BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gaya Mengajar
1. Pengertian Gaya Mengajar
a. Gaya
Secara bahasa istilah gaya dalam bahasa Inggris disebut style, yang berarti
corak, mode atau gaya (Desmita, 2012:145). Kata “gaya” bermakna (1) kekuatan:
kesungguhan berbuat, (2) kuat, (3) sikap, gerakan (4) irama dan lagu, (5) ragam,
(6) cara melakukan gerakan (Yuandito, 2000:126). Sedangkan gaya yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ragam, sikap dan gerakan.
b. Mengajar
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik atau murid
di sekolah (Oemar Hamalik, 2013:44). Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2012: 48). Pupuh dan
Sobry (2014:8) menuliskan bahwa mengajar menurut pengertian mutakhir
merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks
dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen
yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan
pengajaran.
Mengajar merupakan kegiatan di mana keterlibatan individu anak didik
mutlak adanya. Apabila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar.
Hal ini perlu sekali disadari guru agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap
kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang
sudah baku dan menyatu dalam konsep pengajaran atau pendidikan. Menurut
Nana Sudjana (1991) dalam Pupuh dan Sobry (2014:9) sama halnya dengan
belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat
menumbuhknan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan pada anak didik
dalam melakukan proses.
14
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara
guru dengan siswa.
a. Variasi gaya mengajar
Guru dalam proses pembelajaran hendaknya memiliki variasi gaya
mengajar. Menurut Syaiful bahri Djamarah (2002:188), variasi gaya mengajar
tersebut adalah:
1) Variasi Suara
Suara guru ketika menyampaikan materi dalam proses pembelajaran bisa
bervariasi dalam intonasi, nada, volume dan kecepatan. Ketika mengajar penting
bagi guru untuk memahami bagaimana dia menyampaikan materi dengan
penjelasanya. Guru yang biasa memakai suara datar dalam menyampaikan materi
akan mempengaruhi minat mendengar siswanya. Sehingga seorang guru
hendaklah memberikan penjelasan dengan intonasi, nada, volume dan kecepatan
yan serasi dan sesuai.
2) Penekanan (Focusing)
Berfungsi untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu aspek
yang paling penting atau aspek kunci. Penekanan dilakukan kepada beberapa
peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar
siswa memahami aspek-aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang
diterimanya. Misalnya guru menggunakan kalimat “sekali lagi bapak/ibu
tekankan” atau “coba anda perhatikan” dan sebagainya. Hal ini akan
menimbulkan perhatian siswa sehingga pandangan siswa akan tertuju dan fokus
pada guru yang tengah menyampakan materi yang dipelajari dalam proses
pembelajaran.
3) Pemberian Waktu (Pausing)
Setelah guru menyampaikan meteri pelajaran, siswa perlu diberi waktu
untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan. Untuk menarik
perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi
sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian
pelajaran ke bagian berikutnya. Peserta didik dalam keadaan seperti ini biasanya
24
selain memberikan perhatian penuh pada guru juga akan memiliki waktu untuk
berusaha memahami materi yang disampaikan.
4) Kontak Pandang
Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan matanya
menyampaikan informasi, dan dengan pandanganya dapat menarik perhatian anak
didik. Selama menyampaikan materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru
hanya memandang ke luar, ke atas atau ke siswa tertentu saja. Jadi guru dalam
berinteraksi dengan siswa pandanglah semua siswa yang sedang mengikuti
pembelajaran, sehingga mereka akan merasa diperhatikan.
5) Gerakan Anggota Badan
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang
penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja tetapi juga
menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan. Dalam berkomunikasi gerak
tubuh akan mempengaruhi apa yang disampaikan karena pada hakikatnya ketika
kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain semuanya ikut berbicara
termasuk anggota badan kita.
6) Pindah Posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas ketika proses pembelajaran
dapat menarik perhatian siswa. Karena selama proses pembelajaran guru menjadi
pusat perhatian siswanya. Dengan bergerak, berarti guru tidak berada dalam satu
posisi saja, malainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi ini selain
bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak
monoton. Seorang guru hendaknya bisa menguasi kelas dan bebas menjangkau
seluruh ruang kelas. Bukan berarti guru selalu berpindah-pindah saat proses
pembelajaran tetapi berpindahlah sesuai dengan kebutuhan. Misal ketika siswa
yang duduk di belakang mulai tidak memperhatikan maka guru dekati dan pindah
posisi agar anak bisa fokus kembali.
b. Variasi media dan bahan pengajaran
Penggunaan media akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya
atau terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media ada alih
pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan
25
dengan guru yang hanya berceramah saja. Ada tiga komponen dalam variasi
media, yaitu:
1) Variasi media pandang
Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran
diantaranya: buku, majalah, globe, peta, film, film strip, TV, radio, recorder,
gambar, mode, demonstrasi, dan sebagainya. Alat ini berguna untuk:
a) Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang
konkret.
b) Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran.
c) Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa.
d) Mengembangkan cara berfikir siswa yang konsisten dan
berkesinambungan.
e) Memberikan pengalaman baru dan unik.
2) Variasi media dengar
Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi
proses belajar anak didik. Karena itu diperlukan media lainnya yang
memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap
suara itu. Hal ini bisa dilakukan dengan guru merekam suaranya di rumah atau
merekam suara lain yang patut didengarkan dan mempunyai relevansi dengan
materi pelajaran.
3) Variasi media taktik
Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif.
Misalnya guru memperlihatkan dan menjelaskan tata cara berwudhu, setelah itu
siswa disuruh untuk menggambarkan tata cara tersebut. Cara ini akan meudahkan
siswa untuk mengingat urutan tata cara wudhu dan sebagainya.
c. Variasi interaksi
Variasi interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal yaitu:
1) Siswa belajar atau melakukan aktifitas lainnya dalam ruang lingkup
pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
2) Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara secara
aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didominasi guru.
26
Namun di antara dua jenis tersebut jenis yan pertama akan lebih baik.
Sekalipun yang ideal adalah guru dan siswa memiliki peranan yang
proporsional. Dalam arti, guru tidak mendominasi kelas, dan siswa juga
memilki kebebasan tanpa berarti tidak ada kendali guru. Maka dalam
konteks interaksi ini hendaklah guru berdiri di tengah-tengah.
B. Minat Belajar
1. Pengertian minat belajar
a. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri dengan sesuatu dari luar diri (Djaali, 2013:121). Minat
sebagaimana dirumuskan dalam “Encyclopedia of Psychology” adalah faktor yang
ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap
objek, orang dan kegiatan dalam lingkunganya (Zainudin Arif, 2012:19).
Menurut pandangan para ahli, minat itu dimaknai secara beragam,
berbeda-beda, sesuai dengan cara dan sudut pandang mereka masing-masing
(Makmun Khairani, 2014:136-137). Sebagian dari pandangan tersebut adalah:
1) John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberi
pengertian minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan
perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan.
Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu
dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukan kinerja
yang tinggi.
2) Menurut Kamisa (1997) minat diartikan sebagai kehendak, keinginan
atau kesukaan.
3) Menurut Sutjipto (2001) bahwa minat adalah kesadaran seseorang
terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai
kaitan dengan dirinya. Artinya minat harus dipandang sebagai sesuatu
yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang
untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan
mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
27
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.”
4) Witherington, dalam buku educational psychology mengemukakan:
”belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebgai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan
dengan adanya elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,
yaitu bahwa:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang banyi.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,
harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup
panjang. Berapa periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan
pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu
periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan,
adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya
berlangsung sementara.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berfikir,
keterampilan, percakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
29
pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta
latar belakang sisial budaya (Slameto: 1995). minat belajar membentuk sikap
akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Menurut Syah
(2003:132) dalam minat belajar seorang siswa memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar yang berbeda-beda, perbedaan tersebut dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor internal
Adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi dua aspek
yaitu:
1) Aspek fisiologis
Kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat
kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam pembelajaran.
2) Aspek psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri
dari intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.
b. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Terdiri dari
dua macam yaitu:
1) Lingkungan sisial
Lingkungan sosial terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman
sekelas.
2) Lingkungan nonsosial
Lingkungan nonsosial terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor
materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat
belajar.
c. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu. Dalam hal ini sikap guru dalam mengajar harus bisa mengimbangi
dengan melakukan pendekatan pembelajaran dengan tepat. Selaku figur atau
32
tokoh teladan yang dibanggakan, tidak jarang sikap guru di sekolah jiga menjadi
objek “keluhan” peserta didiknya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari
ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai materi pelajaran yang akan
diajarkan, guru yang mengantuk dan tertidur di meja. Selain itu, sikap sering
terlambat masuk kelas disaat mengajar, bercanda dengan peserta didik tertentu
saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar
semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi peserta didik tertentu
(Makmun Khairani, 2014:149).
4. Indikator minat belajar
Menurut Djamarah (2002:132) indikator minat belajar yaitu rasa suka atau
senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan, adanya kesadaran
untuk belajar tanpa disuruh, berpartisispasi dalam aktivitas belajar, serta
memberikan perhatian.
Menurut Slameto (2010:180) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan
senang, ketertarikan penerimaan dan keterlibatan siswa. Dari beberapa indikator
diatas, dalam penelitian ini menggunakan mengelompokan indikator-indikator
tersebut dalam beberapa dimensi, yaitu:
a. Kesukaan
Dalam dimensi kesukaan memiliki indikator:
1) Gairah
Gairah atau keinginan akan dimilli oleh siswa apabila dia merasa tertarik
atau berminat terhadap suatu barang atau kegiatan tertentu. Maka tidak
akan ada keterpaksaan dalam mengikuti proses pembelajaran. Misal:
merasa senang saat mengikuti pelajaran, selalu antusias menghadiri
pelajaran.
2) Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan untuk memutuskan dan melakukan sesuatu
yang benar tanpa harus diberi tahu, mampu menemukan apa yang
seharusnya dikerjakanterhadap sesuatu yang ada di sekitas, berusaha
untuk terus bergerak untuk melakukan beberapa hal walau keadaan terasa
33
semakin sulit. Misal: mencari sumber belajar lain selain buku panduan
yang biasa digunakan saat pembelajaran.
b. Ketertarikan
Dalam dimensi ketertarikan memiliki indikatot:
1) Responsif
Responsif adalah kesadaran akan tugas yang harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh. Kepekaan yang tajam dalam menyikapi berbagai hal
yang dihadapinya dan kepahaman makna tanggungjawab yang harus
dipikul adalah ciri utaa kperibadiannya. Misal: cepat menjawab jika guru
bertanya mengenai materi pembelajaran.
2) Kesegeraan
Kesegeraan adalah suatu perlakuan atau sikap yang dilakukan dengan
segera tanpa menunda-nunda. Misal: segera mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru tanpa guru harus mengulang-ualang perintahnya.
c. Perhatian
Dalam dimensi perhatian memilki indikator:
1) Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran, jiwa dan fisik pada
sebuh objek. Konsentrasi belajar siswa merupakan suatu perilaku dan
fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan dengan baik dalam
setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi
pelajaran yang telah diberikan. Misal: fokus dan perhatian penuh pada
guru yang sedang memberikan penjelasan mengenai suatu materi
pelajarn.
2) Ketelitian
Ketelitian yaitu melakukan sesuatu kegiatan atau memperhatiakn
suatu objek dengan seksama atau cermat. Misal: berusaha
memperhatikan dan memahami penjelasn guru ataupun jika guru
mempraktikan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran, contoh ketika
guru mencontohkan tata cara wudhu yang benar maka ia akan
berusaha memperhatikannya dengan teliti dan hati-hati.
34
d. Keterlibatan
Dalam dimensi keterlibatan memiliki indikator:
1) Kemauan
Kemauan merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang
untuk mengerjakan suatu hal dalam kehidupan nyata. Kemauan
merupakan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri. Dorongan
dapat juga dkatakan sebagai kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan
tertentu. Dalam belajar kemauan merupakan faktor penting karena jiak
tidak ada kemauan maka belajar akan dilakukan dengan keterpaksaan
dan akan sulit untuk mencapai tujuan pemleajaran. Misal: dengan
senang hati mengumpulkan tugas teman-teman atau belajar bersama
dengan teman-teman untuk mendiskusikan sesuatu yang berkaitan
dengan materi pelajaran.
2) Kerja keras
Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-
sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target atau
tujuan tercapai dan selalu mengutamakan atau memeperhatikan
kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa yeng bekerja kears akan selalu berusaha
memahami materi yang disampaikan oleh gurunya agar tujuan
pembelajaran tercapai. Misal: berusaha mengerjakan pekerjaan
rumah atau tugas-tugas yang dberikan guru semaksimal mungkin.
C. Urgensi Gaya Mengajar Guru PAI terhadap Minat Belajar Siswa
Pembelajaran atau kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapain tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar
dirancang dan dijalankan secara profesional. Dalam hal ini kebiasaan guru dalam
mengajar menjadi penting untuk diperhatikan sehingga akan menimbuhkan minat
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Agar lebih dapat
memahami betapa pentingnya peran guru dalam pembelajaran maka kita harus
35
mengetahui lebih jauh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan profesi keguruan
khususnya.
Metode memang penting dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran akan tetapi guru jauh lebih penting dari pada metode,
sebagaimana kaidah pendidikan dalam Islam yang menyebutkan bahwa:
َ س أ َ َه ُّم ِمهَ ال
ط ِز ْيقَ ِة ُ ط ِز ْيقَةُ أ َ َه ُّم ِمهَ ال َمدَّ ِة َوال ُمدَ ِ ّر
َ ال
“Metode itu lebih penting daripada materi tetapi guru itu lebih penting daripada
metode.”
Dalam proses belajar mengajar jika materinya bagus tetapi metode atau
cara penyampaianya kurang, maka jauh dari keberhasilan. Akan tetapi
bagaimanapun arahan guru jauh lebih penting daripada belajar otodidak meskipun
paham metode. Oleh sebab itu, gaya mengajar guru menjadi faktor penting dalam
proses pembelajaran dan dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus
dilakukan secara benar. Islam mementingkan profesionalisme, keberhasilan Nabi
sebagai pendidik didahului dengan bekal kepribadian (personality) yang
berkualitas unggul. Begitu juga dengan guru yang merupakan pendidik
profesional harus melakukan pekerjaanya dengan benar.
Guru Pendidikan Agama Islam atau lebih sering disebut dengan GPAI
diharapkan dalam menjalankan tugas-tugas kependidikanya dapat berhasil secara
optimal. Guru PAI pada intinya terkait dengan aspek personal dan profesional.
Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri. Aspek personal ini
diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru
dengan peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya karena
tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Sedangkan aspek
profesional menyangkut peran profesi dari guru, dalam arti ia memiliki kualifikasi
profesional sebagai seorang guru (GPAI).
Atas dasar itulah, maka asumsi yang melandasi keberhasilan GPAI dapat
diformulasikan sebagai berikut: ”Guru Pendidikan Agama Islam akan berhasil
menjalankan tugas kependidikannya bilamana ia memilki kompetensi personal-
religius, dan kompetensi profesional-religius.” Kata religius selalu dikaitkan
36
yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya
secara optimal.
Guru dan murid atau siswa memegang peran penting dalam proses
pembelajaran. Peserta didik atau siswa adalah pribadi yang “unik” yang
mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang. Dalam proses
berkembang itu siswa membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak
ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan brsama
dengan individu-individu yang lain.
Fungsi murid dalam interaksi belajar mengajar adalah sebagai subjek dan
objek, karena murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena muridlah
yang menerima pelajaran dari guru. Guru mengajar dan murid belajar. Jika tugas
pokok guru adalah “mengajar”, maka tugas pokok murid adalah “belajar”.
Keduanya amat berkaitan dan saling bergantungan, satu sama lain tidak
terpisahkan dan berjalan serempak dalam proses belajar mengajar.
Sebagai objek, murid menerima pelajaran, bimbingan dan berbagai tugas
serta perintah dari guru atau sekolah dan sebagai subjek, ia menentukan dirinya
sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dalam rangka mencapai hasil
belajar. Tugas- tugas murid sebagai subjek senantiasa berkaitan dengan
kedudukannya sebagai objek.
Dengan dasar pandangan tersebut di atas, maka tugas murid dapat dilihat
dari berbagai aspek, sejalan dengan aspek tugas guru, yaitu aspek yang
berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan
aspek yang berhubungan dengan administrasi. Selain dari itu muridpun bertugas
pula untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama
temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi
kepentinganya sendiri (Zakiah Daradjat, 2014:268-269).
Seorang siswa yang menyadari bahwa dirinya memerlukan ilmu, maka dia
akan senantiasa memanfaatkan waktu belajarnya dengan baik. Jika dia tidak
memahami hal yang diajarkan maka danjurkan untuk bertanya kepada gurunya,
karena guru dipandang sebagai seorang yang berilmu dan lebih mengetahui
dibandingkan dengan dirinya. Dalam Islam juga sebaga salah stu bentuk
38
pendidikan, siswa sebagai peserta didik dan orang yang belum mengetaui ilmu
dianjurkan untuk bertanya kepada ahlinya sebagaimana Allah berfirman dalam
surah al-Nahl ayat 43:
َفَ ْسئَلُوا أ َ ْه َل ال ِذّ ْك ِز إِن ُكنت ُ ْم الَت َ ْعلَ ُمون...
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.”
Murid atau siswa lebih mengetahui kebutuhanya, dalam hal ini berarti
kebutuhan dalam belajar. Kebutuhan dalam belajar biasanya tercipta dari kegiatan
yang membuat perhatian meningkat sehingga berminat pula untuk melakukan
pembelajaran dengan baik dan benar.