Anda di halaman 1dari 68

Laporan Pendalaman Materi

Siklus 2
Kompetensi Keahlian Himpunan dan
Aljabar

Oleh

Siti Nuroniah
RB201714624

Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Bersubsidi


2018
Bahasan : Himpunan
Sub-Bahasan : Himpunan dan Sub-Himpunan
Hari, tanggal : Kamis, 22 Februari 2018
Instruktur : Dr. H. Endang Cahya Mulyaning Asih, M.Si.

A. Rangkuman Materi
Himpunan itu sebenarnya tidak dapat didefinisikan, tetapi keanggotaan himpunannya
harus terdefinisi dengan baik (jelas keanggotaannya).
Jika suatu elemen/anggota x dalam suatu himpunan A, dapat dituliskan sebagai
x A
ini disebut bahwa x adalah anggota/elemen dari A.
Contoh: Himpunan Bapak-bapak yang usianya lebih dari 100.

Notasi Himpunan dan Cara Menyatakan Himpunan


Himpunan diberi nama atau dinyatakan dengan huruf kapital. Sedangkan anggotanya
dinyatakan dengan huruf kecil. Anggota himpunan ditulis di antara kurung kurawal,
anggota satu dengan yang lainya dipisahkan dengan tanda koma.
* +
Ada dua cara untuk dapat menyatakan suatu himpunan, yaitu cara
pendaftaran/mendaftarkan setiap anggotanya (roster method) dan menyatakan sifat dari
keanggotaannya (ruler method).
a. Cara pendaftaran anggota (roster method)
Objek yang tidak didaftar berarti objek bukan anggota himpunan tersebut. Apabila
anggota himpunan tersebut tidak banyak, semua anggotanya dapat ditulis. Namun,
bila himpunan itu mempunyai anggota yang banyak dan anggotanya memiliki
keteraturan, untuk menuliskanya dapat diwakili dengan tiga titik”...”.
Contoh:
Nyatakan himpunan berikut dengan cara pendaftaran.
A = himpunan bilangan asli
B = himpunan bilangan ganjil kurang dari 30
C = himpunan hari dalam sepekan
Jawab:
A = {1, 2, 3, 4, 5, ...}
B = {1, 3, 5, 7, ..., 29}
C = {Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu}
b. Cara menyatakan sifat keanggotaannya (ruler method)
Cara ini dengan menuliskan syarat yang harus dipenuhi oleh anggota himpunan itu.
Objek atau elemen yang memenuhi syarat himpunan itu adalah anggotanya. Dalam
penulisan cara ini anggota himpunan menggunakan variabel, misalnya x dan syarat
keanggotanya misalnya P(x). P(x) berarti himpunan tersebut bersifat P. Himpunan

 
tersebut ditulis A  x Px  ; ” | ” garis tegak dibaca ”sedemikian sehingga”.

Cara membaca himpunan tersebut adalah A himpunan semua x sedemikian


sehingga x mempunyai sifat P.
Contoh:
A = {x | x < 10, x  bilangan prima}
B = {x | −4 < x < 3, x

Himpunan Bagian
Himpunan bagian dinotasikan dengan “ ”. Himpunan A disebut himpunan
bagian dari himpunan B, jika setiap A menjadi anggota A menjadi anggota B yang
dinyatakan dengan
A B
selain itu juga dapat disebut A tercakup dalam B atau juga kita dapat menggunakan istilah
B mencakup A atau B yang dilambangkan B A.
Himpunan A dikatakan himpunan bagian murni dari himpunan B apabila paling
sedikit ada satu unsur dari B yang tidak menjadi anggota himpunan A, yang dapat
dinyatakan dengan
A B
isitilah lain dari himpunan bagian murni adalah himpunan bagian sejati.
Contoh
A = {1, 2, 3}
B = {1, 2, 3, 4, 5}
Karena terdapat anggota B yang bukan anggota A, maka A merupakan himpunan bagian
sejati dari B atau dapat ditulis A B.
Jika terdapat dua himpunan A, B, diambil x ada 4 kemungkinan:
1. 3.
2. 4.

Himpunan Kosong
Himpunan A dikatakan himpunan kosong bila bilangan kardinal dari himpunan A
= 0 atau n(A) = 0. Himpunan kosong dinotasikan dengan  (phi) atau   . Jadi apabila

A = x x 2  2  0, x  bilangan asli
karena penyelesaian dari adalah √ dan √ bukan merupakan bilangan
asli maka A tidak memiliki anggota atau A bisa disebut dengan himpunan kosong, maka
A= .

Himpunan Finite dan Infinite


Definisi:
1. Himpunan dikatakan himpunan kosong jika memiliki 0 elemen.
2. Jika , himpunan S dikatakan memiliki n elemen jika terdapat bijeksi dari
himpunan * + ke S.
3. Himpunan S dikatakan finite jika keduanya kosong atau memiliki n elemen, untuk
beberapa .
4. Himpunan S dikatakan infinite jika tidak finite.

Himpunan Denumerable
S dikatakan himpunan denumerable jika dan hanya jika terdapat bijeksi antara S ke

B. Masalah yang Diberikan Instruktur


Periksa apakah himpunan di bawah ini denumerable?
1. * | +
2. Himpunan Bilangan Ganjil
Penyelesaian:
1. Jelas bahwa G fungsi , akan ditunjukkan bahwa terdapat bijeksi dari G ke
.
a. Ambil ( ) ( ) , maka
( ) ( )

Karena , maka G fungsi satu-satu.


b. Misalkan maka sedemikian sehingga

( ) . / . /
Karena ( ) , maka G fungsi onto.
Dari a dan b dapat disimpulkan bahwa G bijektif ke . Akibatnya, G denumerable.

2. Himpunan bilangan ganjil dapat dituliskan sebagai * | +


Jelas bahwa A fungsi , akan ditunjukkan bahwa terdapat bijeksi dari A ke
.
a. Ambil ( ) ( ) , maka
( ) ( )

Karena , maka A fungsi satu-satu.


b. Misalkan maka sedemikian sehingga

( ) ( ) ( ) ( )

Karena ( ) , maka A fungsi onto.


Dari a dan b dapat disimpulkan bahwa A bijektif ke . Akibatnya, A denumerable.

C. Masalah yang Didiskusikan Kelompok


Periksa apakah himpunan bilangan bulat denumerable?
Penyelesaian:
Himpunan bilangan bulat dapat kita tuliskan menjadi 2 pemetaan seperti di bawah
ini
( )
{
( )

Misalkan,
( )

( )

Jelas bahwa B fungsi , akan ditunjukkan bahwa terdapat bijeksi dari B ke


.
a. Akan ditunjukkan bijektif ke
Ambil ( ) ( ) ganjil, maka
( ) ( )
( ) ( )

Karena , fungsi satu-satu


Misalkan maka ( ) sedemikian sehingga
( ) ( ( ))
( ( ) )

Karena ( ) , maka fungsi onto.


Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa bijektif ke .
b. Akan ditunjukkan bijektif ke
Ambil ( ) ( ) genap, maka
( ) ( )
( ) ( )

Karena , maka fungsi satu-satu.


Misalkan maka sedemikian sehingga
( ) ( )
(( ) )

Karena ( ) , maka fungsi onto.


Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa bijektif ke .
Dari a dan b diperoleh bijektif ke dan bijektif ke , maka B bijektif
ke . Akibatnya, B denumerable.

Bahasan : Himpunan
Sub-Bahasan : Dasar-dasar Operasi pada Himpunan
Hari, tanggal : Kamis, 22 Februari 2018
Instruktur : Dr. Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

A. Rangkuman Materi
Himpunan Ekuivalen
Himpunan setara dinotasikan “~”. Dua himpunan A dan B disebut setara “A~B” jira
bilangan kardinalhimpunan B atau n(A) = n(B). Dengan kata lain jira setiap anggota dari
A dapat dipasangkan satu-satu keanggota B, dan sebaliknya, atau antara anggota A dan B
dapat dikorespondensikan satu-satu.
Contoh: Jika A = a, b, c, d  dan B = p, q, r , s, maka A ~ B, dan jelas n(A) = n(B)
yaitu 4.

Himpunan Saling Lepas


Himpunan lepas dinotasikan dengan “//”. Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas
atau saling asing bila A dan b tidak mempunyai anggota persekutuan.
Contoh: A = 1,3,5,7 dan B = 2,4,6,8, maka A//B.

Irisan Dua Himpunan


Irisan himpunan A dan B, yang dilambangkan dengan ”A B” adalah himpunan baru
yang anggotanya terdiri dari anggota himpunan A dan anggota himpunan B, atau dengan
kata lain anggotanya adalah anggota sekutu A dan B. ”A∩B” dibaca ”A irisan B” atau
”irisan A dan B”. Jika dinyatakan dengan dengan diagram Venn, irisan himpunan A dan
B ditunjukkan dengan daerah yang diarsir.

S A B

A B

Gabungan Dua Himpunan


Gabungan dua himpunan A dan B yang dilambangkan dengan ”A  B”. Jika dinyatakan

S A B

dengan notasi pembentuk himpunan maka A  B =

x x  A atau x  B atau x  A dan B, dan jika dinyatakan dengan diagram Venn
maka daerah yang diarsir merupakan daerah A gabungan.
Diagram Venn A  B
Komplemen Himpunan
Komplemen dari suatu himpunan A dilambangkan dengan “ ̅” atau “Ac” dibaca bukan A
atau komplemen A. Jika dinyatakan dengan notasi pembentuk himpunan maka


̅ = x x  S dan x  A 
Kardinalitas
Kardinalitas adalah banyaknya anggota dari suatu himpunan, dinotasikan dengan tanda
mutlak.
| | | | | | | |
Selisih Dua Himpunan
* | +

S A B

Diagram Venn A-B

Beda Simpetri

S A B
( ) ( ) ( ) ( )

Diagram Venn

Himpunan Kuasa
Himpunan kuasa adalah semua himpunan bagian dari A. Mencari banyaknya himpunan
bagian adalah | ( )|

Hukum-hukum Himpunan
1. Hukum identitas: 2. Hukum null/dominasi:

 A=A  A=
 AU=A  AU=U
3. Hukum komplemen: 4. Hukum idempoten:
 A A =U  AA=A
 A A =  AA=A
5. Hukum involusi: 6. Hukum penyerapan (absorpsi):
 A  (A  B) = A
 (A) = A
 A  (A  B) = A
7. Hukum komutatif: 8. Hukum asosiatif:
 AB=BA  A  (B  C) = (A  B)  C
 AB=BA  A  (B  C) = (A  B)  C
9. Hukum distributif: 10. Hukum De Morgan:

 A  (B  C) = (A  B)  (A  C)  A B = A B
 A  (B  C) = (A  B)  (A  C)
 A B = A B

11. Hukum 0/1

  =U
 U =
B. Masalah yang Diberikan Instruktur
1. Misalkan A adalah himpunan. Periksa apakah setiap pernyataan di bawah ini
benar atau salah, dan jika salah bagaimana seharusnya.
() ( )
( ) ( )
( )* + ( )
( ) ( )
SOLUSI
() ( ) salah seharusnya ( ) * + ( ) * +
( ) ( )
( )* + ( ) salah seharusnya ( ) * + ( )
( ) ( ) salah seharusnya * + ( )
2. Apa yang bisa kamu tuliskan mengenai A dan B
()
( )
( )
( )
( )
SOLUSI
() yang dapat dituliskan
( ) yang dapat dituliskan
( ) yang dapat dituliskan
( ) yang dapat dituliskan semua bisa karena sifat
komutatif
( ) yang dapat dituliskan

C. Masalah yang Didiskusikan Kelompok


Diketahui jika A, B, C irisan sama. Apakah A=B ?
()
( )
( )
SOLUSI:
()
( )
( )
Pembuktian
Ambil , maka , berdasarkan asumsi , maka
, ini menyebabkan atau
Jika maka dapat disimpulkan , karena dan
Jika , maka berdasarkan asumsi , ini berarti
maka dapat disimpulkan
Ambil , maka , berdasarkan asumsi , ini
menyebabkan atau
Jika maka berdasarkan asumsi , ini berarti
dapat disimpulkan . Jadi

Bahasan : Himpunan
Sub-Bahasan : Himpunan dari Bilangan-bilangan
Hari, tanggal : Kamis, 22 Februari 2018
Instruktur : Dra. Encum Sumiaty, M.Si.

A. Rangkuman Materi
* +

𝑎 𝑏
* +

𝑎 𝑏

* +

Contoh Lain
 , ) * +
* + * +
 * + * +
 * + * +
 * +

B. Masalah yang Diberikan Instruktur


1. , ) * +

, -

Maka
 , - * +
 , )

 0 1 * +

 0 1 , ) * +

 , - * +

2. Dalam suatu kelompok yang terdiri dari 30 orang, 10 orang berbicara bahasa
inggirs, 12 berbicara bahasa Spanyol, dan 10 orang berbicara bahasa
perancis. Ada 5 orang berbicara inggris dan spanyil, 5 berbicara spanyol dan
inggirs, 7 berbicara spanyol dan perancis. Berapakah jumlah orang yang
tidak berbicara dalam ketiga bahasa tersebut?

Maka, jumlah orang yang tidak berbicara ketiganya adalah 30 – 18 = 12.


C. Masalah yang Didiskusikan Kelompok
1. Hasil survei menunjukkan bahawa 90% anak remaja di Indonesia setidkanya
menyukai salah satu dari kegiatan berikut, menonton film , olahraga atau
membaca, 45% suka nonton film 48% suka olahraga dan 35% suka baca,
diketahui juga 12% suka nonton dan baca 20% hanya suka nontoh dan 15%
hanya suka membaca. Berapa % remaja yang menyukai ketiga aktivitas?
Jawab:
Diagram venn disajikan dalam satuan %

X adalah banyak remaja yang menyukai ketiga aktivitas. Maka nilai x adalah

2. X,Y, Z adalah himpunan orang yang tidak punya irisan. Rataan umur dari
himpunan tersebut disajikan dalam tabel berikut
Set X Y Z
Average
37 23 41 29 39,5 33
Age
Berapakah rataan umur dari orang-orang dalam himpunan
Jawab:
Dengan rataan gabungan, akan ditentukan perbandingan jumlah anggota X,
Y, dan Z
̅̅̅ ̅̅̅
̅̅̅̅̅̅
( ) ( ) ( )

Jadi rataan umur dari orang-orang dalam himpunan adalah


̅̅̅ ̅̅̅ ̅̅̅
̅̅̅̅̅̅

Hari/Tanggal : Jumat, 23 Februari 2018


Pemateri : Drs. H. Asep Syarif H. M.S
Materi : Logika Matematika
A. Pernyataan
Pernyataan merupakan kalimat Matematika tertutup yang benar atau
yang salah, tapi tidak keduanya dalam saat yang sama. Pernyataan biasanya
dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya: p, q,atau r.
Contoh pernyataan: Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari
setiap himpunan.
Contoh bukan pernyataan: Pandaikah dia?
B. Nilai Kebenaran
Nilai kebenaran dari pernyataan p diberi lambang ( ). Jika benar,
maka nilai kebenarannya B. Jika salah, maka nilai kebenarannya S.
Contoh: s: ( )
C. Operasi Uner (Operasi Negasi)
Operasi uner disebut juga operasi negasi atau disebut pula
penyangkalan (ingkaran). Nilai kebenaran negasi sebuah pernyataan adalah
kebalikan dari nilai kebenaran yang dimiliki oleh pernyataannya.
D. Operasi Biner
Dalam logika matematika, operasi biner berkenaan dengan dua
pernyataan. Ada 4 operasi biner, yaitu sebagai berikut.
1. Operasi Konjungsi
Kita dapat menggabungkan dua pernyataan tunggal menjadi pernyataan
majemuk dengan menggunakan kata “dan” atau yang dikenal dengan
operasi konjungsi. Konjungsi antara pernyataan p dan q dinyatakan .
2. Operasi Disjungsi
Kita dapat menggabungkan dua pernyataan tunggal menjadi pernyataan
majemuk dengan menggunakan kata “atau” atau yang dikenal dengan
operasi disjungsi. Disjungsi antara pernyataan p dan q dinyatakan .
3. Operasi Implikasi
Pernyataan yang mengandung bentuk “Jika p maka q” disebut pernyataan
implikasi dan dinotasikan dengan “ ”.
4. Operasi Biimplikasi
Pernyataan yang mengandung bentuk “p jika dan hanya jika q” disebut
pernyataan biimplikasi dan dinotasikan dengan “ ”.
E. Tautologi, Kontradiksi, dan Kontingensi
1. Tautologi
Suatu pernyataan majemuk disebut tautologi, jika nilai kebenarannya
selalu benar.
2. Kontradiksi
Suatu pernyataan majemuk disebut kontradiksi, jika nilai kebenarannya
selalu salah.
3. Kontingensi
Suatu pernyataan majemuk disebut kontingensi, jika nilai kebenarannya
memuat benar dan salah.

B S B S S
S B B S B
Ket. Tautologi Kontradiksi Kontingensi

F. Konvers, Invers, dan Kontraposisi


Jika p dan q adalah suatu pernyataan majemuk, maka:
1. disebut konvers dari
2. disebut invers dari
3. disebut kontraposisi dari
G. Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial
1. Kuantor Universal
Pernyataan ( ) dibaca “untuk setiap , berlakulah ( )” atau dibaca
“semua , berlakulah ( )” Contoh: Setiap bilangan genap habis dibagi 2
2. Kuantor Eksistensial
Pernyatan ( ) dibaca “ada , berlakulah ( )” atau dibaca “beberapa
, berlakulah ( )”. Contoh: Ada bilangan prima yang merupakan
bilangan genap.
Tanggal : 23 Febuari 2018
Pemateri : Dr. Bambang Avip Priatna, M.Si.
Materi : Relasi dan Fungsi
A. Relasi
Himpunan dan himpunan , didefinisikan product cartesian
*( ) +
Contoh:
* + * + maka
*( )( )( )( )( )( )+
Relasi adalah himpunan bagian dari product cartesian.
Relasi antara dua himpunan misalkan himpunan A dan himpunan B adalah
aturan yang memasangkan atau memetakan anggota-anggota himpunan A
dengan himpunan B. Contoh:
P Q
x
y = f(x)

B. Fungsi

Definisi:
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi khusus yang
memasangkan setiap elemen dari A secara tunggal, dengan elemen pada himpunan
B.

Contoh: Ditulis: 𝑓 𝐴 𝐵 dibaca “fungsi f memetakan dari A ke B”

Apabila memetakan suatu elemen ke suatu dikatakan


bahwa adalah peta dari oleh dinotasikan dengan ( ) dan biasa ditulis
dengan ( )sedangkan biasa disebut prapeta dari ( ). Himpunan
A dinamakan daerah asal (domain) dari fungsi sedangkan himpunan
disebut daerah kawan (kodomain) dan himpunan dari semua peta di
dinamakan daerah hasil (range) dari fungsi tersebut.
Contoh:
Diketahui  dan dinyatakan oleh ( )
Jika daerah asal ditetapkan *    +
a. Carilah dan ( )
b. Carilah daerah hasil dari fungsi
Penyelesaian:
a. ( )
( )
b. Daerah hasil dari fungsi
*    +
1. Sifat-sifat Fungsi
a. Fungsi Injektif (Satu-satu)
Perhatikan fungsi dan fungsi dari himpunan * + dan
himpunan * +, digambarkan pada diagram panah berikut:

Fungsi disebut injektif (satu-satu), jika untuk setiap


dan akan berlaku ( ) ( ) atau jika ( ) ( ) maka
.
b. Fungsi Surjektif (Onto)
Perhatikan fungsi f dan g dari himpunan * + ke dalam
himpunan * + yang digambarkan dalam diagram panah berikut:
Fungsi disebut fungsi onto atau fungsi surjektif karena untuk
setiap sekurang-kurangnya terdapat satu sedemikian sehingga
( ). Dengan kata lain fungsi disebut sebagai fungsi
surjektif jika daerah hasil fungsi f sama dengan himpunan B.
c. Fungsi Bijektif (Korespondensi Satu-satu)
Suatu fungsi sedemikian rupa sehingga f merupakan fungsi yang
injektif dan surjektif sekaligus, maka dikatakan “f adalah fungsi yang
bijektif” atau “A dan B berada dalam korespondensi satu-satu”.
Perhatikan fungsi f dari himpunan * + dan himpunan * +
yang digambarkan dalam diagram panah berikut:

Fungsi merupakan fungsi bijektif karena setiap anggota dalam


himpunan A dipasangkan dengan tepat satu anggota dalam himpunan B,
demikian juga sebaliknya, tiap anggota dalam himpunan B dipasangkan
dengan tepat satu anggota dalam himpunan A.
2. Macam-macam fungsi
a. Fungsi Aljabar
Fungsi aljabar adalah fungsi yang dibangun oleh fungsi identitas dan
fungsi konstan dengan sejumlah berhingga operasi aljabar.
Macam-macam fungsi aljabar:
1) Fungsi Identitas
Fungsi identitas merupakan suatu fungsi yang memetakan anggotanya
ke dirinya sendiri. Grafik fungsi identitas untuk 
2) Fungsi Konstan
Untuk semua unsur dalam himpunan A berkaitan hanya dengan sebuah
unsur dalam himpunan B. Fungsi konstan ditulis 
konstanta,  . Grafik fungsi konstan merupakan garis yang sejajar
dengan sumbu .
3) Fungsi Linear
Bentuk umum fungsi linear adalah ( ) dengan
konstan dan . Grafik fungsi linear berupa garis lurus dengan
persamaan ( )
4) Fungsi Kuadrat
Bentuk umum fungsi kuadrat adalah ( ) dengan
dan .
5) Fungsi Rasional
( )
Fungsi dengan bentuk umum ( ) dengan ( ) ( )
( )

merupakan suku banyak dan ( )


6) Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil
Fungsi  ( ) disebut fungsi genap jika ( )
( )
Grafik fungsi genap selalu simetri terhadap sumbu Y
Fungsi  ( ) disebut fungsi ganjil jika ( )
( )
Grafik fungsi ganjil selalu simetri terhadap titik asal O
Jika suatu fungsi ( ) tidak memenuhi keduanya maka disebut
fungsi tak genap dan tak ganjil
Tanggal : 23 Februari 2018
Pemateri : Hj. Entit Puspita, S.Pd., M.Si.
Materi : Persamaan Linear, Persamaan Garis Lurus dan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel
A. Persamaan Garis Lurus
Cara mencari persamaan garis:
1. Apabila garis melalui titik ( ) dan gradien maka persamaan garis
lurusnya adalah
( )
2. Apabila garis melalui titik ( ) dan ( ) maka persamaan garis
lurusnya adalah

B. Persamaan Linear Satu Variabel


Bentuk umum persamaan Linear Satu Variabel adalah

Solusi untuk persamaan linear satu variabel hanya ada satu tetapi jika
persamaannya diubah menjadi pertidaksamaan maka solusinya menjadi
interval.
Jika maka
1.

2.
3. maka dan

Apakah maksud dari | |?

Artinya adalah | | 2

Contoh soal:
Tentukan himpunan penyelesaian dari | | | |!
| | | |
(| |) (| |)
( )( ) Jadi, HP:* | +
C. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)


𝑎𝑥 𝑏𝑦 𝑐 ( )
𝑝𝑥 𝑞𝑦 𝑟 ( )

SPLDV memiliki solusi tunggal jika kedua persamaan linear dibuat


dalam diagram kartesius dan memiliki titik potong. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar berikut.

Gambar (1) Gambar (2) Gambar (3)


Pada Gambar (1), garis g dan garis f berpotongan di titik A( ).
Sehingga memiliki solusi tunggal ( ) yang memenuhi persamaan (1) dan
(2). Pada Gambar (2), garis f sejajar dengan garis h. Sehingga tidak memiliki
solusi karena tidak memiliki titik potong.
Pada Gambar (3), garis f dan garis i berhimpit. Sehingga memiliki banyak
solusi karena setiap titik ( ) pada garis f akan dilalui juga oleh garis i.
D. Masalah yang diberikan Instruktur
1. Misal ( ) dan ( ) terletak pada suatu garis, tiitk lain yang
terletak pada garis tersebut adalah…
Penyelesaian:
- Cari gradien dari garis yang melewati titik dan titik
- Persamaan garis yang melalui titik ( ) adalah ( )
- Misal pilih titik ( ) lalu substitusikan ke persamaan garis tersebut
sehingga diperoleh
( )
, maka terbukti bahwa titik ( ) berada pada garis
tersebut.
2. Apakah sistem persamaan linear berikut memiliki solusi

Penyelesaian:
Dengan menggunakan operasi baris elementer (OBE)

( )( ) ( )( )
[ ] [ ] [ ]

diperoleh:
z=3 y+z=5 x+z=4
y=2 x=1
Jadi, persamaan linear tersebut memiliki solusi tunggal yaitu x = 1, y = 2,
dan z = 3.
E. Masalah yang dibahas Dalam Kelompok
1. Persamaan garis pada grafik berikut jika adalah…

, diperoleh
Karena dan tegak lurus maka
Karena garis melalui titik ( ) maka persamaan garis adalah
( )

2. Jika , misal sistem persamaan linear


( )
( )
( )
tidak memiliki solusi jika dan hanya jika n = ...
Penyelesaian:
Untuk menentukan nilai n dapat diperoleh dengan dua cara.
Cara 1: dengan menggunakan OBE

( )
[ ] [ ]
( )

( )
[ ]
( ) ( )
Supaya SPL tidak memiliki solusi, semua elemen pada baris ketiga
haruslah 0.
( )
( )

Cara 2: dengan menggunakan determinan matriks. Supaya SPL tidak


memiliki solusi, determinan matriks haruslah 0.

| |

( )
( )
( )

Jadi, SPL tersebut tidak memiliki solusi jika dan hanya jika
Hari,Tanggal : Senin, 26 Februari 2018
Sesi : 1 (08.00 – 9.40)
Pemateri : Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed.
Materi : Persamaan Kuadrat, Fungsi Kuadrat dan
Pertidaksamaan Kuadrat

A. Persamaan kuadrat
Persamaan kuadrat memiliki bentuk dengan pangkat tertinggi peubah adalah
pangkat dua (kuadrat). Contoh, x2 + y2 – 5 = 0 merupakan persamaan kuadrat
dengan peubah x dan y dan pangkat tertinggi dari peubahnya adalah dua.
Pembahasan kali ini, yang akan dibahas adalah persamaan kuadrat satu peubah.
Persamaan kuadrat satu variabel dalam x adalah suatu persamaan dalam
bentuk ax2 + bx + c = 0, dengan a, b, dan c adalah bilangan real dan a 0.
Dimana x adalah variabel atau peubah; a adalah koefisien x2; b adalah koefisien x;
dan c adalah konstanta pada persamaan. Seperti halnya persamaan linier satu
peubah, dalam persamaan kuadrat satu peubah juga mencari solusi persamaan
(atau biasa disebut dengan akar-akar persamaan kuadrat).
1. Solusi Persamaan kuadrat satu peubah
Dalam persamaan kuadrat, bentuk umum ax2 + bx + c = 0, dengan a, b, dan c
adalah bilangan real dan a 0, memiliki dua nilai untuk peubah x. Untuk mencari
solusi dari persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, ikuti pembahasan sebagai berikut.
ax2 + bx + c = 0

x2 + + =0

x2 + 2 . +. / . / =0

. / 4√ 5 =0

4 √ 54 √ 5=0

√ √
( )( )= 0

x1 = ( )


x2 = ( )

Sehingga dapat ditulis bahwa,



x1, x2 = ( )

Selain rumus tersebut (biasa disebus dengan rumus abc) kita juga dapat
mencari solusi persamaan kuadrat dengan cara memfaktorkan atau melengkapkan
kuadrat sempurna berikut.
Hal utama yang perlu diperhatikan saat memfaktorkan adalah membuat salah
satu ruas dari persamaan menjadi nol atau mengembalikan persamaan menjadi
bentuk umum persamaan ax2 + bx + c = 0, kemudian memfaktorkan ke bentuk
( )( ) , dimana d, m, n dan e merupakan bilangan baru yang
diperoleh dari hasil pemfaktoran. Sehingga x1 = atau x1 = . Bentuk umum ax2

+ bx + c = 0 dapat dicari solusinya dengan melengkapkan kuadrat sempurna


sebagai berikut,

2. Hasil kali dan jumlah solusi persamaan kuadrat


Melalui bentuk ini, dapat dikembangkan suatu kesamaan untuk mencari hasil
perkalian dan penjumlahan kedua akar-akar persamaan kuadrat satu peubah ax2 +
bx + c = 0 sebagai berikut,
√ √
x1 + x2 = ( ) [ ( )]

x1 + x2 =

Kemudian, kembali memanfaatkan solusi persamaan kuadrat satu peubah


dapat dicari hasil perkalian akar-akar persamaan kuadrat sebagai berikut:
√ √
x1 . x2 = ( ) [ ( )]


x1 . x2 =. / ( )

x1 . x2 =

x1 . x2 =

Dengan demikian, jika persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, dengan a, b, dan c

adalah bilangan real dan a 0 memiliki akar-akar x1 dan x2, maka x1 + x2 =

dan x1 . x2 =

3. Persamaan kuadrat dengan akar-akar x1 dan x2


Kita memiliki bentuk umum persamaan kuadrat bentuk ax2 + bx + c = 0,
dengan a, b, dan c adalah bilangan real dan a 0, dengan demikian

ax2 + bx + c = 0 x2 + + =0

x2 ( ) + ( )= 0
( )( )
Persamaan kuadrat dengan akar-akar x1 dan x2 adalah ( )( )

4. Jenis solusi persamaan kuadrat


Diskriminan (D) merupakan b2 – 4ac. Dengan memanfaatkan diskriminan ini,
dapat dikatakan bahwa persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0,
 Memiliki dua akar bilangan real yang berlainan jika dan hanya jika D > 0
 Memiliki dua akar bilangan real yang sama jika dan hanya jika D = 0
 Memiliki dua akar bilangan imajiner jika dan hanya jika D < 0
B. Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat adalah fungsi polinom dengan pangkat peubah tertingginya
adalah dua. Secara Umum fungsi yang ditentukan oleh ( )
dengan bilangan real disebut fungsi kuadrat.
1. Grafik Fungsi
Sebuah fungsi selalu berhubungan dengan grafik fungsi. Begitupun
dengan Fungsi kuadrat.Grafik fungsi kuadrat membentuk sebuah parabola. Untuk
menentukan grafik fungsi kuadrat harus ditentukan dahulu titik potong dengan
sumbu koordinat dan titik ekstrim.
( ) , adalah Fungsi kuadarat
Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai sifat-sifat kurva parabola fungsi
kuadrat.

 ( ) akan Definit Positif jika artinya


kurva selalu diatas sumbu x
 ( ) akan Definit Negatif jika artinya
kurva selalu dibawah sumbu x
2. Menentukan titik potong dengan sumbu koordinat
Untuk menentukan titik potong dengan sumbu koordinat telah dibahas dalam
persamaan kuadrat.
Dengan ( ) dan memisalkan ( ) , kita dapat
menentukan titik potong fungsi dengan sumbu koordinat dengan berbagai cara :
 Dengan cara memfaktorkan
 Melengkapkan kuadrat sempurna

 Rumus
3. Merekontruksi rumus titik ekstrim atau titik puncak dalam fungsi kuadrat.
Diberikan sebuah fungsi ( ) , dengan
( )
, Kedua ruas di bagi

4 5 4 5

4 5 4 5

( ) 4 5

( ) 4 5

( ) 4 5

Titik ekstrim terjadi pada , maka

dan . /
Jadi untuk menentukan titik ekstrim atau titik puncak digunakan rumus ( )
. /

4. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimum


 Jika maka fungsi kuadrat tersebut memiliki kurva parabola terbuka
keatas. Dan titik baliknya minimum, sehingga mempunyai nilai minimum.
 Jika maka fungsi kuadrat tersebut memiliki kurva parabola terbuka
kebawah. Dan titik baliknya maksimum, sehingga mempunyai nilai
maksimum.
Diberikan ( ) .
 Titik puncak atau titik ekstrim dari fungsi kuadrat adalah . /. Jika
maka fungsi kuadrat tersebut memiliki kurva parabola terbuka
keatas. Dan titik baliknya minimum, sehingga mempunyai nilai minimum.
Nilai minimum dapat dicari dengan mensubstitusikan kedalam
( ). Jadi . / merupakan nilai minimum fungsi kuadrat tersebut. Jika
maka fungsi kuadrat tersebut memiliki kurva parabola terbuka
kebawah. Dan titik baliknya maksimum, sehingga mempunyai nilai
maksimum. Maka nilai maksimumnya adalah . /.

C. Pertidaksamaan Kuadrat
Pertidaksamaan kuadrat merupakan kalimat matematika yang dihubungkan
dengan tanda ketaksamaan dengan satu peubah dan pangkat tertinggi dari peubah
tersebut adalah dua. Bentuk umum pertidaksamaan kuadrat adalah ax2 + bx + c >
0; ax2 + bx + c < 0; ax2 + bx + c 0; ax2 + bx + c 0; dimana a, b, dan c
merupakan bilangan real dan a 0.
Untuk mencari solusi bilangan real pertidaksamaan kuadrat sama dengan
mencari solusi pertidaksamaan linier yaitu dengan memperhatikan bilangan dalam
pertidaksamaan agar terdefinisi.
 Solusi pertidaksamaan kuadrat akan selalu positif (definit postif) jika dan
hanya jika a > 0, dan D < 0
 Solusi pertidaksamaan kuadrat akan selalu negatif (definit negatif) jika dan
hanya jika a < 0 dan D < 0; dimana D = b2 – 4ac

Masalah

 Tentukan himpunan penyelesaian dari

Penyelesaian.
Karena selalu positif untuk semua , oleh karena itu yang

menentukan adalah

 Tentukan himpunan penyelesaian dari

Penyelesaian.

( ) , karena dapat dipastikan ( ) selalu positif untuk semua

( )
 Tentukan himpunan penyelesaian dari √
Penyelesaian.
Syarat

( )( )

Jadi himpunan penyelesaiannya


adalah * | +
Hari,Tanggal : Senin, 26 Februari 2018
Sesi : 2 (10.00 – 11.40)
Pemateri : Dr. H. Karso, M.M.Pd.
Materi : Bentuk-bentuk Pangkat dan Akar

A. Bilangan Berpangkat
Definisi bilangan berpangkat

𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎𝑏

adalah perkalian berulang yang mempunyai faktor dan tiap-tiap faktornya


sama dengan . Sifat bilangan nol dalam perpangkatan
1)
Berdasarkan definisi, adalah perkalian berulang yang mempunyai
faktor dan tiap-tiap faktornya sama dengan . Sehingga adalah perkalian
berulang yang mempunyai factor dan tiap-tiap faktornya sama dengan 0.

2) dan
dan tidak memenuhi definisi bilangan berpangkat, sebab dalam
perkalian bilangan berpangkat paling sedikit harus mempunyai dua faktor agar
dapat dinyatakan sebagai perkalian berulang. Bentuk hanya memiliki 0 faktor
dan hanya memiliki 1 faktor. Bentuk dan dapat dicari nilainya dengan
menggunakan sifat.
 Untuk
 Untuk

3)

( )

( )

Dari persamaan (1) dan (2) maka diperoleh

( )

B. Penarikan Akar
Misal terdapat dua himpunan A dan B. Himpunan * + dan
* +, maka relasi dari himpunan A ke himpunan B dinyatakan dengan
“kuadrat dari” sebab:

Jika dibalik relasi dari himpunan B ke himpunan A maka dinyatakan dengan


“akar pangkat” sebab:
2 adalah akar pangkat dua dari 4
3 adalah akar pangkat dua dari 9
4 adalah akar pangkat dua dari 16
Jadi, proses mencari akar pangkat dua adalah operasi invers dari proses
mencari kuadrat, atau dengan istilah yang sudah umum dapat kita nyatakan
dengan kalimat, “Penarikan akar adalah invers dari perpangkatan”. Lambang
untuk relasi akar (akar pangkat dua) adalah “√ ”.

√ √ √
√ √ √

Dapat ditulis √
√ adalah bilangan yang bila dipangkatkan 3 sama dengan 8. √ ,
sebab . Lambang hubungan penarikan akar dengan perpangkatan dapat
ditulis sebagai berikut: √ , sebab dengan
Secara umum kita dapat menuliskan:

√ dengan

Hari,Tanggal : Senin, 26 Februari 2018


Sesi : 3 (13.00 – 14.40)
Pemateri : Dr. Karso, M.M.Pd.
Materi : Komposisi dan Invers Fungsi

A. Komposisi Fungsi
Misalkan fungsi f memetakan himpunan A ke dalam himpunan B, dan fungsi g
memetakan himpunan B ke dalam himpunan C sebagaimana ilustrasi dibawah ini:

∘ ∘
∘ ∘
∘ ∘

Untuk maka petanya ( ) berada di B yang juga merupakan domain dari


fungsi , oleh sebab itu pasti diperoleh peta dari ( ) dibawah pemetaan yaitu
( ( )). Dengan demikian kita mempunyai suatu aturan yang menentukan setiap
elemen dengan tepat satu elemen ( ( )) . Fungsi baru inilah yang
disebut fungsi komposisi dari f dan g, yang dinyatakan dengan notasi (dibaca
“g bundaran f”).
Secara singkat , jika dan , maka kita definisikan suatu fungsi
komposisi sedemikian sehingga ( )( ) ( ( )).
Contoh:
a. Misalkan dan didefinisikan sebagai berikut:

( ) ditentukan oleh:
( )( ) ( ( )) ( )
( )( ) ( ( )) ( )
( )( ) ( ( )) ( )

b. Fungsi  dan  ditentukan ( ) – dan ( )


Tentukan :
1) ( )( ) 2) ( )( )
Jawab :
1) ( ) – 2) ( )
( ( )) ( )– ( ( )) ( )

( )( ) ( )– ( )( ) ( – )
– –
Sifat-sifat komposisi fungsi:
a. Komposisi fungsi tidak bersifat komutatif ( )
b. Komposisi fungsi bersifat asosiatif ( ) ( )
c. Fungsi yang memetakan disebut fungsi identitas atau fungsi netral
sehingga .
d. Jika untuk fungsi ( ) dan fungsi ( ) yang terdefinisi pada
suatu domain sedemikian sehingga diperoleh dengan fungsi
identitas maka g dapat dikatakan sebagai fungsi invers dari ditulis dengan
notasi .
Jadi

B. Invers Fungsi
Perhatikan gambar sebagai berikut:
Pada gambar diatas fungsi
dengan *( )| ( )
+ dan misalkan relasi
dengan *( )|
( ) +, maka
adalah invers dari fungsi ditulis .
Jika relasi merupakan fungsi, maka disebut fungsi invers. Syarat suatu
fungsi memiliki fungsi invers adalah jika fungsi tersebut berkorespondensi satu-
satu dan onto. Jika bukan merupakan fungsi maka disebut invers dari
saja. Gambar berikut adalah contoh inversi fungsi tapi bukan fungsi inversi.

𝐴 𝐵
dan
𝑎 

. 𝑥 ( ) * +
𝑏  𝑦
. 
.
𝑐  .  𝑧 ( ) * +
( )

Suatu fungsi 𝑓 𝐴 𝐵 mempunyai fungsi invers 𝑓 𝐵 𝐴 jika dan hanya jika


𝑓 suatu fungsi yang bijektif.
Secara umum jika adalah fungsi bijektif maka menentukan setiap ke
dan menentukan setiap ke , sehingga: ( )
( ) .

 Menentukan Invers Fungsi


Untuk menentukan rumus fungsi invers dari fungsi f dapat dilakukan langkah-
langkah:
a. Memisalkan ( )
b. Menyatakan dalam
c. Menentukan rumus dari ( ) dengan mengingat ( ) dan mengganti
variabel dalam .
Contoh:
Tentukan fungsi invers dari ( ) !
Penyelesaian:
Misal ( ) maka

( )

Jadi, jika ( ) maka ( )

 Invers dari Fungsi Komposisi


Misalkan fungsi h merupakan fungsi komposisi dari fungsi f dan g ditulis
maka invers dari fungsi h adalah fungsi invers dari fungsi komposisi h
dapat ditulis dengan notasi ( ) . Dari sifat komposisi fungsi bahwa
( ) adalah fungsi yang jika dikomposisikan dengan akan diperoleh
fungsi identitas ( ) yaitu ( ) ( ) sehingga akan kita dapatkan
satu sifat bahwa ( ) .
Contoh:
Diketahui f dan g adalah fungsi pada R yang didefinisikan ( ) ,
( ) . Tentukan:
a. ( )
b. ( )
c. ( )
Penyelesaian:
a. ( )
b. ( )
c. ( ) ( ) ( )( )
( )( )
( )
( )
Hari/Tanggal : Selasa / 27 Februari 2018
Sesi : 1 (08.00 – 09.40)
Fasilitator : Al Azhary Masta, S.Si., M.Si.
Materi : Persamaan & Fungsi Eksponen dan Logaritma

A. RANGKUMAN MATERI
1. Persamaan Eksponen
Secara umum, persamaan eksponen adalah persamaan yang eksponennya
memuat peubah x atau persamaan yang bilangan pokok dan eksponennya
memuat peubah x. Contoh persamaan eksponen diantaranya:
3x+1 = 9
22x – 2x+1 = 8
Bentuk persamaan eksponen tidaklah unik (tunggal) karena bentuk
persamaan eksponen dapat berupa persamaan yang eksponennya memuat
peubah x atau berupa persamaan yang bilangan pokok dan eksponennya
memuat peubah x. Oleh karena itu, cara menentukan himpunan penyelesaian
dari persamaan eksponen pun berbeda-beda sesuai dengan bentuknya, yaitu:
( )
 Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, maka ( )
( )
 Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, maka ( )
( ) ( )
 Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, maka ( ) ( )
( ) ( )
 Jika dengan a > 0 dan a ≠ 1, b > 0 dan b ≠ 1, a ≠ b maka
( )
( ) ( )
 Jika * ( )+ * ( )+ maka kemungkinnannya adalah:
- ( ) ( )
( ) ( )
- ( ) , karena
- ( ) , asalkan ( ) dan ( ) keduanya positif
- ( ) , asalkan ( ) dan ( ) keduanya ganjil atau ( ) dan
( ) keduanya genap
( ) ( )
- Jika ( ) ( ) dengan a > 0 dan a ≠ 1, dapat
ditentukan dengan mengubah persamaan eksponen itu ke dalam
bentuk persamaan kuadrat.
2. Fungsi Eksponen
Suatu fungsi f : x ax, dengan a > 0 dan a ≠ 1, artinya untuk setiap
bilangan real x mempunyai peta satu unsur bilangan real ax.

x y = f(x) = ax

Karena x merupakan eksponen, maka fungsi f: x ax dinamakan fungsi


eksponen dengan bilangan pokok atau basis a.
f : x ax atau y = f(x) = ax
Jadi, fungsi eksponen adalah fungsi yang mempunyai bentuk umum f(x) =
ax, dengan k dan a suatu konstanta serta a > 0 dan a ≠ 1.

3. Persamaan Logaritma
Jika a > 0 dan a ≠ 1 maka ax = b  x = a log b
Dari rumusan di atas dapat kita ketahui bahwa logaritma merupakan
invers dari suatu perpangkatan atau eksponen berarti bentuk persamaan
eksponen dapat diubah bentuknya menjadi persamaan logaritma. Oleh
karena itu, cara menentukan himpunan penyelesaian dari persamaan
logaritma pun berbeda-beda sesuai dengan bentuknya, yaitu:
 Jika p > 0 dan a log p, dengan f(x) > 0, maka f(x) = p
 Jika a log f(x) = a log g(x), dengan f(x) dan g(x) positif, maka f(x) = g(x)
 Jika a log f(x) = b log f(x), dengan a ≠ b, maka f(x) = 1
 Jika h(x) log f(x) = h(x) log g(x), dengan f(x) dan g(x) positif serta h(x) > 0
dan h(x) ≠ 1, maka f(x) = g(x)
 Jika A(a log x)2 + B(a log x) + C = 0 dapat ditentukan dengan mengubah
persamaan logaritma itu ke dalam bentuk persamaan kuadrat.
4. Fungsi Logaritma
Logaritma adalah invers dari perpangkatan atau eksponen. Jadi, fungsi
logaritma adalah fungsi invers dari fungsi eksponen. Invers dari fungsi
eksponen f : x ax dengan a > 0 dan a ≠ 1 adalah fungsi logaritma f : x a
log x.
Secara umum, fungsi logaritma dengan bilangan pokok a dapat ditulis
sebagai berikut:
f : x a log x atau y = f(x) = a log x
dengan:
x = peubah bebas dan bertindak sebagai daerah asal fungsi f yaitu Df = {x | x
> 0 dan x  )
a = bilangan pokok atau basis logaritma dengan syarat a > 0 dan a ≠ 1  0
< a < 1 dan a > 1
y = peubah tak bebas dan bertindak sebagai daerah hasil fungsi f yaitu Rf =
{ y | - < y <  dan y  }

B. MASALAH YANG DIAJUKAN INSTRUKTUR


 EKSPONEN
1. Angka satuan pada bilangan 3201572017 adalah ....
Jawab:
3201572017 = 320157201572 = (3.7)201572 = 21201572
sehingga angka satuan 3201572017 yaitu:
3201572017= n (mod 10)
21201572 = 1.72 (mod 10)
21201572 = 49 (mod 10)
21201572 = 9 (mod 10)
Jadi, angka satuan pada bilangan 3201572017 adalah 9.

2. 4x – 4x-1 = 24. Tentukan nilai dari (2x)x!


Jawab:
4x – 4x-1 = 24
= 24

Misalkan 4x = a, sehingga:
= 24

4a – a = 96
3a = 96
a = 32
Karena 4x = a, maka:
4x = 32
(22)x = 25
22x = 25
2x = 5
x = 5/2

sehingga ( ) . / ( ) √

Jadi, jika 4x – 4x-1 = 24 maka (2x)x = 25√5

3. Angka satuan dari 32015 adalah ....


Jawab:
Diketahui 39 = 1 (mod 10) sehingga 32007 = (39)223 = 1 (mod 10) dan
34 = 1 (mod 10) sehingga 38 = (34)2 = 1 (mod 10), sehingga:
32015 = 32007.38 = 1.1 (mod 10)
32015 = 1 (mod 10)
Jadi, angka satuan dari 32015 adalah 1.

4. Angka satuan dari 72015 adalah ....


Jawab:
Diketahui 79 = 1 (mod 10) sehingga 72007 = (79)223 = 1 (mod 10) dan
72 = 9 (mod 10) sehingga 78 = (72)4 = 9 (mod 10), sehingga:
72015 = 72007.78 = 1.9 (mod 10)
72015 = 9 (mod 10)
Jadi, angka satuan dari 72015 adalah 9.
5. Selisih koefiesien x2 dan x3 dari . / adalah ....

Jawab:

( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )

Sehingga diperoleh koefisien x2 = 0 dan koefisien x3 = 21, maka selisih


antara koefisien x2 dan x3 adalah 21.

Jadi, selisih koefiesien x2 dan x3 dari . / adalah 21.

6. Banyak nilai x yang memenuhi 32x+2 – 3x+3 – 3x + 3 = 0


Jawab:
32x+2 – 3x+3 – 3x + 3 = 0
32.(3x)2 – 33.3x – 3x + 3 = 0
Misalkan 3x = a, maka:
9a2 – 27a – a + 3 = 0
9a2 – 28a + 3 = 0
(a – 3)(a – 1) = 0
a = 3 atau a = 1
- Jika a = 3 maka 3x = 3 sehingga x = 1
- Jika a = 1 maka 3x = 1 sehingga x = 0
Jadi, banyaknya nilai x yang memenuhi 32x+2 – 3x+3 – 3x + 3 = 0
sebanyak 2 buah.

 LOGARITMA
1. Jika  + 8 log 5,  + 4 log 5,  + 2 log 5 adalah tiga suku pertama suatu
barisan geometri dengan   , maka suku ke-4 barisan tersebut
adalah ....
Jawab:
Diketahui

Maka

( )

( ) ( )

( )

sehingga:

( )

( )

. /

. /
Jadi, barisan ke-4 dari barisan  + 8 log 5,  + 4 log 5,  + 2 log 5, ...
adalah

2. Jika 3 log (2a + 2b) = 3 log a + 3 log b, maka 3 log (ab + a – 2b – 2) + 2 log
(ab – 2a + b – 2) + 2 log (ab + a + b + 1) = ....
Jawab:
Diketahui

( )

( ) ( )

sehingga

( ) ( ) (
)

( )( )
( )

( )( )
( )

( )( )
( )

( )
( )

( )
Jadi, jika 3 log (2a + 2b) = 3 log a + 3 log b, maka 3 log (ab + a – 2b – 2) +
2
log (ab – 2a + b – 2) + 2 log (ab + a + b + 1) = 2.

3. Jika a dan b adalah akar persamaan dari 2x log 2 + 8 log 2x = -¾.


Tentukan nilai a + b.
Jawab:
Misalkan

( )( )

atau

 Jika maka

 Jika maka
Sehingga diperoleh

Jadi, jika a dan b adalah akar persamaan dari 2x log 2 + 8 log 2x = -¾

maka nilai a+b= .

4. Jika b > 1, x > 0 dan ( ) ( ) , maka nilai x adalah ....


Jawab:
Misalkan

dan

maka

( ) ( )

( )

Jadi, jika b > 1, x > 0 dan ( ) ( ) , maka nilai x =


Hari/Tanggal : Selasa / 27 Februari 2018
Sesi : 2 (10.00 – 11.40)
Fasilitator : Drs. H. Firdaus, M.Pd.
Materi : Persamaan Polinom (Suku Banyak)

A. Pengertian dan Nilai Suku Banyak (Polinomial)


Suku banyak atau polinomial dapat diartikan sebagai persamaan yang
memiliki variabel dengan pangkat bertingkat. Pangkat tertinggi dari sebuah
polinomial disebut dengan derajat. Misalnya diberikan persamaan suku
banyak , suku banyak tersebut memiliki derajat 3. Secara umum,
suku banyak atau polinomial dengan variabel x berderajat n dapat dituliskan
dalam bentuk berikut.

Tidak semua persamaan berpangkat tingkat disebut sebagai suku banyak.


Persamaan yang memiliki pangkat negatif tidak termasuk dalam persamaan
suku banyak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bilangan pangkat dari
suku banyak harus merupakan bilangan cacah.

B. Nilai Suku Banyak


Nilai dari suatu suku banyak atau polinomial di suatu titik dapat
ditentukan melalui dua cara, yaitu cara substitusi dan horner. Cara substitusi
diperoleh hanya dengan mengganti nilai variabel x dengan nilai di titik mana
ingin diketahui nilai suku banyak f(x) tersebut. Sedangkan cara yang ke dua,
cara horner, diperoleh dengan meletakkan koefisien-koefisien yang dimiliki
variabel-varibelnya pada bagan dengan aturan yang telah ditentukan.

 Substitusi
Persamaan suku banyak f(x) memiliki bentuk umum seperti yang
telah dibahas sebelumnya. Nilai suku banyak di titik x = k dapat
diperoleh dengan mengganti nilai x dengan k kemudian
menghitungnya secara Aljabar biasa. Nilai f(x) dengan bentuk
umumnya di suatu titik x = k dinyatakan dalam persamaan di bawah.

 Skema/Bagan (Cara Horner)


Langkah pertama mencari nilai suku banyak f(x) untuk x = k dengan
cara horner adalah meletakkan koefisien secara berurutan mulai dari
pangkat tertinggi ke terendah pada sebuah bagan. Selanjutnya,
melakukan operasi hitung perkalian dan penjumlahan hingga
mendapatkan nilainya. Misalkan suku banyak berderajat empat
dinyatakan dalam bentuk umum berikut.

Bentuk bagan dan letak koefisien sesuai aturan yang telah ditentukan dapat
dilihat pada gambar di bawah.

Berikut ini adalah langkah-langkah detailnya untuk menentukan nilai dari suku
banyak f(x) berderajat 4 dengan bentuk umum seperti persamaan di atas dengan
cara skema.
 Buat skema/bagan dan letakkan koefisien dari suku banyak f(x) sesuai
aturan.

 Lakukan operasi perkalian dan penjumlahan dengan langkah sebagai


berikut.
Keterangan: tanda anak panah merah menujukkan tidak ada proses
yang perlu dilakukan, sedangkan tanda anak panah biru menunjukkan
proses perkalian.
 Nilai dari suku banyak f(x) untuk x = k adalah

Latihan Soal
1) F(x) = ax3 + bx2 + cx + d tentukan f(k) menggunakan skema !
Penyeleaian :
k a b c d
ak ak2+bk ak3+bk2+ck +
a ak+b ak2+bk+c ak3+bk2 +ck + d
f(k) = ak3+bk2 +ck + d

2) Tentukan nilai p dan q dari kesamaan suku banyak !

Penyelesaian :

( ) ( )
( )( )
Px + 2p + qx – q  2x
Px + qx + 2p – q  2x + 0
x(p + q) + 2p-q  2x +0
p+q=2
p=2–q

2p – q = 0
2(2-q) – q = 0
4 – 2q –q = 0
4 – 3q = 0
-3q = -4
q=

p=2-

p=

3) Tentukan hasil bagi dan sisa pembagian dengan cara panjang dan sintetik
f(x) = ax3 + bx2 + cx + d dibagi dengan (x-k) !
Penyelesaian :
ax2 + (b+ak)x

ax3 + akx2 _
(b+ak)x2 + cx
(b+ax)x2 – (bk+ak2)x _
(c + bk + ak2)x + d
(c + bk + ak2)x – ck – bk2 – ak3 _
ak3 + bk2 + ck + d  sisa
4) Tentuan sisa dari (2x4 – 5x3 – 17x2 + 41x – 21) dibagi x+3 !
Penyelesaian :

-3 2 -5 -17 41 -21
-6 33 -48 21 +
2 -11 16 -7 0  sisa
Diperoleh hasil bagi 2x3 – 11x2 + 16x -7
Sisa = 0
 (2x4 – 5x3 – 17x2 + 41x – 21) = (x+3) (2x3 – 11x2 + 16x -7)

5) Jika suku banyak f(x) dibagi (ax + b), tunjukkan sisanya adalah f( )

f(x) = P(x) . H(x) + S(x)


f(x) = (ax+b) . H(x) + S(x)
ax = -b
x=

subtitusikan x =

f( ) = 0 + S(x)

f( ) = S(x)

6) Jika suku banyak f(x) dibagi (x-a) (x-b), tunjukkan sisanya adalah (x-
a)h1(b) + f(a)h1(x) adalah hasil bagi f(x) oleh (x-a).
Penyelesaian :
f(x) = P(x) . H(x) + S(x)
f(x) = (x-a) (x-b) . H(x) + S(x)
f(x) = (x-a). H1(x) + S1
S1 = f(a)

H1(x) = (x-b) H2(x) + S2


S2 = H1(b)

f(x) = (x-a) ((x-b) H2(x) + S2) + S1


f(x) = (x-a) ((x-b) H2(x) + H1(b)) + f(a)
f(x) = (x-a) (x-b) H2 (x) + (x-a) H1(b) + f(a)
sisa

Hari/Tanggal : Selasa / 27 Februari 2018


Sesi : 3 (13.00 – 14.40)
Fasilitator : Dra. Encum Sumiaty, M.Si.
Materi : Program Linear

1. Definisi
Program linear adalah suatu alat yang digunakan dalam
memecahkan masalah model pertidaksaaman linear untuk mencapai tujuan
optimasi (maksimum atau minimum). Program linear tidak lepas dengan
sistem pertidaksamaan linear. Dalam sistem pertidaksamaan linear
terdapat himpunan yang berisi pertidaksamaan-pertidaksamaan dan ada
operasi yang bekerja pada pertidaksamaan itu.
2. Langkah-langkah untuk menyelesaikan program linear
1) Menerjemahkan permasalahan ke dalam model matematika
2) Menggambar grafik
3) Menentukan daerah himpunan penyelesaian
4) Menentukan titik pojok
5) Menentukan nilai optimum
3. Metode menyelesaikan program linear
1) Metode uji titik pojok
2) Metode garis selidik
4. Masalah yang berkaitan dengan program linear
1. Sebuah pesawat udara berkapasitas tempat duduk tidak lebih dari 48
penumpang. Setiap penumpang kelas utama boleh membawa bagasi 50
kg dan kelas ekonomi hanya 20 kg. Pesawat hanya dapat menampung
bagasi 1.400 kg. Jika harga tiket kelas utama Rp1.000.000 dan kelas
ekonomi hanya Rp600.000. Pendapatan maksimum yang diperoleh
adalah ....
Penyelesaian:
Misal: Banyaknya penumpang kelas utama =
Banyaknya penumpang kelas ekonomi =

Jenis pesawat Tempat duduk Bagasi


Kelas utama 1 50
Kelas ekonomi 1 20
Kapasitas 48 1400

Model matematika:
( )

𝑥 𝑦

( )

𝐴(𝑥 𝑦)

( )

𝑥 𝑦

Menentukan titik ( ) dengan metode eliminasi

𝑥 𝑦 𝑥 𝑦
𝑥 𝑦 𝑥 𝑦
𝑥

Subtitusi ke salah satu persamaan di atas maka

Koordinat titik A( , 33 )

Sehingga didapatkan titik-titik pojok ( ) ( , 33 ) ( )

Menentukan nilai optimum dengan mensubtitusikan titik-titik pojok ke


fungsi objektif

( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
Karena orang tidak ada dalam bentuk pecahan, maka untuk titik pojok
( ,33 ) dibulatkan menjadi bilangan bulat. Ada dua kemungkinan

pembulatan yaitu ( ) atau ( ) namun setelah diperiksa


kedalam persamaan, untuk (15,32) ternyata bagasi melebihi kapasitas
yang tersedia sehingga yang digunakan adalah titik pojok (14,34)
( ) ( ) ( ) .

Dapat disimpulkan bahwa pendapatan maksimum diperoleh ketika


penumpang kelas utama terisi sebanyak 14 orang dan kelas ekonomi
sebanyak 34 orang yaitu sebesar .
2. Nilai maksimum ( ) pada daerah yang diarsir pada
gambar dibawah adalah

𝑚 𝑛

Penyelesaian:
 Menentukan persamaan garis dan
Titik-titik yang dilalui oleh garis adalah ( ) dan ( )

Titik-titik yang dilalui oleh garis adalah ( ) dan ( )


 Menentukan titik potong garis dan dengan mengeliminasi kedua
persamaan garis tersebut

𝑥 𝑦
𝑥 𝑦
𝑦
𝑦
Subtitusi ke salah satu persamaan atau

Titik potong garis dan adalah ( )

 Menentukan nilai maksimum


Subtitusi titik-titik pojok ( )( ) dan ( ) ke dalam ( )

.
( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

Nilai maksimum dari ( ) pada daerah yang diarsir

adalah 11
Hari, tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
Waktu : Sesi 1 (08.00 – 09.40 WIB)
Nama Instruktur : Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd.
Materi : Trigonometri
A. Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigon yang artinya tiga
sudut dan metri artinya mengukur. Trigonometri adalah salah satu cabang dari
ilmu matematika yang mengkaji permasalahan sudut segitiga dan fungsi
trigonometrik yang kemudia disebut sinus, cosinus, dan tangen. Salah satu
aplikasi trigonometri dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam bidang
astronomi, dimana sejak zaman dahulu, para matematikawan menggunakan
konsep trigogometri dalam ilmu falak yaitu untuk menentukan arah kiblat,
kemudian menggunakan konsep trigonometri dalam teknik triangulasi yang
digunakan menghitung jarak ke bintang-bintang terdekat, dimana kesemuanya
itu diawali dengan pemahaman konsep tentang perbandingan (rasio) pada
segitiga yang kemudian kita kenal dengan istilah trigonometri.
Perbandingan (rasio) pada segitiga diatas dapat kita ilustrasikan dengan

gambar berikut;
Gambar 1
Pada gambar di atas, dan membentuk sudut , terletak pada ,
tegak lurus di . Dari gambar tersebut, maka fungsi
dan dapat didefinisikan sebagai berikut, dengan ketentuan | |
menunjukan panjang garis
| | | | | |
| |
, | |
, | |
| | | | | |
| |
, | |
, | |

Selain itu, perlu ditunjukan juga bahwa fungsi tersebut telah didefinisikan
oleh sudut , bukan titik . Dari gambar 1 di atas, juga merupakan titik di
garis dan tegak lurus garis di titik , sehingga dapat kita lihat
bahwa dan adalah sebangun karena itu juga diperoleh
| | | |
hubungan bahwa | | | |
, sehingga kita dapat suatu perbandingan yang

tetap yang kemudian kita namakan perbandingan trigonometri (sin, cos, tan).

B. Perbandingan Trigonometri Pada Segitiga Siku-siku


Konsep dasar trigonometri tidak lepas dari bangun datar yang bernama
segitiga siku-siku. Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga yang
memiliki satu sudut yang ukurannya dan dua sudut lainnya merupakan

y (sisi depan 𝜃)
𝜃
A x (sisi samping 𝜃) B

sudut lancip. Perhatikan gambar 2 di bawah ini merupakan contoh gambar


segitiga siku-siku.
Gambar 2
Perhatikan Gambar siku-siku di dengan dan adalah panjang
sisi-sisi dan . Serta dan berturut-turut adalah
dan Dengan demikian gambar di atas memberikan

𝑦 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑥 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑦 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛


𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝜃
𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔

𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔


𝑐𝑠𝑐 𝜃 𝑠𝑒𝑐 𝜃 𝜃
𝑦 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑥 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑦 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛

penjelasan tentang perbandingan trigonometri sebagai berikut;


Contoh;

1. Jika tentukanlah perbandingan trigonometri lainnya!

Penyelesaian
Gambarlah segitiga siku-siku dari
C informasi yang diperoleh.
dengan menggunakan teorema pythagoras


maka kita akan peroleh panjang , yaitu;

𝜃
A x B

√ √
S
e 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √
𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝜃
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √
h
i 𝜃 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √
𝑐𝑠𝑐 𝑠𝑒𝑐 𝜃 𝜃
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 √ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 √
n
g
ga nilai perbandingan trigonometri dapat kita temukan, yaitu;

C. Identitas Trigonometri
Pada penjelasan sebelumnya telah dibahas bahwa trigonometri tidak lepas
dari bangun datar segitiga siku-siku, untuk selanjutnya kita akan mengkaji
suatu persamaan yang diperoleh dari suatu perbandingan trigonometri yang
nantinya kita sebut dengan identitas trigonometri. Untuk memahami hal itu,
perhatikanlah perbandingan trigonometri untuk titik ( ) pada lingkaran
yang berpusat di dengan jari-jari adalah sebagai berikut: 𝑌
𝑃(𝑥 𝑦)
Terhadap Terhadap
α
𝑟

𝜃
𝑋
𝑂 Q

Dari rumus-rumus di atas dapat diperoleh hal-hal berikut ini;


1. Jumlah sudut maka;
a. ( )
b. ( )
c. ( )
2.

Berdasarkan teorema pythagoras , maka;


( ) ( )
( )
jadi,
3.

Berdasarkan persamaan diatas, dapat kita peroleh bahwa;

Sehingga kita peroleh bahwa

4. atau

atau

D. Rumus trigonometri untuk jumlah dua sudut dan selisih dua sudut
1. Rumus ( )

Pada gambar di atas


diperlihatkan sebuah
lingkaran satuan, sehingga
koordinat titik A adalah
(1,0). Misalkan
, dan , maka

. Jika
ambil sudut , maka kongruen dengan ,
akibatnya .
Koordinat kartesius sebuah titik dapat dinyatakan sebagai
( ), sehingga koordinat titik B adalah ( ), titik
C adalah ( ( ) ( ) ), dan titik ( ).
Dengan menggunakan rumus jarak antara dua titik diperoleh, akan
dibuktikan CA = DB
√( ( ) ) ( ( ) )

√( ) ( )
( ( ) ) ( ) ( )
( )
( ) ( ) ( )

( )
( )
( )
Sedangkan rumus untuk ( ) dapat diperoleh dari rumus
( ) dengan cara mengganti sudut menjadi – .
( ) ( ( ))
( ) ( )

2. Rumus ( )
Rumus sinus jumlah dua sudut dapat dicari dengan menggunakan
rumus kosinus selisih dua sudut, yaitu sebagai berikut:
( ) ( ( ))
(( ) )
( ) ( )

( ) . ( ( ))/

(( ) )
( ) ( ) ( ) ( )
3. Rumus ( )
Rumus tangen jumlah dan selisih dua sudut dapat diturunkan dari
rumus jumlah dan selisih dua sudut sinus dan kosinus. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
( )
( )
( )

( )
( )
( )

E. Rumus trigonometri sudut rangkap dan tengahan


1. Sinus sudut rangkap
Sinus sudut rangkap dinyatakan dengan . Rumus ini diperoleh
dari rumus sinus jumlah dua sudut.
( )
2. Kosinus sudut rangkap
Rumus os dapat diperoleh dari rumus kosinus jumlah dua sudut.
( )

( )

( )

3. Tangen sudut rangkap


Rumus dapat diperoleh dari rumus ( )
( ) ( )

F. Rumus Perkalian Sinus dan Kosinus


Rumus yang digunakan untuk perkalian sinus dan kosinus dapat
diturunkan dengan memanfaatkan rumus penjumlahan dan pengurangan dua
sudut pada sinus dan kosinus.
1. Perkalian kosinus dengan kosinus
Perhatikan penjumlahan dan pengurangan dua sudut kosinus
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
artinya,
( ) ( )

( ) ( )

2. Perkalian sinus dengan sinus


Perhatikan penjumlahan dan pengurangan dua sudut sinus
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
artinya,
( ) ( )

( ) ( )

Dengan demikian dapat memperoleh persamaan perkalian sinus dan kosinus


sebagai berikut.
( ) ( )

( ) ( )

G. Aturan Sinus dan Kosinus


Bagaimana menentukan unsur-unsur segitiga (panjang sisi dan besar
sudut) jika diketahui panjang sisi salahsatu sudut dan besar sudut di hadapan
sisi?
1. Aturan Sinus
Untuk menjawab permasalahan tersebut, perhatikan gambar berikut.

Perhatikan gambar disamping, maka diketahui:


a. Perhatikan maka panjang CD yaitu:

... (i)
b. Perhatikan maka panjang CD yaitu:

... (ii)
Dengan mensubstitusikan persamaan (i) dan (ii) maka diperoleh
persamaan:

... (iii)

c. Perhatikan maka panjang AE yaitu:

... (iv)
d. Perhatikan maka panjang AE yaitu:

... (v)
Dengan mensubstitusikan persamaan (iv) dan (v) maka diperoleh persamaan:

... (vi)

Dari persamaan (iii) dan (vi) dapat disimpulkan bahwa:

Persamaan diatas dikenal dengan aturan sinus


H. Aturan Kosinus
Ketika diketahui dua ukuran sisi dan juga sudut suatu segitiga, maka
ukuran dan bentuk segitiga tersebut dapat ditentukan. Oleh sebab itu, ketiga
sisinya juga dapat ditentukan. Berikut diilustrasikan segitiga yang diletakkan
pada suatu bidang koordinat:

Pada gambar di atas dengan AB = c, BC = a dan CA = b, koordinat


A(0,0), B(c,0) dan C(b cos A, b sin A). Bila b, c dan sudut A diketahui
ukurannya, lalu koordinat dari tiap-tiap ujung juga diketahui, maka dapat pula
ditentukan a, dan panjang ketiga sisi segitiga tersebut dengan menggunakan
rumus jarak.
Rumus jarak antara dua titik, misalkan ( ) dan ( ) adalah
( ) ( )
Misalkan P( ) = B( ) dan Q( ) ( ), dengan
menggunakan rumus jarak tersebut akan diperoleh:
( ) ( )

( )
( )
Karena BC = a, maka:

Rumus itulah yang kemudian dinamakan aturan kosinus. Dengan cara


yang sama akan diperoleh pula rumus:

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Februari 2018


Waktu :(08.00 - 9.40 WIB)
Sub-bahasan : Persamaan Trigonometri
Pemateri : Prof. Dr. H. Nanang Priatna, M.Pd.
Soal-soal Persamaan Trigonometri
1. Periode grafik adalah , maka p = …

a. c. 3 e.

b. 2 d. 6
Jawab:

Periode grafik adalah atau

2. Jika .k=…

Jawab:

( )

( )
Untuk nilai minimum cos x akan bernilai 1 sehingga k = ( )
Untuk nilai maksimum cos x akan bernilai –1 sehingga k = ( ( ))

Untuk nilai cos x akan bernilai 0 sehingga k =( )

Jadi, HP = 2 | 3

3. Tentukan jumlah semua penyelesaian persamaan.



Jawab:
( ) √

( √ )
atau √

untuk k = 0, x = 0° untuk k = 0, x = 120°


k = 1, x = 180° k = 1, x = 300°
Jadi, HP = * +

4. Jika sin α = 0,5, carilah nilai tan α.


Jawab:
sin α = 0,5 y
α = 30° α
cos 30° = √ x

sehingga tan 30° = = = √


Anda mungkin juga menyukai