kongruensi.
Cara Memuat dua Variabel
Persamaan Diophantine linear yang paling sederhana adalah persamaan yang memuat dua
variabel. Pada umumnya dinyatakan dengan + , dengan , , ∈ ℤ.
Teorema
Persamaan Diophantine + mempunyai solusi bilangan bulat jika dan
hanya jika , dengan , . Jika , merupakan salah satu solusi,
+( ) +( ) + , dengan t ∈ ℤ
( ) ( )
Pengecekan jawaban:
2 + 2
1 4 2 48 21
2 1 1 9 12 21
2. Selesaikan persamaan Diophantine: + dengan cara reduksi!
Penyelesaian:
+
2 +
2
2
Substitusikan 2 , ke pesamaan +
+2
Pengecekan jawaban:
2 2 +
8 16 11
0 3 1 6 5 11
+( ) +( ) + , dengan t ∈ ℤ
( ) ( )
2 2 +
2 2
2 2
Substitusikan 2 , ke persamaan
Substitusikan ke persamaan
Pengecekan jawaban:
+
0 1 1 3 8 11
1 9 2 27 11
A. PENDAHULUAN
Materi Keterbagian, Algoritma Euclid, FPB, dan KPK erat kaitannya dengan seorang
matematikawan yang berasal dari Yunani yang hidup sekitar tahun 300 SM. Beliau dikenal
sebagai „Bapak Geometri‟ dengan karyanya mengenai ilmu ukur dalam bukunya yang
berjudul The Elements. Dalam buku tersebut beliau menyatakan 5 postulat yang menjadi
landasan dari semua teorema yang ditemukannya.
Keistimewaan buku The Elements ada pada cara pengaturan dari bahan-bahan dan
permasalahan serta formulasinya secara menyeluruh dalam perencanaan penyusunan buku.
Buku The Elements merupakan pengembangan dari bidang geometri aljabar serta teori
bilangan. Teori bilangan adalah ilmu yang mempelajari bilangan dan sifat-sifatnya serta
keterkaitannya satu sama lain.
Dalam Buku The Elements, salah satu teori bilangan yang terkenal adalah Algoritma
Euclid, yaitu suatu algoritma yang digunakan untuk menentukan faktor persekutuan terbesar
(FPB) dari dua buah bilangan bulat. Sebelum mempelajari Algoritma Euclid, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai konsep Keterbagian beserta sifat-sifatnya, untuk selanjutnya
dibahas bagaimana cara menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dan Kelipatan
Persekutuan terkecil (KPK).
B. RANGKUMAN MATERI
1. Faktor
Definisi:
Jika , suatu bilangan bulat, ≠ disebut pembagi atau faktor dari , jika ada
bilangan bulat , sedemikian sehingga .
Jika , , suatu bilangan bulat sehingga , maka dan disebut faktor dari
, dan disebut kelipatan dari dan .
Jika bilangan bulat sebarang, maka dan adalah pembagi dari . Jika
pembagi dari sehingga untuk suatu , maka jelas berarti
habis pula dibagi oleh . Jadi dan – mempunyai pembagi yang sama.
Sehingga pembicaraan mengenai faktor ini dibatasi pada bilangan bulat positif saja.
Contoh:
1) Faktor dari adalah , 2, ,
2) Faktor dari 2 adalah , 2
3) Faktor dari adalah semua bilangan bulat kecuali .
2. Keterbagian
Definisi:
Jika , ∈ ℤ, ≠ , maka disebut mebagi jika dan hanya jika ada ∈ℤ
dinotasikan dengan .
Dengan kata lain:
membagi
kelipatan dari
faktor
habis membagi
habis dibagi
kelipatan dari
Jika tidak membagi ditulis .
Contoh:
1) 2 karena 2
2) 2 karena 2
3) karena tidak ada bilangan bulat
3. Sifat-sifat Keterbagian
Untuk , dan adalah bilangan bulat berlaku sifat – sifat dasar keterbagian sebagai
berikut :
(a) (sifat reflektif)
(b) Jika dan maka (sifat transitif)
(c) Jika dan ≠ maka
(d) Jika dan maka + untuk , bilangan bulat
(e) Jika dan maka
(f) Jika dan maka
sehingga atau
4. Algoritma
Algoritma adalah prosedur atau metoda matematika untuk memperoleh suatu hasil.
Atau suatu cara untuk memperoleh hasil dengan menerapkan berkali-kali suatu
operasi sedemikian sehingga sebuah unsur yang didapat dari satu kali menerapkan
operasi dipakai paling sedikit sekali dalam terapan berikutnya sehingga diperoleh
hasil yang diinginkan.
Algoritma Pembagian:
Untuk bilangan bulat sebarang dan dengan , terdapat bilangan bulat dan
sedemikian sehingga:
+ ,
Jika , maka .
Jika , maka terdapat . r disebut sisa pembagian oleh dan disebut
hasil bagi bersisa oleh .
5. Faktor Persekutuan
a. Definisi
Diketahui suatu bilangan bulat positif n, pembagi-pembagi atau faktor-faktor dari
n dinotasikan .
, 2, ,
2 ,2
, 2,
, 2, ,
Suatu bilangan bulat disebut faktor persekutuan dari dan , jika dan .
Faktor persekutuan dari dan didefinisikan , .
Setiap bilangan bulat tak nol hanya memiliki berhingga banyak faktor saja, oleh
sebab itu faktor persekutuan dari b dan c hanya ada sejumlah terbatas saja, kecuali
kasus . Bilangan 1 membagi setiap bilangan bulat, oleh karena itu 1
merupakan pembagi persekutuan dua bilangan bulat sebarang a dan b. Jadi setiap
pasang bilangan selalu memiliki pembagi persekutuan.
Contoh:
,
, 2, , 2, ,
,2
b. Sifat Faktor Persekutuan
Jika , adalah faktor persekutuan dari dan , maka berlaku sifat:
1)
2) , ,
3) , ,
4) , ,
5) , ,
b. Ciri-ciri FPB:
Jika d = (b, c), maka d memiliki ciri-ciri:
1) d bilangan bulat positif terkecil yang berbentuk bx+cy untuk x dan y bilangan
bulat.
2) d pembagi persekutuan yang positif dari b dan c dan d terbagi oleh pembagi
persekutuan b dan c yang lain.
+ ,
+ ,
+ ,
FPB dari b dan c adalah yang merupakan sisa tak nol pada langkah ke-j dalam
proses pembagian di atas.
8. Kelipatan Persekutuan
Bilangan bulat a dan b masing-masing tak nol, mempunyai kelipatan persekutuan c
jika a|c dan b|c.
Bilangan bilangan bulat , , , masing-masing tak nol, mempunyai kelipatan
persekutuan b, jika membagi b untuk setiap , 2, , .
, 2, , ,
2 2, , ,
, , KPK
[ , ]
,
Menentukan KPK
1. KPK dari dan 5
Penyelesaian :
,
, , , 2, , , , ,
, , ,
[ ]
2 2
2. Carilah KPK dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Penyelesaian :
2
2 2
2
2
2
KPK dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 = 2
2 2
3. Apakah 1234321 dan 4321234 relatif prima?
Penyelesaian :
2 2 , 2 2 2 2 2 2 , 2 2
2 , 2 2
2 2 2 , 2
, 2
2 ,
222 ,
2 222 , 222
,222
222 2 ,
,
,
2 ,
2 ,2
2 ,2
2 2 ,2
,2
A. Rangkuman Materi
Terdapat berbagai cara untuk menyelesaikan persamaan diophantine non linier,
diantaranya adalah dengan cara tripel pythhagoras dan bilangan jumlah kuadrat.
1. Triple Pythagoras
Dalil Pythagoras menyatakan bahwa di dalam sebarang segitiga siku – siku,
kuadrat panjang sisi miring (hypotenuse) sama dengan jumlah kuadrat panjang dari
sisi – ssisi(kaki – kaki, legas) yang lain. Sebaliknya, sebarang segitiga yang
memenuhi hubungan kuadrat panjang sisi terpanjang sama dengan jumlah kuadrat
panjang dari sisi – sisi yang lebih pendek, maka segitiga itu tentu merupakan segitiga
siku – siku. Jika suatu segitiga siku – siku mempunyai sisi – sisi miring c dan sisi –
sisi yang lain adalah a dan b, maka hubungan antara a, b, c menurut dali Pythagoras
adalah: c2 = a2 + b2
Tiga bilangan bulat positif x, y, dan z yang memenuhi hubungan dalil
Pythagoras disebut Triple Pythagoras. Beberapa Triple Pythagoras adalah:
3, 4, 5 sebab 52 = 32 + 42
5, 12, 13 sebab 132 = 52 + 122
7, 24, 25 sebab 252 = 72 + 242
8, 15, 17 sebab 172 = 82 + 152
Definisi 7.1
Semua Triple Pythagoras x, y, z disebut primitive Pythagoras jika (x, y, z)= 1
Contoh 7.1
1) Triple Pythagoras 3, 4, 5 adalah primitive Pythagoras sebab (3,4,5) = 1 dan 52
= 32 + 42
2) Triple Pythagoras 7,24,25 adalah primitive Pythagoras sebab (7,24,25) = 1 dan
252 = 72 + 242
Jika diketahui suatu primitive Pythagoras 3,4,5 kemudian masing – masing
bilangan dalam triple itu dikalikan 2, sehingga diperoleh 6, 8, 10. Jika bilangan
pengali diganti 7, sehingga diperoleh 21, 28, 35. Karena 352 = 212 + 282, maka jelas
bahwa 21, 28,35 merupakan triple Pythagoras. Sekarang Jika masing – masing
bilangan pada triple Puthagoras 5,12,13 dikalikan secara berturut – turut dengan 5,
kemudian dengan 6, berikutnya dengan 9, dan terakhir dengan 25, apakah triple –
triple baru yang diperoleh merupakan triple Pythagoras?
Misalkan x ,y ,z adalah suatu primitive Pythagoras , maka:
z02 = x02 + y02
Jika masing – masing bilangan dikalikan dengan k, maka diperoleh triple:
kx0. ky0 . kz0
Perhatikan bahwa:
zx0 = x0 + y0
k2 z02 = k2 (x02 +y02)
k2 z02= k2 x02 + k2 y02
(kz0)2 = (kx0 )2 + (ky0)2
Keadaan pada bagian terakhir menunjukka bahwa kx0, ky0, kz0 adalah triple
Pythagoras.
Mis2alkan x, y, z adalah suatu triple Pythagoras dan (x, y, z) = d, maka d | x, d | y,dan
d|z
x x2
d | x → x = dx0 → Z 2 Z
d d
y y2
d | y → y = dy0 → Z 2 Z
d d
z z2
d | z → z = dz0 → Z 2 Z
d d
1 2 1 2 x2 y2 z 2
x2 + y2= z2 → ( x y 2)
z
d2 d2 d2 d2 d2
x y z
( )2 ( )2 ( )2
d d d
→x+y=z
Keadaan terakhir menunjukkan bahwa x, y, z merupakan triple Pythagoras. Kareana
x y y z x y z
( , ) 1 dan ( , ) 1 , maka jelas bahwa ( , , ) 1 , berarti x , y, z adalah
d d d d d d d
suatu primitive triple Pythagoras.
Dalil 7.1
Jika x, y, z adalah suatu primitif Pythagoras, maka (x, y) = (x, z) = (y, z) = 1
Dalil 7.2
Jika x,y,z adalah suatu primitif triple Pythagoras, maka x adalah suatu bilangan
genap dan y adalah suatu bilangan ganjil, atau x adalah suatu bilangan ganjil dan y
adalah suatu bilangan genap.
Dalil 7.3
Jika x, y, z Z, maka penyelesaian primitif : x2 + y2 = z2 adalah : x = m2 – n2,
y = 2mn, dan z = m2 + n2 yang mana m > n > 0, (m,n) = 1 dan m berlawanan paritas
dengan n.
Dalil 7.4
Jika x, y, z N dan (x, y, z) – 1, maka persamaan x2 + 2y2 = z2 mempunyai
penyelesaian : x = |r2 – 2s2|
y = 2rs
z = r2 + 2s2, dengan r,s > 0 dan (r,2s) = 1
Dalil 7.5
Jika x,y,z N dan (x,y,z) = 1, maka persamaan x2 + y2 = 2z2 mempunyai
penyelesaian :
x = r2 – s2 + 2rs
y = |rs2 – s2 – 2rs|
z = r2 + s2
dengan r, s N (u, v) = 1, serta u dan v mempunyai parities yang berbeda,
Dalil 7.6
Jika y dan z adalah bilangan-ilangan genap, maka penyelesaian persamaan :
x2 + y2 + z2 = t2 adalah :
P2 + q2 – r2 P2 + q2 + r2
x= , y = 2p, z = 2q, t =
r q N, r < (p2 + q2) dan r| (p2 = q2)
Dengan p, r
A. Rangkuman Materi
SIFAT-SIFAT DASAR KONGRUENSI
Definisi : misalkan n suatu bilangan bulat positif. Dua bilangan bulat a dan b
kongruen modulo n jika n membagi (a-b), maka , k bilangan
bulat.
Contoh:
2 , karena 2
, karena
, karena +
Ketika n tidak habis dibagi (a-b) maka dikatakan a tidak kongruen b modulo n dan ditulis
. Contoh : , karena 7 tidak habis membagi (13-1).
Teorema : Untuk sembarang bilangan bulat a dan b, , jika dan hanya
jika a dan b mempunyai sisa yang sama bila dibagi n.
Bukti : misalkan diketahui , akan dibuktikan a dan b bersisa sama bila
dibagi n. Dari , maka + , untuk suatu k bilangan bulat, sekarang
umtuk n dan bilangan bulat b menurut algoritma pembagian berlaku + ,
dengan .
Sehingga +
+ +
+ +
Hal ini berarti a seperti halnya b memiliki sisa r bila dibagi oleh m. Sebaliknya
misalkan a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi oleh n, yaitu + dan
+ . Untuk 0 dengan demikian + +
atau n│(a-b) atau .
Contoh:
Karena 56 dan dan –11 dapat dinyatakan dalam bentuk – + ,
2 + . Menurut teorema – . Sebaliknya jika –
maka –31 dan 11 memiliki sisa positif yang sama ketika dibagi 7. Jelasnya
adalah – + , 11=1.7 +4.
Teorema : kongruensi sebagai relasi ekuivalen. Untuk n bilangan bulat positif dan a,
b, c bilangan bulat, berlaku :
a) (sifat reflektif)
Bukti:
Misal n 0, maka m│0.
n│0 berarti n │(a-a)
Karena n │(a-a), hal ini menurut definisi , untuk setiap bilangan
bulat a dan n 0.
Cara lain
a a (mod n), sebab a-a = 0 dan m│0.
b) , maka (sifat simetri)
Bukti:
a b (mod m), menurut definisi berarti n│a-b, sedangkan menurut definisi
keterbagian n│a-b, dapat dinyatakan sebagai (a-b) = tn, untuk t Z.
(a-b) = tn -(a-b) = -tm
(b-a) = (-t) n, -t Z.
n │(b-a) atau b a (mod n)
c) Jika dan , maka (sifat transitif)
Bukti:
a b (mod n) berarti n │(a-b)
b c (mod n) berarti n │(b-c)
Menurut dalil keterbagian
n│(a-b) dapat dinyatakan dengan a-b=k.n
n│(b-c) dapat dinyatakan dengan b-c=t.n
Diperoleh:
(a-b)+(b-c) = kn+tn
a-c= (k+t)n
a-c = n.p
+
Jadi sisa dari dibagi 8 adalah 5
2. Tentukan sisa MN dibagi 32
2
Penyelesaian :
2 ( 2 2
2
2
( 2 2 2
2 2
2 2
2
2 2 x
2
2
Jadi sisanya adalah 16
Laporan Pendalaman Materi
Kompetensi Keahlian Aritmatika Dan Bilangan
+ )+ )
+
5. Jika │ dan │ , maka │ ;
Bukti:
)
6. Jika │ dan y│ , maka ;
7. Jika │ dan y = 0, maka │ ;
2
Bilangan tersebut habis dibagi 6, suatu bilangan yang habis dibagi 6 maka habis
dibagi 2 dan 3.
2│123456(d-1)8, karena digit akhirnya genap
123456(d-1)8 habis dibagi 3 sehingga, 3│1+2+3+4+5+6+(d-1)+8
3│28+d
Nilai d yang memungkinkan adalah 2, 5, dan 8
2. Tentukan nilai digit k dalam persamaan 2k99561= 2 +
Penyelesaian :
2k99561 habis dibagi 3, sehingga 3│ 2+k+9+9+5+6+1
3│ 2 +k
Nilai k yang memungkinkan adalah 1,4, dan 7
2k99561 habis dibagi 9, sehingga 9│ 2+k+9+9+5+6+1
2 +k
Nilai k yang memungkinkan adalah 4
Sehingga nilai k yang memenuhi {1,4,7} {4} adalah 4
3. Tentukan semua bilangan asli n agar 2 + habis dibagi 3
Penyelesaian :
Ambil sembarang n,
n=1→2 + 2+ ,
n=2→2 + + ,
n=3→2 + + ,
n=4→2 + + ,
n=5→2 + 2+ ,
jadi untuk semua n bilangan ganjil atau 2 habis dibagi 3
4. Diketahui bahwa 20 + 14 = 243290 0953 4931200 nilai a dan b adalah …
Penyelesaian :
20 + 14 = 20.19.18.17.16.15. 14 + 14
= 14 (20.19.18.17.16.15.14+1)
Jadi 20 + 14 habis dibagi 1, 2, 3, …, 13
Pilih habis dibagi 9 dan 11
2 2 2
9│2+4+3+2+9+0+ +0+9+5+3+ +4+9+3+1+2+0+0
9│56+ +
+
2 2 2
11│2-4+3-2+9-0+ -0+9-5+3- +4-9+3-1+2-0+0
11│14+ -
+ +
Latihan Soal
1. Buktikan teorema diatas berlaku .
Penyelesaian :
Misalkan x0 dan y0 adalah solusi partikulir dari persamaan yang diberikan dan
x' , y ' adalah sembarang solusi lainnya, maka
Bentuk ini memberikan fakta bahwa r│s(yo – y‟). Karena (r,s) = 1 dengan
menggunakan Lemma Euclid diperoleh r | ( y0 y' ) . Dengan kata lain y0 y' rt
untuk suatu bilangan bulat t. Dari sini kita peroleh
x‟ – x0 = st
Dengan demikian, kita mempunyai formula untuk solusi x’ dan y’:
b
x' x0 st x0 t
d
a
y ' y 0 rt y 0 t
d
2. Ujilah apakah + 22 mempunyai solusi bilangan bulat
Penyelesaian :
Mencari FPB 6 dan 51
+
2 +
Jadi FPB 6 dan 51 adalah 3, 22 maka tidak mempunyai solusi.
3. Periksa apakah persamaan dibawah ini mempunyai solusi? Jika ada tentukan solusi
bilangan bulat yang memenuhi persamaan tersebut.
a. + 2
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 56 dan 72
2 +
+
+
Jadi FPB(56, 72) adalah 8, 8│40 maka mempunyai solusi.
56x + 72y = 40
72 = 56 (2) – 40
56 (-2) + 72 (1) = -40 ] -1
56 (2) + 72 (-1) = 40
xo = 2
yo = -1
x = xo + ( )
x=2+( )
x = 2 + 9t
y = yo - ( )
y = -1 - ( )
y = -1 – 7t
Solusi nya (x,y) = (2 + 9t, -1 – 7t)
b. 22 +2
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 229 dan 247
2 22 +
22 2 +
+
2 +
+2
2+
2 2 +
Jadi FPB dari 229 dan 247 adalah 1, 1│13 maka mempunyai solusi.
229x + 247y = 13
247 = 229 (1) + 18
229 (-1) + 247 (1) = 18 ]
229 ( ) + 247 ( ) = 13
xo =
yo =
x = xo + ( )
x= +( )
x= + 247t
y = yo - ( )
y= -( )
y= – 229t
c. 2 +
Penyelesaian:
Mencari FPB 126 dan 65
2 +
+
+
+
Jadi FPB(126, 65) adalah 1, 1 │1 maka mempunyai solusi
126m + 65n = 1
126 = 65 (2) - 4
126 (1) + 65 (-2) = -4 ]
126 ( ) + 65 ( ) = 1
xo =
yo =
x = xo + ( )
x= +( )
x= + 65t
y = yo - ( )
y= -( )
y = – 126t
Solusi nya (x,y) = ( + 65t, – 126t)
d. 2 +2
Penyelesaian :
2 2 + 2
2 2+
2 +
2 +
Jadi FPB(172, 20) adalah 4, 4│1000 maka mempunyai solusi.
172x + 20y = 1000
172 = 20 (9) - 8
172 (1) + 20 (-9) = -8 ] -125
172 ( 2 ) + 20 ( 2 ) = 1000
xo = 2
yo = 2
x = xo + ( )
x= 2 +( )
x= 2 + 5t
y = yo - ( )
y= 2 -( )
y= 2 – 43t
Solusi nya (x,y) = ( 2 + 5t, 2 – 43t)
e. +
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 14 dan 35
2 +
2 +
Jadi FPB (14, 35) adalah 7, 7 maka tidak mempunyai solusi.
f. 2 +
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 24 dan 138
2 +
2 +
+
Jadi FPB (24, 138) adalah 6, 6│18 maka mempunyai solusi.
24x + 138y = 18
138 = 24 (5) + 18
24 (-5) + 138 (1) = 18
xo =
yo =
x = xo + ( )
x= +( )
x= + 23t
y = yo - ( )
y= -( )
y= – 4t
Solusi nya (x,y) = ( + 23t, – 4t)
g. 22 +
Mencari FPB dari 221 dan 35
22 +
+2
2+
2 2 +
Jadi FPB(221, 35) adalah 1, 1│11, maka mempunyai solusi.
221x + 35y = 11
221 = 35 (6) + 11
221 (1) + 35 (-6) = 11
xo =
yo =
x = xo + ( )
x= +( )
x= + 35t
y = yo - ( )
y= -( )
y= – 221t
Solusi nya (x,y) = ( + 35t, – 221t)
Latihan soal:
a. Selesaikan 2
b. Selesaikan 2
c. Jika dan 2 , tentukan nilai dalam modulo 11
d. Jika 2 dan , tentukan nilai dalam modulo 13
e. Tentukan angka satuan dari
f. Tentukan + dalam modulo 11
g. Sisa pembagian + oleh + adalah …
Penyelesaian:
a. 2 2
1) Mencari , 2 menggunakan Algoritma Euclid
2 2 +
+
Maka , 2
+ + +
2
2
b. Selesaikan 2 2
1) Mencari , 2 menggunakan Algoritma Euclid
+
+
Maka ,
2) Karena 2 maka kongruensi linear tsb memiliki 3 buah solusi
3) Pandang bentuk baris pertama pada 1)
2 2
+ 2
Diperoleh solusi khusus 2 dan
+ + +
2
5) Solusinya adalah , ,2 ada sebanyak 3 buah
Siklus :1
Waktu : Rabu, 21 Februari 2018
Sesi : 2 (10.00-11.40)
Fasilitator : Dr. Dadan Dasari, M.Pd
Materi : Aritmetika dan Bilangan : Kongruensi Tingkat Tinggi
2. Tentukan suatu bilangan, jika dibagi 3 bersisa2, jika dibagi 5 bersisa 3 dan jika dibagi 7
bersisa 2.
2
Langkah 1 : mengidentifikasi unsur yang diketahui
2 2
Yang mengakibatkan :
2
2
2
adalah 2