Petunjuk Operasional Pal Domestik
Petunjuk Operasional Pal Domestik
Gambar 11. Instalasi Blower Udara Untuk Proses Aerasi Air Limbah
Perawatan :
Perlu pembersihan kotoran yang nyangkut di kipas pompa
minimal 1 bulan sekali. Pada saat dilakukan pembersihan pompa,
arus listrik harus dalam keadaan terputus. Detail perawatan dapat
dilihat di buku manual pompa.
Perawatan:
Perlu pembersihan kotoran yang nyangkut di kipas pompa minimal 1
bulan sekali. Pada saat perawatan pompa, arus listrik harus dalam
keadaan terputus. Detail perawatan dapat dilihat di buku manual
pompa.
Perawatan:
Detail perawatan dapat dilihat di buku manual pompa. Pada saat
perawatan pompa, arus listrik harus dalam keadaan terputus.
4.6 Pengoperasian Filter Karbon
1. Proses Filtrasi/Produksi
Didefinisikan sebagai proses penyaringan (filtrasi) air outlet hasil
olahan IPAL dari bak penampung outlet menjadi air yang siap
untuk diproses Ultrafiltrasi. Tahapan proses filtrasi adalah sbb:
a. Pastikan jumlah air hasil olahan IPAL dalam bak penampung
cukup;
b. Tutup V1, V2, V4, V6, V8, dan V10;
c. Buka V3, V5, V7 dan V9;
d. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel
control kearah ON. Selanjutnya pompa akan berhenti
otomatis apabila level air rendah. Dan akan hidup kembali
apabila level air mencapai tingkat tertentu.
2. Proses Backwash
Didefinisikan sebagai proses pembersihan karbon sehingga
karbon dapat berfungsi dengan baik. Backwash dilakukan
seminggu sekali atau tergantung dari kualitas air hasil filtrasi
karbon. Tahapan proses backwash adalah sbb:
a. Matikan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel
control kearah OFF;
b. Tutup V3, V7, V9 dan V10;
c. Buka V4, V5, V6 dan V8;
d. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch di panel
control kearah ON;
e. Lakukan proses ini selama 10 menit;
Perawatan :
Perlu dilakukan pencucian (CIP) membran secara periodik satu
minggu sekali mengunakan larutan kimia NaOH, Sodium
Tripolipospat, EDTA, Asam Citrat dan Kaporit cair.
BP 02: untuk menampung air limbah dari BP1 dan dari tempat
wudhu mushola dekat pos Satpam. Khusus saluran air dari tempat
wudhu harus sering dibersihkan minimal setiap hari karena banyak
sampah daun yang berpotensi menyumbat. Untuk bak
pengumpulnya minimal harus dilihat dan dibersihkan seminggu
sekali. Pembersihan meliputi pembersihan sampah dan pompa.
BP 04: untuk menampung air limbah dari 3Pcs dan dari BP3. Air
limbah yang masuk ke BP ini banyak terikut sampah. Sehingga harus
sehari sekali dibersihkan. Pembersihan meliputi pembersihan sampah di
bak kontrol, pembersihan saringan di BP dan pembersihan sampah di
BP. Pada saat hari hujan, maka pompa harus dimatikan dari ruang
operator agar supaya air hujan tidak masuk ke IPAL. Bila hujan sudah
reda, pompa harus dihidupkan kembali.
BP 07: untuk menampung air limbah dari BP6 dan dari BP8 serta
dari toilet poliklinik. BP ini harus dilakukan pengecekan dan
pembersihan seminggu sekali meliputi pengangkatan sampah dan
pembersihan pompa.
BP 11: untuk menampung air limbah dari toilet scrap dan dari BP 10.
BP ini selama pengecekan harian kondisinya selalu bersih. Untuk itu
frekwensi pembersihan dapat dilakukan seminggu sekali yang
meliputi pembersihan sampah dan pengecekan pompa.
BP 12: untuk menampung air limbah dari 2PC WH dan dari BP 11.
Sering dijumpai tanah atau lumpur yang masuk BP ini. Oleh karena
itu harus dilakukan pembersihan saringan pompa dan pengangkatan
lumpur dari dasar BP 3 hari sekali.
BAB V
SPESIFIKASI BANGUNAN IPAL
DAN PERALATAN
a. Bak Pengumpul
• Ukuran : lihat gambar as built.
• Jumlah ruang : 2 ruang.
• Material : Beton tebal 15 cm, besi 10 mm satu lapis.
• Manhole: Beton.
• Pemisahan antar ruang: perpipaan tee 4”.
• Finishing: bagian luar di aci dan cat serta penomoran,
bagian dalam di water proofiing boscolastic.
• Kelengkapan: pompa submersible atau pompa centrifugal.
b. Bangunan IPAL
• Ukuran: lihat gambar as built.
• Jumlah bangunan : 3 bak utama, Pemisah lemak equalisasi,
Bak IPAL dan Bak Pengolah Lanjut.
• Material : Beton bertulang K250 pembesian besi 12 dua
lapis untuk bagian dinding dan plat atas, besi 14 dan 12 untuk
bagian lantai dasar. Jarak pembesian 20 cm. Tebal beton 20 cm
untuk lantai dan dinding, 15 cm untuk plat atas. Manhole: Plat
alumunium bordes.
• Pemisahan antar ruang: sekat beton bertulang dengan
ketebalan 15 cm.
• Finishing: bagian luar di aci dan cat , bagian dalam diaci,
water proofing 2 lapis (epoxy dan boscolastic).
• Kelengkapan: sistem perpipaan udara dan air limbah, media
tumbuh mikroba tipe sarang tawon, media pompa sirkulasi dan
pompa feed di equalisasi, pagar keliling IPAL dengan BRC, ruang
pompa blower udara dengan pintu alumunium serta
g. Unit Ultrafiltrasi
• Material : Mild steel
• Diameter : 1 m
• Tinggi : 1,5m
• Operasi : manual
• Jumlah modul : 8 modul
• Rangka : stainless steel
• Prefilter : arkal 100 mikron
• Spek Detail : lihat manual UF
Gambar 37 : Unit Ultrafiltrasi
h. Water meter
• Merk : WestingHaus
• Material : Cast Steel
• Tipe : Rotary
• Pembacaan : Analog
• Diameter : 3” (outlet IPAL), 2” (outlet filter karbon)
Gambar 38 : Water meter
i. Sistim Kelistrikan
• Panel
• Kabel utama
• Kabel ke pompa
• Main breaker
• Pilot lamp
• Selector switch
• Indikator
senyawa organik KMNO4 yang masuk IPAL relatif stabil sekitar 100
mg/l. Pada minggu ke 7 naik hampir 300 mg/l. Namun meskipun
6
pH (-)
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
pH outlet IPAL pH outlet Re-use
120 100
40
40
20 20
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet COD Outlet re-use COD Efisiensi COD
30 100
40
10
5 20
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet BOD Outlet Re-use BOD Efisiensi BOD
60 40
40
20
20
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet Amonia Outlet re-use amonia Efisiensi amonia
40
10
5 20
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
TSS inlet TSS outlet re-use Efisiensi TSS
10 20
(%)
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet Permanganat Outlet re-use permanganat Efisiensi permanganat
1 100
(%)
0,8 80
0,6 60
Efisiensi penurunan MBAS
MBAS (mg/l)
0,4 40
0,2 20
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Inlet MBAS Outlet Re-use MBAS Efisiensi MBAS
TABEL SWA PANTAU IPAL DOMESTIK PT. UNITED CAN Co. Ltd.
Bulan :
Tahun :
LAMPIRAN 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ULTRAFILTRASI (UF)
1. Pendahuluan
Saat ini teknologi filtrasi untuk penjernihan air ada dua tipe
yaitu tipe konvensional dengan menggunakan saringan pasir dan
tipe baru dengan menggunakan membrane. Teknologi membrane
saat ini berkembang sangat pesat dan mulai banyak diaplikasikan
untuk berbagai kegunaan mengingat banyak sekali keunggulan-
keunggulan yang dimilikinya dibanding teknologi konvensional.
Untuk keperluan re-use air limbah domestic diperlukan
pengolahan air lanjutan. Air produk olahan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik setelah melalui bak pengendap akhir diproses
lebih lanjut di bak biofilter aerobik untuk selanjutnya di filter karbon
dan di filter dengan membrane UF. Kapasitas membrane dirancang
3
untuk dapat menghasilkan air sebanyak 80m per hari dengan waktu
operasi 20 jam per hari.
Membran UF yang digunakan adalah tipe hollow fiber yang
terbuat dari poly sulfone dan diproduksi oleh Glowtec Beijing. Tingkat
filtrasi dengan membrane ini adalah dapat menahan partikel ukuran
0.1 ~ 0.01 micron dengan tekanan pompa yang rendah dan tanpa
bahan kimia dalam prosesnya sehingga memiliki biaya operasi yang
rendah. Hasil akhir air menggunakan sistem ini selalu konstan dan
bisa menghilangkan bakteri pada waktu yang bersamaan dengan
proses penghilangan material yang tersuspensi dalam air.
Kelebihan teknologi membrane ini diantaranya adalah :
3. Operasional
Prosedur Start-Up
Proses berikut ini harus diperhatikan pada waktu start-up:
a. Pastikan air yang berada di dalam Tangki Air Kolam berada pada
kondisi penuh.
b. Pastikan air yang berada di dalam Tangki Backwash/CIP berada
pada kondisi penuh (CIP = Clean In Place).
c. Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup dan pompa terisi
air dengan melakukan venting terlebih dahulu.
d. Buka Ball Valve (BV) 2, Tutup BV 3
e. Arahkan switch pada control panel di posisi CIP.
f. Nyalakan MCB di dalam control panel box.
g. Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih
dahulu.
Pola operasi
Mode Service 1
Mode Flush
4. Perawatan
Timbang 500 gram soda ash (Na 2CO3), 2000 gram Sodium
Tri Poly Phosphate (STPP, bahan aktif penurun tegangan
permukaan/ surfactant, biasanya ada pada sabun cair), dan
6. Jadwal Perawatan
UMUM :
MEMBRANE UF
CARTRIDGE FILTER
LAIN-LAIN
Catatan Penting :
Ada beberapa Valve yang harus diperhatikan untuk
mengoperasikan UF, yaitu ;
1. Pada saat awal cleaning perlu dilakukan proses drain yaitu
dengan buka V2 , V11, V12 dan Tutup V6 selama 15 detik
agar kotoran dalam UF keluar.
2. Sirkulasi cleaning buka V6 dan tutup V2, V11.
3. Pada saat produksi/filtrasi tutup V2, V3, V6 dan Buka V11,
V12.
LAMPIRAN 5
SALINAN
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk
hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap
pembuangan limbah cair ke lingkungan;
b. bahwa kegiatan industri mempunyai potensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian terhadap pembuangan limbah cair dengan
menetapkan Baku Mutu Limbah Cair;
c. bahwa untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air
sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan
Pemerintahan Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air perlu ditetapkan lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri;
Mengingat : 1. Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) Tahun 1926.
Stbl. Nomor 226, setelah diubahn dan ditambah terakhir dengan
Stbl. 1940 Nomor 450);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3046);
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3215);
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3257);
6. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);
107
SALINAN
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 1990
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3445);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun
1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M tahun
1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI;
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993
tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara
Serta Susunan Organisasi Staf Menteri Negara;
13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994
tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN
INDUSTRI.
Pasal 1
108
SALINAN
8. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;
9. Bapedal adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
10. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota
atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.
Pasal 2
SALINAN
(2) Baku Mutu Limbah Cair bagi jenis-jenis industri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pasal ini, ditetapkan berdasarkan beban pencemaran dan kadar, kecuali
jenis industri pestisida formulasi pengemasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) butir 20 dan butir 21 pasal ini ditetapkan berdasarkan kadar.
(3) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
yang :
a. telah beroperasi sebelum dikeluarkannya Keputusan ini, berlaku Baku
Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran A dan wajib
memenuhi Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam
Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000.
b. Tahap perencanaannya dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan ini,
dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, berlaku Baku Mutu
Limbah Cair lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Limbah Cair
Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000.
(4) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
yang tahap perencanaannya dilakukan dan beroperasi setelah dikeluarkannya
keputusan ini, maka berlaku baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam
Lampiran B.
(5) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimanan tersebut dalam Lampiran Keputusan ini
setiap saat tidak boleh dilampaui.
(6) Perhitungan tentang debit limbah cair maksimum dan beban pencemaran
maksimum adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran D Keputusan ini.
(7) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditinjau
secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.
Pasal 3
(1) Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain dan/atau pimpinan lembaga
pemerintah non departemen yang bersangkutan menetapkan Baku Mutu
Limbah Cair untuk jenis-jenis industri di luar jenis-jenis industri sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1).
(2) Selama Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
belum ditetapkan, Gubernur dapat menggunakan Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana tersebut dalam Lampiran C Keputusan ini.
(3) Gubernur dapat melakukan penyesuaian jumlah parameter sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, setelah mendapat persetujuan Menteri.
(4) Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan diluar parameter yang
tercantum dalam Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman tersebut dalam
Lampiran A dan B keputusan ini, setelah mendapat persetujuan Menteri.
SALINAN
(5) Menteri memberikan tanggapan dan/atau persetujuan selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) pasal ini.
(6) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini,
tidak diberikan tanggapan dan/atau persetujuan, maka permohonan tersebut
dianggap disetujui.
Pasal 4
(1) Gubernur dapat menetapkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari ketentuan
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.
(2) Apabila Gubernur tidak menetapkan Baku Mutu LImbah Cair lebih ketat atau
sama dengan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran
Keputusan ini, maka berlaku Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini.
Pasal 5
Pasal 6
SALINAN
Pasal 7
Pasal 8
Apabila jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
telah ditetapkan sebelum keputusan ini :
a. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih ketat atau sama dengan Baku Mutu Limbah
Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini dinyatakan tetap
berlaku;
b. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih longgar dari pada Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini wajib disesuaikan dengan
Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini selambat-lambatnya 1 (satu) tahun
setelah ditetapkannya keputusan ini.
Pasal 9
Pasal 10