Siklus 2
Kompetensi Keahlian Himpunan dan
Aljabar
Oleh
Siti Nuroniah
RB201714624
A. Rangkuman Materi
Himpunan itu sebenarnya tidak dapat didefinisikan, tetapi keanggotaan himpunannya
harus terdefinisi dengan baik (jelas keanggotaannya).
Jika suatu elemen/anggota x dalam suatu himpunan A, dapat dituliskan sebagai
x A
ini disebut bahwa x adalah anggota/elemen dari A.
Contoh: Himpunan Bapak-bapak yang usianya lebih dari 100.
tersebut ditulis A x Px ; ” | ” garis tegak dibaca ”sedemikian sehingga”.
Himpunan Bagian
Himpunan bagian dinotasikan dengan “ ”. Himpunan A disebut himpunan
bagian dari himpunan B, jika setiap A menjadi anggota A menjadi anggota B yang
dinyatakan dengan
A B
selain itu juga dapat disebut A tercakup dalam B atau juga kita dapat menggunakan istilah
B mencakup A atau B yang dilambangkan B A.
Himpunan A dikatakan himpunan bagian murni dari himpunan B apabila paling
sedikit ada satu unsur dari B yang tidak menjadi anggota himpunan A, yang dapat
dinyatakan dengan
A B
isitilah lain dari himpunan bagian murni adalah himpunan bagian sejati.
Contoh
A = {1, 2, 3}
B = {1, 2, 3, 4, 5}
Karena terdapat anggota B yang bukan anggota A, maka A merupakan himpunan bagian
sejati dari B atau dapat ditulis A B.
Jika terdapat dua himpunan A, B, diambil x ada 4 kemungkinan:
1. 3.
2. 4.
Himpunan Kosong
Himpunan A dikatakan himpunan kosong bila bilangan kardinal dari himpunan A
= 0 atau n(A) = 0. Himpunan kosong dinotasikan dengan (phi) atau . Jadi apabila
A = x x 2 2 0, x bilangan asli
karena penyelesaian dari adalah √ dan √ bukan merupakan bilangan
asli maka A tidak memiliki anggota atau A bisa disebut dengan himpunan kosong, maka
A= .
Himpunan Denumerable
S dikatakan himpunan denumerable jika dan hanya jika terdapat bijeksi antara S ke
( ) . / . /
Karena ( ) , maka G fungsi onto.
Dari a dan b dapat disimpulkan bahwa G bijektif ke . Akibatnya, G denumerable.
( ) ( ) ( ) ( )
Misalkan,
( )
( )
Bahasan : Himpunan
Sub-Bahasan : Dasar-dasar Operasi pada Himpunan
Hari, tanggal : Kamis, 22 Februari 2018
Instruktur : Dr. Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.
A. Rangkuman Materi
Himpunan Ekuivalen
Himpunan setara dinotasikan “~”. Dua himpunan A dan B disebut setara “A~B” jira
bilangan kardinalhimpunan B atau n(A) = n(B). Dengan kata lain jira setiap anggota dari
A dapat dipasangkan satu-satu keanggota B, dan sebaliknya, atau antara anggota A dan B
dapat dikorespondensikan satu-satu.
Contoh: Jika A = a, b, c, d dan B = p, q, r , s, maka A ~ B, dan jelas n(A) = n(B)
yaitu 4.
S A B
A B
S A B
x x A atau x B atau x A dan B, dan jika dinyatakan dengan diagram Venn
maka daerah yang diarsir merupakan daerah A gabungan.
Diagram Venn A B
Komplemen Himpunan
Komplemen dari suatu himpunan A dilambangkan dengan “ ̅” atau “Ac” dibaca bukan A
atau komplemen A. Jika dinyatakan dengan notasi pembentuk himpunan maka
̅ = x x S dan x A
Kardinalitas
Kardinalitas adalah banyaknya anggota dari suatu himpunan, dinotasikan dengan tanda
mutlak.
| | | | | | | |
Selisih Dua Himpunan
* | +
S A B
Beda Simpetri
S A B
( ) ( ) ( ) ( )
Diagram Venn
Himpunan Kuasa
Himpunan kuasa adalah semua himpunan bagian dari A. Mencari banyaknya himpunan
bagian adalah | ( )|
Hukum-hukum Himpunan
1. Hukum identitas: 2. Hukum null/dominasi:
A=A A=
AU=A AU=U
3. Hukum komplemen: 4. Hukum idempoten:
A A =U AA=A
A A = AA=A
5. Hukum involusi: 6. Hukum penyerapan (absorpsi):
A (A B) = A
(A) = A
A (A B) = A
7. Hukum komutatif: 8. Hukum asosiatif:
AB=BA A (B C) = (A B) C
AB=BA A (B C) = (A B) C
9. Hukum distributif: 10. Hukum De Morgan:
A (B C) = (A B) (A C) A B = A B
A (B C) = (A B) (A C)
A B = A B
=U
U =
B. Masalah yang Diberikan Instruktur
1. Misalkan A adalah himpunan. Periksa apakah setiap pernyataan di bawah ini
benar atau salah, dan jika salah bagaimana seharusnya.
() ( )
( ) ( )
( )* + ( )
( ) ( )
SOLUSI
() ( ) salah seharusnya ( ) * + ( ) * +
( ) ( )
( )* + ( ) salah seharusnya ( ) * + ( )
( ) ( ) salah seharusnya * + ( )
2. Apa yang bisa kamu tuliskan mengenai A dan B
()
( )
( )
( )
( )
SOLUSI
() yang dapat dituliskan
( ) yang dapat dituliskan
( ) yang dapat dituliskan
( ) yang dapat dituliskan semua bisa karena sifat
komutatif
( ) yang dapat dituliskan
Bahasan : Himpunan
Sub-Bahasan : Himpunan dari Bilangan-bilangan
Hari, tanggal : Kamis, 22 Februari 2018
Instruktur : Dra. Encum Sumiaty, M.Si.
A. Rangkuman Materi
* +
𝑎 𝑏
* +
𝑎 𝑏
* +
Contoh Lain
, ) * +
* + * +
* + * +
* + * +
* +
, -
Maka
, - * +
, )
0 1 * +
0 1 , ) * +
, - * +
2. Dalam suatu kelompok yang terdiri dari 30 orang, 10 orang berbicara bahasa
inggirs, 12 berbicara bahasa Spanyol, dan 10 orang berbicara bahasa
perancis. Ada 5 orang berbicara inggris dan spanyil, 5 berbicara spanyol dan
inggirs, 7 berbicara spanyol dan perancis. Berapakah jumlah orang yang
tidak berbicara dalam ketiga bahasa tersebut?
X adalah banyak remaja yang menyukai ketiga aktivitas. Maka nilai x adalah
2. X,Y, Z adalah himpunan orang yang tidak punya irisan. Rataan umur dari
himpunan tersebut disajikan dalam tabel berikut
Set X Y Z
Average
37 23 41 29 39,5 33
Age
Berapakah rataan umur dari orang-orang dalam himpunan
Jawab:
Dengan rataan gabungan, akan ditentukan perbandingan jumlah anggota X,
Y, dan Z
̅̅̅ ̅̅̅
̅̅̅̅̅̅
( ) ( ) ( )
B S B S S
S B B S B
Ket. Tautologi Kontradiksi Kontingensi
B. Fungsi
Definisi:
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi khusus yang
memasangkan setiap elemen dari A secara tunggal, dengan elemen pada himpunan
B.
Solusi untuk persamaan linear satu variabel hanya ada satu tetapi jika
persamaannya diubah menjadi pertidaksamaan maka solusinya menjadi
interval.
Jika maka
1.
2.
3. maka dan
Artinya adalah | | 2
Contoh soal:
Tentukan himpunan penyelesaian dari | | | |!
| | | |
(| |) (| |)
( )( ) Jadi, HP:* | +
C. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Penyelesaian:
Dengan menggunakan operasi baris elementer (OBE)
( )( ) ( )( )
[ ] [ ] [ ]
diperoleh:
z=3 y+z=5 x+z=4
y=2 x=1
Jadi, persamaan linear tersebut memiliki solusi tunggal yaitu x = 1, y = 2,
dan z = 3.
E. Masalah yang dibahas Dalam Kelompok
1. Persamaan garis pada grafik berikut jika adalah…
, diperoleh
Karena dan tegak lurus maka
Karena garis melalui titik ( ) maka persamaan garis adalah
( )
( )
[ ] [ ]
( )
( )
[ ]
( ) ( )
Supaya SPL tidak memiliki solusi, semua elemen pada baris ketiga
haruslah 0.
( )
( )
| |
( )
( )
( )
Jadi, SPL tersebut tidak memiliki solusi jika dan hanya jika
Hari,Tanggal : Senin, 26 Februari 2018
Sesi : 1 (08.00 – 9.40)
Pemateri : Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed.
Materi : Persamaan Kuadrat, Fungsi Kuadrat dan
Pertidaksamaan Kuadrat
A. Persamaan kuadrat
Persamaan kuadrat memiliki bentuk dengan pangkat tertinggi peubah adalah
pangkat dua (kuadrat). Contoh, x2 + y2 – 5 = 0 merupakan persamaan kuadrat
dengan peubah x dan y dan pangkat tertinggi dari peubahnya adalah dua.
Pembahasan kali ini, yang akan dibahas adalah persamaan kuadrat satu peubah.
Persamaan kuadrat satu variabel dalam x adalah suatu persamaan dalam
bentuk ax2 + bx + c = 0, dengan a, b, dan c adalah bilangan real dan a 0.
Dimana x adalah variabel atau peubah; a adalah koefisien x2; b adalah koefisien x;
dan c adalah konstanta pada persamaan. Seperti halnya persamaan linier satu
peubah, dalam persamaan kuadrat satu peubah juga mencari solusi persamaan
(atau biasa disebut dengan akar-akar persamaan kuadrat).
1. Solusi Persamaan kuadrat satu peubah
Dalam persamaan kuadrat, bentuk umum ax2 + bx + c = 0, dengan a, b, dan c
adalah bilangan real dan a 0, memiliki dua nilai untuk peubah x. Untuk mencari
solusi dari persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, ikuti pembahasan sebagai berikut.
ax2 + bx + c = 0
x2 + + =0
x2 + 2 . +. / . / =0
. / 4√ 5 =0
4 √ 54 √ 5=0
√ √
( )( )= 0
√
x1 = ( )
√
x2 = ( )
Selain rumus tersebut (biasa disebus dengan rumus abc) kita juga dapat
mencari solusi persamaan kuadrat dengan cara memfaktorkan atau melengkapkan
kuadrat sempurna berikut.
Hal utama yang perlu diperhatikan saat memfaktorkan adalah membuat salah
satu ruas dari persamaan menjadi nol atau mengembalikan persamaan menjadi
bentuk umum persamaan ax2 + bx + c = 0, kemudian memfaktorkan ke bentuk
( )( ) , dimana d, m, n dan e merupakan bilangan baru yang
diperoleh dari hasil pemfaktoran. Sehingga x1 = atau x1 = . Bentuk umum ax2
x1 + x2 =
√
x1 . x2 =. / ( )
x1 . x2 =
x1 . x2 =
dan x1 . x2 =
ax2 + bx + c = 0 x2 + + =0
x2 ( ) + ( )= 0
( )( )
Persamaan kuadrat dengan akar-akar x1 dan x2 adalah ( )( )
4 5 4 5
4 5 4 5
( ) 4 5
( ) 4 5
( ) 4 5
dan . /
Jadi untuk menentukan titik ekstrim atau titik puncak digunakan rumus ( )
. /
C. Pertidaksamaan Kuadrat
Pertidaksamaan kuadrat merupakan kalimat matematika yang dihubungkan
dengan tanda ketaksamaan dengan satu peubah dan pangkat tertinggi dari peubah
tersebut adalah dua. Bentuk umum pertidaksamaan kuadrat adalah ax2 + bx + c >
0; ax2 + bx + c < 0; ax2 + bx + c 0; ax2 + bx + c 0; dimana a, b, dan c
merupakan bilangan real dan a 0.
Untuk mencari solusi bilangan real pertidaksamaan kuadrat sama dengan
mencari solusi pertidaksamaan linier yaitu dengan memperhatikan bilangan dalam
pertidaksamaan agar terdefinisi.
Solusi pertidaksamaan kuadrat akan selalu positif (definit postif) jika dan
hanya jika a > 0, dan D < 0
Solusi pertidaksamaan kuadrat akan selalu negatif (definit negatif) jika dan
hanya jika a < 0 dan D < 0; dimana D = b2 – 4ac
Masalah
Penyelesaian.
Karena selalu positif untuk semua , oleh karena itu yang
menentukan adalah
Penyelesaian.
( )
Tentukan himpunan penyelesaian dari √
Penyelesaian.
Syarat
( )( )
A. Bilangan Berpangkat
Definisi bilangan berpangkat
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎𝑏
2) dan
dan tidak memenuhi definisi bilangan berpangkat, sebab dalam
perkalian bilangan berpangkat paling sedikit harus mempunyai dua faktor agar
dapat dinyatakan sebagai perkalian berulang. Bentuk hanya memiliki 0 faktor
dan hanya memiliki 1 faktor. Bentuk dan dapat dicari nilainya dengan
menggunakan sifat.
Untuk
Untuk
3)
( )
( )
( )
B. Penarikan Akar
Misal terdapat dua himpunan A dan B. Himpunan * + dan
* +, maka relasi dari himpunan A ke himpunan B dinyatakan dengan
“kuadrat dari” sebab:
√ √ √
√ √ √
Dapat ditulis √
√ adalah bilangan yang bila dipangkatkan 3 sama dengan 8. √ ,
sebab . Lambang hubungan penarikan akar dengan perpangkatan dapat
ditulis sebagai berikut: √ , sebab dengan
Secara umum kita dapat menuliskan:
√ dengan
A. Komposisi Fungsi
Misalkan fungsi f memetakan himpunan A ke dalam himpunan B, dan fungsi g
memetakan himpunan B ke dalam himpunan C sebagaimana ilustrasi dibawah ini:
∘ ∘
∘ ∘
∘ ∘
( ) ditentukan oleh:
( )( ) ( ( )) ( )
( )( ) ( ( )) ( )
( )( ) ( ( )) ( )
( )( ) ( )– ( )( ) ( – )
– –
Sifat-sifat komposisi fungsi:
a. Komposisi fungsi tidak bersifat komutatif ( )
b. Komposisi fungsi bersifat asosiatif ( ) ( )
c. Fungsi yang memetakan disebut fungsi identitas atau fungsi netral
sehingga .
d. Jika untuk fungsi ( ) dan fungsi ( ) yang terdefinisi pada
suatu domain sedemikian sehingga diperoleh dengan fungsi
identitas maka g dapat dikatakan sebagai fungsi invers dari ditulis dengan
notasi .
Jadi
B. Invers Fungsi
Perhatikan gambar sebagai berikut:
Pada gambar diatas fungsi
dengan *( )| ( )
+ dan misalkan relasi
dengan *( )|
( ) +, maka
adalah invers dari fungsi ditulis .
Jika relasi merupakan fungsi, maka disebut fungsi invers. Syarat suatu
fungsi memiliki fungsi invers adalah jika fungsi tersebut berkorespondensi satu-
satu dan onto. Jika bukan merupakan fungsi maka disebut invers dari
saja. Gambar berikut adalah contoh inversi fungsi tapi bukan fungsi inversi.
𝐴 𝐵
dan
𝑎
. 𝑥 ( ) * +
𝑏 𝑦
.
.
𝑐 . 𝑧 ( ) * +
( )
( )
A. RANGKUMAN MATERI
1. Persamaan Eksponen
Secara umum, persamaan eksponen adalah persamaan yang eksponennya
memuat peubah x atau persamaan yang bilangan pokok dan eksponennya
memuat peubah x. Contoh persamaan eksponen diantaranya:
3x+1 = 9
22x – 2x+1 = 8
Bentuk persamaan eksponen tidaklah unik (tunggal) karena bentuk
persamaan eksponen dapat berupa persamaan yang eksponennya memuat
peubah x atau berupa persamaan yang bilangan pokok dan eksponennya
memuat peubah x. Oleh karena itu, cara menentukan himpunan penyelesaian
dari persamaan eksponen pun berbeda-beda sesuai dengan bentuknya, yaitu:
( )
Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, maka ( )
( )
Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, maka ( )
( ) ( )
Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, maka ( ) ( )
( ) ( )
Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, b > 0 dan b ≠ 1, a ≠ b maka
( )
( ) ( )
Jika * ( )+ * ( )+ maka kemungkinnannya adalah:
- ( ) ( )
( ) ( )
- ( ) , karena
- ( ) , asalkan ( ) dan ( ) keduanya positif
- ( ) , asalkan ( ) dan ( ) keduanya ganjil atau ( ) dan
( ) keduanya genap
( ) ( )
- Jika ( ) ( ) dengan a > 0 dan a ≠ 1, dapat
ditentukan dengan mengubah persamaan eksponen itu ke dalam
bentuk persamaan kuadrat.
2. Fungsi Eksponen
Suatu fungsi f : x ax, dengan a > 0 dan a ≠ 1, artinya untuk setiap
bilangan real x mempunyai peta satu unsur bilangan real ax.
x y = f(x) = ax
3. Persamaan Logaritma
Jika a > 0 dan a ≠ 1 maka ax = b x = a log b
Dari rumusan di atas dapat kita ketahui bahwa logaritma merupakan
invers dari suatu perpangkatan atau eksponen berarti bentuk persamaan
eksponen dapat diubah bentuknya menjadi persamaan logaritma. Oleh
karena itu, cara menentukan himpunan penyelesaian dari persamaan
logaritma pun berbeda-beda sesuai dengan bentuknya, yaitu:
Jika p > 0 dan a log p, dengan f(x) > 0, maka f(x) = p
Jika a log f(x) = a log g(x), dengan f(x) dan g(x) positif, maka f(x) = g(x)
Jika a log f(x) = b log f(x), dengan a ≠ b, maka f(x) = 1
Jika h(x) log f(x) = h(x) log g(x), dengan f(x) dan g(x) positif serta h(x) > 0
dan h(x) ≠ 1, maka f(x) = g(x)
Jika A(a log x)2 + B(a log x) + C = 0 dapat ditentukan dengan mengubah
persamaan logaritma itu ke dalam bentuk persamaan kuadrat.
4. Fungsi Logaritma
Logaritma adalah invers dari perpangkatan atau eksponen. Jadi, fungsi
logaritma adalah fungsi invers dari fungsi eksponen. Invers dari fungsi
eksponen f : x ax dengan a > 0 dan a ≠ 1 adalah fungsi logaritma f : x a
log x.
Secara umum, fungsi logaritma dengan bilangan pokok a dapat ditulis
sebagai berikut:
f : x a log x atau y = f(x) = a log x
dengan:
x = peubah bebas dan bertindak sebagai daerah asal fungsi f yaitu Df = {x | x
> 0 dan x )
a = bilangan pokok atau basis logaritma dengan syarat a > 0 dan a ≠ 1 0
< a < 1 dan a > 1
y = peubah tak bebas dan bertindak sebagai daerah hasil fungsi f yaitu Rf =
{ y | - < y < dan y }
Misalkan 4x = a, sehingga:
= 24
4a – a = 96
3a = 96
a = 32
Karena 4x = a, maka:
4x = 32
(22)x = 25
22x = 25
2x = 5
x = 5/2
sehingga ( ) . / ( ) √
Jawab:
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )
LOGARITMA
1. Jika + 8 log 5, + 4 log 5, + 2 log 5 adalah tiga suku pertama suatu
barisan geometri dengan , maka suku ke-4 barisan tersebut
adalah ....
Jawab:
Diketahui
Maka
( )
( ) ( )
( )
sehingga:
( )
( )
. /
. /
Jadi, barisan ke-4 dari barisan + 8 log 5, + 4 log 5, + 2 log 5, ...
adalah
2. Jika 3 log (2a + 2b) = 3 log a + 3 log b, maka 3 log (ab + a – 2b – 2) + 2 log
(ab – 2a + b – 2) + 2 log (ab + a + b + 1) = ....
Jawab:
Diketahui
( )
( ) ( )
sehingga
( ) ( ) (
)
( )( )
( )
( )( )
( )
( )( )
( )
( )
( )
( )
Jadi, jika 3 log (2a + 2b) = 3 log a + 3 log b, maka 3 log (ab + a – 2b – 2) +
2
log (ab – 2a + b – 2) + 2 log (ab + a + b + 1) = 2.
( )( )
atau
Jika maka
Jika maka
Sehingga diperoleh
dan
maka
( ) ( )
( )
Substitusi
Persamaan suku banyak f(x) memiliki bentuk umum seperti yang
telah dibahas sebelumnya. Nilai suku banyak di titik x = k dapat
diperoleh dengan mengganti nilai x dengan k kemudian
menghitungnya secara Aljabar biasa. Nilai f(x) dengan bentuk
umumnya di suatu titik x = k dinyatakan dalam persamaan di bawah.
Bentuk bagan dan letak koefisien sesuai aturan yang telah ditentukan dapat
dilihat pada gambar di bawah.
Berikut ini adalah langkah-langkah detailnya untuk menentukan nilai dari suku
banyak f(x) berderajat 4 dengan bentuk umum seperti persamaan di atas dengan
cara skema.
Buat skema/bagan dan letakkan koefisien dari suku banyak f(x) sesuai
aturan.
Latihan Soal
1) F(x) = ax3 + bx2 + cx + d tentukan f(k) menggunakan skema !
Penyeleaian :
k a b c d
ak ak2+bk ak3+bk2+ck +
a ak+b ak2+bk+c ak3+bk2 +ck + d
f(k) = ak3+bk2 +ck + d
Penyelesaian :
( ) ( )
( )( )
Px + 2p + qx – q 2x
Px + qx + 2p – q 2x + 0
x(p + q) + 2p-q 2x +0
p+q=2
p=2–q
2p – q = 0
2(2-q) – q = 0
4 – 2q –q = 0
4 – 3q = 0
-3q = -4
q=
p=2-
p=
3) Tentukan hasil bagi dan sisa pembagian dengan cara panjang dan sintetik
f(x) = ax3 + bx2 + cx + d dibagi dengan (x-k) !
Penyelesaian :
ax2 + (b+ak)x
√
ax3 + akx2 _
(b+ak)x2 + cx
(b+ax)x2 – (bk+ak2)x _
(c + bk + ak2)x + d
(c + bk + ak2)x – ck – bk2 – ak3 _
ak3 + bk2 + ck + d sisa
4) Tentuan sisa dari (2x4 – 5x3 – 17x2 + 41x – 21) dibagi x+3 !
Penyelesaian :
-3 2 -5 -17 41 -21
-6 33 -48 21 +
2 -11 16 -7 0 sisa
Diperoleh hasil bagi 2x3 – 11x2 + 16x -7
Sisa = 0
(2x4 – 5x3 – 17x2 + 41x – 21) = (x+3) (2x3 – 11x2 + 16x -7)
5) Jika suku banyak f(x) dibagi (ax + b), tunjukkan sisanya adalah f( )
subtitusikan x =
f( ) = 0 + S(x)
f( ) = S(x)
6) Jika suku banyak f(x) dibagi (x-a) (x-b), tunjukkan sisanya adalah (x-
a)h1(b) + f(a)h1(x) adalah hasil bagi f(x) oleh (x-a).
Penyelesaian :
f(x) = P(x) . H(x) + S(x)
f(x) = (x-a) (x-b) . H(x) + S(x)
f(x) = (x-a). H1(x) + S1
S1 = f(a)
1. Definisi
Program linear adalah suatu alat yang digunakan dalam
memecahkan masalah model pertidaksaaman linear untuk mencapai tujuan
optimasi (maksimum atau minimum). Program linear tidak lepas dengan
sistem pertidaksamaan linear. Dalam sistem pertidaksamaan linear
terdapat himpunan yang berisi pertidaksamaan-pertidaksamaan dan ada
operasi yang bekerja pada pertidaksamaan itu.
2. Langkah-langkah untuk menyelesaikan program linear
1) Menerjemahkan permasalahan ke dalam model matematika
2) Menggambar grafik
3) Menentukan daerah himpunan penyelesaian
4) Menentukan titik pojok
5) Menentukan nilai optimum
3. Metode menyelesaikan program linear
1) Metode uji titik pojok
2) Metode garis selidik
4. Masalah yang berkaitan dengan program linear
1. Sebuah pesawat udara berkapasitas tempat duduk tidak lebih dari 48
penumpang. Setiap penumpang kelas utama boleh membawa bagasi 50
kg dan kelas ekonomi hanya 20 kg. Pesawat hanya dapat menampung
bagasi 1.400 kg. Jika harga tiket kelas utama Rp1.000.000 dan kelas
ekonomi hanya Rp600.000. Pendapatan maksimum yang diperoleh
adalah ....
Penyelesaian:
Misal: Banyaknya penumpang kelas utama =
Banyaknya penumpang kelas ekonomi =
Model matematika:
( )
𝑥 𝑦
( )
𝐴(𝑥 𝑦)
( )
𝑥 𝑦
𝑥 𝑦 𝑥 𝑦
𝑥 𝑦 𝑥 𝑦
𝑥
Koordinat titik A( , 33 )
( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
Karena orang tidak ada dalam bentuk pecahan, maka untuk titik pojok
( ,33 ) dibulatkan menjadi bilangan bulat. Ada dua kemungkinan
𝑚 𝑛
Penyelesaian:
Menentukan persamaan garis dan
Titik-titik yang dilalui oleh garis adalah ( ) dan ( )
𝑥 𝑦
𝑥 𝑦
𝑦
𝑦
Subtitusi ke salah satu persamaan atau
.
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
adalah 11
Hari, tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
Waktu : Sesi 1 (08.00 – 09.40 WIB)
Nama Instruktur : Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd.
Materi : Trigonometri
A. Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigon yang artinya tiga
sudut dan metri artinya mengukur. Trigonometri adalah salah satu cabang dari
ilmu matematika yang mengkaji permasalahan sudut segitiga dan fungsi
trigonometrik yang kemudia disebut sinus, cosinus, dan tangen. Salah satu
aplikasi trigonometri dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam bidang
astronomi, dimana sejak zaman dahulu, para matematikawan menggunakan
konsep trigogometri dalam ilmu falak yaitu untuk menentukan arah kiblat,
kemudian menggunakan konsep trigonometri dalam teknik triangulasi yang
digunakan menghitung jarak ke bintang-bintang terdekat, dimana kesemuanya
itu diawali dengan pemahaman konsep tentang perbandingan (rasio) pada
segitiga yang kemudian kita kenal dengan istilah trigonometri.
Perbandingan (rasio) pada segitiga diatas dapat kita ilustrasikan dengan
gambar berikut;
Gambar 1
Pada gambar di atas, dan membentuk sudut , terletak pada ,
tegak lurus di . Dari gambar tersebut, maka fungsi
dan dapat didefinisikan sebagai berikut, dengan ketentuan | |
menunjukan panjang garis
| | | | | |
| |
, | |
, | |
| | | | | |
| |
, | |
, | |
Selain itu, perlu ditunjukan juga bahwa fungsi tersebut telah didefinisikan
oleh sudut , bukan titik . Dari gambar 1 di atas, juga merupakan titik di
garis dan tegak lurus garis di titik , sehingga dapat kita lihat
bahwa dan adalah sebangun karena itu juga diperoleh
| | | |
hubungan bahwa | | | |
, sehingga kita dapat suatu perbandingan yang
tetap yang kemudian kita namakan perbandingan trigonometri (sin, cos, tan).
y (sisi depan 𝜃)
𝜃
A x (sisi samping 𝜃) B
Penyelesaian
Gambarlah segitiga siku-siku dari
C informasi yang diperoleh.
dengan menggunakan teorema pythagoras
√
maka kita akan peroleh panjang , yaitu;
𝜃
A x B
√
√ √
S
e 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √
𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝜃
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √
h
i 𝜃 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √
𝑐𝑠𝑐 𝑠𝑒𝑐 𝜃 𝜃
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √
n
g
ga nilai perbandingan trigonometri dapat kita temukan, yaitu;
C. Identitas Trigonometri
Pada penjelasan sebelumnya telah dibahas bahwa trigonometri tidak lepas
dari bangun datar segitiga siku-siku, untuk selanjutnya kita akan mengkaji
suatu persamaan yang diperoleh dari suatu perbandingan trigonometri yang
nantinya kita sebut dengan identitas trigonometri. Untuk memahami hal itu,
perhatikanlah perbandingan trigonometri untuk titik ( ) pada lingkaran
yang berpusat di dengan jari-jari adalah sebagai berikut: 𝑌
𝑃(𝑥 𝑦)
Terhadap Terhadap
α
𝑟
𝜃
𝑋
𝑂 Q
4. atau
atau
D. Rumus trigonometri untuk jumlah dua sudut dan selisih dua sudut
1. Rumus ( )
. Jika
ambil sudut , maka kongruen dengan ,
akibatnya .
Koordinat kartesius sebuah titik dapat dinyatakan sebagai
( ), sehingga koordinat titik B adalah ( ), titik
C adalah ( ( ) ( ) ), dan titik ( ).
Dengan menggunakan rumus jarak antara dua titik diperoleh, akan
dibuktikan CA = DB
√( ( ) ) ( ( ) )
√( ) ( )
( ( ) ) ( ) ( )
( )
( ) ( ) ( )
( )
( )
( )
Sedangkan rumus untuk ( ) dapat diperoleh dari rumus
( ) dengan cara mengganti sudut menjadi – .
( ) ( ( ))
( ) ( )
2. Rumus ( )
Rumus sinus jumlah dua sudut dapat dicari dengan menggunakan
rumus kosinus selisih dua sudut, yaitu sebagai berikut:
( ) ( ( ))
(( ) )
( ) ( )
( ) . ( ( ))/
(( ) )
( ) ( ) ( ) ( )
3. Rumus ( )
Rumus tangen jumlah dan selisih dua sudut dapat diturunkan dari
rumus jumlah dan selisih dua sudut sinus dan kosinus. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
... (i)
b. Perhatikan maka panjang CD yaitu:
... (ii)
Dengan mensubstitusikan persamaan (i) dan (ii) maka diperoleh
persamaan:
... (iii)
... (iv)
d. Perhatikan maka panjang AE yaitu:
... (v)
Dengan mensubstitusikan persamaan (iv) dan (v) maka diperoleh persamaan:
... (vi)
( )
( )
Karena BC = a, maka:
a. c. 3 e.
b. 2 d. 6
Jawab:
2. Jika .k=…
Jawab:
( )
( )
Untuk nilai minimum cos x akan bernilai 1 sehingga k = ( )
Untuk nilai maksimum cos x akan bernilai –1 sehingga k = ( ( ))
Jadi, HP = 2 | 3