Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Antar Tata Hukum
Dosen Pengampu: Bp. Mohamad Kholid, S.H., M.H.
Disusun Oleh:
Teguh Maulana
(201010250410)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat serta karunia-Nya sehingga tugas makalah saya yang berjudul “Kasus
Perbatasan Laut Antara Peru Dengan Chili Melalui Mahkamah Internasional” ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Pada kesempatan ini saya ucapkan terima
kasih banyak kepada Bapak Mohamad Kholid, S.H., M.H. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Hukum Antar Tata Hukum yang telah memberikan materi
baik dalam bentuk teori, maupun tugas ini dalam menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan saya tentang hukum.
Saya berharap dengan diselesaikannya makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta wawasan bagi pembaca. Saya sebagai penyusun menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan ilmu pengetahuan, serta pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat
terbuka atas kritik dan saran membangun dari pembaca demi menjadikan makalah
ini lebih baik lagi.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSAKA...................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum laut yang merupakan cabang hukum internasional telah mengalami
perubahan-perubahan yang mendalam. Bahkan, dapat dikatakan telah mengalami
revolusi sesuai dengan perkembangan dan tuntuan zaman. Peran hukum laut
bukam saja karena 70% atau 140 juta mil persegi dari permukaan bumi terdiri dari
laut, bukan saja karena laut merupakan jalan raya yang menghubungkan suatu
bangsa dengan bangsa yang lain ke seluruh pelosok dunia untuk segala macam
kegiatan, bukan saja karena kekayaannya dengan segala macam jenis ikan yang
vital bagi kehidupan manusia, tetapi juga dan terutama karena kekayaan mineral
yang terkandung di dasar laut itu sendiri.
Perjanjian mengenai laut internasional sudah diatur dalam UNCLOS
1982 yang membagi menjadi tiga bagian yaitu yang pertama laut merupakan
wilayah kedaulatan suatu Negara, contohnya laut teritorial dan laut pedalaman.
Kedua, laut yang bukan merupakan wilayah kedaulatan Negara namun Negara
tersebut memiliki hak-hak dan yurisdiksi tertentu terhadap aktifitas di laut
tersebut, contohnya Zona Ekonomi Eksklusif. Ketiga, laut yang bukan wilayah
kedaulatan suatu Negara dan bukan merupakan hak-hak dan yurisdiksinya, namun
Negara tersebut memiliki kepentingan, contohnya laut bebas.
Ketentuan-ketentuan hukum internasional yang mengatur tentang kedaulatan
Negara atas wilayah laut merupakan salah satu ketentuan penting Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut 1982. Zona-zona maritime yang
termasuk kedalam kedaulatan penuh adalah perairan pedalaman, perairan
kepulauan, dan laut territorial.
Dalam konflik antara Peru dengan Chili ini adalah konflik batas maritim
dimana Peru dan Chili menandatangani berbagai perjanjian mengenai norma
kebijakan maritim internasional. Namun pada tahun 1966, terjadi insiden di
wilayah laut perbatasan Negara Peru dan Chili, yaitu Kapal perang angkatan laut
Peru, merespon pelanggaran yang terjadi di batas laut Chili-Peru oleh dua kapal
penangkap ikan Chili dengan menembakkan 16 tembakan peringatan. Ini
mengakibatkan perjanjian yang dibuat oleh Peru dan Chili itu tidak berlaku lagi.
4
Peru pun mengajukan penyelesaian sengketa tersebut ke Mahkamah
Internasional untuk mendapatkan keputusan dari Mahkamah Internasional tentang
persoalan batas maritime tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Kronologi Kasus Peru Dengan Chili?
2. Bagaimana Cara Menyelesaikan Masalah Sengketa Melalui Mahkamah
Internasional?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum
Internasional dan ingin lebih mengetahui dan mengkaji tentang ilmu Hukum
Internasional dan ilmu-ilmu yang lainnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bulan Maret 1966, terjadi insiden di wilayah laut perbatasan Negara
Peru dan Chili, yaitu Kapal perang angkatan laut Peru, merespon pelanggaran
yang terjadi di batas laut Chili-Peru oleh dua kapal penangkap ikan Chili dengan
menembakkan 16 tembakan peringatan.
Pada tanggal 8 Maret 1968, Chili menerima proposal ini dan ini adalah
kesepakatan yang dicapai oleh para pihak. Tujuannya adalah untuk mengatasi
masalah tentang operasi kapal nelayan Peru dan Chili ke pantai. Namun pada
tanggal 23 Juli 1968, kapal penangkap ikan Chili yang lain (Martin Pescador),
diserang oleh kapal patroli Peru, di daerah sebelah utara perbatasan. Pemilik
kapal terluka oleh tembakan senjata api. Atico sebagai kapal patrol telah
6
memberikan peringatan kepada 20 kapal Chili yang melakukan kegiatan
diwilayah itu, pemberitahuan dipatuhi oleh semua kapal kecuali Martin Pescador.
Sehingga kapal patroli menembak tanpa tujuan untuk peringatan yang
mengakibatkan pemilik kapal terluka tanpa disengaja.
Praktek yang dilakukan oleh Peru, Chili juga telah memberlakukan batas
maritime dengan menangkap kapal ilegal nelayan Peru yang terlibat dalam
penangkapan ikan diperairan selatan batas politik internasional. Selama bertahun-
tahun, pemerintah dan angkatan laut Chili telah menangkap banyak kapal Peru
dan dalam beberapa kasus dituntut melakukan penangkapan ikan ilegal di
perairan Chili.
Pada awal tahun 1968, dalam pertemuan sub regional dalam kaitan dengan
Kesepakatan Pasifik Selatan di Lima, pejabat Peru mengadakan pertemuan
dengan pejabat departemen luar negeri Chili untuk diskusi informal berkaitan
dengan gesekan yang timbul dari kegiatan kapal nelayan di pesisir. Setelah
pertemuan itu Peru menulis kepada Chili pada tanggal 6 Februari 1968,
menyatakan bahwa baik untuk negara membangun pos pengawasan bersama di
laut perbatasan.
Chili memerlukan izin, dan bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi
denda. Tindak pidana bukan hanya melanggar aturan lalu lintas di laut, melainkan
juga kegiatan ilegal di laut territorial Chili. Data yang tersedia pada tahun 1984
dan 1994-2009, menunjukkan banyak kapal yang ditemukan di perairan Chili.
Pada tanggal 28 Juli 2007 Presiden Peru menyatakan bahwa zona maritim
antara Peru dan Chili tidak pernah dibatasi oleh kesepakatan atau perjanjian atau
dalam instrument hukum lainnya, atas dasar itu Peru menyatakan bahwa
7
permasalahan batas akan ditentukan oleh pengadilan sesuai dengan hukum
kebiasaan internasional. Namun Chili berpendapat lain, Chili berpendapat bahwa
kedua negara telah menyepakati batas dari zona maritime yang dimulai dari
pantai dan kemudian berlanjut sepanjang lintang parallel, selain itu Chili telah
menolak untuk mengakui hak-hak berdaulat Peru di daerah maritime yang
terletak dalam batas 200 mill laut dari pantai
Kami beranggapan bahwa Negara Peru telah melanggar asas Pacta Sunt
Servanda, Karena Peru pada tahun 1968 telah mengajukan kesepakatan perjanjian
batas laut antara Peru dengan Chili, Namun pada tahun 2007, Peru menyatakan
bahwa zona maritime antara Peru dan Chili tidak pernah dibatasi oleh
kesepakatan atau perjanjian. Peru justru menyatakan bahwa Negosiasi perjanjian
itu tidak pernah mencapai kata sepakat atau dengan kata lain tidak ada
persetujuan akan perjanjian batas wilayah maritime tersebut.
8
Peru meminta pengadilan untuk menentukan batas zona maritime antara
kedua negara sesuai dengan hukum internasional dan untuk memutuskan secara
hukum menyatakan bahwa Peru menguasai kedaulatan eksklusif di area laut
dalam batas 200 mil dari pantainya dan diluar zona ekonomi eksklusif atau landas
kontinen Chili.
9
asas Pacta sun servanda yang mana asas keharusan adanya kejujuran antar pihak
Peru vs Chili dalam menaati perjanjian yang telah disepakati dan asas courtesy
yang mana kedua negara tersebut Peru vs Chili harus saling menghormati antar
negara yang telah mengadakan hubungan.
Resolusi damai dari batas sengketa maritim ini harus disambut baik,
terutama mengingat bahwa asal-usulnya dimulai melalui permusuhan dan
penggunaan kekuatan. Tampaknya jelas bahwa Mahkamah mencapai kompromi
yang masuk akal antara posisi absolut yang telah diinginkan oleh Peru dan Chili.
Chili memiliki batas lateral untuk 80 nm dan beberapa perikanan terkaya
di wilayah klaim tumpang tindih. Peru memiliki batas berjarak sama dari titik itu
ke 200 nm yang memberikan sekitar 21.000 km2dari 38.000 km2 yang
disengketakan. Dengan demikian, kedua belah pihak dapat mengklaim
kemenangan sampai batas tertentu. Putusan secara umum melekat pada proposisi
bahwa delimitasi batas maritim merupakan suatu solusi yang adil. Pengadilan
dalam putusannya secara proaktif dalam mencapai suatu hasil yang dimohonkan
tanpa berpihak.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara Peru dan Chili memiliki wilayah yang saling berbatasan, dan
kedua negara tersebut menyadari perlunya ada sebuah aturan. Akhirnya negara
Peru dan Chili menandatangani berbagai perjanjian mengenai norma kebijakan
maritim internasional mereka.
Upaya penyelesaian sengketa internasional adalah melalui Mahkamah
Internasional atau yang dikenal dengan International Court of Justice. Dalam hal
Peru dan Chili harus menyepakati bahwa sengketa itu akan di bawa ke Mahkamah
Internasional,
Dalam kasus ini kasus sengketa perbatasan laut antara Peru dan Chili dapat
menganut asas hukum publik internasional yaitu asas Pacta sun servanda yang
mana asas keharusan adanya kejujuran antar pihak Peru vs Chili dalam menaati
perjanjian yang telah disepakati dan asas courtesy yang mana kedua negara
tersebut Peru vs Chili harus saling menghormati antar negara yang telah
mengadakan hubungan.
Putusan secara umum melekat pada proposisi bahwa delimitasi batas
maritim merupakan suatu solusi yang adil. Pengadilan dalam putusannya secara
proaktif dalam mencapai suatu hasil yang dimohonkan tanpa berpihak.
B. Saran
Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan konflik atau sengketa
antara Peru dan Chili pasti menggunakan asas ex Aequo et Bono, yaitu asas untuk
menetapkan keputusan oleh Pengadilan Internasional atas dasar keadilan dan
kebaikan, oleh karena itu untuk Peru maupun Chili sendiri haruslah memiliki rasa
puas akan putusan itu, agar tidak timbul lagi konflik di kemudian hari, dan
menaati putusan dari Mahkamah Internasional karena putusannya yang bersifat
mengikat dan final.
11
DAFTAR PUSAKA
Wulandari, Retno “Hukum Laut, Zona-Zona Maritime Sesuai UNCLOS 1982 dan
Konvensi-Konvensi Bidang Maritim”, 2009, Badan Koordinasi Keamanan
laut, Jakarta
Gunawan, Yordan “Peluang Dan Tantangan Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Aseaan (MEA): Perspektif Hukum Dan Perlindungan Sumber Daya Laut”,
2015, Laboratorium Ilmu Hukum UMY, Yogyakarta
Suryani, Citra “Penyelesaian Sengketa Perbatasan Laut Antara Peru Dengan
Chile Melalui Mahkamah Internasional Tahun 2008-2014”, 2014 Jurnal
Fisipol Vol.1 No.2, Riau
Chapter II The Fact, ApplicationInstituting Proceedings, filed in the Registry of
the Courton 16 January 2008, Maritime Dispute (Peru v. Chile),
Rejoinder of the Government of Chile.International Court of Justice. Maritim
Dispute (Peru v. Chile) Vol. I
12