DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sengketa wilayah atau masalah perbatasan antar negara adalah hal yang lazim
terjadi di dunia internasional, dimana permasalahan yang seperti ini dapat mengancam
negara seringkali menjadi persoalan utama dimana hal ini seringkali sulit untuk di
negara.Konflik antar wilayah atau territorial salah satu konflik yang sulit untuk di
selesaikan.
Setiap negara pada dasarnya selalu berupaya menetapkan garis batas wilayah
teritorial yang tumpang tindih yang memicu konflik. Walaupun demikian dengan
adanya garis batas wilayah yang pasti, tidak otomatis akan menghentikan konflik antar
negara.
Hal ini terjadi pada hubungan antara chili dan Bolivia dimana kedua negara
terlibat konflik megenai batas atau status sungai silala. Pada bulan maret 2016 bolivia
Bolivia sendiri mengkalim sebagai pemilik mata air silala dan chile tidak membayar
kompensasi atas penggunaan air silala sedangkan chile mengklaim bahwa perairan
Sistem air Silala berasal dari mata air tanah yang terletak di ketinggian sekitar
4.400 meter di Bolivia dan beberapa kilometer di timur laut batas internasional Chili-
Bolivia. Sebagian besar mata air dikeringkan oleh serangkaian saluran buatan manusia
di wilayah Bolivia dan bergabung untuk membentuk kanal utama yang kemudian
melintasi ke Chili dan terhubung dengan sungai lain untuk membentuk anak sungai
Loa.1 Bolivia sendiri mengatakan bahwa bahwa Silala tidak memenuhi syarat sebagai
'jalur air internasional' dan bahwa Chili tidak memiliki hak untuk menggunakan
perairannya tanpa persetujuan Bolivia dan tanpa membayar ganti rugi.Aktivitas seperti
iini dilakukan untuk menghukum pelaku kesalahan.2Yang dimaksud disini adalah chili
Dari hal-hal yang telah dipaparkan di atas penulis sendiri tertarik untuk
mengkaji masalah ini dalam bentuk analisis dengan berdasarkan pada hukum
1
Meshel, t. (2017). What’s In A Name? The Silala Waters And The Applicability Of International
Watercourse Law. 5
2
n.shaw, m. (2008). hukum internasional . bandung: nusa media.
BAB II
PEMBAHASAN
Asal Mula Konflik Antara Bolivia dan Chili Terkait Perairan Silala
Awal mula permasalahan konflik antara Bolivia dan Chili adalah status hukum
Silala sebagai “Jalur Internasional”. Dimana sistem air Silala naik dari mata air Air
Tanah yang terletak di ketinggian sekitar 4.400 meter di Bolivia dan beberapa kilometer
saluran buatan pada tahun 1908 di bawah konsesi yang diberikan oleh Bolivia untuk
membawa air ke Chili. Chili mengeklaim bahwa Silala melintasi perbatasan dari Bolivia
ke Chili secara alami dikarenakan adanya gravitasi, dan saluran buatan tidak merubah
aliran alaminya, maka dari itu menjadi “internasional”. Sedangkan, Bolivia menyangkal
Silala sungai dan mengeklaim kepemilikan penuh Silala mata air tanah yang berasal dari
wilayah Bolivia dan air tersebut diangkat secara artificial ke Chili sebagai akibat dari
perubahan buatan manusia untuk jalan alami dengan kanalisasi. Oleh karena itu, Bolivia
menyatakan bahwa Silala tidak memenuhi syarat sebagai “jalur air internasional” dan
Chili tidak memiliki hak untuk menggunakan perairan Silala tersebut tanpa ada
menyatakan bahwa sisitem Sungai silala sebenarnya dan secara hukum merupakan jalur
air internasional, yang akan memberikan hak bagian perairan yang masuk akal dan adil.
Namun, Bolivia menyangkal dan menyatakan sebaliknya bahwa saluran buatan tidak
3
Meshel, t. (2017). What’s In A Name? The Silala Waters And The Applicability Of International
Watercourse Law. 5-6.
memenuhi syarat jalur internasional. Sengketa antara Bolivia dengan chili sudah
menyentuh ranah hukum internasional karena melibatkan dua negara yang berbeda.
Dimana hukum internasional sendiri merupakan sistem hukum yang terutama berkaitan
dengan hubungan antar negara.4 Kedua belah pihak sebelum akan lebih baik
undang no.30 tahun 1999 tentang arbitrase dan penyelesaian sengketa, arbitrase adalah
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang berselisih.”5
Melihat dari defenisi diatas adalah salah satu pilihan yang harusnya diutamakan
terlebih dahulu oleh kedua belah pihak dimana dengan menempuh cara seperti itu dapat
menjaga hubungan baik antar pihak yang bersengketa tentang jalur air internasional
tadi. Menurut Konvensi PBB 1997 tentang Hukum Non-Navigasi. Uses of International
Watercourses (UNWC), Jalur Air sebagai sistem perairan permukaan dan air tanah
berdasarkan hubungan fisik mereka secara keseluruhan yang utuh dan biasanya
jalur air yang sebagiannya ditetapkan di Negara yang berbeda, yang akan tergantung
pada faktor fisik yang keberadaannya dapat dibangun dengan pengamatan sederhana
dalam sebagian besar kasus. Oleh sebab itu, kanal buatan yang melintasi batas antar
negara akan menjadi internasional bila dianggap sebagian sistem dari jalur air dan
4
John O’Brian, International Law, Cavendish Publishing Limited, Great Britain, 2001.hlm 1.
5
Y Gunawan, 2017, Arbitration Award of ICSID on the Investment Disputes of Churchill Mining PLC v.
Republic of Indonesia, Hasanuddin Law Review, Volume 3 Issue 1, April 2017, Makassar,
DOI: http://dx.doi.org/10.20956/halrev.v3i1.948, Diakses juga pada
laman http://pasca.unhas.ac.id/ojs/index.php/halrev/article/view/948/0 pada tanggal 25 Desember
pukul 15.49 WIB.
pengadilan memiliki kekuatan yang melekat dan berakar pada fungsi yudisialnya dalam
yaitu: “berdasarkan hubungan fisik mereka satu kesatuanyang utuh” dan “biasanya
komponen-komponen sistem hidrologi, yaitu sungai, danau, akuifer, gletser, waduk, dan
kanal, saling terkait satu sama lain sehingga membentuk bagian dari aliran air.
Termasuk „kanal‟ yang menunjukan bahwa dapat diterapkan pada saluran air buatan
manusia.Akan tetapi, pada persyaratan kedua saluran buatan atau kanal mungkin tidak
dapat dengan mudah sendirinya mengubah dua sistem jalur air yang berbeda menjadi
satu. Maka dari itu, definisi “jalur air internasional” adalah masalah utama baik dalam
Dalam kasus sengketa silala, pertanyaan mendasar yang perlu di ajukan adalah
jenis aliran air apakah silala water ini? Jalur air internasional didefinisikan sebagai
sistem air permukaan dan air tanah yang terbentuk berdasarkan fisik mereka yang
Karena dalam pandangan Bolivia silala water merupakan bukan jalur air internasional
melainkan milik dari negara Bolivia sendiri akan tetapi chili berpendapat lain soal itu
6
Buga, I. (2012). Territorial Sovereignty Issues In Maritime Disputes: A Jurisdictional Dilemma For Law Of
The Sea Tribunals. The International Journal Of Merine And Coastal Law 27, 89.
7
Mccaffrey, S. (2001). The Contribution Of The UN Convention On The Law Of The Non-Navigational
Uses Of International Watercourses. International Journal Global Environmental Issues, 251.
dimana chili mengatakan bahwa silala adalah jalur air internasional yang dapat
kenyataannya adalah setiap negara tunduk kepada hukum, terlepas dari tentang
sebagai jalur air yang sebagiannya ditempatkan atau berada di Negara yang berbeda.
Oleh karena itu, jika kanal buatan dianggap sebagai bagian dari 'sistem jalur air' dan jika
persyaratan lain dari definisi tersebut terpenuhi, jalur air yang diberikan akan menjadi
internasional setelah salah satu bagiannya melintasi batas antar negara, termasuk kanal
buatan. Akan tetapi pembacaan sepintas definisi UNWC gagal untuk mengklarifikasi
apakah kanal buatan akan dianggap sebagai bagian dari jalur air dimana hukum jalur air
Definisi 'jalur air internasional' adalah masalah yang sangat serius dalam
pertimbangan ILC yang mengarah pada kesimpulan dari UNWC. Pada tahun 1980,
mengenai konsep 'sistem jalur air internasional. Sistem jalur air terbentuk dari
komponen hidrografi seperti sungai, danau, kanal, gletser dan air tanah yang
demikian, setiap penggunaan yang mempengaruhi perairan di satu bagian sistem dapat
mempengaruhi perairan di bagian lain. “Sistem jalur air internasional” adalah sistem
jalur air, yang komposisinya berada di dua atau lebih Negara. Sejauh bagian-bagian
perairan di satu Negara tidak terpengaruh atau tidak mempengaruhi penggunaan air di
Negara lain, mereka tidak akan diperlakukan sebagai termasuk dalam sistem jalur air
8
S.H, Soehino. (2013). Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
internasional. Dengan demikian, untuk menyatakan bahwa penggunaan perairan sistem
memiliki efek pada satu sama lain, sejauh sistem itu bersifat internasional, tetapi hanya
sejauh itu; dengan demikian, tidak ada karakter absolut, tetapi relatif, internasional dari
aliran air”.
Dalam kasus sengketa silala salah satu yang terpenting penentuan status aliran
air yang menjadi permasalahan mendasar sehinga kasus sengketa ini tak kunjung
menemui titik temu.Dari beberapa instrument hukum memiliki pandangan yang berbeda
soal ini.Bahkan hukum belum dapat dikatakan sebagai hukum baru sekedar positif
morality saja.9 Beberapa pakar hukum bahkan mengatakan bahwa secara logika tidak
ada heirarki dalam hukum internasional mengingat sistem hukum ini berlandaskan
berdaulat.10 Saluran air buatan atau kanal banyak yang beranggapan tidak masuk dalam
saluran air internasional karena tidak bersifat alami atau bukan buatan manusia akan
tetapi beberapa instrumen hukum berpendapat bahwa aliran air termasuk sungai, danau
maupun kanal merupakan saluran air internasional ketika saluran air tersebut melintasi
batas suatu negara atau begiannya berada pada dua atau lebih negara.
Pelapor Khusus yang berasal dari pihak Bolivia sendiri Tuan McCaffrey, agak
beranjak dari keberatannya dengan dimasukkannya kanal buatan manusia dalam definisi
jalur air internasional, mencatat dalam Laporannya tahun 1991 bahwa air permukaan
membentuk bagian dari “sistem aliran air” dapat mengambil beberapa bentuk alami,
termasuk sungai, danau dan kolam, dan berbagai bentuk buatan seperti kanal dan
9
Dr. Sefriani, S. M. (2018). Hukum Internasional Suatu Pengantar. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
10
Malcolm, E. (2003). international law. Oxford University press.
waduk.11 Dia juga merekomendasikan dimasukkannya sebuah artikel tentang
'penggunaan istilah' yang mendefinisikan 'sistem aliran air' sebagai 'sistem perairan
yang terdiri dari komponen hidrografi, termasuk sungai, danau, air tanah dan kanal,
Dalam Laporan 1983 untuk ILC, Pelapor Khusus Mr. Jens Evensen mencatat
bahwa danau (termasuk kanal) membentuk bagian alami dari sejumlah “jalur air
tersebut di samping sungai, danau dan anak sungai akan tetapi termasuk komponen
lainnya seperti kanal , aliran sungai dan akuifer dan air tanah.12
berbeda dalam praktek antara negara satu dengan negara yang lainnya. Contohnya saja
inggris yang menerapkan blackstone doctrine yang dimana doktrin ini menganggap
bahwa hukum internasional adalah bagian dari common law sehingga dapat
diberlakukan tanpa persyaratan apapun.13 Tidak hanya inggris, amerika serikat juga
tentang “jalur air” dan “jalur air internasional”, atau istilah yang identik secara
mengecualikan kanal buatan. Namun, beberapa instrument ini merujuk pada perairan
11
Meshel, T. (2017). What’s In A Name? The Silala Waters And The Applicability Of International
Watercourse Law. 7.
12
Ibid, hlm 8.
13
Ariatno, M. K. (2007). Hukum Internasional Hukum Yang Hidup. Jakarta: Diadit Media
14
Kusumaatmadja, M. (1982). Pengantar Hukum Internasional (Bagian Umum). Jakarta: Binacipta.
dalam “jalur alami” atau “sistem hidrologis alami”, dengandemikian secara implisit
tidak termasuk aliran air buatan. Ada juga beberapa instrumen ditemukan yang tetap
diam tentang masalah ini, meninggalkan pertanyaan terbuka tentang saluran air
Air Lintas Batas dan Danau Internasional mendefinisikan “perairan lintas batas” secara
luas sebagai “air permukaan atau tanah yang menandai, menyeberang atau terletak pada
batas antara dua atau lebih Negara”. Panduan untuk Konvensi lebih lanjut menjelaskan
bahwa 'permukaan air meliputi pengumpulan air di tanah dalam aliran, sungai, saluran,
danau, waduk atau lahan basah', tidak secara khusus merujuk pada gua buatan.15
memasukkan saluran air atau buatan lainnya dalam inisiasi “jalur air” maupun “jalur air
ini bersifat umum, lainnya khusus untuk masalah polusi, sementara yang lain
Dalam sengketa silala, chili menggunakan air silala untuk keperluannya atau
demikian kedaulatan negara chili dalam mengelola jalur air tersebut sudah jelas
memiliki hak mengatur regulasinya sendiri. Negara mempunyai kedaulatan penuh atas
orang, barang dan perbuatan yang ada di dalamnya akan tetapi negara tidak boleh
tentang penggunaan kedaulatan tersebut. Maka dari itu negara dapat dimintai
15
Meshel, t. (2017). What’s In A Name? The Silala Waters And The Applicability Of International
Watercourse Law. 8-9.
16
Mauna, B. (2000). Hukum Internasional: Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global.
Bandung : Alumni.
lain sangat besar kemungkinannya negara membuat kesalahan atau pelanggaran yang
beberapa ketentuan yang tertuang dalam bentuk pasal.Dimana pasal tersebut mengatur
regulasi maupun klasifikasi tentang jalur air internasional. Beberapa diantaranya sebagai
berikut :
1. “Jalur air” berarti suatu sistem perairan permukaan dan air tanah berdasarkan
hubungan fisiknya satu kesatuan yang utuh dan biasanya mengalir ke terminal
umum;
2. “Jalur air internasional” berarti jalur air, yang sebagian terletak di Negara yang
berbeda;
3. “Negara Jalur Air” berarti suatu pihak pada negara Konvensi ini di mana
wilayah bagian dari jalurair internasionalnya berada, atau suatu Pihak yang
airinternasional terletak;
Dalam pasal ini dapat dilihat mengenai apa yang dimaksud dengan jalur air,
jalur air internasional maupun negara jalur air atau negara yang dilalui dengan jalur air
internasional. Pada pasal 2 ayat 2 jelas dikatakan bahwa jalur air internasional
merupakan jalur air yang mengalir atau berada di dua negara atau lebih tanpa adanya
penjelasan lebih rinci tentang klasifikasi jalur air seperti apa yang di maksudkan di atas
17
Tsani, M. B. (1990). Hukum Dan Hubungan Internasional . Yogyakarta: Liberty.
tadi. Kata “terletak” pada pasal diatas menjadi salah satu kata kunci ataupun poin
penting dalam pemberian status kepada jalur air yang mana dapat dikatakan sebagai
air internasional dengan cara yang adil dan masuk akal. Khususnya, jalur
Dalam pasal ini jelas bagaimana dijelaskan bahwa negara yang diwilayahnya
dilalui oleh jalur air internasional harus memanfaatkannya dengan optimal dengan
prinsip keadilan dan juga batas wajar demi keberlangsungan darinya.Disini negara
keduanya yaitu hak dan kewajiban dimana hak mereka untuk memanfaatkan jalur air
tersebut dengan adil dan masuk akal serta kewajiban mereka unutk tidak melebihi hak
mereka. Dalam pemanfaatannya dalam batas wajar adalah dengan cara tidak membabi
buta sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dari pemanfaatan yang berlebihan.
Sehingga hal tersebut tetap dapat mengendalikan aliran air dan juga tetpa menjaga
kerjasama antara negara jalur air internasional tersebut agar tetap terlindunginya
internasional.
2. Dalam menentukan cara kerja sama seperti itu, negara-negara aliran air dapat
sebagaimana dianggap perlu oleh mereka, untuk memfasilitasi kerja sama pada
diperoleh melalui kerja sama dalam mekanisme dan komisi bersamayang ada di
berbagai daerah.
Dalam pasal ini dijelaskan bagaimana kewajiban tiap-tiap negara jalur air
saling menguntungkan dan itikad baik guna mencapai pemanfaatan yang optimal.Dalam
menjalin kerjasama seperti yang dimaksud dalam pasal diatas negara terkait memiliki
bersama.
“Negara-Negara Jalur Air secara individu harus dan jika sesuai bersama-sama
yang luas yang memiliki ruang lingkup tidak hanya di bagian perairan saja akan tetapi
mencakup komponen ekologi baik yang hidup maupun yang tidak hidup demi menjaga
1. Negara-negara aliran air harus bekerja sama jika perlu untuk menanggapi
kebutuhan ataupeluang untuk pengaturan aliran air dari jalur air internasional.
2. Kecuali disepakati lain, Negara-negara aliran air harus berpartisipasi secara adil
Dalam pasal ini tetap dijelaskan mengenai kerjasama antarnegara yang tetap
perlu untuk dilakukan dalam membentuk pengaturan atau regulasi mengenai tata kelola
jalur air internasional.Akan tetapi, terdapat kata “jika perlu” yang menimbulkan tafsir
yang berbeda dan menjadi kata yang dapat memperlemah keharusan kerjasama antar
negara aliran air.Serta terdapat pula kata “kecuali disepakati lain” yang merujuk dapat
tidak dilaksanakannya aturan-aturan atau ketentuan seperti yang telah dijelaskan dalam
pasal diatas.Kata seperti diatas dapat membuat multitafsir didalam suatu pasal sehingga
membuat kepastian makna dalam pasal tersebut menjadi tidak jelas.Misalnya saja chili
yang yang mengatur atau mengelola jalur airinternasional yang ada dalam
wilayahnya.Dalam situasi saling ketergantungan seperti ini,tidak ada negara yang dapat
sebaliknya untuk melindungi kepentingan orang, alam atau yuridis, yang telah
18
Latif, Y. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Kompas
Gramedia.
yang signifikan sebagai akibat dari kegiatan yang terkait dengan
berdasarkan kebangsaan atau tempat tinggal atau tempat di mana cedera terjadi,
wilayahnya.”
Dalam pasal ini telah diatur bagaimana pemberian akses jalur air internasional
baik dari segi yuridis maupun prosedur lainnya tidak boleh menganut prinsip
diskriminasi baik itu berdasarkan kebangsaan, tempat tinggal maupun tempat dimana
kerusakan terjadi.Dalam pasal ini terdapat dua elemen penting dimana mengatur tentang
yang sama seperti yang diberikan negara asal kepada warga negaranya.
sebaliknya untuk melindungi kepentingan orang” memiliki arti bahwa negara dapat
menyepakati sebaliknya yang terbaik dalam memberi bantuan kepada orang yang telah
menderita atau yang berada di dalam ancaman serius misalnya saja bantuan saluran
diplomatik serta dalam pemberian bantuan tersebut tak boleh menggunakan hak atas
19
Sodik, D. M. (2016). Hukum Laut Internasional Dan Pengaturannya. Bandung: Pt Rafika Aditama.
Dalam kasus silala water disputes, penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan
tanpa melalui proses peradilan atau melalui mahkamah internasional adalah dengan
jalur mediasi atau arbitrase. Jalur seperti ini akan lebih mudah menjaga hubungan baik
negara yang bersengketa. Salah satu pengakuan yang dapat diberikan adalah memalui
klausul pilihan.21Status silala dalam kasus ini sebelum dan sesudah adanya Hukum
peraturan ini maka silala pun dapat dikatakan sebagai jalur air internasional ketika
mengacu pada hukum penggunaan non-navigasi jalur air internasional. Dengan begitu
secara yuridis normatif maka status silala yang sudah menjadi jalur air internasional
tidak perlu lagi di persengketakan dimana jalur air internasional dapat digunakan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyebab awal terjadinya konflik antara Bolivia dan Silala ialah mengenai status
dari kanal buatan yang melintasi batas negara yang dapat dikatakan Jalur Air
20
D.Madzger, S. (1954). Settlement Of International Disputes By Non-Judicial Methods. American Journal
Of International Law , 409.
21
Adolf, H. (2006). Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional . Bandung : Sinar Grafika.
Internasional apabila sudah memenuhi syarat sebagaian sistem dari jalur air
internasional. Berdasarkan UNWC definisi Jalur Air terdapat 2 (dua) persyaratan bahwa
adanya jalur air akibat dari kondisi, yaitu komponen-komponen sistem hidrologi. Serta
akibat dari kanal buatan, yaitu saluran yang tidak dapat dengan mudah mengubah jalur
Perairan Silala merupakan jenis aliran air permukaan dan air tanah yang
terbentuk berdasarkan fisik mereka yang terhubung satu sama lain secara keseluruhan.
Berdasarkan pernyataan beberapa pakar hukum, bahwa tidak ada heirarki dalam hukum
desentralisasi dan persamaan kedududkan negara- negara berdaulat. Saluran air buatan
atau kanal tidak termasuk dalam saluran air internasional sebab tidak bersifat alami.
Namun terdapat beberapa instrument hukum menyatakan bahwa aliran air sungai, danau
maupun kanal termasuk saluran air internasional jika saluran air tersebut melintasi batas
suatu negara atau bagiannya berada pada dua atau lebih negara.
instrument yang ada merujuk pada sistem hidrologis sehingga secara implisit aliran air
buatan tidak termasuk. Pengaturan terkait jalur air dalam Hukum Penggunaan Non-
Navigasi dari Jalur Air Internasional termuat pada Pasal 2, Pasal 5, Pasal 8, Pasal 20,
Pasal 25, dan Pasal 32. Status Silala menjadi jalur air internasional ketika mengacu pada
hukum penggunaan non-navigasi. Sehingga status Silala telah memiliki landasan yuridis
normatif.
Saran
Dalam penyelesaian sengketa yang terjadi pada kasus silala antara Bolivia
dengan chili merupakan kasus yang hendaknya diselesaikan dengan cara arbitrase tanpa
harus melalui pengadilan internasional. Karena dengan penyelesain konflik dengan cara
arbitrase ataupun mediasi akan tetap menjaga hubungan baik antara kedua negara
dengan melihat itikad baik kedua negara dalam penyelesaian sengketa tersebut.
terjadi diantara kedua negara. Dimana hubungan baik antara kedua negara yang
berbatasan langsung harusnya tetap dijaga dalam hubungan bernegara baik dalam
DAFTAR PUSTAKA
Grafika.
Media.
Dilemma For Law Of The Sea Tribunals. The International Journal Of Merine
Rajagrafindo Persada.
John O‟Brian, International Law, Cavendish Publishing Limited, Great Britain, 2001.
Kusumaatmadja, M. (1982). Pengantar Hukum Internasional (Bagian Umum). Jakarta:
Binacipta.
Mauna, B. (2000). Hukum Internasional: Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era
Meshel, t. (2017). What‟s In A Name? The Silala Waters And The Applicability Of
Rafika Aditama.
No. Presentase
Nama UK 1 UK 2 UK 3
Mahasiswa Bekerja (0-100)
20170610196 Khairil Ikhsan 95 Ya Ya Ya
20170610286 Bela Privanti 70 Ya Ya Ya
Rezky Fitra
20170610247 30 Ya Ya Ya
Ramadhan