Anda di halaman 1dari 108

TESIS

EFEKTIVITAS PARTOGRAF BERBASIS SISTEM


KOMPUTER TERHADAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KLINIK PADA
PROSES PERSALINAN

EFFECTIVENESS OF PARTOGRAPH BASED ON


COMPUTER SYSTEM WITH CLINICAL
DECISION MAKING IN
LABOR PROCESS

PUTRI YAYU
P4400216025

MAGISTER KEBIDANAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
EFEKTIVITAS PARTOGRAF BERBASIS SISTEM
KOMPUTER TERHADAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KLINIK PADA
PROSES PERSALINAN

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Kebidanan

Disusun dan diajukan oleh

PUTRI YAYU
P4400216025

Kepada

MAGISTER KEBIDANAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

ii
iii
iv
PRAKATA

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita umatNYA. Rahmat

beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, yakni

Nabi Muhammad SAW, sehingga penelitian tesis dengan judul “Efektivitas

Partograf Berbasis Sistem Komputer Terhadap Pengambilan Keputusan

Klinik Pada Proses Persalinan” dapat diselesaikan. Hasil penelitian ini

akan dibahas untuk mengetahui permasalahan yang sering terjadi di dunia

penelitian, tempat pelayanan kesehatan dan institusi kesehatan lainnya,

sehingga kita lebih paham dan dapat menerapkan Partograf Berbasis

Sistem Komputer Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Klinik Pada

Proses Persalinan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Aplikasi Partograf Sebagai Media Bantu Dalam Proses Pengambilan

Keputusan Klinik menjadi hal yang sangat membantu dalam proses

persalinan. Aplikasi ini akan mempermudah dan mempercepat penolong

persalinan dalam mengisi partograf serta pengambilan keputusan klinik

untuk memberikan asuhan dan tindakan selanjutnya.

Selanjutnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang terlibat karena telah memberikan pengetahuan, ilmu

pengetahuan serta memberikan dukungan sehingga Penulis dapat

v
menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu, khususnya kepada Dosen

Pembimbing :

1. Prof.Dr.Ir. Syafruddin Syarif.,MT. sebagai Ketua Komisi Penasehat

2. Dr. Mardiana Ahmad, S.Si.T.,M.Keb. sebagai Anggota Komisi

Penasehat.

serta orang tua tercinta Efendi dan Jahariah, kakak dan adik – adik

tercinta yaitu Feriman, Nurbaniy dan Nuyun Nurillah yang telah

banyak membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Demikian, semoga tesis ini bermanfaat khususnya bagi Penulis

dan umumnya semua yang membaca tesis ini.

Makassar, Februari 2018

Putri Yayu

vi
ABSTRAK

PUTRI YAYU, Efektivitas Partograf Berbasis Sistem Komputer Terhadap


Pengambilan Keputusan Klinik Pada Proses Persalinan (dibimbing oleh
Syafruddin Syarif dan Mardiana Ahmad).

Penelitian ini bertujuan menilai dan mengetahui perbedaan


efektivitas dari aspek kemudahan, kecepatan dan relevansi data pada
partograf berbasis sistem komputer dan partograf konvensional dalam
pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan.
Penelitian ini menggunakan metode comparative study,
pengambilan sampel dengan cara purposive sample berjumlah 20 data
ibu inpartu dengan menggunakan partograf berbasis komputer dan 20
data ibu inpartu dengan menggunakan partograf konvensional (manual).
Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji
Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas pada partograf
berbasis sistem komputer terhadap pengambilan keputusan klinik pada
proses persalinan yaitu untuk aspek kemudahan dengan nilai median 24,
aspek kecepatan dengan nilai median 21 dan aspek relevansi data
dengan nilai median 15, sedangkan pada partograf konvensional (manual)
yaitu untuk aspek kemudahan dengan nilai median 23, aspek kecepatan
dengan nilai median 20 dan relevansi data dengan nilai median 13. Hasil
uji statistik dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai p Value
< 0,05 (<a=0,05). Artinya terdapat perbedaan efektivitas pada partograf
berbasis sistem komputer dan partograf konvensional dalam pengambilan
keputusan klinik.

Kata Kunci : Partograf, Komputer, Konvensional, Keputusan Klinik.

vii
ABSTRACT

PUTRI YAYU, Effectiveness Of Partograph Based On Computer System


With Clinical Decision Making In Labor Process (supervised by Syafruddin
Syarif and Mardiana Ahmad).

This research aims to assessing the effectiveness of the difference


and know the aspects of convenience, speed and relevance of data on the
partograf-based computer systems and conventional partograph in clinical
decision-making in the process of childbirth. This research method using
comparative study, sampling by means of purposive sample amounted to
20 data of inpartu mothers by using computer-based partograph and 20
data of inpartu mothers by using the partograf conventional (manual).
Data analysis using univariate and bivariat analysis with Mann Whitney
test. The results showed that the effectiveness on partograph-based
computer system towards decision-making in the birthing clinic is to ease
the median value aspect of 24, the median value of the speed aspect and
the aspect of relevance the median value of 15 data, whereas in
conventional partograf (manual) to the median value of the convenience
aspect of 23, with the median value of the speed aspect and the relevance
of the data with the median value of 13. The results of statistical tests by
using test Mann Whitney p value obtained Value < 0.05 (a = 0.05 <). This
means that there is a difference in the effectiveness of partograph-based
computer system and conventional partograph in clinical decision making.

Keywords: Partograph, Computers, Conventional, Clinical Decision


Making.

viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putri Yayu

Nomor Mahasiswa : P4400216025

Program Studi : Magister Kebidanan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penelitian tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

penelitian tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan saya.

Makassar,……Februari 2018

Yang menyatakan,

Putri Yayu

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


LEMBAR PERSTUJUAN ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
PRAKATA ................................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................ viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN TESIS .................................... ixii
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 9
F. Daftar Singkatan dan Istilah ................................................................ 9
G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 11
A. Sistem Komputer ............................................................................ 11
B. Informasi dan Sistem Informasi ....................................................... 19
C. Partograf.......................................................................................... 22
D. Pengambilan Keputusan Klinik ........................................................ 45
E. Teori Efektifitas................................................................................ 49
F. Kaitan Sistem Komputer dan Partograf Terhadap Efektivitas
Pengambilan Keputusan Klinik pada Proses Persalinan ................. 53
G. Kerangka Pikir ................................................................................. 56
H. Kerangka Konseptual ...................................................................... 57

x
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 60
A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 60
B. Lokasi dan Waktu ............................................................................ 60
C. Alat Penelitian.................................................................................. 61
D. Populasi dan Sampel........................................................................ 61
E. Pengumpulan Data.......................................................................... 62
F. Alur Penelitian ................................................................................. 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 68
A. Hasil Penelitian................................................................................ 68
B. Pembahasan ................................................................................... 75
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 87
BAB V PENUTUP .................................................................................... 89
A. Kesimpulan...................................................................................... 89
B. Saran............................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional........................................ ..................58


Tabel 4.1 Hasil Observasi Partograf konvensional dan Partograf
Brbasis Sistem Komputer Terhadap Masalah yang
Ditemukan ..................................................... ..................70
Tabel 4.2 Gambaran Efektivitas Dari Aspek Kemudahan, Kecepatan
Dan Relevansi Data Terhadap Pengambilan Keputusan
Klinik Pada Proses Persalinan Dengan Menggunakan
Partograf Konvensional (Manual). .......................... ......... 72
Tabel 4.3 Gambaran Efektivitas Dari Aspek Kemudahan, Kecepatan
Dan Relevansi Data Terhadap Pengambilan Keputusan
Klinik Pada Proses Persalinan Dengan Menggunakan
Partograf Berbasis Sistem Komputer................................ 73
Tabel 4.4 Efektivitas Partograf Konvensional (Manual) Dan Partograf
Berbasis Sistem Komputer Terhadap Pengambilan
Keputusan Klinik Pada Proses Persalinan........................ 74

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Perangkat Komputer ........................................................... 13


Gambar 2. 2 (Partograf Lembar Depan dan Belakang) ........................... 27
Gambar 2. 3 Identitas .............................................................................. 29
Gambar 2. 4 Grafik Denyut Jantung Janin............................................... 30
Gambar 2. 5 Kotak Air Ketuban ............................................................... 31
Gambar 2. 6 Kotak Penyusupan (Molase) ............................................... 33
Gambar 2. 7 Grafik Pembukaan Serviks.................................................. 34
Gambar 2.8 Grafik Penurunan bagian terbawah janin ............................. 34
Gambar 2. 9 Kotak Kontraksi Uterus ....................................................... 36
Gambar 2. 10 Kotak obat-obatan............................................................. 37
Gambar 2. 11 Grafik Nadi, Tekanan Darah dan Suhu ............................. 38
Gambar 2. 12 Kotak Urin ......................................................................... 38
Gambar 2. 13 Data Dasar ........................................................................ 40
Gambar 2. 14 Kala I................................................................................. 40
Gambar 2. 15 Kala II................................................................................ 41
Gambar 2.16 Kala III................................................................................ 42
Gambar 2.17 Kala IV ............................................................................... 43
Gambar 2.18 Pemantauan Kala IV .......................................................... 43
Gambar 2.19 Pengisian Bayi Baru Lahir.................................................. 44
Gambar 2. 20 Kerangka Pikir................................................................... 56
Gambar 3. 1 Alur Penelitian .... ................................................................. 67

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekomendasi Persetujuan Etik

Lampiran 2. Permntaan Izin Penelitian

Lampiran 3. Izin Penelitian

Lampiran 4. Balasan Izin Penelitian

Lampiran 5. Naskah Penjelasan Mendapatkan Persetujuan Subyek

Peneltian

Lampiran 6. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian

Lampiran 7. Formulir Kuesioner Partograf Berbasis Sistem Komputer dan

Konvensional

Lampiran 8. Lembar Observasi Partograf Berbasis Sistem Komputer dan

Konvensional

lampiran 9. Master Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 11. Master Tabel Hasil Penelitian

lampiran 12. Hasil Uji Statistik Penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk

memantau keadaan ibu dan janin serta mendeteksi adanya

persalinan yang abnormal dan menjadi petunjuk untuk melakukan

tindakan bedah kebidanan. Partograf dapat digunakan sebagai

sistem peringatan awal yang akan membantu pengambilan

keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk, dipercepat

atau diakhiri pemantauan janin dan ibu selama persalinan, serta

membantu menemukan adanya masalah janin atau ibu (João Paulo

Souza et al., 2015; Markos and Bogale, 2015; Muhammad Sidik,

2012; Bedwell et al., 2017; Osrin, 2014; Engida Yisma, 2013; Renu

Meena, 2016; Thomas Obinchemti Egbe, 2016; Samar Dawood

Sarsam, 2014; Nagat S. Salama, 2010).

Perkembangan partograf dimulai pada tahun 1970, ketika

partograf Philpott dikembangkan dari servikograf asli oleh

Friedman. Namun penggunaannya hanya berlangsung selama 20

tahun sejak dikenalkan, kemudian pada tahun 1994 World Health

Organization (WHO) merancang partograf komposit termasuk

dalam fase laten selama 8 jam, ini adalah adaptasi dari yang

diformulasikan oeh Phillpot dan rekannya. Dalam perkembangan

1
2

selanjutnya yaitu pada tahun 2000, partograf WHO dimodifikasi

untuk lebih sederhana dan lebih mudah digunakan, pada partograf

yang telah dimodifikasi ini, fase laten dihilangkan dan

penggambaran partograf dimulai dari fase aktif yaitu pada saat

pembukaan serviks 4 cm (Tina Lavender, 2014; Engida Yisma,

2013; Asibong et al., 2014; Yadav et al., 2016; Okokon et al., 2014;

Swamy Mallaiah Kenchaveeriah, 2010; Thomas Obinchemti Egbe,

2016; G. Bossea, 2002; Nyamtema et al., 2008; Jadhao, 2012).

Laporan WHO tahun 2013 mengatakan bahwa lebih dari

289.000 ibu meninggal dunia, 99% diantaranya adalah negara –

negara berkembang dan di Sub Saharan Afrika sendiri sekitar 62%,

lebih dari 70% meninggal terjadi karena persalinan macet dan

ruptur perineum. Survei demografi dan kesehatan Ethiopia (EDHS)

tahun 2011 melaporkan bahwa rasio kematian ibu melahirkan

adalah 676 kematian ibu per kelahiran. Selain itu, Laporan WHO

2013 juga menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Ethiopia

adalah 420 per 100.000. 8% dari kematian ibu adalah disebabkan

oleh persalinan macet, diperkirakan 6,5 juta wanita di dunia

mengalami persalinan macet setiap tahun (2-15 kasus / 1000

kelahiran). Laporan WHO menunjukkan bahwa secara umum

kematian ibu dakibatkan oleh komplikasi kehamilan dan persalinan,

terutama di negara-negara berkembang. Dari persalinan spotan

setidaknya 8 juta orang mengalami morbiditas serius dan 50 juta


3

lebih mengalami komplikasi ringan, dari penyebab kematian,

komplikasi, perdarahan obstetrik, dan persalinan macet adalah

penyebab umum dan mudah dicegah dengan menggunakan

partograf (Zelellw et al., 2016; Wakgari et al., 2015).

Penelitian yang dilakukan di Amerika, sekitar 50% dan

26,5% wanita melakukan persalinan spontan dengan pemberian

oksitosin dan melakukan operasi sesar yang disebabkan oleh

distosia bahu. American College of Obstetricians and

Gynecologists memberikan gambaran bahwa diagnosa distosia

paling sering terjadi disebabkan oleh keterlambatan tenaga medis

dalam mengetahui komplikasi yang terjadi. Sementara itu,

penelitian yang dilakukan di negara Kamerun menyatakan bahwa

dari 89,9% tenaga kesehatan di Institusi Kesehatan Perkotaan,

29,6% memahami partograf dan hanya 32,4% menggunakan

partograf secara rutin, saat ini rasio kematian ibu (Maternal

Mortality Ratio) yaitu 596 kematian per 100.000 kelahiran hidup,

yang merupakan salah satu tertinggi di dunia dengan hasil

kegagalan untuk mencapai tujuan pembangunan MDG5 (Jeremy L.

Neal, 2013; Carlson–Babila Sama and Therence Nwana Dingana,

2017).

Hasil penelitian yang dilakukan di Ethiopia menyatakan

bahwa penggunaan partograf dalam memantau persalinan sangat

rendah baik pada profesi bidan, hal ini dipengaruhi oleh sikap dan
4

pengetahuan tenaga kesehatan dalam penggunaan partograf,

mengadakan pelatihan untuk tenaga kesehatan akan meningkatkan

kualitas penggunaan partograf sehingga kematian maternal dapat

dicegah secara dini (Wakgari et al., 2015).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia

masih tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka

kematian bayi baru lahir sebesar 25/1.000 kelahiran hidup.

Kematian ibu dan bayi yang terjadi di Indonesia, salah satunya

disebabkan oleh komplikasi umum yang dapat diatasi dengan

akses cepat terhadap pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi

yang berkualitas. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukkan

penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

(Profil Kemenkes, 2015).

Berdasarkan beberapa penelitian, terdapat 36,4% Bidan

Praktek Swasta (BPS) anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia) ranting

Surabaya Utara yang patuh dalam mengisi lembar depan maupun

belakang partograf untuk tiap pasien yang bersalin. Selain itu di

Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, terdapat 39,4% bidan

delima yang melakukan pendataan secara continue dan benar

pada lembar partograf. Berdasarkan kedua hasil tersebut dapat

diperoleh simpulan bahwa nilai kepatuhan seorang bidan dalam


5

konteks penggunaan partograf masih terbilang rendah (Safrida,

2017).

Hasil penelitian yang dilakukan di kabupaten Bandung

menyatakan bahwa tidak terdapat kaitan/hubungan antara lama

kerja dengan kepatuhan bidan saat penggunaan partograf, Hal ini

bisa terjadi karena pada kenyataannya bidan menggunakan

partograf bukan sebagai alat pemantauan proses persalinan, tetapi

lebih banyak digunakan sebagai alat pelaporan (Safrida, 2017).

Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Puskesmas PONED

Kota Manado menyatakan bahwa tingkat pengetahuan bidan

tentang penggunaan partograf dalam persalinan Puskesmas

PONED Kota Manado umumnya 90,9% baik, 6,1% cukup, 3,0%

kurang dan 100% bidan mempunyai sikap positif terhadap

penggunaan partograf (Toemandoek et al., 2015).

Berkaitan dengan Asuhan Persalinan, telah tertuang dalam

Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor

369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia memutuskan bahwa asuhan selama

persalinan dan kelahiran pada kompetensi ke empat yaitu bidan

mampu memberikan asuhan bermutu tinggi, menghargai

kebudayaan klien selama persalinan, memberikan pelayanan

terhadap persalinan yang bersih dan aman, menangani


6

keawatdarutan tertentu untuk mengoptimalkan kesejahteraan ibu

dan bayi baru lahir (Permenkes 369, 2007).

Selama ini analisis pengambilan keputusan oleh bidan

didasarkan pada pencatatan dalam partograf, namun demikian

berdasarkan beberapa penelitian mengatakan bahwa masih

banyak bidan yang tidak melengkapi data dalam partograf dengan

baik dan sistematis, oleh karena itu seiring dengan perkembangan

teknologi serta beberapa penelitian terkait teknologi informasi yang

dapat membantu mempermudah kerja para tenaga kesehatan

khususnya bidan serta mempercepat pencacatan, pelaporan dan

pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan, maka

diperlukan suatu sistem informasi berbasis teknologi guna

memudahkan dalam menganalisis situasi dan kondisi ibu dalam

masa inpartu/persalinan serta membantu mengatasi 3T (Terlambat

mengambil keputusan, Terlambat dirujuk, Terlambat mendapat

pelayanan). (Lestari et al., 2011; Muhammad Sidik, 2012;

Underwood et al., 2012; Heather Underwood and Bennett, 2014;

Widiastuti, 2015; Delimayanti, 2007; Vidyashri Kamath, 2015;

Opoku and Nguah, 2015; Wakako Fujita, 2014).


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang ini dapat ditarik rumusan masalah

sebagai berikut :

a. “Apakah partograf berbasis sistem komputer lebih efektif

dibandingkan partograf konvensional (manual) dilihat dari

aspek kemudahan, kecepatan dan relevansi data terhadap

pengambilan keputusan klinik” ?

b. “Apakah ada perbedaan efektivitas dari aspek kemudahan,

kecepatan dan relevansi data pada partograf berbasis sistem

komputer dan partograf konvensional dalam pengambilan

keputusan klinik pada proses persalinan” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis partograf berbasis sistem komputer untuk

pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan.

2. Tujuan Khusus.

a. Menilai efektifitas dari aspek kemudahan, kecepatan dan

relevansi data pada partograf berbasis sistem komputer

dalam pengambilan keputusan klinik pada proses

persalinan.

b. Menilai efektifitas dari aspek kemudahan, kecepatan dan

relevansi data pada partograf konvensional dalam

pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan


8

c. Mengetahui perbedaan efektifitas dari aspek kemudahan,

kecepatan dan relevansi data pada partograf berbasis

sistem komputer dan partograf konvensional dalam

pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengambil Keputusan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi pengambil

keputusan khususnya Dinas Kesehatan untuk menetapkan

kebijakan dalam pencatatan dan pemantauan persalinan

menggunakan partograf berbasis sistem komputer sebagai

alat pengambilan keputusan klinik dalam rangka

membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

b. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan sebagai

alat untuk mempermudah pengambilan keputusan klinik

dalam proses rujukan untuk program penurunan angka

kematian ibu dan bayi khususnya di Puskesmas Bara-

Baraya Makassar.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Dengan adanya partograf berbasis sistem komputer

diharapkan dapat mempermudah, mempercepat, serta

meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan klinik


9

dalam proses rujukan khususnya Bidan di Puskesmas Bara-

baraya Makassar.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam

penerapan pemantauan persalinan dan pengambilan keputusan

klinik menggunakan partograf berbasis sistem serta untuk

menambah wawasan dan sebagai acuan untuk peneliti

selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah persalinan normal di

Puskesmas Bara-Baraya Makassar yaitu laporan partograf

konvensional dan laporan partograf berasis sistem komputer.

F. Daftar Singkatan dan Istilah

Bradycardia : Denyut jantung kurang dari 100x/menit

CPU : Central Processing Unit

CPD : Cephalo Pelvic Disporpotion

DJJ : Denyut Jantung Janin

Meconium : kotoran berwarna hijau atau hitam yang dikeluarkan

oleh bayi selama di dalam rahim

Molage : Penyusupan
10

RAM : Random Access Memory

Tachycardia : Denyut jantung lebih dari 100x/menit

WHO : World Health Organization

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan menggunakan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,

keaslian penelitian/penelitian terkait, sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka berisikan tentang tinjauan umum Sistem

Komputer, Sistem Informasi, Partograf, Pengambilan Keputusan

Klinik, Teori Efektivitas, dan Kaitan Sistem Komputer, Partograf dan

Efektivitas Terhadap Pengambilan Keputusan Klinik pada Proses

Persalinan.

BAB III : Metode penelitian mencangkup rancangan penelitian,

lokasi dan waktu penelitian, alat penelitian, populasi dan sampel,

pengumpulan data dan alur penelitian.

BAB IV: Hasil dan pembahasan, berisi tentang tampilan data hasil

analisis partograf berbasis sistem komputer dan partograf

konvensional.

BAB V: Kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Komputer

1. Pengertian

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani

(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau

elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran

informasi, materi atau energi. Sistem adalah jaringan dari elemen –

elemen yang saling berhubungan,membentuk satu kesatuan yang

melaksanakan suatu tujuan pokok dari suatu sistem tersebut.

Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data

menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata komputer semula

dipergunakan untuk menggambarkan orang yang perkerjaannya

melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu,

tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri.

Sistem Komputer adalah kumpulan perangkat-perangkat

komputer yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama

lain untuk melakukan proses pengolahan data, sehingga dapat

menghasilkan informasi yang diharapkan oleh penggunanya.

Perangkat yang terdapat pada sistem komputer diantaranya

hardware, software dan brainware. Perangkat-perangkat tersebut

memiliki fungsinya masing-masing pada sistem komputer. Namun

saat beroperasi perangkat-perangkat komputer tersebut akan

11
12

bekerja dan saling mendukung satu sama lain. Hardware tidak

akan berfungsi tanpa adanya software dan juga sebaliknya, dan

keduanya tidak akan bermanfaat untuk menghasilkan informasi jika

tidak ada brainware yang mengoperasikan dan memberikan

perintah. Jadi komputer bukan sebagai sebuah alat saja tapi juga

merupakan sebuah sistem.

2. Komponen Sistem Komputer

Berikut ini komponen-komponen yang terdapat pada sebuah

sistem komputer, yang diantaranya :

1) Hardware (Perangkat Keras)

Merupakan perangkat komputer yang memiliki wujud fisik,

Misalnya seperti Motherboard, processor, harddisk, memory,

power supply dan lain-lain. Hardware sendiri umumnya dibagi

kedalam 4 (empat) bagian, yang diantaranya :

a. Input Device (Perangkat masukan)

Merupakan perangkat pada hardware komputer yang

fungsinya sebagai alat untuk memasukkan data-data

atau perintah pada komputer. Misalnya seperti

Keyboard, mouse, web cam, scanner dan lain-lain.


13

Gambar 2. 1 Perangkat Komputer

b. Output Device (Perangkat Keluaran)

Merupakan perangkat pada komputer yang fungsinya

untuk menampilkan hasil pemrosesan data-data.

Misalnya seperti monitor, printer, projektor dan lain-lain.

c. Processing Device (Perangkat Pemeroses)

Merupakan perangkat pada hardware komputer yang

fungsinya sebagai pusat pengolahan data. Jadi dapat

dikatakan perangkat ini adalah otak dari komputer dan

sering juga disebut dengan Central Processing Unit

(CPU). Processing Device akan melakukan komunikasi

dengan perangkat input, output dan storage untuk

melaksanakan perintah-perintah yang dimasukkan.


14

d. Storage Device (Perangkat penyimpanan)

Central Processing Unit (CPU) juga dilengkapi dengan

alat penyimpanan data. Terdapat alat penyimpanan

data dengan kapasitas yang lebih besar sebagai alat

menyimpan utama, yang disebut dengan harddisk, data

dapat disimpan dan dihapus sesuai keinginan

pengguna. Pada komputer storage device umumnya

dibagi menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal.

Internal storage misalnya harddisk, harddisk umumnya

memiliki kapasitas yang lebih besar karena digunakan

sebagai media penyimpanan utama pada komputer,

sedangkan untuk media penyimpanan sementara saat

melakukan proses pada data yaitu Random Access

Memory (RAM). External Storage yaitu perangkat keras

untuk melakukan penulisan, pembacaan, dan

penyimpanan data diluar dari media penyimpanan

utama. Misalnya harddisk external, DVD, flashdisk dan

lain-lain.
15

2) Software (Perangkat Lunak)

Software diartikan juga sebagai perangkat lunak, perangkat

ini tidak memiliki bentuk fisik seperti hardware. Software dapat

diartikan juga sebagai suatu kumpulan data elektronik yang

tersimpan dan diatur oleh komputer, bisa berupa program

ataupun koneksi untuk menjalankan berbagai macam instruksi

perintah. Jadi software tidak dapat disentuh dan dilihat secara

fisik, dan dapat dikatakan juga bahwa software digunakan

untuk mengontrol perangkat keras. Software dibedakan

menjadi beberapa macam, misalnya seperti :

a. Operating System (Sistem Operasi)

Sistem Operasi komputer merupakan program dasar pada

komputer yang umumnya berfungsi untuk menghubungkan

pengguna dengan hardware. Dapat dikatakan juga sistem

operasi yaitu perangkat lunak yang bertugas untuk

melakukan kontrol dan memanajemen perangkat keras

dan operasi-operasi yang dilakukan pada sistem, termasuk

juga menjalankan aplikasi-aplikasi yang dapat melakukan

pengolahan data. Contoh sistem operasi komputer

misalnya seperti Microsoft Windows, Linux, Mac OS, dan

lain-lain.
16

b. Aplication Program (Program Aplikasi)

Program aplikasi merupakan perangkat lunak yang siap

untuk dipakai. Program aplikasi ini digunakan untuk

membantu pekerjaan pengguna komputer dalam mengolah

berbagai macam data. Pada sebuah komputer perangkat

lunak ini sering disiapkan sesuai dengan selera dan

kebutuhan penggunanya. Misalnya seperti Microsoft Excel,

Microsoft Word, Microsoft Access, Photo Shop, Chrome,

Mozilla dan lain-lain.

c. Utility Program (Program Tambahan )

Merupakan perangkat lunak yang fungsinya untuk

menjalankan tugas-tugas tambahan, disebut juga sebagai

program dukungan dan memiliki fungsi tertentu. Misalnya

seperti program yang disediakan oleh sistem operasi

seperti Data recovery, Disk Defragmenter, Sceensever,

Backup, dan lain-lain

d. Programing Language (Bahasa Pemerograman )

Merupakan bahasa yang dapat digunakan pengguna

komputer untuk berkomunikasi dengan komputer, dapat

dikatakan juga sebagai standar bahasa instruksi untuk

berkomunikasi dan memberikan perintah pada komputer.


17

Beberapa contoh bahasa pemrograman diantaranya

seperti PHP, Java, Python, C, Perl, visual basic dan lain-

lain.

3) Brainware (Pengguna Komputer)

Brainware yaitu orang yang menjalankan atau mengoperasikan

komputer. Brainware sangat penting karena komputer tidak

dapat bermanfaat jika tidak dioperasikan oleh manusia. Jadi

brainware merupakan setiap orang yang terlibat dalam

kegiatan-kegiatan pemanfaatan komputer.

Pengguna komputer umumnya dibagi kedalam 4 (empat)

macam, yang diantaranya:

a. Programer

Merupakan orang yang mempunyai keahlian menguasai

banyak ataupun salah satu bahasa pemrograman,

beberapa bahasa pemerograman yang sering digunakan

misalnya seperti PHP, Java, Phyton, C dan lain-lain. Jadi

programer dapat dikatakan juga sebagai orang yang

membuat dan bertugas untuk mempersiapkan program

yang memang diperlukan pada sistem komputer yang akan

digunakan untuk mengolah data.


18

b. Sistem Analis

Merupakan orang yang memiliki tanggung jawab terhadap

penelitian, perencanaan, penkoordinasian dan

merekomendasikan pilihan software, hardware dan sistem

yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya (perorangan,

organisasi dan perusahaan). Seorang sistem analis-pun

sangat berperan penting dalam proses pengembangan

suatu sistem. Seorang sistem analis perlu memiliki 4

(empat) keahlian seperti analisis, teknis, manajerial dan

cara berkomunikasi dengan orang lain atau interpersonal.

Kemampuan dalam melakukan analisis dapat

memungkinkan untuk memahami perilaku organisasi dan

juga fungsi-fungsi lainnya, kemampuan tersebut dapat

membantu dalam mengidentifikasi berbagai kemungkinan

yang terbaik dalam menyelesaikan masalah yang sedang

dihadapi. Kemampuan teknis dapat memungkinkan untuk

memahami berbagai potensi dan keterbatasan dari

teknologi informasi. Keahlian dalam manajerial dapat

membantu dalam mengelola sumber daya, proyek dan

lain-lain. Dan keahlian Interpersonal dapat membantu

dalam berinteraksi khususnya dengan pengguna akhir atau

user.Seorang sistem analis juga harus mampu untuk

memahami dan bekerja dengan berbagai jenis bahasa


19

pemrograman, sistem operasi, maupun perangkat keras

yang digunakan oleh pengguna akhir.

c. Administrator

Merupakan orang yang tugasnya mengelola suatu sistem

operasi dan juga beberapa program yang sedang berjalan

pada sistem komputer.

d. Operator

Merupakan orang yang memanfaatkan sistem komputer

yang telah ada atau dia hanya menggunakan aplikasi-

aplikasi tertentu saja untuk mengolah data.

(Jogiyanto,2005)

B. Informasi dan Sistem Informasi

1. Pengertian

a. Informasi adalah sekumpulan data/ fakta yang diolah dengan

cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerima agar

dapat memberikan keterangan atau pengetahuan. Dengan

demikian yang menjadi sumber informasi adalah data. Informasi

dapat juga di katakan sebuah pengetahuan yang diperoleh dari

pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. (Indrayani,

Humdiana, 2009)
20

b. Informasi adalah sekumpulan data yang telah diolah dan

diproses sehingga dapat diterima sebagai keterangan oleh

penerima

2. Sistem Informasi
1) Pengertian

a. Sistem informasi dapat digabungkan antara manusia,

perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan

sumber-sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan

menyebarkan informasi dalam satu organisasi (Sadoughi et

al., 2017)

b. Sistem informasi merupakan interasional untuk

mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan

mendistribuskan informasi untuk membantu manager dalam

mengambil keputusan, pengontrolan, dan pengorganisasian,

penganalisaan masalah dan memvisualisasikan maslaah

yang kompleks dalam satu organisasi (Tapuria et al., 2017)

c. Sistem informasi menganjurkan penggunaan tekhnologi

komputer didalam organisasi untuk menyajikan informasi

bagi pemakai. Sistem informasi merupakan sekelompok

perangkat keras dan lunak untuk mengubah data menjadi

informasi bermanfaat (Cascao et al., 2016).


21

2) Komponen sistem informasi

a. Perangkat Keras (hardware)

Mencakup piranti-piranti fisik seperti komputer, monitor,

printer, dan lainnya.

b. Perangkat Lunak (software)

Sekumpulan intruksi yang memungkinkan perangkat

keras untuk dapat memproses data.

c. Prosedur

Sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan

pemrosesan data dan memunculkan keluaran yang

dikehendaki.

d. Orang

Semua pihak yang bertanggung jawab dalam

pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan

penggunaan keluaran sistem informasi.

e. Basis Data (database)

Sekumpulan table, hubungan, dan lain-lain yang berkaitan

dengan penyimpanan data.

f. Jaringan Data dan Komunitas Data

Sistem penghubung yang memungkinkan sumber

(resources) dipakai secara bersama atau diakses sejumlah

pemakai (Proctor and Goljanek-Whysall, 2017).


22

C. Partograf

1. Pengertian

Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk

memantau keadaan ibu dan janin serta membantu mendeteksi dini

adanya penyimpangan/masalah persalinan, serta menjadi petunjuk

untuk melakukan tindakan bedah kebidanan. Partograf dapat

digunakan sebagai sistem peringatan awal yang akan membantu

pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus

dirujuk, dipercepat atau diakhiri pemantauan janin dan ibu selama

persalinan, serta membantu menemukan adanya masalah janin

atau ibu. Partograf dianggap sebagai “Sistem Peringatan Awal”

yang akan membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan

seorang ibu harus dirujuk, dipercepat persalinannya, atau diakhiri

persalinannya (João Paulo Souza et al., 2015; Markos and Bogale,

2015; Muhammad Sidik, 2012; Bedwell et al., 2017; Osrin, 2014;

Engida Yisma, 2013; Renu Meena, 2016; Thomas Obinchemti

Egbe, 2016; Samar Dawood Sarsam, 2014; Nagat S. Salama,

2010).

Perkembangan partograf dimulai pada tahun 1970, ketika

partograf Philpott dikembangkan dari servikograf asli oleh

Friedman pada tahun 1954. Banyak peneliti yang

menggunakannya sebagai dasar dalam penatalaksanaan

persalinan, tahun 1967 Friedman mulai mengembangkan grafik


23

analisa statistik dari berbagai tipe persalinan. Philpott (1972),

membuat perubahan dalam merancang catatan grafik persalinan

yang lebih detail, dengan memasukkan keadaan ibu dan janin

pada selembar kertas, dengan membuat dua garis skrining, yaitu

garis waspada (Alert Line) dan garis aksi/bertindak (Action Line)

yang sejajar dan terpisah empat jam setelah garis waspada.

Kemudian pada tahun 1994 World Health Organization (WHO)

merancang partograf komposit termasuk dalam fase laten selama

8 jam, ini adalah adaptasi dari yang diformulasikan oeh Phillpot

dan rekannya.

Dalam perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 2000,

partograf WHO dimodifikasi untuk lebih sederhana dan lebih

mudah digunakan, pada partograf yang telah dimodifikasi ini, fase

laten dihilangkan dan penggambaran partograf dimulai dari fase

aktif yaitu pada saat pembukaan serviks 4 cm. Pada fase aktif

persalinan, grafik pembukaan dihubungkan dengan waktu yang

dimulai disebelah kiri garis waspada, apabila frafiknya memotong

garis ini, itu merupaan tanda peringatan bahwa persalinan

mungkin akan berlangsung lama. Garis tindakan adalah 4 jam ke

sebelah kanan garis waspada, jika grafik mencapai garis tindakan

harus diambil keputusn tentang penyebab penyebab persalinan

lama dan tindakan yang tepat. Pada akhirnya partograf WHO yang

dimodifikasi inilah yang menjadi acuan dari partograf Asuhan


24

Persalinan Normal (APN). (Tina Lavender, 2014; Engida Yisma,

2013; Asibong et al., 2014; Yadav et al., 2016; Okokon et al., 2014;

Swamy Mallaiah Kenchaveeriah, 2010; Thomas Obinchemti Egbe,

2016; G. Bossea, 2002; Nyamtema et al., 2008; Jadhao, 2012).

2. Tujuan Penggunaan Partograf

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

b. Memantau proses persalinan normal

c. Mendeteksi secara dini adanya masalah persalinan

d. Membantu dalam proses pengambilan keputusan klinik

3. Waktu Pengisian Partograf

Waktu untuk pengisian partograf adalah dimulai saat proses

persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat

pembukaan serviks dari 4 cm sampai 10 cm dan berakhir pada

pemantauan kala IV.

4. Komponen Partograf

Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh

informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam,

kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan,

pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau

tindakan yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara

pencatatan partograf.
25

Komponen – komponen partograf antara lain :

1) Informasi tentang ibu

a) Nama dan umur

b) Gravida, para, abortus

c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat

e) Waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi janin:

a) Denyut jantung janin.

b) Warna dan adanya air ketuban.

c) Penyusupan(molase) kepala janin.

3) Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks.

b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.

c) Garis waspada dan garis bertindak.

4) Waktu dan jam

a) Waktu mulainya fase aktif persalinan.

b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

5) Kontraksi uterus

a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.

b) Lama kontraksi (dalam detik).


26

6) Obat-obatan yang diberikan

a) Oksitosin.

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi ibu

a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.

b) Urin (volume, aseton atau protein).


27

Gambar 2. 2 (Partograf Lembar Depan dan Belakang)


28
29

5. Cara Pengisian Partograf

Cara pengisian partograf sesuai dengan pedoman

pencatatan partograf menurut buku acuan Jaringan Nasional

Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) tahun

2012 adalah sebagai berikut :

1. Lembar depan partograf

a) Informasi Tentang Ibu

Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu, waktu

kedatangan ditulis sebagai jam atau pukul, catat waktu

pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan

mules, dan perhatikan kemugkinan ibu datang pada

fase laten.

Contoh :

Gambar 2. 3 Identitas

b) Kondisi Janin

1) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Nilai dan catat Denyut Jantung Janin (DJJ) setiap 30

menit (lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat

janin). Ada 32 jumlah kotak pada bagian DJJ, setiap


30

kotak menunjukkan waktu 30 menit. Kisaran normal

DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100.

Bidan harus waspada jika DJJ mengarah di bawah

120 per menit (bradicardi) atau diatas 160 permenit

(tachikardi). Beri tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran

angka 180 dan 100, kemudian hubungkan satu titik

dengan titik yang lainnya.

Contoh :

Gambar 2. 4 Grafik Denyut Jantung Janin

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan

periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika

selaput ketuban pecah. Catat temuan – temuan

dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ,

gunakan lambang – lambang sebagai berikut :


31

U : Selaput ketuban Utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

Jernih.

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur Mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur Darah

K : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

tidak mengalir lagi (Kering).

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat

mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk

mengenali tanda – tanda gawat janin selama proses

persalinan. Jika ada tanda – tanda gawat janin

(denyut jantung janin <100 atau >180 kali per menit)

maka ibu harus segera dirujuk. Tetapi jika terdapat

mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang

kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan

obstetri dan bayi baru lahir.

Contoh :

Gambar 2. 5 Kotak Air Ketuban


32

3) Penyusupan (molase) tulang kepala janin

Penyusupan adalah indikator untuk mengetahui

seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri

terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin

besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar

tulang kepala semakin menunjukkan risiko

disproporsi kepala-panggul atau yang disebut

Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).

Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau

disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan

atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingga

tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk

dipisahkan. Apabila terdapat dugaan kepala-panggul

maka tetap pantau kondisi janin serta kemajuan

persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang

sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi

kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.

Setiap melakukan periksa dalam, nilai penyusupan

antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan

yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air

ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut :


33

0 :Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi

1 :Tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan

2 :Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih

tetapi masih dapat dipisahkan

3 :Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih

dan tidak dapat dipisahkan.

Contoh :

Gambar 2. 6 Kotak Penyusupan (Molase)

c) Kemajuan Persalinan

Angka 0 - 10 di kolom paling kiri adalah besarnya

dilatasi serviks

1) Pembukaan serviks

Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat

pada partograf setiap temuan dari setiap

pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks

setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda –

tanda penyulit). Cantumkan tanda ‘X’ di garis waktu


34

yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan

serviks.

Contoh :

Gambar 2. 7 Grafik Pembukaan Serviks

2) Penurunan bagian terbawah janin

Untuk menentukan penurunan kepala janin

tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode

perlimaan. Tuliskan turunnya kepala janin dengan

garis tidak terputus dari 0-5. Berikan tanda ‘0’ pada

garis waktu yang sesuai.

Contoh :

Gambar 2.8 Grafik Penurunan bagian terbawah

janin
35

3) Garis waspada dan garis bertindak

(a) Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks

4 cm dan berakhir pada titik pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1

cm per jam. Pencatatan dimulai pada garis

waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke

sebelah kanan garis waspada, maka harus

dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya :

fase aktif memanjang, serviks kaku, inersia uteri

hipertonik, dll).

(b) Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah

kanan (berjarak 4 jam) pada garis waspada. Jika

pembukaan serviks telah melampaui dan berada

di sebelah kanan garis bertindak maka

menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk

menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus

berada di tempat rujukan sebelum garis

bertindak terlampaui.

d) Jam dan waktu

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan.

Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya

fase aktif persalinan.

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan.


36

Cantumkan tanda ‘X’ di garis waspada, saat ibu masuk

dalam fase aktif persalinan.

e) Kontraksi uterus

Terdapat lima kotak “kontraksi per 10 menit”, setiap

kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba

dan catat jumlah kontraksi per 10 menit dan lama

kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan lama kontraksi

dengan :

(1) ░ : Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk

menyatakan kontraksi yang lamanya < 20 detik.

(2) / : Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk

menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

(3) : Isi penuh kotak yang sesuai untuk

menyatakan kontraksi yang lamanya > 40 detik.

Contoh :

Gambar 2. 9 Kotak Kontraksi Uterus


37

f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

1) Oksitosin. Jika tetesan drip sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit

oksitosin yang diberikan per volume cairan dan

dalam satuan tetes per menit.

2) Obat lain dan caira IV. Catat semua dalam kotak

yang sesuai dengan kolom waktunya

Contoh :

Gambar 2. 10 Kotak obat-obatan

g) Kondisi ibu

1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh

(a) Nadi, dicatat setiap 30 menit (lebih sering jika

diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (•) pada

kolom yang sesuai

(b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam (lebih

sering jika diduga ada penyulit). Beri tanda

panah pada partograf pada kolom waktu yang

sesuai.

(c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam

(lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak


38

atau diduga ada infeksi). Catat suhu tubuh pada

kotak yang sesuai.

Contoh :

Gambar 2. 11 Grafik Nadi, Tekanan Darah dan Suhu

2) Volume urine, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine setiap 2 jam

(setiap ibu berkemih). Jika memungkinkan, lakukan

pemeriksaan aseton dan protein dalam urine.

Contoh :

Gambar 2. 12 Kotak Urin

2. Pencatatan halaman belakang partograf

Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan

yang berguna untuk mencatat proses persalinan dan

kelahiran bayi, serta tindakan – tindakan yang dilakukan

sejak kala I sampai kala IV dan bayi baru lahir. Bagian


39

belakang partograf disebut juga dengan Catatan

Persalinan, asuhan yang diberikan kepada ibu selama

masa nifas dicatat dalam catatan persalinan (terutama

pada kala IV persalinan) untuk memungkinkan bidan

mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan

klinik yang sesuai, selain itu catatan persalinan (lengkap

dan benar) dapat digunakan untuk menilai sejauh mana

pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih

telah dilakukan.

a) Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan

merujuk, tempat rujukan, pendamping saat merujuk dan

masalah dalam kehamilan/persalinan ini. Isi data pada

masing – masing tempat yang telah disediakan atau

beri tanda “√” paada kotak jawaban yang sesuai, dan

lingkari jawaban yang sesuai dengan beberapa

pertanyaan.

Contoh :
40

Gambar 2. 13 Data Dasar

b) Kala I

Terdiri dari pertanyaan - pertanyaan tentang temuan

selama fase laten, grafik melewati garis waspada,

masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil

penatalaksanaannya. Untuk pertanyaan nomor 10 dan

nomor 11 hanya ligkari jawaban yang sesuai.

Contoh :

Gambar 2. 14 Kala I
41

c) Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan,

gawat janin, distosia bahu, masalah lain dan

penatalaksanaan masalah tersebut dan hasilnya. Beri

tanda √ pada kotak disamping jawaban sesuai.

Contoh :

Gambar 2. 15 Kala II

d) Kala III

Kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian

oksitosin, penegangan tali pusatterkendali, rangsangan

pada fundus, kelengkapan plasenta saat dilahirkan,

retensio plasenta yang lebih dari 30 menit, laserasi,

atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,


42

penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada

tempat yang disedakan dan beri tanda √ pada kotak

disamping jawaban yang sesuai, untuk beberapa

nomor lingkari jawaban yang benar.

Contoh :

Gambar 2.16 Kala III

e) Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu

tubuh, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung

kemih, dan perdarahan. Pemantauan kala IV

membantu mendetesi dini komplikasi atau kesiapan


43

penolong persalinan mengantisipasi masalah atau

penyulit obstetrik segera seperti syok hipovolemik,

perdarahan pascapersalinan primer, atau infeksi. Bila

timbul masalah selama kala IV, tulis jenis dan

tatalaksana masalah secara singkat dan lengkap

pada kolom yang tersedia.

Contoh :

Gambar 2.17 Kala IV

Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam

1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam

berikutnya. Isi hasil pemeriksaan pada kolom yang

sesuai pada tabel pemantauan. Tanda vital, tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus, kondisi kandung kemih,

produksi urin dan jumlah darah yang keluar. Bagian

yang digelapkan tidak perlu diisi.

Contoh :

Gambar 2.18 Pemantauan Kala IV


44

f) Bayi baru lahir

Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang

badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir,

pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya. Isi jawban

pada tempat yang disediakan serta beri tanda √ pada

kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk beberapa

pertanyaan lingkari jawaban yang sesuai.

Contoh :

Gambar 2.19 Pengisian Bayi Baru Lahir


45

D. Pengambilan Keputusan Klinik

Pengambilan keputusan merupakan proses penyelesaian masalah

dan sebegai penentu asuhan yang akan diberikan kepada pasien,

keputusan tersebut harus akurat, komperehensif dan aman, baik untuk

pasien dan keluarganya maupun petuga yang memberikan

pertolongan. Pengambilan keputusan klinik dihasilkan melaluai

serangkaian proses dan dipadukan dengan kajian teoritis, intervensi

berdasarkan bukti (evidence based), keterampilan dan pengalaman

yang dikembangkan melaului tahapan yang logis, serta diperlukan

upaya untuk meyelesaikan masalah yang terfokus pada pasien.

Tujuh langkah dalam pengambilan keputusan klinik :

1. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan

Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan dalam membuat

keputusan klinik. Data utama (misalnya, riwayat persalinan), data

subyektif yang diperoleh dari pasien (misalnya, keluhan pasien),

dan data obyektif dari pemeriksaan fisik (misalnya, tekanan darah)

diperoleh melalui upaya yang sistematik dan terfokus.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Anamnesis dan observasi langsung : komunikasi dengan ibu,

mengajukan pertanyaan terkait kondisi dan riwayat kesehatan

ibu, mengamati sikap atau ekspresi wajah terkait keluhan sakit,


46

rasa tidak nyaman, lemah, gangguan kesadaran, sesak

ataupun rasa nyaman.

b. Pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

c. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium, USG,

rontgen, dan sebagainya.

d. Catatan medik

2. Menginterpretasikan Data Dan Mengidentifikasi Masalah

Setelah data dikumpulkan, bidan melakukan analisis untuk

membuat alur algoritma menuju suatu diagnosis. Suatu diagnosis

kerja diuji dan dipertegas/dikaji ulang berdasarkan waktu

pengamatan dan pengumpulan data secara terus menerus.

Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah , diperlukan :

a. Data lengkap dan akurat

b. Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data

c. Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan

dengan masalah yang ada atau sedang dihadapi.

Diagnosis menunjukkan variasi suatu kondisi yang berkisar

diantara normal dan patologik serta memerlukan upaya untuk

menyelesaikannya. Masalah obstetrik merupakan bagian dari

diagnosis sehingga penatalaksanaan masalah tersebut

memerlukan upaya tambahan selain upaya korektif terhadap

diagnosis yang telah dibuat.


47

Contoh :

Diagnosis : G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban pecah dini 4 jam

Masalah : kehamilan yang tidak diinginkan atau takut menghadapi

persalinan

3. Menetapkan Diagnosis Atau Merumuskan Masalah Yang Terjadi

Menetapkan diagnosis merupakan membuat satu diagnosis

kerja diantara berbagai diagnosis banding. Rumusan masalah

yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap diganosis

kerja tapi dapat pula merupakan masalah utama yang saling terkait

dengan beberapa masalah penyerta atau berbagai faktor lain yang

berkontribusi dalam terjadinya masalah utama.

Contoh :

Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia, kehamilan ganda

yang jelas secara diganosis tetapi masih dihadapkan dengan

masalah lanjutan walaupun kasus utama diselesaikan. Bayi besar

mugkin dapat ditolong oleh bidan tetapi harus tetap waspada

dengan masalah potensial.

4. Menilai Adanya Kebutuhan Dan Kesiapan Intervensi Untuk

Mengatasi Masalah

Bidan tidak hanya terampil dalam membuat keputusan klinik,

tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat

mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Untuk mengenali

situasi tersebut, bidan harus mampu membaca situasi klinik dan


48

budaya masyarakat setempat sehingga lebih mudah dalam

mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah

untuk menyelamatkan ibu dan bayi jika terjadi kondisi gawat

darurat selama atau setelah menolong persalinan.

Upaya ini disebut juga Birth Preparedness And Complication

Readiness (Kesiapan menghadapi persalinan dan tanggap

terhadap komplikasi yang mungkin terjadi), bidan harus

mengetahui rencana rujukan yang harus selalu disiapkan dan

didiskusikan dengan ibu, suami atau keluarga.

5. Menyusun Rencana Pemberian Asuhan Untuk Solusi Masalah

Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin

dikembangkan melalui kajian data yang telah diperoleh, identifikasi

kebutuhan, kesiapan asuhan, dan mengukur sumber daya atau

kemampuan yang dimiliki. Tujuannya agar ibu dapat ditangani

dengan baik dan bayi lahi selamat.

6. Melaksanakan Asuhan/Intervensi Terpilih

Melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat secara

tepat waktu dan aman dapat membantu mencegah terjadinya

penyulit bagi ibu dan bayi.

7. Memantau Dan Mengevaluasi Efektivitas Asuhan/Intervensi

Rencana kerja yang telah dikerjakan dievaluasi kembali

untuk menilai efektivitasnya. Proses melingkar (sirkuler)

merupakan proses pengumpulan data, membuat diagnosis,


49

memilih intervensi, menilai kemampuan diri, dan melaksanakan

asuhan. Jika pada saat evaluasi ditemukan status ibu dan bayi

telah berubah, sesuaikan asuhan yang diberikan sesuai perubahan

kebutuhan tersebut (JNPKR, 2012).

E. Teori Efektifitas

1. Pengertian

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang

berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan

penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia)

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung

pengertian keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil

yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.

Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point)

dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan

yang erat dengan efisiensi. Seperti yang dikemukakan oleh Arthur

G. Gedeian dkk dalam bukunya Organization Theory and Design

yang mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “That is, the

greater the extent it which an organization’s goals are met or


50

surpassed, the greater its effectiveness” (Semakin besar

pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas).

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan

atau sasaran yang telah ditentukan didalam setiap organisasi,

kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan

ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan

tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau

kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka

efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan

output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi,

program atau kegiatan yang menyatakan sejauh mana tujuan

(kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil

tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai

target-targetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektivitas yang

dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang

dikehendaki (Mahmudi, 2005).

2. Ukuran Efektivitas

Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat

keluaran (output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah

untuk dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering

menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas


51

tersebut karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat

diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang

setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas biasanya

dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu) dalam bentuk

pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan

baik, maka efektivitasnya baik pula.

Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfied dan

Egerton L. menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut

berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau

kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio)

antara masukan (input) dengan keluaran (output).

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam

efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau

banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

3. Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang

kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat

menumbuhkan kreativitas dan kemampuan.

4. Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang

tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu (Danim, 2004).

Pendekatan-pendekatan dalam menilai efektivitas :

a. Pendekatan eksperimental (experimental approach).


52

Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum

tentang dampak suatu program tertentu dengan mengontrol

sabanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.

b. Pendekaatan yang berorientasi pada tujuan (goal oriented

approach).

Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk

menentukan keberhasilan. Pendekatan ini amat wajar dan

praktis untuk desain pengembangan program. Pendekatan ini

memberi petunjuk kepada pengembang program, menjelaskan

hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dengan

hasil yang akan dicapai.

c. Pendekatan yang berfokus pada keputusan (the decision

focused approach). Pendekatan ini menekankan pada peranan

informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam

menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini informasi

akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola

program membuat keputusan. Oleh sebab itu, evaluasi harus

direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan

program.

d. Pendekatan yang responsif (the responsive approach).

Pendekatan responsif menekankan bahwa evaluasi yang berarti

adalah evaluasi yang mencari pengertian suatu isu dari

berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat, berminat,


53

dan berkepentingan dengan program (stakeholder program).

evaluasi program diperoleh dengan memakai tes, kuesioner,

atau analisis statistik, sebab setiap orang yang dipengaruhi oleh

program merasakannya secara unik. Tujuan evaluasi adalah

untuk memahami program melalui berbagai sudut pandang

yang berbeda (Abdurahmat, 2008).

F. Kaitan Sistem Komputer dan Partograf Terhadap Efektivitas

Pengambilan Keputusan Klinik pada Proses Persalinan

1. Interaksi dengan komputer

a. Interaksi manusia dengan komputer

Sebuah hubungan antara manusia dan komputer yang

mempunyai karakteristik tertentu untuk mencapai suatu

tujuan tertentu dengan menjalankan sebuah sistem yang

menggunakan antarmuka (interface).

b. Interaksi Antarmuka Manusia dan Komputer

Media yang memungkinkan manusia berinteraksi dengan

komputer untuk memberikan suatu perintah kepada

komputer.

c. Bidang Ilmu Interaksi Manusia dan Komputer

Ilmu yang mempelajari bagaimana mendesain,

mengevaluasi dan mengimplementasikan sistem komputer

yang interaktif sehingga dapat digunakan oleh manusia.


54

Di dalam sebuah program aplikasi terbagi menjadi 2 bagian :

1) Bagian Antarmuka yaitu berupa tampilan untuk pemasukan

data (input) dan untuk keluaran data (Output)

2) Bagian Aplikasi yaitu bagian yang berfungsi untuk

menghasilkan informasi berdasarkan olahan data yang

sudah dimasukkan oleh pengguna lewat algoritma yang

diisyaratkan oleh aplikasi tersebut.

2. Sistem Komputer, Partograf dan Efektivitas Terhadap Pengambilan

Keputusan Klinik

Partograf berbasis sistem komputer ini menggunakan bahasa

pemgrograman Visual Basic, Visual Basic merupakan event-driven

programming (pemrograman terkendali kejadian) artinya program

menunggu sampai adanya respon dari pemakai berupa

event/kejadian tertentu (tombol diklik, menu dipilih, dan lain-lain).

Ketika event terdeteksi, kode yang berhubungan dengan event

(prosedur event) akan dijalankan, artinya ketika bidan melakukan

input data pasien atau bekerja dengan sistem komputer maka

program ini akan bekerja sesuai perintah.

Visual basic adalah salah satu bahasa pemrograman yang

mendukung sistem operasi windows, sistem operasi windows

adalah sistem operasi yang akan digunakan dalam membuat

aplikasi partograf berbasis sistem komputer untuk memudahkan

bidan dalam melakukan analisis pada pengambilan keputusan


55

klinik, data hasil pemeriksaan pasien akan diolah oleh sistem

komputer dan menghasilkan keluaran yaitu berupa analisis

partograf untuk pengambilan keputusan klinik dan menentukkan

asuhan/tindakan yang akan diberikan.

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan

tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif program atau kegiatan

tersebut. Tujuan sistem ini adalah memberikan efektivitas dari

aspek kemudahan, kecepatan dan relevansi data terhadap

pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan, sehingga

bidan dapat segera mengetahui asuhan/tindakan yang akan

diberikan pada ibu inpartu yang mengalami masalah dalam

proses persalinan, dan membantu memutus mata rantai 3T

yaitu Terlambat mengambil keputusan klinik, Terlambat dirujuk,

dan Terlambat mandapatkan penganan serta membantu

menurunkan angka kematian ibu dan bayi.


56

G. Kerangka Pikir

Di bawah ini merupakan kerangka pemikiran yang dilakukan.

Kerangka pemikiran tersebut merupakan tahap proses dari awal

penelitian hingga akhir penelitian.

Input Data

Partograf Database Acces,


Partograf
Catat manual Berbasis Sistem Program Visual
Konvensioal
Komputer Basic

Output Hasil Pencatatan Output Hasil Analisis Data


Kemajuan Persalinan Kemajuan Persalinan

Pengambilan
Keputusan Klinik

Asuhan/tindakan selanjutnya

Gambar 2. 20 Kerangka Pikir


57

H. Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Partograf Berbasis Sistem


Komputer

Efektivitas dari aspek kemudahan,


kecepatan dan relevansi data
terhadap Pengambilan Keputusan
klinik

Partograf Konvensional

Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel dependen yang diteliti

: Menghubungkan variabel independen dan dependen

Variabel Penelitian Yaitu :

1. Partograf Konvensional

2. Partograf Berbasis Sistem Komputer

3. Efektivitas dari Aspek Kemudahan, Kecepatan dan Relevansi Data

Terhadap Pengambilan Keputusan Klinik.


58

I. Hipotesis

a. Partograf berbasis sistem komputer lebih efektif dibandingkan

dengan partograf konvensional dilihat dari aspek kemudahan,

kecepatan dan relevansi data terhadap pengambilan keputusan

klinik.

b. Ada perbedaan efektivitas dari aspek kemudahan, kecepatan dan

relevansi data terhadap pengambilan keputusan klinik dengan

menggunakan partograf konvensional dan partograf berbasis

komputer

J. Definisi Operasional

Tabel .1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala


. Ukur
1. Partograf Alat untuk mencatat dan _ _
Konvesional memantau kemajuan
persalinan selama fase
aktif serta digunakan
untuk pengambilan
keputusan dalam
penatalaksanaan
2. Partograf Alat yang menggunakan _ _
Berbasis teknologi komputer untuk
Komputer memantau kemajuan
persalinan selama fase
aktif persalinan dan
digunakan untuk
pengambilan keputusan
dalam penatalaksanaan
3. Efektivitas Suatu ukuran yang Kusioner Ordinal
menggambarkan
seberapa jauh target
yang telah dicapai
(kemudahan, kecepatan
dan relevansi data)
59

4. Pengambilan Proses pemecahan _ _


Keputusan masalah yang akan
Klinik digunakan untuk
merencanakan
asuhan atau
tindakan selanjutnya
untuk ibu dan bayi
baru lahir
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu kesatuan, rencana

terinci dan spesifik mengenai cara memperoleh, menganalisis, dan

menginterpretasi data (Arikunto 2010). Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah comparative study dengan melihat

perbedaan antara kedua variabel yang diteliti. Desain penelitian

yang digunakan yakni deskriptif komparatif, desain ini akan

memberikan gambaran dari pernyataan penelitian yang digunakan

untuk mengetahui apakah ada perbedaan terhadap partograf

berbasis sistem komputer dan partograf konvensional. Pada desain

ini membedakan dua variabel yang kemudian diuraikan satu

persatu pada situasi atau sekelompok subjek, sedangkan

pendekatan penelitian menggunakan pendekatan crosssectional,

yaitu subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran terhadap

variabel dilakukan pada saat penelitian dalam suatu waktu

(sugiyono, 2014).

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bara-Baraya Makassar di

ruang bersalin mulai bulan oktober sampai bulan desember 2017.

60
61

C. Alat Penelitian

Alat penelitian disini adalah komponen hardware dan software

yang digunakan sebagai alat dalam mendukung penelitian yang

dilakukan, alat ini yang akan dijadikan sebagai alat pengolahan

data dan pembuatan sistem yang akan dirancang.

1) Hardware

Spesifikasi yang digunakan adalah Komputer/Laptop RAM 2

GB, Harddisk 500 GB, Procesor Intel Core i3 dan Stopwatch.

2) Software

Spesifikasi yang digunakan adalah sistem operasi windows

seven dengan bahasa program visual basic database access.

D. Populasi dan Sampel

1) Populasi dalam penelitian ini menggunakan populasi terjangkau

yaitu instansi kesehatan Puskesmas Bara-Baraya Makassar.

2) Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini yakni purposive sample, Artinya semua subyek yang

memenuhi kriteria inklusi dan masalah yang ingin diteliti akan

dimasukkan ke dalam penelitian sampai sampel terpenuhi.

Adapun jumlah sampel yang diambil yaitu 40 data hasil

pemeriksaan persalinan yang akan dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu 20 data pasien diisi dengan menggunakan partograf


62

konvensional dan 20 data pasien diisi dengan menggunakan

partograf berbasis komputer.

3) Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a) Kriteria inklusi

1.1 Ibu inpartu dengan fase aktif

1.2 Ibu bersalin tanpa komplikasi

b) Kriteria eksklusi

1.1 Ibu inpartu fase aktif dengan kegawatdaruratan

1.2 Ibu inpartu dengan kelainan letak

1.3 Ibu inpartu penyakit tertentu

E. Pengumpulan Data

a. Jenis dan sumber data

Ada beberapa sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer yang diperoleh secara langsung pada sumber

data yaitu saat melakukan wawancara dan observasi

kepada sumber yang dibutuhkan yaitu di Puskesmas Bara

– Baraya Makassar

2. Data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung untuk

mendukung penulisan pada penelitian ini melalui dokumen

atau catatan yang ada di tempat penelitian yaitu di

Puskesmas Bara – Baraya Makassar.


63

b. Teknik Pengumpulan Data

1) Studi pustaka ; dengan mempelajari buku-buku dan literatur-

literatur yang relevan yang berhubungan dengan penelitian.

2) Wawancara ; dengan cara melakukan wawancara dengan

pihak Puskesmas terkait pelaksanaan pencatatan dan

pelaporan selama proses persalinan.

3) Observasi ; melakukan penelitian langsung ke lapangan

agar mempermudah dalam menganalisa data.

4) Kusioner ; untuk menilai perbedaan efektivitas dari aspek

kemudahan, kecepatan dan relevansi data antara partograf

konvensional dan partograf berbasis komputer terhadap

pengambilan keputusan klinik.

c. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam

prosedur penelitian, dalam penelitian ini pengumpulan data

dengan menggunakan kuesioner. Untuk mendapatkan

kuesioner yang valid dan reliabel, perlu memperhatikan

prosedur penyusunan kuesioner sebagai berikut :

1. Menjabarkan variabel menjadi indikator termasuk membuat

kisi-kisi untuk pertanyaan setiap variabel

2. Menyusun item pertanyaan sesuai materi yang diajarkan.

3. Melengkapi setiap kuesioner dengan petunjuk untuk

mengerjakannya.
64

4. Menguji cobakan kuesioner terhadap responden.

5. Memeriksa lembar kerja responden, apabila terdapat

ketidaklengkapan data peneliti meminta untuk

melengkapinya.

6. Melaksanakan uji validitas dan reliabilitas untuk

mengumpulkan data pada penelitian.

Untuk memperoleh data yang digunakan sebagai

penunjang dalam penelitian ini pemberian skor pada kuesioner

adalah dengan menggunakan metode tes. Metode tes

digunakan untuk mengumpulkan data tentang keberhasilan

efektivitas partograf konvensional (manual) dan partograf

berbasis komputer. Instrument tes berbentuk tes pilihan

pernyataan, Tes ini berbentuk pernyataan dengan 5 alternatif

jawaban . Penskoran tes pernyataan dilakukan dengan cara

sebagai berikut ; Sangat Setuju (SS) : 5, Setuju (ST) : 4, Hampir

Setuju (HS) : 3, Tidak Setuju (TS) : 2, Sangat Tidak Setuju

(STS) : 1.

a) Uji Validitas

Sebelum penelitian yang sebenarnya dilaksanakan, perlu

terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan dengan maksud

untuk mendapatkan kuesioner yang lebih shahih dan dapat

diandalkan, dalam uji validitas ini termasuk dalam validitas


65

konstruk dimana terdapat kuesioner yang terdiri dari beberapa

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur parameter tertentu.

Adapun kuesioner yang akan diujicobakan yaitu uji kuesioner tes

untuk mengetahui efektifitas partograf konvensional dan partograf

berbasis komputer masing – masing sebanyak 15 pertanyaan yang

diolah dengan cara mengukur validitas dengan teknik spearmen

rho. Uji coba kuesioner penelitian dilaksanakan di Puskesmas Bara

– Baraya Makassar dengan jumlah responden keseluruhan

sebanyak 10 data ibu inpartu dengan jumlah bidan sebanyak 5

bidan.

Dari hasil uji validitas yang dilakukan pada tanggal 16 - 20

Oktober 2017 terdapat 3 butir soal yang tidak valid yaitu 2 butir soal

partograf konvensional dengan kode A5, A15 dengan nilai p 0,9

dan p 0,4. Dan 1 butir soal partograf berbasis sistem komputer

dengan kode A23 dengan nilai p 0,1. Dengan demikian butir soal

yang tidak valid dilakukan perbaikan dengan menanyakan isi

validitas konstruk ke para ahli atau pakar.

b) Uji Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat

menunjukkan hasil - hasil yang tetap. Selanjutnya Arikunto (2010)

menyatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah

kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil


66

yang tetap. Dengan demikian, masalah reliabilitas tes

berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Jika tes tersebut

memberikan hasil yang tetap dan tidak berubah-ubah meskipun

diberikan kapanpun, tes tersebut berarti telah memenuhi syarat

reliabilitas.

Peneliti dalam hal ini menggunakan reliabilitas internal, yakni

menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan dengan cara

teknik rumus Alpha Cronbach dengan menggunakan Windows

SPSS Versi 20, dikatakan reliabel jika memiliki r konstan lebih dari

0,6. 15 soal partograf berbasis sistem komputer diperoleh Alpha

Cronbach partograf konvensional 0,8 dan Alpha Cronbach

partograf berbasis sistem komputer 0,7, jika dilihat dari kedua hasil

uji reliabilitas partograf konvensional dan partograf berbasis sistem

komputer memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar dari r konstran

0,6 maka dapat disimpulkan kuesioner tersebut reliabel.

F. Alur Penelitian

Berikut merupakan diagram alur penelitian yang dimulai dari

persiapan dalam menentukan tujuan dari penelitian yang akan

dilakukan, tahapan-tahapan hingga hasil akhir yang ingin dicapai

dalam penelitian ini.


67

Informed Consent

Bidan Ibu Inpartu

Sosialisasi Partograf
Pelatihan
Berbasis Komputer

1 minggu Partograf 1 minggu Partograf


Berbasis Komputer Konvensional

20 Ibu Inpartu dilakukan 20 Ibu Inpartu dilakukan


pencatatan pelaporan pencatatan pelaporan
dengan partograf dengan partograf
berbasis komputer konvensional

Bidan Mengisi Kuesioner


sebanyak 30 Pertanyaan (aspek
kemudahan, keamanan,
kecepatan, dan relevansi data)

Data dikumpulkan,
diolah, dan dianalisis

Menarik Kesimpulan

Gambar 3. 1 Alur Penelitian


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum dan Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bara-Baraya

Makassar, adapun waktu penelitian dilaksanakan selama kurang

lebih 2 bulan yaitu dari bulan oktober sampai desember 2017.

Berdasarkan tujuan khusus penelitian penarikan sampel dari

populasi penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling

yakni populasi yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai

anggota sampel. Jumlah subyek yaitu sebanyak 40 data pasien,

sampel terbagi dalam 2 kelompok data yaitu 20 data pasien diisi

dengan menggunakan partograf konvensional (manual) dan 20

data pasien diisi dengan menggunakan partograf berbasis

komputer. Selanjutnya 40 data pasien akan diisi oleh 8 bidan yang

ada di ruang bersalin Puskesmas Bara-Baraya Makassar, 8 bidan

tersebut akan mengisi 20 data pasien dengan menggunakan

partograf konvensional (manual) dan 20 data pasien diisi dengan

menggunakan partograf berbasis komputer, Hasil pengisian

tersebut akan dinilai dengan menggunakan kuesioner. Adapun

waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan yaitu

mulai bulan oktober sampai desember 2017.

68
69

Data kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian

dianalisis menggunakan komputerisasi dengan menggunakan

SPSS Versi 20. Uji statistik efektivitas partograf konvensional

(manual) dan partograf berbasis sistem komputer diuji dengan

Mann Whitney karena data yang didapatkan tidak berdistribusi

normal. Uji yang digunakan untuk menganalisis perbedaan

efektivitas partograf konvensional (manual) dan partograf berbasis

komputer, data hasil penelitian kemudian ditampilkan dalam bentuk

tabel.

2. Observasi dengan Menggunakan Partograf Konvensional (Manual)

dan Partograf Berbasis Komputer Terhadap Masalah Yang

Ditemukan.
70

Tabel 4.1 Hasil Observasi dengan Menggunakan Partograf Konvensional


(Manual) dan Partograf Berbasis Sistem Komputer Terhadap Masalah yang
ditemukan.
Partograf Konvensional Patograf Berbasis Sistem Komputer
Data Masalah Waktu Asuhan/ Data Masalah Waktu Asuhan/
Pasien tindakan Pasien tindakan
1 Partus 7 menit Iinfus RL, 1 Tachicardia 2 menit Oksigen
Lama 5 detik oksigen 2 3 detik 2
liter, drip liter/menit
oxytocin , miring
1 Ampul, kiri,
observasi observasi
2 Tachicardia 6 menit Oksigen 2 Bradichardi 2 menit Oksigen
20 2 a 5 detik 2
detik liter/meni liter/menit
t, miring , miring
kiri, kiri,
observasi observasi
3 Tachicardia 6 menit Oksigen 3 Ketuban 3 menit Miring
32 2 bercampur 8 detik kiri,
detik liter/meni dengarka
t, miring n DJJ,
kiri, persiapan
observasi resusitasi
. , rujuk
4 Ketuban 6 menit Miring 4 Partus 3 menit Infus RL,
bercampur 20 kiri, Lama 20 detik oksigen 2
mekonium detik pantau liter, drip
DJJ, oxytocin
persiapa 1 Ampul,
n observasi
resusitasi
5 Hipertensi 3 menit Miring
7 detik kiri, infus
RL, drip 4
gram
MgSo4
20% (5-8
menit) ,
observasi
6 Ketuban 3 menit Observas
Pecah Dini 25 detik i
< 24 jam
7 Tachicardia 2 menit Oksigen
20 detik 2
liter/menit
, miring
kiri,
observasi
Sumber : Data Primer, 2017
71

Tabel di atas menunjukkan hasil observasi dengan

menggunakan partograf konvensional (manual) yakni dari 20 data

ibu inpartu terdapat 4 masalah yang ditemukan. Dari masalah

tersebut durasi waktu yang digunakan mulai dari pengisian data

sampai muncul hasil analisis rata-rata membutuhkan waktu lebih

dari 5 menit, artinya durasi waktu tersebut mempengaruhi

kecepatan dalam proses pengambilan keputusan klinik terhadap

masalah ibu inpartu sehinga asuhan/tindakan yang akan diberikan

untuk menangani masalah yang terjadi menjadi terlambat.

Sedangkan hasil observasi dengan menggunakan partograf

berbasis komputer yakni dari 20 data ibu inpartu terdapat 4

masalah yang ditemukan. Dari masalah tersebut durasi waktu yang

digunakan mulai dari pengisian data sampai muncul hasil analisis

membutuhkan waktu rata-rata kurang dari 5 menit, artinya

pengambilan keputusan klinik terhadap masalah ibu inpartu lebih

cepat dilakukan sehinga bidan lebih cepat mengetahui

asuhan/tindakan yang akan diberikan untuk menangani masalah

yang terjadi pada proses persalinan.


72

3. Analisis Univariat

a. Tabel 4.2 Gambaran Efektivitas dari Aspek Kemudahan,


Kecepatan dan Relevansi Data Terhadap Pengambilan
Keputusan Klinik Pada Proses Persalinan dengan
Menggunakan Partograf Konvensional (Manual).

Variabel N Median Min – Maks


Aspek Kemudahan 20 23 22-24

Aspek Kecepatan 20 20 20-21

Aspek Relevansi Data 20 13 12-15


Sumber : Data Primer, Ket : Uji T tidak berpasangan

Tabel di atas menunjukkan bahwa gambaran aspek

kemudahan, kecepatan dan relevansi data terhadap pengambilan

keputusan klinik dengan menggunakan partograf konvensional

(manual) yaitu dari aspek kemudahan diperoleh nilai median 23

dengan nilai minimum maksimum yakni 22-24, kemudian pada aspek

kecepatan diperoleh nilai median 20 dengan nilai minimum

maksimum yakni 20-21, sedangkan pada aspek relevansi data

diperoleh nilai median 13 dengan dengan nilai minimum maksimum

yakni 12-15. Dari hasil uji statistik tersebut Peneliti berasumsi bahwa

penggunaan partograf konvensional (manual) pada aspek

kemudahan lebih berpengaruh daripada aspek kecepatan dan

relevansi data terhadap pengambilan keputusan klinik pada proses

persalinan.
73

b. Tabel 4.3 Gambaran Efektivitas dari Aspek Kemudahan,


Kecepatan dan Relevansi Data Terhadap Pengambilan
Keputusan Klinik Pada Proses Persalinan dengan
Menggunakan Partograf Berbasis Sistem Komputer.

Variabel N Median Min –Maks


Aspek Kemudahan 20 24 20-25
Aspek Kecepatan 20 21 20-24
Aspek Relevansi Data 20 15 12-15

Sumber : Data Primer, Ket : Uji T tidak berpasangan

Tabel di atas menunjukkan bahwa gambaran aspek

kemudahan, kecepatan dan relevansi data terhadap pengambilan

keputusan klinik dengan menggunakan partograf berbasis sistem

komputer yaitu dari aspek kemudahan diperoleh nilai median 24

dengan nilai minimum maksimum yakni 20-25, kemudian pada

aspek kecepatan diperoleh nilai median 21 dengan nilai minimum

maksimum yakni 20-24, sedangkan pada aspek relevansi data

diperoleh nilai median 15 dengan nilai minimum maksimum yakni

12-15. Dari hasil uji statistik tersebut Peneliti berasumsi bahwa

aspek kemudahan lebih berpengaruh daripada aspek kecepatan

dan relevansi data terhadap pengambilan keputusan klinik pada

proses persalinan.
74

4. Analisis Bivariat
1) Analisis Efektivitas Partograf Konvensional (Manual) dan

Partograf Berbasis Sistem Komputer Terhadap Pengambilan

Keputusan Klinik pada Proses Persalinan.

Tabel 4.4 Efektivitas Partograf Konvensional (Manual) dan


Partograf Berbasis Sistem Komputer Terhadap
Pengambilan Keputusan Klinik pada Proses Persalinan
Variabel N p Value
Aspek Kemudahan 20 0,017
Konvensional dan
Komputer
Aspek Kecepatan 20 0,017
Konvensional dan
Komputer
Aspek Relevansi Data 20 0,017
Konvensional dan
Komputer
Sumber : Data Primer, Ket : Uji Mann Whitney

Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa hasil analisis data

menggunakan Uji Mann Whitney pada aspek kemudahan,

kecepatan dan relevansi data diperoleh nilai p Value < 0,05

artinya ada perbedaan efektivitas yang signifikan antara

partograf konvensional (manual) dan partograf berbasis sistem

komputer dari aspek kemudahan, kecepatan dan relevansi data

terhadap pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan.


75

B. Pembahasan

Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian tentang

efektivitas partograf konvensional (manual) dengan partograf

berbasis sistem komputer terhadap pengambilan keputusan klinik

pada proses persalinan.

1. Hasil Analisis Partograf Berbasis Komputer dan Partograf

Konvensional (Manual) Terhadap Masalah Yang Ditemukan

a. Hasil Analisis Partograf Berbasis Komputer Terhadap

Pengambilan Keputusan Klinik Pada Proses Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 data ibu

inpartu terdapat 7 masalah yang ditemukan dan dianalisis

dengan menggunakan partograf berbasis komputer,

diantaranya ; terdapat 2 ibu inpartu yang mengalami masalah

tachicardia, 1 ibu inpartu mengalami bradichardia, 1 ibu

inpartu mengalami ketuban bercampur meconium, 1 ibu

mengalami partus lama, 1 ibu inpartu mengalami hipertensi,

dan 1 ibu mengalami ketuban pecah dini < 24 jam.

Hasil analisis partograf berbasis sistem komputer

terhadap masalah yang ditemukan mulai dari proses

pengisian sampai dengan mengetahui/mengidentifikasi

masalah yang terjadi menunjukkan durasi waktu rata-rata

kurang dari 5 menit. Terdapat 2 ibu inpartu yang mengalami

masalah tachycardia dengan waktu identifikasi 2 menit 3 detik


76

dan 2 menit 20 detik, 1 ibu inpartu mengalami bradycardia

dengan waktu identifikasi 2 menit 5 detik, 1 ibu inpartu

mengalami air ketuban bercampur meconium dengan waktu

identifikasi 3 menit 8 detik, 1 ibu mengalami partus lama

dengan waktu identifikasi 3 menit 20 detik, 1 ibu inpartu

mengalami hipertensi dengan waktu identifikasi 3 menit 20

detik, dan 1 ibu mengalami ketuban pecah dini < 24 jam

dengan waktu identifikasi 3 menit 25 detik. Artinya

pengambilan keputusan klinik terhadap masalah ibu inpartu

lebih cepat dilakukan, sehingga asuhan/tindakan yang

diberikan lebih cepat untuk menangani masalah yang terjadi

pada proses persalinan.

Pengambilan keputusan klinik merupakan proses

penyelesaian masalah dan sebagai penentu asuhan yang

akan diberikan kepada pasien, keputusan tersebut harus

akurat, komperehensif dan aman, baik untuk pasien dan

keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan

(JNPK-KR, 2012).

Selain keterampilan, ketepatan dan kecepatan waktu

juga sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

klinik, oleh karena itu diperlukan reponse time yang cepat

dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi. Hal ini berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilde (2009) dan


77

Sabriyanti (2012) yang mengatakan bahwa semakin cepat

waktu tanggap tenaga kesehatan terhadap masalah terjadi

maka semakin positif dampaknya pada pasien yaitu dapat

mengurangi beban pembiayaan, tidak terjadi komplikasi,

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas karena kinerja

tenaga kesehatan yang sangat tinggi dan cepat dalam

memberikan penanganan. Jika waktu tanggap tenaga

kesehatan lambat terhadap masalah terjadi maka akan

berdampak negatif pada pasien yaitu risiko terjadinya

komplikasi, kecacatan bahkan kematian.

Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa partograf

berbasis sistem komputer lebih cepat mengidentifikasi

kondisi/masalah yang terjadi pada ibu dan bayi, sehingga

sangat efektif dalam membantu bidan pada proses

pengambilan keputusan klinik.

b. Hasil Analisis Menggunakan Partograf Konvensional

(Manual) Terhadap Proses Pengambilan Keputusan

Klinik Pada Proses Persalinan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 data ibu

inpartu terdapat 4 masalah yang ditemukan dan dianalisis

dengan menggunakan partograf konvensional, diantaranya ;

terdapat 1 ibu inpartu yang mengalami masalah tachycardia, 1

ibu inpartu mengalami ketuban bercampur meconium, 1 ibu


78

mengalami partus lama, dan 1 ibu inpartu mengalami

hipertensi.

Hasil analisis partograf konvensional (manual)

terhadap masalah yang ditemukan mulai dari proses

pengisian sampai dengan mengetahui/mengidentifikasi

masalah yang terjadi menunjukkan durasi waktu rata-rata

lebih dari 5 menit. Terdapat 1 ibu inpartu mengalami partus

lama dengan waktu identifikasi 7 menit 5 detik, 1 ibu inpartu

mengalami hipertensi dengan waktu identifikasi 5 menit 37

detik, 1 ibu inpartu yang mengalami masalah tachycardia

dengan waktu identifikasi 6 menit 26 detik, dan 1 ibu inpartu

mengalami air ketuban bercampur meconium dengan waktu

identifikasi 6 menit 20 detik.

Pengambilan keputusan klinik merupakan proses

penyelesaian masalah dan sebagai penentu asuhan yang

akan diberikan kepada pasien, keputusan tersebut harus

akurat, komperehensif dan aman, baik untuk pasien dan

keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan

(JNPK-KR, 2012). Hal ini berkaitan dengan Asuhan Persalinan

yang telah tertuang dalam Keputusan Menteri Republik

Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar

Profesi Bidan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

memutuskan bahwa asuhan selama persalinan dan kelahiran


79

pada kompetensi ke empat yaitu bidan mampu memberikan

asuhan bermutu tinggi, menghargai kebudayaan klien selama

persalinan, memberikan pelayanan terhadap persalinan yang

bersih dan aman, menangani keawatdarutan tertentu untuk

mengoptimalkan kesejahteraan ibu dan bayi baru lahir

(Permenkes 369, 2007).

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah

adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan,

khususnya dalam asuhan kebidanan. Tidak hanya

berpengaruh proses pengelolaan asuhan kebidanan, tetapi

penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan

perubahan. Bidan pada semua posisi klinis harus memiliki

kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil

keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksanaan / staf

maupun sebagai pemimpin. Hal ini berkaitan dengan panduan

tentang kapasitas pengambilan keputusan yang ditulis oleh

Roger dan Timothy (2004) yang mengatakan bahwa

dokumentasi data pasien adalah salah satu alat yang dapat

membantu menentukan diagnosa dan kapasitas pada proses

pengambilan keputusan.

Selain ketepatan dalam melakukan pendokumentasian,

response time juga sangat berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan klinik untuk mengidentifikasi masalah


80

yang terjadi. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wilde (2009) dan Sabriyanti (2012) yang

mengatakan bahwa semakin cepat waktu tanggap tenaga

kesehatan terhadap masalah terjadi maka semakin positif

dampaknya pada pasien yaitu dapat mengurangi beban

pembiayaan, tidak terjadi komplikasi, menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas karena kinerja tenaga kesehatan

yang sangat tinggi dan cepat dalam memberikan penanganan.

Jika waktu tanggap tenaga kesehatan lambat terhadap

masalah terjadi maka akan berdampak negatif pada pasien

yaitu risiko terjadinya komplikasi, kecacatan bahkan kematian.

Dari hasil analisis partograf konvensional (manual)

terhadap masalah yang ditemukan mulai dari proses

pengisian sampai dengan mengetahui/mengidentifikasi

masalah yang terjadi menunjukkan durasi waktu rata-rata

lebih dari 5 menit, sehingga peneliti berasumsi bahwa

partograf konvensional (manual) kurang cepat dalam

mengetahui kondisi yang terjadi pada ibu sehingga kurang

efektif dalam membantu bidan pada proses pengambilan

keputusan klinik.
81

a. Analisis Univariat

1) Gambaran efektivitas dari aspek kemudahan,

kecepatan dan relevansi data terhadap pengambilan

keputusan klinik pada proses persalinan dengan

menggunakan partograf berbasis komputer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek

kemudahan, aspek kecepatan dan relevansi data

terhadap pengambilan keputusan klinik dengan

menggunakan partograf berbasis komputer. Pada aspek

kemudahan diperoleh nilai median 24 dengan standar

deviasi 2,3 dan nilai tertinggi yakni 25, nilai terendah

yakni 20, kemudian pada aspek kecepatan diperoleh nilai

median 21 dengan standar deviasi 1,3 dan nilai tertinggi

yakni 24, nilai terendah yakni 20, sedangkan pada aspek

relevansi data diperoleh nilai median 15 dengan standar

deviasi 1,4 dan nilai tertinggi yakni 15, nilai terendah

yakni 12.

Data yang diolah melalui suatu model menjadi

informasi, kemudian penerima menerima informasi

tersebut, yang berarti menghasilkan keputusan dan

melakukan tindakan yang lain yang akan membuat

sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap

sebagai input, diproses kembali melalui suatu model


82

dan seterusnya yang disebut dengan siklus informasi.

Siklus ini juga disebut dengan siklus pengolahan data

(Jeperson Hutahean, 2014).

Data ibu inpartu yang diolah dengan partograf

berbasis teknologi memberikan kemudahan, kecepatan

dan menghasilkan data yang relevan sehingga dapat

membantu mengidentifikasi masalah serta pengambilan

keputusan klinik pada proses persalinan. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Heather

Underwood, dkk (2012) yang mengatakan bahwa

partopen yang berbasis teknologi sangat mudah

digunakan untuk menghadapi hambatan yang terjadi di

negara berkembang terkait pencatatan hasil pemantauan

persalinan.

Dengan demikian peneliti bersasumsi bahwa

penggunaan partograf berbasis komputer dapat

mempermudah, mempercepat pengolahan data melalui

sistem komputer sehingga menghasilkan output analisis

yang relevan sesuai data yang dimasukkan yakni berupa

hasil analisa data untuk mempermudah dan

mempercepat pengambilan keputusan klinik terhadap

proses persalinan, sehingga bidan akan mudah dan


83

cepat mengetahui asuhan yang akan diberikan kepada

pasien.

2) Gambaran efektivitas dari aspek kemudahan,

kecepatan dan relevansi data terhadap pengambilan

keputusan klinik pada proses persalinan dengan

menggunakan partograf konvensional (manual).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek

kemudahan, aspek kecepatan dan relevansi data

terhadap pengambilan keputusan klinik dengan

menggunakan partograf konvensional (manual), pada

aspek kemudahan diperoleh nilai median 23 dengan

standar deviasi 0,7 dan nilai tertinggi yakni 24, nilai

terendah yakni 22, kemudian pada aspek kecepatan

diperoleh nilai median 20 dengan standar deviasi 0,6 dan

nilai tertinggi yakni 21, nilai terendah yakni 20,

sedangkan pada aspek relevansi data diperoleh nilai

median 13 dengan standar deviasi 0,9 dan nilai tertinggi

yakni 15, nilai terendah yakni 12.

Penggunaan partograf konvensional (manual)

sudah digunakan sejak lama di berbagai instansi

kesehatan khususnya di ruang bersalin, sehingga sangat

besar pengaruhnya terhadap pengetahuan bidan dalam

menggunakannya. Partograf konvensional (manual)


84

memberikan analisa secara manual terhadap tindakan

pengambilan keputusan klinik dalam proses persalinan,

salah satu faktor yang memengaruhi dalam penggunaan

partograf konvensional adalah tingkat kepatuhan bidan

terhadap penggunaannya sehingga analisa yang

dihasilkan kadang kurang tepat dan memberikan

pengaruh terhadap pengambilan keputusan klinik dan

tindakan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Baafuor et.al., 2015,

dan Desalegn Markos et.al., 2015, yang mengatakan

bahwa pengetahuan bidan terhadap penggunaan

partograf sebagai dokumentasi data pasien sangat baik,

sementara kepatuhan dalam menggunakan partograf

masih kurang.

Dengan demikian, peneliti berasumsi bahwa

efektivitas penggunaan partograf konvensional (manual)

pada aspek kemudahan lebih berpengaruh dibandingkan

dengan aspek kecepatan dan relevansi data terhadap

pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan.

b. Analisis Bivariat

Efektivitas partograf berbasis komputer dan partograf

konvensional (manual) terhadap pengambilan keputusan

klinik pada proses persalinan, berdasarkan hasil analisis


85

menunjukkan bahwa analisis data menggunakan Uji Mann

Whitney pada aspek kemudahan, kecepatan dan relevansi

data diperoleh nilai p Value <0,05 artinya ada perbedaan

efektivitas yang signifikan antara partograf berbasis

komputer dan partograf konvensional (manual) dari aspek

kemudahan, aspek kecepatan dan relevansi data terhadap

pengambilan keputusan klinik pada proses persalinan.

Pada dasarnya partograf berbasis komputer dan

konvensional (manual) merupakan catatan grafik kemajuan

persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin serta

membantu mendeteksi dini adanya penyimpangan/masalah

persalinan, dan menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan

bedah kebidanan.

Partograf dapat digunakan sebagai sistem peringatan

awal yang akan membantu pengambilan keputusan lebih

awal kapan seorang ibu harus dirujuk, dipercepat atau

diakhiri pemantauan janin dan ibu selama persalinan, serta

membantu menemukan adanya masalah janin atau ibu.

Partograf dianggap sebagai “Sistem Peringatan Awal” yang

akan membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan

seorang ibu harus dirujuk, dipercepat persalinannya, atau

diakhiri persalinannya (João Paulo Souza et al., 2015;

Markos et al., 2015).


86

Tujuan penggunaan partograf yaitu mencatat hasil

observasi dan kemajuan persalinan, memantau proses

persalinan normal, mendeteksi secara dini adanya masalah

persalinan, membantu dalam proses pengambilan

keputusan klinik. Waktu untuk pengisian partograf adalah

dimulai saat proses persalinan telah berada dalam kala I

fase aktif yaitu saat pembukaan serviks dari 4 cm sampai 10

cm dan berakhir pada pemantauan kala IV (JNPK-KR,

2012).

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada

perbedaan efektivitas pada partograf berbasis sistem

komputer dan partograf konvensional (manual) dari aspek

kemudahan, pada partograf berbasis komputer diperoleh

nilai median yakni 24, sedangkan pada partograf

konvensional (manual) diperoleh nilai median yakni 23

artinya bidan merasa partograf berbasis komputer lebih

mudah digunakan dalam mengambil keputusan klinik pada

proses persalinan.

Hasil uji statistik pada aspek kecepatan menunjukkan

bahwa ada perbedaan efektivitas partograf berbasis sistem

komputer dengan partograf konvensional (manual), pada

partograf berbasis komputer diperoleh nilai median yakni 21,

sedangkan pada partograf konvensional (manual) diperoleh


87

nilai median yakni 20 artinya bidan merasakan partograf

berbasis sistem komputer lebih cepat dibandingkan dengan

partograf konvensional dalam mengambil keputusan klinik

pada proses persalinan.

Kemudian hasil uji statistik pada aspek relevansi data

menunjukkan bahwa ada perbedaan efektivitas partograf

berbasis sistem komputer dengan partograf konvensional

(manual), pada partograf berbasis komputer diperoleh nilai

median yakni 15, sedangkan pada partograf konvensional

(manual) diperoleh nilai median yakni 13 artinya partograf

berbasis sistem komputer memiliki relevansi data yang

cukup akurat dibandingkan dengan partograf konvensional

dalam pengambilan keputusan klinik pada proses

persalinan.

C. Keterbatasan Penelitian

Kurangnya pemahaman bidan dalam menggunakan

partograf berbasis sistem komputer merupakan salah satu kendala

dalam penelitian ini.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Partograf berbasis sistem komputer lebih efektif dibandingkan

dengan partograf konvensional (manual) terhadap pengambilan

keputusan klinik dilihat dari aspek kemudahan dan kecepatan

waktu yakni rata-rata kurang dari 5 menit, serta relevansi data

hasil analisis sesuai dengan data yang dimasukkan.

b. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p pada efektivitas dari

aspek kemudahan, kecepatan dan relevansi data yakni 0,017 (p

Value < 0,05) artinya terdapat perbedaan efektifitas yang

signifikan dari aspek kemudahan, kecepatan dan relevansi data

pada partograf konvensional (manual) dan partograf berbasis

sistem komputer terhadap pengambilan keputusan klinik pada

proses persalinan.

B. Saran

1. Peneliti selanjutnya perlu mengembangkan partograf

berbasis sistem komputer yang bisa diakses secara online

sehingga bisa membuat link langsung ke tempat rujukan.

2. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan tampilan

partograf dengan menampilkan satu sheet penuh untuk

setiap komponen partograf.

70
3. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan aspek keamanan

dengan membuat account masing-masing untuk setiap bidan

yang menggunakan partograf berbasis sistem komputer.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmat (2008). Efektivitas Organisasi Edisi Pertama. Jakarta:


Airlangga

Aizenberg E. et al. (2017). Computer-aided evaluation of inflammatory


changes over time on MRI of the spine in patients with suspected
axial spondyloarthritis: a feasibility study. BMC Med Imaging, 17,
55.

Arikunto . S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta

Asibong U. et al. (2014). The use of the partograph in labor monitoring: a


cross-sectional study among obstetric caregivers in General
Hospital, Calabar, Cross River State, Nigeria. International Journal
of Women’s Health.

Bedwell C. et al. (2017). A realist review of the partograph: when and how
does it work for labour monitoring? BMC Pregnancy and Childbirth.

Carlson–Babila Sama N.F.T., Valery K. Danwe, Uzeru Forchu Melo, &


Therence Nwana Dingana, F.F.A. (2017). Knowledge and utilization
of the partograph: A cross-sectional survey among obstetric care
providers in urban referral public health institutions in northwest and
southwest Cameroon. journal.pone.0172860.

Cascao A.M. et al. (2016). Use of primary diagnosis during hospitalization


in the Unified Health System (Sistema Unico de Saude) to qualify
information regarding the underlying cause of natural deaths among
the elderly. Rev Bras Epidemiol, 19, 713-726.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas


Kelompok. Jakarta : PT Rineka Cipta

Delimayanti M.K. (2007). Perancangan Dan Analisis Perangkat Lunak


Berbasis Web Sebagai Alat Rekam Medis Pasien Di Puskesmas.

Engida Yisma B.D., Ayalew Astatkie and Nebreed Fesseha (2013).


Completion of the modified World Health Organization (WHO)
partograph during labour in public health institutions of Addis
Ababa, Ethiopia. reproductive health journal.
Evi Indrayani, Humdiana (2009). Sistem Informasi Manajemen
Mempersiapkan Pekerja Berbasis Pengetahuan Dalam Mengelola
Sistem Informasi. Jakarta : Mitra Wacana Media
.
Fajri dan Ratu Aprilia Senja. (2010). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Jakarta; Difa Publisher

G. Bossea S.M., A. Jahn (2002). The partograph in daily practice: it’s


quality that matters. International Journal of Gynecology &
Obstetrics.

Heather Underwood J.O.e., Maya Appley, Sara Rosenblum, Addie


Crawley, & Bennett, S.R.S.a.J.K. (2014). Partopens at the Point of
Care Evaluating Digital Pen-based Maternal Labor Monitoring in
Kenya.

Jadhao S.T.a.P. (2012). The Impact Of Use Of Modified Who Partograph


On Maternal And Perinatal Outcome. International Journal of
Biomedical and Advance Research.

JNPK-KR. (2012). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta; DepKes RI


Jeremy L. Neal N.K.L. (2013). Physiologic partograph to improve birth
safety and outcomes among low-risk, nulliparous women with
spontaneous labor onset.

João Paulo Souza O.T.O., Meghan A Bohren,Kidza Mugerwa5, Bukola


Fawole6, Leonardo Moscovici, et al. (2015). The development of a
Simplified, Effective, Labour Monitoring-to-Action (SELMA) tool for
Better Outcomes in Labour Difficulty (BOLD): study protocol.

Jogiyanto HM (2005). Pengenalan Komputer Edisi V, Yogyakarta : Andi


Lehmann M. et al. (2011). Basic visual function and cortical thickness
patterns in posterior cortical atrophy. Cereb Cortex, 21, 2122-32.

Lestari E. et al. (2011). Sistem Informasi Rekam Medik Pada Rumah Sakit
Bersalin Graha Rap Tanjung Balai Karimun. Jurnal Sistem
Informasi (JSI), VOL. 3, NO. 2, 388-397.

Mahmudi (2005), Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: UPP


AMP YKPN.

Markos D. & Bogale, D. (2015). Documentation status of the modified


World Health Organization partograph in public health institutions of
Bale zone, Ethiopia. Markos and Bogale Reproductive Health.
Muhammad Sidik K. (2012). Aplikasi Partograf Sebagai Media Bantu
Dalam Proses Persalinan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Arvita
Bunda Yogyakarta. Jurnal Dasi, Vol. 13 No. 2 Juni 2012.

Nagat S. Salama I.M.A.A., Manar F. Heeba (2010). The Partograph:


Knowledge, Attitude, and Utilization by Professional Birth
Attendances in Port-Said and Ismailia Cities.
medicaljournalofcairouniversity., Vol. 78, No. 1.

Newton A.J.H. & Lytton, W.W. (2016). Computer modeling of ischemic


stroke. Drug Discov Today Dis Models, 19, 77-83.

Nugraha F. (2014). Analisa Dan Perancangan Sisteminformasi


Perpustakaan. Simetris, Vol 5 No 1 April 2014.

Nyamtema A.S. et al. (2008). Partogram use in the Dar es Salaam


perinatal care study. Int J Gynaecol Obstet, 100, 37-40.

Okokon I.B. et al. (2014). An evaluation of the knowledge and utilization of


the partogragh in primary, secondary, and tertiary care settings in
calabar, South-South Nigeria. Int J Family Med, 2014, 105853.

Opoku B.K. & Nguah, S.B. (2015). Utilization of the modified WHO
partograph in assessing the progress of labour in a metropolitan
area in Ghana. http://www.hoajonline.com/journals, Volume 2

Osrin E.O.a.D. (2014). Barriers to and incentives for achieving partograph


use in obstetric practice in low- and middle-income countries: a
systematic review. BMC Pregnancy and Childbirth.

Parimbelli E. et al. (2017). Computer-Assessed Preference-Based Quality


of Life in Patients with Spinal Cord Injury. Biomed Res Int, 2017,
4543610.

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia 369/Menkes/SK/III/2007


Tentang Standar Profesi Bidan

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. 2016

Proctor C.J. & Goljanek-Whysall, K. (2017). Using computer simulation


models to investigate the most promising microRNAs to improve
muscle regeneration during ageing. Sci Rep, 7, 12314.

Renu Meena M.G., Sonal Agarwal, Ramavtar Bairwa, Mohan Meena,


Archana Meena (2016). Outcome Of Labour Monitored By W.H.O.
Modified Partograph And Latent Phase Partograph.
Advancejournals, Volume 3.

Roger C, Timothy Holden (2004). A Guide To Assessing Decision-Making


Capacity. Cleveland Clinic Journal Of Medicine Volume 71 •
Number 12

Sabriyanti, (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketepatan


Waktu Tanggap Penanganan Kasus Pada Response Time I Di
Instalasi Gawat Darurat Bedah Dan Non-Bedah RSUP DR.Wahidi
Sudirohusodo, Jurnal Universitas Hasanudin, Dalam Http://
Pasca.Unhas.Ac.Id.

Sadoughi F. et al. (2017). Information management in Iranian Maternal


Mortality Surveillance System. Electron Physician, 9, 4914-4923.

Safrida R.R.d.D. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja


Dengan Kepatuhan Bidan Dalam Menggunakan Partograf Di
Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 2, No 4 April
2017.

Samar Dawood Sarsam R.M.F., Ulfat Mohammad Alnakkash (2014).


Implication of the Two WHO Partographs, (Composite and
Simplified) Regarding Maternal and Neonatal Outcome.
International Journal of Scientific Research in Knowledge.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Swamy Mallaiah Kenchaveeriah K.P.P., Tania Gurudeep Singh (2010).


Comparison of two WHO partographs: a one year randomized
controlled trial. Journal Turkish-German Gynecol Assoc.

Tapuria A. et al. (2017). Establishment of Requirements and Methodology


for the Development and Implementation of GreyMatters, a Memory
Clinic Information System. Stud Health Technol Inform, 235, 18-22.

Thomas Obinchemti Egbe E.N.N., William Takang, Eta-Nkongho Egbe,


Gregory Edie Halle-Ekane (2016). Use of the Partogram in the
Bamenda Health District, North-West Region, Cameroon: A Cross-
Sectional Study. Gynecology and obstetrics research open journal.

Tina Lavender A.H., and Rebecca MD Smyth (2014). Effect of partogram


use on outcomes for women in spontaneous labour at term. Europe
PMC Funders Group, Cochrane Database.
Toemandoek J.P. et al. (2015). Pengetahuan Dan Sikap Bidan Mengenai
Penggunaan Partograf Dalam Persalinan Di Puskesmas Poned
Kota Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 2, Mei-
Agustus 2015.

Underwood H. et al. (2012). Improving Maternal Labor Monitoring in


Kenya Using Digital Pen Technology: A User Evaluation. 282-287.

Vidyashri Kamath N., Sharanya (2015). Documentation Of The Modified


Who Partograph During Labour In A South Indian Tertiary Care
Hospital. Journal of Evolution of Med and Dent Sci, Vol. 4.

Wakako Fujita L.M., Roy Chavuma, Kazutomo Ohashi (2014). Quality of


partogram monitoring at a primary health centre in Zambia. elsevier.

Wakgari N. et al. (2015). Partograph utilization and associated factors


among obstetric care providers in North Shoa Zone, Central
Ethiopia: a cross sectional study. African Health Sciences, Vol 15
Issue 2.

Widiastuti I. (2015). Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. Vol.


2. No. 2

Wilde, E. T.(2009). Do Emergency Medical System Response Times


Matter For Health Outcomes?. New York: Columbia University

Yadav P. et al. (2016). Comparison of spontaneous labour with induced


labour in nulliparous women using modified WHO partograph.
International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics
and Gynecology, Volume 5 · Issue 11, 4005-4008.

Zelellw D.A. et al. (2016). Knowledge and Attitude of Obstetric Care


Providers on Partograph and Its Associated Factors in East Gojjam
Zone, Northwest Ethiopia. Hindawi Publishing Corporation, Volume
5, 8 pages.

Anda mungkin juga menyukai