Anda di halaman 1dari 116

Laporan Pendalaman Materi

Siklus 1
Kompetensi Keahlian Aritmatika dan
Bilangan

Oleh

Siti Nuroniah
RB201714624

Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Bersubsidi


2018
Laporan Pendalaman Materi
Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan
Hari, Tanggal : Rabu, 14 Februari 2018
Pemateri : Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Materi : Pendalaman Materi Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan
Bilangan Bulat dan Pemecahan Masalah

A. PENDAHULUAN

BILANGAN KOMPLEKS
𝒂 + 𝑏𝑖
𝒂 ∶ bil. real, 𝑏𝑖 ∶ bil. imaginer

BILANGAN REAL BILANGAN IMAGINER

BILANGAN RASIONAL BILANGAN IRRASIONAL


𝒂
, 𝒂, 𝒃 ∈ ℤ, 𝒃 ≠ 𝟎 Contoh : 2, 𝜋, 𝑒
𝒃

BILANGAN BULAT BILANGAN PECAHAN

BILANGAN BILANGAN
NOL
BULAT POSITIF BULAT NEGATIF
Gambar 1.1. Garis Bilangan Cacah
Pada Gambar 1.1, Nampak sebagian dari suatu garis bilangan menunjukan tempat
bilangan cacah. Bilangan yang berkorespodensi dengan tiap titik adalah bilangan yang
menunjukan banyaknya satuan panjang dari titik nol sampai ke titik yang dimaksud, yang
diukur ke kanan.

Gambar 1.2. Garis Bilangan Bulat


Pada Gambar 1.2, menunjukan beberapa bilangan yang berkorespodensi dengan titik – titi
pada Gambar 1.1. Titik yang letaknya satu satuan di sebelah kiri titik berkorespodensi
dengan bilangan . Titik yang letaknya dua satuan di sebelah kiri titik nol,
berkorespodensi dengan 2 dan seterusnya.

B. RANGKUMAN
1. BILANGAN BULAT
Himpunan bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif dan nol disebut himpunan
bilangan bulat. Himpunan bilangan bulat (integers) dinotasikan dengan ℤ (berasal dari
bahasa Jerman “Zahlen”)
ℤ , , , 2, , , , 2, , ,

2. OPERASI PADA BILANGAN BULAT


a. Penjumlahan Bilangan Bulat
 Menggunakan garis bilangan
(i) Contoh : Menghitung hasil dari +

Dari , melangkah 3 satuan ke kanan (tanda positif) kemudian 4 satuan ke


kiri (tanda negatif). Sehingga diperoleh hasil .

(ii) Contoh : Menghitung hasil +


Dari , melangkah 4 satuan ke kiri (tanda negatif) kemudian 6 satuan ke
kiri (tanda negatif). Sehingga diperoleh hasil .

 Bagaimana cara menghitung penjumlahan untuk bilangan yang lebih besar?


Untuk menghitung penjumlahannya, bisa menggunakan cara bersusun pendek
atau panjang seperti pada contoh soal berikut.

b. Pengurangan Bilangan Bulat


 Menggunakan garis bilangan
Contoh : Menghitung hasil dari

Untuk menghitung hasil pengurangan tersebut, tanda merepresentasikan


berbalik arah. Dari 0 melangkah ke kanan 3 satuan, kemudian akan melangkah
4 satuan ke kiri, tetapi karena ada tanda , maka berbalik arah 4 satuan ke
kanan. Sehingga diperoleh hasil dari .

 Bagaimana cara menghitung pengurangan untuk bilangan yang lebih


besar?
Untuk menghitung pengurangannya, bisa menggunakan cara bersusun pendek
atau panjang seperti pada contoh soal berikut.
c. Perkalian Bilangan Bulat
 Perkalian merupakan penjumlahan yang berulang.
Contoh :
(i) + + +
(ii) + +
 Jika perkalian direpresentasikan sebagai penjumlahan berulang, bagaimana
menentukan hasil dari perkalian dua buah bilangan berikut:
(i) 2
(ii) 2
Untuk menentukan hasilnya, dapat menggunakan konsep pola bilangan seperti
berikut ini.
 Bagaimana cara menghitung perkalian untuk bilangan yang lebih besar?
Berikut cara – cara yang dapat diterapkan untuk menghitung perkalian dua buah
bilangan bulat, dari cara yang menerapkan konsep sederhana sampai perkalian
bersusun (yang kina kenal sekarang).
Contoh : Menghitung 2
CARA I

2 +2
+

Hasil dari 2 adalah luas total dari


persegi panjang tersebut, yaitu :
2 + + +

CARA II
2 +2 + + +2 +

CARA III
2 +2
+
+
+2
+ +

CARA IV
2

d. Pembagian Bilangan Bulat


 Pembagian merupakan pengurangan yang berulang
Contoh : 2
2 ...(1)
...(2)
...(3)
Jadi, 2

 Bagaimana jika 2 ?
Untuk menyelesaikannya tidak bisa menggunakan konsep pengurangan yang
berulang, tetapi menerapkan gagasan invers.
2
2

Jadi, 2

 Bagaimana cara menghitung pembagian untuk bilangan yang lebih besar?


Untuk menghitung pembagiannya, bisa menggunakan cara pembagian bersusun
seperti pada contoh berikut.
C. MASALAH YANG DIBERIKAN INSTRUKTUR
1. Dengan menggunakan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian,
tanda kurung, nyatakanlah masing – masing bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
dengan empat buah angka 4.
Penyelesaian :

( )+

2 +

+ +

[ ]+ + +

2. Misalkan dan adalah bilangan bulat positif sehingga . Nilai dari


+2
Penyelesaian :
 +
 Faktor dari :
1 39
3 13
 Untuk faktor 39, 1 dan 39 :

+
2
2
+2 2 +2
 Untuk faktor 39, 3 dan 13 :

+
2

+2 +2
Jadi, nilai dari + yang mungkin adalah 98 dan 34.

3. Jika hasil kali tiga bilangan ganjil positif berurutan sama dengan 7 kali jumlah
bilangan itu, maka bilangan terbesarnya adalah ...
Penyelesaian :
 Misalkan bilangan ganjil berurutan tersebut adalah :
, + 2, +
dan
+2 + + +2 + +
 Maka :
+2 + +
+2 + +2
+2 + 2 +2
+ 2
+ 2
+
atau
 Bilangan terbesar : + +
Jadi, bilangan terbesarnya adalah .

4. Bilangan dua digit yang nilainya 6 kali jumlah angka – angkanya adalah ...
Penyelesaian :
 Misalkan bilanga dua digit tersebut adalah ( puluhan dan satuan)
 + +
+ +
 Misalkan :
maka

maka

 +
Jadi, bilangan dua digit tersebut adalah 54.

5. Jika dan dua bilangan genap berurutan, maka buktikan bahwa:


+ 2 +2
Penyelesaian :
 Misalkan dan dua bilangan genap berurutan dengan :
2 dan 2 +2
 + 2 + 2 +2
+ + +
+ +
2 + +2
2 2 2 +2 +2
2 +2
Jadi, terbukti bahwa jika dan dua bilangan genap berurutan maka
+ +

6. Manakah yang lebih besar antara 2 dan


Penyelesaian :
2 ...
...
...
...
...
>
Jadi, yang lebih besar antara dan adalah .
7. Tentukan nilai dari persamaan berikut :
2 2
2 +
2 2
Penyelesaian :
2 +

2
Jadi, nilai yang memenuhi persamaan tersebut adalah 2004.

D. MASALAH YANG DIBAHAS KELOMPOK


8. Bilangan bulat positif terkecil yang jika di kali 600 akan menghasilkan bilangan
kuadrat sempurna adalah ...
Penyelesaian :
 Misalkan :
: bilangan bulat positif
: bilangan kuadrat sempurna
 Maka :

 Agar menjadi bilangan kuadrat sempurna maka, nilai terkecil adalah 6.


Jadi, bilangan bulat terkecil tersebut adalah 6

9. Tentukan banyaknya faktor dari 10.000.


Penyelesaian :
 Ingat prosedur menentukan banyak faktor :
(i) Tentukan faktorisasi prima
(ii) Banyak faktor dicari dengan rumus :
Misalkan faktorisasi prima dari ,
dengan , ,, , adalah bilangan prima
Banyak faktor positif dari P adalah + + +
 2
 Banyak faktor + + 2
Jadi, banyak faktornya adalah 25.

10. Carilah semua pasangan bilangan bulat positif , yang memenuhi +

Penyelesaian :
 +

2 +2
2 2
2 2
2
2

2+
2
 Karena bilangan bulat maka 2
 2 faktor dari 4, yaitu : , 2 dan
 Untuk 2 dan (memenuhi)
Untuk 2 dan 2 (tidak memenuhi)
Untuk 2 2 dan (memenuhi)
Untuk 2 2 dan (tidak memenuhi)
Untuk 2 dan (memenuhi)
Untuk 2 2 dan (tidak memenuhi)
Jadi, pasangan , yang memenuhi persamaan tersebut adalah , , , dan
, .
Laporan Pendalaman Materi
Kompetensi Keahlian Aritmatika dan Bilangan
Hari, tanggal : Rabu, 14 Februari 2018
Nama Instruktur : Drs. Bambang Avip Priatna M., M.Si
Materi : Bilangan pecahan
A. RANGKUMAN
1. BILANGAN PECAHAN
Himpunan bilangan pecahan adalah himpunan semua bilangan dalam bentuk:

, , ∈ ℤ, ≠

Pada aritmatika, jika suatu bilangan dituliskan dalam bentuk berarti dengan :

 dinamakan pembilang (numerator)


 dinamakan penyebut (denominator)

2. Operasi pada Bilangan Pecahan


a. Penjumlahan
 Contoh : Hitunglah +

Dari gambar, tampak bahwa :


+

 Contoh : Hitunglah +

Dari gambar, tampak bahwa :

+ +

 Dari kedua contoh tersebut, diperoleh kesimpulan untuk menjumlahkan dua


pecahan diubah ke pecahan – pecahan yang penyebutnya sama.

Contoh : +

Penyelesaian
Himpunan kelipatan , , , 2, ,
Himpunan kelipatan , , 2, ,2 ,
Himpunan kelipatan persekutuan dari dan , 2, 2 ,

Hal itu berakibat : + + atau + +


Bila kita ambil KPK dari 4 dan 6, yaitu 12 sebagai penyebutnya maka akan
lebih mudah mengerjakannya.

b. Pengurangan
 Contoh : Hitunglah

Dari gambar, tampak bahwa

 Contoh : Hitunglah

Dari gambar, tampak bahwa :

 Sama halnya dengan penjumlahan, dalam mengurangi pecahan terlebih


dahulu mengganti pecahan dengan pecahan yang penyebutnya sama.
Contoh :

c. Perkalian
 Daerah persegi panjang yang diarsir pada gambar.
Panjang

Lebar

Luas

Daerah persegi panjang bagian dari

daerah persegi .
 Daerah persegi panjang yang diarsir pada gambar.
Daerah persegi panjang bagian dari

daerah persegi panjang

Daerah persegi panjang bagian dari daerah

persegi

Daerah persegi panjang adalah dari

daerah persegi
 Daerah persegi panjang yang diarsir pada gambar.

Daerah persegi panjang bagian dari

daerah persegi panjang

Daerah persegi panjang bagian dari daerah

persegi

Daerah persegi panjang adalah dari

daerah persegi

 Dari hasil , dan ditulis :

atau :

 Dari contoh tersebut, diperoleh kesimpulan untuk mengalikan pecahan,


kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.
Contoh :

d. Pembagian
 Contoh : Hitunglah

Untuk menyelesaikan masalah ini, diperlukan definisi sebagai berikut:


Dengan definisi itu, artinya . Dengan kalimat biasa dapat

kita mengatakan bahwa sama dengan berapa, sama dengan kalimat berapa

kali agar sama dengan .

Dari gambar di atas tampak bahwa kita memerlukan kali bidang gelap agar

dapat tepat menutup bidang gelap gambar .

Dengan kata lain atau

atau

atau

 Dengan menggunakan algoritma tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa

membagi dengan sama artinya dengan mengalikan dengan .

B. MASALAH YANG DIBERIKAN INSTRUKSTUR


1. Pak Kantun dapat menyelesaikan pengecatan tembok dari sebuah bangunan dalam waktu
6 hari. Sedangkan Pak Marsono dapat menyelesaikan pekerjaan yang sama dalam waktu
3 hari. Jika mereka bekerja bersama-sama, maka dalam waktu berapa hari pekerjaan
tersebut dapat diselesaikan?
Jawab:
Misalkan x adalah banyak hari pekerjaan akan selesai jika dikerjakan bersama-sama,
maka dalam satu hari:
Pak Kantun dapat menyelesaikan pekerjaan.

Pak Marsono dapat menyelesaikan pekerjaan.


Pak Kantun bersama Pak Marsono dapat menyelesaikan pekerjaan.

Sehingga,

2
2
Jadi, jika dikerjakan secara bersama-sama pekerjaan akan selesai dalam waktu 2 hari.

2. Sekarang umur ayah dibanding umur ibu adalah 6 : 5. Jika 6 tahun lagi perbandingan
umur mereka adalah 7 : 6. Berapakah umur ayah dan umur ibu sekarang?
Jawab:
Misalkan x = umur ayah dan y = umur ibu, maka:

+
2
+
Dari (1), . Dengan mensubstitusikan persamaan (1)‟ ke persamaan (2),

diperoleh:

+
+

( + ) +

+ + 2

Substitusikan persamaan (3) ke persamaan (1)‟, diperoleh .


Jadi, umur ayah adalah 36 tahun dan umur ibu adalah 30 tahun.

3. Perbandingan berat badan Ali, Budi, dan Chandra adalah 6 : 7 : 8. Jika jumlah berat
badan mereka adalah 105 kg, berapa berat badan mereka masing-masing?
Jawab:
Misalkan: Berat badan Ali = x kg
Berat badan Budi = y kg
Berat badan Chandra = z kg
Maka:
∶ ∶ ∶ ∶
Jumlah perbandingan = 6 + 7 + 8 = 21
+ +
Sehingga,

2
Jadi, berat badan Ali adalah 30 kg, berat badan Budi 35 kg, dan berat badan Chandra 40
kg.

4. Perbandingan uang Arif dengan uang Feri adalah 4 : 7. Jumlah uang mereka Rp.
55000,00. Berapa selisih uang mereka?
Jawab:
Misalkan banyak uang Arif = x dan banyak uang Feri = y.
Maka, jumlah perbandingan x dan y adalah 11, dan selisih perbandingan x dan y adalah 3.
Sehingga, selisih uang Arif dan Feri adalah:

Jadi, selisih uang Arif dan uang Feri adalah Rp. 15000,00

5. Tiga liter bensin dapat untuk menempuh jarak 60 km. Berapa jarak yang dapat ditempuh
bila menggunakan 8 liter bensin?
Jawab:
Misalkan jarak yang ditempuh dengan 8 liter bensin adalah x km, maka dengan
menggunakan perbandingan snilai diperoleh:

Jadi, jarak yang ditempuh dengan 8 liter bensin adalah 160 km.
6. Perbandingan panjang dan lebar pada suatu persegi panjang adalah 5 : 3.
a. Jika luas persegi panjang adalah 240 m2, tentukan ukuran dari panjang, lebar, dan
kelilingnya.
b. Jika kelilingnya 160 m, tentukan ukuran dari panjang, lebar, dan luasnya.
Jawab:
Misalkan panjang dan lebar persegi panjang masing-masing p m dan l m, luas dan
keliling persegi panjang L m2 dan K m.

∶ ∶

a.

2
2 +
2 2 + 2
2 2

Jadi, jika luas persegi panjang 240 m2, diperoleh panjang 20 m lebar 12 m dan
keliling 64 m.

b. 2 +

2 ( + )

2
Jadi, jika keliling persegi panjang 160 m, diperoleh panjang 50 m lebar 30 m dan
keliling 1500 m2.

7. Lima tahun yang lalu umur Ana 2 kali umur Rani. Sedangkan 15 tahun yang akan datang
umur Ana kali umur Rani. Berapa umur Ana dan Rani sekarang?

Jawab:
Misalkan sekarang umur Ana = a tahun dan umur Rani = r tahun, maka:
2

+ + 2

Dari (1) dan (2), diperoleh:


2

Dari (1)‟ dan (2)‟ diperoleh:


2

2
Jadi, umur Ana sekarang adalah 25 tahun dan umur Rani adalah 15 tahun.

8. Lima tahun yang lalu umur adik umur ayah. Sedangkan umur ibu : umur ayah 6 : 7.

Lima tahun yang akan datang umur ayah 3 kali umur adik. Berapa umur mereka masing-
masing sekarang?
Jawab:
Misalkan sekarang umur adik = p tahun, umur ayah = q tahun, dan umur ibu = r tahun,
maka:

+ +
Dari persamaan (1),
Dari persamaan (2),

2
Dari persamaan (3),
+ +

Dari (1)‟, (2)‟, dan (3)‟,

Jadi, umur adik, umur ayah dan umur ibu sekarang bertrut-turut adalah 10 tahun, 40
tahun, dan 35 tahun.

C. MASALAH YANG DIBAHAS DALAM KELOMPOK


Permainan Perang Pecahan
Langkah-langkah Permainan:
 Siswa membentuk kelompok dan duduk secara melingkar
 Tumpuk kartu secara acak terlebih dahulu
 Masing-masing siswa mengambil satu kartu dan membukanya secara bersamaan
 Siswa membandingkan nilai pecahan (paling besar/ paling kecil, sesuai kesepakatan)
sesuai warna kartu yang diperoleh
 Siswa dengan pecahan tertinggi/ terendah (sesuai kesepakatan) dapat mengambil kembali
satu kartu pada tumpukkan kartu
 Permainan pecahan ini sangan bagus untuk melatih siswa dalam membandingkan pecahan
, ,
Laporan Pendalaman Materi
Kompetensi Keahlian Aritmatika dan Bilangan
Hari, tanggal : Rabu, 14 Februari 2018
Nama Instruktur : Drs. H. Asep Syarif, H., M. S.
Materi : Barisan dan Deret Aritmatika

A. Rangkuman Materi
 Pendahuluan
Barisan maupun deret merupakan sebuah keteraturan. Dalam kehidupan sehari-hari kita
dapat melihatnya dalam barisan pasukan tentara ataupun penomoran rumah. Konsep barisan
yang kita kenal dalam matematika, sebenarnya sudah banyak dibicarakan banyak orang sejak
2400 tahun yang lalu. Ditandai dengan seorang ahli filsafat Yunani bernama Zeno yang
mengemukakan suatu krisis dalam matematika yang dikenal dengan paradoks Zeno, yaitu
sebagai berikut:
“Seorang pelari yang harus menempuh jarak tertentu dengan cara melampaui
setengah dari setiap jarak yang ditempuh, sebagai akibatnya pelari itu tidak akan
sampai pada ujung dari jarak yang akan ditempuhnya.”(H. Karso : 1)
Persoalan di atas dapat diilustrasikan dengan:

Sandy akan menempuh jarak tertentu (dari A ke B), dengan cara melampaui
setengah dari jarak yang ditempuh ( , , , dan

seterusnya), sebagai akibatnya Sandy tidak akan sampai pada ujung (titik B) dari jarak
yang akan ditempuhnya (dari titik A).
Paradoks Zeno tersebut dapat diatasi dengan ditemukannya masalah barisan, terutama
barisan tak hingga.
Selain barisan, terdapat pula sebuah cerita mengenai konsep deret dalam matematika, yaitu
seorang hamba meminta rajanya untuk diberi beras dengan cara meletakan 1 butir beras pada
kotak pertama sebuah papan catur. Kemudian meletakkan 2 butir pada kotak kedua, 4 butir
pada kotak ketiga, dan seterusnya. Sehingga setiap kotak selanjutnya harus diisi dengan beras
sebanyak kuadrat dari jumlah beras yang ada pada kotak sebelumnya. Ternyata beras seluruh
negeri tidak cukup untuk memenuhi permintaan hamba ini (H.Karso : 1). Ciri khas materi
barisan dan deret adalah selalu terkait dengan bilangan-bilangan dan aturan-aturan tertentu
yang menghubungkan bilangan-bilangan tersebut.
 Barisan dan Deret
Dalam kesempatan lain kita telah menjumpai berbagai barisan bilangan yang meruapakan
persoalan yang harus diselesaikan dalam tes psikologi, tes potensi akademik (TPA) dan lain-
lain. Sebagai contoh, kita diminta menentukan dua suku berikutnya dari setiap barisan
bilangan yang diberikan ( ) dan menentukan suatu aturan yang dapat dipakai untuk
menyusun barisan itu. Contohnya sebagai berikut,
(i). 1, 3, 5, 7, ....
(ii). 1, 2, 3, 5, 7, ...
Barisan bilangan (i) sering kita jumpai pada nomor rumah di salah satu samping jalan
raya, sedangkan barisan bilangan (ii) sering kita jumpai ketika menyusun barang yang
tersedia dengan bentuk phyramid.
Barisan semacam ini sering pula muncul dalam permasalahan matematika. Pada dasarnya
suku-suku (U) barisan adalah nilai-nilai suatu fungsi u yang daerah asalnya (domain f-nya)
adalah himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, 4, 5, ...}. Aturan yang menghubungkan daerah
asal (domain f) ke daerah hasil (range f) merupakan suatu rumus untuk barisan tersebut.
Dalam hal ini kita mempunyai fungsi dari himpunan = {1, 2, 3, 4, 5 ...} ke himpunan
unsur-unsur pada barisan. Domainnya berasal dari bilangan asli karena bilangan asli
merupakan bilangan yang pertama kali dikenal manusia.
Untuk fungsi u yang berhubungan dengan barisan bilangan (i), rumus yang mungkin untuk
barisan tersebut adalah 2 Rumus tersebut menghasilkan suku ke-n dari barisan
tersebut, biasanya dituliskan dengan 2 , ∈ = {1, 2, 3, 4, 5, ...}.
Barisan bilangan (i) 1, 3, 5, 7, .... mempunyai urutan (suku) pertama , suku kedua
, suku ketiga , dan seterusnya sampai pada suku ke-n 2 Dari
contoh ini terlihat adanya korespondensi satu-satu antara bilangan asli n ke suku ke-n atau
dari barisan tersebut.
1 2 3 ...

2 2 2 2 ... 2
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa barisan dapat disebut juga fungsi dari bilangan asli.
Beberapa cara untuk menyatakan barisan yaitu:
(1) , , , , dengan ∈
(2) dengan ∈
(3) ∈
Contoh:
1. Sebuah barisan dibentuk dari bilangan genap kurang dari 20.
a) Tuliskan barisan bilangannya!
Barisan bilangan genap tersebut dapat kita tuliskan dengan
2, , , , , 2, , ,
b) Carilah rumus untuk suku ke-n dari barisan bilangan tersebut!
Selisih dua suku berurutan adalah 2, maka 2 , dengan 2 dan
∈ }
c) Apabila susunannya bilangannya di acak, apakah masih dapat dikatakan barisan
bilangan?
Tidak, karena harus berurutan (dari terkecil ke terbesar atau sebaliknya), agar
memiliki keteraturan.
2. Sebuah barisan memiliki rumus suku ke-n sebagai 2 + . Gambarkan ke dalam
bidang kartesius!
2 + , karena domainnya bilangan asli maka
, 2, , , ,
Sehingga dapat diperoleh , , ,
2 + (1,5)
2 2 + (2,7)
2 + (3,9)
2 + (4,11)
 Barisan Aritmatika
Perhatikan contoh barisan berikut!
(a) 3, 7, 11, 15, 19, ....
(b) 38, 36, 34, ....
Jika kita perhatikan, maka suku pertamanya , suku kedua diperoleh dengan
menambahkan 4 kepada , suku ketiga diperoleh dengan menambahkan 4 pada ,
dan seterusnya. Jadi selisih dari tiap suku yang berurutan dari barisan di atas adalah tetap,
yaitu sebesar 4. Barisan seperti ini dinamakan barisan aritmatika, dan selisih yang tetap dari
barisan itu disebut beda barisan.
Contoh (a) dan (b) adalah salah satu contoh dari barisan aritmatika.
, , , ,
adalah barisan aritmatika, jika berlaku

Konstanta ini disebut beda dan besarnya dinyatakan dengan b.


(a) 3, 7, 11, 15, 19, .... bedanya adalah

(b) 38, 36, 34, .... bedanya adalah


Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa
Definisi. Suatu barisan dinamakan barisan aritmatika jika dan hanya jika selisih dua suku
yang berurutan selalu tetap.

Mencari rumus suku ke-n ( )


Jika suku pertama barisan aritmatika dan beda antar suku berurutan adalah b,
maka barisan aritmatika tersebut dapat dituliskan dengan

+ +
+ + + +2
+ +2 + +

Selisihnya satu
.................................................................
+
Jadi kita mendapatkan bentuk umum rumus suku ke-n barisan aritmatika, yaitu
+ , dengan ∈
Akibat dari rumus suku ke-n barisan aritmatika di atas, kita memperoleh
 Deret Aritmatika
Dalam (H. Karso : 6) diceritakan bahwa matematikawan besar (Prince of
Mathematics) Carl Friedrich Gauss (1777 – 1855) pada masa kecilnya di sekolah
dasar guru meminta peserta didiknya menjumlahkan seratus bilangan besar yang
merupakan suku-suku berurutan dalam barisan aritmatika, dan guru itu mengharapkan
agar suasana kelas tenang. Gauss memberi jawaban hanya dalam beberapa detik.
Dalam hal ini kita menggunakan cara yang sama untuk mendaptkan jumlah 100
bilangan asli yang pertama, yaitu:
+ 2 + + + + +
+ + + + + 2 +
2 + + + + + +

Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa


Definisi. Deret aritmatika adalah jumlah suku-suku barisan aritmatika.
Jika barisan aritmatikanya dinyatakan dalam bentuk: , + , +2 , + , , +

Maka deret aritmatikanya adalah: + + + +2 + + + +[ +


]
Dan dinotasikan dengan ( ).
Mencari rumus jumlah suku ke-n ( )
Jika adalah notasi untuk menyatakan jumlah suku pertama suatu deret aritmatika,
maka
+ + + + [ + 2 ] +[ + ]
[ + ]+ [ + 2 ] + + + +
2 [2 + ] + [2 + ]+ + [2 + ] + [2 + ]
2 [2 + ]
Sebanyak 𝒏 buah
[2 + ]

[2 + ]

Jadi kita mendapatkan bentuk umum rumus jumlah n suku deret aritmatika, yaitu
[2 + ] dengan ∈

Akibat dari rumus jumlah n suku deret aritmatika di atas, kita memperoleh

Terdapat 5 Parameter dalam barisan dan deret aritmatika, sehingga diperlukan minimal 3
buah unsur yang diketahui dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Parameter tersebut
yaitu
(i). Suku pertama ( , menyatakan angka pertama pada barisan atau deret bilangan
(ii). Beda ( , menyatakan selisih 2 suku berurutan nilainya tetap, dengan syarat suku
yang bergerak naik. (hanya diberbolehkan ,
karena suku pertama dimulai dari bukan )
(iii). , menyatakan banyaknya suku pada barisan atau deret bilangan
(iv). , menyatakan suku ke-n dengan ∈
(v). , menyatakan jumlah suku pertama sampai dengan suku ke-n dengan ∈

B. Masalah yang Diberikan Instuktur


1. Carilah suku ke-10 dari barisan bilangan yang suku pertamanya 3 dan memiliki beda
4!
Penyelesaian:
, , dan
maka
+
+
+

Jadi suku ke-10 barisan bilangan aritmatika tersebut adalah 39.


2. Barisan bilangan aritmetika terdiri dari 21 suku. Suku tengah barisan tersebut adalah
52, sedangkan + + . Suku ke–7 barisan tersebut adalah ….
Penyelesaian:
2, + + , 2 , dengan


 2
2

2 + 2
+ 2 ....(i)
 + +
+2 + + + +
+2 ....(ii)
 Dengan mengeliminasi persamaan (i) dan (ii) kita memperoleh nilai 2 dan

 + 2+ 2
Jadi, suku ke-7 barisan aritmatika tersebut adalah 32.
3. Tentukan jumlah lima suku pertama barisan aritmatika jika suku pertamanya 4, dan
beda antar suku yang berurutannya adalah !

Penyelesaian:
, dan

2 +

(2 + )

( + ( ))

( )

( )

Jadi, jumlah lima suku pertama barisan aritmatika tersebut adalah .

C. Masalah yang Dibahas Dalam Kelompok


1. Tentukan rumus umum dari barisan aritmatika dengan rumus !

Penyelesaian:

2 + + 2 + +
2

2 2

+ 2 2

+ 2

Jadi, rumus umum barisan aritmatika tersebut adalah + 2

2. Jumlah n suku pertama deret aritmetika adalah . Beda deret tersebut

adalah …
Penyelesaian:

2 2

( + 2 2 )

+ 2

Dari persamaan diperoleh 2 dan 2.


Jadi, beda pada deret aritmatika tersebut adalah 2

D. Masalah yang Diajukan


1. Diketahui barisan aritmatika , , , 2 . Tentukan banyaknya suku (n) pada barisan
tersebut!
2. Siti berhasil lulus ujian masuk Perguruan Tinggi. Sebagai mahasiswa, mulai 1 Januari
2018 ia menerima uang saku sebesar Rp6.000.000,00 untuk satu semester. Uang saku
tersebut diberikan setiap permulaan triwulan. Untuk setiap semester berikutnya uang
saku yang diterimanya dinaikan sebesar Rp200.000,00. Berapa besar uang saku yang
akan diterima Siti pada 1 Agustus 2020?
3. Banyak bilangan asli antara 10 dan 150 yang habis dibagi 6 adalah ...
4. Misalkan , , , barisan aritmatika dengan:
+ + dan + + + + + + 2
Jika , maka nilai adalah ....
5. Penataan kursi dalam sebuah gedung pertunjukan mengikuti pola barisan
aritmatika. Banyak kursi keseluruhan adalah 1.472 dan barisan terdepan
memuat 32 kursi. Banyak baris kursi hasil penataan dalam gedung pertunjukan
tersebut adalah ....

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan

Hari, Tanggal : Kamis, 15 Februari 2018


Pemateri : Dr. H. Karso, M.M.Pd
Materi : Pendalaman Materi Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan
Barisan dan Deret Geometri

A. RANGKUMAN MATERI
1. Barisan Geometri
Perhatikan contoh barisan berikut.
(a) 1, 2, 4, 8, …
(b) 27, -9, 3, -1, …
(c) -1, 1, -1, 1, …

Untuk contoh (a) ternyata tiap suku-sukunya diperoleh dengan cara mengalikan suku
sebelumnya oleh 2. Ternyata pula bahwa hasil bagi tiap suku dengan suku
sebelumnya selalu tetap, yaitu sama dengan 2. Bagaimana dengan contoh (b) dan
contoh (c)? Barisan-barisan seperti contoh di atas disebut barisan geometri.
, , , ,
dinamakan barisan geometri, apabila

Konstanta ini dinamakan rasio, pembanding, nisbah atau pembagi dan dinyatakan
dengan huruf r atau p.

(a) Untuk 1, 2, 4, 8, … rasionya 2

(b) Untuk 27, -9, 3, -1, … rasionya


(c) Untuk -1, 1, -1, 1, … rasionya

Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa:


Definisi Barisan Geometri
Suatu barisan dinamakan barisan geometri jika dan hanya jika hasil bagi tiap suku
dengan suku sebelumnya selalu tetap. Hasil bagi yang tetap ini disebut rasio dan
disingkat dengan r.
Bagaimanakah bentuk umum suku ke-n dari barisan geometri?
2. Rumus Suku ke-n
Misalkan terdapat suatu barisan geometri dengan suku pertama , maka kita dapatkan:

dan seterusnya, sehingga didapat barisan geometri dalam bentuk baku (standar), yaitu:
, , 2, , ,
Perhatikan bahwa urutan ke-n merupakan bentuk umum rumus suku ke-n barisan
geometri, yaitu

3. Jumlah n Suku Deret Geometri


Deret geometri adalah jumlah suku-suku dari suatu barisan geometri. Jika barisan
geometrinya dinyatakan dalam bentuk baku, yaitu:
, , 2, , ,
Maka deret geometrinya adalah:
+ + 2 + + +
Misalkan adalah notasi yang kita pakai untuk menyatakan jumlah n suku
pertama suatu barisan geometri, maka:
Bentuk terakhir ini sering pula disebut rumus untuk jumlah n suku pertama deret
geometri.
4. Jumlah Deret Geometri Tak Hingga
Deret geometri tak hingga adalah salah satu bentuk istimewa dari deret geometri yang
baru saja kita diskusikan. Keistimewaannya terletak pada banyak unsur-unsurnya
yaitu banyaknya tak terhingga. Karenanya didefinisikan bahwa deret geometri tak
hingga adalah suatu deret geometri yang banyak unsur-unsur atau suku-sukunya tak
hingga. Sebagai akibatnya tentu saja rumus umum jumlah n suku barisan geometri tak
hingga berbeda dengan rumus umum jumlah n suku deret geometri. Adapun bentuk
umum deret geometri tak hingga dapat ditulis dalam bentuk berikut (akibat dari
bentuk baku deret geometri)
+ + 2 + +
Sekarang kita akan menentukan rumus umum jumlah n suku geometri tak hingga
tersebut. Sebelumnya kita perhatikan kembali rumus umum jumlah n suku deret
geometri

Jika , maka

Jadi,
,

Jadi,

Dengan demikian, rumus umum jumlah n suku deret geometri adalah

B. MASALAH YANG DIBERIKAN INSTRUKTUR


1. Diketahui barisan geometri dengan dan . Carilah rasionya dan
tentukan lima suku pertama dari barisan tersebut.
Jawab:

Jadi, rasio barisan geometri tersebut adalah . Adapun lima suku pertamanya adalah

64, 16, 4, 1, .

2. Banyaknya penduduk kota Bandung pada tahun 2007 ada 3,2 juta orang. Setiap 10
tahun penduduk kota Bandung bertambah dua kali lipat dari jumlah semula.
Berapakah banyaknya penduduk kota Bandung pada tahun 1947?
Jawab:
Karena penduduk kota Bandung tiap 10 tahun bukanlah dua kali lipat dari jumlah
semula, berarti r = 2. Dari tahun 1947 ke tahun 2007 = 60 tahun, ini sama dengan

Penduduk pada tahun 2007 = 3,2 juta orang, sehingga


2
2
2

Jadi, penduduk Kota Bandung pada tahun 1947 adalah 100.000 orang.

3. Carilah jumlah tujuh buah suku dari deret geometri


+2+ + , +
Jawab:
2
,
2

( (2) )
,
2
4. Seutas tali dibagi menjadi 6 bagian dengan ukuran panjang membentuk deret
geometri; jika bagian yang paling pendek 3 cm dan yang terpanjang 96 cm,
tentukanlah ukuran panjang tali tersebut.
Jawab:
, ,

2
2
Karena , maka berlaku:
2
2
Jadi, ukuran panjang tali tersebut adalah 189 cm.

5. Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 1 meter. Setiap kali sesudah jatuh mengenai
lantai, bola itu dipantulkan lagi dan mencapai ketinggian dari tinggi sebelumnya.

Tentukan panjang seluruh jalan yang dilalui bola itu sampai berhenti.
Jawab:
+ +( ) +( ) +

+( ) +( ) +

Jadi, panjang seluruh jalan yang dilalui bola itu sampai berhenti adalah 7 meter.

C. MASALAH YANG DIBAHAS DALAM KELOMPOK


1. Mengapa digunakan konsep limit untuk perhitungan deret geometri tak hingga?
Jawab:
Karena jika suatu deret geometri dijumlahkan hasilnya tidak sampai pada hasil
sebenarnya, oleh karena itu didekati dengan konsep limit.

2. Mengapa deret geometri tak hingga hanya berlaku untuk ?


Jawab:
Karena untuk , deret geometri tak hingga tidak dapat ditentukan nilainya sebab
deret akan menuju tak hingga.

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmatika dan Bilangan

Hari, Tanggal : Kamis, 15 Februari 2018


Instruktur : Dr. Kartika Yulianti, M.Si
Materi : Barisan dan Deret (Selain Aritmatika dan Geometri)

PENDAHULUAN
 Barisan adalah barisan bilangan yang mempunyai pola tertentu.
A. RANGKUMAN MATERI
POLA BILANGAN
Perhatikan deretan bilangan-bilangan berikut:
1. 1, 2, 3, ...
2. 4, 9, 16, ...
3. 31, 40, 21, 30, 16, ...
Deretan bilangan di atas mempunyai pola tertentu. Dapatkah anda menentukan bilangan
yang belum diketahui sesuai dengan aturan yang dipunyai? Mari lihat pembahasan
penyelesaian dari contoh di atas:
1. Pola pertama mempunyai aturan:
Bilangan ke-2 = 1+1=2
Bilangan ke-3 = Bilangan ke-2 + 1 = 2 + 1 = 3
2. Pola ke-dua mempunyai aturan:
Bilangan ke-1 = (1+1)2 = 22 = 4
Bilangan ke-2 = (2+1)2 = 32 = 9
Bilangan ke-3 = (3+1)2 = 42 = 16
Jadi, bilangan ke-4 = (4+1)2 = 52 = 25
3. Pola ke-3 mempunyai aturan:
Bilangan ke-3 = Bilangan pertama – 10 = 31 – 10 = 21
Bilangan ke-4 = Bilangan kedua – 10 = 40 – 10 = 30
Bilangan ke-5 = Bilangan ketiga – 5 = 21 – 5 = 16
Jadi, bilangan ke-6 = Bilangan keempat – 5 = 30 – 5 =25
Aturan yang dimiliki oleh deretan bilangan di atas disebut pola bilangan pada
deretan itu.
Pola dapat diartikan sebagai sebuah susunan yang mempunyai bentuk teratur dari
bentuk yang satu ke bentuk berikutnya. Sedangkan bilangan adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjukkan kuantitas (banyak, sedikit) dan ukuran (berat, ringan,
panjang, pendek, luas) suatu objek. Bilangan ditunjukkan dengan suatu tanda atau
lambang yang disebut angka.Sehingga pola bilangan dapat diartikan sebagai susunan
angka-angka yang mempunyai bentuk teratur dari bentuk yang satu ke bentuk
berikutnya.
MACAM-MACAM POLA BILANGAN
a. Pola Garis Lurus
Penulisan bilangan yang mengikuti pola garis lurus merupakan pola bilangan
yang paling sederhana. Suatu bilangan hanya digambarkan dengan noktah yang
mengikuti pola garis lurus. Misalnya: `
Mewakili 2

Mewakili 3

Mewakili 4

Mewakili 5

b. Pola Persegi panjang


Pada umumnya, penulisan bilangan yang didasarkan pada pola persegi
panjang hanya digunakan oleh bilangan bukan prima. Pada pola ini, noktah-noktah
disusun menyerupai bentuk persegi panjang. Pola bilangan persegi panjang adalah 2,
6, 12, 20, 30, ...
Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut:

c. Pola Persegi
Persegi merupakan bangun datar yang semua sisinya memiliki ukuran yang
sama panjang. Begitu pula dengan penulisan pola bilangan yang mengikuti pola
persegi. Pola bilangan persegi adalah 1, 2, 9, 16, 25, ... Pada pola ini, semua
noktah digambarkan dengan jumlah yang sama.
Gambar pola bilangan persegi adalah sebagai berikut:
d. Pola Segitiga
Selain mengikuti pola persegi panjang dan persegi, bilangan pun dapat
digambarkan melalui noktah yang mengikuti pola segitiga. Untuk lebih jelasnya, coba
kamu perhatikan lima bilangan yang mengikuti pola segitiga berikut ini. Jadi,
bilangan yang mengikuti pola segitiga dapat dituliskan sebagai berikut : 1, 3, 6, 10,
15, 21, 28, 36, 45, ...
Coba kamu perhatikan bilangan yang memiliki pola segitiga. Ternyata,
bilangan-bilangan tersebut dibentuk mengikuti pola sebagai berikut:

e. Pola Bilangan Ganjil


Pola bilangan ganjil memiliki aturan sebagai berikut.
a) Bilangan 1 sebagai bilangan awal.
b) Bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan sebelumnya. Bilangan ganjil
memiliki pola 1, 3, 5, 7, 9, ...
Perhatikan pola bilangan ganjil berikut ini.

f. Pola Bilangan Genap


Pola bilangan genap memiliki aturan sebagai berikut.
a) Bilangan 2 sebagai bilangan awal.
b) Bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan sebelumnya. Bilangan
ganjil memiliki pola 2, 4, 6, 8, ...
Perhatikan pola bilangan genap berikut ini.

g. Pola Bilangan Kubus


Pola kubus terbentuk dari bilangan kubik. Pola bilangan kubus adalah pola
bilangan dimana bilangan setelahnya merupakan hasil dari pangkat tiga dari bilangan
sebelumnya. Contoh pola bilangan pangkat tiga adalah 2, 8, 512, ….
Perhatikan pola kubus berikut ini:

h. Pola Bilangan Segitiga Pascal


Bilangan-bilangan yang disusun menggunakan pola segitiga Pascal memiliki
pola yang unik. Hal ini disebabkan karena bilangan yang berpola segitiga Pascal
selalu diawali dan diakhiri oleh angka 1. Selain itu, di dalam susunannya selalu ada
angka yang diulang.
Adapun aturan-aturan untuk membuat pola segitiga Pascal adalah sebagai
berikut:
a. Angka 1 merupakan angka awal yang terdapat di puncak.
b. Simpan dua bilangan di bawahnya. Oleh karena angka awal dan akhir selalu
angka 1, kedua bilangan tersebut adalah 1.
c. Selanjutnya, jumlahkan bilangan yang berdampingan. Kemudian, simpan
hasilnya di bagian tengah bawah kedua bilangan tersebut.
d. Proses ini dilakukan terus sampai batas susunan bilangan yang diminta.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan pola segitiga Pascal berikut.
i. Pola Bilangan Fibonacci
Pola bilangan fibanocci adalah pola bilangan dimana jumlah bilangan
setelahnya merupakan hasil dari penjumlahan dari dua bilangan sebelumnya.Pola
bilangan Fibonacci adalah 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, ...

B. MASALAH YANG DIBERIKAN INSTRUKTUR


1. Diberikan barisan bilangan sebagai berikut 5, 6, 8, 11, 15, 20, 26, ... , ...
a. Dua suku berikutnya dari barisan bilangan tersebut adalah...
b. Nilai suku ke-20 dari barisan bilangan tersebut
Penyelesaian :
a. 5 6 8 11 15 20 26 33 41
+1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 +8
b.
+ +
+2 + +2
+ + +2+

+ (2 + 2 )
2
2
+ +
2
+2
+ +
2
2 2+ +2
+
2

+
2 2
Sehingga :
2 2
+
2 2
+2

Atau
+ +
+ +
+2 +
+ +

+ + +2 + + +
+ +
2

+ + 5 6 8 11 15 20 26
+ 1 2 3 4 5 6
2 1 1
Dari pola di atas diperoleh :
+ + (1)
+ (2)
2 (3)
Dari persamaan (3) diperoleh:
2

Substitusi ke persamaan (2) sehingga diperoleh:


( )+
2 2 2
Substitusi ke persamaan (1) sehingga diperoleh :

+
2 2
Kemudian substitusikan , , dan ke + +

sehingga :

+
2 2

2 2 +
2 2
2 +

2. Berapa nilai suku ke-10 dari barisan bilangan 2, 7, 16, 29,...


Penyelesaian:
2
+ 2+
+ 2+ +
+ 2+ + +

2+ 2 + 2
2
2+ +2 2
2+ +2
2+ 2 +
2+ 2
2 +
Sehingga :
2 +
2 +

Atau
+ +
+ +
+2 +
+ +

+ + +2 + + +
+ +
2

+ + 2 7 16 29
+ 5 9 13
2 4 4
Dari pola di atas diperoleh :
+ + 2 (1)
+ (2)
2 (3)
Dari persamaan (3) diperoleh:
2 2
Substitusi ke persamaan (2) sehingga diperoleh:
2 +
Substitusi ke persamaan (1) sehingga diperoleh :

2 + 2
Kemudian substitusikan 2, , dan ke + +
sehingga :
2 +
2 +
2 +

Secara umum dari permasalahan nomor 1 dan 2 diperoleh kesimpulan bahwa


untuk menentukan 𝑈𝑛 pada barisan bertingkat adalah 𝑈𝑛 𝑎 + 𝑆𝑛 , dengan 𝑎
suku pertama dari barisan bertingkat tingkat pertama dan 𝑆𝑛 jumlah n-1 suku
pertama.
3. Barisan Bilangan Segitiga

Pada pola bilangan segitiga, banyak titik pada pola ke-18 adalah...
Penyelesaian:
Perhatikan susnan pola tersebut!

2 +2
+2+
+2+ +

+2+ + + +
Sehingga, banyak titik pada pola ke-18 adalah

+
2

+
2

+
2

4. Segitiga Pascal
1
1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
Jumlah bilangan pada barisan ke-7 dari barisan bilangan segitiga pascal adalah...
Pengelesaian:
Cara I
Perhatikan sususnan segitiga pascal berikut!
1 Baris ke-1
( ) ( ) Baris ke-2

( ) ( ) ( ) Baris ke-3

( ) ( ) ( ) ( ) Baris ke-4

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Baris ke-5

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Baris ke-n
Karena baris ke-7 kombinasi dari 6, maka jumlah bilangan pada barisan ke-7 adalah

( )+( )+( )+( )+( )+( )+( ) + + +2 + + +


2

( )+( )+( )+( )+( )+( )+( )


2

Cara II
2
Jadi,
2 2

5. Tentukan dua suku selanjutnya dari barisan bilangan 1, 1, 2, 3, 5, 7, 12, ...


Penyelesaian:
Barisan tersebut merupakan barisan fibonacci, maka untuk menentukan suku ke-n
adalah +
Sehingga dua suku selanjutnya adalah 19 dan 31.
6. Tentukan dua suku selanjutnya dari barisan 18, 23, 19, 25, 22, 29, ... , ...
Penyelesaian :
+2 +4 +6
18 23 19 25 22 29 27 35
+1 +3 +5
C. MASALAH YANG DIBAHAS DALAM KELOMPOK
1. Tentukan dua suku selanjutnya dari barisan-barisan berikut :
a. 30, 32, 33, 35, 42, 48, ... , ... , 63
b. 4, 18, 8, 15, 16, 12, 32, 9, ... , ...
c. 13, 14, 17, 22, 29, ... , ... ,
d. 90, 20, 90, 20, 45, 40, ... , ....
e. 5, 6, 7, 5, 6, 7, 8, 5, 6, 7, 8, 9, ... , ...
2. Tentukan suku-suku yang tidak diketahui dari barisan-barisan berikut:
a. 20, 40, 120, ... , 720
b. 53, 56, 58, 51, 63, 46, ...
c. 1, 4, 15, 2, 5, 14, 3, 6, 13, ... , ... , ...

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan

Hari, Tanggal : Kamis, 15 Februari 2018


Instruktur : Dr. Endang Mulyana, M.Pd.
Materi : Induksi Matematika

Well Ordering Principle


Jika S himpunan bagian dari himpunan bilangan bulat positif yang tidak kosong, maka S
memiliki sebuah unsur terkecil. Unsur dikatakan unsur terkecil dari S, apabila berlaku
untuk setiap ∈ .
Sifat Archimides
Jika dan sembarang bilangan bulat positif, maka ada sebuah bilangan bulat positif
sehingga .
Bukti:
Andaikan untuk beberapa dan bilangan bulat positif.
Konstruksi , ∈ .
Menurut Well Ordering Principle (WOP), S memiliki unsur terkecil, mislakan .
Dari pembentukan himpunan S, maka + juga merupakan unsur dari S.
Perhatikan bahwa:
+ .
Ternyata ada bilangan yang lebih kecil dari . Artinya bukan unsur terkecil di
S. Hal ini bertolak belakang dengan WOP, maka salah, haruslah .
Prinsip Induksi Terhingga
Misalkan S adalah sebuah himpunan bagian dari bilangan bulat positif, yang memiliki sifat
berikut:
1) 1 unsur dari S
2) Jika unsur dari S, maka + unsur dari S.
Dapat disimpulkan S adalah himpunan semua bilangan positif.
Bukti:
Misalkan T himpunan bilangan bulat positif, ≠ dan .
Menurut WOP, misalkan unsur terkecil dari T adalah .
Karena ∈ , dan , maka .
, tetapi ∈ .
Berdasarkan sifat nomor 2), karena ∈ maka ∈ .
Padahal ∈ , dengan . Terjadi kontradiksi, jadi haruslah
S adalah himpunan semua bilangan bulat positif.

MASALAH YANG DIBERIKAN INSTRUKTUR


1. Buktikan dengan menggunakan induksi matematika :
a.
b.
c.
2. ∑ + 2 +

+2 + + + + 2 + (1)

Bukti :

 Untuk diperoleh

+ 2+
Artinya 1 terletak dalam S
 Anggaplah ∈ artinya berlaku
+2 + + + + 2 + (2)
 Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
+2 + + + + + ( + + ) 2 + + (3)
Dengan menambahkan + di ruas kiri dan kanan persamaan (2), maka :

+2 + + + + + + 2 + + +
+ 2 + + +
+2 + + + + +
+ [ 2 + + + ]
+2 + + + + +
+ 2 + + +
+2 + + + + +
+ 2 + +
+2 + + + + +
+ +2 2 +
+2 + + + + +
+ ( + + ) 2 + +
+2 + + + + +

+2 + + + + + + ( + + ) 2 + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

3. ∑ 2 +
2 +22+2 + +2 + (1)
Bukti :
 Untuk diperoleh
2 + 2
Artinya 1 terletak dalam S
 Anggaplah ∈ artinya berlaku
2 +22+2 + +2 + (2)
 Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
2 +22+2 + +2 + + + + (3)
Dengan menambahkan 2 + di ruas kiri dan kanan persamaan (2), maka :
2 +22+2 + +2 +2 + + +2 +
2 +22+2 + +2 +2 + + +2 +2
2 +22+2 + +2 +2 + + +2
2 +22+2 + +2 +2 + + +2
2 +22+2 + +2 +2 + + + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

4. ∑ 2
2 + 2 2 + 2 + + 2 (1)
Bukti :
 Untuk diperoleh

2 2
2
Artinya 1 terletak dalam S
 Anggaplah ∈ artinya berlaku
2 + 2 2 + 2 + + 2 (2)
 Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
2 + 2 2 + 2 + + + 2 (3)
Dengan menambahkan + 2 di ruas kiri dan kanan persamaan (2),
maka :
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2 + + 2
+2 + 2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+2 + 2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +2
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
+ +
2 + 2 2 + 2 + + 2 + + 2
2
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

5. + + + + 2 2 2 +
(1)

Bukti :

 Untuk diperoleh

2 2+
Artinya 1 terletak dalam S
 Anggaplah ∈ artinya berlaku
+ + + + 2 2 2 + (2)
 Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan

+ + + + 2 + + 2 + 2 + + (3)

Dengan menambahkan 2 + di ruas kiri dan kanan persamaan (2),


maka :
+ + + + 2 + 2 + 2 2 + + 2 +
2 2 + + 2 +
+ + + + 2 + 2 +
2 2 + + 2 +
+ + + + 2 + 2 +
2 + [ 2 + 2 + ]
+ + + + 2 + 2 +
2 + [2 + + ]
+ + + + 2 + 2 +
2 + + 2 +
+ + + + 2 + 2 +
+ 2 + 2 + +
+ + + + 2 + 2 +

Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.


6. +2 + + + +
(1)

Bukti :

 Untuk diperoleh

+
Artinya 1 terletak dalam S
 Anggaplah ∈ artinya berlaku
+2 + + + + (2)
 Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan

+2 + + + + + + + (3)

Dengan menambahkan + di ruas kiri dan kanan persamaan (2), maka :

+2 + + + + + + + +
+ + +
+2 + + + + +
+ [ + + ]
+2 + + + + +
+ + +
+2 + + + + +
+ +2
+2 + + + + +
+ + +
+2 + + + + +

+2 + + + + + + + +

Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

7. ∑

+ + + + (1)

Bukti :

 Untuk diperoleh

Artinya 1 terletak dalam S


 Anggaplah ∈ artinya berlaku
+ + + + (2)
 Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
+ + + + (3)

Dengan menambahkan di ruas kiri dan kanan persamaan (2), maka :

+ + + + + +
2 2 + + + + + + + +
( + + )+
+ + + + +
2 2 + + ( + + ) + ( + + )
+2 +
+ + + + +
2 2 + + + + + + +
+2 +
+ + + + +
2 2 + + + + + + +
+ +
+ + + + +
2 2 + + + + + + +
+
+ + + + +
2 2 + + + + + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

8. ∑

+ + + + (1)

Bukti :

 Untuk diperoleh

Artinya 1 terletak dalam S


 Anggaplah ∈ artinya berlaku
+ + + + (2)
 Selanjutnya akan ditunjukkan + ∈ dengan menunjukkan
+ + + + (3)

Dengan menambahkan di ruas kiri dan kanan persamaan (2),


maka :
+ + + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 + 2 + +

+ + + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 + 2 +
2 + +
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 +
2 + +
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 +
2 + +
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + 2 +
+
+ + + + +
2 2 + 2 + 2 + + 2 + +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.
9. ∑ 2 + 2
2 +22 + + 2 + 2 .....(1)
Bukti:
 Untuk , diperoleh 2 + 2 , artinya 1 terletak dalam S
 Anggap ada dalam S, artinya berlaku
2 +22 + + 2 + 2 .....(2)
 Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
2 +22 + + 2 + + 2 + + 2
Tambahkan + 2 pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
2 +22 + + 2 + + 2 + 2 + +
2
+ 2 + + 2
+ + + 2
+ 2 2
+ 2 2
+ + 2
2 +22 + + 2 + + 2 + + 2 .....(3)
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

10. ∑ 2
+ + + + 2 .....(1)
Bukti:
 Untuk , diperoleh 2 , artinya 1terletak dalam S
 Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ + + + 2 .....(2)
 Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ + + + + 2
Tambahkan pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
+ + + + + 2 +

2 +

2+
2+

+ + + + + 2 .....(3)

Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

11. ∑

+ 2 + + .....(1)
Bukti:
 Untuk , diperoleh , artinya 4 terletak dalam S
 Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ 2 + + .....(2)
 Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ 2 + + + +
Tambahkan + pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
+ 2 + + + + + +
+ +

+ 2 + + + + .....(3)
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti.

12. ∑

+ + + .....(1)
Bukti:
 Untuk , diperoleh , artinya terletak dalam S
 Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ + + .....(2)
 Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ + + +
Tambahkan pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)
+ + + + +
+

+
+ + + + .....(3)
+ +
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti

13. ∑

+ + + .....(1)
Bukti:
 Untuk , diperoleh , artinya terletak dalam S
 Anggap ada dalam S, artinya berlaku
+ + + .....(2)
 Selanjutnya akan ditunjukan + ada dalam S dengan menunjukkan
+ + + + ( )

Tambahkan ( )
pada ruas kiri dan kanan persamaan (2)

+ + + + ( )
+ ( )

+ + + + ( )
.....(3)
Persamaan (3) benar, maka persamaan (1) terbukti

16. + 2 + + +2 2

Bukti:

Untuk , diperoleh 2 2

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:


+2+ + +2 2

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

+2+ + +2 +2 2 2

Perhatikan bahwa:

+2+ + +2 +2 2 +2

2 +2

2 +2

2 2

Pernyataan (2) benar.

Jadi terbukti, +2+ + +2 2 .

17. ∑

Bukti:

Untuk , diperoleh

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

+ + + ( )
2

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

+ + + + ( ) 2
2
Perhatikan bahwa.

+ + + + ( )+
2
2
( )+
2 2

( +2 )
2

( + + )
2
( )
2

( )
2
Pernyataan (2) benar.

Jadi terbukti, ∑ .

18. Buktikan bahwa bentuk + + 2 dapat habis dibagi oleh 6 untuk tiap bilangan asli .

Bukti:

Untuk , + +2 + +2 habis dibagi 6.

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

+ + 2 habis dibagi 6.

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

+ + + ( + + 2) habis dibagi 6.

Perhatikan bahwa.

+ ( + + )( + + 2) + +2 +

+ + +

+ +2 + + +

+ +2 + + + +

+ +2 + + + +

Berdasarkan asumsi untuk k anggota S, + + 2 habis dibagi 6.

+ bilangan genap untuk setiap k anggota S, maka + habis dibagi 6.

Jelas + habis dibagi 6.

Dengan demikian + + + ( + + 2) habis dibagi 6.

Jadi terbukti, + + 2 dapat habis dibagi oleh 6 untuk tiap bilangan asli .

19. Buktikan bahwa bentuk dapat habis dibagi oleh 3 untuk tiap bilangan asli .

Bukti:
Untuk , 2 habis dibagi 3.

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

habis dibagi 3.

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

habis dibagi 3.

Perhatikan bahwa.

2 +

Berdasarkan asumsi untuk k anggota S, habis dibagi 3.

Karena habis dibagi 3, dan 2 habis dibagi 3, maka habis dibagi 3.

Jadi terbukti, dapat habis dibagi oleh 3 untuk tiap bilangan asli .

20. Buktikan bahwa bentuk + dapat habis dibagi oleh 4 untuk tiap bilangan asli .

Bukti:

Untuk , + habis dibagi 4.

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

+ habis dibagi 4.

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

+ + + habis dibagi 4.

Perhatikan bahwa.

+ + + + +2

+ + +

+ + + + +
Berdasarkan asumsi untuk k anggota S, + habis dibagi 4.

Jelas + + + habis dibagi 4.

Dengan demikian + + + habis dibagi 4.

Jadi terbukti, + dapat habis dibagi oleh 4 untuk tiap bilangan asli .

21. Buktikan bahwa bentuk dapat habis dibagi oleh 8 untuk tiap bilangan asli .

Bukti:

Untuk , habis dibagi 8.

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

habis dibagi 8.

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

habis dibagi 8.

Perhatikan bahwa.

Berdasarkan asumsi untuk k anggota S, habis dibagi 8.

Karena habis dibagi 8, dan habis dibagi 8, maka habis dibagi 8.

Jadi terbukti, dapat habis dibagi oleh 8 untuk tiap bilangan asli .

22. Buktikanlah bahwa untuk tiap bilangan asli n, berlaku 2 + .

Bukti:

Untuk , 2 +

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.


Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

2 +

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

2 + +

Perhatikan bahwa.

( ) 2 + 2 2 + + 2 + 2 2 + +

Jadi, terbukti untuk tiap bilangan asli n, berlaku 2 + .

23. Buktikanlah bahwa untuk tiap bilangan asli n, berlaku 2 2 .

Bukti:

Untuk ,2 2 2

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

2 2

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

2 2 +

Perhatikan bahwa.

2 2(2 ) 2 2 2 +2 2 +2 2 +

Jadi, terbukti untuk tiap bilangan asli n, berlaku 2 2 .

24. Buktikan dengan induksi matematika bahwa:

+
2+ + + +
2

Bukti:

Untuk , diperoleh 2

Artinya 1 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

+
2
Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

+ + +
2+ + + + + + 2
2
Perhatikan bahwa.

+
2+ + + + + + + +
2
+ + + 2
2

+ +
2
+ +
2
+ + +
2
Pernyataan (2) benar.

Jadi terbukti,
+
2+ + + +
2

25. Buktikan dengan induksi matematika bahwa:

2 2 2

Bukti:

Untuk 2, diperoleh

2 2
Artinya 2 terletak dalam S, dengan S himpunan bilangan bulat positif.

Anggaplah ada dalam S, artinya berlaku:

2 2 2

Selanjutnya akan ditunjukkan + ada dalam S, yaitu berlaku:

2
2 2 2 2
Perhatikan bahwa.
2
2 2 2 2 2
2
2 2

2
Pernyataan (2) benar.

Jadi terbukti,

2 2 2

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan

Hari, Tanggal : Senin, 19 Februari 2018


Instruktur : Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Si
Materi : Pendalaman Materi Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan
Bilangan Berpangkat Bulat, Pangkat Rasional, dan Bilangan
Irasional.

A. RANGKUMAN MATERI
BILANGAN BERPANGKAT BULAT
Pangkat Bulat Positif
Definisi 1
Misalkan bilangan real dan bilangan bulat positif. adalah hasil kali bilangan
sebanyak faktor, dapat ditulis ⏟

dengan sebagai basis bilangan pokok dan sebagai pangkat.


Catatan :
1. Pada definisi 1 di atas, kita sepakati cukup ditulis .
2. Jika adalah sebuah variabel( variabel sebagai eksponen dari ), maka perlu
dicermati semestanya dimana variabel itu dibicarakan. Sebab
⏟ , berlaku ketika semesta ∈
Contoh soal :
Satu bakteri membelah menjadi r bakteri untuk setiap jam. Jumlah bakteri pada akhir
3 jam adalah 24 bakteri dan setelah 2 jam kemudian jumlahnya menjadi 96 bakteri.
a. Berapa banyak bakteri sebagai hasil pembelahan.
b. Berapa jumlah bakteri dalam waktu 8 jam.

Pangkat Bulat Negatif


Definisi 2
Untuk adalah bilangan real dan ≠ , bilangan bulat positif, didefinisikan

( )

Definisi di atas dijelaskan sebagai berikut:

( ) (⏟ ) ( ) ( ) ( )

Contoh :
Jika nilai x = –2 dan y = 2, tentukan nilai x−3 ( y4 ) = ....
Penyelesaian:

Pangkat Nol
Definisi 3
Untuk bilangan real dan ≠ ,

 Sifat-sifat pangkat bulat positif


Sifat 1
Jika bilangan real, m dan n bilangan bulat positif maka
Bukti :
⏟ ⏟

Sifat 2

Jika bilangan real dan ≠ , m dan n bilangan bulat positif maka

Pembuktian sifat 2, terkait bilangan bulat positif m dan n. ada 2 kemungkinan, yaitu
(a) ,
Bukti :
(a) Kasus

Jadi , dengan m, n bilangan bulat positif dan

(b) Kasus

Sifat 3
Jika bilangan real dan ≠ , m dan n bilangan bulat positif maka
Bukti :

(⏟ ) (⏟ ) (⏟ )

= (⏟ )
BILANGAN IRASIONAL

PETA KONSEP

PRASYARAT MATERI POKOK MANFAAT


Bilangan - Bilangan rasional dan Dalam bidang fisika,
Real irrasional dari bentuk akar mencari kecepatan benda
pada Gerak Jatus Bebas,
Bilangan - Bentuk pangkat rasional dimana kecepatan
Rasional dan dari akar dirumuskan dengan
Irrasional
𝑣 2𝑔
Perpangkatan
pecahan Dalam bidang kimia, mencari
konsentrasi 𝐻 yang
dirumuskan dengan
Definisi akar
𝐻 𝐾𝑎 𝑀

Merasionalkan bentuk akar

Menyelesaikan
permasalahan bentuk akar
pada operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan
pembagian

Bilangan Irrasional
Diberikan bilangan real tidak negatif, maka akar kuadrat dari ditulis ,
didefinisikan sebagai berikut :
dimana dan
Akar ke-n atau akar pangkat n dari suatu bilangan a dituliskan sebagai , dengan a
adalah bilangan pokok/basis dan n adalah indeks/eksponen akar. Bentuk akar dan pangkat
memiliki kaitan erat. Bentuk akar dapat diubah menjadi bentuk pangkat dan sebaliknya.
Bilangan rasional berbeda dengan bilangan irrasional. Bilangan rasional adalah
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.

Bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat, bilangan pecahan murni, dan bilangan pecahan
desimal. Sedangkan, bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk pecahan. Bilangan irrasional merupakan bilangan yang mengandung pecahan desimal
tak berhingga dan tak berpola. Contoh bilangan irrasional, misalnya 2 = 1,414213562373...,
e = 2,718..., π = 3,141592653… dan sebagainya.

Hubungan Bilangan Irrasional Dan Bilangan Berpangkat


Bentuk akar dapat diekspresikan ke dalam bentuk pangkat rasional. Diberikan
bilangan real dan bilangan bulat dengan 2. Jika akar pangkat dari ada, maka
didefinisikan sebagai berikut :

Jika adalah bilangan bulat positif yang tidak memiliki faktor persekutuan dengan , maka :

( ) ( ) dan
Contoh Soal :
1. Tentukan bentuk akar di bawah ini merupakan bilangan rasional atau irrasional! Berikan
alasannya!
a. 2 b. 2
Jawab :
a. 2 merupakan bilangan irrasional karena tidak dapat diubah ke dalam bentuk

b. 2 merupakan bilangan rasional karena dapat diubah ke dalam bentuk , sehingga

hasil dari 2
2. Tentukan bentuk pangkat rasional dari bentuk akar berikut!
a. b.
Jawab :

a.

b.
OPERASI BILANGAN RASIONAL

PETA KONSEP
MATERI PRASYARAT MANFAAT MATERI /
MATERI LANJUT

OPERASI HITUNG DALAM ALJABAR PESERTA DIDIK DAPAT


( SIFAT DISTRIBUTIF PERKALIAN MERASIONALKAN PENYEBUT
TERHADAP PENJUMLAHAN ) BENTUK AKAR

MATERI POKOK
BENTUK AKAR  PENJUMLAHAN BENTUK AKAR
 PENGURANGAN BENTUK AKAR
 PERKALIAN BENTUK AKAR
 PEMBAGIAN BENTUK AKAR
HUBUNGAN BENTUK AKAR DAN
BILANGAN BERPANGKAT

PESERTA DIDIK DAPAT


MENYELESAIKAN MASALAH DALAM
KEHIDUPAN SEHARI – HARI YANG
PANGKAT PECAHAN MENGGUNAKAN OPERASI BENTUK
AKAR

1. OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BENTUK AKAR


Operasi penjumlahan dan pegurangan pada bentuk akar dapat dilakukan apabila bentuk
akarnya sejenis. Bentuk akar sejenis adalah bentuk akar yang mempunyai eksponen (
pangkat ) dan basis ( bilangan pokok ) yang sama. Untuk setiap p , q , dan r adalah
bilangan real dan r  0 berlaku sifat-sifat berikut.
 p n r  q n r   p  q n r

 p n r  q n r   p  q n r
Contoh :
Tentukan hasil penjumlahan dan pengurangan berikut dalam bentuk yang sederhana !
1. 3 8  4 8  ...

2. 5  7  ...

3. 23 4  43 4  ...

4. 8  3  ...

Penyelesaian :
1. 3 8  4 8  3  4 8  7 8

2. 5  7  ... ( tidak dapat disederhanakan karena akarnya tidak sama )


3. 23 4  43 4  2  43 4  23 4

4. 8  3  ... ( tidak dapat disederhanakan karena akarnya tidak sama )

2. OPERASI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BENTUK AKAR


p

Pada pangkat pecahan telah dinyatakan bahwa a  a p . Sifat perkalian dan


q q

pembagian bentuk akar dapat dicermati pada beberapa contoh berikut.

 
1. 43 5  23 7  4  2 3 5  7  83 35

 1 1
  12 
2. 35 5  57 5  3  5 5 5  5 7   15 5 35   1535 512
   

33 4 33 4
3. 3

4 5 4 5

24 3 24 3
4. 4

3 5 3 5
Jadi secara umum dapat ditulis :
 a n c  bn d  abn cd
dengan a , b , c , dan d bilangan real, c  0 dan d  0

an c an c
 
bn d b d
dengan a , b , c , dan d bilangan real, c  0 dan d  0 ,serta b  0

MERASIONALKAN PENYEBUT BENTUK AKAR


Suatu bentuk pecahan yang memuat bilangan bentuk akar dikatakan sederhana jika
dipenuhi:
1. Setiap bilangan bentuk akarnya sudah dalam bentuk sederhana, dan
2. Tidak ada bentuk akar pada penyebut jika bilangan tersebut pecahan.
1. Pecahan bentuk

Bentuk akar dengan ≠ dapat dirasionalkan penyebutnya dengan cara

mengalikan pecahan dengan sehingga:


Contoh:
Sederhanakan bentuk !

Penyelesaian:

2. Pecahan bentuk

Untuk menyederhanakan bentuk pecahan dan adalah dengan mengalikan

pecahan dengan bentuk sekawan dari penyebut. Bentuk sekawan dari adalah
+ . Sebaliknya, bentuk sekawan dari + adalah sehingga:

+ + +
+ + +
+ +
Contoh:
Rasionalkan penyebut

Penyelesaian:
2 2 + 2 2 + 2 +2 2 2
+ 2
2 2 + 2 2
3. Pecahan bentuk

Untuk menyederhanakan bentuk dan , yaitu dengan cara mengalikan

sekawan dari penyebutnya. Bentuk sekawan dari + adalah .


Sebaliknya, bentuk adalah + sehingga:

+ +
+ +
+
Contoh:
Rasionalkan bentuk
Penyelesaian:
+ +
2 +
+

4. Menyederhanakan bentuk akar√ + 2

Bentuk√ + 2 dapat diubah menjadi bentuk dengan syarat

, ∈ dan
Bukti:
2 + + 2

( ) √ + 2

Jadi, √ + 2

Contoh:

Sederhanakan bentuk +2
Penyelesaian:

√ +2 √ + +2 √ +2 + √ +

D. MASALAH YANG DIBERIKAN INSTRUKTUR


1. Jika di dalam kelas ada 33 orang, berapa cara untuk bersalaman?
Penyelesaian:
Misal
A B 2 orang = 1 cara
A B C 3 orang = 2+1 cara
A B C D 4 orang = 3+2+ 1 cara
A B C D E 5 orang = 4+ 3+2+1 cara

A B C D E ... 33 orang = 33+32+31+...+3+2+1 cara


Sehingga diperoleh :
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
Jadi, banyak cara untuk bersalaman dari 33 orang ada 528 cara

2. +2+ + + + + + +
+2+ + + + + + +
+2+ + + + + +
Atau
+2+ + + + + + +2 +
+2+ + + + + + +
+2+ + + + + +

3. Manakah yang benar dari pernyataan berikut?

1.

2.
Penyelesaian :

Pernyataan 1 salah, karena mengoperasikan harusnya ≠ karena

bilangan pokoknya (-1).

Pernyataan 2 benar, karena tidak mengoperasikan pangkat, hanya


menerjemahkan pangkat saja.
4. Manakah yang benar dari pernyataan berikut?
1. 2
2. 2
Yang benar pernyataan 1 karena memenuhi bentuk , jika
Pernyataan 2 salah karena tidak ada nilainya.

E. MASALAH YANG DIBAHAS DALAM KELOMPOK


Perhatikan pola persegi berikut ini!

(1) (2) (3) ... (n)


Berapa banyak persegi pada urutan ke-n?
Penyelesaian :
Untuk :

2 +2
+2 +

+2 + + +
Sehingga banyaknya persegi membentuk pola bilangan
a 1 5 14 30 35
b 4 9 16 25
c 5 7 9
Maka untuk menemukan + + + , untuk
+ + +
2 + +2 +
2 + + +
+ + +
Sehingga :
+ + + (1)
+ +2 + (2)
2 + + + (3)
+ + + (4)
Untuk menyelesaikan persamaan tersebut digunakan Eliminasi Gauss-Jordan

2
[ ]R2 – 8R1
2

[ ]R3 – 27R1
2

[ ]R4 – 64R1
2 2
[ ] R4 – 12R2
2 2

[ ]
2 2
2 2 2

R1 – R2
2 2
[ 2 2 2 ]

R3 + 18R2
2 2
[ 2 2 2 ]

R4 – 4R3

[ 2 2 2]

[ ]

2 +
2

[ ]

2 2

[ ]
2

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]
Jadi, , , ,

Sehingga banyak persegi pada urutan ke-n adalah + +

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmatika dan Bilangan
Hari, tanggal : Senin, 19 Februari 2018
Nama Instruktur : Drs. H. Asep Syarif, H., M. S.
Materi : Persamaan Diophantine Linear dan Pemecahan Masalah

E. Rangkuman Materi
 Pendahuluan
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV), pada umumnya
dibutuhkan minimal dua buah persamaan linear dua variabel (PLDV) yang kedua variabel
antar dua persamaan tersebut sama. Contoh:
“Sebuah toko menjual boneka seharga 7 dolar dan mobil-mobilan seharga 18 dolar.
Toko tersebut dalam sehari dapat menjual 25 buah mainan dengan pendapatan sebesar
208 dolar. Tentukanlah banyak boneka dan mobil-mobilan yang terjual!”
Untuk menyelesaikan persoalan di atas, kita dapat memisalkan sebagai banyaknya
boneka yang terjual dan sebagai banyaknya mobil yang terjual, sehingga dalam kalimat
matematika permasalahan di atas dapat dituliskan dalam bentuk + 2 dan +
2 Kita memiliki sebuah SPLDV yang dapat diselesaikan dengan metode grafik atau
substitusi atau eliminasi, ataupun gabungan dari eliminasi dan sustitusi, yang akan
menghasilkan selesaian 22 dan . Dengan kata lain banyaknya boneka yang terjual
adalah 22 buah dan banyaknya mobil-mobilan yang terjual adalah 3 buah.
Catatan tambahan:
Tidak semua SPLDV memiliki penyelesaian tunggal, contoh
2 + +2
(1) { (2) {
2 +
2 +
(3){
+2
Jika kita menyelesaikan SPLDV di atas, maka
 no (1) memiliki penyelesaian 2,
 no (2) memiliki banyak penyelesaian
 no (3) tidak memiliki penyelesaian
Apabila persoalan di atas, pada kalimat “laku 25 mainan” dihilangkan, dapatkah kalian
menyelesaikan permasalahan tersebut seperti sebelumnya dengan metode grafik atau
substitusi atau eliminasi, ataupun gabungan dari eliminasi dan sustitusi,? Jelaskan!
Tidak dapat, karena untuk menyelesaikan sebuah SPLDV menggunakan metode grafik
atau substitusi atau eliminasi, ataupun gabungan dari eliminasi dan sustitusi, haruslah
memiliki minimal 2 buah persamaan. Namun, persoalan tersebut masih tetap dapat
diselesaikan dengan menggunakan Persamaan Diophantine.
Persamaan Diophantine pertama kali ditulis oleh Diophantus (250 M) di dalam bukunya
yang berjudul “Arithmetica”. Buku tersebut dikenal sebagai buku aljabar yang pertama kali.
Persamaan Diophantine terdiri dari persamaan Diophantine Linear dan persamaan
Diophantine non-Linear.
 Persamaan Diophantine Linear
Pada persamaan diophantine linear terdapat 3 cara penyelesaian, yaitu cara yang memuat
dua variabel, cara reduksi dan cara kongruensi.
Cara Memuat dua Variabel
Persamaan Diophantine linear yang paling sederhana adalah persamaan yang memuat dua
variabel. Pada umumnya dinyatakan dengan + , dengan , , ∈ ℤ.
Teorema
Persamaan Diophantine + mempunyai solusi bilangan bulat jika dan
hanya jika , dengan , . Jika , merupakan salah satu solusi,

maka solusi lainnya adalah +( ) ( ) .

Jika , maka + tidak memiliki solusi.


Cara Reduksi
Cara reduksi untuk menyelesaikan persamaan Diophantine linear adalah mereduksi
koefisien (bukan variabel) melalui pembagian berulang (serupa dengan pembagian
Algoritma) sehingga diperoleh bentuk tanpa pecahan.
Selanjutnya dengan bekerja mundur, nilai – nilai penyelesaian akan diperoleh, dan
variabel lain yang digunakan tidak tercantum dalam persamaan semula, antara lain:
, , dan , meskipun tanpa keterangan semuanya diambil bulat.
Cara Kongruensi
Penyelesain persamaan linear dengan menggunakan cara kongruensi melibatkan
penyelesaian kongruensi linear dan sistem kongruensi linear. Meskipun hasil yang diperoleh
mungkin mempunyai bentuk yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan
cara yang lain, sebenarnya hasil itu adalah sama.

F. Masalah yang Diberikan Instruktur


1. Selesaikan persamaan Diophantine: + 2 2 dengan cara memuat dua
variabel!
Penyelesaian:
+ 2 2
, 2 2 persamaan mempunyai penyelesaian.
Berdasarkan Algoritma Euclides, karena , 2 maka , ∈ℤ +
2 .
Karena 2 +
+ 2 ,maka diperoleh dan
[ + 2 ]
+ 2 2 ,maka diperoleh dan
Jadi, selesaian persamaan tersebut adalah

+( ) +( ) + , dengan t ∈ ℤ

( ) ( )

Pengecekan jawaban:
2 + 2
1 4 2 48 21
2 1 1 9 12 21
2. Selesaikan persamaan Diophantine: + dengan cara reduksi!
Penyelesaian:
+

2 +

Misalkan residu (sisa) dengan , sehingga

2
2

Substitusikan 2 , ke pesamaan +

Jadi, selesaian persamaan tersebut adalah


+
2
Pengecekan jawaban:
+
1 5 2 20 10
6 2 30 10
3. Selesaikan persamaan Diophantine 2 + dengan cara kongruensi!
Penyelesaian:
2 +
2
2
2
+2
Substitusikan + 2 ke persamaan awal, sehingga
2 +
2 + +2
2 + +
2

Jadi, selesaian persamaan tersebut adalah

+2
Pengecekan jawaban:
2 2 +
8 16 11
0 3 1 6 5 11

G. Masalah yang Dibahas Dalam Kelompok


1. Periksa apakah persamaan berikut memiliki penyelesaian? Jelaskan!
(a) +
(b) +
Penyelesaian:
(a) + , karena , 2 7, maka persamaan tersebut tidak memiliki
penyelesaian bilangan bulat.
(b) + , karena , 8, maka persamaan tersebut tidak
memiliki penyelesaian bilangan bulat.
2. Selesaikan persamaan Diophantine: + dengan cara memuat dua variabel
Penyelesaian:
Cara memuat dua variabel
+
, persamaan mempunyai penyelesaian.
Berdasarkan Algoritma Euclides, karena , maka , ∈ℤ +
Karena +
+ ,maka diperoleh dan
[ + ]
+ ,maka diperoleh dan
Jadi, selesaian persamaan tersebut adalah

+( ) +( ) + , dengan t ∈ ℤ

( ) ( )

Jika dibandingkan dengan penyelesaian sebelumnya dengan cara reduksi, +


memperoleh hasil berbeda, yaitu + dan 2 . Sebenarnya dua
jawaban tersebut sama.
+ 2+ , dengan 2 atau +2
+2 2
3. Selesaikan persamaan Diophantine + dengan cara reduksi!
Penyelesaian:
+

2 2 +

Misalkan residu (sisa) dengan , sehingga

2 2
2 2

Misalkan residu (sisa) dengan , sehingga

Substitusikan 2 , ke persamaan

Substitusikan ke persamaan

Jadi, selesaian persamaan tersebut adalah


+

Pengecekan jawaban:
+
0 1 1 3 8 11
1 9 2 27 11

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan

Hari, Tanggal : Senin, 19 Februari 2018


Pemateri : Dr. H. Karso, M.M.Pd
Materi : Pendalaman Materi Kompetensi Keahlian Aritmetika dan Bilangan
Sifat-sifat Keterbagian, Algoritma Euclid, FPB, dan KPK, serta
Pemecahan Masalah

A. PENDAHULUAN
Materi Keterbagian, Algoritma Euclid, FPB, dan KPK erat kaitannya dengan seorang
matematikawan yang berasal dari Yunani yang hidup sekitar tahun 300 SM. Beliau dikenal
sebagai „Bapak Geometri‟ dengan karyanya mengenai ilmu ukur dalam bukunya yang
berjudul The Elements. Dalam buku tersebut beliau menyatakan 5 postulat yang menjadi
landasan dari semua teorema yang ditemukannya.
Keistimewaan buku The Elements ada pada cara pengaturan dari bahan-bahan dan
permasalahan serta formulasinya secara menyeluruh dalam perencanaan penyusunan buku.
Buku The Elements merupakan pengembangan dari bidang geometri aljabar serta teori
bilangan. Teori bilangan adalah ilmu yang mempelajari bilangan dan sifat-sifatnya serta
keterkaitannya satu sama lain.
Dalam Buku The Elements, salah satu teori bilangan yang terkenal adalah Algoritma
Euclid, yaitu suatu algoritma yang digunakan untuk menentukan faktor persekutuan terbesar
(FPB) dari dua buah bilangan bulat. Sebelum mempelajari Algoritma Euclid, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai konsep Keterbagian beserta sifat-sifatnya, untuk selanjutnya
dibahas bagaimana cara menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dan Kelipatan
Persekutuan terkecil (KPK).
B. RANGKUMAN MATERI
1. Faktor
Definisi:
Jika , suatu bilangan bulat, ≠ disebut pembagi atau faktor dari , jika ada
bilangan bulat , sedemikian sehingga .
Jika , , suatu bilangan bulat sehingga , maka dan disebut faktor dari
, dan disebut kelipatan dari dan .
Jika bilangan bulat sebarang, maka dan adalah pembagi dari . Jika
pembagi dari sehingga untuk suatu , maka jelas berarti
habis pula dibagi oleh . Jadi dan – mempunyai pembagi yang sama.
Sehingga pembicaraan mengenai faktor ini dibatasi pada bilangan bulat positif saja.
Contoh:
1) Faktor dari adalah , 2, ,
2) Faktor dari 2 adalah , 2
3) Faktor dari adalah semua bilangan bulat kecuali .

4) Faktor dari tidak didefinisikan.

2. Keterbagian
Definisi:
Jika , ∈ ℤ, ≠ , maka disebut mebagi jika dan hanya jika ada ∈ℤ
dinotasikan dengan .
Dengan kata lain:
membagi
kelipatan dari
faktor
habis membagi
habis dibagi
kelipatan dari
Jika tidak membagi ditulis .
Contoh:
1) 2 karena 2
2) 2 karena 2
3) karena tidak ada bilangan bulat
3. Sifat-sifat Keterbagian
Untuk , dan adalah bilangan bulat berlaku sifat – sifat dasar keterbagian sebagai
berikut :
(a) (sifat reflektif)
(b) Jika dan maka (sifat transitif)
(c) Jika dan ≠ maka
(d) Jika dan maka + untuk , bilangan bulat
(e) Jika dan maka
(f) Jika dan maka

(g) Jika dan ≠ maka

(h) Untuk ≠ , jika hanya jika


Bukti dari sifat – sifat tersebut sebagai berikut :
(a)
Untuk (b) sampai (h) syarat memberikan ,
untuk suatu bilangan bulat
(b) untuk suatu bilangan bulat maka :
sehingga
(c) Jika ≠ maka dan
(d) maka + + sehingga +
(e) atau atau
sehingga
(f) Karena dan maka ≠ dan ≠ dengan (c) kita peroleh
dan
sehingga yang memenuhi

(g) ≠ adalah bilangan bulat,

sehingga atau

(h) ≠ , ≠ jika hanya jika ≠ sehingga


jika hanya jika

4. Algoritma
Algoritma adalah prosedur atau metoda matematika untuk memperoleh suatu hasil.
Atau suatu cara untuk memperoleh hasil dengan menerapkan berkali-kali suatu
operasi sedemikian sehingga sebuah unsur yang didapat dari satu kali menerapkan
operasi dipakai paling sedikit sekali dalam terapan berikutnya sehingga diperoleh
hasil yang diinginkan.
Algoritma Pembagian:
Untuk bilangan bulat sebarang dan dengan , terdapat bilangan bulat dan
sedemikian sehingga:
+ ,
Jika , maka .
Jika , maka terdapat . r disebut sisa pembagian oleh dan disebut
hasil bagi bersisa oleh .

5. Faktor Persekutuan
a. Definisi
Diketahui suatu bilangan bulat positif n, pembagi-pembagi atau faktor-faktor dari
n dinotasikan .
, 2, ,

2 ,2
, 2,
, 2, ,
Suatu bilangan bulat disebut faktor persekutuan dari dan , jika dan .
Faktor persekutuan dari dan didefinisikan , .
Setiap bilangan bulat tak nol hanya memiliki berhingga banyak faktor saja, oleh
sebab itu faktor persekutuan dari b dan c hanya ada sejumlah terbatas saja, kecuali
kasus . Bilangan 1 membagi setiap bilangan bulat, oleh karena itu 1
merupakan pembagi persekutuan dua bilangan bulat sebarang a dan b. Jadi setiap
pasang bilangan selalu memiliki pembagi persekutuan.
Contoh:
,
, 2, , 2, ,
,2
b. Sifat Faktor Persekutuan
Jika , adalah faktor persekutuan dari dan , maka berlaku sifat:
1)
2) , ,
3) , ,
4) , ,
5) , ,

6. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)


a. Definisi FPB
Bilangan bilangan bulat , , , masing-masing tak nol, mempunyai faktor
persekutuan, maka yang terbesar diantara faktor-faktor persekutuan yang positif,
misalkan d dinamakan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari , , , ,
dinotasikan d = ( , , , ).
Jika d = (b, c) maka dan dan ada h yang membagi b dan c sehingga
dan , maka .
Jika d = (b, c) maka terdapat dan sedemikian sehingga + .
Dengan kata lain faktor persekutuan terbesar dari b dan c dapat dinyatakan
sebagai kombinasi linear dari b dan c.

b. Ciri-ciri FPB:
Jika d = (b, c), maka d memiliki ciri-ciri:
1) d bilangan bulat positif terkecil yang berbentuk bx+cy untuk x dan y bilangan
bulat.
2) d pembagi persekutuan yang positif dari b dan c dan d terbagi oleh pembagi
persekutuan b dan c yang lain.

c. Bilangan relatif prima


1) Bilangan bulat a dan b dikatakan saling prima jika (a, b) = 1.
2) Suatu bilangan bulat b relatif prima terhadap a yang tidak nol, jika sisa hasil b
oleh a juga relatif prima terhadap a.
7. Algoritma Euclid
a. Definisi
Algoritma Euclid, yaitu suatu algoritma yang digunakan untuk menentukan faktor
persekutuan terbesar (FPB) dari dua buah bilangan bulat.
Jika diberikan bilangan bulat b dan c dengan c>0. Apabila kita terapkan algoritma
pembagian berkali-kali, maka akan diperoleh persamaan-persamaan:
+ ,
+ ,
+ ,
+ ,

+ ,
+ ,
+ ,

FPB dari b dan c adalah yang merupakan sisa tak nol pada langkah ke-j dalam
proses pembagian di atas.

b. Tahap-tahap Algoritma Euclid


1. Bagilah bilangan terbesar oleh bilangan terkecil
2. Jika sisanya 0, maka bilangan terkecil adalah FPB-nya
3. Jika sisanya tidak 0, maka pembagian dilanjutkan
4. Jika sisanya ≠ maka salah satu bilangannya prima.

8. Kelipatan Persekutuan
Bilangan bulat a dan b masing-masing tak nol, mempunyai kelipatan persekutuan c
jika a|c dan b|c.
Bilangan bilangan bulat , , , masing-masing tak nol, mempunyai kelipatan
persekutuan b, jika membagi b untuk setiap , 2, , .

9. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)


Bilangan bilangan bulat , , , masing-masing tak nol, mempunyai kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) b yaitu bilangan positif terkecil diantara kelipatan-
kelipatan persekutuan , , , .
b adalah KPK dari , , , dinotasikan [ , , , ]
kelipatan dari

, 2, , ,
2 2, , ,

, , KPK

10. Hubungan FPB dan KPK

[ , ]
,

C. MASALAH YANG DIBERIKAN INSTRUKTUR


Menentukan FPB
1. FPB dari 161 dan 91
Penyelesaian :
, ,
,
,
2 ,
2 ,2
,2
2 ,
,

2. FPB dari 943 dan 299


Penyelesaian :
,2 2 ,2
,2
2 ,
2 ,
2 2 ,2
,2
2
2

3. FPB dari 318943 dan 130217


, 2 2 2 , 2
, 2
2 2 ,
,
,
,
2 ,
,
,
,
,
,
2 ,
,

Menentukan KPK
1. KPK dari dan 5
Penyelesaian :
,
, , , 2, , , , ,
, , ,

[ ]

2. KPK dari 4 dan 6


Penyelesaian :
,
, , 2, , 2, ,
2, 2 ,
2
[ 2]
2

D. MASALAH YANG DIBAHAS DALAM KELOMPOK


1. Carilah FPB dan KPK 123456789 dan 987654321.
Penyelesaian :
 Mencari FPB dari 123456789 dan 987654321
2 , 2 2 2 , 2
, 2
2 ,
,

 Mencari KPK dari 123456789 dan 987654321


2 2
[ 2 , 2 ]
2 , 2
2 2

2 2
2. Carilah KPK dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Penyelesaian :
2
2 2
2
2
2
KPK dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 = 2
2 2
3. Apakah 1234321 dan 4321234 relatif prima?
Penyelesaian :
2 2 , 2 2 2 2 2 2 , 2 2
2 , 2 2
2 2 2 , 2
, 2
2 ,
222 ,
2 222 , 222
,222
222 2 ,
,
,
2 ,
2 ,2
2 ,2
2 2 ,2
,2

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmatika Dan Bilangan
Hari/Tanggal : Selasa/20 Februari 2018
Sesi : 1 (08.00 – 09.40)
Fasilitator : Drs. H. Asep Syaraif H. M.S.
Materi : Persamaan Diophantine Non – Linear Sederhana dan Pemecahan
Masalah

A. Rangkuman Materi
Terdapat berbagai cara untuk menyelesaikan persamaan diophantine non linier,
diantaranya adalah dengan cara tripel pythhagoras dan bilangan jumlah kuadrat.
1. Triple Pythagoras
Dalil Pythagoras menyatakan bahwa di dalam sebarang segitiga siku – siku,
kuadrat panjang sisi miring (hypotenuse) sama dengan jumlah kuadrat panjang dari
sisi – ssisi(kaki – kaki, legas) yang lain. Sebaliknya, sebarang segitiga yang
memenuhi hubungan kuadrat panjang sisi terpanjang sama dengan jumlah kuadrat
panjang dari sisi – sisi yang lebih pendek, maka segitiga itu tentu merupakan segitiga
siku – siku. Jika suatu segitiga siku – siku mempunyai sisi – sisi miring c dan sisi –
sisi yang lain adalah a dan b, maka hubungan antara a, b, c menurut dali Pythagoras
adalah: c2 = a2 + b2
Tiga bilangan bulat positif x, y, dan z yang memenuhi hubungan dalil
Pythagoras disebut Triple Pythagoras. Beberapa Triple Pythagoras adalah:
3, 4, 5 sebab 52 = 32 + 42
5, 12, 13 sebab 132 = 52 + 122
7, 24, 25 sebab 252 = 72 + 242
8, 15, 17 sebab 172 = 82 + 152
Definisi 7.1
Semua Triple Pythagoras x, y, z disebut primitive Pythagoras jika (x, y, z)= 1
Contoh 7.1
1) Triple Pythagoras 3, 4, 5 adalah primitive Pythagoras sebab (3,4,5) = 1 dan 52
= 32 + 42
2) Triple Pythagoras 7,24,25 adalah primitive Pythagoras sebab (7,24,25) = 1 dan
252 = 72 + 242
Jika diketahui suatu primitive Pythagoras 3,4,5 kemudian masing – masing
bilangan dalam triple itu dikalikan 2, sehingga diperoleh 6, 8, 10. Jika bilangan
pengali diganti 7, sehingga diperoleh 21, 28, 35. Karena 352 = 212 + 282, maka jelas
bahwa 21, 28,35 merupakan triple Pythagoras. Sekarang Jika masing – masing
bilangan pada triple Puthagoras 5,12,13 dikalikan secara berturut – turut dengan 5,
kemudian dengan 6, berikutnya dengan 9, dan terakhir dengan 25, apakah triple –
triple baru yang diperoleh merupakan triple Pythagoras?
Misalkan x ,y ,z adalah suatu primitive Pythagoras , maka:
z02 = x02 + y02
Jika masing – masing bilangan dikalikan dengan k, maka diperoleh triple:
kx0. ky0 . kz0
Perhatikan bahwa:
zx0 = x0 + y0
k2 z02 = k2 (x02 +y02)
k2 z02= k2 x02 + k2 y02
(kz0)2 = (kx0 )2 + (ky0)2
Keadaan pada bagian terakhir menunjukka bahwa kx0, ky0, kz0 adalah triple
Pythagoras.
Mis2alkan x, y, z adalah suatu triple Pythagoras dan (x, y, z) = d, maka d | x, d | y,dan
d|z
x x2
d | x → x = dx0 → Z  2 Z
d d
y y2
d | y → y = dy0 → Z  2 Z
d d
z z2
d | z → z = dz0 → Z  2 Z
d d
1 2 1 2 x2 y2 z 2
x2 + y2= z2 → ( x  y 2)
 z   
d2 d2 d2 d2 d2
x y z
 ( )2  ( )2  ( )2
d d d
→x+y=z
Keadaan terakhir menunjukkan bahwa x, y, z merupakan triple Pythagoras. Kareana
x y y z x y z
( , )  1 dan ( , )  1 , maka jelas bahwa ( , , )  1 , berarti x , y, z adalah
d d d d d d d
suatu primitive triple Pythagoras.
Dalil 7.1
Jika x, y, z adalah suatu primitif Pythagoras, maka (x, y) = (x, z) = (y, z) = 1
Dalil 7.2
Jika x,y,z adalah suatu primitif triple Pythagoras, maka x adalah suatu bilangan
genap dan y adalah suatu bilangan ganjil, atau x adalah suatu bilangan ganjil dan y
adalah suatu bilangan genap.
Dalil 7.3
Jika x, y, z  Z, maka penyelesaian primitif : x2 + y2 = z2 adalah : x = m2 – n2,
y = 2mn, dan z = m2 + n2 yang mana m > n > 0, (m,n) = 1 dan m berlawanan paritas
dengan n.
Dalil 7.4
Jika x, y, z  N dan (x, y, z) – 1, maka persamaan x2 + 2y2 = z2 mempunyai
penyelesaian : x = |r2 – 2s2|
y = 2rs
z = r2 + 2s2, dengan r,s > 0 dan (r,2s) = 1
Dalil 7.5
Jika x,y,z  N dan (x,y,z) = 1, maka persamaan x2 + y2 = 2z2 mempunyai
penyelesaian :
x = r2 – s2 + 2rs
y = |rs2 – s2 – 2rs|
z = r2 + s2
dengan r, s  N (u, v) = 1, serta u dan v mempunyai parities yang berbeda,
Dalil 7.6
Jika y dan z adalah bilangan-ilangan genap, maka penyelesaian persamaan :
x2 + y2 + z2 = t2 adalah :
P2 + q2 – r2 P2 + q2 + r2
x= , y = 2p, z = 2q, t =
r q  N, r < (p2 + q2) dan r| (p2 = q2)
Dengan p, r

2. Bilangan Jumlah Kuadrat


Menurut catatan sejarah matematika, sejak lama para matematisi tertarik pada
bilangan jumlah kuadrat. Pythagoras telah menunjukan perhatian yang besar terhadap
jumlah jumlah kuadrat dua bilangan yang hasilnya juga bilangan kuadrat. Residu
kuadratis juga merupakan bagian dari usaha para matematisi dalam mengkaji sifat –
sifat bilangan jumlah kuadrat. Beberapa tokoh matematika yang telah memberikan
sumbangan berharga dalam pengembangan dan penyelesaian kongruensi bilangan
jumlah kuadrat antara lain adalah Diophantine, Euler, Fermat, dan Lagrangre.
Ada dua peragaan sebagai berikut:
a. Setiap bilangan bulat dapat dinyatakan sebagai salah satu dari bentuk:
x=4 atau x ≡ 0 (mod 4)
x = 4k + 1 atau x  1 (mod 4)
x = 4k + 2 atau x  2 (mod 4)
x = 4k + 3 atau x  3 (mod 4)
Sehingga kudrat dari masing-masing kemungkinan nilai x adalah L
x  0 (mod 4)  x2  0 (mod 4)
x  1 (mod 4)  x2  1 (mod 4)
x  2 (mod 4)  x2  4 (mod 4)  0 (mod 4)
x  2 (mod 4)  x2  9 (mod 4)  1 (mod 4)
Dari keadaan kuadrat x (atau x2) dapat ditentukan bahwa 0 dan 1 merupakan
residu-residu kuadratis modulo 4, 2 dan 3 bukan merupakan residu-residu
kuadratis modulo.
dan y=2
Sekarang, jika diambil dua bilangan kuadrat x2 , maka kemungkinan
jumlahnya, yaitu (x2 + y2), dapat dinyatakan sebagai :
x2  0 (mod 4) dan y2  0 (mod 4)  x2 + y2  0 (mod 4)
x2  0 (mod 4) dan y2  1 (mod 4)  x2 + y2  1 (mod 4)
x2  1 (mod 4) dan y2  1 (mod 4)  x2 + y2  2 (mod 4)
Dari keadaan di atas jelas bahwa jika jumlah kuadrat dua bilangan sama dengan a,
yaitu :
x2 = y2  a(mod 4)
Maka kemungkinan nilai-nilai a dalah a  (0,1,2) (mod 4), berarti nilai a tidak
mungkin sama dengan 3 (mod 4) atau a  3 (mod 4)
Jadi : x2 + y2  (mod 4) tidak mempunyai penyelesaian.
b. Dari hasil uraian pada butir 1 jelas bahwa jika a  3 (mod 4), maka x2 + y2  3
(mod 4), tidak mempunyai penyelesaian.
Kita selidiki untuk harga-harga a  0 (mod 4), a  1 (mod 4), dan a  2 (mod 4).
Untuk a = 0, x2 + y2  a(mod 4) mempunyai penyelesaian x = 0 dan y = 0. Apakah
keadaan ini berlaku untuk a = 4,8,16,24,28,…. 4k  (0,0,0,….,0) (mod4)?
Bagaimana dengan nilai-nilai a = 1 dan a = 2?
Bagaimana dengan nilai-nilai a = 1,5,9,….4k + 1, …  1 (mod 4)?
Bagaimana dengan nilai-nilai a = 2,6,10,… 4k + 2, ….  2 (mod 4)?
Perhatikan keadaan daftar berikut:
Jumlah Jumlah
N Bentuk N bentuk
kuadrat kuadrat
1 4k + 1 02 + 12 16 4k 02 + 42
2 4k + 2 12 + 12 17 4k + 1 12 + 42
3 4k + 3 - 18 4k + 2 32 + 32
4 4k 02 + 22 19 4k + 3 -
5 4k + 1 12 + 22 20 4k 22 + 42
6 4k + 2 - 21 4k + 1 -
7 4k + 3 - 22 4k + 2 -
8 4k 22 + 22 23 4k + 3 -
9 4k + 1 02 + 32 24 4k -
10 4k + 2 12 + 32 25 4k + 1 32 + 42
11 4k + 3 - 26 4k + 2 12 + 52
12 4k - 27 4k + 3 -
13 4k + 1 22 + 32 28 4k -
14 4k + 2 - 29 4k + 1 22 + 52
-
15 4k + 3 30 4k + 2 -
Penggunaan pemfaktoran prima
Sekarang perhatikan bilangan-bilangan jumlah kuadrat (bjk) : 4,5,8,9, dan 10
4.5 = 20 = 22 + 42 5.9 = 45 = 32 + 62 4.4 = 16 = 02 + 42
4.8 = 32 = 42 + 42 5.10 = 50 = 12 + 72 5.5 = 25 = 02 5
4.9 = 36 = 02 + 62 8.9 = 72 = 62 + 62 8.8 = 64 = 02 + 82
4.10 = 40 = 22 + 62 8.10 = 80 = 42 + 82 9.9 = 91 = 02 + 92
5.8 = 40 = 22 + 62 9.10 = 90 = 32 + 92 10.10 =100 = 02 + 102
Dalil 7.7
Jika r dan s adalah bilangan - bilangan jumlah kuadrat, maka rs juga merupakan
bilangan jumlah kuadrat(BJK)
Dalil 7.8
Jika p adalah suatu bilangan prima ganjil dan p mempunyai bentuk (4k + 1), maka
tentu ada m,n  Z sehingga m2 + n2 = tp dengan t  Z+ dan t < p.
Dalil 7.9
Jika p adalah suatu bilangan prima dan p ≡ 3 ( mod 4), maka tentu m,n Є Z
sehingga p = m2 + n2, yaitu p merupakan BJK.
Dalil 7.10
Suatu bilangan Z+ merupakan bjk jika dan hanya jika faktor-faktor prima dalam
pemfaktoran prima n yang mempunyai bentuk 3 (mod 4), muncul dalam
perpangkatan yang genap.
B. Masalah yang Diberikan Instruktur
1. Carilah semua triple Pythagoras primitive yang mana selisih antara bilangan terbesar
dengan salah satu dari bilangan yang lain berselisih (berbeda) k.
Jawab:
Nilai – nilai k yang mungkin adalah k merupakan suatu bilangan ganjil atau k
merupakan suatu bilangan genap.
a. k adalah suatu bilangan ganjil
Jika z2 = x2 + y2, y adalah suatu bilangan genap dan z adalah ganjil, maka untuk
nilai k yang ganjil, diperoleh dari selisih bilangan terbesardengan bilangan yang
genap.
m2 + n2 – k = 2mn
m2 + n2 – 2mn = k
(m – n)2 = k
Jika t = m – n, maka t2 = k atau k = t2, dan m = n + t
x = m2 – n2 = (n + t)2 – n2 = n2 + 2nt + t2 – n2 = 2nt + t2 = t (2nt + t2)
y = 2mn = 2(n + t)n = 2n(n + t)
z = m2 + n2 = (n +t)2 + n2 = n2 + 2nt + t2 + n2 = 2n2 + 2nt +t2
Contoh nyata untuk k = 9 dan t = 3, dari persamaan – persamaan:
x = t(2n +t)
y = 2n(n + t)
z = 2n2 + 2nt + t2
Dapat ditentukan bentuk umu triple pythagoras yang dicari yaitu:
x = 3(2n + 3)
y + 2n(n +3)
z = 2n2 + 6n +9
Beberapa unsure dalam barisan triple Pythagoras yang memenuhi adalah:
(15,8,17), ( 21,20,29), (27,36,45),…
b. k adalah suatu bilangan genap
Jika z2 = x2 + y2, y adalah suatu bilangan genap dan z adalah suatu bilangan
ganjil, maka x dan z tentu keduanya merupakan bilangan – bilangan ganjil,
sehingga k merupakan selisih (beda) antara z dan x
Z = x + k, m2 + n2 = m2 – n2 + k, 2n2 =Ambil k = 2t2, maka 2n2 = 2t2, sehingga n
= t dengan m adalah sebarang bilangan lebih dari t dan mempunyai paritas yang
berbeda dengan t.
Dengan demikian dapat ditentukan bahwa:
x = m2 – n2 → x = m2 – t2
y = 2mn → y = 2mt
z = m2 + n2 → z = m2 + t2
Sebagai peragaan untuk k = 8 bentuk umu triple Pythagoras yang dicari untuk n =
t = 2 adalah:
x=m–4
y = 4m
z=m+4
Beberapa unsure dalam barisan triple Pythagoras yang memenuhi adalah:
95,12,13), (21,20,29). (45,28,53),…

C. Masalah Yang Dibahas Dalam Kelompok


1. Carilah semua triple Pythagoras yang membentuk suatu barisan Aritmatika.
Jawab:
Misalkan x, y, z adalah triple Pythagoras yang membentuk barisan aritmatika maka
tentu ada bilangan bulat positif sehingga:
(y – t)2 + y2 = (y + t)2
Dengan adalah beda barisan
(y – t)2 + y2 = (y + t)2
y2 – 2yt + t2 + y2 = y2 + 2yt + t2
y2 = 4yt → y(y – 4t) = 0 → (y= 0 atau y = 4t)
Karena y = 0 tidak mengahasilakn triple Pythagoras maka y = 4t, sehingga:
x = y – t = 4t – t = 3t
z = y + t = 4t + t = 5t
Jadi bentuk umum triple Pythagoras yang dicari adalah (3t,4t,5t), sehingga barisan
yang dicari adalah:
(3,4,5), (6,8,10), (9,12,15), ( 12,16,20),…

2. Selesaikan persamaan x2 + y2 = z4 dalam bentuk triple Pythagoras


Jawab:
x2 + y2 = z4 → x2 + y2 = (z2)2
Ini berarti bahwa ada m, n Є Z, m > n sehingga:
z2 = m2 + n2
x = m2 – n2
y = 2mn
Dengan m = r2 – s2, n 2rs, dan z = r2 + s2
Berikutnya dapat dicari nilai – nilai x, y, z:
x = m2 + n2
x = (r2 –s2)2 – (2rs)2 = r2 – 2r2s2 + s4 – 4r2s2
x = | r4 – 6r2s2 + s4 |
y = 2mn
y = 2(r2 – s2) 2rs = (2r2 – 2s2) 2rs
y = 4rs(r2 – s2)
z = r2 + s2
Beberapa unsure dari barisan penyelesaian diperoleh dengan mengambil (r,s) = 1, r >s
> 0, dan r mempunayi paritas yang berbeda dengan s.
R s x = | r4 – 6r2s2 + s4 | y = 4rs (r2 – s2 ) z = r2 + s2
2 1 7 24 25
3 2 119 120 169
4 1 161 240 289
4 3 527 336 625

Beberapa unsure dari barisan penyelesaian adalah:


(7,24,25), (119,120,269), (161,240,289), (527,336,625)

Laporan Pendalaman Materi


Kompetensi Keahlian Aritmatika Dan Bilangan

Hari/Tanggal : Selasa/20 Februari 2018


Sesi : 2 (10.00 – 11.40)
Fasilitator : Dr. H. Endang Cahya MA, M.Si.
Materi : Sifat – sifat Dasar Kongruensi dan Pemecahan Masalah

A. Rangkuman Materi
SIFAT-SIFAT DASAR KONGRUENSI
Definisi : misalkan n suatu bilangan bulat positif. Dua bilangan bulat a dan b
kongruen modulo n jika n membagi (a-b), maka , k bilangan
bulat.
Contoh:
2 , karena 2
, karena
, karena +
Ketika n tidak habis dibagi (a-b) maka dikatakan a tidak kongruen b modulo n dan ditulis
. Contoh : , karena 7 tidak habis membagi (13-1).
Teorema : Untuk sembarang bilangan bulat a dan b, , jika dan hanya
jika a dan b mempunyai sisa yang sama bila dibagi n.
Bukti : misalkan diketahui , akan dibuktikan a dan b bersisa sama bila
dibagi n. Dari , maka + , untuk suatu k bilangan bulat, sekarang
umtuk n dan bilangan bulat b menurut algoritma pembagian berlaku + ,
dengan .
Sehingga +
+ +
+ +
Hal ini berarti a seperti halnya b memiliki sisa r bila dibagi oleh m. Sebaliknya
misalkan a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi oleh n, yaitu + dan
+ . Untuk 0 dengan demikian + +
atau n│(a-b) atau .
Contoh:
Karena 56 dan dan –11 dapat dinyatakan dalam bentuk – + ,
2 + . Menurut teorema – . Sebaliknya jika –
maka –31 dan 11 memiliki sisa positif yang sama ketika dibagi 7. Jelasnya
adalah – + , 11=1.7 +4.
Teorema : kongruensi sebagai relasi ekuivalen. Untuk n bilangan bulat positif dan a,
b, c bilangan bulat, berlaku :
a) (sifat reflektif)
Bukti:
Misal n  0, maka m│0.
n│0 berarti n │(a-a)
Karena n │(a-a), hal ini menurut definisi , untuk setiap bilangan
bulat a dan n  0.
Cara lain
a  a (mod n), sebab a-a = 0 dan m│0.
b) , maka (sifat simetri)
Bukti:
a  b (mod m), menurut definisi berarti n│a-b, sedangkan menurut definisi
keterbagian n│a-b, dapat dinyatakan sebagai (a-b) = tn, untuk t  Z.
(a-b) = tn  -(a-b) = -tm
 (b-a) = (-t) n, -t  Z.
 n │(b-a) atau b  a (mod n)
c) Jika dan , maka (sifat transitif)
Bukti:
a  b (mod n) berarti n │(a-b)
b  c (mod n) berarti n │(b-c)
Menurut dalil keterbagian
n│(a-b) dapat dinyatakan dengan a-b=k.n
n│(b-c) dapat dinyatakan dengan b-c=t.n
Diperoleh:
(a-b)+(b-c) = kn+tn
a-c= (k+t)n
a-c = n.p

Jadi n│(a-c) atau


d) Jika dan , kemudian a + c= b + d (mod n) dan ac = bd
(mod n)
Bukti :
a  b (mod n) berarti n│(a-b)
c  d (mod n) berarti n│(c-d)
n│(a-b) dapat dinyatakan dengan a-b=k.n
n│(c-d) dapat dinyatakan dengan c-d=t.n
Diperoleh:
(a-b)+(c-d) = kn+tn
(a+c)-(b+d) = (k+t).n
Jadi n│(a-b)+(c-d) atau (a+c)= (b+d) (mod n)
Untuk (a-b)c= kn.c atau (ac-bc) =kn.c
(c-d)b = tn.c atau (bc-bd) =tn.c
(ac-bd)+ (bc-bd) = (kc+tc).n
(ac-bd) = (kc+tc).n
Jadi n│(ac-bd) atau ac = bd (mod n)
e) Jika maka a + c = b + c (mod n) dan ac = bc (mod n)
Bukti:
a  b (mod n) berarti n│(a-b)
n│(a-b) dapat dinyatakan dengan a-b=k.n
Diperoleh:
(a-b)+0 = kn
(a-b)+(c-c) = kn
(a+c)-(b+c) = kn
Karena (a+c)-(b+c) = kn, berarti n│(a+c)-(b+c) atau a+c = b+c (mod n)
Untuk ac = bc (mod n)
(a-b) = kn
(a-b).c = kn.c
(ac-bc) = (kc).n
(ac-bc) = pn
Karena ac-bc = pm, berarti n │ (ac-bc) atau ac = bc (mod m)
f) Jika maka, untuk k bilangan bulat
Bukti :
a  b (mod n) berarti n │(a-b)
Menurut dalil keterbagian
n │(b-a) dapat dinyatakan dengan a-b = tn
Selanjutnya kita mengetahui bahwa
an – bn = (a-b)(an-1 + an-2b + an-3b2 + ..... + bn-1)
Karena a-b │ a-b , maka
a-b │ an – bn , atau
a-b │(a-b)(an-1 + an-2b + an-3b2 + ..... + bn-1)
Menurut dalil keterbagian:
Jika n │a-b dan a-b │ an – bn , maka a-b │ an – bn
Jadi a-b │ an – bn atau an  bn (mod n)
Teorema Fermal: jika p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat yang habis
dibagi dengan p yaitu FPB(a,p) = 1, maka .
B. Masalah yang Diberikan Instruktur
1. Tentukan sisanya jika, dibagi 8.
Penyelesaian :

+
Jadi sisa dari dibagi 8 adalah 5
2. Tentukan sisa MN dibagi 32
2

Penyelesaian :
2 ( 2 2
2
2
( 2 2 2
2 2
2 2
2
2 2 x
2
2
Jadi sisanya adalah 16
Laporan Pendalaman Materi
Kompetensi Keahlian Aritmatika Dan Bilangan

Hari/Tanggal : Selasa/20 Februari 2018


Sesi : 3 (13.00 – 14.40)
Nama Instruktur : Al Azhari Masta, S.Si., M.Si.
Materi : Uji Pembagian Bilangan Bulat dan Pemecahan Masalah
A. Rangkuman Materi
UJI KETERBAGIAN BILANGAN BULAT
Definisi : bilangan bulat b terbagi oleh a jika terdapat bilangat bulat k sedemikian
sehingga b = k.a dan dinotasikan a│b. jika tidak membagi b ditulis a b sedemikian
sehingga b = k.a + r.
Dalil. 1.1. misalkan , , dan bilangan bulat. Kita memiliki sifat dasar berikut:
1. │ (sifat refleksi);
2. Jika │ dan , maka (sifat transitif);
Bukti:

Subsitusi pers (i) ke pers (ii):

3. Jika │ dan y≠0, maka ;


4. Jika │ dan │ , maka │ + , untuk semua bilangan bulat dan ;
Bukti :
Jika d = FPB (x, y) maka , │ + , dan bilangan bulat

+ )+ )
+
5. Jika │ dan │ , maka │ ;
Bukti:
)
6. Jika │ dan y│ , maka ;
7. Jika │ dan y = 0, maka │ ;

8. Untuk │ dan ≠ , │ jika dan hanya jika │ .

Dalil 1.2. Beberapa aturan pembagian.


Sebuah bilangan habis dibagi oleh
1) 2 jika dan hanya jika bilangan terakhirnya genap.
2) 3 jika dan hanya jika semua angka dijumlahkan dapat habis dibagi 3.
3) 4 jika dan hanya jika dua angka terkhir bilangan tersebut habis dibagi 4.
4) 5 jika dan hanya jika angka paling kanan dari bilangan 5 dan 0.
5) 6 jika dan hanya jika bilangan tersebut habis dibagi 2 dan 3.
6) 7 jika hanya jika mengambil digit terakhir, menggandakannya, dan mengurangkan
hasilnya dari jumlah yang lain memberikan jawaban yang bisa dibagi oleh 7
7) 8 jika dan hanya jika tiga angka terkhir habis dibagi 8.
8) 9 jika dan hanya jika semua angka dijumlahkan dapat habis dibagi 9.
9) 10 jika dan hanya jika angka terakhir dari bilangan tersebut adalah 0
10) 11 jika dan hanya jika secara bergantian menambahkan dan mengurangkan digit dari
kiri ke kanan, hasilnya (termasuk 0) dapat dibagi oleh 11
11) 12 jika dan hanya jika habis dibagi 3 dan 4
12) 13 jika dan hanya jika menghapus digit terakhir dari nomor tersebut, kemudian
mengurangkan 9 kali angka yang terhapus dari nomor yang tersisa memberikan
jawaban yang terbagi oleh 13.
B. Masalah yang Diberikan Instruktur
1. Sebuah bilangan 8 digit 123456d3, jika dibagi 6 memberi sisa 5. Tentukan nilai d
yang mungkin.
Penyelesaian :
123456d3 habis dibagi 6 dan bersisa 5,
2

2
Bilangan tersebut habis dibagi 6, suatu bilangan yang habis dibagi 6 maka habis
dibagi 2 dan 3.
2│123456(d-1)8, karena digit akhirnya genap
123456(d-1)8 habis dibagi 3 sehingga, 3│1+2+3+4+5+6+(d-1)+8
3│28+d
Nilai d yang memungkinkan adalah 2, 5, dan 8
2. Tentukan nilai digit k dalam persamaan 2k99561= 2 +
Penyelesaian :
2k99561 habis dibagi 3, sehingga 3│ 2+k+9+9+5+6+1
3│ 2 +k
Nilai k yang memungkinkan adalah 1,4, dan 7
2k99561 habis dibagi 9, sehingga 9│ 2+k+9+9+5+6+1
2 +k
Nilai k yang memungkinkan adalah 4
Sehingga nilai k yang memenuhi {1,4,7} {4} adalah 4
3. Tentukan semua bilangan asli n agar 2 + habis dibagi 3
Penyelesaian :
Ambil sembarang n,
n=1→2 + 2+ ,
n=2→2 + + ,
n=3→2 + + ,
n=4→2 + + ,
n=5→2 + 2+ ,
jadi untuk semua n bilangan ganjil atau 2 habis dibagi 3
4. Diketahui bahwa 20 + 14 = 243290 0953 4931200 nilai a dan b adalah …
Penyelesaian :
20 + 14 = 20.19.18.17.16.15. 14 + 14
= 14 (20.19.18.17.16.15.14+1)
Jadi 20 + 14 habis dibagi 1, 2, 3, …, 13
Pilih habis dibagi 9 dan 11
2 2 2
9│2+4+3+2+9+0+ +0+9+5+3+ +4+9+3+1+2+0+0
9│56+ +
+
2 2 2
11│2-4+3-2+9-0+ -0+9-5+3- +4-9+3-1+2-0+0
11│14+ -

Dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh :


+

Subsitusi b=5 ke persamaan (i) diperoleh :


+
+

Jadi nilai a dan b adalah 7 dan 5


5. Tentukan bilangan bulat terbesar n sedemikian sehingga + dapat dibagi oleh
+
Penyelesaian :

+ +

+ jadi n+100 = faktor dari -999900


Faktor dari -999900 = {(±1, ±999900), ………}
Karena bilangan bulat terbesar n, maka pilih faktornya 999900
+

Jadi nilai bilangan bulat terbesar n = 999800


C. Masalah yang Dibahas dalam Kelompok
Persamaan Diophantine
Teorema : Persamaan linier Diophantine + mempunyai solusi bilangan bulat
jika dan hanya jika d│c dengan , . Jika ( , merupakan salah satu

solusi, maka solusi lainnya adalah +

Latihan Soal
1. Buktikan teorema diatas berlaku .
Penyelesaian :
Misalkan x0 dan y0 adalah solusi partikulir dari persamaan yang diberikan dan
x' , y ' adalah sembarang solusi lainnya, maka

ax0 + by0 = c = ax’ + by’


yang ekuivalen dengan
a(x’ – x0) = b(y0 – y’)
Dengan menggunakan teorema pada Algoritma Pembagian, ada bilangan bulat relatif
prima r dan s sehingga a = dr dan b = ds. sehingga diperoleh:
r ( x' x0 )  s( y0  y' )

Bentuk ini memberikan fakta bahwa r│s(yo – y‟). Karena (r,s) = 1 dengan
menggunakan Lemma Euclid diperoleh r | ( y0  y' ) . Dengan kata lain y0  y'  rt
untuk suatu bilangan bulat t. Dari sini kita peroleh

x‟ – x0 = st
Dengan demikian, kita mempunyai formula untuk solusi x’ dan y’:
b
x'  x0  st  x0   t
d 

a
y '  y 0  rt  y 0   t
d 
2. Ujilah apakah + 22 mempunyai solusi bilangan bulat
Penyelesaian :
Mencari FPB 6 dan 51
+
2 +
Jadi FPB 6 dan 51 adalah 3, 22 maka tidak mempunyai solusi.
3. Periksa apakah persamaan dibawah ini mempunyai solusi? Jika ada tentukan solusi
bilangan bulat yang memenuhi persamaan tersebut.
a. + 2
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 56 dan 72
2 +
+
+
Jadi FPB(56, 72) adalah 8, 8│40 maka mempunyai solusi.
56x + 72y = 40
72 = 56 (2) – 40
56 (-2) + 72 (1) = -40 ] -1
56 (2) + 72 (-1) = 40
xo = 2
yo = -1

x = xo + ( )

x=2+( )

x = 2 + 9t

y = yo - ( )

y = -1 - ( )

y = -1 – 7t
Solusi nya (x,y) = (2 + 9t, -1 – 7t)
b. 22 +2
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 229 dan 247
2 22 +
22 2 +
+
2 +
+2
2+
2 2 +
Jadi FPB dari 229 dan 247 adalah 1, 1│13 maka mempunyai solusi.
229x + 247y = 13
247 = 229 (1) + 18
229 (-1) + 247 (1) = 18 ]

229 ( ) + 247 ( ) = 13

xo =

yo =
x = xo + ( )

x= +( )

x= + 247t

y = yo - ( )

y= -( )

y= – 229t

Solusi nya (x,y) = ( + 247t, – 229t)

c. 2 +
Penyelesaian:
Mencari FPB 126 dan 65
2 +
+
+
+
Jadi FPB(126, 65) adalah 1, 1 │1 maka mempunyai solusi
126m + 65n = 1
126 = 65 (2) - 4
126 (1) + 65 (-2) = -4 ]

126 ( ) + 65 ( ) = 1

xo =

yo =

x = xo + ( )

x= +( )

x= + 65t

y = yo - ( )

y= -( )

y = – 126t
Solusi nya (x,y) = ( + 65t, – 126t)

d. 2 +2
Penyelesaian :
2 2 + 2
2 2+
2 +
2 +
Jadi FPB(172, 20) adalah 4, 4│1000 maka mempunyai solusi.
172x + 20y = 1000
172 = 20 (9) - 8
172 (1) + 20 (-9) = -8 ] -125
172 ( 2 ) + 20 ( 2 ) = 1000
xo = 2
yo = 2

x = xo + ( )

x= 2 +( )

x= 2 + 5t

y = yo - ( )

y= 2 -( )

y= 2 – 43t
Solusi nya (x,y) = ( 2 + 5t, 2 – 43t)
e. +
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 14 dan 35
2 +
2 +
Jadi FPB (14, 35) adalah 7, 7 maka tidak mempunyai solusi.
f. 2 +
Penyelesaian :
Mencari FPB dari 24 dan 138
2 +
2 +
+
Jadi FPB (24, 138) adalah 6, 6│18 maka mempunyai solusi.
24x + 138y = 18
138 = 24 (5) + 18
24 (-5) + 138 (1) = 18
xo =
yo =

x = xo + ( )

x= +( )

x= + 23t

y = yo - ( )

y= -( )

y= – 4t
Solusi nya (x,y) = ( + 23t, – 4t)
g. 22 +
Mencari FPB dari 221 dan 35
22 +
+2
2+
2 2 +
Jadi FPB(221, 35) adalah 1, 1│11, maka mempunyai solusi.
221x + 35y = 11
221 = 35 (6) + 11
221 (1) + 35 (-6) = 11
xo =
yo =

x = xo + ( )

x= +( )

x= + 35t

y = yo - ( )
y= -( )

y= – 221t
Solusi nya (x,y) = ( + 35t, – 221t)

TUGAS LAPORAN RESUME

Waktu : Rabu, 21 Februari 2018


Sesi : 1 (08.00-09.40)
Fasilitator : Aljupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Materi : Aritmetika dan Bilangan : Kongruensi Linear

KONGRUENSI LINEAR DAN PEMECAHAN MASALAH


 Bentuk Umum kongurensi linear adalah yang artinya jika
dan hanya jika
 Teorema: Kongruensi linear memiliki solusi jika dan hanya jika ,
dengan , dan kongruensi linear tersebut memiliki sebanyak buah solusi
 Keterangan: Jika , adalah solusi khusus dari maka solusi umumnya
adalah + , dengan ∈

Latihan soal:
a. Selesaikan 2
b. Selesaikan 2
c. Jika dan 2 , tentukan nilai dalam modulo 11
d. Jika 2 dan , tentukan nilai dalam modulo 13
e. Tentukan angka satuan dari
f. Tentukan + dalam modulo 11
g. Sisa pembagian + oleh + adalah …

Penyelesaian:
a. 2 2
1) Mencari , 2 menggunakan Algoritma Euclid
2 2 +
+
Maka , 2

2) Karena maka kongruensi linear tsb memiliki 6 buah solusi


3) Pandang bentuk baris pertama pada 1)
2 2 +
2 2
2
2 +
Diperoleh solusi khusus dan

Maka solusi umumnya + + + dan

+ + +

4) Dengan memilih nilai sehingga solusi umum dari ,2, , (dalam


modulo 42) , maka diperoleh seperti berikut:
+
2

2
2

5) Solusinya adalah , , ,2 , 2, ada sebanyak 6 buah

b. Selesaikan 2 2
1) Mencari , 2 menggunakan Algoritma Euclid
+
+
Maka ,
2) Karena 2 maka kongruensi linear tsb memiliki 3 buah solusi
3) Pandang bentuk baris pertama pada 1)

2 2
+ 2
Diperoleh solusi khusus 2 dan

Maka solusi umumnya + 2 + 2 + dan

+ + +

4) Dengan memilih nilai sehingga solusi umum dari ,2, ,2 (dalam


modulo 30) , maka diperoleh seperti berikut:
2 +
2

2
5) Solusinya adalah , ,2 ada sebanyak 3 buah

c. Jika dan 2 , tentukan nilai dalam modulo 11


2
2 , dengan syarat pembaginya prima
2
2 2

d. Jika 2 dan , tentukan nilai dalam modulo 13


2  2 
 2 2 

e. Tentukan angka satuan dari

Maka angka satuannya adalah 9

f. Tentukan + dalam modulo 11


Teorema Fermat: , prima

g. Sisa pembagian + oleh + adalah …


+ + +
Untuk maka + + +
Diperoleh sisa = 50

TUGAS LAPORAN RESUME

Siklus :1
Waktu : Rabu, 21 Februari 2018
Sesi : 2 (10.00-11.40)
Fasilitator : Dr. Dadan Dasari, M.Pd
Materi : Aritmetika dan Bilangan : Kongruensi Tingkat Tinggi

SISTEM KONGRUENSI LINIER


Suatu sistem kongruensi linier mempunyai solusi jika fpb ( , .

Contoh sistem kongruensi linier


2

Sistem kongruensi linier tersebut memiliki solusi karena fpb ( , 2 = .


Terdapat tiga cara penyelesaian sistem kongruensi linier, yaitu:
1. Kanselasi
2. Invers
3. Diophantine
Contoh penyelesaian sistem kongruensi linier
1. Dengan menggunakan metode kanselasi, tentukan penyelesaian dari sistem kongruensi
berikut!
2 2 +2
+2
Dengan menggunakan metode kanselasi diperoleh:
+
+2
+ +2
+

2. Tentukan suatu bilangan, jika dibagi 3 bersisa2, jika dibagi 5 bersisa 3 dan jika dibagi 7
bersisa 2.

Teorema sisa cina


Misalkan , , , bilangan bulat positif sedemikian sehingga FPB( , ) untuk

System kongruensi linear

Memiliki solusi yang unik dengan modulo


Contoh :
1. Tentukan solusi dari system kongruensi linear berikut :
2

2
 Langkah 1 : mengidentifikasi unsur yang diketahui
2 2

 Langkah 2 : menentukan nilai dengan rumus

 Langkah 3 : Menentukan nilai untuk ,2, dengan rumus


2

 Langkah 4 : Cari nilai dari kongruensi linear


dengan ,2,
Menentukan nilai , , dari kongruensi linier berikut :

Yang mengakibatkan :
2
2

 Langkah 5 : Tentukan solusi dari system yang diberikan dengan rumus


+ + + +
Sehingga solusi dari sistem kongruensi linier yaitu:
+ +
2 2+ 2 +2
+ +
2
Sehingga solusi dari sistem kongruensi linear
2

2
adalah 2

2. Tentukan solusi dari kongruensi linier 2 .


Penyelesaian:
Karena 2 2 , kongruensi linier 2 ekuivalen dengan sistem
kongruensi berikut:
atau
atau
2 atau 2

Pilih kongruensi linear yang paling sederhana yaitu maka berdasarkan


definisi diperoleh
substitusikan

berdasarkan definisi diperoleh +


+
2 +
2 substitusikan 2 +
2 + 2
2 + 2
2 2
2
2
2 2 berdasarkan definisi diperoleh 2 +2
2 +
2 2 +2 +
2 +
2 + 2
Sehingga solusi dari kongruensi linier 2 adalah
2

Anda mungkin juga menyukai