Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh dan lulus mata kuliah
TID701
Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
iii
DAFTAR ISI
BANDUNG ....................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.4 Organisasi............................................................................................... 9
BAB II ............................................................................................................ 17
iv
2.1 Input dan Output Analisis .................................................................... 17
BAB IV .......................................................................................................... 34
BAB V............................................................................................................ 40
v
5.3 Manfaat Memecahkan Masalah Keteknik-Industrian .......................... 42
BAB VI .......................................................................................................... 47
KESIMPULAN .............................................................................................. 47
LAMPIRAN ................................................................................................... 51
LOGBOOK ..................................................................................................... 53
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kemerdekaan Indonesia, karena permintaan pengusaha lokal beberapa pemuda
Indonesia yang dipimpin oleh Tossin membangun pesawat terbang di sebuah
bengkel yang berlokasi di Jl. Pasirkaliki, Bandung. Mereka menamakannya
pesawat PK. KKH. Sejak saat itu Indonesia mulai menyadari secara mendalam
bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan sarana transportasi
udara untuk kelancaran pemerintahan, pembangunan ekonomi, dan pertahanan
nasional.
Pada tahun 1946, Biro Perencanaan & Konstruksi didirikan di TRI-Udara
atau Angkatan Udara Indonesia yang sekarang disebut dengan TNI-AU.
Disponsori oleh Wiweko Supono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan Sumarsono,
mendirikan sebuah lokakarya khusus yang terbuat dari bahan sederhana, yaitu
zogling kemudian menghasilkan pesawat ringan yang diberi nama NWG-1 yang
didirikan di Magetan, dekat Madiun, Jawa Timur.Kemudian pada tahun 1948
mereka berhasil membuat mesin-pesawat pertama yang ditenagai oleh mesin
Harley Davidson, yang diberi nama WEL-X. Pesawat itu dikenal sebagai RI-X
dan dirancang oleh Wiweko Supono.
Pada tanggal 26 April 1976, berdasarkan Akta Notaris No. 15, di Jakarta,
PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio secara resmi didirikan dengan Dr. BJ.
Habibie sebagai Direktur Utama. Kemudian diresmikan pada bulan agustus 1976
oleh presiden Soeharto. Pada 11 Oktober 1985, PT. Industri Pesawat Terbang
Nurtanio dipindahkan ke PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN.
Dari titik inilah cakrawala baru pertumbuhan industri pesawat terbang modern
dan lengkap di Indonesia baru saja dimulai. Dan pada periode inilah semua
aspek infrastruktur, fasilitas, sumber daya manusia, hukum dan peraturan, dan
yang terkait dan mendukung keberadaan industri pesawat terbang
diselenggarakan secara terpadu.
Ditengah-tengah perjalanannya kondisi PT. IPTN mulai memburuk.
Volume bisnis menurun drastis jauh lebih kecil dari sumber daya yang tersedia,
berkurangnya modal kerja, budaya organisasi yang tidak sehat yang disebabkan
oleh direksi tidak berfungsi sebagaimana fungsinya.Kemudian ditengah kondisi
PT. IPTN yang semakin buruk, presiden RI KH. Abdurrahman Wahid
meresmikan perubahan nama yang semula dari PT. IPTN menjadi PT.
2
Dirgantara Indonesia. Perubahan nama ini diharapkan dapat memberikan
paradigma baru bagi perusahaan dan dapat menjadi industri strategis sehingga
bisa mendukung kepentingan nasional. Sejak saat itu PT. Dirgantara Indonesia
mulai menunjukkan kebangkitannya yang dibuktikan dengan banyaknya
pesanan pesawat yang datang dari luar negeri seperti Airbus Industries, Bae
System, Korean Airlines Aerostructure Division, dan Mitsubishi Heavy
Industries, serta negara lain seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Korea, Brunei
dan negara lainnya.
1.1.2 Visi dan Misi PT. Dirgantara Indonesia
PT. Dirgantara Indonesia memiliki visi dan misi seperti halnya perusahaan
pada umumnya. Berikut visi dan misi PT. Dirgantara Indonesia.
A. Visi
Menjadi market leader pesawat terbang kelas menengah dan ringan serta
menjadi acuan dari perusahaan dirgantara di wilayah Asia Pasifik dengan
mengoptimalkan kompetensi industri dan komersial terbaik.
B. Misi
Sebagai pusat kompetensi dalam industri kedirgantaraan dan misi militer
serta untuk aplikasi non-aerospace yang relevan.
Sebagai pemain kunci di industri global yang memiliki aliansi strategis
dengan industri kedirgantaraan kelas dunia lainnya.
Memberikan produk dan jasa yang kompetitif dalam hal kualitas dan
biaya.
3
rotary wing berdasarkan perjanjian dengan Airbus Helicopter dan Bell
Helicopter Textron, PT. Dirgantara Indonesia menawarkan beberapa produk
helikopter yaitu AS550, AS565 MBe, Superpuma Family, dan Bell 412EP.
2. Aerostructure, meliputi pekerjaan engineering untuk pengembangan produk
baru, pengujian dan sertifikasi produk, pengembangan reverse engineering,
desain dan pembuatan alat dan jig, pembuatan komponen terperinci,
komponen pembentuk atau fabrikasi logam, komponen komposit, komponen
pengikat, sub-rakitan, rakitan utama, dan rakitan akhir. PT. Dirgantara
Indonesia menjadi sub-kontraktor terkenal untuk Airbus Defense & Space,
Helikopter Airbus, Bell Helicopter Textron Inc. (BHTI), dan Spirit Aero
System UK. Salah satu contoh sub-kontraktor denganbperusahaan Spirit Aero
System UK yaitu pembuatan komponen Airbus A320, A350, dan A380.
3. Aircraft & Engineer Service, layanan ini didukung oleh spesialis
berpengalaman dan teknisi terampil dengan standar internasional, PT.
Dirgantara Indonesia menyediakan berbagai layanan pemeliharaan pesawat,
distributor suku cadang pesawat terbang, dan juga memberi layanan purna
jual. Layanan Pesawat PT. Dirgantara Indonesia diatur oleh kepatuhan Sistem
Manajemen Mutu dengan peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Indonesia, CASR 145 (Aircraft Maintenance Organization), CASR 57
(Aeronautical Component Distributor), DOA (Design Organization
Approval), ISO 9001 (AS/EN 9110 Aircraft Workshop / Requirements for
Aviation Maintenance Organization).
4. Technology, bidang ini dipersiapkan untuk menjawab tantangan dibidang
dirgantara dengan bekal yang dimiliki yaitu kemampuan teknis yang luas di
bidang teknik, teknologi simulator, sistem pemeliharaan pertahanan dan
keselamatan, transportasi, dan lain-lain.
5. Development, pengembangan dilakukan dibidang penerbangan dan non-
penerbangan seperti Design Organization Approval (DOA), Design Support
untuk Alteration Aircraft Services, Design Support Customization dan
Mission System Integration, Unmanned Aerial Vehicle (UAV), SUT torpedo
dan roket (RHAN-122B, RD702 / MK-66, FFAR 2.75 / MK4 / 40), pesawat
komuter N219 dan pesawat tempur KF-X / IF-X.
4
1.3 Teknologi Manufaktur
PT. Dirgantara Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak dibidang
produksi pesawat terbang didukung dengan teknologi manufaktur yang mampu
memenuhi kebutuhan proses produksi. Teknologi manufaktur yang digunakan
mayoritas berbasis sistem CNC (Computerized Nummerically Control).
Departemen program Spirit Aero System (SAS) melakukan sub-kontraktor
dengan Spirit Aero System UK yaitu mengerjakan pembuatan komponen Airbus
A320, A350, dan A380. Untuk program A380 memproduksi bagian IOFLE
(Inboard Outer Fixed Leading Edge) yang terdiri dari beberapa komponen, salah
satunya yaitu komponen Sub Spar A380. Mesin yang digunakan untuk
memproduksi part tersebut adalah sebagai berikut.
1. CNC Profiling Machine Cincinnati Milacron DGMP
Mesin CNC Profiling bermerk Cincinnati Milacrontipe DGMP adalah
mesin buatan Amerika Serikat, lokasi pabrik yang memproduksi mesin ini
beradadi kota Cincinnati, negera bagian Ohio, Amerika Serikat. CNC Profiling
Machine Cincinnati Milacron DGMPdigunakan untuk memproses material,
dimana memiliki kompleksitas pekerjaan yang dikerjakan tinggi, disertai
fasilitas 5 axis. PTDI memiliki2 mesin Cincinnati Milacron DGMP dalam satu
stasiun kerja, dimana mampu untuk memotong, membuat lubang dan
membentuk material dengan kecepatan < 3000 rpm. Karena mesin ini bisa diatur
dengan kecepatan rendah, sehingga dapat digunakan untuk memproses material
yang berbahan dasar tidak terlalu keras seperti kayu, plastik, tembaga,
alluminium dan lain-lain.
5
2. CNC Profiling Machine Cincinnati Milacron DGAL
Mesin CNC Profiling bermerk Cincinnati Milacron tipe DGAL adalah
mesin buatan Amerika Serikat, lokasi pabrik yang memproduksi mesin ini
berada di kota Cincinnati, negera bagian Ohio, Amerika Serikat. CNC Profiling
Machine Cincinnati MilacronDGAL ini sama seperti Cincinnati Milacron
DGMP yaitu digunakan untuk memproses material, dimana memiliki
kompleksitas pekerjaan yang dikerjakan tinggi, disertai fasilitas 5 axis. PTDI
juga memiliki2 mesin Cincinnati Milacron DGAL dalam satu stasiun kerja,
dimana mampu untuk memotong, membuat lubang dan membentuk
material,tetapi dengan kecepatan yang lebih cepat yaitu> 4000 rpm. Mesin ini
digunakan khusus untuk memproses material berbahan dasar alluminium alloy.
6
presisi, hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses produksi dikarenakan
kemampuan potong dan kecepatan mesin jig boring yang tidak terlalu tinggi.
a. Spesifikasi mesin:
Work table : dimensi 1600 x 1240 mm, beban maksimal 2500 kg, jarak dari
lantai 1000 mm
Working capacity : X-axis 1500 mm, Y-axis 1000 mm, Z-axis 300 mm
Memiliki 1 spindle : power 5,9 kw, speed 40-2000 rpm
b. Persiapan yang harus dilakukan:
Periksa level coolant
Periksa level oli fabrikasi
Bersihkan waycover
Bersihkan spindle
Periksa tekanan angin
Pastikan suhu normal (memakai AC)
c. Key characteristic pembuatan lubang presisi:
Playing cutter yang tajam
Setting playing cutter pada boringhead
Kedalaman pemotongan
Gunakan cairan pendingin
7
4. Coordinate Measuring Machine (CMM)
Coordinate Measuring Machine (CMM) adalah mesin yang digunakan untuk
proses quality inspection, inspeksi menggunakan mesin ini dilakukan otomatis
menggunakan bantuan program, mampu mencocokan dimensi part dengan layout
part pada program dengan teliti (tingkat ketelitian 1 mikron), mampu mengecek
kontur pada permukaan part seperti kekasaran dan kemiringan secara akurat.
Input program produksi yang dipakai pada mesin ini menggunakan hasil desain
dari aplikasi Catia. Mesin ini sensitif terhadap debu dan suhu, jadi ruangan harus
dalam kondisi bersih dan suhu yang normal (tidak panas). Informasi dari
komputer mesin perihal inspeksi dimensi yaitu dimensi pengukuran, dimensi
teoritis, nilai deviasi, upper toleransi, dan lower toleransi, sehingga dapat
diketahui part tersebut lolos inspeksi atau harus di rework.
Spesifikasi Coordinate Measuring Machine (CMM):
Type : Delta Tutor P. For Windows
Max measuring volume : X axis : 11 m
o Y axis : 1,8 m
o Z axis : 1,0 m
Accuracy : 0,001 - 0,002 mm
8
1.4 Organisasi
Bagan struktur organisasi dari PT. Dirgantara Indonesia dan departemen
Spirit Aero System (SAS) adalah sebagai berikut:
1.4.1 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia
Bagan struktur organisasi dari PT. Dirgantara Indonesia adalah sebagai
berikut:
Direktur Utama
Divisi Pelayanan
Divisi Penjualan Divisi Pusat Rancang Divisi Rekayasa
Divisi Perbendaharaan Personil &
Pesawat Terbang Bangun Manufaktur
Administrasi
Divisi Penjualan
Divisi Pengadaan Divisi Perencanaan &
Divisi Akuntansi Produk, Jasa & Purna Divisi Pusat Teknologi
Umum & Jasa Fasilitas Pengendalian Produksi
Jual
Divisi Teknologi Divisi Pesawat Terbang Divisi Pusat Uji Divisi Detail Part
Informasi Komersial Terbang Manufacturing
Sub Direktorat Material
& Supply Chain Divisi Sertifikasi &
Management Divisi Pengamanan Divisi Komponen dan
Kelangsungan Layak
Perakitan
Udara
Divisi Pengadaan
Divisi Perakitan Akhir
dan Pusat Delivery
Sub Direktorat
Services
Divisi Logistik
Divisi Perawatan dan
Modifikasi
Divisi Dukungan
Pelanggan
Divisi Helicopter
Completion Center
9
2. Sub Direktorat Perencanaan dan Manajemen Program
Sub direktorat perencanaan dan manajemen progam memiliki tugas
membantu direktur utama dalam mewujudkan perusahaan yang membantu
industri nasional dalam bidang kedirgantaraan guna menunjang ketahanan dan
keamanan nasional. Selain itu juga bertugas sebagai salah satu pendorong dalam
perencanaan program pengembangan dari perusahaan.
3. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris perusahan bertugas membantu direktur utama dalam
melaksanakan tugasnya, membantu serta mengatur waktu dan kegiatannya
dalam kantor. Sekretaris juga dapat melakasanakan tanggung jawab sebagai
perantara dengan pihak luar seperti investor, customer, partner perusahaan dan
lain-lain.
4. Satuan Pengawasan Intern
Satuan pengawasan intern melaksanakan sistem pengamanan perusahaan
sebagai bagian integral dan budaya agar membuat rasa dan situasi aman,
tentram, tertib dan teratur dalam rangka menunjang visi, misi dan tujuan
perusahaan. Pelaksanaan sistem pengamanan tersebut dilakukan dengan
persiapan perihal cara mencegah dan menanggulangi keadaan atau situasi yang
menimbulkan bahaya untuk perusahaan.
5. Direktorat Keuangan
Direktorat Keuangan bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan
(manajemen keuangan). Diretorat keuangan terbagi menjadi tiga divisi, antara
lain divisi keuangan perusahaan, divisi perbendaharaan, dan divisi akuntansi.
Untuk saat ini direktorat keuangan dipimpin oleh bapak Ahyanizzaman.
6. Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia.
Direktorat umum dan sumber daya manusia bertugas untuk melakukan
pengelolaan yaitu merencanakan, mengkoordinir dan mengendalikan perihal
urusan hukum, fasilitas, sumber daya manusia dan lainnya. Direktorat keuangan
terbagi menjadi lima divisi antara lain divisi sumber daya manusia, divisi
pelayanan personil dan administrasi, divisi pengadaan umum umum dan jasa
fasilitas, divisi teknologi informasi, dan divisi pengamatan. Untuk saat ini
direktorat umum dan sumber daya manusia dipimpin oleh bapak Sukatwikanto.
10
7. Direktorat Niaga
Direktorat niaga bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengawasi pengelolaan perdagangan perusahaan. Direktorat niaga terbagi
menjadi empat divisi, antara lain divisi pengembangan bisnis dan pemasaran,
divisi penjualan pesawat terbang, divisi penjualan produk, jasa, dan purna jual,
dan divisi pesawat pesawat terbang komersial. Untuk saat ini direktorat niaga
dipimpin oleh bapak Ade Yuyu Wahyuna.
8. Direktorat Teknologi dan pengembangan
Direktorat teknologi dan pengembangan bertugas untuk melakukan
pengembangan teknologi untuk menjawab tantangan dibidang dirgantara.
Direktorat teknologi dan pengembangan terdiri dari lima divisi antara lain divisi
manajemen engineering program, divisi pusat rancang bangun, divisi pusat
teknologi, divisi pusat uji terbang, dan divisi sertifikasi dan kelangsungan layak
terbang. Untuk saat ini direktorat teknologi dan pengembangan dipimpin oleh
bapak Gita Amperiawan.
9. Direktorat Produksi
Direktorat produksi bertugas untuk mempersiapkan dan melaksanakan
pedoman dan arahan operasi produksi mulai dari material sampai produk jadi
dan siap untuk dikirim. Direktorat produksi terdiri dari enam divisi antara lain
divisi jaminan mutu, divisi rekayasa manufaktur, divisi perencanaan dan
pengendalian produksi, divisi divisi detail part manufaktur, divisi komponen dan
perakitan, divisi perakitan akhir dan pusat delivery. Untuk saat ini direktorat
produksi dipimpin oleh bapak Muhammad Rdlo Akbar.
1.4.2 Struktur Organisasi Departemen Spirit Aero System (SAS)
Struktur organisasi dari departemen program spirit aero system (SAS)
adalah sebagai berikut:
Manager SAS
(Spirit Aero System)
11
Gambar 1.7 merupakan struktur organisasi dari departemen program spirit
aero system. Departemen SAS dipimpin oleh manajer departemen SAS.
Departemen SAS bertugas untuk merealisasikan program pesawat Airbus A320,
Airbus A321, Airbus A350, dan Airbus A380. Dalam menjalankan prorgamnya,
departemen SAS dibantu oleh general administration, bagian manufacturing
engineering, bagian procurment and logistic, dan bagian quality assurance.
Tabel 1.1 Job description departemen spirit aero system
Departemen/Divisi : Spirit Aero System (SAS)
Jumlah Karyawan : 22
Jumlah Karyawan Lulusan Teknik Industri :3
Job description departemen SAS adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan dalam realisasi program kerjasama untuk menyuplai komponen Spirit Aero
System, mulai dari pengadaan material, proses produksi dari material sampai produk akhir
dan pengiriman ke pelanggan. Departemen SAS bekerja sama dengan divisi lain yang
berhubungan dengan realisasi program.
Job description karyawan lulusan teknik industri adalah melakukan penjadwalan
pengadaan material, perencanaan dan pengendalian produksi serta penjadwalan
pengiriman. Pekerjaan tersebut cocok untuk lulusan teknik industri karena memiliki bekal
teori dan wawasan yang didapat dari mata kuliah PPIC dan Sistem Produksi sehingga
dapat diterapkan secara langsung.
12
wawasan yang didapat dari mata kuliah Pengendalian dan Penjaminan Kualitas (PPK)
sehingga dapat diterapkan secara langsung.
13
program SAS. Seorang general support bertugas untuk melakukan
menejemen program dan perencanaan, sehingga bagian ini bertugas
mengatur program kerja dan rencana produksi mulai dari input, proses,
output sampai dengan pengiriman ke konsumen. semua kegiatan tersebut
dikendalikan oleh bagian ini dengan dibuat dalam sebuah jadwal pengadaan
material, jadwal produksi dan jadwal pengiriman. Seorang teknik industri
dibagian ini dibutuhkan dengan berperan sebagai yang pengatur sistem dan
pengambil keputusan.
1.5.2 Interview
Informasi tentang pekerjaan seorang sarjana teknik juga bisa diperoleh
dengan cara wawancara langsung pekerja. Berikut berapa informasi mengenai
latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan perang penting teknik industri
dalam perusahaan.
1. Biodata
Nama : Ir. Sarmaini Fridawaty
Jabatan : General Support Spirit Aero System
Lama Bekerja : 27 Tahun
Hasil wawancara dengan ibu Ir. Sarmaini Fridawaty mengenai pekerjaan
lulusan teknik industri adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cerita tentang pendidikan anda? Dari universitas mana?
Universitas Sumatera Utara, jurusan S1 Teknik Kimia dan sekarang sedang
menempuh study S2 teknik industri di Institut Teknologi Bandung, dan
sudah pada tahap penyelesaian tesis atau tugas akhir.
b. Bagaimana perjalanan karir pekerjaan anda? Kapan anda mulai
bekerja? Di perusahaan mana dan di posisi apa?
Saya awal bekerja masuk PT.Dirgantara Indonesia pada tahun 1993 dan
ditempatkan di bagian MRP (Material Requirment Planning), kemudian
sekarang di tempatkan di Program Spirit Aero System sebagai General
Support.
c. Kenapa untuk S2 anda lebih memilih program studi Teknik Industri?
Karena Teknik Industri mempelajari kombinasi keteknikan dan
14
manajemennya, sehingga menjadi suatu disiplin ilmu yang penting untuk
dipelajari penerapannya.
d. Menurut anda, ilmu apa saja yang penting di Teknik Industri?
Semuanya penting, terutama yang berhubungan dengan manajemen dan
perencanaan dalam perusahaan.
e. Seberapa penting menurut Anda fungsi yang dilakukan oleh Teknik
Industri di perusahaan ini untuk kesuksesan dan peningkatan kinerja
perusahaan?
f. Semua sangat penting, karena saling bekerjasama di semua lini adalah kunci
utamanya.
g. Menurut anda apakah sarjana Teknik Industri di perusahaan ini sudah
dipekerjakan sesuai dengan keahliannya?
Sudah sesuai, karena pihak pimpinan sangat mengetahuiposisi Teknik
Industri dalam perusahaan, sehingga dapat memaksimalkan kinerjanya
h. Apa yang akan anda rekomendasikan ke calon lulusan Teknik Industri
dalam mempersiapkan dan membentuk karir mereka? Dan apa yang
membuat seorang teknik industri lebih baik dari yang lain dalam
proses wawancara dan perekrutan?
Paham dan mampu melakukan manajemen dan perencanaanperusahaan,
serta dapat memodelkan sistem untuk menyelesaikan permasalahan. Nilai
lebih pada setiap personal yaitu kepribadian yang baik, terutama tata krama,
dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
i. Apa saran dan motivasi Anda kepada kami sebagai mahasiswa Teknik
Industri ?
Selain mempelajari materi perkuliahan, jangan lupa bekali diri dengan
kemampuan sosial yang baik terutama tata krama, karena itu menjadi nilai
lebih bagi setiap personal.
2. Biodata
Nama : Ravy Zaenal, S.T.
Jabatan : Supervisor Junction MK II
Lama Bekerja : 32 Tahun
15
Hasil wawancara dengan bapak Ravy Zaenal, S.T. mengenai pekerjaan
lulusan teknik industri adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cerita tentang pendidikan anda? Dari universitas mana?
Universitas Jendral Achmad Yani, 4 tahun / 8 semester.
b. Bagaimana perjalanan karir pekerjaan anda? Kapan anda mulai
bekerja? Di perusahaan mana dan di posisi apa?
Awal bekerja masuk PT.Dirgantara Indonesia, saya ditempatkan di bagian
Industrial Engineering, sebagai staff, kemudian saya pindah ke bagian PORS
(Production Order Release Schedule), kemudian saya di tempatkan di PMO
SPIRIT, dan sekarang di tempatkan di Program AIRBUS Helikopter MK II.
c. Menurut anda, ilmu apa saja yang penting di Teknik Industri?
Semuanya penting.
d. Seberapa penting menurut anda fungsi yang dilakukan oleh Teknik
Industri di perusahaan ini untuk kesuksesan dan peningkatan kinerja
perusahaan?
Sangat penting, karena berkaitan untuk efisiensi di semua lini.
e. Menurut anda apakah sarjana Teknik Industri di perusahaan ini sudah
dipekerjakan sesuai dengan keahliannya?
Untuk beberapa divisi sudah sesuai, karena saya rasa pimpinan cukup tahu
profesi Teknik Industri, sehingga kedepannya sarjana teknik industri dapat
lebih maju ddi perusahaan ini.
f. Apa yang akan anda rekomendasikan ke calon lulusan Teknik Industri
dalam mempersiapkan dan membentuk karir mereka? Dan apa yang
membuat seorang teknik industri lebih baik dari yang lain dalam
proses wawancara dan perekrutan?
Memiliki pengetahuan dan menguasai serta memahami fungsi manajemen
dan industri. Selain itu juga menguasai bahasa inggris secara aktif.
g. Apa saran dan motivasi Anda kepada kami sebagai mahasiswa Teknik
Industri ?
Harus belajar dengan sungguh-sungguh, agar seorang sarjana teknik industri
dapat memahami dan memetakan setiap permasalahan dan mencari solusi
terbaik.
16
BAB II
ANALISIS KESELURUHAN
17
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk proses produksi komponen sub spar IOFLE pesawat
Airbus A380 membutuhkan 1 operator untuk setiap permesinan yang dilakukan
dan pada setiap stasiun kerja biasanya terdapat 1-2 orang karyawan untuk
membantu mempersiapkan proses permesinan.
3. Mesin
Mesin yang digunakan untuk proses produksi sub spar A380 yaitu CNC
Profiling Machine Cincinnati Milacron DGMP, CNC Profiling Machine
Cincinnati Milacron DGAL, CNC Vertical Jig Boring SIP 720, dan mesin untuk
quality control yaitu Coordinate Measuring Machine (CMM). Selain
menggunakan mesin ada proses pengerjaan yang dilakukan dibeberapa stasiun
kerja yaitu marking, fitter, inspection, treatment, cleaning, dan painting. Untuk
material handling menggunakan bantuan alat transportasi seperi truk, forklift,
crane dan beberapa proses menggunakan tenaga manusia atau manual.
2.1.2 Output Produksi
Output produksi program departemen spirit aero system (SAS) adalah
finished good komponen sub spar dari IOFLE yang merupakan komponen
penyusun pesawat terbang Airbus A380 pada bagian sayap (wings). Selanjutnya
produk tersebut akan di kirim ke SAS pusat karena produk itu merupakan
pesanan dari perusahaan Spirit Aero System, UK. Setelah itu, produk tersebut
akan diserahkan kepada pihak Airbus untuk di assembly di tempat perakitan
akhir pesawat Airbus A380 yakni di Toulouse, Perancis. Sedangkan limbah chip
logam akan di press terlebih dahulu sebelum dijual kepada konsumen limbah
logam.
18
2.2 Layout PT. Dirgantara Indonesia
Layout keseluruhan dari PT. Dirgantara Indonesia yang berada di kota
Bandung adalah sebagai berikut.
19
produksi, sedangkan untuk produksinya dilakukan di bangunan nomor 24
gedung pabrikasi 1 dan nomor 25 gedung pabrikasi 2.
20
Gambar 2.12 Halaman depat Software SAP
21
BAB III
SITEM MANUFAKTUR
22
Bill of Material
Sekarang Usulan
Level 0
Inboard Outer Fixed
Leading Edge
Level 1
1 1 1
Skin Pylon D-Nose
Level 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 27 4
Top Top Top Top Top Front Slant Riblet Hinge Drive Drive Hinge Inter Hinge Drive Drive Hinge Sub Metallic D-Nose D-Nose D-Nose
Panel 1 Panel 2 Panel 3 Panel 4 Panel 5 Spar Rib Rib 1 Rib 1 Rib 2 Rib 2 mediate Rib 3 Rib 3 Rib 4 Rib 4 Spar D-Nose Spar Rib Skin
23
Gambar 3.13 menunjukan bill of material dari bagian IOFLE (Inboard Outer
Fixed Leading Edge) pesawat Airbus A380. Dari gambar diatas dapat diketahui
pada level 1 terdiri dari skin, pylon dan d-nose. Pada level 2, untuk skin terdiri dari
top panel 1, top panel 2, top panel 3, top panel 4 dan top panel 5, untuk pylon
terdiri dari front spar, slant rib, riblet, hinge rib 1, hinge rib 2, hinge rib 3, hinge
rib 4, intermediate, drive rib 1, drive rib 2, drive rib 3, drive rib 4 dan sub spar,
dan untuk d-nose terdiri dari metallic d-nose,d-nose spar, d-nose rib dan d-nose
skin Pada level 3 yakni dari setiap komponen drive rib masing-masing tersusun
oleh sisi inboard dan outboard. Semua komponen dibuat pada proses manufaktur
di lantai produksi PT. Dirgantara Indonesia. Komponen yang menjadi fokus
pengamatan adalah komponen sub spar dari bagian IOFLE pesawat Airbus A380.
24
3.3 Shop Layout
Menurut Ginting (2007), jenis-jenis layout dapat dibedakan berdasarkan
pola aliran bahan dalam proses operasi produksi yaitu:
1. Product Layout : tata letak mesindan fasilitas produksi disusun berdasarkan
urutan proses operasi pembuatan produk.
2. Process Layout : tata letak mesin dan fasilitas produksidisusun berdasarkan
kesamaan fungsi pada satu stasiun kerja.
3. Fixed Position Layout : tata letak dimana material akan tetap pada posisinya,
sehingga mesin dan fasilitas produksiyang akan berpindah-pindah ke tempat
di mana operasi mesin tersebut dibutuhkan.
4. Group Technology Layout : tata letak mesin dan fasilitas produksiyang
dikelompokkan ke suatu tempat dalam sebuah manufacturing cell dan produk
dikelompokkan ke dalam family product berdasarkan kesamaaan desain dan
urutan proses.
25
Gambar 3.14 menunjukan tata letak mesin di direktorat produksi PT.
Dirgantara Indonesia. Mesin dan peralatan yang rnempuyai fungsi yang sama
ditempatkan dalam satu departemen yang sama contoh proses pemotongan disatukan
dalam departemen cutting shop. Sehingga dapat dikatakan bahwa tata letak mesin
dan fasilitas pada PT. Dirgantara Indonesia temasuk merupakan jenis process
layout karena tata letak mesin dan fasilitas produksi disusun berdasarkan
kesamaan fungsi dan ditempatkan pada satu stasiun kerja. Proses pembuatan
produk dilantai produksi berpindah-pindah ke mesin yang dibutuhkan, sesuai
dengan alur proses produksinya. Layout ini membuat proses operasi menjadi
fleksibel namun menimbulkan kerugian pada sistem material handling yang
cukup membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal, karena aliran bahan
yang berpindah-pindah.
26
Operation Process Chart
Nama Benda : Sub Spar A380
Nomor Peta 02
Dipetakan Oleh : Muhammad Syahri
Tanggal Petakan : 26 Juli 2019
Sekarang Usulan
P = 4760 mm
L = 825 mm
T = 50 mm
Alluminium Alloy
Remark
27
Gambar 3.15 merupakan operation process chart dari komponen sub spar
IOFLE dari pesawat Airbus A380. Dari gambar diatas dapat diketahui mengenai
proses pembuatan komponen sub spar A380 serta waktu standar dari tiap operasi.
Untuk operasi proses ditandai dengan lingkaran berwarna biru, dan untuk operasi
inspeksi ditandai dengan persegi berwarna hijau. Kemudian segitiga terbaik
menandakan operasi penyimpanan. Untuk menjadi komponen sub spar A380,
material melewati 10 operasi proses dan 7 operasi inspeksi.
28
2. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya untuk tenaga kerja yang
berkaitan langsung dengan proses produksi. Perusahaan menggunakan biaya
tenaga kerja langsung untuk gaji, insentif dan asuransi pekerja di lantai produksi.
3. Biaya overhead
Biaya overhead merupakan biaya yang dikeluarkan selain untuk bahan baku
dan tenaga kerja langsung atau biaya yang digunakan untuk menunjang proses
produksi. Perusahaan menggunakan biaya overhead seperti untuk biaya
maintenance, depresiasi mesin, gaji tenaga kerja tidak langsung dan lain-lain.
3.6 Produktivitas
Jumlah produksi PT. Dirgantara Indonesia khususnya departemen spirit aero
system (SAS) untuk komponen sub spar bagian IOFLE dari pesawat Airbus A380
selama tiga tahun adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Jumlah produksi sup spar
Produksi Sub Spar
Tahun
No Bulan
2015 2016 2017 2018
1 Januari 19 11 8 0
2 Pebruari 14 10 2 3
3 Maret 15 16 0 0
4 April 9 19 13 0
5 Mei 13 16 18 0
6 Juni 15 30 0 3
7 Juli 6 3 3 0
8 Agustus 12 7 0 1
9 September 13 8 0 0
10 Oktober 14 10 3 6
11 Nopember 11 5 8 6
12 Desember 16 19 3 3
Total 157 154 58 22
Tabel 3.3 menunjukan jumlah produksi sub spar dari tahun 2015 sampai
dngan 2018. Pada tahun 2015 memproduksi 157 unit/tahun, Pada tahun 2016
memproduksi 153 unit/tahun, Pada tahun 2017 memproduksi 58 unit/tahun, dan
2018 memproduksi 22 unit/tahun.
29
Grafik Jumlah Produksi Sub Spar A380
35 30
Jumlah Produksi 30
25 19
19 19
20 16
15 1618 15 16
14 13 13 13 14
15 11 12
10 9 10 11 8 2015
8 7 8
10 6 6 56
23 3 33 3 33 2016
5 0 00 0 0 0 0 0 1 00
0 2017
2018
Bulan
Grafik produksi sub spar pada tahun 2013 sampai dengan 2018 yang
menunjukan informasi mengenai perbandingan jumlah unit yang di produksi per
bulan. Seperti bulan Pebruari tahun 2014 memproduksi 28 unit, bulan Pebruari
tahun 2015 memproduksi 14 unit, bulan Pebruari tahun 2016 memproduksi 10
unit, bulan Pebruari tahun 2017 memproduksi 2 unit, sedangkan bulan Pebruari
2018 memproduksi 3 unit.
Menurut Sutiyono (2012), pengukuran produktivitas bisa dilakukan dengan
dua cara yaitu pengukuran produktivitas total dan pengukuran produktivitas
parsial. Pengukuran produktivitas total adalah pengukuran produktivitas dengan
menghitung rasio output terhadap semua input. Sedangkan pengukuran
produktivitas parsial yaitu pengukuran produktivitas dengan menghitung rasio
output terhadap salah satu input. Rumus rasio produktivitas adalah sebagai
berikut:
Produktivitas = 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜……..............……………………………...(2)
𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜
30
3.7 Production Planning and Control
Sistem produksi PT. Dirgantara Indonesia menerapkan sistem make to order,
dengan kesepakatan yang disepakati pada saat kontrak pemesanan. Departemen
program Spirit Aero System (SAS) PT. Dirgantara Indonesia mengerjakan
pembuatan komponen pesawat Airbus sebagai sub-kontraktor perusahaan Spirit
Aero System UK. Pengamatan kerja praktek berfokus pada salah satu komponen
IOFLE dari pesawat Airbus A380 yaitu sub spr.
Penjadwalan difokuskan pada pembagian jadwal mesin, dikarenakan banyak
proses produksi menggunakan mesin yang sama. Penjadwalan mesin dilakukan
untuk memaksimalkan kerja mesin sehingga dapat memenuhi permintaan sesuai
dengan kesepakatan kontrak, seperti tepat waktu pengiriman, jumlah produk dan
kualitas produk.
Data rencana produksi perusahaan tidak dapat dilampirkan karena peneliti
tidak memiliki hak akses. Berikut ini data yang dapat diakses yaitu schedule
delivery plan tahun 2018 untuk memenuhi permintaan.
Tabel 3.4 Schedule Delivery Plan
AC Set No IAE Ship plan Spar / Dnose On Dock Date
260Port 13/Dec/18 24-Jan-19
260Stbd 7/Jan/19 18-Feb-19
261Port 11/Feb/19 25-Mar-19
261Stbd 13/Mar/19 24-Apr-19
262Port 9/Apr/19 21-Mei-19
262Stbd 3/May/19 14-Jun-19
263Port 29/May/19 10-Jul-19
263Stbd 24/Jun/19 05-Agust-19
264Port 17/Jul/19 28-Agust-19
264Stbd 12/Aug/19 23-Sep-19
265Port 5/Sep/19 17-Okt-19
265Stbd 30/Sep/19 11-Nop-19
266Port 29/Oct/19 10-Des-19
Tabel 3.4 menunjukan schedule delivery plan komponen sub spar A380. Pada
tabel dapat diketahui informasi pengiriman sub spar mulai dari nomor set produk
yang dikirim, rencana pekan untuk waktu pengiriman, rencana produk berangkat
dikirim dari dermaga dan target sampai berlabuh didermaga tujuan. Seperti contoh
31
produk dengan nomor set 265 port, rencananya akan dikirim pada 5 September
2019 dan ditargetkan sampai tujuan pada tanggal 17 Oktober 2018.
3.8 Inventory
Inventory atau persediaan di PT. Dirgantara Indonesia terdiri dari
persediaan bahan baku atau material dan persediaan produk jadi atau finished
good. Baik finished good maupun material, sebelum dilakukan penyimpanan di
gudang akan dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap barang untuk
memastikan kualitasnya.
PT. Dirgantara Indonesia menyimpan bahan baku atau material di gudang
bahan baku yang dibedakan menjadi dua penyimpanan, yakni penyimpanan
material metal dan material non metal. Penyimpanan material metal di susun
secara bertingkat di rak yang cukup besar yang terdiri dari beberapa tingkat.
penataan dikelompokan sesuai program dan penumpukan dikumpulkan sesuai
spesifikasi material yang sama, seperti contoh semua material untuk produksi
program pesawat Airbus A380 dikumpulkan dalam satu deret rak dan material
komponen sub spar ditumpuk dalam satu tumpukan karena memiliki spesifikasi
yang sama, agar memudahkan penataan dan pengambilan ketika dibutuhkan.
Sedangkan untuk perhsediaan bahan baku non metal yang terdiri dari plastik,
cat, karet, cairan kimia dan lain-lain ditata sesuai jenis bahannya. Untuk bahan
yang berbahaya disimpan di tempat khusus.
Material berbahan metal tidak memiliki masa expired tetapi dalam
penyimpanan di beri perlakuan khusus yaitu disimpan dalam suhu tertentu dan
dilapisi minyak agar mencegah terjadinya korosi. Sedangkan bahan non metal
mayortitas memiliki masa expired, dan cara untuk menjaga material agar tidak
cepat kadaluarsa yaitu dengan menjaga suhu ruangan sesuai karakteristik
material tersebut.
Persediaan finished good akan disimpan di gudang pengiriman dengan
penataan sama seperti di gudang bahan baku yaitu ditempatkan dirak besar yang
terdiri dari beberapa tingkat dengan di susun rapi sesuai produk yang sama, serta
untuk penataan dikelompokan sesuai program. Selanjutnya jika produk sudah
32
waktunya pengiriman, akan dilakukan packing dengan buble warp dan
dimasukan ke dalam box agar produk aman selama perjalanan pengiriman.
33
BAB IV
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS
(Lanjut)
34
(Lanjutan)
11/08/2015 11/08/2015 SUB SPAR Toolmark
12/08/2015 12/08/2015 SUB SPAR Damaged
09/09/2015 10/09/2015 SUB SPAR Cracked
09/09/2015 10/09/2015 SUB SPAR Cracked
28/09/2015 28/09/2015 SUB SPAR Damaged
19/01/2016 19/01/2016 SUB SPAR Bending
19/01/2016 19/01/2016 SUB SPAR Undercut
20/01/2016 20/01/2016 SUB SPAR Bending
20/01/2016 20/01/2016 SUB SPAR Bending
12/02/2016 12/02/2016 SUB SPAR Bending
12/02/2016 12/02/2016 SUB SPAR Bending
12/02/2016 12/02/2016 SUB SPAR Bending
22/02/2016 22/02/2016 SUB SPAR Undercut
17/03/2016 17/03/2016 SUB SPAR Bending
13/06/2016 13/06/2016 SUB SPAR Bending
14/06/2016 14/06/2016 SUB SPAR Bending
15/06/2016 15/06/2016 SUB SPAR Damaged
30/03/2017 30/03/2017 SUB SPAR Bending
10/11/2017 11/12/2017 SUB SPAR Damaged
06/02/2018 09/02/2018 SUB SPAR Cracked
06/02/2018 12/02/2018 SUB SPAR Cracked
16/07/2018 16/07/2018 SUB SPAR Thickness
18/07/2018 18/07/2018 SUB SPAR Thickness
25/07/2018 26/07/2018 SUB SPAR Thickness
18/10/2018 19/10/2018 SUB SPAR Cracked
18/10/2018 19/10/2018 SUB SPAR Cracked
Tabel 4.5 menunjukan data kecacatan komponen sub spar A380 dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2018. Data tersebut menunjukan bahwa dari tahun
2015 sampai dengan 2018 cukup banyak komponen sub spar yang mengalami
kecacatan dan akhirnya menjadi produk yang scrap. Jenis kecacatan yang terjadi
antara lain damaged, thinned, tollmark, bending, undercut, dan cracked.Untuk
komponen yang mengalami kecacatan damaged ada 4 unit, thinned ada 1 unit,
toolmark ada 3 unit, undercut ada 4 unit, cracked ada 6 unit, dan bending ada 10
unit. Total untuk komponen sub spar A380 yang mengalami kecacatan dan
menjadi scrap dari tahun 2015 sampai tahun 2018 adalah sebanyak 31 unit.
35
4.2 Fitur Kualitas
PT. Dirgantara Indonesia dalam memenuhi permintaan aerostructure lebih
menekan kontrol kualitas pada proses produksi mulai dari material sampai
produk jadi. Kontrol kualitas pada proses produksi dilakukan setiap setelah
selesai langkah operasi, sehingga resiko kecacatan pada produk bisa
dikendalikan pada setiap langkah proses agar menjamin kuaitas produk sesuai
standar yang diinginkan.
Proses mengontrol kualitas pada proses produksi secara umum terdiri dari
material inspection, issuer inspection, treatment inspection, penetrant
inspection, Coordinate Measuring Machine (CMM), painting inspection dan
final inspection. Penjelasan mengenai proses kontrol kualitas tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Material Inspection : Inspeksi trhadap material yang dilakukan ketika
menerima material dari supplier meliputi pengecekan jenis, jumlah, dimensi
serta kondisinya.
2. Treatment Inspection : Inspeksi hasil dari perlakuan yang diberikan ke
permukaan produk, untuk mengetahui tercapainya tujuan dari perlakuan
tersebut.
3. Penetrant Inspection : Inspeksi dilakukan setelah proses perlakuan
perendaman produk dalam cairan kimia yang dididihkan pada etching rate
tertentu, inspeksi menggunakan penetran ini adalah proses Non Destructive
Test yang bertujuan untuk mengetahui kondisi permukaan produk dan
menghindari terjadinya korosi, retak, lubang dan permukaan tidak halus pada
produk.
4. Coordinate Measuring Machine (CMM) : Pengukuran menggunakan mesin
untuk mencocokkan dimensi pada produk dengan drawing part berdasarkan
titik koordinat yang ditentukan pada program mesin. CMM digunakan untuk
pengukuran yang tidak apat diukur secara manual seperti kontur permukaan,
kesesuaian posisi lubang dan dimensi dengan toleransi tertentu.
5. Painting Inspection : Inspeksi dilakukan untuk memeriksa kerapian hasil
pengecatan seperti merata, ketebalan sesuai dan tidak menggelembung,
kemudian jika hasil tidak sesuai maka akan dilakukan perbaikan pengecatan.
36
6. Final Inspection : Inspeksi produk jadi yang dilakukan ketika produk telah
selesai diproduksi meliputi pengecekan secara keseluruhan dan inspeksi
produk jadi dilakukan untuk memastikan produk yang akan dikirim ke
konsumen memiliki kualitas yang memenuhi standar.
37
Sertifikasi standar yang dimiliki PTDI dari produk dan layanannya adalah
sebagai berikut:
ISO 9000 yang dikeluarkan International Organization for Standarization
yaitu kumpulan standar untuk Sistem Manajemen Mutu (SMM).
ISO 9001 yang dikeluarkan International Organization for Standarization
yaitu standar internasional di bidang Sistem Manajemen Mutu (SMM).
AS9100 (Aerospace Standard9100) yaitu standar Sistem Manajemen Mutu
yang dikembangkan oleh International Aerospace Quality Group.
BOEING DI 9000 yaitu standar dari perusahaan Boeing yang diberikan
kepada PTDI menyatakan bahwa telah memenuhi persyaratan dalam
memenuhi permintaan produk aerostructureuntuk pesawat Boeing.
Six Sigma yang diakui oleh General Electric Companyyaitu standar
pengendalian kualitas dengan mengatur sistem produksi perusahaan secara
keseluruhan.
Sertifikasi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi
persyaratan yang berkaitan dengan kualitas dan keamanan untuk organisasi
penerbangan dan pertahanan.
38
Cost of quality dari PT. Dirgantara Indonesia bersifat rahasia perusahaan,
sehingga peneliti tidak mendapatkan informasi mengenai biaya untuk kualitas,
oleh karena itu akan dijelaskan secara umum. Biaya kualitas perusahaan yaitu
biaya pencegahan yang terdiri dari biaya pelatihan, biaya perencanaan kualitas,
biaya perancangan proses, dan biaya pengemasan. Sedangkan biaya penilaian dari
perusahaan terdiri dari biaya audit mutu, biaya pengadaan tools mesin inspeksi,
serta biaya inspeksi material dan produk. Untuk biaya kegagalan tentang
buruknya kualitas produk hasil produksi atau buruknya kualitas produk yang telah
dijual akan membuat perusahaan menanggung biaya denda dan biaya ganti rugi.
Kegagalan ini mengakibatkan produk yang cacat menjadi tidak bisa di rework.
Oleh karena perusahaan diharuskan menambah biaya untuk pembelian dan
pengiriman material, biaya produksi ulang, serta juga untuk biaya pengiriman
produk sampai ke konsumen.
39
BAB V
PROJECT PROPOSAL
8 6
6 4 3 3 4
4 1
2
0 Series1
Jenis Kecacatan
40
Gambar 5.15 merupakan data jenis kecacatan komponen sub spar A380 yang
terjadi pada periode 2015 sampai 2018. Selama periode 4 tahun tersebut,
sebanyak 31 unit produk yang cacat dan tidak dapat dikirim ke pihak konsumen.
Kecacatan yang paling banyak terjadi adalah jenis kecacatan bending, yaitu
sebanyak 10 produk.
Permasalahan tentang kecacatan sub spar disebabkan oleh beberapa jenis
cacat, sehingga harus diketahui jenis cacat yang menjadi prioritas untuk dilakukan
perbaikan terlebih dahulu. Metode yang digunakan untuk mengetahui prioritas
tersebut merupakan salah satu tools dari seven basic tools of quality yaitu diagram
pareto.
Percent
Total
15 50%
40%
10 30%
20%
5
10%
0 0%
Bendin Cracke Damag Underc Thickn Toolm Thinne
g d ed ut ess ark d
Total 10 6 4 4 3 3 1
Cum % 32% 52% 65% 77% 87% 97% 100%
41
5.2 Pentingnya Masalah Keteknik-Industrian
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mendapatkan keuntungan
maksimal. Dengan input seminimal mungkin diharapkan dapat menghasilkan
output semaksimal mungkin, maka kecacatan produk menjadi sesuatu yang harus
diminimalisir atau bahkan dihilangkan agar mencapai tujuan perusahaan. Ketika
produk mengalami kecacatan maka perusahaan harus menambah biaya untuk
rework, apabila produk tidak bisa diperbaiki maka perusahaan harus menanggung
biaya untuk mengganti produk yang cacat mulai dari biaya pembelian material
serta biaya produksi, sehingga produktivitas perusahaan pun akan rendah.
Kecacatan produk juga akan mengganggu jadwal produksi dan jadwal pengiriman
pesanan, hal tersebut akan mengurangi kepercayaan konsumen terhadap
pelayanan perusahaan. Maka dari itu permasalahan yang terjadi pada perusahaan
harus segera diselesaikan dengan melakukan perbaikan pada proses yang
menyebabkan kecacatan. Penyelesaian masalah kecacatan produk bertujuan agar
perusahaan tidak mengalami pembengkakan biaya sehingga produktivitas
perusahaan bisa meningkat dan juga tetap menjaga kepercayaan konsumen. Oleh
karena itu pendekatan tentang pengendalian kualitas yang sesuai untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut sangat dibutuhkan untuk perusahaan, agar
perusahaan tidak mengalami kecacatan pada produk yang dihasilkan, sehingga
tidak terjadi pembengkakan biaya produksi serta dapat memenuhi permintaan
konsumen sesuai kesepakatan.
42
untuk mengganti produk yang scrap. Sehingga produktivitas perusahaan
meningkat dan dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.
2. Memperlancar jadwal produksi dan jadwal pengiriman barang. Ketika tidak
ada produk yang cacat atau scrap, maka jadwal produksi dan jadwal
pengiriman akan berjalan sesuai perencanaan awal yang dilakukan
perusahaan .
3. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Apabila produk
yang dihasilkan tidak terdapat kecacatan serta sesuai dengan standar yang
diberikan konsumen, maka produk yang dihasilkan perusahaan berkualitas
baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan dan reputasi perusahaan juga bisa terangkat.
43
risiko untuk dipilih sebagai prioritas utama dalam perbaikan. Setelah itu
menentukan potential failure yang menyebabkan tingginya kecacatan produk
dengan menentukan kriteria penilaian severity, occurance, dan detection.
Perusahaan harus melakukan brainstorming untuk memperoleh nilai RPN
dalam menyusun tabel FMEA. Perusahaan memberikan penilaian untuk masing-
masing kriteria yang antara lain severity, occurance, dan detection yang kemudian
hasilnya dikalikan semua. Dari hasil tersebut kemudian diurutkan dari yang
terbesar sampai yang terkecil. Setelah diurutkan kemudian diberikan prioritas.
Nilai RPN yang paling tinggi dijadikan sebagai prioritas utama, begitupun
seterusnya.
Menurut Damaindra (2017), penjelasan mengenai kriteria severity,
occurance, dan detection adalah sebagai berikut :
a. Severity
Severity merupakan pendekatan awal untuk mengidentifikasi resiko dari
penyebab-penyebab yang ada. Berikut merupakan tabel kriteria penilaian untuk
severity.
Tabel 5.6 Kriteria penliaian saverity
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Ranking
Kriteria Severity
Proses produksi terhenti 10
Berhentinya proses produksi didahului tanda (alarm
9
berbunyi)
Mengakibatkan gangguan pada mesin 8
Mesin dapat beroperasi tetapi sebagian komponen
7
sudah tidak berfungsi
Mengakibatkan gangguan pada komponen mesin 6
Mesin dan komponen beroperasi tetapi tidak
5
maksimal
Mesin dan komponen memerlukan perbaikan 4
Terdapat efek secara langsung tetapi bersifat
3
terbatas
Efek yang ditimbulkan tidak terjadi secara langsung 2
Bentuk gangguan yang terjadi tidak memiliki efek 1
44
b. Occurance
Occurance merupakan kriteria yang menunjukkan tingkat keseringan dari
penyebab permasalahan. Berikut merupakan tabel kriteria penilaian occurance.
Tabel 1. 1 Kriteria penilaian occurancy
c. Detection
Detection merupakan alat kontrol yang digunakan untuk mengidentifikasi
dan mendeteksi seberapa sering penyebab-penyebab permasalahan itu terjadi.
Berikut merupakan tabel kriteria detection.
Tabel 1. 2 Kriteria penilaian detection
Failure Mode Effect Analysis
Deteksi Ranking
(FMEA) Kriteria Detection
Tidak pasti Gangguan tidak dapat terdeteksi 10
Sangat jarang Gangguan sangat jarang terdeteksi 9
Jarang Gangguan jarang terdeteksi 8
Kemampuan sumberdaya dan alat untuk
Sangat rendah 7
mendeteksi sangat rendah
Kemampuan sumberdaya dan alat untuk
Rendah 6
mendeteksi rendah
Kemampuan sumberdaya dan alat untuk
Cukup 5
mendeteksi cukup
Kemampuan sumberdaya dan alat untuk
Cukup tinggi 4
mendeteksi cukup tinggi
Kemampuan sumberdaya dan alat untuk
Tinggi 3
mendeteksi tinggi
Kemampuan sumberdaya dan alat untuk
Sangat tinggi 2
mendeteksi sangat tinggi
Kemampuan absolute dari sumberdaya
Hampir pasti 1
dan alat untuk mendeteksi
45
produksi, data jumlah produk yang cacat, dan jenis kecacatannya. Data tersebut
yang nantinya akan di analisa menggunakan seven tools dan di identifikasi
menggunakan FMEA.
46
BAB VI
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa dan pengamatan selama kerja
praktik di departemen spirit aerosystem (SAS) PT. Dirgantara Indonesia adalah
sebagai berikut.
1. Departemen spirit aerosystem merupakan salah satu departemen di PT.
Dirgantara Indonesia yang khusus merealisasikan komponen IOFLE (Inboard
Outer Fixed Leading Edge) pesawat Airbus A320, Airbus A321, Airbus
A350, dan Airbus A380. Dalam realisasi program, departemen SAS dibantu
oleh divisi quality control, detail part manufacturing, logistik, perakitan, dan
pusat delivery. Fokus pengamatan yang dilakukan adalah quality control pada
program pesawat Airbus A380, khususnya pada komponen sub spar.
Pengendalian kualitas dilakukan meminimalisir jumlah kecacatan atau produk
yang melewati batas spesifikasi produk. Seorang sarjana teknik industri
mempunyai peran yang sangat penting diantara mulai dari perencanaan
penggadaan bahan baku, perencanaan produksi, pengendalian kualitas, serta
perencanaan pengiriman produk.
2. Program kerja praktik yang dilakukan memberikan pengalaman dan wawasan
baru mengenai kehidupan di dunia kerja serta penerapan ilmu yang diperoleh
ketika diperkuliahan dalam dunia kerja. Sebuah perusahaan tidak akan pernah
lepas dari permasalahn, sehingga dengan melaksanakan program kerja praktik
ini, akan memberikan pengalaman menyelesaikan suatu permasalahan yang
ada di perusahaan.
3. a. Jika dari pihak PT. Dirgantara Indonesia memberi kesempatan, tentu
penulis ingin bekerja disana karena PT. Dirgantara Indonesia merupakan
perusahaan di bidang manufaktur yang besar dan memiliki posisi kerja yang
cukup banyak dan sesuai untuk seorang sarjana teknik industri. Selain itu, PT.
Dirgantara Indonesia juga merupakan salah satu badan usaha milik negara
atau BUMN sehingga hak untuk seorang pekerja akan benar-benar di penuhi
oleh perushaan.
47
c. Jika lulus kuliah, tentunya penulis ingin berkeja di perushaan yang sejenis
dengan PT. Dirgantara Indonesia karena pengalaman yang di peroleh
ketika melaksanakan program kerja praktik di PT. Dirgantara Indonesia
akan sangat bermanfaat.
4. Divisi yang paling sesuai dengan keterampilan seorang sarjana teknik
industri adalah divisi perencanaa dan pengendalian produksi karena divisi
ini membutuhkan keahlian khusus dalam memahami sistem secara
komplek serta melakukan perencanaan dan pengendalian produksi agar
perencanaan produksi bisa disusun dan dikendalikan dengan sebaik
mungkin sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik dan
mampu memenuhi target produksi.
5. Jika memilki waktu empat minggu lagi, penulis ingin ditempatkan di
divisi perencanaan dan pengendalian produksi. Karena pada divisi ini,
seorang calon sarjana teknik industri akan dapat lebih mengetahui lebih
detail mengenai sistem perencanaan dan pengendalian produksi di
perusahaan. Selain itu, penulis juga akan memiliki kesempatan untuk
mencoba menerapkan keilmuan mengenai perencanaan dan pengendalian
produksi yang di peroleh di perkuliahan untuk diterapkan di perusahaan.
6. Peningkatan program kerja praktek dapat dilakukanmelalui pembekalan
pada semua mata kuliah dengan wawasan materi disertai studi kasus yang
relevan terhadap permasalahan ter-update yang terjadi diperusahaan agar
dapat memahami dengan lebih baik, kemudian pihak prodi diharapkan
dapat menyediakan tempat kerja praktek untuk mahasiswa melalui
kerjasama dengan perusahaan agar mahasiswa tidak kebingungan dalam
mencari perusahaan yang tepat sesuai keahlian teknik industri.
Pengalaman ketika kerja praktek dapat mengetahui bahwa lulusan teknik
industri ketika melaksanakan tanggung jawab dan menyelesaikan
tugasnya dalam memecahkan permasalahan yaitu dengan
mempertimbangkan keseluruhan sistem dan melihat dari berbagai sudut
pandang yang berhubungan dengan permasalahan. Sedangkan disiplin
teknik lainnya kebanyakan hanya mempertimbangkan sistem dari sudut
pandang yang berhubungan dengan disiplin ilmunya saja, padahal
48
permasalahan yang biasanya terjadi itu merupakan pengaruh dari berbagai
sistem.
7. Aktifitas teknik industri di manajemen puncak PT. Dirgantara Indonesia
adalah memonitoring aktifitas perusahaan dalam menjalankan suatu
sistem produksi. Mengontrol dan mengevaluasi setiap aktifitas produksi
agar sistem produksi dapat berjalan sebaik mungkin.
49
DAFTAR PUSTAKA
Badariah Nurlailiah, dkk. 2016. Penerapan Metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) dan Expert System (Sistem Pakar). Jurusan Teknik
Industri. Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti.
Damaindra Mochammad, Cahyana A.S. 2017. Peningkatan Kualitas Produk pada
Mesin Produksi Nonwoven Spunbond dengan Metode Seven Tools dan
FMEA. Vol. 15. No. 2 121-255.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutiyono. 2012. Analisis Produktivitas dengan Menggunakan Metode Parsial
Pospac dan Total David J. Sumanth di PT.Yudhistira Ghalia Surabaya.Jurnal
FTI, UPN”Veteran”Jawa Timur.
Rusmiaty, Emi. 2014. Penerapan Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy
FMEA) dalam Mengidentifikasi Kegagalan pada Proses Produksi di PT.
Daesol Indonesia. Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Sekolah
Tinggi Manajemen Industri.
Tannady, Hendy. 2015. Pengendalian Kualitas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Warsono, Sony. 2014. Dasar-Dasar Akuntansi Industri Manufaktur. Yogyakarta:
AB Publisher.
50
LAMPIRAN
51
52
LOGBOOK
53
54
55
56
57