Anda di halaman 1dari 52

Kusdinasih

21070119120012
Kelas A

1. Paper tentang definisi mutu, karakteristik mutu, variabel vs atribut, standard


vs spesifikasi, sejarah mutu, ruang lingkup dan perkembangan mutu, TQM,
dan tokoh-tokoh mutu

PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU


Kusdinasih - 21070119120012
Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro Semarang
Email: kusdinasih@students.undip.ac.id

ABSTRAK
Mutu (kualitas) merupakan suatu ciri dan karakter yang bersifat menyeluruh dari suatu
produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan
kebutuhan tertentu. Suatu perusahaan yang memiliki sistem pengendalian mutu yang
baik memiliki kemungkinan untuk tidak akan mengalami hambatan-hambatan dalam
mengerjakan tugasnya dengan efektif. Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan
pelanggan atau pemakai produk. Manajemen Mutu merupakan aspek-aspek dari fungsi
manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu
perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan
ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek
harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas.
Kata kunci : Mutu , Kualitas

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada masa kini perusahaan berlomba-lomba ingin memenangkan setiap persaingan
dalam memasarkan setiap hasil produksinya. Namun untuk memenuhi produk yang
bermutu tinggi maka harus sesuai dengan standar yang diminta oleh konsumen, karena
kepuasaan pelanggan /konsumen menjadi perhatian dari mutu (quality) sebuah produk.
Dan juga harus adanya pengendalian mutu (quality control ) dari suatu produk. Dalam
suatu perusahaan pasti memiliki permasalahan manajemen walaupun perusahaan tersbut

1
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

sudah melakukan sistem pengendalian mutu produksi yang baik. Sehingga diperlukan
seorang manajer yang memiliki ilmu pengetahuan untuk menentukan otoritas serta
keputusan agar mengahasilkan suatu hasil kerja yang efektif dan maksimal demi
tercapainya tujuan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan yang memiliki
sistem pengendalian mutu yang baik dan teratur serta orang orang yang berkompeten
didalamnya maka akan menghasilkan tugas tugasnya dengan efektif dan maksimal
sehingga hambatan – hambatan yang terjadi dapat perlahan – lahan berkurang.
Di dalam dunia industri, manajemen sangat berkaitan dengan proses industri. Sistem
manajemen dalam industri berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian dan pengelolaan proses sumber daya manusia yang berkaitan dengan
kualitas produk atau jasa. Sistem manajemen ini melibatkan penjaminan kualitas dalam
desain produk, perencanaan dan desain proses dan pengendalian bahan baku, produk
dalam proses dan produk jadi. Maka dari itu, mempelajari mutu dan cara mengendalikan
mutu sebuah produk atau jasa sangatlah penting dalam proses menajemen dalam industri.
Dengan mengetahui mengenai mutu dan pengendaliannya dalam industru, tentu saja kita
dapat meningkatkan daya saing di pasar global dengan meningkatnya kualitas produk
atau jasanya. Dalam paper ini, akan dijelaskan mengenai mutu secara umum dan
perkembangannya di dunia. Maka dari ini, dengan membaca paper ini diharapkan
pembaca dapat mulai mengenal mutu sehingga akan lebih mudah untuk memperdalam
mengenai pengendalian mutu dan metode-metodenya dalam bidang industri kelak.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini.
1. Apakah definisi dari mutu?
2. Apa sajakah karakteristik mutu?
3. Apa perbedaaan antara standard dan spesifikasi?
4. Bagaimana sejarah mutu di dunia?
5. Apa sajakah ruang lingkup mutu?
6. Bagaimana perkembangan mutu di dunia?
7. Apa itu TQM?
8. Siapa saja tokoh-tokoh mutu?

2
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

1.3 Tujuan Penulisan


Berikut merupakan tujuan dalam penelitian ini.
1. Mengetahui definisi dari mutu
2. Mengetahui karakteristik mutu
3. Mengetahui perbedaan antara standard dan spesifikasi
4. Mengetahui sejarah mutu di dunia
5. Mengetahui apa saja yang terdapat dalam ruang lingkup mutu
6. Mengetahui perkembangan mutu di dunia
7. Mengetahui TQM
8. Mengetahui tokoh-tokoh mutu

2. Kajian Pustaka
2.1 Definisi Mutu
Definisi Mutu menurut Juran (1993) ialah kecocokan penggunaan produk dan
kepuasan pelanggan. Menurut Crosby (1979:58) mutu ialah sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian
dengan kebutuhan pasar atau konsumen, perusahaan yang bnermutu ialah perusahaan
yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Menurut Feign Baum (1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
Sedangkan menurut Garvi dan Davis (1994) mutu ialah suatu kondidim dinamik yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Abdul Hadis : 2010).
Kualitas secara tradisional didefinisikan Montgomery (1996) sebagai suatu
pandangan bahwa produk dan pelayanan harus sesuai dengan ketentuan mereka yang
menggunakannya. Mutu adalah ukuran relatif dari kebendaan. Mendefinisikan mutu
dalam rangka kebendaan sangat umum sehingga tidak menawarkan makna oprasional.
Secara oprasional mutu produk atau jasa adalah sesuatu yang memenuhi atau melebihi
ekspektasi pelanggan. Sebenarnya mutu adalah kepuasan pelanggan. Ekspektasi
pelanggan bisa dijelaskan melalui atribut-atribut mutu atau hal-hal yang sering disebut
sebagai dimensi mutu. Oleh karena itu, mutu produk atau jasa adalah sesuatu yang
memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan dalam delapan dimensi mutu. Empat

3
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

dimensi pertama menggambarkan atributatribut mutu penting, tetapi sulit mengukurnya.


Delapan dimensi mutu adalah (Hansen dan Mowen, 1994: 433-434):
1. Kinerja (Performance), merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-
fungsi produk
2. Estetika (Aesthetic), berhubungan dengan penampilan wujud produk
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (service ability), berhubungan dengan
tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk
4. Keunikan (features), menunjukan karakteristik produk yang berbeda secara
fungsional dari produk sejenis.
5. Reliabilitas (Reliability), berhubungan dengan probabilitas produk dan jasa
menjalankan fungsi dimaksud dalam jangka waktu tertentu.
6. Durabilitas (Durability), menunjukan umur manfaat dari fungsi produk.
7. Tingkat kesesuaian ( Quality of conformance), menunjukan ukuran mengenai
apakah sebuah produk atau jasa telah memenuhi spesifikasinya.
8. Pemanfaatan (fitness of use), menunjukan kecocokan dari sebuah produk
menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan

2.2 Karakteristik Mutu


Berikut merupakan karakteristik dari mutu.
1. Karakteristik struktural yaitu meliputi elemen-elemen seperti panjang terpisah,
berat kaleng, kekuatan balok, viskositas fluida.
2. Karakteristik sensorik yaitu rasa makanan yang enak, bau harum, keindahan
model, dll.
3. Karakteristik berorientasi waktu yaitu mencakup tindakan seperti waktu untuk
memproses pesanan pembelian, garansi, keandalan dan pemeliharaan yang terkait
dengan suatu produk, dan karakteristik etika mencakup kejujuran, kesopanan,
keramahan, dll.

4
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

2.3 Perbedaan Antara Standard dan Spesifikasi


Standard adalah seperangkat kondisi dan persyaratan yang ditentukan, aplikasi umum
atau luas, ditetapkan oleh otoritas atau kesepakatan, yang harus dipenuhi oleh bahan,
produk, proses, prosedur, konvensi, metode pengujian; dan/atau karakteristik fisik,
fungsional, kinerja, atau kesesuaiannya. Spesifikasi adalah sekumpulan kondisi dan
persyaratan, aplikasi khusus dan terbatas, yang memberikan penjelasan rinci tentang
prosedur, proses, bahan, produk, atau layanan untuk digunakan terutama dalam
pengadaan dan manufaktur.

2.4 Sejarah Mutu


➢ Awal Abad Ke-19 (1700-1900), Ellias Whitney
Ellias Whitney memperkenalkan bahwa mutu diuji dalam suatu bentuk pengecekan
barang yang akan dikirim ke pelanggan dengan cara yang memisahkan barang cacat
dengan tujuan agar konsumen merasa puas. Pendekatan ini disebut sebagai pengendali
mutu secara tradisional. Kualitas sangat ditentukan oleh usaha pengrajin individu.
➢ Tahun 1875, Frederick W. Taylor
Mutu dikenalkan sebagai prinsip "Manajemen Ilmiah" untuk membagi pekerjaan
menjadi unit yang lebih kecil dan lebih mudah dicapai – pendekatan pertamanya untuk
menangani produk dan proses yang lebih kompleks. Fokusnya adalah pada sistem
produktivitas dengan kontributornya yaitu Frank Gilbreth dan Henry Gantt.
➢ Tahun 1900-1930, Henry Ford
Pada masa ini mutu memiliki arti yaitu jalur perakitan - penyempurnaan metode kerja
lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas; Ford mengembangkan
konsep perakitan yang salah dugaan, pengecekan diri, dan inspeksi dalam proses.
➢ Tahun 1901
Pengaplikasian mutu pertama kali digunakan untuk standar pertama laboratorium
yang didirikan di Inggris Raya.
➢ Tahun 1907-1908, AT & T
Pada masa ini orang – orang memulai melakukan pemeriksaan dan pengujian
sistematis terhadap produk dan material.

5
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

➢ Tahun 1908, W. S. Gosset


Pada masa ini Gosset yang merupakan murid dari AT & T mengenalkan hasil t-
distribusi dari karyanya mengenai kontrol kualitas di Guinness Brewery.
➢ Tahun 1915-1919
Pemerintahan WWI-Inggris memulai program sertifikasi BAGI pemasok.
➢ Tahun 1919
Terbentuknya Technical Inspection Association di Inggris yang kemudian menjadi
Institute of Quality Assurance.
➢ Tahun, 1920, AT & T
AT & T Bell menciptakan sebuah laboratorium yang membentuk kualitas
departemen yang mengutamakan mutu, inspeksi dan pengujian, dan keandalan produk.
Salah satu penerapannya yaitu pada B. P. Dudding di General Electric Inggris, dimana
mereka menggunakan metode statistik untuk mengendalikan kualitas lampu listrik.
➢ Tahun, 1922-1923, R. A. Fisher
Pada tahun ini Fisher menerbitkan serangkaian makalah mendasar tentang mutu
percobaan yang dirancang dan penerapannya pada ilmu pertanian.
➢ Tahun 1924, Dr. Walter Shewhart
Shewart menciptakan Bagan Kendali Control (Control Chart) yang bermanfaat untuk
mengetahui apakah mutu produk yang dihasilkan berada pada batas yang dikehendaki,
sehingga inspeksi dilakukan hanya pada sampel barang dan dapat mengurangi biaya.
Fungsi pengendalian mutu ini mulai dikembangkan dalam berbagai perusahaan.
➢ Tahun 1928, H. F. Dodge dan H. G. Romig
H. F. Dodge dan H. G. Romig menerima dan menyempurnakan metodologi
pengambilan sampel di Bell Labs.
➢ Tahun 1931, W. A. Shewhart
Pada tahun ini Shewhart menerbitkan Economic Control of Quality of Manufactured
Product-menguraikan metode statistik untuk digunakan dalam metode bagan produksi
dan pengendalian
➢ Tahun 1932, W. A. Shewhart
Pada tahun ini Shewart Kembali memberikan ceramah tentang metode statistik
dalam diagram produksi dan kontrol di University of London.

6
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

➢ Tahun 1932-1933
Industri tekstil dan wol Inggris dan industri kimia Jerman mulai menggunakan
eksperimen yang dirancang untuk pengembangan produk / proses.
➢ Tahun 1933
Masyarakat Statistik Kerajaan membentuk Bagian Penelitian Industri dan
Pertanian.
➢ Tahun 1938
W. E. Deming mengundang Shewhart untuk mempresentasikan seminar di peta
kendali di Departemen Pertanian A.S.
➢ Tahun 1940
Departemen Perang A.S. menerbitkan sebuah panduan untuk menggunakan
diagram kontrol untuk menganalisis data proses.
➢ Tahun 1940-1943
Bell Labs mengembangkan pelopor rencana sampling standar militer untuk
Angkatan Bersenjata A.S.
➢ Tahun 1942
Di Inggris Raya, Kementerian Pelayanan Advising Supply mengenai Metode
Statistik dan Kontrol Mutu dibentuk.
➢ Tahun 1942-1946
Kursus pelatihan tentang pengendalian kualitas statistik diberikan kepada industri;
Lebih dari 15 masyarakat bermutu terbentuk di Amerika Utara.
➢ Tahun 1944
Industrial Quality Control mulai terbit.
➢ Tahun 1946
American Society for Quality Control (ASQC) dan Organisasi Standar
Internasional (ISO) didirikan. Deming diundang ke Jepang oleh Bagian Pelayanan
Ekonomi dan Ilmiah dari Departemen Perang A.S untuk membantu dalam membangun
kembali industri Jepang. Persatuan Ilmuwan dan Insinyur Jepang (JUSE) dibentuk.
➢ Tahun 1946-1949, Dr.W.Edward Deming
Deming diundang untuk memberikan seminar pengendalian kualitas statistik
kepada industri Jepang.

7
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

➢ Tahun 1948, G. Taguchi


G. Taguchi mulai belajar dan menerapkan desain eksperimental.
➢ Tahun 1950, Dr.W.Edward Deming
Edward Deming memperkenalkan Konsep Pengendalian Mutu Menyeluruh dalam
Perusahaan. Deming menekankan pentingnya statistic control dalam proses produksi dan
perbaikan mutu produksi. Deming memberikan kontribusi dengan teori “14 Butir Untuk
Manajemen”.
➢ Tahun 1950, Deming dan Shewhart
Deming dan Shewhart mengembangkan konsep siklus PDCA (plan-do-check-
action). Plan disini meliputi identifikasi masalah, memperoleh data, dan mengembangkan
rekomendasi. Do meliputi penerapan solusi berbagai percobaan. Check berupa
pengamatan setelah penerapan untuk memastikan apakah hasil yang diperoleh sudah
sesuai dengan rencana atau belum. Act melibatkan kegiatan perubahan permananen jika
hasilnya efektif bagi peningkatan atau kembali pada kondisi sebelumya jika
penerapannya bermasalah
➢ Tahun 1950s
Teks Klasik tentang kontrol kualitas statistik oleh Eugene Grant dan A. J. Duncan
muncul.
➢ Tahun 1951
A. V. Feigenbaum menerbitkan edisi pertama bukunya, Total Quality Control.
JUSE menetapkan Hadiah Deming untuk pencapaian signifikan dalam metodologi
quality control and quality.
➢ Tahun 1951
G. E. P. Box dan K. B. Wilson mempublikasikan karya mendasar tentang
penggunaan eksperimen yang dirancang dan metodologi permukaan respons untuk
pengoptimalan proses; Fokusnya adalah pada industri kimia. Aplikasi percobaan yang
dirancang di industri kimia tumbuh dengan mantap setelah ini.
➢ Tahun 1954
Joseph M. Juran diundang oleh orang Jepang untuk memberikan ceramah tentang
manajemen dan peningkatan kualitas. Ahli statistik Inggris E. S. Page memperkenalkan
bagan kontrol kumulatif (CUSUM).

8
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

➢ Tahun 1957
Buku Pegangan Kendali Mutu J. M. Juran dan F. M. Gryna pertama kali
diterbitkan..
➢ Tahun 1961, Dr. AV Feigenbaum
Dr. AV Feigenbaum memperkenalkan konsep Make it right the first time. Konsep ini
akan berkembang dan menjadi salah satu dasar Total Quality Management (TQM).
Dewan Nasional untuk Mutu dan Produktivitas dibentuk di Inggris Raya sebagai bagian
dari British Productivity Council.
➢ Tahun 1967, Dr. Kaoru Ishikawa
Dr. Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab akibat yang merupakan teknik
skematis yang diguanakan untuk menemukan lokasi yang mungkin pada permasalahan
kualitas. Diagram Ishikawa ini merupakan salah satu alay dalam “7 tools”.
➢ Tahun 1969
Industrial Quality Control berhenti terbit, digantikan oleh Quality Progress dan
Journal of Quality Teknologi (Lloyd S. Nelson adalah editor pendiri JQT).
➢ Tahun 1970-an
Pada tahun ini di Inggris Raya, NCQP dan Institute of Quality Assurance bergabung
untuk membentuk Kualitas Inggris Asosiasi
➢ Tahun 1975-1978
Buku tentang eksperimen yang dirancang yang berorientasi pada insinyur dan
ilmuwan mulai muncul. Minat dalam lingkaran kualitas dimulai di Amerika Utara- ini
tumbuh ke dalam keseluruhan manajemen mutu (TQM). Metode desain eksperimental
tahun 1980 diperkenalkan dan diadopsi oleh kelompok organisasi yang lebih luas,
termasuk elektronik, kedirgantaraan, semikonduktor, dan industri otomotif.
➢ Tahun 1979, Philip B. Crosby
Philip B. Crosby menekankan pentingnya pimpinan puncak untuk menciptakan iklim
kerja yang nyaman dan meyakinkan bahwa mutu adalah misi pokok yang harus dicapai
oleh organanisasi. Dan bahwa karyawan disemua tingkatan dapat dimotivasi untuk
mengejar peningkatan tetapi motivasi tersebut tidak akan berhasil kecuali disediakan alat
untuk meningkatkannya.

9
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

➢ Tahun 1980, Dr. Genichi Taguchi


Dr. Genichi Taguchi memperkenalkan model Taguchi. Model ini memeprkenalkan
konsep robust design dan fungsi kehilangan dalam mutu. Konsep robust design
menyebutkan bahwa produk harus dirancang untuk meningkatkan kinerja dengan
meminimalkan efek dari penyebab variasi tanpa menghilangkan penyebabnya. Fungsi
kehilangan mutu menyatakan bahwa setiap produk harus memienuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan, setiap penyimapangan dalam target merupakan kehilangan.
➢ Tahun 1984
American Statistical Association (ASA) membentuk Komite Ad Hoc untuk
Kualitas dan Produktivitas. Ini kemudian menjadi bagian penuh dari ASA. Jurnal
Quality and Reliability Engineering International muncul.
➢ Tahun 1986
Kotak dan yang lainnya mengunjungi Jepang, mencatat penggunaan ekstensif
percobaan yang dirancang dan metode statistik lainnya
➢ Tahun 1987
Pada tahun 1987 muncul suatu standar tentang sistem manajemen mutu yaitu ISO
9000, Quality Management System. ISO menerbitkan standar sistem kualitas pertama.
Inisiatif enam sigma Motorola dimulai.
➢ Tahun 1989
Jurnal Quality Engineering muncul.
➢ Tahun 1990
Kegiatan sertifikasi ISO 9000 meningkat di industri A.S.; Pelamar untuk
penghargaan Baldrige tumbuh dengan mantap; Banyak negara mensponsori
penghargaan kualitas berdasarkan kriteria Baldrige.

10
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

2.5 Ruang Lingkup Pengendalian Mutu


Berdasarkan Ruang Lingkupnya, Suyadi Prawirosentono (2004) mengklasifikasikan
ruang lingkup pengendalian mutu menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pertama, Pengendalian mutu bahan baku dimana mutu bahan akan sangat
mempengaruhi hasil akhir produksi. Bahan baku yang memiliki mutu kurang baik
maka akan menghasilkan produk yang kurang baik pula begitupun sebaliknya.
Dalam hal menghindar hal tersebut maka sistem pengendalian mutu bahan harus
dilakukan sejak pemilihan bahan baku dari produsen, penerimaan dan
penyimpanan bahan baku di Gudang, masa penyimpanannya serta waktu bahan
baku dimasukkan ke dalam proses produksi.
2. Kedua, Pengendalian mutu dalam proses pengolahan yang dimana sesuai dengan
apa yang tertera dalam Diagram Alur Produksi atau DAP, sebelum proses
produksi berlangsung maka perlu dibuat tahapan pengendalian mutunya. Saat
akan melakukan proses produksi perlu dibuat urutan proses produksi dari produk
agar menghasilkan produk yang sesuai dengan rencana. Dalam setiap tahapan
proses perlu diadakan pengawasan agar kesalahan yang terjadi dalam proses dapat
diminimalisir dan segera diperbaiki.
3. Ketiga, Pengendalian mutu produk akhir dimana setelah produk melewati sistem
produksi, produk tetap harus diawasi hingga tahap pengemasan, penyimpanan
dalam gudang dan siap untuk dikirimkan kepada konsumen. Hal itu perlu
dilakukan karena dalam memasarkan produk, kualitas produk harus terjaga
mutunya agar sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen.

2.6 Perkembangan Mutu


Proses perkembangan menuju era mutu merupakan proses yang cukup panjang
dengan melewati berbagai pengalaman dan pendekatan metode yang bermacam-macam.
Perkembangan mutu yang terjadi tidak lepas dari awal perubahan era menuju era industri
di mana mulai dipergunakannya mesin-mesin untuk membantu proses produksi. Secara
garis besar perkembangan atau evolusi mutu adalah sebagai berikut.

11
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

1. Era Tanpa Mutu


Merupakan era di mana persaingan belum terjadi oleh karena produsen atau pemberi
pelayanan belum banyak, sehingga pelanggan pun belum diberi kesempatan untuk
memilih. Hal ini terjadi pula pada organisasi pemberi pelayanan publik. Pada lembaga
pelayanan publik yang dikelola oleh pemerintah, masyarakat sebagai pelanggan tidak
diberikan hak untuk menuntut mutu pelayanan yang lebih baik atau yang diharapkan.
Keadaan ini menyebabkan mutu pelayanan organisasi publik belum menjadi penilaian.
Pengguna hanya mengutamakan yang penting ada dan dapat dipergunakan saja.
2. Era Inspeksi
Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an, dimana pemilahan produk akhir
dilakukan dengan cara melakukan inspeksi sebelum dilepas ke konsumen. tanggung-
jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke departemen inspeksi (Quality Control).
Departemen QC akhirnya selalu jadi sasaran bila ada produk cacat yang lolos ke
konsumen. di sisi lain, biaya mutu menjadi membengkak karena produk seharusnya
sudah bisa dicegah masuk ke proses berikutnya pada saat departemen terkait
menemukan adanya cacat di bagiannya masing-masing sebelum diperiksa oleh petugas
inspeksi.
3. Era Pengendalian Mutu (Quality Control)
Era Pengendalian Mutu dimulai sekitar tahun 1930-an. Era ini disebut juga era
statistical control, yang lebih menekankan pada pengendalian, keseragaman produk
dan pengurangan aktivitas inspeksi serta dilakukan Departemen Teknis dan
Departemen Inspeksi. Pada era ini pula diperkenalkan pandangan baru terhadap
konsep Walter A Shewart, .Menurut pandangan ini mutu produk merupakan
serangkaian karakteristik yang melekat pada produk yang dapat diukur secara
kuantitatif. Di era statistical quality control atau jaman pengendalian mutu,
manajemen telah mulai memperhatikan pentingnya pendeteksian yaitu dengan cara
departemen inspeksi sudah mulai dilengkapi dengan alat dan metode statistik dalam
mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang dihasilkan dari
proses produksi. Terdapat perubahan dalam penanganan mutu produk yaitu hasil
deteksi yang secara statistikal dari penyimpangan mulai dipergunakan oleh
departemen produksi untuk memperbaiki proses dan sistem produksi.

12
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

4. Era Jaminan Mutu (Quality Assurance)


Era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun 1960-an yang menekankan pada
koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif.. Pada era ini mulai dikenal adanya
konsep Total Quality Control (TQC) yang diperekenalkan oleh Armand F pada tahun
1950. Jaminan mutu merupakan seluruh perencanaan dan kegiatan sistematik yang
diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu barang
atau jasa dapat memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu merupakan bagian dari
manajemen mutu yang difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk memenuhi
persyaratan mutu. Oleh karena itu, jaminan mutu dilaksanakan secara
berkesinambungan sistematis, objektif, dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab, masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan
selanjutnya menetapkan serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, menilai hasil yang dicapai, dan menyusun saran tindak
lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan. (Azwar, 200). Sejak era inilah peran
manajemen mulai diperhitungkan untuk terlibat dalam penentuan dan penanganan
mutu produk. Selain itu dalam era jaminan mutu ini pula mulai diterapkan bukan hanya
pada industri manufaktur, tetapi juga pada industri jasa. Di Indonesia era ini
berkembang ditandai dengan dibentuknya Gugus Kendali Mutu (GKM) di masing -
masing bagian atau divisi pada setiap organisasi. Kegiatan GKM ini diprakarsai oleh
Departemen Perindustrian dan Departemen Tenaga Kerja, kemudian diikuti oleh
Departemen Kesehatan dan Departemen Lainnya. Pada era ini GKM digalakkan bukan
hanya secara parsial, tetapi lebih bersifat nasional. Hal ini terlihat dengan
dilakukannya konvensi GKM tingkat kabupaten, tingkat provinsi dan tingkat
nasional. Menyimak konsep era Statistical Control ini dapat diterapkan tidak hanya
pada parusahaan manufaktur, maka sejak era ini pula Manajemen Mutu mulai
diterapkan pada organisasi non barang atau organisasi jasa, seperti pada Rumah Sakit,
Puskesmas dan organisasi jasa lainnya.
5. Era Management Mutu Terpadu atau Total Quality Management
Total Quality Management (TQM) dimulai pada tahun 1980an, era ini menekankan
pada manajemen stratejik. TQM merupakan suatu sistem yang berfokus kepada orang
yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkesinambungan kepuasan pelanggan

13
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

pada titik penekanan biaya agar sama dengan biaya yang sesungguhnya untuk
menghasilkan dan memberikan pelayanan. TQM juga sebuah upaya untuk mencapai
keunggulan kompetitif serta mengutamakan kebutuhan pasar dan konsumen yang
dilakukan oleh setiap orang dalam organisasi dengan leadership yang kuat dari
pimpinan. Management mutu terpadu atau Total Quality Management disebut pula
Continuous Quality Improvement (CQI). Total Quality yang berarti komitmen dan
pendekatan yang digunakan secara terus-menerus untuk meningkatkan setiap proses
pada setiap bagian organisasi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memenuhi bahkan
melampui harapan dan outcome dari customer. Tujuan dari diterapkan TQM perlu
adanya perubahan budaya serta komitmen dari seluruh jajaran mulai pimpinan puncak
sampai level terbawah. Agar TQM dapat berkelanjutan maka organisasi harus
didukung oleh budaya yang mendukung yang menekankan pada kerja kelompok,
pemberdayaan dan partisipasi karyawan, peningkatan terus menerus fokus pada
pelanggan serta kepemimpinan yang tepat. Prinsip TQM secara keseluruhan proses
produk maka titik beratnya pada penanganan kualitas pada seluruh aspek organisasi.
6. Era Sistem Manajemen Mutu
Era ini dimulai pada sekitar tahun 1943 yaitu pada masa perang dunia II, di mana
sekutu mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan peledak. Hal ini terkait
dengan mutu bahan peledak untuk keperluan militer terutama oleh pasukan Inggris.
Berdasarkan keadaan tersebut pihak militer Inggris mengembangkan serangkaian
standar yang secara umum dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam
menyediakan produk bermutu tinggi serta konsisten bagi kepentingan bahan militer.
Pada akhir tahun 1960, disusun standar sistem mutu AQAP (Allied Quality Assurance
Publicators) yaitu pengembangan standar yang sudah ada sebagai sistem kendali
dengan tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan pemasok dalam pemenuhan
persyaratan. Pada tahun 1979 anggota ISO untuk Inggris yaitu British Standard
Institute, menyerahkan proposal kepada ISO agar dibentuk suatu komite teknis baru
untuk menyiapkan standar internasional yang berkaitan dengan teknik dan praktik
penjaminan mutu, maka dibentuklah komite teknis baru dengan nomor ISO/TC 176.
Sebagai hasil kerja ISO/TC 176, pada tahun 1987 dipublikasikan seri standar ISO 9000

14
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

yaitu sistem manajemen mutu yang merangkum sebagian besar standar sebelumnya di
samping peningkatan dan penjelasan standar baru.

2.7 Total Quality Management (TQM)


Total Quality Management atau disingkat dengan TQM adalah suatu sistem
manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused) dengan
melibatkan semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan yang
berkesinambungan (secara terus-menerus). Total Quality Management atau TQM
menggunakan strategi, data dan komunikasi yang efektif untuk meng-integrasikan
kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan kegiatan-kegiatan perusahaan. Singkatnya,
Total Quality Management (TQM) adalah pendekatan manajemen untuk mencapai
keberhasilan jangka panjang melalui Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction).
Dalam TQM (Total Quality Management), semua anggota organisasi atau karyawan
perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan proses, produk,
layanan serta budaya dimana mereka bekerja sehingga menghasilkan kualitas terbaik
dalam produk dan layanan yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan kepuasan
pelanggan.
Elemen pokok TQM yaitu fokus pada pelanggan, keterlibatan karyawan secara
keseluruhan, pemusatan perhatian pada proses, sistem yang terintegrasi, pendekatan
strategi dan sistematik, peningkatan yang berkesimnambungan, keputusan berdasarkan
fakta, dan komunikasi.

2.8 Tokoh-tokoh Mutu


Ada beberapa orang ahli yang mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan
kualitas. Tiga orang ahli yang sangat terkenal dalam pengembangan filosofi kualitas
antara lain W. Edwards Deming, Philip B. Crosby, dan Joseph M. Juran.
1. F.W. Taylor (1856-1915)
Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari
pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan
waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual, memperoleh gelar
“Bapak Manajemen Ilmiah” (The Farther of Scientific Management). Dalam

15
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori


manajemen, yaitu :
a. Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan
dalam satu hari.
b. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas
yang menjadi bagiannya.
c. Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
d. Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai
sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
e. Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan demikian
memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.
2. Shewhart (1891-1967)
Adalah seorang ahli statistik yang bekerja selama periode 1920-1930. Dalam
bukunya “The Economic Control of Quality Manufactured Products”,
merupakan suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki
mutu barang hasil pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap
segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik
yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk membuat control
chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana
yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart sangat menarik bagi
Deming dan Juran, dimana kedua sarjana ini ahli dalam bidang statistik.
3. Edward Deming
Deming menekankan sebuah filosofi yang saat ini dikenal sebagai 14 prinsip
deming.W. Edwards Deming Secara umum konsep mutu menurut Deming
adalah pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus.
Pendekatan Deming adalah bottom-up. Adapun 14 Poin Deming adalah:
a) Membuat tujuan yang konsisten
b) Memimpin dalam mempromosikan perubahan
c) Membangun kualitas pada produk, menghentikan ketergantungan pada
inspeksi untuk menangkap permasalahan.

16
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

d) Membangun hubungan jangka panjangberdasarkan kinerja bukan pada


harga.
e) Meningkatkan produk, kualitas, dan jasa secara terus menerus.
f) Memulai pelatihan.
g) Menekankan kepemimpinan.
h) Membuang rasa takut.
i) Mendobrak batasan antar departemen.
j) Menghentikan pidato panjang lebar pada pekerja.
k) Mendukung, membantu, memperbaiki.
l) Mendobrak penghalang untuk bangga antar kinerja masing-masing.
m) Mendidikan program pendidikan yang kuat dan perbaikan mandiri.
n) Menempatkan orang di perusahaan untuk bekerja pada suatu transformasi.
4. Prof Juran
Juran mengusulkan sebuah trilogi kualitas atau seringkali disebut sebagai
quality trilogy yang terdiri dari quality planning, quality control dan quality
improvement.
1. Quality Planning adalah sebuah proses persiapan dalam mencapai tujuan
utama perusahaan. Baik pelanggan dari dalam dan pelanggan dari luar
diidentifikasi dan kebutuhan mereka ditentukan. Produk dan layanan jasa di
kembangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Quality Control adalah sebuah proses dalam pencapaian tujuan perusahaan
selama operasi berlangsung, dan teknik statistik untuk mengendalikan
kualitas digunakan sebagai alat utama pengendalian. Dengan
mengembangkan proses yang dapat meproduksi produk tersebut kemudian
mengoptimasi proses.
3. Quality Improvement adalah proses untuk menerobos performansi superior.
Dengan membuktikan bahwa proses dapat memproduksi produk dibawah
kondisi operasi tertentu, sehingga dapat mengubah proses menjadi operasi.

17
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

5. Philips Crosby
Philip Crosby mempopulerkan sebuah ide "cost of poor quality", yang
menemukan betapa banyak biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi sesuatu
yang buruk. Philip Crosby menggambarkan “empat hal yang mutlak pada
manajemen kualitas” yang lebih dikenal dengan The Four Absolutes of Quality
Management yang antara lain menekankan:
1. Kualitas digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, bukan
sebagai “kebaikan” atau “kerapihan”.
2. Sistem untuk membangun kualitas adalah pencegahan bukan penilaian.
3. Standar performa harus zero defect (nol defect).
4. Pengukuran dari mutu adalah price (harga) ketidaksesuaian bukan indeks.
6. Dr. Kaoru Ishikawa
Dikenal sebagai bapak usaha pengendalian kualitas Jepang.dan juga Diagram
Fishbone juga disebut Diagram Ishikawa untuk menghormatinya.
7. Dr. Armand Feigenbaum
Mengembangkan filosofi Total Quality Control (TQC) dan juga membuat
kutipan “kualitas adalah tugas semua orang, tetapi karena itu tugas semua orang,
dapat juga menjadi bukan tugas siapapun tanpa kepemimpinan yang layak dan
organisasi.”

KESIMPULAN

1. Mutu adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan manusia, proses, produk,
jasa dan lingkungan untuk memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Manajemen
mutu adalah manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan
pengelolaan sumber daya yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi
dengan tanggung jawab yang berapa pada tingkat manajemen puncak.
2. Sejarah pengendalian mutu sudah dikenal mulai tahun 1700 dan terus mengalami
perkembangan sampai akhirnya tahun 1990an terdapat sebuah aturan standarisasi
ISO 9000: 2000 yang dikeluarkan.

18
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

3. Ruang lingkup mutu dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu pengendalian


mutu bahan baku, pengendalian mutu dalam proses pengolahan, pengendalian mutu
produk akhir.
4. Perkembangan mutu yang telah terjadi yaitu era tanpa mutu, era inspeksi, era
statistical quality control, era quality assurance, era strategy quality management
atau TQM.
5. Tokoh mutu diantaranya yaitu F.W. Taylor, Philip Crosby, Shewhart, Edward
Deming, dan Prof. Juran, Dr. Kaoru Ishikawa, Dr. Armand Feigenbaum.

REFERENSI

Budhathoki, Dhruba Kumar. (2015). Quality Management: An Effective Approach to


Success. The Journal of Nepalese Bussiness Studies.
Feigenbaum, A.V. (1991). Total Quality Control (3rd edition). New York: McGraw-Hill.
Juran, J.M. 1992. Juran on Quality by Design. Macmillan : USA
Montgomery, D C. (2009). Introduction to Statistical Quality Control. Arizona:Wiley &
Sons
Munro-Faure Lesly, Munro-Faure Malcolm, (1999) Implementing tatal Quality
management, Jakarta: Kelompok Gramedia.
Peters Tom, Austin Nancy, (1985) A Passions For Excellence
Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. London: Kogan Page
Educational Series.
Scherkenbach, WW. (1991). Deming’s Road to Continual Improvement, Knoxville, USA:
SPC Press.
Smith, Gerald. F. The Meaning of Quality. Journal of Total Quality Management. 4 (3)

19
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

2. Tugas 1 & 2 pada video materi

TUGAS 1
PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

Nama: Kusdinasih
NIM: 21070119120012

Produk : Brompton Folding Bicycle (Sepeda Lipat)

Keinginan Konsumen : - Praktis dibawa kemana saja


- Mudah digunakan
- Harga yang terjangkau
- Ringan
- Tidak membutuhkan ruang besar saat disimpan
- Biaya perawatan tidak terlalu mahal
- Membuat pengguna semakin ingin rajin berolahraga
- Kuat (ketahanan menopang tubuh usernya)
- Tahan lama
- Model yang simple
- Tidak sulit digunakan
Spesifikasi :- Weight : 11.7 kg
- Folded size : 23″ x 21.5″ x 10.6″
- Speed :6
- Frame : Brompton High Tensile Steel
- Shifters : Brompton 2017 trigger shifters

20
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

- Chainset : Brompton 50T


- Rear Sprockets : Brompton 13T & 16T
- Chain : Brompton 3/32″
- Brakeset : Brompton dual-pivot calipers with Fibrax
cartridge pads
- Brake Levers : Aluminium
- Handlebars : Brompton 2017 M Type riser bar – Black
- Grips : Brompton M Type
- Rims : Double Wall – Alloy – 28 Spoke
- Front Hub : Brompton Standard
- Rear Hub : Brompton 3-speed BWR (Brompton Wide
Range) Hub with Derailleur system
- Tire : Brompton Kevlar Tyre (37-349)
- Saddle : Brompton Saddle with molded grip and
rear light bracket
- Seatpost : Brompton Standard Seatpost
- Lighting : Reflectors only
- Pedals : Brompton folding pedal on Left, alloy cage
flat pedal on Right
- Warranty : 5 years for the frame parts

Pertanyaan :
1. Aspek apakah yang dapat merepresentasikan kualitas produk Brompton Folding
Bicycle?
Ditinjau dari 8 dimensi yang dapat merepresentasikan kualitas produk menurut Garvin,
yaitu:
a. Performance
Produk Brompton Folding Bicycle memiliki performa yang cukup baik, ditunjukan
dengan memiliki ukuran speed 6, memiliki pedal dengan bahan alloy dan 3-speed
BWR pada gigi nya. Sebagai pengguna pastinya menginginkan sepeda dengan

21
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

performa baik, salah satunya pedal dan gigi yang tidak berat sehingga mudah di
kayuh dan dapat melaju dengan cepat.
b. Features
Produk Brompton Folding Bicycle memiliki beberapa fitur yang menarik
pelanggan, contohnya seperti dapat dilipat dengan mudah hingga ukuran yang
kecil sehingga memungkinkan dibawa kemana-mana, berat yang termasuk ringan
dan kursi yang dapat disesuaikan dengan tinggi pengguna.
c. Reliability
Dari segi reliability, pengguna menginginkan sepeda yang dapat membuat
pengguna ingin menggunakannya terus-terusan, Oleh karena itu produk ini dibuat
sedemikian rupa agar membuat pengguna nyaman dan tidak menyulitkan untuk
digunakan.
d. Corformance
Dari segi conformance, produk Brompton Folding Bicycle ini menjawab
kebutuhan konsumen yang menginginkan sepeda yang simple, praktis, tidak berat
dan mampu membuat pelanggan ingin menggunakannya terus-terusan.
e. Durability
Produk ini dapat bertahan hingga 10 tahun sebelum kemungkinan mengalami
kerusakan serius, sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna yaitu memiliki
sepeda yang dapat tahan lama.
f. Serviability
Produk ini dilengkapi dengan garansi dari perusahaan selama 5 tahun untuk
menjamin produk memenuhi dimensi serviability.
g. Aesthetic
Desain yang diinginkan pengguna cenderung simple dan futuristik sehingga ketika
dipakai untuk kegiatan sehari-hari dapat terlihat elegan. Hal ini diakomodir oleh
Brompton Folding Bicycle yang memiliki desain simple dan elegan karena hanya
ada dalam beberapa warna dasar seperti hitam dan coklat.

22
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

h. Perceived Quality
Pengguna menginginkan citra produk yang baik untuk sepedanya, dan Brompton
mengakomodir hal ini karena sepeda ini memiliki merk Brompton yang cukup
terkenal dan telah menjadi perusahaan sepeda yang terpercaya sejak tahun 1976.
2. Bagaimana agar kualitas tersebut dapat selalu terjaga?
Kualitas produk merupakan hal yang utama dalam suatu produsen untuk mencapai
nilai kepuasan pelanggan. Suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap kegiatan yang ada pada perusahaan. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kualitas produk yakni fungsi dari suatu produk, perwujudan produk,
dan biaya produk bersangkutan. Untuk menjaga kualitas produk dikenal dengan
sebutan pengendalian kualitas dan penjaminan mutu. Dalam perkembangannya
menjaga kualitas produk, quality control analysis merupakan cara untuk menjaga
kualitas produk. Ada 5 paradigma kualitas, yaitu:
a. Custom craft quality paradigm menjaga kualitas produk berdasarkan permintaan
konsumen. Pada paradigma ini produk yang dibuat sesuai dengan permintaan
konsumen,
b. Mass production and sorting quality paradigm kualitas produk dijaga dengan cara
melalukan pemeriksaan pada produk satu per satu. Apabila produk tersebut dinilai
baik maka produk akan diterima, dan apabila cacat, produk akan langsung dibuang.
c. Statistical quality control paradigm melakukan penjagaan kualitas produk dengan
cara memeriksa sampling. Jika ada 100 produk, maka hanya ada 25 produk yang
akan diperiksa.
d. Total Quality Management merupakan strategi penjagaan kualitas secara terus
menerus. Mulai dari produk diproses di lantai produksi hingga produk sampai pada
konsumen akan selalu di cek. Produsen akan menanyakan keadaan produk dan
memberikan pelayanan perbaikan apabila terjadi kerusakan terhada produk
berdasarkan jaminan garansi yang telah dikeluarkan dari perusahaan.
e. Techno-craft paradigm kualitas produk sama seperti custom craft quality
paradigm, bedanya ini menggunakan teknologi canggih sehingga memudahkan
konsumen untuk melihat kualitas produk yang diberikan.

23
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

Kualitas menjadi penting karena berdampak terhadap kinerja finansial dan marketing.
Harga produk, advertising, market share, biaya dan keuntungan adalah aspek yang
selalu terkait dengan kualitas. Perbaikan yang terus dilakukan karena dimensi yang
mengkaitkan produk dengan kepuasan pelanggan, maka dimensi kualitas dengan
demikian merupakan competitive weapon. Tumala dan Tang (1996) mengajukan 7
prinsip manajemen kualitas yang ditujukan bagi continuos improvement agar kualitas
menjadi alat kompetitif.
a. Customer Focus. Perspektif pelanggan terhadap kualitas hendaknya menjadi
keseluruhan tujuan dari sasaran kualitas dan penerapan strategi manajemen
kualitas.
b. Leadership.Manajer senior hendaknya menampilkan peran leadership dalam
menciptakan komunikasi nilai kualitas. Hal ini kemudian akan membangun
budaya kualitas dalam organisasi.
c. Continuos improvement. Continuos improvement merupakan cornerstone bagi
manajemen kualitas. Melakukan hal yang benar hari ini dan menjadi lebih baik
dimasa depan serta kemudian terus menerus meningkatkan nilai konsumen dan
dilakukan secara konsisten.
d. Strategic Quality Planning. Mencapai excellence quality dan menjadi market
leader memerlukan kesediaan untuk membuat komitmen jangka panjang dengan
para stakeholder bisnis. Kualitas sebagai strategi dan rencana oprasional perlu
merefleksikan komitmen tersebut. Pengembangan dalam segala aspek yang
berhubungan.
e. Design Quality, Speed and prevention. Design quality dan pencegahan terhadap
defect yang beakibat kegagalan produk dengan dampak kepuasan pelanggan
merupakan tujuan utama dalam sistem yang berkualitas. Maka dilakukan invokasi
aplikasi teknologi, system terintegrasi dan proses serta perencanaan produk
hendaknya diarahkan pada design – to introduction cycle time,yaitu kecepatan
untuk mengantisipasi perubahan selera pasar terhadap spesifikasi kualitas.
f. People, Participant and partnership. Semua pekerja hendaknya bekerjasama
untuk mencapai kualitas dan produktifitas sehingga produk bias memenuhi
kepuasan pelanggan. Mengimplementasikan strategi agar semua stakeholder

24
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

bisnis berperan dalam menciptakan budaya atau kebiasaan yang berkualitas serta
melakukan perubahan struktur organisasi.
g. Fact Based Management.Untuk mencapai sasaran kualitas dan sasaran kinerja
maka manajemen proses hendaknya didasrakan kepada informasi, data dan
Analisa yang reliable. Proses operasi dan keputusan perlu memiliki indicator
kinerja yang berdimensi kualitas yang sasarannya adalah kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan pada giliranya akan mempengaruhi kinerja penjualan.
Menjaga kualitas produk agar selalu terjaga dengan menjaga spesifikasi dari produk
tersebut dengan adanya SOP terhadap suatu produk akan menjaga kualitas dan
kuantitas dari produk tersebut. Dalam ranah produksi juga, pengelolaan sumber daya
manusia merupakan faktor kunci, apalagi kalau produk Anda sangat dipengaruhi oleh
skill. Agar kualitas produk itu dikatakan berkualitas, perusahaan biasanya butuh
lembaga penjamin kualitas, seperti adanya ISO, yang secara kelembagaan memang
independen dalam menetapkan aspek kualitas atau tidaknya suatu produk. Persoalan
kualitas ini sesungguhnya bukan hanya persoalan produksi saja. Misalnya adanya
bagian QC (Quality Control) di divisi produksi. Jadi konsep bahwa pengawasan dan
pengendalian kualitas itu, mulai dari pemasok hingga pelanggan. Maka di situ ada
dokumen mutu yang jelas, bahkan bukan hanya produknya, tapi juga sampai
pelayanannya. Tiap tahapan dimana produk itu dibuat, memiliki SOP yang tegas,
sehingga produk yang dihasilkan bisa dipertanggungjawabkan mutu atau kualitasnya.
Dan memang harapannya, perusahaan itu bisa meminimalisir zero defect (produk yang
rusak). Untuk memastikan suatu produk agar tetap berkualitas, perusahaan
membutuhkan lembaga penjamin kualitas. Salah satunya adalah ISO dan SNI yang
merupakan lembaga independen dalam menetapkan apek kualitas atau tidaknya suatu
produk. Selain itu, diadakan suatu bagian yang bertanggnung jawab terhadap kualitas
produk, biasanya disebut QC (Quality Control). Walaupun pada hakikatnya kualitas
bukan semata tanggung jawab QC atau produksi saja namun menjadi tanggung jawab
seluruh komponen perusahaan atau yang dikenal dengan total quality management
dimana pengawasan dan pengendalian kualitas itu dimulai dari pemasok hingga
pelanggan. Sehingga, dalam tiap tahapan produk tersebut dibuat memiliki SOP yang
tegas dan diharapkan perusahan dapat meminimalisir zero defect. Adapun saat produk

25
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

didistribusikan ke pasar, perusahaan akan menyediakan garansi dan menyediakan


service center untuk mengantisipasi apabila barang rusak saat sampai ditangan
konsumen.

REFERENSI
Chen Hoe,Ling. (2018)The Effects of Product Quality on Customer Satisfaction and
Loyalty: Evidence from Malaysian Engineering Industry. International Journal of
Industrial Marketing ISSN 2162-3066, Vol. 3, No. 1
Do, Ricky. (2017). Brompton M6L Black Edition 2017 Folding Bike Review – The Ultimate
Commuter Bike. Di akses pada https://www.bikefolded.com/brompton-m6l-black-
edition-folding-bike-review/ tanggal 24 Agustus 2021.
Tamini, P. S., Nugraha, H. S., & Widiartanto. (2015). Pengaruh Citra Merek dan Kualitas
Produk Terhadap Keputusan Pembelian Laptop Merek Dell di Kota Semarang
(Studi Kasus Pada Konsumen Laptop Merek Dell di Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang). Jurnal of Social and Political of Science, 1-10.
Tjiptono, F. and Diana, A. (2013) TQM (Total Quality Manajemen). Yogyakarta: Andi.

TUGAS 2
PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

Nama: Kusdinasih
NIM: 21070119120012

1. Apa yang dimaksud dengan costumer?


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pelanggan memiliki arti membeli
atau menggunakan barang secara tetap. Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006),
pelanggan adalah seeorang yang secara berulang-ulang datang ke tempat yang sama
untuk membeli barang atau memperoleh jasa yang diinginkannya karena merasa puas
dengan barang dan jasa tersebut. Menurut Greenberg (2010), pelanggan atau
customer adalah individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau

26
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

jasa berdasarkan keputusan mereka atas pertimbangan manfaat maupun harga yang
kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan
fasilitas lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan.
Sedangkan menurut Nasution (2001), pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang
membeli dan menggunakan produk suatu perusahaan.
Menurut Gasperz, pengertian pelanggan ada tiga yaitu:
1) Pelanggan internal (Internal Customer). Merupakan orang yang berada dalam
perusahaan dan memiliki pengaruh pada performansi (Performance) pekerjaan
atau perusahaan kita.
2) Pelanggan antara (Intermedieate Customer). Merupakan mereka yang bertindak
atau berperan sebagai perantara bukan sebagai pemakai akhir produk itu.
3) Pelanggan Eksternal (Eksternal Customer). Merupakan pembeli atau pemakai
akhir produk itu, yang sering disebutsebut sebagai pelanggan nyata (Real
Customer).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah individu atau
kelompok yang membeli atau menggunakan sebuah produk atau jasa secara tetap
yang kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan untuk mendapatkan suatu
penawaran baru dari perusahaan. Costumer merupakan seseorang yang membeli
produk tidak hanya sekali namun dilakukan berulang – ulang. Customer atau
pelanggan adalah seseorang yang melakukan kegiatan membeli suatu produk dan
melakukan interaksi pada periode waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhannya
dengan mempertimbangkan harga, kualitas, tempat, pelayanan.
2. Bagaimana mencari terobosan untuk kepuasan pelanggan ?
Mudie dan Cottam (1993) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan secara total tidak
mengkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Namun usaha dalam
perbaikan atau penyempurnaan kepuasaan dapat dilakukan dengan berbagai strategi.
1. Relationship Marketing
Strategi ini merupakan setrategi yang melakukan hubungan transaksi antar
penyedia jasa dan pelanggan berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan
selesai. Salah satu faktor yang dibutuhkan untuk mengembangkan relationship

27
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

marketing adalah bentuk costumer database. Relationship Marketing berdasar


pada :
a. Fokus customer retention
b. Orientasi manfaat produk
c. Orientasi jangka panjang
d. Layanan pelanggan yang sangat diperhatikan dan ditekankan
e. Komitmen terhadap konsumen sangat tinggi
f. Kontak dengan pelanggan sangat tinggi
g. Kualitas yang merupakan perhatian sangat tinggi.
2. Strategi Superior Costumer Service
Yang dimaksud dengan strategi superior costumer service adalah kondisi dimana
perusahaan akan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen
agar tidak kalah tersaing dengan lawan perusahan. Meskipun demikian
perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk meningkatkan
pelayanan. Akan tetapi ada kelompok konsumen yang tidak keberatan akan harga
mahal tersebut.
3. Strategi Unconditional Guarantess/Extraordinary Guarantes
Pada strategoi ini perusahaan akan merancangkan augmented service terhadap
core serice-nya, dengan merancang garansi tertentu atau dengan memberikan
pelayanan yang baik. Garansi dirangcang untuk meringankan kerugian pelanggan
tidak puas terhadap suatu produk. Fungsi utama garansi adalah:
a. Untuk mengurangi resiko kerugian pelanggan sebelum dan sesudah
pembelian produk atau jasa, sekaligus memaksa perusahaan bersangkutan
untuk memberikan yang terbaik dan meraih loyalitas pelanggan.
b. Sebagai alat positioning untuk membedakan perusahaan dengan pesaingnya.
4. Strategi Penanganan Keluhan Pelanggan
Pada stratgei penanganan pada pelanggan keluhan yang baik memberikan
peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan
yang puas . Manfaat lain adalah:
a. Penyedia jasa memperoleh kesempatan lagi untuk memperbaiki hubungannya
dengan pelanggan yang kecewa.

28
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

b. Penyedia jasa bias terhindar dari publisitas negatif.


c. Penyedia jasa akan mengetahui aspek-aspek yang perlu dibenahi dalam
pelayanannya saat ini.
d. Penyedia jasa akan mengetahui sumber masalah operasinya.
e. Karyawan depat termotivasi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
lebih baik.
5. Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan
Perusahan harus melakukan perbaikan berkesinambungan dan patok duga
(benchmarking). Dalam melakukan penyempurnaan tersebut setiap karyawan
dilibatkan. Melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara
berkesinambungan. Memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut
komunikasi, salesmanship, dam public relations kepada setiap jajawan
manajemen dan karyawan. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan anatara lain:
a. Menyempurnakan proses dan produk/jasa melalui upaya perbaikan
berkesinambungan dan patok duga (benchmarking).
b. Menerapkan Business Process reengineering (BPR). Melalui BPR
diharapkan perusahaan mampu melayani konsumen lebih cepat, lebih efisien,
lebih memuaskan dan lebih berkualitas.
c. Melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara
berkesinambungan.
d. Memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut komunikasi,
salesmanship, dan public relations kepada setiap jajaran manajemen dan
karyawan.
e. Melakukan penilaian kinerja, penghargaan dan promosi karyawan didasarkan
pada kontribusi mereka dalam usaha meningkatkan kualitas dan penciptaan
customer satisfaction secara berkelanjutan.
f. Membentuk tim-tim kerja lintas fungsional, sehingga diharapkan wawasan
dan pengalaman karyawan semakin besar, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kemampuannya dalam melayani pelanggan.

29
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

6. Penerapan Quality Function Deployment (QFD)


Merupakan praktek dalam merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap
kebutuhan konsumen. Hal ini melibatkan konsumen dalam proses
mengembangkan produk/jasa sedini mungkin dengan demikian memungkinkan
perusahaan untuk memperioritaskan kebutuhan konsumen serta memperbaiki
proses hingga tercapainya efektivitas maksimum.
Selain itu terdapat pula strategi dalam mencari terobosan untuk mencapai kepuasan
pelanggan diantaranya yaitu
- Strategi superior kualitas produk
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus
memiliki produk berkualitas baik dan pelayanan yang prima.
- Strategi pay-for-performance
Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, diperlukan dukungan dari semua
sumberdaya organisasi, serta tanggung jawab penuh pimpinan tingkat korporat.
- Strategi ofensif - defensif
Penggunaan strategi ofensif dan defensif sebagai bisnis secara bersamaan sangat
mungkin dan menguntunngkan. Pelaksaannya disaat melakukan serangan ke
pasar tetapi juga mengatur kekuatan untuk bertahan pada serangan pesaing.
- Menganut sistem Just In Time
Dengan melayani pesanan pelanggan secara tepat waktu akan meningkatkan
kepuasan pelanggan terhadap produk/usaha kita.

DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty: How to Earn IT, How to Keep it. John Wiley &Sons
Inc. Company.
Gustaffsson, A., Johnson, M. J., & Roos, I. (2006). The effects of customer satisfaction,
relationship commitment dimensions, and triggers on customer retention [Journal of
Marketing from Cornell University, School of Hospitality Administration, 69(4),
210-218.
Mudie, Peter and Angela Cottam (1993), the management and Marketing of Services,
Oxford:Butterworth- Heinemann Ltd

30
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

Nasution, M.N. (2004). Manajemen Jasa Terpadu. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.


O. S Themba, N. R. (2019). Increasing customers’ loyalty. The contribution ofmarketing
strategy, service quality and customer satisfaction. Archives of Business Research,
7(2),1-15
Peter, Paul danJerry C. Olson. 2000. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. (Alih
Bahasa Damos Sihombiing).Jakarta: Erlangga.
Rifandi. (2005). Strategi Memberikan Kepuasan Pada Pelanggan. Diakses pada
https://bisnisukm.com/strategi-meningkatkan-kepuasan-pelanggan.html tanggal
24 Agustus 2021
Sutarso, Bagus M. Gandhi. 2008. Strategi Meningkatkan Kepuasan Konsumen (Study
Kasus PT. PLN (Persero) di wilayah semarang). Semarang : Universitas
Diponegoro
Yuki . (2011). Customer Value. Diakses pada https://www.marketing.co.id/customer-
value/ tanggal 24 Agustus 2021

3. Siklus PDCA

SIKLUS PDCA
Kusdinasih (21070119120012)
Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro
kusdinasih@students.undip.ac.id

ABSTRAK
Pada dasarnya, PDCA adalah singkatan dari Plan, Do, Check Act atau dalam bahasa
Indonesia adalah perencanaan, pengerjaan, pengecekan dan tindak lanjut. Model
manajemen perusahaan ini dicetuskan oleh Walter Shewhart dan dikembangkan oleh W.
Edwards Deming dengan tujuan untuk proses perbaikan perusahaan atau individu.
Untuk itu, siklus PDCA ini sering kali disebut dengan siklus Deming, siklus Shewhart,
atau siklus kendali. Siklus manajemen ini banyak digunakan di perusahaan manufaktur,
perusahaan manajemen, dll. Sesuai dengan namanya, siklus PDCA adalah suatu siklus

31
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

yang harus dilakukan berulang-ulang. Model manajemen ini bisa digunakan untuk
membantu industri atau perusahaan agar keluar dari stagnasi. Selain itu, siklus ini
digunakan untuk bisa mewujudkan sistem yang selalu berkembang agar menjadi lebih
baik.
Kata kunci : PDCA

I. PENDAHULUAN
Pengendalian kualitas adalah suatu sistem kendali yang efektif untuk
mengoordinasikan usaha – usaha penjagaan kulalitas, dan perbaikan mutu dari kelompok
– kelompok dalam organisasi produksi, sehingga diperoleh suatu produksi yang sangat
ekonomis serta dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (Prihantoro,
2012:6). Pengendalian kualitas harus dilakukan melaului proses yang terus – menerus dan
berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan salah satunya
dengan melalui penerapan PDCA (plan – do – check – action) yang diperkenalkan oleh
Dr. W. Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama berkebangsaan Amerika
Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus deming (Deming Cycle / Deming Wheel). Siklus
PDCA umumnya digunakan untuk mengimplementasikan perubahan – perubahan untuk
memperbaiki kinerja produk, proses atau suatu sistem di masa yang akan datang.
Penerapan siklus PDCA dibantu dengan alat bantu yaitu Seven tools, alat bantu ini
merupakan 7 alat yang digunakan untuk mengendalikan kualitas atau mutu suatu produk.
Alat - alat tersebut adalah sebagai berikut :Checksheet, pareto diagram, histogram,
control chart, scatter diagram, fishbone diagram, dan diagram alur (Heizer dan Render,
2015). Alat – alat ini membantu memahami dan mengembangkan proses pengendalian
maupun perbaikan kualitas. Alat ini diharapkan mampu membantu untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi perusahaan.

TUJUAN PENULISAN
Berikut adalah tujuan penulisan paper ini :
1. Mampu menjelaskan dan memahami pengertian PDCA.
2. Mampu menjelaskan dan memahami fase PDCA
3. Mampu menjelaskan dan memahami kelebihan PDCA

32
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

4. Mampu menjelaskan dan memahami kekurangan PDCA

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian PDCA
Siklus PDCA adalah suatu siklus yang harus dilakukan berulang-ulang. Model
manajemen ini bisa digunakan untuk membantu industri atau perusahaan agar keluar dari
stagnasi. Selain itu, siklus ini digunakan untuk bisa mewujudkan sistem yang selalu
berkembang agar menjadi lebih baik. PDCA tidak hanya memfasilitasi rencana dan juga
aktif, tapi juga data dan hasil agar selanjutnya bisa diperiksa dan dianalisa hal apa saja
yang harus disesuaikan. Proses ini mampu menahan dan bahkan menutup adanya
kemungkinan kesalahan yang sama terjadi dua kali.

2.2 Fase PDCA


Sesuai namanya, siklus PDCA terbagi menjadi empat fasa yang masing-masing
fasenya saling berkaitan. Keempat fase tersebut adalah Plan, Do, Check, dan Act.
1. Plan
Plan adalah suatu tahapan perencanaan yang dimulai dengan identifikasi
masalah dengan memanfaatkan teknik 5 W, yaitu what (apa), who (siapa),
when (kapan), where (dimana), dan why (mengapa) yang selanjutnya
dilengkapi dengan teknik root cause analysis. Di dalam tahapan ini, Anda
bisa membuat hipotesis masalah dan tujuan yang ingin diraih agar hasilnya
bisa diwujudkan.
2. Do
Di dalam siklus PDCA yang kedua ini, Anda harus bisa mulai mengerjakan
berbagai hal yang sebelumnya sudah direncanakan. Pengerjaan itu bisa
berupa hal kecil untuk mengukur hasil dari solusi yang sebelumnya sudah
dirancang pada tahapan yang pertama. Selain itu, pada fase ini juga
kemungkinan akan ada banyak masalah yang tidak diperkirakan terjadi.
Untuk itu, disarankan pada Anda untuk melakukan rencana dalam skala yang
lebih kecil terlebih dahulu dalam lingkungan yang sudah terkendali. Agar
tahapan Do ini bisa menjadi lebih sukses, cobalah untuk melakukan

33
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

standarisasi agar seluruh orang yang terlibat dalam prosesnya mengetahui


dengan pasti tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
3. Check
Check adalah suatu fase yang paling penting untuk bisa memberikan rencana
yang sudah dibuat, menghindari kesalahan kedua, dan menjalankan seluruh
tahapan agar lebih sukses. Oleh karena itu, fase ini harus bisa dilakukan
secara serius dan teliti. Sesuai dengan namanya, tahapan check dilakukan
dengan mengaudit eksekusi dan memantau apakah rencana tersebut sudah
sesuai dengan rancangan awalnya. Berbagai permasalahan yang mungkin
timbul dalam fase do akan bisa dievaluasi di dalam tahapan ini dan
selanjutnya harus bisa dieliminasi. Tahapan do dan check ini bisa dilakukan
berkali-kali sampai hasilnya sempurna.
4. Act
Pada tahapan ini, seluruh tahapan yang sudah diperbaiki harus berdasarkan
evaluasi dari fase do dan check yang didalamnya terdapat upaya dalam
mengidentifikasi masalah dalam implementasi rencana yang ada. Jadi, fase
act adalah fase yang terakhir yang ada pada siklus PDCA. Namun, seluruh
tahapannya akan terus berulang. Setelah tahapan ini berhasil dilalui, maka
model PDCA yang telah dikembangkan bisa dijadikan sebagai suatu standar
baru di dalam perusahaan. Saat mengulang prosesnya, cobalah untuk selalu
melakukan berbagai perbaikan. Setelah meng implementasi PDCA, pastikan
juga Anda selalu berkomitmen untuk selalu melakukan perbaikan secara
berkelanjutan agar bisa meningkatkan produktivitas dan juga efisiensi bisnis.

2.3 Kelebihan PDCA


Pada dasarnya, kelebihan PDCA adalah sangat banyak sekali jika dilakukan
dengan tepat dalam menemukan pekerjaan tertentu yang sesuai dengan harapan
perusahaan. Berikut ini adalah kelebihan PDCA.
1) Berkesinambungan
Siklus pada PDCA memungkinkan adanya peningkatan dan juga
penyempurnaan untuk masa depan karena dilakukan dengan konsep yang

34
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

sangat terorganisir. Dengan adanya implementasi yang berkesinambungan,


tepat dan dijalankan dengan konsisten, tentunya akan mampu memberikan
peluang terkait kontrol dan analisa, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan
akan selalu tepat dan bisa dipantau setiap perkembangannya.
2) Alur mudah dipahami
Seluruh alur yang ada pada PDCA sifatnya lebih statis, namun setiap
tahapannya sangat mudah untuk dipahami oleh banyak orang. Sehingga lebih
memudahkan pihak manajemen dan perusahaan untuk memperkenalkan dan
juga mengimplementasikannya dalam operasional perusahaan. Selain itu,
proses pelaksanaannya pun cukup signifikan. Oleh karena itu, proses ini
sangat terkenal di kalangan perusahaan.
3) Perkembangan bisnis yang berkelanjutan
Penerapan PDCA ini bisa dilakukan di semua lini bisnis karena sangat mudah
untuk dipahami. Siklus PDCA memungkinkan adanya peningkatan secara
berkelanjutan dan tepat karena bisa bekerja secara siklikal. Setiap bagian
yang ada pada proyek di dalamnya akan melalui tahapan yang sama secara
terus menerus untuk bisa memastikan kesalahan tersebut bisa diperbaiki dan
juga disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan situasi terkini perusahaan.
4) Mendeteksi resiko sedari dini
Saat suatu perencanaan sudah ditetapkan dengan metode yang lebih
terstruktur, maka pengendalian manajemen risiko, dampak negatif, atau
berbagai hambatannya akan bisa diperkirakan atau dideteksi dari jauh hari.

2.4 Kekurangan PDCA


Kekurangan dari siklus PDCA adalah sebagai berikut.
1) Statis
PDCA dinilai sebagai framework manajemen yang statis karena alur di
dalamnya hanya berkutat pada siklus Plan – Do – Check – Act, sehingga tidak
bisa diimplementasikan pada berbagai proyek yang harus ditindak secara
paralel. Jika nantinya ada perubahan, maka proses perubahan tersebut

35
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

memerlukan waktu yang sangat lama karena harus kembali lagi ke siklus
awal.
2) Proses harus berurutan
Konsep ini juga menuntut adanya pembagian dan lingkungan kerja yang
cukup ideal di dalam manajemen perusahaan. Proses di dalamnya harus
dilakukan sesuai dengan siklus. Jika ada seorang saja yang tidak mampu
melakukan pekerjaannya dengan baik, maka konsep ini akan menjadi sia-sia.
Selain itu, tahapan berikutnya juga akan sangat berdampak bila ada
perubahan di tengah-tengahnya. Sehingga akan sulit untuk melakukan
perubahan ketika sedang dikerjakan.
3) Implementasi tidak saling berhubungan
Pada pelaksanaannya, banyak proses yang melewati tahapan Act namun tidak
dilakukan seperti seharusnya. Implementasi tersebut tidak dilakukan dengan
aktif sehingga ketika ada proyek baru, cara ini tidak bisa membuahkan hasil
seperti sebelumnya. Untuk itu, PDCA juga harus dijelaskan secara terang di
awal pelaksanaannya kepada seluruh orang yang terlibat, karena gagal paham
akan berdampak buruk pada proyek yang tengah dikerjakan.

III. KESIMPULAN
Berikut kesimpulan dari paper ini.
1. Siklus PDCA (Plan Do Check Act) adalah metode manajemen yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah dengan empat langkah secara berulang.
2. Siklus PDCA membagi prosesnya ke dalam empat fase yang saling berhubungan
antara satu sama lain, yaitu Plan, Do, Check, dan Act.
3. Kelebihan PDCA adalah berkesinambungan, alur mudah dipahami,
perkembangan bisnis yang berkelanjutan, dan mendeteksi resiko sedari dini.
4. Kekurangan PDCA adalah statis, proses harus berurutan, dan implementasi tidak
saling berhubungan.

36
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

DAFTAR PUSTAKA

Dewi A.P., Susanta N., Listyorini S. 2013. Analisa Pengendalian Kualitas Dengan
Pendekatan P.D.C.A. (Plan-Do-Check-Act) Berdasarkan Standar Minimal
Pelayanan Rumah Sakit Pada RSUD Dr. Adhyatma Semarang. Journal Of Social
and Politic.Semarang: Universitas Diponegoro.
Fertilia Y. 2013. Aplikasi Siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) Dalam Upaya
Menurunkan WIP (Work In Process) Produk Chicken Nugget di PT. Belfoods
Indonesia.Skripsi.Bogor: ITB.

4. Prinsip dasar sistem manajemen mutu meliputi: Total Quality Management,


Pengenalan ISO 9001:2015, Pengenalan ISO 14001:2015; Pengenalan ISO
21001:2018

PRINSIP DASAR SISTEM MANAJEMEN MUTU


TQM, ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, ISO 21001:2018
Kusdinasih (21070119120012)
Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro
kusdinasih@students.undip.ac.id

ABSTRAK
Pengendalian kualitas produk merupakan faktor penting bagi dunia industri karena
pengendalian kualitas yang baik dan dilakukan secara terus menerus akan dapat
mendeteksi ketidaknormalan hasil produksi secara cepat, sehingga dapat segera
dilakukan tindakan antisipasinya. Hal ini tak lain adalah hasil jerih payah pemikiran
quality gurus atau ahli kualitas yang dimana dengan kontribusi mereka memberi dampak
yang besar hingga saat ini. Salah satu konsep pengendalian dan perbaikan kualitas
secara berkenlanjutan adalah TQM. Untuk mengetahui konsep TQM, standar ISO
9001:2015, ISO 14001:2015 serta ISO 21001 : 2018 maka dibuatlah paper ini.
Berdasarkan referensi beberapa jurnal dan buku didapati bahwa Total Quality

37
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

Management merupakan salah satu konsep pengendalian mutu yang berfokus pada
perbaikan berkelanjutan dari segala aspek. Alat yang digunakan dalam TQM ini adalah
SPC yang didalamnya terdiri dari seven tools. ISO 9001:2015 berisi mengenai standar
manajemen mutu dengan mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi. ISO
14001:2015 membahas tentang pengaturan dan manajemen lingkungan dan ISO 21001
: 2018 membahas tentang standar manajemen lingkungan dalam dunia pendidikan.
Kata kunci : TQM, ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, ISO 21001:2018

I. PENDAHULUAN
Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin berat sejalan
kemajuan dan peradaban manusia serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang industri penghasil barang maupun jasa. Kualitas hasil produksi menjadi salah
satu dasar keputusan konsumen akan kepuasan produk yang mereka beli sesuai dengan
keinginan dan harapannya. Kontrol kualias sangat diperlukan dalam memproduksi suatu
barang untuk menjaga kestabilan mutu. Kontrol kualitas secara statistik berbeda dengan
kontrol kualitas secara kimia atau fisika. Secara statistik kontrol kualitas tidak
menghendaki ”terbaik absolut”, tetapi yang dapat memenuhi permintaan konsumen.
Produsen yang baik tentu akan mempertahankan mutu supaya tidak terlalu banyak
variasi. Karena kualitas suatu produk ditentukan oleh ciri-ciri produk itu. Ciri-ciri yang
mungkin ada dalam suatu produk adalah ukuran, sifat fisik, sifat kimia, daya tahan hidup,
dan lainnya. Kontrol kualitas dapat memberikan jaminan kepada konsumen bahwa
produk yang dihasilkan merupakan produk yang berkualitas baik dan layak dikonsumsi.
Hal ini akan memberikan banyak keuntungan bagi produsen karena omset penjualan yang
meningkat.
Konsep pengendalian kualitas sering digunakan saat ini yaitu Total Quality
Management (TQM). TQM adalah suatu filofofi manajemen yang terintegrasi yang
bertujuan meningkatkan kualitas produk dan proses secara berkesinambungan untuk
mencapai kepuasan konsumen. TQM juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan
sistem untuk mengintegrasikan semua fungsi dan proses agar tercapai penyempurnaan
mutu produk secara berkesinambungan untuk mencapai kepuasan konsumen.

38
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

ISO 9001:2015 merupakan standardisasi sistem manajemen mutu yang juga


memperhatikan resiko. ISO 14001:2015 merupakan standardisasi sistem manajemen
lingkungan yang membantu perusahaan untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, dan
mengatur risiko-risiko lingkungan yang berhubungan dengan praktek bisnis perusahaan
sedangkan ISO 21001:2018 adalah sistem manajemen organisasi pendidikan yang
disesuaikan dari ISO 9001: 2015. Standar ini disusun khusus untuk sektor pendidikan
dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi utamanya, yaitu memberikan pendidikan
yang bermutu.

TUJUAN PENULISAN
Berikut adalah tujuan penulisan paper ini :
1. Mampu menjelaskan dan memahami konsep TQM.
2. Mampu menjelaskan dan memahami standar ISO 9001:2015
3. Mampu menjelaskan dan memahami standar ISO 14001:2015
4. Mampu menjelaskan dan memahami standar ISO 21001:2018

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Falsafah dan Pengertian Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya. TQM juga
dapat diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu
perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan
konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan konsumen. Penerapan TQM
membutuhkan komitmen yang kuat dalam melakukan perbaikan yang berkelanjutan
(Nasution, 2010). Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan
harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk
memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada
pelanggan (output). Tujuan utama Total Quality Management adalah perbaikan mutu
pelayanan secara terus-menerus. Dengan demikian, Quality Management sendiri harus
dilaksanakan secara terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu

39
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

terpadu atau TQM sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji
Kobayashi, salah satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan
TQM, yang dia lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan
Deming prize di tahun 1974. Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses
global karena memasarkan produk yang sangat bermutu. Perusahaan/organisasi yang
ingin mengikuti perlombaan/ bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain
kecuali harus menerapkan Total Quality Management. Di Jepang, TQM dirangkum
menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut.
• Kaizen: difokuskan pada improvisasi proses berkelanjutan (Continuous
Improvement) sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat
dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan measurable
(dapat diukur).
• Atarimae Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi
dari efek tersebut.
• Kansei: meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan
kualitas produk itu sendiri.
• Miryokuteki Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang
siap untuk diperdagangkan.
Adapun karakteristik TQM antara lain sebagai berikut ini :
• Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal
• Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
• Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah.
• Memiliki komitmen jangka panjang.
• Membutuhkan kerjasama tim (teamwork).
• Memperbaiki proses secara berkesinambungan.
• Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
• Memberikan kebebasan yang terkendali.
• Memiliki kesatuan tujuan.
• Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

40
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

2.2 Sejarah Total Quality Management (TQM)


Evolusi gerakan total quality dimulai pada tahun 1324, WA Shewart dari bell
telephone laboratories mengembangkan diagram atau grafik statsitik untuk
mengendalikan variable-variabel produk. Hal ini yang menjadi permulaaan dari
pengendalian kualitas statiskal. Kemudian pada dekade yang sama, H.F Dodge dan HG
Roiming, keduanya juga dari bell telephone mengembangkan teknik pengambilan sample
penerimaan untuk menggantikan inspeksi 100%. pada tahun 1940 , pengendalian kualitas
menggunakan metode statistik mulai digunakan di amerika dengan James duran sebagai
pelopor. Pada tahun 1946, America Society for Qualtity Control dibentuk pada tahun
1950, Edward Deming memberikan kuliah tentang metode statiskal kepada insinyur
jepang akan pentingnya tanggung jawab kualitas pada manajemen puncak dan dijepang
mulai penerapan total quality control.
Kekalahan Jepang pada perang dunia II, membangkitkan budaya Jepang dalam
membangun sistem kualitas modern. Hadirnya pakar kualitas W. Edward Deming di
Jepang pada tahun 1950 membuat para ilmuwan dan insinyur Jepang lebih bersemangat
dalam membangun dan memperbaiki sistem kualitas. Keberhasilan yang cukup pesat
pada perusahaan Jepang di bidang kualitas menjadi perhatian perusahaan-perusahaan di
negara maju lainnya. Perusahaan kelas dunia kemudian mempelajari apa yang pemah
diraih oleh perusahaan Jepang dalam mengembangkan konsep kualitas. Sejarah
pengembangan dari konsep di atas dan tokoh-tokohnya dapat disebutkan di bawah ini.
1. Pada tahun 1946-1950 adalah periode perintisan atau periode penelitian dan
penelaahan (Research and Study). Pada periode ini, yaitu pada bulan Juli 1950,
Dr. W. E. Deming menyampaikan seminar delapan hari mengenai kualitas pada
para ilmuwan, insinyur dan para eksekutif perusahaan Jepang.
2. Tahun 1951 - 1954 adalah periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality
Control). Pada bulan Juli 1954 diadakan seminar tentang manajemen
pengendalian mutu (Quality Control Mangement Seminar) dengan pembicara Dr.
J. M. Juran.

41
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

3. Tahun 1955 -1960 adalah periode pengendalian mutu secara sistematik.


Kelompok belajar pengendalian mutu (Quality Control Study Group)
memperkenalkan pengendalian mutu menyeluruh dalam perusahaan (Company
Wide Quality Control atau CWQC).
4. Tahun 1961 dikatakan sebagai periode pemantapan dan pengembangan (New
Quality Creation). Pada tahun 1962, Prof. DR. Kaoru Ishikawa memperkenalkan
Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle).
Kemudian Pada akhir 1980 an, industri otomotif mulai menerapkan pengendalian
proses statisitik (statiscal process control). Industri lainnya dan departemen pertahanan
amerika juga menerapkan SPC. Kemudian konsep baru yang bernama Continues qualtity
improvement dibangun yang membutuhkan Total Quality Management. Kemudian
penekanan utama terhadap aspek-aspek kualitas semakin berlanjut pada era 1990 an.
Kemudian terbentuklah ISO 9000 di Amerika Serikat yang menjadi model dunia untuk
sistem kualitas. Sampai saat ini telah berkembang menjadi ISO 9000-:2000 dan
dikembangkan pula ISO 14000 yang mengatur tentang kepedulian suatu industri terhadap
lingkungan.

2.3 Prinsip TQM


TQM mencakup semua fungsi dalam manajemen. Desain, perencanaan, produksi,
pemasaran, pengembangan sumber daya, pengelolaan keuangan yang baik, distribusi, dan
pelayanan. Ukuran keberhasilan TQM merupakan kepuasan pelanggan, dan cara
mencapainya terutama melalui desain system dan peningkatan terus-menerus. TQM pada
prinsipnya adalah cara mengorganisasi dan mengerahkan seluruh organisasi, setiap
departemen, setiap aktifitas, dan setiap individu untuk mencapai kualitas. Salah satu
konsep yang ditawarkan TQM adalah Deming Cycle atau dikenal juga sebagai siklus
PDCA (Plan-Do-Check-Act). Menurut Hensler dan Brunell, ada empat prinsip utama
dalam TQM. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kepuasan Konsumen
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan konsumen diperluas. Kualitas tidak
hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas
tersebut ditentukan oleh konsumen. Kebutuhan konsumen diusahakan untuk

42
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan


ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus
dikoordinasikan untuk memuaskan para konsumen. Kualitas yang dihasilkan
suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup para konsumen. Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka semakin
besar pula kepuasan konsumen.
2. Respek terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia, setiap karyawan
dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas yang khas.
Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling
bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik
dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil
keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya, bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan. Ada dua
konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini, pertama yaitu prioritas yakni suatu
konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang
bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Kedua yaitu variasi
atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran
mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem
organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap
keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam
melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini
adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze), yang terdiri dari
langkahlangkah perencanaaan, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil
yang diperoleh.

43
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

2.4 ISO 9001 : 2015


ISO 9001:2015 adalah standar yang menetapkan persyaratan untuk sistem
manajemen kualitas dan dapat membantu organisasi untuk menjadi lebih efisien dan
meningkatkan kepuasan customer. ISO 9001:2015 disusun berlandaskan pada delapan
prinsip manajemen kualitas. Prinsip- prinsip ini dapat digunakan oleh pihak manajemen
sebagai suatu kerangka kerja (frame work) yang membimbing organisasi pada
peningkatan kinerja. Berikut adalah 8 prinsip manajemen kualitas:
1. Fokus pada pelanggan (Customer Focus)
Kepuasan pelanggan adalah prioritas utama dari sistem manajemen mutu. Bentuk
aplikasinya adalah dengan memberikan semua kebutuhan yang melebihi harapan
pelanggan untuk memenuhi kepuasan pelanggan sehingga keberlangsungan hidup
perusahaan akan terjamin dalam jangka waktu yang panjang.
2. Kepemimpinan (Leadership)
Setiap pimpinan yang ada di perusahaan memiliki peran sebagai pelatih yang
memiliki target sesuai sasaran perusahaan melalui pemberdayaan karyawan,
pembuat keputusan berdasarkan data dan fakta serta membuat standar sistem
manajemen perusahaan.
3. Keterlibatan orang (Engagement of people)
Menciptakan dan memberikan nilai lebih kepada pelanggan akan lebih mudah bila
didukung oleh pegawai yang kompeten, mampu diberdayakan, dan terlibat di
semua tingkatan di seluruh perusahaan.
4. Pendekatan proses (Process Approach)
Sistem manajemen mutu yang telah ditetapkan di perusahaan bukan dibuat
berdasarkan pendekatan departemen, akan tetapi berdasarkan proses murni yang
ada di perusahaan dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait.
5. Peningkatan (Improvement)
Perusahaan yang sukses dan mampu bertahan dalam persaingan adalah
perusahaan yang fokus dalam improvement. Perusahaan selalu melakukan
perubahan melalui peningkatan berkelanjutan baik internal dan eksternal sehingga
akan selalu siap menghadapi persaingan dengan para kompetitor.

44
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

6. Pengambilan keputusan berbasis bukti (Evidence-Based Decision Making)


Membuat keputusan berdasarkan data dan fakta yang diperoleh selama melakukan
analisis sehingga keputusan yang diambil akan menghasilkan keputusan yang
produktif dan tepat sasaran.
7. Manajement Hubungan (Relationship Management)
Untuk mempertahankan kesuksesan perusahaan harus mengelola hubungannya
dengan pihak-pihak yang berkepentingan (interested parties) diantaranya adalah
para pemasoknya, mitra kerja, karyawan, pemerintah, masyarakat, dll.
ISO 9001 dapat memberikan banyak manfaat bagi perusahaan yang
menerapkannya, di antaranya yaitu:
1. Menilai overall context dari organisasi sehingga dapat menyatakan secara jelas
tujuan organisasi dan mengidentifikasi peluang bisnis yang baru.
2. Mengutamakan customer dan memastikan bahwa organisasi secara konsisten
memenuhi dan melebihi ekspektasi pelanggan.
3. Bekerja secara efisien karena seluruh proses dipahami dan sesuai dengan
stakeholder.
4. Melakukan ekspansi ke pasar yang baru.
5. Mengidentifikasi resiko yang berkaitan dengan organisasi.
Adapun 9 prinsip dasar manajemen kualitas menurut ISO 9001, diantaranya yaitu :
1. Scope
2. Normative references
3. Term and definition
4. Context of Organization – addresses needs and expectations of interested parties,
scope of QMS
5. Leadership – addresses management commitment, policy, roles, responsibility &
authority
6. Planning – includes risks, opportunities, objectives and plans to achieve them, the
planning of changes
7. Support – includes resources, competence, awareness, communication,
documented information

45
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

8. Operation – includes planning & control, determine market needs, interaction


w/customers, planning process, control of external provisions of goods/services,
production of goods, provision of services, release of goods/services, non-
conforming goods/services
9. Performance Evaluation – includes monitoring, measurement, analysis &
evaluation, internal audit, management review
Berikut Organisasi yang dapat menerapkan standar ISO 9001:2015 dalam
pengaplikasiannya dalam dunia organisasinya
• Organisasi yang ingin menunjukkan kemampuan secara konsisten memberikan
produk yang memenuhi persyaratan pelanggan dan regulasi
• Organisasi yang ingin meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan
system yang efektif, termasuk penerapan proses-proses untuk peningkatan
system secara berkelanjutan dan penjaminan kesesuaian dengan persyaratan
pelanggan dan regulasi yang benar.
Selain hal tersebut, adapun manfaat dari ISO 9001:2015 diantaranya yaitu :
• Mampu memberikan produk dan layanan bermutu secara konsisten
• Mengenal resiko dan peluan dalam pencapaian sasaran
• Meningkatkan kepuasan pelanggan
• Membuktikan bahwa system manajemen mutunya sesuai dengan persyaratan
standar internasional.
Kemudian, adapun kekurangan dari ISO 9001:2015 diantaranya yaitu :
• Memerlukan biaya yang besar
• Menghabiskan biaya dan waktu lama
• Implementasi sulit
• Audit rumit tiap tahun
• Perlu adanya perubahan pengendalian material dan proses dari awal

46
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

2.5 ISO 14001 : 2015


ISO 14001 adalah standar yang telah disetujui secara internasional dan digunakan
sebagai persyaratan bagi sistem manajemen lingkungan. ISO 14001:2015 adalah sebuah
standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan (SML) yang membantu
perusahaan untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengatur risiko-risiko
lingkungan sebagai bagian dari praktek bisnis normal. SML cocok untuk berbagai jenis
dan ukuran organisasi, baik privat, non-profit maupun pemerintahan.
SML mensyaratkan organisasi mempertimbangkan semua isu lingkungan yang
relevan dalam operasinya seperti pencemaran udara, isu air dan limbah cair, pengelolaan
limbah, kontaminasi tanah, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta penggunaan dan
efisiensi sumber daya. Seperti sistem standar manajemen dari ISO lainnya, SML
membutuhkan perbaikan berkelanjutan pada pengelolaan lingkungan organisasi dan
pendekatannya terhadap masalah lingkungan. SML pada tahun 2015 telah diperbaiki,
dengan perbaikan utama seperti peningkatan kepentingan pengelolaan lingkungan
kedalam proses perencanaan strategis organisasi, masukan yang lebih besar dari
kepemimpinan dan komitmen yang lebih kuat untuk inisiatif yang proaktif dalam
mendorong kinerja lingkungan.
Berbeda dengan standar yang lama, ISO 14001 tahun 2015 mengharapkan
organisasi untuk menentukan risiko dan peluang. Standardisasi mengharapkan organisasi
untuk mengidentifikasi risiko dan peluang terkait dengan konteks organisasi, pihak
berkepentingan, dan aspek lingkungan. Kemudian menentukan tindakan untuk mengatasi
semua risiko dan peluang yang ada. Standar baru ISO 14001 tidak lagi menggunakan
tindakan pencegahan karena ISO 14001:2015 menggunakan konsep perencanaan risiko
dan menggunakan seluruh EMS sebagai sistem tindakan pencegahan.
Berikut beberapa keuntungan yang diperoleh bagi organisasi/perusahaan yang
menerapkan ISO 14001:2015:
1. Meningkatkan keterlibatan kepemimpinan dan keterlibatan karyawan
2. Meningkatkan reputasi organisasi dan kepercayaan pemangku kepentingan
melalui komunikasi strategis.
3. Mencapai tujuan strategis organisasi dengan memasukkan isu lingkungan
kedalam manajemen bisnis.

47
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

4. Menyediakan keunggulan kompetitif dan finansial melalui perbaikan efisiensi dan


pengurangan biaya.
5. Mendorong perbaikan kinerja lingkungan dari pemasok dengan mengintegrasikan
mereka ke dalam sistem bisnis organisasi.
ISO 14001 selalu direvisi secara berkala untuk memastikan standar yang
ditetapkan tetap relevan dan sesuai dengan kondisi pasar. ISO 14001:2015 merespon
kepada tren terbaru, termasuk peningkatan kesadaran perusahaan terhadap faktor internal
dan eksternal yang dapat mempengaruhi lingkungan, seperti perubahan iklim dan konteks
kompetitif yang berkaitan dengan hal tersebut. Perubahan yang dilakukan juga
diharapkan lebih sesuai dengan standar sistem manajemen yang lain. Beberapa key
improvement dalam ISO 14001:2015 :
• Manajemen lingkungan lebih menonjol di dalam strategi organisasi
• Komitmen yang lebih besar dari leadership
• Implementasi inisiatif proaktif untuk melindungi lingkungan dari bahaya dan
degradasi
• Fokus pada life-cycle thinking untuk memastikan aspek lingkungan
dipertimbangkan dari pengembangan sampai akhir.
• Penambahan strategi komunikasi yang lebih fokus kepada stakeholder.

2.6 IS0 21001 : 2018


Sebagai tenaga pendidik, salah satu tugas utama nya adalah memberikan
pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Oleh karena itu, penyampaian layanan
pendidikan harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan harapan peserta didik dan
pihak berkepentingan lainnya. Ada banyak hal yang dapat dilakukan lembaga pendidikan
untuk mengefektifkan pembelajaran dan memastikan bahwa peserta didik mencapai
tingkat kualitas yang mereka harapkan, salah satunya adalah dengan menerapkan standar
system manajemen ISO 21001: 2018.
Standar ISO 21001: 2018 adalah sistem manajemen organisasi pendidikan yang
disesuaikan dari ISO 9001: 2015. Standar ini disusun khusus untuk sektor pendidikan
dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi utamanya, yaitu memberikan pendidikan
yang bermutu. Standar ISO 21001 ini memiliki prinsip-prinsip yang mendorong lembaga

48
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

pendidikan untuk menjadi lebih bertanggung jawab secara sosial dan menyediakan
layanan pendidikan yang dapat diakses dan adil bagi peserta didik.
Standar ISO 21001: 2018 membantu lembaga pendidikan dalam meningkatkan
kepuasan peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, serta penerima manfaat
lainnya. Persyaratan standar ISO 21001: 2018 bersifat umum dan dapat diterapkan oleh
semua lembaga yang berbasis kurikulum, baik formal maupun informal, mulai dari taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, atau mulai dari lembaga kursus dan pelatihan
dengan metode tatap muka langsung hingga pembelajaran elektronik (e-learning).
Tujuan utama dari Standar ISO 21001: 2018 adalah untuk mengevaluasi apakah
lembaga pendidikan telah memenuhi kebutuhan peserta didik dan penerima manfaat
layanan pendidikan lainnya. Melalui pemenuhan klausul Standar ISO 21001: 2018,
lembaga pendidikan akan dapat menyediakan produk dan layanan pendidikan yang dapat
memenuhi persyaratan yang diharapkan dari pihak-pihak berkepentingan. Selain itu
Adapun manfaat yang diperoleh dari menerapkan standar ISO 21001: 2018 baik manfaat
secara umum maupun manfaat secara bisnis. Secara umum, penerapan ISO 21001: 2018
akan:
• Menyelaraskan kegiatan lembaga dengan kebijakan, misi dan visi lembaga,
• Meningkatkan tanggung jawab sosial dengan menyediakan pendidikan
berkualitas yang inklusif dan adil untuk semua peserta didik,
• Sebagai proses dan alat evaluasi yang tepat untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi,
• Meningkatkan kredibilitas lembaga Pendidikan,
• Peningkatan berkelanjutan melalui pemantauan terus-menerus untuk
meningkatkan proses pembelajaran.
Adapun manfaat secara bisnis, penerapan ISO 21001: 2018 akan:
• Meningkatkan daya saing dan meningkatkan kualitas pendidikan karena ISO
21001: 2018 mengadopsi praktik terbaik dari industri pendidikan yang diakui
secara internasional
• Meningkatkan kepuasan peserta didik dan penerima manfaat lainnya sehingga
berpengaruh terhadap reputasi,

49
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

• Meningkatkan kepercayaan publik bahwa lembaga memiliki standar mutu


pendidikan yang diakui secara internasional.
Proses implementasi dan sertifikasi ISO 21001: 2018 hampir sama dengan standar
ISO lainnya. Berikut langkah-langkah implementasi dan sertifikasi ISO 21001 : 2018
Langkah 1: Gap Analysis (Kriteria ISO 21001:2018 dibandingkan dengan Sistem
Manajemen Organisasi Pendidikan yang sudah ada). Gap Analysis bertujuan melihat
persentase pemenuhan lembaga pendidikan terhadap Sistem Manajemen Organisasi
Pendidikan ISO 21001: 2018. Untuk melakukan Gap Analysis, diperlukan sebuah tools
Gap Analysis untuk evaluasi lembaga.
Langkah 2: Penyusunan Dokumen ISO 21001: 2018. Jika sebelumnya telah
memiliki dokumen ISO 9001, penyusunan dokumen ISO 21001 akan menjadi lebih
mudah walaupun ISO 21001 akan lebih spesifik. Terdapat beberapa perbedaan
terminologi dan definisi namun secara umum, prosedur-prosedur utama dalam ISO 9001
dapat digunakan namun dengan beberapa penyesuaian. Namun jika belum pernah
menjalankan standar lain selain ISO 21001, maka sebelumnya harus melaukan
penyusunan dokumen terlebih dulu dimana dalam melakukan penyusuan dapat
mempelajari secara online atau dapat meminta bantuan konsultan ISO dalam
penyusunannya.
Langkah 3: Training & Implementasi ISO 21001: 2018. Sosialisasi, pelatihan,
atau metode lain yang dapat meningkatkan kesadaran tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan terhadap implementasi ISO 21001 merupakan faktor penting keberhasilan
penerapan ISO 21001 di lembaga.
Langkah 4: Internal Audit ISO 21001: 2018. Internal audit yang terprogram
dengan baik akan membantu lembaga untuk memastikan implementasi ISO 21001
berjalan sesuai dengan persyaratan. Internal audit juga berguna sebagai alat evaluasi
sehingga penerapan ISO 21001 dapat optimal secara bertahap.
Langkah 5: Sertifikasi ISO 21001: 2018. Jika sebuah lembaga telah memenuhi
seluruh persyaratan yang diwajibkan oleh ISO 21001, maka selanjutnya dapat
mengundang badan sertifikasi untuk menilai apakah lembaga tersebut telah memenuhi
standar ISO 21001 dan layak mendapatkan sertifikat.

50
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

III. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan paper yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan
lingkungannya.
2. ISO 9001:2015 adalah sebuah standar internasional yang membahas mengenai
penerapan sistem manajemen mutu yakni suatu keputusan strategis bagi suatu
organisasi yang dapat membantu organisasi untuk meningkatkan kinerjanya
secara keseluruhan dan menyediakan dasar yang kuat untuk inisiatif
pembangunan berkelanjutan.
3. ISO 14001:2015 adalah sebuah standar internasional untuk sistem manajemen
lingkungan (SML) yang membantu perusahaan untuk mengidentifikasi,
memprioritaskan, dan mengatur risiko-risiko lingkungan sebagai bagian dari
praktek bisnis normal.
4. Standar ISO 21001: 2018 adalah sistem manajemen organisasi pendidikan yang
disesuaikan dari ISO 9001: 2015. Standar ini disusun khusus untuk sektor
pendidikan dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi utamanya, yaitu
memberikan pendidikan yang bermutu

51
Kusdinasih
21070119120012
Kelas A

DAFTAR PUSTAKA

Focus. 2016. Quality Gurus and their Key Contributions. Diakses pada
https://www.focusstandards.org/quality-gurus-key-contributions/ tanggal 24
Agustus 2021
International Organization for Standardization. 2015. Introduction to ISO 9001:2015.
Geneva : ISO.
International Organization for Standardization. 2015. Introduction to ISO 14001:2015.
Geneva : ISO.
Montgomery, Douglas C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control 6th edition.
Arizona : John Wiley & Sons
Tjipto, Fandy. 2005. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Ishikawa, K., & Loftus, J. H. (1990). Introduction to quality control(Vol. 98). Tokyo: 3A
Corporation.
Montgomery, Douglas C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control 6th edition.
Arizona : John Wiley & Sons.
Navas, R. K. B., Prakash, S., Rajan, A. J., & Arunachalam, S. (2018). Total Quality
Management: A Framework for Quality Improvement in Indian Manufacturing
Small and Medium Enterprises. 2018 IEEE International Conference on
Industrial Engineering and Engineering Management
(IEEM).doi:10.1109/ieem.2018.8607781

52

Anda mungkin juga menyukai