Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Pengertian Pertanian
Arti pertanian secara umum adalah suatu kegiatan manusia dalam memanfaatkan
sumber daya hayati untuk dapat menghasilkan bahan pangan, sumber energi, bahan
baku industri dan untuk mengelola lingkungannya.
Arti pertanian secara luas yaitu pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
oleh manusia dengan cara menanam tanaman produktif yang dapat menghasilkan dan
dipergunakan untuk kehidupan. Atau Seluruh kegiatan yang mencangkup pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan yang hasilnya dapat digunakan untuk
kehidupan manusia.
Sedangkan arti pertanian secara sempit yaitu proses budidaya tanaman pada
suatu lahan yang hasilnya dapat mencukupi kebutuhan manusia. Atau proses bercocok
tanam yang dilakukan di lahan yang telah di siapkan sebelumnya dan dikelola
menggunakan cara manual tanpa terlalu banayk menggunakan manajemen. (Sora, 2016)
2.1.2 Sistem Pertanian
Sistem pertanian merupakan pengelolaan komoditas tanaman untuk memperoleh
hasil yang diinginkan yaitu berupa bahan pangan, keuntungan financial, kepuasan batin
atau gabungan dari ketiganya. Sistem pertanian juga dapat berarti tata cara atau skema
yang digunakan untuk melakukan pertanian (tata cara Bertani) agar dapat lebih baik
memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan keluarga dan atau masyarakat
(Kristiana, 2013)
2.1.3 Klasifikasi Sistem Pertanian Menurut Jenisnya
a. Sistem Pertanian Berpindah
Perladangan berpindah (shifting cultivation) merupakan satu diantara yang
menerapkan teknologi konservasi dalam pertanian yang lebih berintegrasi dengan
sistem alami. Menurut Lahajir (2001), bahwa dari perspektif sosial budaya, sistem
perladangan berpindah secara umum dianggap sebagai satu-satunya sistem pertanian
yang sesuai dengan ekosistem hutan tropis. Disamping itu, sistem perladangan dari segi
ekologi, lebih berintegrasi ke dalam struktur ekosistem alami (Geertz, 1976). Sedangkan
dalam hal biodeversiti di dalam sistem perladangan berpindah lebih tinggi dari sistem
pertanian permanen seperti sawah. Tingginya biodeversiti/keanekaragaman hayati
adalah  berasal dari pemberaan dan tanaman beraneka (mixed cropping).
Dalam perladangan berpindah, tahapan pemberaan (fallow) merupakan
persentasi tertinggi dalam proses penggunaan lahan, di mana  tanah digunakan dalam
waktu periode yang pendek, sehingga erosi dan sedimentasi di sungai rendah. Memang,
praktek pembakaran bisa menyebabkan kehilangan nutrient, tetapi dapat meningkatkan
pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan kandungan bahan organik
disimpan selama pemberaan. Dalam sistem dengan periode pemberaan stabil tidak
menyebabkan peningkatan CO2 pada atmosfir karena penghutanan kembali. Rendahnya
produktivitas dapat dipecahkan jika institusi penelitian agrikultural mengambil peranan
yang lebih baik dalam mengalokasikan sumberdaya dalam peningkatan agronomik pada
sistem perladangan berpindah. Oleh sebab itu, sistem perladangan berpindah dapat
dijadikan alternatif sistem agrikulture yang permanen di wilayah tropis basah.
Perladangan berpindah merupakan suatu sistem yang dibangun berdasarkan
pengalaman masyarakat dalam mengolah lahan dan tanah yang dipraktekan secara turun
menurun. Berbagai hasil penelitian akan menghasilkan suatu yang positif dan negatif.
Secara negatif, perladangan berpindah dianggap menyebabkan penggundulan hutan dan
erosi tanah yang sangat kritis. Tuduhan yang paling sering, saat kebakaran hutan di
Kalimantan, salah satu yang dianggap menjadi sebab adalah sistem perladangan
berpindah. Kemudian, dari segi produktivitas dianggap sangat rendah, apalagi bila
dibandingkan dengan resiko lingkungan yang akan terjadi. Namun demikian, sisi
positifnya, bahwa sistem perladangan berpindah ini lebih akrab dengan sistem alami
yang tentunya lebih adaptif, karena mempertahankan struktur alami dari pada
melakukan perubahan ekosistem yang sangat baru. Pada kesempatan ini, sisi positif
perlu mendapat perhatian yang lebih mendalam, terutam bila dihubungkan dengan
konservasi, yaitu (i) pemberaan (fallow) dalam konservasi tanah dan (ii) sistem
perladangan berpindah sebagai suatu bentuk pertanian
Pada wilayah tanah hutan, ada suatu area yang dibersihkan dan ditanami setiap
tahun untuk pertanian perladangan. Sistem pertanian ini dapat didefinisikan secara
sangat umum  sebagai suatu sistem pertanian yang menerapkan konservasi secara
langsung, sehingga dapat dikatakan sebagai sistem pertanian berkelanjutan di mana
penebasan dilakukan secara tidak menetap, atau hanya sementara dan ditanami dengan
tanaman untuk beberapa tahun saja, kemudian tanah hutan itu ditinggalkan untuk
pemberaan lahan yang cukup lama.
Dalam perladangan, secara teknologi dapat dilihat dari cara-cara dalam mana
lingkungan secara artifisial dimodifikasi dan mencakup perawatan tanaman, tanah,
hama, dan lain-lain, yang berhubungan sangat kompleks. Pembedaan  yang bersifat
sementara menunjuk pada lamanya fase suksesif perladangan, seperti (1) pemilihan
(selecting), (2) penebasan (cutting), (3) pembakaran (burning), (4) penanaman
(cropping), dan (5) pemberaan (fallowing). Fase 1 sampai 2 merupakan pembersihan
vegetasi-vegetasi tua yang tidak relevan bagi keperluan pengolahan ladang, sedangkan
dua fase terakhir merupakan kontrol terhadap vegetasi-vegetasi baru (baru ditanam atau
tumbuh/bertunas). Di sini, terlihat fase 4 dan 5 menujukkan bahwa keadaan lingkungan
yang telah ada, lamanya yang relatif tentang periode-periode penanaman bisa berubah-
ubah dari pada fase pembersihan sebelumnya (fase 1 sampai 3). Selanjutnya, periode
terlama yang proporsional adalah sebagai representasi dari pemberaan.
Perladangan  berpindah ini juga merupakan sistem pertanian yang terintegrasi
dan berkesinambungan dalam ruang dan waktu. Sistem perladangan ini dilakukakan
secara berpindah-pindah sebagai ciri utama kearifan ekologi, dari lokasi lahan ladang
yang satu ke lokasi lahan ladang berikutnya guna mengistirahatkan (fallow) hutan tanah
lahan perladangan yang telah diolah beberapa kali dalam siklus tahun ladang untuk
jangka waktu bera yang ideal, yaitu sekitar 10 – 15  tahun sebelum digunakan kembali
pada rotasi berikutnya. Di sini jelas terlihat bahwa waktu bera sangat berpengaruh besar
pada kesuburan tanah dan tingkat produksi yang dihasilkan. Lahajir (2001)
mengklasifikasikan hutan sekunder berdasarkan masa bera seperti : (1) hutan sekunder
tua dengan masa bera 10 -15 tahun, (2) hutan sekunder muda dengan masa bera 10 – 5
tahun, dan (3) hutan sekunder termuda dengan masa bera kurang dari 5 tahun.
b. Sistem Pertanian Keluarga
Dalam pertanian keluarga, hak milik dan hak pakai ada  di tangan masing-
masing keluarga. Pengelolaan dan pekerjaan dilakukan oleh keluarga yang memiliki
lahan pertanian, dan dengan demikian tidak terkait kepada kelompok sosial yang lebih
besar.
Lahan adalah faktor pemersatu dalam sistim sosial pedesaan sekaligus sebagai
landasan kehidupan, faktor produksi, kemakmuran dan tempat tinggal. Sesuai dengan
tradisi, lahan tidak dijual, melainkan dimanfaatkan dan kemudian diwariskan kepada
generasi berikutnya. Sebagai tujuan jangka panjang yang berlangsung dari generasi ke
generasi, pertanian harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kesuburan tanah dan
lingkungan tidak rusak
Ada korelasi antara besarnya pertanian dan kemampuan tenaga kerja. Keadaan
ideal adalah apabila pertanian itu cukup besar bagi keluarga itu untuk melakukan semua
pekerjaan sendiri dan dapat memenuhi segala kebutuhan. Bilamana luas pertanian
cukup dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga tani, maka pertanian keluarga adalah
sistim yang stabil dengan perbedaan sosial yang kecil, sehingga sangat cocok bagi
kegitan koperasi. Dengan memdidik dan memberikan persiapan kepada ahli waris yang
meninggalkan bidang pertanian, sistim ini memberikan manfaat yang cukup berarti
kepada sektor ekonomi lainnya.
Di daerah-daerah pertanian pada beberapa negara maju, kesempatan kerja di luar
sektor pertanian juga umumnya terbuka sehingga macam kegiatan sampingan dan
pertanian sampingan semakin meningkat. Dengan perkataan lain satu atau beberapa
anggota keluarga mencari pekerjaan di luar bidang pertanian. Umumnya di negara-
negara maju, pertanian kaomersial yang maju berasal dari pertanian keluarga yang
memiliki ciri komersial.  Pertanian keluarga sebagian besar terdapat di pulau Jawa.
Kepemilikan lahan cenderung sempit, dan mengikutsertakan keluarga sebagai tenaga
kerja (sebagai upaya untuk menekan biaya produksi).
c. Sistem Pertanian Feodalistik
Feodalisme dalam pengertian ini dikaitkan dengan ”stratifikasi sosial ” yang ditandai
dengan perbedaan kekayaan, pendapatan, kekuasaan dan martabat. Antara minoritas
yang terdiri dari pemilik lahan yang besar dan mayoritas yang terdiri dari mereka yang
tidak memiliki lahan atau memiliki lahan sempit, terdapat hak dan kewajiban yang
mengikat, namun sangat tidak seimbang.
Untuk pertanian feodalistik bisa terjadi apabila di dalam suatu daerah terdapat
banyak kepemilikan lahan sempit dan petani yang  tidak memiliki lahan, biasanya
banyak ditemukan disebagian besar pulau jawa. Keadaan ini cenderung menimbulkan
feodalistik persewaan, petani yang memiliki lahan luas menyewakan sebagian lahannya
kepada penggarap.
Tipe pertanian Feodalistik :
1. Feodalisme Persewaan
Konsentrasi pemilikan lahan dan air di tangan beberapa tuan tanah yang
sebenarnya minatnya pada lahan kurang. Berkaitan dengan persewaan lahan yang tidak
adil
2. Latifundia (Hacienda)
Latifundia adalah pemilikan lahan yang luar biasa luasnya. Terdapat di negara-
negara Amerika Latin. Hacienda adalah kesatuan sosial dan ekonomi yang sama dengan
satu negara kecil, hidup secara swasembada dan memenuhi kebutuhan sendiri. Meliputi
padang rumput, perkebunan dan hutan.
d. Sistem Pertanian Kapitalistik
Berbagar bentuk pertanian yang berciri kapitalistik berkembang di seluruh
bagian dunia. Tipe pertanian kapitalistik yang paling penting di negara yang sedang
berkembang adalah ”perkebunan”. Sebuah perkebunan ialah sebuah pertanian yang
berskala besar yang mengutamakan tanaman tahunan misalnya pohon, semak atau
perdu, seringkali sistim penanamannya satu jenis (monokultur).
Hasilnya biasanya diolah secara industri di pabrik pengolahan perkebunan itu
sendiri dan diarahkan untuk ekspor misalnya tebu, teh, sawit, pisang, cengkih dan
sebagainya. Seringkali perkebunan tersebut dimiliki oleh pihak asing. Umumnya
perkebunan lebih mendahulukan kepentingan asing dan merupakan suatu gugus yang
tertutup yang biasanya relatif kurang memberikan manfaat bagi ekonomi dalam negeri.
Tipe pertanian kapitalistik yang paling penting di Indonesia yang sedang berkembang
adalah ”perkebunan”. Beragam perkebunan yang terdapat hampir di seluruh bagian
Indonesia.Terdapat dua jenis perkebunan, yaitu perkebunan swasta dan perkebunan
milik negara.
Tipe Pertanian Kapitalistik yang paling penting di negara berkembang adalah
perkebunan. Perkebunan adalah sebuah pertanian yang berskala besar yang
mengutamakan tanaman tahunan misal pohon, semak, perdu, dan seringkali
penanamannya satu jenis (monokultur). Perkebunan sering kali dimiliki pihak asing,
sehingga lebih mendaulukan kepentingan asing dan biasanya kurang memberikan
manfaat ekonomi bagi dalam negeri.
e. Sistem Pertanian Kolektif
Sistem pertanian kolektif adalah pengelolaan proses produksi pertanian secara
bersama-sama berdasarkan pengembangan tanah kecil sepetak-petak milik perseorangan
menjadi milik kolektif. Karena terbukti pemilikan individual atas lahan sangat sempit
disertai alat kerja masih tradisional hanya menghasilkan kemiskinan, bukan
kesejahteraan sosial. Dua syarat di bangun pertanian kolektif adalah; bangkitnya
bangkitnya kesadaran tinggi di kalangan tani penggarap dan sikap sukarela dalam
melaksanakan pekerjaannya. Sistem pertanian kolektif menciptakan
kebersamaan tani penggarap dan membangun solidaritas erat sesama kaum tani dalam
perjuangan pembebasan kemiskinan. Sistem pertanian kolektif akan lebih bermanfaat di
dalam meningkatkan kesejahteraan sosial kaum tani daripada pemilikan individu.
(Elkan, 2015)
2.1.4 Sistem Pertanian di Indonesia
Di Indonesia, terdapat berbagai macam sistem pertanian yang berkembang.
Sistem pertanian yang digunakan tergantung pada kriteria-kriteria tertentu, seperti jenis
lahan atau tanah, jenis tanaman atau tumbuhan yang dikelola atau dikembangkan, atau
juga tergantung pada suhu atau jenis iklim sekitar daerah pengembangan pertanian
tersebut. Sistem-sistem pertanian di Indonesia yang dimaksud ialah sebagai berikut:
a. Sistem Ladang
Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling minim
menggunakan teknologi dan alat. Hal ini disebabkan oleh sistem cocok tanamnya yang
berpindah-pindah dan biasanya penyediaan lahan dengan menebang dan membakar
lahan hutan.
b. Sistem Pekarangan
Seperti namanya, pekarangan yang di maksud ialah lahan pribadi yang berada di
sekitar tempat tinggal atau rumah. Pengelolaan sistem pekarangan ini dikelola oleh tiap
atau sebagian individu dan hasilnya kebanyakan untuk pribadi bukan untuk dijual.
Sistem Tegal Pekarangan
Pada sistem ini cocok digunakan pada lahan yang kering dan susah mengakses
air yang cukup. Sistem tanam yang digunakan ialah campur jenis tanaman dan tidak
diberikan perawatan yang begitu intensif.
c. Sistem Sawah
Tingkat pengelolaan dan kestabilan dalam sistem sawah merupakan keunggulan
tersendiri. Keunggulan tersebut berupa sistem pengairan dan drainase yang baik.
Sistem Pertanian Organik
Dalam sistem pertanian organik sangat meminimalkan penggunaan bahan kimia bahkan
tidak menggunakannya sama sekali. Pengelolaan dalam sistemnya juga harus hati-hati
dan ekstra karena berbeda dari sistem konvensional.
d. Sistem Perkebunan
Tanaman yang dikelola dalam sistem perkebunan bukanlah merupakan tanaman
komoditas utama, seperti padi, melainkan jenis tanaman yang cenderung membutuhkan
waktu penanaman lebih dari satu tahun.
Namun tentunya dibalik berbagai macam sistem pertanian tersebut memiliki
masing-masing kelebihan dan kekurangan. Adapun indikator baik tidaknya tak bisa
dibandingkan secara langsung karena tiap sistem pertanian memiliki komoditas dan
keunggulan masing-masing. (Husnah, 2019)
DAFPUS
http://www.pengertianku.net/2016/04/pengertian-pertanian-secara-umum.html

https://www.kompasiana.com/dayyanahhusnah/5d767394097f36034e2947f2/mengenal-
berbagai-macam-sistem-pertanian-di-indonesia?page=all

https://www.slideshare.net/liakristiana/tm-2-sistem-pertanian-pip1

http://genjaku15.blogspot.com/2015/09/jenis-sistem-pertanian.html

Anda mungkin juga menyukai