Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

PAPER

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Belajar dan Pembelajaran
yang dibina oleh Bapak H. Agung Winarno

oleh
Hendrika Novita Sari 130412616380

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
NOVEMBER, 2013
DAFTAR RUJUKAN

http://abuhasanlpmppalu.wordpress.com/2013/02/12/pendekatan-ctl-cocok-dalam-
implementasi-kurikulum-2013/. (online), diakses 10 November 2013.

Bahri djamarah, Syaiful dan Zain aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

http://mnnbcvbnzxcv.blogspot.com/. (online), diakses 10 November 2013.


PENDEKATAN PEMBELAJARAN

A.PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pengertian pendekatan pembelajaran menurut para ahli antara lain menurut


Wahjoedi (1999: 121), mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara
mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar
sehingga memperoleh hasil belajar secara optimal. Sedangkan menurut Syaifuddin (2005:
68), mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh
guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan
oleh guru untuk menyampaikan suatu materi dalam kegiatan belajar yang memungkinkan
siswa aktif dalam melakukan tugas belajar sehingga dapat diperoleh hasil belajar secara
optimal sesuai dengan instruksional yang telah ditetapkan.

B.MACAM – MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Menurut Dimyati (2009: 161) ada tiga pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Pendekatan individual

Pendekatan individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan
dan bimbingan belajar kepada masing – masing individu, karena perilaku mereka dalam
belajar, mengemukakan pendapat, dan daya serap tingkat kecerdasan yang berbeda – beda
selalu ada variasinya. Contoh dari pendekatan individual yaitu ketika seorang siswa diberi
tugas untuk membuat karangan guru berkeliling kelas membantu siswa yang memperoleh
kesukaran dalam menulis karangan. Tujuan dari pendekatan ini yaitu memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri
sehingga pengembangan kemampuan tiap individu bisa tercapai secara optimal. Kedudukan
siswa dalam pendekatan individu yaitu memiliki keleluasaan belajar berdasarkan
kemampuan sendiri, kebebasaan menggunakan waktu belajar, siswa bertanggung jawab atas
semua kegiatan yang dilakukan, siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, siswa
dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, siswa memiliki kesempatan untuk
menyusun program belajarnya sendiri, serta siswa memiliki keleluasaan dalam mengontrol
kegiatan, kecepatan dan intensitas belajar dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Jadi tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Kedudukan guru
dalam pendekatan individu yaitu pemberian bantuan kepada siswa, sebagai fasilitator,
pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar dan rekan diskusi. Dari segi kebutuhan siswa
program pendekatan individu lebih efektif karena siswa belajar berdasarkan
kemampuannya sendiri sedangkan dari segi guru program ini kurang efisien karena siswa
satu kelas masing – masing memerlukan perhatian guru sehingga akan melelahkan guru.
Dari segi usia perkembangan siswa maka program ini cocok untuk siswa SMP ke atas karena
umumnya siswa mudah memahami petunjuk atau perintah dengan baik, siswa dapat bekerja
mandiri dan bekerja sama dengan baik. Program ini akan terlaksana secara efektif apabila
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, tujuan pembelajaran dibuat dan
dimengerti oleh siswa, keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti siswa.

b. Pendekatan kelompok

Pendekatan kelompok adalah kegiatan belajar mengajar dimana guru membentuk kelompok
kecil yang umumnya terdiri dari 3-8 siswa dan guru memberikan bantuan atau bimbingan
kepada setiap anggota kelompok lebih intensif. Tujuan dari pendekatan ini adalah memberi
kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
secara rasional, mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong – royong dalam
kehidupan, menanamkan rasa tanggung jawab kepada setiap anggota kelompok. Kedudukan
siswa dalam pendekatan ini adalah sebagai anggota kelompok yang belajar untuk
memecahkan masalah kelompok dimana setiap anggota harus sadar bahwa mereka adalah
anggota kelompok yang semua tindakan dan tanggung jawabnya diperhitungkan serta
pentingnya pembinaan hubungan keakraban yang menimbulkan semangat tim. Kedudukan
guru dalam pendekatan ini yaitu memberikan informasi umum tentang proses belajar
kelompok meliputi tujuan belajar, tata kerja, kriteria keberhasilan belajar dan evaluasi,
setelah kelompok memahami tugasnya maka kelompok melaksanakan tugasnya kemudian
guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban kerja, pada akhir
kerja kelompok melaporkan hasil kerja dan guru melakukan evaluasi tentang proses kerja
kelompok sebagai satuan, hasil kerja, perilaku, tata kerja dan membandingkan dengan
kelompok lain.

c. Pendekatan klasikal (kelas)


Pendekatan klasikal (kelas) adalah pendekatan yang mengutamakan kemampuan guru dan
pendekatan ini merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien karena pembiayaan
kelas lebih murah serta guru memberikan bantuan individual secara umum. Didalam
pendekatan klasikal guru melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu pengelolaan kelas dan
pembelajaran, pengelolaan kelas berarti guru harus mengkondisikan tempat belajar
senyaman mungkin dan tidak ada gangguan – gangguan belajar dikelas yang berasal dari
seorang siswa atau sekelompok siswa sedangkan pengelolaan pembelajaran berarti cara
untuk mencapai tujuan belajar meliputi penciptaan tertib belajar di kelas, penciptaan suasana
senang dalam belajar, pemusatan perhatian pada bahan ajar, mengikutsertakan siswa belajar
aktif. Contoh dari pendekatan klasikal yaitu guru menerangkan secara terperinci tentang
perang Diponegoro guru menjelaskan situasi sebelum perang, sebab – sebab terjadinya
perang, watak tokoh – tokoh, jalannya peperangan dan berakhirnya perang disertai dengan
foto, lukisan dan segala sumber dari media kemudian siswa diberi peran belajar aktif untuk
bertanya sebanyak – banyaknya setelah itu guru melakukan tanya jawab untuk memperoleh
kesan umum tentang perolehan hasil belajar siswa selama jam pelajaran sebagai penutup
guru mengharapkan siswa mempelajari bahan tersebut lebih lanjut.

Menurut Bahri Djamarah, Syaiful dan Zain, Aswan (2006: 57) ada empat
pendekatan pembelajaran diantaranya:

a. Pendekatan bervariasi

Pendekatan bervariasi adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan karena siswa


memiliki berbagai masalah yang bervariasi misalnya memiliki motivasi belajar yang
berbeda, semangat belajar siswa yang berbeda dan kepartisipasian siswa dalam kegiatan
belajar mengajar yang berbeda, konsentrasi siswa pada pelajaran yang berbeda sehingga
guru dapat menggunakan pendekatan bervariasi untuk memecahkan masalah ini. Contohnya
yaitu masalah dalam kegiatan belajar mengajar guru bisa saja membagi siswanya menjadi
beberapa kelompok untuk belajar bersama – sama tetapi terkadang ada siswa yang lebih suka
belajar sendiri sehingga guru harus memperhatikan pendapat serta kemauan masing –
masing siswanya dan meskipun belajar sendiri guru masih melakukan pengawasan dan
bimbingan kepada siswanya.

b. Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif adalah pendekatan yang digunakan agar antara pendidikan intelektual
dan pendidikan kepribadian seperti menghargai norma hukum, norma susila, norma moral,
sosial dan agama menjadi seimbang sehingga setiap pendekatan pembelajaran yang
digunakan harus disertai dengan pendekatan edukatif. Contohnya ketika bel masuk kelas
berbunyi siswa disuruh baris di depan kelas dipimpin oleh ketua kelas, guru berada di sisi
pintu masuk kemudian siswa masuk satu persatu dengan menyalami guru dan mencium
tangan guru sebelum dilepas.

c. Pendekatan Keagamaan

Pendekatan keagamaan adalah pendekatan yang digunakan untuk membantu guru dalam
menanamkan jiwa agama di dalam diri siswa yang pada akhirnya nilai – nilai agama tidak
dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati, dan diamalkan selama
hayat siswa dikandung badan disamping itu siswa tetap mendapatkan pelajaran umum
sehingga nilai budaya ilmu menyatu dengan nilai agama karena pada dasarnya semua ilmu
ada hubunganya dengan dalil – dalil agama tergantung mau tidaknya guru mata pelajaran
tersebut mencari dan menggali dalil – dalil dimaksud dan menafsirkannya guna mendukung
penggunaan pendekatan keagamaan dalam pendidikan dan pengajaran. Contohnya

d. Pendekatan Kebermaknaan

Pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang digunakan oleh guru untuk menghindari
kegagalan komunikasi karena faktor penguasaan dan pemahaman bahasa dalam
pembelajaran yang mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Contohnya kegagalan
siswa dalam belajar bahasa inggris yang disebabkan karena penguasaan bahasa inggris
dalam komunikasi yang masih rendah sehingga diperlukan pendekatan kebermaknaan ini
agar guru bisa mengatasi masalah tersebut.

C.POSISI GURU DAN SISWA DALAM PENGOLAHAN PESAN

Dalam kegiatan belajar mengajar posisi guru yaitu berusaha menyampaikan sesuatu
hal yang disebut pesan dan posisi siswa berusaha memperoleh sesuatu hal tersebut baik
berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau ajaran lain seperti keseniaan, kesusilaan,
dan agama. Ada dua strategi yang dapat digunakan dalam pengolahan pesan yaitu meliputi:

a) Pembelajaran dengan strategi ekspository


Pembelajaran ekspository merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru dimana
guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran dan
memindahkan pengetahuan, keterampilan serta nilai – nilai kepada siswa. Peran guru dalam
strategi disini adalah menyusun program pembelajaran, memberikan informasi yang benar,
memberikan fasilitas belajar yang baik, membimbing siswa dalam pemerolehan informasi
yang benar, menilai pemerolehan informasi. Sedangkan peran siswa disini adalah mencari
informasi yang benar, memakai media dan sumber yang benar, menyelesaikan tugas
sehubungan dengan penilaian guru. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan
jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa serta alat evaluasi hasil
belajar yang digunakan adalah tes.

b) Pembelajaran dengan strategi inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada siswa dimana siswa
dituntut aktif dalam mengolah pesan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai – nilai sehingga menambah keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu
memecahkan masalah secara ilmiah. Peran guru dalam strategi ini adalah menciptakan
suasana bebas berpikir sehingga siswa berani mengembangkan kemampuannya dalam
pemecahan masalah, guru sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah, guru sebagai rekan
diskusi dan pembimbing dalam pemecahan masalah sedangkan peran siswa yang penting
adalah mengambil tindakan dalam pemecahan masalah, berperilaku aktif dalam belajar,
mencari metode pemecahan masalah, menemukan cara dalam pemecahan masalah. Adapun
hasil belajar yang dievaluasi adalah keterampilan pencarian dan perumusan masalah,
pengumpulan data atau informasi, penelitian tentang objek seperti benda, sifat benda, kondisi,
peristiwa dan pelaku serta keterampilan menarik kesimpulan dan laporan.

D.PROSES PENGOLAHAN PESAN

Proses pengolahan pesan dibedakan menjadi dua yaitu secara deduktif dan induktif .
Dalam pengolahan pesan secara deduktif dimulai dari generalisasi atau suatu teori yang
benar, pencarian data, dan uji kebenaran generalisasi atau teori tersebut. Contoh dari
pengolahan pesan secara deduktif yaitu seorang guru menjelaskan materi tentang faktor –
faktor produksi dan cara memperbesar produksinya, ia menjelaskan pengertian – pengertian
dan contoh yang berkenaan dengan materi tersebut kemudian dari pengertian dan contoh
tersebut guru mengajak mempelajari faktor produksi di kota A, guru tersebut memulai
dengan pernyataan generalisasi “suatu kota akan menghasilkan produksi tinggi, jika faktor –
faktor produksi memenuhi persyaratan untuk berproduksi tinggi, kemudian dari pengertian
tersebut guru memberikan pertanyaan seputar dengan pernyataan itu di kota A dan siswa di
minta untuk menjawab semua pertanyaan guru tersebut dengan melakukan pengamatan di
kota A, dengan pertanyaan bimbingan guru tersebut, siswa mengumpulkan bukti bahwa kota
A memang tergolong dari kota yang berproduksi tinggi. Dalam pengolahan pesan secara
induktif dimulai dari adanya fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep berdasarkan
fakta – fakta, kemudian disusun generalisasi atas dasar konsep – konsep tadi. Contohnya
yaitu kebalikan dari pengolahan pesan secara deduktif yaitu dimulai dengan pemberian
materi faktor – faktor produksi dan cara memperbesar produksinya meliputi pengertian dan
contoh – contoh kemudian pengumpulan data atau bukti di kota A berdasarkan pertanyaan
yang telah dibuat oleh guru kemudian siswa menarik sebuah pernyataan dari pertanyaan yang
sudah dijawab berdasarkan keadaan dikota A.

E. KEMAMPUAN YANG AKAN DICAPAI DALAM PEMBELAJARAN

Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, kesenjangan
yang terjadi antara kemampuan siswa dan kemampuan yang akan dicapai dapat diatasi
dengan kegiatan belajar. Kondisi kemampuan siswa dengan kemampuan yang akan dicapai
dapat dijelaskan yaitu guru melakukan tugas pembelajaran yang dilakukan dengan
pengorganisasian siswa atau pendekatan pembelajaran, pengolahan pesan, dan evaluasi
belajar kemudian siswa memiliki motivasi belajar dan melakukan perubahan setelah itu siswa
memiliki kemampuan berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorlalu berkat
tindakan pembelajaran guru dan motivasi yang dimiliki siswa kemampuan kognitifnya dapat
berkembang dan meningkat sedangkan kemampuan afektif dan psikomotornya menjadi lebih
baik dan berkat evaluasi belajar dari guru maka siswa dapat digolongkan telah mencapai
suatu hasil belajar wujud hasil belajar tersebut adalah semakin bermutunya kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif disini adalah kemampuan intelektual siswa
dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
Sedangkan ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah psikomotor merupakan ranah yang
berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil
belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila
peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
afektif merupakan pengetahuan yang perlu dikembangkan dengan kognitif serta diaplikasikan
dengan keterampillan yakni psikomotorik.
F. PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL YANG COCOK UNTUK KURIKULUM 2013
MENURUT BEBERAPA AHLI
Menurut Nurhadi dkk, 2004:13, pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari
proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Menurut Hanafiah & Suhana, 2009:67, contextual
teaching learning bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar
secara bermakn yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan
lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga peserta didik
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari
satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep ini diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan serta strategi atau proses
pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil dari pembelajaran sehingga siswa bekerja dan
mengalami, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Anda mungkin juga menyukai