Anda di halaman 1dari 110

BAB II

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik

Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal


dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank
dan dari kantin. Diagram proses pengaliran air limbah menuju IPAL
seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Air limbah dari beberapa sumber
kegiatan domestik ditampung dalam suatu bak
penampung/pengumpul. Dari bak pengumpul, air limbah dialirkan
dengan pompa celup menuju ke IPAL domestik yang lokasinya
terletak di samping pabrik.

Pertama air limbah dari bak-bak pengumpul dipompa


menuju ke bagian pemisah lemak minyak untuk dipisahkan sisa
lemak dan juga kotoran melayang yang tidak terpisahkan dalam bak
pengumpul. Selanjutnya dari pemisah lemak melimpas ke equalisasi.
Equalisasi ini berfungsi untuk menampung air limbah sementara dan
mengatur debit air menuju ke IPAL. Pengaturan debit ke IPAL
dilakukan dengan pompa submersible.

Di dalam unit IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak


pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke
bak kontaktor anaerob (biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari atas
ke bawah. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media
khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor
anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik
yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan
media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme.
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang
belum sempat terurai pada bak pengendap.

Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke


bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan
media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi
atau dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian
air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang
mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di
namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).

Dari bak aerasi, air mengalir ke bak pengendap akhir. Di


dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme
diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke bagian bak
pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur. Debit pompa
sirkulasi ini dapat diatur dengan buka tutup kran.

Sebagian air di bak pengendap akhir melimpas (outlet/over


flow) melalui weir menuju ke bak penampung sementara melewati
flow meter di luar IPAL. Dari bak penampung outlet sementara ini air
dialirkan menuju ke kolam ikan sebagai bio indikator dan selanjutnya
menuju bak klorinasi untuk selanjutnya dibuang ke saluran air hujan.
Apabila kondisi outlet tidak memungkinkan untuk ikan dapat hidup,
maka aliran ke kolam ikan ditutup, air dari penampung sementara
langsung mengalir menuju ke kolam klorinasi dan keluar ke saluran
air hujan. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan
dengan senyawa khlor untuk membunuh microorganisme patogen.
Penambahan khlor dilakukan dengan menggunakan khlor tablet. Air
olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat
langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi
proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat
organik (BOD, COD), ammonia, padatan tersuspensi (SS), phospat
dan lainnya dapat juga turun secara signifikan.

Penanganan yang dilakukan untuk mengolah air limbah


domestik dengan IPAL, adalah seluruh air limbah yang dihasilkan
dari kegiatan domestik pabrik dialirkan menuju ke Bak Pengumpul
(BP). Dari BP dialirkan menuju ke IPAL dengan sistem perpompaan.
Khusus untuk air limbah dari WC, dialirkan ke dalam septik tank,
kemudian limpasan dari septik tank ditampung ke dalam bak
pengumpul untuk selanjutnya dialirkan menuju ke IPAL. Jumlah
keseluruhan bak pengumpul ada 12 unit.
Gambar 1. Sistem Pengumpulan Air Limbah Domestik Pabrik
Kaleng
Gambar 2. Potongan Bak Pengumpul

Gambar 3. Sistem Pemisahan Padatan dengan Pipa Tee pada


Bak-Bak Pengumpul
2.2 Proses di Bak Pengumpul (BP)

Bak pengumpul dibuat dalam 2 ruangan seperti terlihat pada


gambar 2 dan 3. Antara ruang pertama dan ruang kedua dipasang
perpipaan dilengkapi dengan Tee. Sistem Tee ini dimaksudkan untuk
menahan kotoran yang mengapung seperti minyak, lemak, potongan
daging, plastik, bungkus sampo, karet dll sehingga tidak masuk ke
ruang kedua. Pada ruang kedua dipasang pompa submersible dan
pompa centrifugal (BP 4, BP7 dan BP 12), Pompa dilengkapi dengan
sistem otomatis yang akan bekerja pada saat ada air sampai
ketinggian tertentu. Tipe pompa pada tiap-tiap bak pengumpul
beserta kebutuhan listriknya terdapat pada Tabel.1.

Air limbah dari seluruh bak pengumpul dialirkan ke bak


pemisah lemak atau minyak yang menyatu dengan bak equalisasi
seperti yang ada pada gambar 4 dan 8. Bak pemisah lemak tersebut
berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang berasal dari
kegiatan dapur, serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau
senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis dan tidak
sempat terpisahkan pada bak bak pengumpul.

Selanjutnya limpasan dari bak pemisah lemak dialirkan ke


bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan
bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya
dipompa ke unit IPAL. Foto bak pemisah lemak equalisasi dan IPAL
ditunjukkan pada gambar 4 dan 8.
2.3 Proses di Bak Pengedap Awal

Di dalam unit IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak


pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan


ke bak kontaktor anaerob (biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari
atas ke bawah. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi
dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah
bak kontaktor anaerob terdiri dari satu ruangan. Penguraian zat-zat
organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik
atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme.
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang
belum sempat terurai pada bak pengendap.

2.4 Proses Di Bak Kontaktor

Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke


bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan
media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi
atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian
air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang
mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering
dinamakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Foto bak aerasi
ditunjukkan pada gambar 10, sedangkan foto blower udara
ditunjukkan pada gambar 11.

2.5 Proses di Bak Pengendap Akhir

Dari bak aerasi, air mengalir ke bak pengendap akhir. Di


dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme
diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke bagian bak
pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur. Debit pompa
sirkulasi ini dapat diatur dengan buka tutup kran.
Tabel 1. Lokasi Bak Pengumpul Dan Tipe Pompa Pada Setiap Bak
Gambar 4. Potongan Bak Equalisasi

Gambar 5. Potongan Melintang IPAL


Gambar 6. Potongan Bak Pengolah Lanjut

Gambar 7. Bentuk Fisik IPAL Domestik, Equalisasi (kiri) dan


IPAL (kanan)
Gambar 8. Bak Pemisah Lemak Minyak Yang Menyatu Dengan
Bak Equalisasi

Gambar 9. Bak Kontaktor Anaerob-Aerob Yang Diisi Media


Tumbuh Mikroba Tipe Sarang Tawon
Gambar 10. Proses Aerasi Air Limbah Di Bak Aerasi

Gambar 11. Instalasi Blower Udara Untuk Proses Aerasi Air Limbah

Sebagian air di bak pengendap akhir melimpas (over flow)


melalui weir menuju ke bak pengolah lanjut. Di bak pengolah lanjut
ini air limbah olahan IPAL di proses lagi dengan biofilter aerobik. Bak
pengolah lanjut ini terdiri dari 5 ruang. Ruang pertama adalah ruang
aerasi, ruang kedua adalah ruang biofilter aerobik, ruang ketiga
adalah penampung air olahan, ruang ke empat adalah ruang
biokontrol dan ruang ke lima adalah ruang penampung air untuk
diproses Ultra Filtrasi. Dari ruang aerasi, air limbah selanjutnya
mengalir ke ruang biofilter aerobik dengan arah aliran dari bawah ke
atas. Dari biofilter aerobik air limbah melimpas melalui weir menuju
ke ruang penampung air limbah. Dari ruang penampung air limbah
ini dipompa menuju filter karbon, sebagian yang tidak sempat
terpompa akan melimpas ke saluran pembuangan melalui flow
meter. Dari filter karbon air limbah selanjutnya dialirkan menuju ke
bak penampungan untuk diproses Ultrafiltrasi sambil diinjeksikan
khlor melalui pompa dozing.

Ultrafiltrasi yang digunakan terdiri dari 8 membran dengan


3
kapasitas sekitar 80 m per hari yang ditempatkan bersama filter
karbon di dalam ruang operator. Alat ini beroperasi secara otomatis
yang diatur dengan PLC. Air olahan ultrafiltrasi ditampung pada bak
penampung re-use yang berlokasi di samping ruang operator.
Apabila air di bak penampung re-use ini penuh, maka akan terjadi
overflow. Over flow ini dialirkan ke bak biokontrol dan selanjutnya
apabila di bak biokontrol ini penuh maka akan melimpas ke saluran
pembuangan melewati flow meter bersama dengan air olahan IPAL.

Gambar 12. Foto Kolam Bio Indikator


Gambar 13. Over Flow Melewati Weir Pada Bak Pengendap Akhir

Skema proses pengolahan air limbah domestik dengan


sistem biofilter anaerob-aerob yang dilengkapi dengan proses re-use
dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Proses IPAL Domestik dengan Proses
Biofilter Anaerob- Aerob yang Dilengkapi Proses Re-Use.
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SISTEM KELISTRIKAN IPAL DOMESTIK


3.1 Kelistrikan IPAL secara Umum

Peralatan pompa dan blower IPAL domestik PT. UCC di


kontrol dari panel pada ruang operator. Sumber listrik utama
(Incoming) di ambil dari ruang pompa di samping 2 PC. Pompa
meliputi pompa sirkulasi air limbah, pompa air limbah di bak
equalisasi dan pompa-pompa di bak pengumpul. Khusus untuk
pompa bak pengumpul Bp.4, Bp.5 dan Bp.8 dapat di operasikan dari
kontrol panel IPAL maupun dari lokasi masing-masing Bp. Pompa-
pompa bak pengumpul di lengkapi dengan level kontrol. Blower
udara ada 2 unit menggunakan listrik 3 phase dengan daya 3800
watt per unitnya. Wiring diagram kelistrikan ada pada Gambar 15.
Gambar 15. Wiring Diagram Kelistrikan IPAL
Panel listrik dengan ukuran 60 x 80 cm ditempatkan pada
ruang operator yang berada menempel dengan dinding IPAL.
Dilengkapi dengan CT, main breaker dan MCB, kontaktor serta Volt
meter dan ampere meter. Di dalam panel listrik juga dilengkapi
dengan travo penurun tegangan untuk mensuplai listrik 110 Volt.
Foto panel listrik ditunjukkan pada gambar 17. dan Gambar 18.

Sedangkan kontrol kelistrikan untuk pompa di bak


pengumpul mengambil sumber listrik terdekat dengan bak
pengumpul. Untuk menghidupkan pompa di bak pengumpul dipakai
MCB 10 amper dan selector switch untuk pompa 3 phase. Yang
lainya 1 phase menggunakan manual MCB 10 amper.

Gambar 16. Panel listrik IPAL


Gambar 17. Kontrol Panel Untuk Pompa Bak Pengumpul

3.2 Kelistrikan Pompa Karbon Filter

Untuk pompa karbon filter dijalankan dari panel tambahan


yang dihubungkan dengan stop kontak di ruang operator. Panel ini
dilengkapi dengan level kontrol yang berfungsi untuk menghidup
matikan pompa secara otomatis sesuai dengan level air. Rangkaian
terdiri dari satu buah selector ON/OFF, MCB 1 phase 10 ampere,
coil contactor dan lampu indikator dan satu set relay level kontrol.
Wiring diagram untuk pompa filter karbon ada pada Gambar 18
Gambar 18. Wiring Diagram Kelistrikan Pompa Filter Karbon

3.3 Cara Pengoperasian Sistem Kelistrikan IPAL

Cara pengoperasian sistem kelistrikan IPAL , yaitu :


• Untuk supaya sistem kelistrikan di IPAL berjalan, maka Main
breaker di panel harus dalam posisi ON;
• Cek ampere dan pastikan semua arus mengalir pada R, S
dan T dengan memindahkan posisi selector switch;
• Untuk menjalankan pompa di bak equalisasi, selector switch
yang ada tulisan pompa equalisasi diputar pada posisi ON, dan
sebaliknya untuk mematikan;
• Untuk menjalankan pompa sirkulasi di pengendap akhir,
selector switch yang ada tulisan pompa recycle diputar pada
posisi ON, dan sebaliknya untuk mematikan;
• Untuk menjalankan blower udara, selector switch yang ada
tulisan blower diputar pada posisi ON, dan sebaliknya untuk
mematikan;
• Kelistrikan di bak pengumpul 4, 5 dan 8 dapat dimatikan melalui
panel di IPAL. Pada saat hari hujan, untuk mematikan kelistrikan
pompa di bak pengumpul 4 atau 5 atau 8, caranya dengan
memutar selector switch ke posisi OFF dan sebaliknya untuk
menghidupkannya.
• Untuk menghidupkan pompa filter karbon, selector switch harus
dalam keadaan ON. Selanjutnya hidup matinya pompa
tergantung level air.
BAB IV
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SISTEM IPAL DOMESTIK

4.1 Prosedur Start-Up IPAL

Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai


dibangun atau pada saat terjadi masalah besar sehingga perlu total
pengurasan. Untuk melakukan start-up IPAL, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah pengecekan sistem IPAL secara
keseluruhan. Pengecekan IPAL meliputi pengecekan kebocoran bak,
pengecekan perpipaan dalam IPAL, pengecekan sistem kelistrikan,
pengecekan pompa-pompa, pengecekan sistem suplai udara ke
reaktor aerobik dan pengecekan bak-bak pengumpul. Setelah yakin
kalau sistem IPAL sudah sempurna, selanjutnya dilakukan pengisian
IPAL dengan urutan sebagai berikut:

• Semua aliran air limbah dari sumber limbah ke bak pengumpul


disambung, pompa di bak pengumpul dihidupkan, sehingga aliran air
limbah akan menuju ke bak pemisah lemak yang yang menyatu
dengan equalisasi. Biarkan bak equalisasi terisi penuh dengan air
limbah sampai air limbah over flow melalui pipa menuju ke saluran
air hujan. Sistem over flow ini dibuat untuk mengantisipasi kalau
pompa di bak equalisasi ada kerusakan sehingga tidak terjadi luapan
air di equalisasi. Pada posisi penuh dengan air limbah, cek semua
dinding bak equalisasi apakah ada kebocoran atau tidak.
• Selanjutnya air limbah dari bak equalisasi dipompa ke IPAL
(bioreaktor/bak anaerobik-aerobik dan pengendap akhir) sampai
mencapai level penuh. Pengisian IPAL diusahakan merata jangan
sampai sebagian penuh, bagian yang lain masih kosong. Ini
dimaksudkan untuk meratakan beban air di IPAL guna menghindari
risikoretakan beton.

• Setelah IPAL penuh selanjutnya blower pada bak aerobik dihidupkan


dan cek apakah udara keluar melalui difuser secara merata atau
tidak. Kalau tidak merata maka perlu perbaikan difuser udara.
• Langkah selanjutnya adalah mengisi IPAL dengan bibit atau seed
mikroba atau bakteri. Seed mikroba diambilkan dari instalasi
pengolahan air limbah domestik yang sudah diketahui kinerjanya
3
berjalan dengan baik. Jumlah seed mikroba sekitar 5 – 10 m . Untuk
kasus PT. UCC, seeding mikroba dilakukan secara alami tanpa
tambahan mikroba dari luar. Ini dilakukan untuk menghindari bau
yang dapat timbul karena ada sebagian mikroba yang mati pada
saat seeding. Apabila proses pertumbuhan mikroba lambat (ditandai
dengan kualitas outlet IPAL jelek) maka harus dilakukan seeding
mikroba.
• Selanjutnya hidupkan pompa sirkulasi, dengan demikian mikroba
lama kelamaan akan tumbuh dan melekat pada permukaan media
biofilter.
• Pompa air limbah di bak equalisasi dihidupkan dan kecepatan alir di
atur sebagai berikut:
3
Minggu pertama: Aliran dibuat diatur sebesar 60 m /hari;
Minggu kedua : Aliran diatur sebesar 100 m3/hari;
Minggu ketiga : Aliran air limbah di set sampai kapasitas maksimum,
3
yaitu 130 m per hari. Debit air limbah dapat dipantau dari jalannya
meteran air limbah yang ada di outlet IPAL maupun yang ada di Inlet
filter karbon. Dan pengaturan debit dilakukan
dengan memperbesar dan memperkecil bukaan valve yang ada
pada sistem perpompaan di bak equalisasi.

Setelah selesai masa seeding, selanjutnya dilakukan


pemantauan secara kontinyu (Swa-pantau). Semua Industri yang
sudah memiliki IPAL diwajibkan melakukan Swa-pantau harian oleh
BPLHD DKI. Yang paling mudah dan ekonomis adalah swa pantau
debit air limbah, swa pantau pH, swa pantau Total Suspended Solid

(TSS) dan pemantauan organik KMnO 4. UPJTL akan melakukan


analisa kualitas air yang meliputi inlet IPAL, outlet IPAL dan Air
olahan proses re-use.
Setiap 3 (tiga) bulan, sampel dari inlet dan outlet IPAL harus
diambil dan dianalisakan komposisinya di laboratorium BPLHD DKI.
Kemudian hasil analisa tersebut dilaporkan ke BPLHD DKI jakarta.

4.2 Pengoperasian Blower Udara

Unit IPAL ini dilengkapi dengan 2 buah blower udara tipe


TSB 65 dua unit. Blower dioperasikan bergantian secara terus
menerus (kontinyu). Periode penggatian pengoperasian blower
dilakukan setiap hari sekali. Apabila terjadi beban air limbah yang
berlebih, disarankan untuk menghidupkan blower kedua-duanya.
Gambar 19. Blower udara tipe TSB 65, 2 unit
Perawatan :
Blower ini menggunakan oli,dan oli harus diganti setiap 3
(tiga) bulan sekali, Jenis oli yang dipakai adalah oli SAE-90,
Detail petunjuk perawatan dapat dilihat pada buku manual blower
terlampir.
4.3 Pengoperasian Pompa Air Limbah di Bak Pengumpul

Bak pengumpul dilengkapi dengan pompa submersible.


Pompa ini dalam keadaan biasa harus tersambung arus listrik.
Apabila air limbah dalam bak pengumpul sudah habis, maka pompa
secara otomatis akan mati. Demikian juga sebaliknya apabila bak
pengumpul terisi air limbah sampai level tertentu, maka pompa akan
hidup kembali secara otomatis. Untuk bak pengumpul BP4, BP5 dan
BP 8, karena bercampur dengan air hujan, maka apabila hari hujan
dapat dimatikan melalui kontrol panel yang ada di ruang operator.

Perawatan :
Perlu pembersihan kotoran yang nyangkut di kipas pompa
minimal 1 bulan sekali. Pada saat dilakukan pembersihan pompa,
arus listrik harus dalam keadaan terputus. Detail perawatan dapat
dilihat di buku manual pompa.

4.4 Pengoperasian Pompa Air Limbah dan Pompa Sirkulasi

Unit IPAL dilengkapi dengan 2 buah pompa air limbah yang


ditempatkan di bak equalisasi dan dihidupkan bergantian, dan 2
buah pompa sirkulasi (submersible pump) di pengendap akhir yang
dioperasikan bergantian pula. Dua pompa dimaksudkan satu untuk
cadangan. Pompa di equalisasi maupun di pengendap akhir harus
jalan terus jangan sampai mati. Pompa ini secara otomatis akan
berjalan jika permukaan air limbah di dalam bak ekualisasi cukup
tinggi dan akan berhenti secara sendirinya jika permukaan air di
dalam bak ekualisasi turun sampai level minimum.
Pompa sirkulasi dimaksudkan untuk mengembalikan
sebagian air limbah ke pengendapan awal supaya reaksi peruraian
polutan dalam air limbah semakin sempurna, khususnya
penghilangan amonia. Besar kecilnya sirkulasi air limbah dapat
diatur dengan buka tutup valve. Kalau sirkulasi terlalu besar maka air
olahan IPAL cenderung TSSnya tinggi.

Perawatan:
Perlu pembersihan kotoran yang nyangkut di kipas pompa minimal 1
bulan sekali. Pada saat perawatan pompa, arus listrik harus dalam
keadaan terputus. Detail perawatan dapat dilihat di buku manual
pompa.

4.5 Pengoperasian Pompa Filter Karbon

Filter karbon digunakan untuk menyaring, menghilangkan


bau, menurunkan warna yang masih ada pada air limbah hasil
olahan IPAL. Filter ini dijalankan menggunakan pompa centrifugal
linear merk CNP CHL-8-40. Untuk menjalankan pompa cukup
menghidupkan kontaktor yang ada dipanel tambahan dalam ruang
operator. Pompa ini dilengkapi dengan sensor level yang mana
apabila air di bak penampung feed filter karbon habis, maka pompa
akan otomatis berhenti demikian juga sebaliknya.

Perawatan:
Detail perawatan dapat dilihat di buku manual pompa. Pada saat
perawatan pompa, arus listrik harus dalam keadaan terputus.
4.6 Pengoperasian Filter Karbon

Proses karbon filter terbagi dalam dua jenis yaitu proses


filtrasi/produksi dan pembersihan (backwash). Tahapan dari masing-
masing proses dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses Filtrasi/Produksi
Didefinisikan sebagai proses penyaringan (filtrasi) air outlet hasil
olahan IPAL dari bak penampung outlet menjadi air yang siap
untuk diproses Ultrafiltrasi. Tahapan proses filtrasi adalah sbb:
a. Pastikan jumlah air hasil olahan IPAL dalam bak penampung
cukup;
b. Tutup V1, V2, V4, V6, V8, dan V10;
c. Buka V3, V5, V7 dan V9;
d. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel
control kearah ON. Selanjutnya pompa akan berhenti
otomatis apabila level air rendah. Dan akan hidup kembali
apabila level air mencapai tingkat tertentu.

2. Proses Backwash
Didefinisikan sebagai proses pembersihan karbon sehingga
karbon dapat berfungsi dengan baik. Backwash dilakukan
seminggu sekali atau tergantung dari kualitas air hasil filtrasi
karbon. Tahapan proses backwash adalah sbb:
a. Matikan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel
control kearah OFF;
b. Tutup V3, V7, V9 dan V10;
c. Buka V4, V5, V6 dan V8;
d. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel
control kearah ON;
e. Lakukan proses ini selama 10 menit;

Gambar 20. Skema Proses Filtrasi dan Backwash Filter


Karbon Keterangan:
Nomor Valve Dengan Lingkaran Lingkaran: Posisi Valve Terbuka,
Nomor Valve Tanpa Lingkaran: Posisi Valve Tertutup
4.7 Pengoperasian Ultrafiltrasi

Untuk melakukan pengoperasian ultrafiltrasi yang perlu


diperhatikan adalah level air di bak air olahan Filter Karbon Harus
mencukupi dan valve-valve pada posisi yang benar. Cara
mengoperasikan Ultrafiltrasi hanya dengan menekan tombol ON dan
OFF yang ada pada panel ultrafiltrasi. Alat ini akan secara otomatis
bekerja menyaring dalam tempo 10 menit dan melakukan backwash
dalam 30 detik. Setiap seminggu sekali harus dilakukan cleaning.
Prosedur selengkapnya untuk pengoperasian ultrafiltrasi ada pada
manual terlampir.

Perawatan :
Perlu dilakukan pencucian (CIP) membran secara periodik satu
minggu sekali mengunakan larutan kimia NaOH, Sodium
Tripolipospat, EDTA, Asam Citrat dan Kaporit cair.

4.8 Pengoperasian Pompa Dozing Kaporit

Pompa dozing kaporit dipergunakan untuk memompa


larutan khlor ke aliran air yang menuju tangki feed ultrafiltrasi.
Pompa ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan chlor yang ingin
diinjeksikan. Semakin banyak khlor, maka air olahan akan menjadi
semakin jernih. Untuk kasus di UCC, khlor yang diinjeksikan adalah
200 mg/l. Pompa dozing kaporit ini telah di atur hidup secara
otomatis apabila pompa filter karbon dalam keadaan hidup. Untuk
mengatur dosis, dapat dilakukan dengan mengatur putaran pompa
melalui tombol yang ada di pompa dosing. Secara lengkapnya ada
pada manual pompa dosing prominent.
4.9 Pengoperasian dan Perawatan Bak Pengumpul

Bak pengumpul berfungsi untuk menampung sementara air


limbah domestik dari sumber-sumber limbah. Jumlah bak pengumpul
ada 12 buah dan masing masing diberi nomor dari 1 sampai dengan
12.

BP 01: untuk mengumpulkan air limbah dari toilet dan wastavel


dekat pos Satpam. Air limbah sebelum masuk BP terlebih dahulu
dilewatkan melalui bak kontrol. Di bak kontrol ini hampir setiap hari
dijumpai sampah plastik, karet kertas dan lain-lain. Untuk itu bak
kontrol harus dibersihkan setiap hari supaya tidak timbul genangan
dan bau. Untuk bak pengumpulnya minimal harus di cek dan
dibersihkan seminggu sekali Pembersihan meliputi pembersihan
sampah dan pompa.

BP 02: untuk menampung air limbah dari BP1 dan dari tempat
wudhu mushola dekat pos Satpam. Khusus saluran air dari tempat
wudhu harus sering dibersihkan minimal setiap hari karena banyak
sampah daun yang berpotensi menyumbat. Untuk bak
pengumpulnya minimal harus dilihat dan dibersihkan seminggu
sekali. Pembersihan meliputi pembersihan sampah dan pompa.

BP 03: untuk menampung air limbah dari BP2, pembersihan dan


pengontrolan dilakukan seminggu sekali. Pembersihan meliputi
pembersihan sampah dan pompa.

BP 04: untuk menampung air limbah dari 3Pcs dan dari BP3. Air
limbah yang masuk ke BP ini banyak terikut sampah. Sehingga harus
sehari sekali dibersihkan. Pembersihan meliputi pembersihan sampah di
bak kontrol, pembersihan saringan di BP dan pembersihan sampah di
BP. Pada saat hari hujan, maka pompa harus dimatikan dari ruang
operator agar supaya air hujan tidak masuk ke IPAL. Bila hujan sudah
reda, pompa harus dihidupkan kembali.

BP 05: untuk menampung air limbah dari 2Pcs. Yang perlu


diperhatikan adalah pada saat melakukan Cleaning Ultrafiltrasi
pompa bak pengumpul harus dimatikan. Demikian juga pada saat
hujan deras, maka pompa bak pengumpul haris dimatikan.
Pembersihan dan pengecekan BP 3 ini harus dilakukan 3 hari sekali,
meliputi pengangkatan sampah dan pembersihan pompa.
BP6: untuk menampung air limbah dari front office. Pembersihan
dan pengecekan BP 3 ini harus dilakukan seminggu sekali, meliputi
pengangkatan sampah dan pembersihan pompa.

BP 07: untuk menampung air limbah dari BP6 dan dari BP8 serta
dari toilet poliklinik. BP ini harus dilakukan pengecekan dan
pembersihan seminggu sekali meliputi pengangkatan sampah dan
pembersihan pompa.

BP 08: untuk menampung air limbah dari puslatek. Harus dilakukan


pembersihan setiap hari terutama pada saringan dari saluran yang
masuk ke BP.

BP 09: untuk menampung air limbah dari kantin. BP ini dilengkapi


dengan bak pemisah lemak minyak. Yang harus diperhatikan adalah
setiap saat ada lemak menumpuk harus diambil agar supaya tidak
masuk ke BP dan IPAL. Frekwensi pembersihan khusus untuk
Pemisah lemak dan BP ini harus dilakukan sesering mungkin.
Pembersihan meliputi pengangkatan minyak dan lemak di pemisah
lemak atau BP, pengangkatan endapan di pemisah lemak atau BP,
dan pembersihan pompa. Untuk pembersihan pompa dapat
dilakukan 3 hari sekali.

BP 10: sebagai BP antara untuk menampung air limbah dari BP7


dan BP9. BP ini selama pengecekan harian kondisinya selalu bersih.
Untuk itu frekwensi pembersihan dapat dilakukan seminggu sekali
yang meliputi pembersihan sampah dan pengecekan pompa.

BP 11: untuk menampung air limbah dari toilet scrap dan dari BP 10.
BP ini selama pengecekan harian kondisinya selalu bersih. Untuk itu
frekwensi pembersihan dapat dilakukan seminggu sekali yang
meliputi pembersihan sampah dan pengecekan pompa.

BP 12: untuk menampung air limbah dari 2PC WH dan dari BP 11.
Sering dijumpai tanah atau lumpur yang masuk BP ini. Oleh karena
itu harus dilakukan pembersihan saringan pompa dan pengangkatan
lumpur dari dasar BP 3 hari sekali.
BAB V
SPESIFIKASI BANGUNAN IPAL
DAN PERALATAN

5.1. Spesifikasi Bangunan

a. Bak Pengumpul
• Ukuran : lihat gambar as built.
• Jumlah ruang : 2 ruang.
• Material : Beton tebal 15 cm, besi 10 mm satu lapis.
• Manhole: Beton.
• Pemisahan antar ruang: perpipaan tee 4”.
• Finishing: bagian luar di aci dan cat serta penomoran,
bagian dalam di water proofiing boscolastic.
• Kelengkapan: pompa submersible atau pompa centrifugal.

Gambar 21 : Bak Pengumpul (BP)


Gambar 22. : Kelengkapan di dalam BP

1. Tangki Septik TIPE BESAR


• Ukuran: lihat gambar as built.
• Jumlah ruang : 3 ruang.
• Material : Beton tebal. 15 cm, besi 10 mm satu lapis
• Manhole: Beton.
• Pemisahan antar ruang: perpipaan tee 4”.
• Finishing: bagian luar di aci dan cat bagian dalam di water
proofing boscolastic.
• Kelengkapan: pipa pembuangan gas.
Gambar 23 : Tangki Septik Tipe Besar

Gambar 24 : Bagian dalam tangki septik tipe Besar

2. Tangki Septik TIPE KECIL


• Ukuran: lihat gambar as built.
• Jumlah ruang: 3 ruang.
• Material : Fiber dilapis adukan semen bagian dinding dan lapis
cor bagian atas.
• Manhole: 2 lapis, Fiber dan Beton.
• Pemisahan antar ruang: sekat fiber
• Finishing: bagian luar di aci dan di cat.
• Kelengkapan: media biocell dan pipa pembuangan gas.

Gambar 25 : Tangki Septik Tipe Kecil

b. Bangunan IPAL
• Ukuran: lihat gambar as built.
• Jumlah bangunan : 3 bak utama, Pemisah lemak equalisasi,
Bak IPAL dan Bak Pengolah Lanjut.
• Material : Beton bertulang K250 pembesian besi 12 dua
lapis untuk bagian dinding dan plat atas, besi 14 dan 12 untuk
bagian lantai dasar. Jarak pembesian 20 cm. Tebal beton 20 cm
untuk lantai dan dinding, 15 cm untuk plat atas. Manhole: Plat
alumunium bordes.
• Pemisahan antar ruang: sekat beton bertulang dengan
ketebalan 15 cm.
• Finishing: bagian luar di aci dan cat , bagian dalam diaci,
water proofing 2 lapis (epoxy dan boscolastic).
• Kelengkapan: sistem perpipaan udara dan air limbah, media
tumbuh mikroba tipe sarang tawon, media pompa sirkulasi dan
pompa feed di equalisasi, pagar keliling IPAL dengan BRC, ruang
pompa blower udara dengan pintu alumunium serta

Gambar 26 : Bangunan Lengkap IPAL

Gambar 27 : Ruang pompa Blower Udara


c. Bangunan Ruang Operator
• Ukuran: lihat gambar as built
• Jumlah ruang : 2 ruang, ruang operator dan ruang alat
Ultrafiltrasi. Material : Dinding dari bata berah di plester dan di
aci, sloop beton, Pondasi batu kali, Atap dak beton bertulang.
• Kusen dan Jendela : Kusen kayu kamper oven, dengan kaca
rayben. Lantai : Keramik putih ukuran 30 x 30 cm.
• Cat Dinding warna putih jotashield, Kusen warna abu-abu Ftalit,
Dak atas warna abu-abu Jotun.
• Kelengkapan : Wastavel dan lampu penerangan.

Gambar 28 : Bangunan Ruang Operator IPAL

d. Bak Penampungan Air Olahan Proses Re-use


• Ukuran: lihat gambar as built.
• Material: Lantai cor beton bertulang, dinding pasangan batu
merah dengan sloop, diplester dan diaci, Dak atas beton
bertulang
• Finishing: Bagian luar diaplester dan diaci, bagian dalam
diplester, diaci dan diwater proofing menggunakan boscolastic
dan epoxy.
• Kelengkapan: sistem perpipaan menuju ke bak biokontrol,
pompa centrifugal.

Gambar 29 : Bak Penampung Air Olahan Hasil Re-Use

e. Sistem Perpipaan Air Limbah dari Sumber Limbah.


• Ukuran pipa: 2” (dari BP ke BP ke IPAL), 3, 4, 6, 8” dari sumber
limbah menyesuaikan pipa lama.
• Jenis pipa: PVC rucika AW.
• Sistem sambungan: shock dilem, dan water moor untuk setiap 4
batang pipa.
• Sistem pemasangan: dengan klem ke dinding saluran
drainase.

Gambar 30 : Pipa-pipa limbah dari Bak Pengumpul

f. Sistem Perpipaan Blower udara.


• Ukuran Pipa : Diameter 2 inch.
• Material : Galvanis dan PVC.
• Sistem sambungan : water moor.
• Pemasangan: Sebagian tertanam dalam beton, untuk pipa
difuser di klem ke dinding IPAL dengan stainless.
Gambar 30 & 31 : Perpipaan untuk Blower Udara

5.2 Spesifikasi Peralatan

a. Pompa Feed di Equalisasi dan pompa Sirkulasi


• Merk : Ebara
• Tipe : DVS 5.4 manual
• Debit : 4,8m3/jam (max) Head 10m
• Listrik: 0,4 Kw, 1 phase
• Jumlah: masing masing 2 unit

b. Pompa Bak Pengumpul BP01, BP02, BP05, BP08


• Merk : Ebara
• Tipe : DVS 5.4 Otomatis
• Debit : 4,8m3/jam (max) Head 10m
• Listrik: 0,4 Kw, 1 phase
• Jumlah: masing masing 1 unit
c. Pompa Bak Pengumpul BP03, BP06, BP09, BP10
• Merk : Ebara
• Tipe : DVS 5.75 Otomatis
• Debit : 4,8m3/jam (max) Head 15m
• Listrik: 0,75 Kw, 3 phase
• Jumlah: masing masing 1 unit

Gambar 32 : Pompa-pompa Tipe DVS untuk Bak Pengumpul

 Pompa Bak Pengumpul BP04, BP07, BP12,


• Merk : Ebara
• Tipe : Centrifugal, 2HA52.2, 50 x 40 Otomatis
• Debit : 18m3/jam (max) Head 30m
• Listrik: 2,2 Kw, 3 phase
• Jumlah: masing masing 1 unit
Gambar 33 : Pompa Tipe Centrifugal Bak Pengumpul

d. Pompa Filter Carbon


• Merk: CNP
• Tipe : Centrifugal CHL 8-40
• Debit: 10m3/jam (maks), Head 26m
• Listrik: 1,5Kw, 1 Phase

Gambar 34 : Pompa Filter Carbon UF


 Pompa Dozing Kaporit
• Merk : Prominent
• Tipe : Concept Plus
• Kapasitas: 4,2 liter/jam

Gambar 35 : Pompa Dozing utk Kaporit

 Media tumbuh mikroba


• Tipe : Sarang tawon
• Material: PVC sheet
• Volume rongga: 0,98
• Luas permukaan: 225m2/m3
Gambar 36 : Media Tempat Tumbuh Mikroba

g. Unit Ultrafiltrasi
• Material : Mild steel
• Diameter : 1 m
• Tinggi : 1,5m
• Operasi : manual
• Jumlah modul : 8 modul
• Rangka : stainless steel
• Prefilter : arkal 100 mikron
• Spek Detail : lihat manual UF
Gambar 37 : Unit Ultrafiltrasi

h. Water meter
• Merk : WestingHaus
• Material : Cast Steel
• Tipe : Rotary
• Pembacaan : Analog
• Diameter : 3” (outlet IPAL), 2” (outlet filter karbon)
Gambar 38 : Water meter

i. Sistim Kelistrikan
• Panel
• Kabel utama
• Kabel ke pompa
• Main breaker
• Pilot lamp
• Selector switch
• Indikator

5.3 Peralatan Safety IPAL

Sistem safety yang dipasang pada IPAL domestik PT. UCC


adalah sebagai berikut:
- Sistem overflow di seluruh bak pengumpul. Ini dimaksudkan agar
supaya apabila pompa bak pengumpul mati tetapi tidak diketahui,
maka tidak mengakibatkan air meluap di sumber limbah maupun
di BP.
- Sistem overflow di bak equalisasi. Ini dimaksudkan agar supaya
apabila pompa di bak equalisasi mati, maka tidak akan terjadi
luapan air di equalisasi.
- Floating switch di bak pengolah lanjut. Dimaksudkan agar supaya
apabila bak kosong, maka pompa tidak akan bekerja.
- Pressure switch di Filter Karbon, untuk menghindari tekanan
berlebih di filter karbon. Tekanan di filter karbon diatur maksimal
2 bar. Apabila tekanan melampaui 2 bar maka pressure switch
akan bekerja dan pompa filter karbon mati.
- Pressure switch di ultra filtrasi, untuk menghindari tekanan berlebih
di membran ultrafiltrasi. Tekanan di ultra filtrasi diatur maksimal 2
bar. Apabila tekanan melampaui 2 bar maka pressure switch akan
bekerja dan kelistrikan di ultrafiltrasi terputus.
- Sistem overload di panel listrik, dimaksudkan untuk memutus
arus listrik apabila terjadi beban berlebih.
BAB VI
PERAWATAN DAN PERMASALAHAN
IPAL DOMESTIK

6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan

Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain :


• Hindari sampah padat ukuran besar (plastik, kain, batu, softex,
dll.) yang masuk ke dalam bak pengumpul.
• Diusahakan sedapat mungkin untuk mencegah masuknya
sampah padat ke dalam sistem IPAL.
• Bak pengumpul, bak pemisah lemak dan equalisasi harus
dibersihkan secara rutin minimal satu hari sekali atau segera jika
terjadi gumpalan lemak maupun sampah padat tepung atau daging.
• Menghindari masuknya zat-zat kimia beracun yang dapat
mengganggu pertumbuhan mikroba yang ada di dalam biofilter
misalnya logam berat dari produksi, oli, asam, minyak dan lemak
yang berlebihan.
• Perlu pengurasan lumpur di dalam Bak ekualisasi dan bak
pengendapan awal yang tidak dapat terurai secara biologis secara
periodik. Biasanya dilakukan minimal 6 bulan sekali atau disesuaikan
dengan kebutuhan.
• Perlu perawatan rutin terhadap pompa pengumpul, pompa air
limbah, pompa sirkulasi serta blower. Perawatan pompa dilakukan
dengan membersihkan kotoran yang tersangkut pada baling-baling
pompa atau saringan pompa dan dilakukan secara periodik. Pada
saat pembersihan pompa, arus listrik harus dalam keadaan mati.
• Perawatan pompa dan blower udara dapat dilihat pada buku
operasional dan perawatan dari pabriknya.
6.2 Permasalahan dan Cara Penanganannya

Jenis Penyebab Cara Mengatasi


Permasalahan
Bak penampung atau Pompa pengumpul Cek aliran listrik
bak kontrol air limbah air limbah tidak pompa, cek posisi
luber dan terjadi berjalan atau pelampung otomatis
overflow. saringan buntu. pompa, bersihkan
saringan dari
kotoran-kotoran
Aliran air limbah ke Pompa air limbah di Cek pompa air limbah,
dalam IPAL lambat dalam bak cek perpipaan air
atau pelan. Bak ekualisasi kurang limbah, Jika tersumbat
equalisasi selalu lancar, tersumbat harus dibersihkan.
penuh kotoran.
Blower udara di bak Pipa saluran udara Lepas pipa, dan
aerobik bekerja bocor. Kran udara kemudian sambung
namun tidak tertutup lagi sampai tidak
mengeluarkan bocor. Atur kran udara
hembusan udara.
Blower udara di bak Listrik tidak Cek instalasi
aerobik tidak bekerja. mengalir. kelistrikan ke blower.
Terjadi pengapungan Udara kurang. Cek aliran distributor
di bak aerobik udara dari blower.
……dilanjutkan
Jenis Penyebab Cara Mengatasi
Permasalahan
Kualitas air limbah Proses peruraian Atur debit air limbah
hasil olahan tidak limbah berkurang rata-rata sesuai
memenuhi baku karena aktifitas dengan kapasitas.
mutu lingkungan mikroba melemah. Periksa blower dan
Hembusan udara di pipa pengeluaran
unit aerobik kurang. udara. Apabila terjadi
Debit dan kadar kebocoran, perbaiki.
polutan air limbah Kurangi polutan dari
melebihi kapasitas sumber limbah
IPAL.
Air olahan yang Mikroba dalam Tunggu sampai
keluar masih bau IPAL belum dengan proses start
tumbuh. Suplai –up selesai. Cek
udara kurang, debit blower sudah bekerja
air limbah melebihi dengan baik atau
kapasitas IPAL. tidak.

Timbul busa di bak Kandungan Kurangi pemakaian


pemisah lemak deterjen pada air deterjen yang
maupun pengendap limbah masuk ipal berlebihan.
awal terlalu tinggi Normalnya,
kandungan deterjen 5
-10 ppm
……dilanjutkan
Jenis Penyebab Cara Mengatasi
Permasalahan
Timbul busa di bak Kandungan Kurangi pemakaian
aerobik secara deterjen terlalu deterjen yang
berlebihan tinggi. berlebihan. Spray
Mikroba belum dengan air.
tumbuh normal
Hari hujan sangat Debit air menuju Matikan MCB pompa
deras dalam waktu ke BP04, BP05 dan Pompa bak
lama BP08 terlalu pengumpul di BP04,05
besar karena air dan 08 matikan.
hujan dari atap Setelah hujan reda,
masuk ke BP pompa harus
dihidupkan kembali.
Terjadi banjir Musim hujan dan Seluruh MCB pompa
melimpah dari air genangan air. di bak pengumpul
sungai mokevart dimatikan. Kelistrikan
melimpas ke area pompa dan blower di
pabrik IPAL masih tetap
dijalankan. Apabila
banjir reda MCB
pompa kembali
dihidupkan.
Kualitas air hasil Membran Perlu dilakukan
olahan ultrafiltrasi ultrafiltrasi kotor, pembersihan
jelek membran (CIP)*.
*) CIP dilakukan sesuai dengan prosedur terlampir.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
EVALUASI KINERJA IPAL DAN UNIT RE-USE
AIR OLAHAN IPAL

Untuk melihat performa kinerja IPAL domestik dan unit re-


use air olahan IPAL PT. UCC maka secara berkala telah dilakukan
pemantauan baik dengan cara pengamatan langsung dilapangan
maupun melalui analisa laboratorium independen untuk melihat
parameter-parameter polutan dalam air limbah dan air olahan.
Parameter yang dianalisa adalah parameter yang tercakup dalam
Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 122 tahun 2005 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik, meliputi: derajat keasaman (pH),
chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand

(BOD5), total suspended solid (TSS), minyak/lemak, senyawa

deterjen (MBAS), amonia, senyawa organik (KMNO 4).

Berikut ini disajikan hasil-hasil pengamatan dan hasil analisa


laboratorium dalam bentuk grafik serta bahasan terhadap hasil
tersebut.
1. INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
1.1 Debit Air Limbah Yang Masuk IPAL

Seperti terlihat pada Grafik 1, pada awal beroperasinya


IPAL jumlah air limbah yang masuk IPAL cukup tinggi dan
3
berfluktuatif antara 70 sampai 100 m /hari. Mulai hari ke 22 sampai
hari ke 34 jumlah air limbah masuk IPAL sangat kecil antara 25
3
sampai 60 m /hari. Hal disebabkan karena ada perbaikan pada bak
control three-piece sehingga air limbah dari unit three piece tidak
dialirkan masuk IPAL. Mulai hari ke 35 air limbah dari unit three-
piece sudah dimasukkan kembali kedalam IPAL sehingga jumlah
inlet IPAL naik lagi. Seperti terlihat dalam gambar ini, diperkirakan
jumlah air limbah dari unit three-piece sekitar separoh dari jumlah air
limbah domestik yang dihasilkan PT. UCC. Setelah hari ke 35, total
air limbah yang masuk IPAL relatif berkurang dibanding pada hari-
hari awal IPAL beroperasi. Hal ini diduga karena adanya
penghematan pemakaian air bersih setelah ada sosialisasi IPAL
kepada karyawan PT. UCC, sehingga jumlah air limbah yang masuk
IPAL juga berkurang. Diharapkan langkah-langkah penghematan
pemakaian air bersih dapat berjalan terus, sehingga beban IPAL juga
akan menjadi berkurang.
Grafik 1. Debit Air Limbah

1.2 Chemical Oxygen Demand (COD)

Hasil analisa konsentrasi COD baik inlet maupun outlet IPAL


disajikan pada Grafik 2. Dalam Grafik ini juga juga diplot effisiensi
pengurangan COD, yaitu COD inlet dikurangi COD outlet IPAL kemudian
dibagi COD inlet dan dikali 100%. COD dianalisa seminggu sekali.
Secara umum konsentrasi COD dalam limbah domestik sekitar 200-300
mg/l. Konsentrasi COD yang masuk IPAL PT. UCC berkisar antara 150
sampai 325 mg/l, berada dalam batasan umum limbah domestik.
Sedangkan COD out IPAL berkisar dan 40 sampai 60 mg/l, jauh
dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 80 mg/l. Seiring
dengan berjalannya waktu, kinerja IPAL juga meningkat yang ditandai
dengan naiknya effisiensi mengurangan
COD, yaitu diatas 80% setelah minggu ke 6. Hal ini terjadi karena
mikroba pengurai polutan limbah terus tumbuh dan berkembang biak
disamping sudah beradaptasi dengan limbah domestik PT. UCC.

Grafik 2. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan COD

1.3 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Secara umum untuk limbah organik seperti limbah


domestik, performan konsentrasi BOD hampir sama dengan COD.
Seperti terlihat pada Grafik 3, konsenrasi BOD dalam air olahan IPAL
berkisar antara 15 sampai 20 mg/l, jauh dibawah baku mutu yang
ditetapkan pemerintah yakni 50 mg/l. Effisiensi pengurangan BOD
juga naik seiring dengan lamanya IPAL beroperasi yang
menandakan mikroba makin banyak dan makin aktif. Effisiensi
pengurangan BOD diatas 80% setelah minggu ke 6.
Grafik 3. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan BOD

1.4 Amonia Nitrogen (NH3-N)

Grafik 4 adalah konsentrasi amonia Nitrogen (NH 3-N)


sebelum masuk dan keluar IPAL serta effisiensi pengurangan

amonia Nitrogen (NH3-N). Pada awal-awal IPAL beroperasi,


konsentrasi amonia sangan berfluktuasi, bahkan pada minggu ke 3
konsentrasi amonia dalam air olahan IPAL lebih tinggi inlet IPAL. Hal
ini diduga karena ada pembuangan bahan-bahan kimia yang
mengandung amonia (seperti lateks) kedalam saliran air limbah
domestik. Setelah minggu ke 5 konsentrasi amonia dalam air limbah
dan dalam air olahan IPAL masing-masing sekisar 0,1 mg/l dan 0,01
mg/l. Baku mutu untuk amonia nitrogen adalah 10 mg/l. Effisiensi
pengurangan amonia sangat tinggi diatas 90%.
Grafik 4. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Amonia

1.5 Total Suspended Solid (TSS)

TSS adalah jumlah partikel padat polutan yang tersuspensi


dalam air limbah. Seperti terlihat pada Grafik 5, mulai dari saat IPAL
start-up sampai hari terakhir sampling, konsentrasi TSS dalam air
olahan IPAL berada dibawah 10 mg/l, jauh dari konsentrasi yang
dipersyaratkan pemerintah yakni 50 mg/l. Effisiensi pengurangan
TSS juga sangat tinggi, 80 sampai 90%.
Grafik 5. Konsentrasi Dan Efisiensi Penurunan TSS

1.6 Senyawa Organik Permanganat (KMNO4)

Seperti terlihat pada Grafik 6, sampai minggu ke 6

senyawa organik KMNO4 yang masuk IPAL relatif stabil sekitar 100
mg/l. Pada minggu ke 7 naik hampir 300 mg/l. Namun meskipun

demikian konsentrasi senyawa organik KMNO 4 dalam air olahan


IPAL relatif stabil antara 20 sampai 40 mg/l, jauh dibawah baku mutu
yakni 85 mg/l. Effisiensi pengurangan senyawa organik KMNO4
setelah minggu ke 6 sangat tinggi, sekitar 90 %
Grafik 6. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik KMnO 4

1.7 Minyak dan Lemak

Grafik 7 adalah konsentrasi minyak dan lemak dalam air


limbah yang masuk dan keluar IPAL serta effisiensi pengurangan
minyak dan lemak dalam IPAL. Seperti terlihat disini, meskipun
konsentrasi minyak dan lemak yang masuk IPAL cukup tinggi dan
sangat berfluktuasi namun dalam air olahan IPAL konsentrasinya
dapat diturunkan sampai dibawah 0,5 mg/l. nilai ini jauh dibawah
baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 10 mg/l. Effisiensi
pengurangan minyak dan lemak dalam IPAL diatas 90% setelah
minggu ke 5.
Grafik 7. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik KMnO 4

1.8 Senyawa Deterjen (MBAS)

Senyawa deterjen (MBAS) yang masuk IPAL juga


berfluktuasi (Grafik 8), namun dalam air hasil olahan IPAL
konsentrasinya dapat diturunkan sampai dibawah 0,8 mg/l dengan
effisiensi pengurangan sekitar 80%. Baku mutu deterjen (MBAS)
adalah 2 mg/l.
Grafik 8. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Deterjen (MBAS)

2. UNIT RE-USE AIR OLAHAN IPAL

Unit pengolahan re-use berfungsi sebagai unit finalisasi


proses pengolahan air limbah, yakni untuk mengeliminir polutan-
polutan yang masih tersisa dalam air olahan IPAL.

2.1 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) sangat dipengaruhi oleh


konsentrasi polutan dalam air. Karena air olahan IPAL sudah relatif
bersih maka nilai pHnya juga sudah netral. Seperti terlihat pada
Grafik 9, nilai pH baik sebelum maupun setelah unit re-use hampir
tidak berubah, berkisar antara 7,5 sampai 8,5. Besaran ini masuk
kedalam kisaran normal atau standar untuk air bersih.
10

6
pH (-)

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
pH outlet IPAL pH outlet Re-use

Grafik 9. Derajat Keasaman di Unit Re-use Ultrafiltrasi

2.2 Chemical Oxygen Demand (COD)

Konsentrasi COD air masuk dan keluar unit re-use serta


effisiensi pengurangan COD disajikan pada Grafik 9. Pada minggu
pertama unit re-use beroperasi, kemampuan unit re-use mengurangi
COD sampai 85%. Pada minggu-minggu berikutnya konsentrasi
COD inlet naik menyebabkan COD pada air olahan unit re-use ikut
naik. Naiknya konsentrasi COD inlet ini mengakibatkan effisiensi alat
menjadi turun. Pada minggu ke 6 kwalitas air olahan unit re-use
masih bagus, konsentrasi COD masih dapat dipertahankan dibawah
20 mg/l. Pada minggu ke 7 sedikit naik menjadi 30 mg/l disebabkan
konsentrasi COD inlet juga naik.
2.3 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Sama halnya seperti COD, konsentrasi BOD dalam air


olahan unit re-use juga bagus. Selama proses berlangsung,
konsensentrasi BOD air olahan dapat dipertahankan dibawah 10
mg/l, seperti terlihat pada Grafik 10.

120 100

Efisiensi penurunan COD (%)


100 80
80
60
60
COD (mg/l)

40
40
20 20

0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet COD Outlet re-use COD Efisiensi COD

Grafik 10. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan COD di Unit Re-use


Ultrafiltrasi

2.4 Amonia Nitrogen (NH4-N)

Seperti terlihat pada Grafik 11, pada awal unit beroperasi


konsentrasi ammonia nitrogen dalam air inlet sangat berfluktuasi dan
tinggi, yang mengakibatkan amonia nitrogen dalam air olahan unit re-
use juga tinggi. Setelah minggu ke 5 konsentrasi amonia inlet
mulai stabil dan dalam air olahan dapat diturunkan sampai dibawah
0,01 mg/l.

30 100

Efisiensi penurunan BOD (%)


25 80
20
60
15
BOD5 (mg/l)

40
10

5 20

0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet BOD Outlet Re-use BOD Efisiensi BOD

Grafik 11. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan BOD di Unit Re-use


Ultrafiltrasi

2.5 Total Suspended Solid (TSS)

Grafik 12 adalah konsentrasi TSS dalam air inlet dan outlet


unit re-use serta effisiensi penurunan konsentrasi TSS. Sampai
minggu ke 6 konsentrasi TSS dapat dipertahankan dibawah 10 mg/l,
bahkan pada minggu ke dibawah 5 mg/l. Setelah minggu ke 6
konsentrasi TSS dalam air olahan cenderung naik karena
konsentrasi TSS dalam inlet juga meningggi.
140

Efisiensi penurunan amonia (%)


100
120
80
100
80 60
Amonia (mg/l)

60 40
40
20
20
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet Amonia Outlet re-use amonia Efisiensi amonia

Grafik 12. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Amonia di Unit Re-


use Ultrafiltrasi

2.6 Senyawa Organik Permanganat (KMNO4)

Seperti terlihat pada Grafik13, konsentrasi senyawa


organik permanganat dalam air olahan unit re-use juga masih bagus,
dibawah 10 mg/l. Hanya pada minggu ke 4 dan ke 7 terjadi kenaikan
karena konsentrasi organik permanganat dalan air inlet juga tinggi.
Namun demikian nilainya pada minggu-minggu masih bagus,
dibawah 20 mg/l.
30 100

Efisiensi penurunan TSS (%)


25 80
20
60
15
TSS (mg/l)

40
10
5 20

0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
TSS inlet TSS outlet re-use Efisiensi TSS

Grafik 12. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan TSS


di Unit Re-use Ultrafiltrasi

2.7 Senyawa Deterjen (MBAS)

Konsentrasi deterjen (MBAS) dapat dilihat pada Grafik 13.


Selama proses pengolahan berlangsung, konsentrasi MBAS dalam
inlet cukup berfluktuatif. Namun meskipun demikian, konsentrasi
MBS air olahan unit re-use masih bagus dapat dipertahankan
dibawah 0,2 mg/l.
60 100

Efisiensi Penurunan Permanganat


Nilai Permanganat (mg/l)
50 80
40
60
30
40
20

10 20

(%)
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet Permanganat Outlet re-use permanganat Efisiensi permanganat

Grafik 13. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik


Permanganat di Unit Re-use Ultrafiltrasi

1 100

(%)
0,8 80

0,6 60
Efisiensi penurunan MBAS
MBAS (mg/l)

0,4 40

0,2 20

0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet MBAS Outlet Re-use MBAS Efisiensi MBAS

Grafik 14. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan MBAS di Unit Re-


use Ultrafiltrasi
LAMPIRAN 2
TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL
(diisi oleh operator IPAL)

TABEL SWA PANTAU IPAL DOMESTIK PT. UNITED CAN Co. Ltd.
Bulan :
Tahun :
LAMPIRAN 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ULTRAFILTRASI (UF)

1. Pendahuluan

Saat ini teknologi filtrasi untuk penjernihan air ada dua tipe
yaitu tipe konvensional dengan menggunakan saringan pasir dan
tipe baru dengan menggunakan membrane. Teknologi membrane
saat ini berkembang sangat pesat dan mulai banyak diaplikasikan
untuk berbagai kegunaan mengingat banyak sekali keunggulan-
keunggulan yang dimilikinya dibanding teknologi konvensional.
Untuk keperluan re-use air limbah domestic diperlukan
pengolahan air lanjutan. Air produk olahan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik setelah melalui bak pengendap akhir diproses
lebih lanjut di bak biofilter aerobik untuk selanjutnya di filter karbon
dan di filter dengan membrane UF. Kapasitas membrane dirancang
3
untuk dapat menghasilkan air sebanyak 80m per hari dengan waktu
operasi 20 jam per hari.
Membran UF yang digunakan adalah tipe hollow fiber yang
terbuat dari poly sulfone dan diproduksi oleh Glowtec Beijing. Tingkat
filtrasi dengan membrane ini adalah dapat menahan partikel ukuran
0.1 ~ 0.01 micron dengan tekanan pompa yang rendah dan tanpa
bahan kimia dalam prosesnya sehingga memiliki biaya operasi yang
rendah. Hasil akhir air menggunakan sistem ini selalu konstan dan
bisa menghilangkan bakteri pada waktu yang bersamaan dengan
proses penghilangan material yang tersuspensi dalam air.
Kelebihan teknologi membrane ini diantaranya adalah :

1. Teknologi membrane adalah teknologi yang berwawasan


lingkungan dan ramah lingkungan, tidak menggunakan
bahan kimia yang berbahaya dan menimbulkan
pencemaran.
2. Teknologi membrane memberikan jaminan kualitas air yang
lebih konstan
3. Teknologi membrane dapat memberikan operational cost
yang lebih tetap bila dibandingkan dengan teknologi
konvensional.

2. Desain dan Proses


A. Desain
Dasar dari desain pengolahan air ini adalah untuk
menghasilkan air dengan mutu baik guna memenuhi standard
3
untuk kebutuhan PT UCC, dengan kapasitas olah 80m per hari.
B. Deskripsi Proses

Air baku yang digunakan air yang berasal dari olahan


instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang perlu dikondisikan
terlebih dahulu agar dapat memenuhi standart yang dibutuhkan.
Unit UF ini dirancang untuk pengoperasian otomatis dan
dapat dijalankan dengan pengawasan yang minim dalam jangka
waktu yang lama, dengan produk air yang selalu konstan sepanjang
waktu walaupun kualitas air baku berubah-ubah.
Air olahan IPAL (air baku) yang telah difilter dengan filter
karbon ditampung dalam suatu tangki penampungan air baku (Raw
Water Storage Tank). Air baku dipompakan melalui UF-Feed Water
pump menuju UF-membrane. Sebelum membrane terdapat Arkall
Pre-filter 100 micron ini adalah untuk menangkap partikel-partikel
besar.
Selanjutnya, air produk ditampung ke dalam tangki
penampungan air produk (UF Product Tank).
Sistem UF dikontrol otomatis dengan menggunakan PLC
(Program Logic Control). PLC system ini akan mengatur proses
filtrasi dan backwash secara otomatis. Proses otomatisasi
berdasarkan Setting TIMER, dan akan menggerakkan Automatic
Valve (7 buah) sesuai dengan proses yang diperintahkan oleh PLC.

3. Operasional

Prosedur Start-Up
Proses berikut ini harus diperhatikan pada waktu start-up:
a. Pastikan air yang berada di dalam Tangki Air Kolam berada pada
kondisi penuh.
b. Pastikan air yang berada di dalam Tangki Backwash/CIP berada
pada kondisi penuh (CIP = Clean In Place).
c. Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup dan pompa terisi
air dengan melakukan venting terlebih dahulu.
d. Buka Ball Valve (BV) 2, Tutup BV 3
e. Arahkan switch pada control panel di posisi CIP.
f. Nyalakan MCB di dalam control panel box.
g. Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih
dahulu.

h. Buka Ball Valve (BV) 4 pada pompa backwash (P2) secara


perlahan-lahan dan hati-hati supaya menghindari tekanan dari
pompa yang mendadak.
i. Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 5 menit.
j. Setelah 2 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di
dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.
k. Pastikan semua valve terbuka, kecuali BV 3 dan BV 1 pada
pompa feed (P1).
l. Pastikan tangki backwash/CIP penuh.
m. Arahkan switch pada control panel di posisi OPS (OPS =
Operation).
n. Nyalakan MCB di dalam control panel box.
o. Tekan tombol hijau OPS.
p. Sistem telah berjalan secara otomatis backwash.
Gambar 1. Flow Diagram Sistem Ultrafiltrasi

Pola operasi
Mode Service 1

Gambar 2. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Operasi (Servis)


Mode Backwash

Gambar 3. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Pencucian Balik


(Backwash)

Mode Flush

Gambar 4. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Flushing


Prosedur Shut Down (menonaktifkan sistem).

Sistem ini dapat dimatikan hanya dalam keadaan service


mode (posisi switch pada arah OPS)
1. Tuangkan 0,05% soda ash dengan cara menakar 0,5 KG soda
ash lalu dilarutkan dan dituangkan ke dalam tangki
backwash/CIP pada setiap hari Senin dan Jumat untuk
membantu melepaskan kotoran. (Untuk hari Rabu, ganti soda
ash dengan kaporit cair dengan menuangkan 0,5 Liter kaporit
cair langsung ke dalam tangki backwash/CIP untuk membunuh
bakteri di permukaan membrane).
2. Tekan tombol merah OPS.
3. Arahkan posisi switch ke arah CIP.
4. Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih
dahulu.
5. Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.
6. Setelah 10 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di
dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.
7. Segera tutup BV 1 , 2, 3, 4 dan BV 9, 10 agar membrane UF
selalu dalam kondisi terendam air.
8. Pastikan tangki backwash/CIP penuh.
9. Pastikan Box Control Panel tetap kering.
Posisi Valve selama CIP

Gambar 5. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Cleaning

4. Perawatan

Perawatan bertujuan untuk menjaga kemampuan sistem UF


selalu berada dalam kondisi yang optimal.
Perawatan rutin sistem UF ini meliputi :

 Pembersihan Arkall Prefilter. Bersihkan screen secara


berkala. Setiap hari Senin dan Kamis
 CLEANING MEMBRANE secara CIP (Cleaning In Place)
Cleaning membrane UF dilakukan secara manual setiap hari
Sabtu.
Proses CIP terbagi menjadi dua tahapan :
1. Tahapan pertama, cleaning dengan menggunakan
larutan Soda Ash 0.5 %.
2. Tahapan kedua, desinfeksi dengan menggunakan Sodium
Hypochlorite (NaOCl = Kaporit cair) sebesar 2.5 %.

Prosedur CIP (Sebaiknya dilakukan setiap minggu sekali)

Tahap Pertama : Cleaning dengan Pelarut Kotoran Organik


 Pastikan tangki CIP dengan air produk UF sebanyak 100L.

 Timbang 500 gram soda ash (Na 2CO3), 2000 gram Sodium
Tri Poly Phosphate (STPP, bahan aktif penurun tegangan
permukaan/ surfactant, biasanya ada pada sabun cair), dan

100 gram EDTA (pelarut kerak anorganik).

 Masukkan semua serbuk ini ke dalam tangki CIP.

 Aduk hingga semua serbuk larut dengan baik

 Tutup BV 2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.

 Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.

 Tekan tombol hijau CIP.

 Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 30-45 menit.


Lebih baik bila dalam masa ini UF dibiarkan off/mati selama
satu malam.
 Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air
terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP.
Pastikan air tidak masuk ke kolam air baku.
 Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan
MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.

Tahap Kedua : Pembilasan dengan menggunakan Air UF


• Isi lagi CIP tank dengan air dari UF product hingga 500 L

• Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.

• Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.

• Tekan tombol hijau CIP.

• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.

• Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air


terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP.
Pastikan air tidak masuk ke kolam air baku.

• Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan


MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.

Tahap Ketiga: Desinfeksi


• Ambil 2,5 L Kaporit Cair, ataupun Hydrogen Peroxida, H2O2.
• Masukkan kaporit cair ke dalam 100 L air produk UF
dan aduk sampai merata.
• Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.
 Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.
 Tekan tombol hijau CIP.
 Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 30-45menit.
 Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air
terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP.
PAstikan air tidak masuk ke kolam air baku.
 Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan
MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.

Tahap Keempat : Pembilasan dengan menggunakan Air UF


• Isi lagi CIP tank dengan air dari produk UF hingga 500 L
• Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.
• Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.
• Tekan tombol hijau CIP.
• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.
• Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air
terbuang. Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP.
Pastikan air tidak masuk ke kolam air baku.
• Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan
MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.

Tahap Kelima: Start-Up


• Pastikan air yang berada di dalam Tangki Air Kolam berada
pada kondisi penuh
• Pastikan air yang berada di dalam Tangki Backwash/CIP
berada pada kondisi penuh (CIP = Clean In Place)
• Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup
• Buka Ball Valve (BV) 2, Tutup BV 3
• Arahkan switch pada control panel di posisi CIP.
• Nyalakan MCB di dalam control panel box.
• Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash
terlebih dahulu.
• Buka Ball Valve (BV) 4 pada pompa backwash (P2) secara
perlahan-lahan dan hati-hati supaya menghindari tekanan
dari pompa yang mendadak.
• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 5 menit.
• Setelah 2 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB
di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.
• Pastikan semua valve terbuka, kecuali BV 3 dan BV 1 pada
pompa feed (P1).
• Pastikan tangki backwash/CIP penuh.
• Arahkan switch pada control panel di posisi OPS (OPS =
Operation).
• Nyalakan MCB di dalam control panel box.
• Tekan tombol hijau OPS.
• Sistem telah berjalan secara otomatis backwash.

5. Fouling Pada Membrane

Setelah beroperasi pada periode tertentu, membrane dapat


mengalami fouling. Fouling adalah tertutupnya permukaan
membrane dengan kontaminan atau pengotor. Bahan pengotor atau
kontaminan dinamakan FOULANT. Apabila foulant ini dibiarkan, maka
dapat menyebabkan turunnya performance dari UF system yang pada
akhirnya dapat merusak element dari membrane, sehingga lifetime
(usia pakai) dari membrane menjadi singkat.

Foulant yang biasa dijumpai adalah :


• Kerak dari kalsium karbonat
• Kerak senyawa sulfat dari : Kalsium, Barium atau Stronsium
• Oksida logam dari besi, mengan, tembaga, dan aluminium
• Kerak dari silika yang terpolimerisasi
• Koloid dari senyawa Inorganik
• Bahan organik alami (NOM = Natural Organic Material)
• Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam system
(misal : polymer, dispersant, flocculant)
Mikroorganisme (bakteri, algae dan jamur)

6. Jadwal Perawatan

ITEM PERAWATAN FREKUENSI

UMUM :

Inspeksi dari kebocoran dan kerusakan Harian

Pencatatan indikator Operasional (Pressure, Flow, Harian


TDS)
POMPA DAN MOTOR

Pengecekan terhadap getaran yang berlebih, Harian


kebisingan dan panas

Penggantian Seals dan O-ring pada shaft assembly Tahunan

MEMBRANE UF

Inspeksi operasional kebocoran Harian

CIP Membrane Mingguan

Cuci dan Desinfeksi Membrane 2 Mingguan

Penggantian Membrane Tahunan

CARTRIDGE FILTER

Penggantian O-ring housing Tahunan

Penggantian Cartridge element Jika


dibutuhkan

LAIN-LAIN

Pengecekan kebocoran pada pipa dan valve Harian

Pengecekan mounting pada pompa/motor Bulanan

Pembersihan gelas ukur rotameter Mingguan

Sistem kelistrikan Mingguan


7. Penanganan Masalah
8. Spesifikasi Teknis
LAMPIRAN 4
REVISI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGGUNAAN ULTRAFILTRASI (UF)

Standar Operasional Prosedur (SOP) bertujuan untuk


menjaga agar sistem selalu dalam kondisi optimal. Proses ultrafiltasi
terbagi dalam dua jenis yaitu proses CIP (clean in places) dan
produksi. Tahapan dari masing-masing proses dapat dijelaskan
sebagai berikut :

A. Proses CIP (Clean In Places)


Didefinisikan sebagai proses pembersihan membrane ultrafiltrasi
dengan menggunakan larutan kimia.
Proses pembuatan larutan kimia dapat mengikuti tahapan
sebagai berikut :
1. Cleaning dengan Pelarut Kotoran Zat Organik
a. Timbang NaOH (soda api) seberat 1,5 kg, 2 kg STPP, dan 1
kg EDTA.
b. Larutkan ke dalam ember dan diaduk sampai benar-benar
larut menjadi larutan kemudian pindahkan ke dalam tangki
CIP.
c. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500
Liter dan pastikan PH < 12.
d. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 terbuka.
e. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP
dan control kearah on pada panel kontrol.
f. Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi
dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit
atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di off ( Unit direndam
dengan larutan).
g. Setelah proses selesai, buka V2 secara berlahan dan tutup
V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki
CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
h. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah
off.

2. Proses Pembilasan Dengan Air Hasil UF


a. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 L.
b. Untuk mengisi Tangki CIP, buka V4, V7, V8, V11 dan tutup
V6, V9, V10, V12.
c. Hidupkan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah ON pada panel control.
d. Pastikan tangki CIP terisi air dari bak re-use sampai volume
500 L.
e. Matikan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah OFF pada panel control.
f. Buka V3, V6 dan Tutup V2, V11 lalu hidupkan pompa UF
dengan cara arahkan posisi switch posisi CIP dan control ke
arah ON pada panel kontrol.
g. Pastikan air di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan
biarkan proses tersebut berlangsung selama 10 – 20 menit.
h. Setelah proses selesai, buka V2 secara berlahan dan tutup V3

agar air cucian keluar (drain) sampai larutan dalam tangki


CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki
CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
i. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control ke arah
OFF.

3. Cleaning dengan Pelarut Zat Anorganik


a. Timbang Asam Sitrat seberat 2,5 kg.
b. Larutkan ke dalam ember dan diaduk sampai benar-benar
larut menjadi larutan kemudian pindahkan ke dalam tangki
CIP.
c. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500
Liter dan pastikan PH > 2.
d. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 terbuka.
e. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP
dan control kearah ON pada panel kontrol.
f. Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi
dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit
atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di OFF (Unit direndam
dengan larutan).
g. Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup
V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki
CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
h. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah
OFF.
4. Proses Sanitasi
a. Siapkan Kaporit cair 6 L dan larutkan kedalam tangki CIP
sampai Volume 500 L dengan air reuse.
b. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 terbuka.
c. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP
dan control kearah ON pada panel kontrol.
d. Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi
dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit
atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di OFF (Unit direndam
dengan larutan).
e. Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup
V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki
CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
f. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah
OFF.

5. Proses Pembilasan Dengan Air Hasil UF


a. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 L
b. Untuk mengisi Tangki CIP, buka V4, V7, V8, V11 dan tutup
V6, V9, V10, V12
c. Hidupkan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah ON pada panel control
d. Pastikan tangki CIP terisi air dari bak reuse sampai volume
500 L.
e. Matikan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah OFF pada panel control
f. Buka V3, V6 dan Tutup V2, V11 lalu hidupkan pompa UF
dengan cara arahkan posisi switch ke CIP dan control
kearah ON pada panel kontrol.
g. Pastikan air di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan
biarkan proses tersebut berlangsung selama 10 – 20 menit.
h. Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup
V3 agar air cucian keluar (drain) sampai larutan dalam
tangki CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di
tangki CIP untuk memastikan tangki benar-benar kosong.

B. Proses Filtrasi dengan UF


Proses filtrasi/produksi air re-use dilakukan dengan membuka
valve V1, V4, V6, V7, V8, V9, V10, V11 dan V12.

Catatan Penting :
Ada beberapa Valve yang harus diperhatikan untuk
mengoperasikan UF, yaitu ;
1. Pada saat awal cleaning perlu dilakukan proses drain yaitu
dengan buka V2 , V11, V12 dan Tutup V6 selama 15 detik
agar kotoran dalam UF keluar.
2. Sirkulasi cleaning buka V6 dan tutup V2, V11.
3. Pada saat produksi/filtrasi tutup V2, V3, V6 dan Buka V11,
V12.
LAMPIRAN 5
SALINAN
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk
hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap
pembuangan limbah cair ke lingkungan;
b. bahwa kegiatan industri mempunyai potensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian terhadap pembuangan limbah cair dengan
menetapkan Baku Mutu Limbah Cair;
c. bahwa untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air
sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan
Pemerintahan Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air perlu ditetapkan lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri;
Mengingat : 1. Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) Tahun 1926.
Stbl. Nomor 226, setelah diubahn dan ditambah terakhir dengan
Stbl. 1940 Nomor 450);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3046);
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3215);
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3257);
6. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

107
SALINAN
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 1990
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3445);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun
1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M tahun
1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI;
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993
tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara
Serta Susunan Organisasi Staf Menteri Negara;
13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994
tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN
INDUSTRI.

Pasal 1

Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :


1. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasan industri;
2. Baku Mutu Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
3. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan;
4. Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit,
kadar dan beban pencemaran;
5. Debit Maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan;
6. Kadar Maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan;
7. Beban Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke lingkungan

108
SALINAN
8. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;
9. Bapedal adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
10. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota
atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.

Pasal 2

(1) Baku Mutu Limbah Cair untuk jenis industri :


1. Soda kostik/klor adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran A I dan
Lampiran B I;
2. Pelapisan Logam adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A II dan
Lampiran B II;
3. Penyamakan kulit adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A III dan
Lampiran B III;
4. Minyak sawit adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A IV dan
Lampiran B IV;
5. Pulp dan kertas adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A V dan
Lampiran B V;
6. Karet adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VI dan Lampiran B
VI;
7. Gula adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VII dan Lampiran B
VII;
8. Tapioka adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VIII dan
Lampiran B VIII;
9. Tekstil adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A IX dan Lampiran B
IX;
10. Pupuk urea/nitrogen adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A X dan
Lampiran B X;
11. Ethanol adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XI dan Lampiran
B XI;
12. Mono Sodium Glutamate (MSG) adalah sebagaimana tersebut dalam
Lampiran A XII dan Lampiran B XII;
13. Kayu lapis adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XIII dan
Lampiran B XIII;
14. Susu, makanan yang terbuat dari susu adalah sebagaimana tersebut dalam
Lampiran A XIV dan Lampiran B XIV;
15. Minuman ringan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XV dan
Lampiran B XV;
16. Sabun, deterjen, dan produk-produk minyak nabati adalah sebagaimana
tersebut dalam Lampiran A XVI dan Lampiran B XVI;
17. Bir adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XVII dan Lampiran B
XVII;
18. Baterai sel kering adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XVIII
dan Lampiran B XVIII;
19. Cat adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XIX dan Lampiran B
XIX;
20. Farmasi adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XX dan Lampiran
B XX;
21. Pestisida adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XXI dan
Lampiran B XXI;

SALINAN
(2) Baku Mutu Limbah Cair bagi jenis-jenis industri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pasal ini, ditetapkan berdasarkan beban pencemaran dan kadar, kecuali
jenis industri pestisida formulasi pengemasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) butir 20 dan butir 21 pasal ini ditetapkan berdasarkan kadar.
(3) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
yang :
a. telah beroperasi sebelum dikeluarkannya Keputusan ini, berlaku Baku
Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran A dan wajib
memenuhi Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam
Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000.
b. Tahap perencanaannya dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan ini,
dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, berlaku Baku Mutu
Limbah Cair lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Limbah Cair
Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000.
(4) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
yang tahap perencanaannya dilakukan dan beroperasi setelah dikeluarkannya
keputusan ini, maka berlaku baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam
Lampiran B.
(5) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimanan tersebut dalam Lampiran Keputusan ini
setiap saat tidak boleh dilampaui.
(6) Perhitungan tentang debit limbah cair maksimum dan beban pencemaran
maksimum adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran D Keputusan ini.
(7) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditinjau
secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.

Pasal 3

(1) Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain dan/atau pimpinan lembaga
pemerintah non departemen yang bersangkutan menetapkan Baku Mutu
Limbah Cair untuk jenis-jenis industri di luar jenis-jenis industri sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1).
(2) Selama Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
belum ditetapkan, Gubernur dapat menggunakan Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana tersebut dalam Lampiran C Keputusan ini.
(3) Gubernur dapat melakukan penyesuaian jumlah parameter sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, setelah mendapat persetujuan Menteri.
(4) Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan diluar parameter yang
tercantum dalam Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman tersebut dalam
Lampiran A dan B keputusan ini, setelah mendapat persetujuan Menteri.

SALINAN
(5) Menteri memberikan tanggapan dan/atau persetujuan selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) pasal ini.
(6) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini,
tidak diberikan tanggapan dan/atau persetujuan, maka permohonan tersebut
dianggap disetujui.

Pasal 4

(1) Gubernur dapat menetapkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari ketentuan
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.
(2) Apabila Gubernur tidak menetapkan Baku Mutu LImbah Cair lebih ketat atau
sama dengan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran
Keputusan ini, maka berlaku Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini.

Pasal 5

Apabila analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan industri mensyaratkan Baku


Mutu Limbah Cair lebih ketat dari Baku Mutu LImbah Cair sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, maka untuk kegiatan industri tersebut ditetapkan Baku Mutu Limbah
Cair sebagimana yang dipersyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan.

Pasal 6

Setiap penanggung jawab kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


ayat (1) Keputusan ini wajib :
a. Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke
lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi
perembesan limbah cair ke lingkungan;
c. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan
debit harian limbha cair tersebut;
d. Tidak melakukan pengeceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air
bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair ;
e. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut
dalam Lampiran Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali
dalam sebulan.
f. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air
hujan; g. Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya.
h. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu
Limbah Cair, produksi bulanan senyatanya sebagaimana dimaksud dalam huruf c,
e, g sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Kepala Bapedal, Gubernur,
instansi teknis yang membidangi industri lain yang dianggap perlu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

SALINAN
Pasal 7

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 Keputusan ini dan


Persyaratan Pasal 26 Peraturan Pemerintahan Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air wajib dicantumkan dalam izin Undang-undang
Gangguan (Hinder Ordonnantie).

Pasal 8

Apabila jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
telah ditetapkan sebelum keputusan ini :
a. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih ketat atau sama dengan Baku Mutu Limbah
Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini dinyatakan tetap
berlaku;
b. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih longgar dari pada Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini wajib disesuaikan dengan
Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini selambat-lambatnya 1 (satu) tahun
setelah ditetapkannya keputusan ini.

Pasal 9

Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Negara Kependudukan


dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Yang Sudah Beroperasi dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 10

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Oktober 1995
Menteri Negara Lingkungan Hidup
ttd
Sarwono Kusumaatmadja
Salinan sesuai dengan aslinya
Asisten IV Menteri Negara Lingkungan
Hidup Bidang Pengembangan Pengawasan
Dan Pengendalian,
ttd
Hambar Martono
LAMPIRAN 6

FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBANGUNAN IPAL DOMESTIK

Foto 1. Survey kondisi sumber dan jaringan limbah

Foto 2. Rencana lokasi IPAL


Foto 3. Pekerjaan awal pembangunan IPAL

Foto 4. Pekerjaan galian tanah untuk IPAL


Foto 5. Pekerjaan pembesian lantai IPAL

Foto 6. Pekerjaan pembesian dinding IPAL


Foto 7. Pembuatan bekesting sebelum pengecoran

Foto 8. Aktivitas pengecoran IPAL


Foto 9. Pengecoran tutup IPAL

Foto 10. Bak-bak IPAL domestik yang telah selesai


Foto 11. Pembuatan bak-bak pengumpul air limbah

Foto 12. Bak pengumpul air limbah yang telah dibangun


Foto 12. Unit Ultrafiltrasi untuk pengolahan air re-use

Foto 13. Air limbah domestik sebelum dan sesudah di re-use


Foto 14. Bangunan ruang operator IPAL

Foto 15. Bak- bak bangunan IPAL

Anda mungkin juga menyukai